Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) adalah merupakan kelompok tenun tradisional, di mana konstruksi
alat ini adalah dari kayu dan dikerjakan secara manual. gedokan dan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). (1)
Alat yang masih sangat tradisional adalah gedokan yang difungsikan secara tradisional. Penggunaan alat
gedokan ini dalam membuat kain akan menghasilkan kain dengan lebar 55 cm, sehingga untuk membuat kain
sarung dengan panjang 110 cm dengan panjang dua meter dibutuhkan lebih banyak bahan dan waktu
penyelesaian satu buah kain sarung adalah 3 – 4 bulan. (2) ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dengan
menggunakan alat ini, dalam satu hari bisa dihasilkan 3 -5 meter kain dengan lebar 70, 90, dan 110 cm.
Ciri yang paling menonjol pada peralatan ini adalah:
1. Efesiensi produksi yang rendah
2. Kemampuan produksi (dalam jumlah) rendah
3. Kualitas hasil produksi secara “teknologis” rendah
4. Prinsip lebih menekankan pada ketinggian nilai seni tradisionalnya Kondisi serta keterbatasan di atas
terjadi karena adanya beberapa
bagian pada peralatan tersebut belum dapat menunjang proses pertenunan sehingga kualitas dan kuantitas
produk yang dihasilkan oleh ATBM belum maksimal.
Peralatan tenun ATBM yang diambil sebagai standar sebagai alternatif awal sebelum dimodifikasi mempunyai
spesifikasi sebagai berikut:
Tabel . 2.1 Spesifikasi ATBM Standar
No. Keterangan ATBM
1. Konstruksi
Bahan Kayu Jati
2. Kapasitas Produksi
Tenun Polos 6m x 110 m / 8 jam.
Tenun Lurik 6m x 110 m / 8 jam.
Tenun Ikat 4m x 110 m / 8 jam.
Tenun Songket 2m x 110 m / 8 jam.
3. Gerakan Manual
4. Pembukaan Mulut Lusi Atas dan Bawah
ATBM ini sebenarnya merupakan perkembangan dari alat tenun gedogan, yaitu pada ATBM dibuat
rangka mesin yang mempermudah penggunaannya daripada alat tenun gedogan. ATBM digerakkan oleh tenaga
tangan dan kaki. Pada awalnya ATBM dibuat untuk memenuhi kebutuhan tekstil kain, karena keterbatasan
kapasitas produksi kain dengan alat tenun gedogan.
Seperti pada alat atau mesin tenun lainnya maka ATBM mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu yang disebut
dengan gerakan pokok pertenunan. Adapun gerakan pokok dari proses pertenunan sebagai berikut :
1. Gerakan pembukaan mulut lusi, yaitu gerakan yang terjadi karena adanya gerakan naik kelompok
benang-benang lusi tertentu dan gerakan turun kelompok benang-benang lusi tertentu. Akibat dari
pembukaan mulut lusi terbentuklah sebuah celah yang disebut mulut lusi. Pada ATBM pembukaan
mulut lusi terjadi karena adanya peralatan : injakan, tali ikatan, kamran, matagun, tali penghubung,
dan rol kerek.
2. Gerakan peluncuran pakan, yaitu gerakan memasukan benang pakan pada mulut lusi yang telah
terbentuk. Pada ATBM peralatan yang berfungsi untuk meluncurkan benang pakan : batang pemukul,
tali penarik picker, picker (pemukul), laci teropong, teropong, dan palet. Gerakan ini terjadi karena
teropong yang membawa benang pakan dipukul oleh picker bolak-balik dari kanan ke kiri melalui
mulut lusi.
3. Gerakan pengetekan, yaitu gerakan merapatkan benang pakan yang telah diluncurkan dengan kain.
Gerakan ini terjadi karena adanya gerakan maju mundur dari lade yang mempunyai sisir tenun yang
digerakkan oleh tangan.
Disamping gerakan pokok tersebut diatas terdapat juga gerakan tambahan (gerakan sekunder) yaitu :
1. Gerakan penguluran lusi, yaitu gerakan penguluran benang lusi oleh boom tenun agar benang-
benang lusi mempunyai tegangan yang konstan. Peralatan yang digunakan : boom lusi, balok
pembesut, piringan pengerem, tali pengerem, batang pengerem, dan bandul pengerem.
2. Gerakan penggulungan kain, yaitu gerakan penggulungan kain yang teleh dihasilkan. Gerakan ini
dimaksudkan untuk untuk menjaga ketegangan benang lusi yang diproses tetep konstan. Peralatan
yang digunakan : boom kain, balok dada, gigi rachet, dan pemutar gigi rachet.
1. Pada bagian lade, dikarenakan sistem pergerakan ini dilakukan secara manual (dengan tangan) maka
gerakan lade ini tidak konstan hal ini mengakibatkan tingkat kerapatan benang pada hasil tenunan
tidak sama sehingga kualitas dari hasil tenunan tersebut kurang baik.
2. Konstruksi dudukan lade pada peralatan ini hanya bertumpu pada rangka bagian atas sehingga lama
kelamaan akan mengakibatkan dudukan yang tidak seimbang. Hal ini akan menyebabkan pukulan
lade/pergerakan lade tidak merata untuk merapatkan benang pakan.
3. Pada pergerakan pembukaan mulut lusi, permasalahannya adalah sistem pembukaan mulut lusi tidak
rata yang mengakibatkan benang lusi yang diangkat akan cepat putus sehingga menimbulkan
beberapa sambungan pada benang lusi tersebut yang akhirnya pada permukaan hasil tenunan menjadi
tidak rata.
Gambar 1.1 Skema Mesin ATBM
REFERENSI :
[1] Ridwansyah.Muhammad.2013.Laporan Kuliah STT Tekstil Mengenal Alat Tenun Bukan Mesin.Scribd ID. [Tersedia]
[Online]. id.scribd.com › doc › 315576531 › Alat-Mesin-Tenun-Bukan-Mesin diakses pada Rabu, 29 Januari 2020.