Anda di halaman 1dari 54

POLITEKNIK STTT BANDUNG

DRAWING

Oleh: Roni Sahroni, S.si.T, MBA, MT


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Bahasan Teknologi Pemintalan 2

1. Mesin drawing : tujuan proses aspek 10. setting noils waste, peralatan
proses drafting menggunakan pengendali proses dan mutu pada
pasangan rol-rol perengang, mesin combing
2. peralatan pengendali proses dan 11. Mesin Roving : tujuan proses,
mutu pada mesin drawing, 12. fungsi dan mekanisme trick-box,
3. perhitungan produksi dan effisiensi. 13. fungsi dan mekanisme roda gigi
planet /planetary gear termasuk
4. Mesin Pre-Combing : tujuan proses, perhitungannya,
5. macam-macam mesin pre-combing, 14. mekanisme twisting dan
penggulungan roving,
6. perhitungan produksi dan efisiensi.
15. peralatan pengendali proses dan
7. Mesin combing : tujuan proses, mutu pada mesin roving,
8. mekanisme penyisiran serat, 16. perhitungan produksi dan efisiensi
perhitungan jumlah nips,
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Rangkaian Proses Persiapan Pemintalan Staple

Sliver
Partikal asing
Partikal asing
Kotoran, Debu
Kotoran Pensejajaran,
Penghilangan Serat Pendek

Pembukaan Pembersihan, Pencampuran,


Pembersihan, Pensejajaran, Pensejajaran,
Pencampuran Perataan Perataan

Bal Serat Gumpalan Sliver Sliver


Serat

DRAWING
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Drawing pada Rangkaian Proses Pemintalan

1. Carding, 2. Drafting Carding, 3. Drawing, 4. Pre-Combing, 5. Combing, 6. Roving,


7. Rotor Spinning, 8. Ring-Spinning
POLITEKNIK STTT BANDUNG

FUNGSI UTAMA DRAWING

- Equalizing: Memperbaiki kerataan sliver yang pada


proses selanjutnya tidak akan dilakukan lagi
- Parallelizing: Mensejajarkan serat dan
mengorientasikan posisi serat sejajar dengan
sumbu sliver
- Blending: Mencampur bahan baku baik dari sliver
yang berasal dari jenis serat yang berbeda
- Dust Removal: Penghilangan debu dari proses yang
terjadi dan menempel pada bahan baku
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Prinsip Kerja Drawing

1. Can sliver bahan baku, 2. Rol pengantar / creel, 3. Sistem drafting, 4. Condensor /
Saluran pengantar sliver drawing, 5. Rol Penggilas, 6. Coiler, 7. Can sliver drawing
POLITEKNIK STTT BANDUNG

• Empat sampai delapan sliver disuapkan kepada sistem drafting (3),


• Rol pengantar sliver (2) yang berada di atas setiap can sliver bahan baku
(1) bergerak aktif dengan kecepatan yang diatur sehingga tidak terjadi
draft yang tidak diinginkan
• Sliver yang masuk ke sistem drafting akan mengalami peregangan
sebesar 4 samai 8 kali dan menjadi web tipis
• Web yang keluar dari sistem drafting dikumpulkan oleh
condensor/trompet menjadi sliver dan memasuki saluran pengantar
sliver (4)
• Rol penggilas (5) menjadi titik putar sliver ketika diberi
puntiran/antihan oleh coiler (6) sehingga sliver memiliki antihan
sementara untuk memperkuat ikatan antar serat
• Sliver Drawing yang terbentuk dikumpulkan dalam can (7)
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

OPERATING DEVICES
Rol Pengantar / Creel
Rol pengantar/creel dirancang
dengan persyaratan proses:
- Menghindari draft yang tak
diinginkan (false draft)
- Mesin berhenti dengan
segera jika ada sliver yang
putus
- Sliver yang putus mudah
disambung kembali, dan
aman dalam melakukannya Beberapa Jenis Pengaturan Penyuapan Sliver
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Sistem Drafting
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Sistem Drafting
Persyaratan peregangan (drafting) pada mesin Drawing:
- sederhana, konstruksi tidak rumit
- Bergerak stabil, tidak ada excentris
- Menghasilkan mutu produk yang tinggi walaupun bergerak sangat cepat
- Fleksibel untuk bisa mengolah berbagai macam jenis bahan baku serat
- Pengendalian yang optimal terhadap pergerakan serat selama proses
peregangan (drafting)
- Presisi dalam pengoperasian dan penyesuaian kondisi operasinya
- Cepat dalam mengatur jarak antar roll (seting) dan pengaturan besarnya
regangan (draft level)
- Mudah dalam perawatan dan pembersihan
- Desain yang optimal dalam hal ergonomi
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Variable Draft

• Faktor bahan baku:


• Jumlah serat dala penampang lintang sliver
• Derajat orientasi serat pada sumbu sliver (parallel
disposition)
• Bentuk penampang melintang sliver
• Kepadatan / kekompakan sliver
• Ikatan antar serat
• Panjang serat
• Kerataan distribusi panjang serat
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Variable Draft
• Faktor konstruksi sistem peregangan:
• Diameter rol
• Kekerasan rol atas (top rollers)
• Besarnya tekanan pada rol atas
• Karakter permukaan rol atas
• Bentuk alur rol bawah (bottom rollers)
• Tipe dan bentuk pengantar serat seperti rol penekan (pressure
roller), batang penekan (pressure bar), apron, dan lain-lain
• Jarak titik jepit (roller settings)
• Besarnya regangan (level of draft)
• Distribusi regangan pada tiap daerah peregangan (drafting zones)
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Elemen Sistem Peregangan


Rol Bawah (bottom rollers)

• Rol bawah terbuat dari baja tahan karat


(stainless steel)
• Bergerak aktif
• Memiliki alur dengan tipe lurus (a), miring (b),
dan kotak-kotak (c)
• Diameter rol bawah: 25 – 50 mm
• Sistem peregangan biasanya terdiri dari 3 sd 6
rol
• Jarak antar sol dapat diatur menyesuaikan
dengan panjang serat yang diproses
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Elemen Sistem Peregangan


Rol Atas (top rollers)

• Bergerak pasif
• Dilapisi oleh karet (rubber coats)
• Karakter penting rubber coats adalah kekerasannya
• Diameter rol atas: 25 sd 40 mm
• Untuk dapat menjepit serat top rollers ditekan ke bottom rollers
• Sistem penekan top rollers: pegas, pneumatic, hydraulic
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Konstruksi Sistem Peregangan

• Pada mesin drawing biasanya terdapat dua daerah


peregangan (drafting zones): break draft dan main
draft
• Besarnya break draft antara 1,05 sd 2,5, biasanya
diaplikasikan antara 1,15 sd 1,70
• Besarnya main draft antara 3,5 sd 12, biasanya
diaplikasikan antara 4 sd 8
• Terdapat beberapa jenis konstruksi susunan rol-rol
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Konstruksi Sistem Peregangan

Susunan Rol peregang 3 rol atas - 4 rol bawah (3 diatas 4)


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Konstruksi Sistem Peregangan

Susunan Rol peregang 3 rol atas - 3 rol bawah (3 diatas 3)


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Konstruksi Sistem Peregangan

Susunan Rol peregang 4 rol atas - 3 rol bawah (4 diatas 3)


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Konstruksi Sistem Peregangan

Susunan Rol peregang 5 rol atas - 4 rol bawah (5 diatas 4)


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Trützschler Drafting system


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Pembentukan Sliver

• Peralatan pembentuk sliver terdiri dari:


• Condensor/terompet pengumpul serat dari web
menjadi bentuk sliver
• Sepasang rol penggilas (callendar roller), rol
pemberi tekanan pada sliver agar serat yang
terkumpulkan oleh condensor menjadi rapat
• Coiler berfungsi untuk memberikan
puntiran/antihan sementara pada sliver, juga
berfungsi sebagai pengatur penempatan sliver pada
can
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Element Pembentukan Sliver


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Doffing (Can changing)


POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

PENCAMPURAN PADA PROSES DRAWING


• Setiap perangkapan pada proses pemintalan menghasilkan
pencampuran
• Pada proses drawing terjadi perangkapan sebanyak 6 sd 8
sliver
• Proses pencampuran (Blending) sangat penting, terutama
dalam memproduksi benang kapas (cotton)
• Mesin Drawing bisa digunakan untuk mencampur antara
dua jenis serat yang berbeda (Mixing), seperti serat kapas
dengan serat buatan lainya
• Untuk menghasilkan campuran yang rata diperlukan 2 sd 3
kali proses drawing
POLITEKNIK STTT BANDUNG

PENCAMPURAN PADA PROSES DRAWING


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Sliver blending pada mesin Drawing


POLITEKNIK STTT BANDUNG

PENGENDALIAN PROSES DRAWING

• Pengendalian Produksi
• Pengendalian besarnya regangan (drafting levels)
• Pengendalian nomor sliver
• Pengendalian kecepatan produksi
• Pengendalian Mutu
• Pengendalian kerataan sliver
• Pengendalian jumlah nep
POLITEKNIK STTT BANDUNG
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Pengendalian Kerataan Sliver dengan Auto-leveling

• Volume total sliver


diukur oleh rol
detektor ketebalan
sliver
• Hasil deteksi ketebalan
sliver akan diolah oleh
unit kontrol elektronik
• Hasil pengolahan data
akan mengendalikan
kecepatan rol-rol
peregang
• Jika sliver terlalu tebal, maka unit pengendali elektronik akan memperbesar
regangan dengan menurunkan besarnya putaran rol tengah dan rol belakang,
sedangkan rol depan ditingkatkan besar putarannya
• Jika sliver terlalu tipis, maka unit pengendali elektronik akan memperkecil
regangan dengan meningkatkan besarnya putaran rol tengah dan rol belakang,
sedangkan rol depan diturunkan besar putarannya
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Detektor Ketebalan Sliver Input

Sumber: Rieter
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Detektor Ketebalan Sliver Input

Sumber: Trützschler
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Organ Detektor

Roll Penarik
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Keuntungan pemakaian auto-leveling pada mesin


drawing

• Mengurangi variasi nomor sliver


• Menurunkan CV%
• Memperbaiki tingkat kekuatan benang
• Menurunkan IPI dan Classimat
• Memperbaiki efisiensi pada proses roving dan spinning
dengan menurunkan tingkat stop motion mesin
• Menurunkan tingkat pemutusan benang pada mesin
winding
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Perbaikan CV % setelah Menggunakan Autoleveling


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Drafting Wave (Cacat Periodik)

Faktor-factor yang menentukan besarnya cacat periodik:


• Besarnya draft
• Nomor sliver bahan baku
• Besarnya jumlah rangkapan
• Seting drafting rol
• Derajat parallel, Panjang serat, dan kehalusan serat
bahan baku
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Penyebab Cacat Periodik pada Benang/Sliver

• Putaran roll drafting yang tidak konstant


• Bentuk rol yang sudah eksentris/oval
• Permukaan rol yang kotor
• Bearing/penyangga rol rusak
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Pergerakan rol atas yang sudah eksentris/oval


POLITEKNIK STTT BANDUNG

Daerah
Peregangan

Rol Bawah
Aktif

Mekanisme Peregangan Kesalahan Peregangan karena


pada pasangan rol peregang cacat pada putaran rol Z2
berbentuk grafik sinus

Gaya tekan dari Z1 pada Z2


mengalami simpangan
membentuk grafik sinusial
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Grafik massa sliver pada daerah Cacat penyimpangan massa


penyuapan sebelum pasangan sliver pada daerah tertentu
rol-rol peregang = konstan karena cacat rol peregang tiap
satu kali putaran
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Simpangan massa sliver bisa digambarkan baik dalam bentuk diagram


frekuensi (f) maupun dalam grafik waktu (t)

Kesalahan/cacat periodik yang dapat dibaca dengan menggunakan


diagram diatas adalah antara 1 cm sd 40 m
POLITEKNIK STTT BANDUNG

• Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang


gelombang (λ)
𝑉
f= V : Kecepatan sliver (m/s)
λ

Untuk menentukan panjang gelombang berlaku :

𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
λ=
RPM rol
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Penelusuran Penyebab Cacat dengan Menggunakan


Spektogram

• Spektogram selalu digunakan untuk menganalisis


benang dan sliver.
• Jika terdapat cacat periodik yang ditemukan dalam
spektogram, maka penyebab cacat tersebut dapat
ditelusuri.
• Pada Spektogram tergambar cacat-cacat yang
terjadi secara berkala tiap panjang tertentu
POLITEKNIK STTT BANDUNG
Contoh Soal Spektogram

Pada suatu pemintalan benang kapas, terdapat dua kali proses drawing dengan
data sebagai berikut:
Drawing I Drawing II Pertanyaan:
• Sistem peregangan 3 diatas 3 Sistem peregangan 3 diatas 3 a) Buatlah rumus drafting tiap
Diameter rol 35 mm mesin Drawing diatas
• Diameter rol 40 mm b) Spektogram diukur dari
Total draft: 6,5 (VG2)
• Main draft: 5 (VI1) Break draft: 1,2 (VI2) sliver hasil mesin drawing
kedua, telusurilah
• Break draft: 1,2 (VII1)
penyebab terjadinya cacat
berdasarkan gambar
spktogram tersebut!
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Jawaban a)

• Total draft (TD) adalah perkalian dari draft-draft


pembentuk total draft seperti break draft dan main
draft
• TD = Break Draft (BD) X Main Draft (MD)

• Mesin Drawing I • Mesin Drawing II


MD1 = 5 MD2 = 5,4
BD1= 1,2 BD2 = 1,2
TD1= MD1 X BD1 = 6 TD2= MD2 X BD2 = 6,5
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Jawaban b)

Drawing 1 Drawing 2
POLITEKNIK STTT BANDUNG

• Dari spektogram terbaca tiga panjang gelombang


sebagai berikut:
λ1 = 0,10996 m λ2 = 0,5938 m λ3 = 0,715 m
• Untuk menghasilkan panjang gelombang tersebut,
berlaku persamaan :
• Dari unsur rol peregang
λ = π x Ө X Draft (D)
• Dari panjang bahan
λ= LXD
POLITEKNIK STTT BANDUNG

• Kemungkinan tempat terjadinya kesalahan yang sesuai


dengan panjang gelombang pada spektrogram

Drawing 1 Drawing 2
➢ Rol ke 3 pada drawing 1:
λ = π x Ө3-1 x TD1 x TD2 = π x 0,04 m x 6 x 6,5 = 4,9009 m

➢ Rol ke 2 pada drawing 1:


λ = π x Ө2-1 x MD1 x TD2 = π x 0,04 m x 5 x 6,5 = 4,08 m

➢ Rol ke 1 pada drawing 1:


λ = π x Ө1-1 x TD2 = π x 0,04 m x 6,5 = 0,81 m
POLITEKNIK STTT BANDUNG

Drawing 1 Drawing 2
➢ Rol ke 3 pada drawing 2:
λ = π x Ө3-2 x TD2 = π x 0,035 m x 6,5 = 0,715 m

➢ Rol ke 2 pada drawing 2:


λ = π x Ө2-2 x MD2 = π x 0,035 m x 5,4 = 0,5938 m

➢ Rol ke 1 pada drawing 2:


λ = π x Ө1-2 = π x 0,035 m = 0,10996 m

Rol yang menyebabkan kesalahan/cacat yang terlihat


pada spektogram adalah pada 3 rol di mesin drawing 2

Anda mungkin juga menyukai