I.
DAERAH PENYUAPAN
Daerah penyuapan terdiri dari :
6 atau 8 buah can penyuap yang berisi sliver hasil mesin carding untuk setiap delivery.
Jumlah sliver didalam can diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan habis dalam waktu
yang bersamaan.
Alddy rizkyawan
Pengantar sliver yang gunanya untuk menjaga agar bagian-bagian sliver yang tebal atau
rusak dapat tertahan.
Pasangan rol penyuap yang gunanya untuk menarik sliver yang disuapkan.
Sendok pengantar sliver yang merupakan salah satu peralatan untuk menghentikan mesin
jika sliver yang disuapkan putus. ( stop motion )
Pengantar sliver yang bergerak kekanan dan kekiri ( traverse guide ) untuk menghindari
agar jalannya sliver tidak setempat sehingga rol atas terhindar dari keausan.
DAERAH PEREGANGAN
D.1 PASANGAN ROL-ROL PEREGANG
Pasangan rol-rol peregang terdiri dari rol-rol atas dan bawah. Akibat adanya penarikan
dari pasangan rol-rol tersebut diatas, maka :
Serat-serat dalam sliver diregangkan satu sama lain
Serat-serat akan bergesekan satu sama lain sehingga sebagian besar dari serat menjadi
lurus dan letaknya sejajar kearah sumbu sliver.
Perangkapan dari 6 atau 8 buah sliver akan menghasilkan aliver yang lebih rata dan
percampuran yang lebih baik.
Besarnya penarikan antara rol depan dan rol belakang kira-kira sama dengan banyaknya
rangkapan sliver yang disuapkan
Gambar :
PENYETELAN JARAK ANTARA ROL PEREGANG
Setting pada drafting roll sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap
ketidakrataan hasil slivernya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
hal setting ini, yaitu :
Setting yang terlalu sempit akan menyebabkan terjadinya cracking , menimbulkan
spewing , drafting yang tidak sempurna sehingga hasil slivernya tidak rata.
Setting yang terlalu besar akan menyebabkan terjadinya floating , kesulitan dalam
fiber control , timbulnya tempat-tempat ( sliver ) yang tebal dan tipis yang disebut
drafting wave dengan variasi ketidakrataan yang periodik pada sliver. ( periodic
variation )
Alddy rizkyawan
Sampai saat ini belum dijumpai suatu formulasi rumus setting yang berlaku universal,
kecuali merupakan rekomendasi dari pabrik pembuat mesin atau pendekatan dari
research workers dalam bentuk rumus empiris berdasarkan ilmu dan pengalaman yang
dimilikinya. Hal ini disebabkan karena setting menyangkut banyak masalah dan sifatsifat yang saling berkaitan didalamnya, terjadi interaksi dan terdapatnya elemen-elemen
yang tidak terukur. Semua ini membawa problematik yang kompleks.
Walaupun demikian, Shirley Institute, sebagai salah satu institute yang paling terkenal
dibidang teknologi tekstil, telah mengembangkan suatu rumus empiris yang dapat
dipakai sebagai pedoman penyetelan rol peregang sehingga untuk mendapatkan jarak
antar rol yang tepat, masih perlu diadakan sedikit penyesuaian. Penyetelan yang sangat
penting sebenarnya didaerah peregangan depan dimana regangan yang dikenakan adalah
yang terbesar sedangkan didaerah lainnya regangannya relatif lebih kecil, sehingga
ketelitian jarak antar rol kurang dirasakan.
Pedoman penyetelan oleh Shirley Institute, yang didasarkan antar titik jepit pasangan rol
peregang, adalah sebagai berikut :
3
16
3
8
s/d
s/d
5
8
1
4
inch
7
16
s/d
inch
11
16
inch
Sedangkan menurut J.C. Boel, pedoman penyetelannya, yang menggunakan diameter rol,
adalah sebagai berikut :
Daerah peregangan depan = Effective Length + 3 mm
Daerah peregangan tengah = Effective Length + 6 mm
Daerah peregangan belakang = Effective Length + 9 mm
Setting tersebut bertujuan untuk mendapatkan jarak permukaan rol antara dua pasangan
rol untuk setiap jarak titik jepit yang ditentukan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyetelan jarak antar rol peregang adalah :
Alddy rizkyawan
Panjang serat yang diolah
Pada umumnya serat ( kapas ) variasi panjang yang berbeda-beda. Biasanya panjang
serat akan berkurang 5 10 % dari panjang sebelumnya ketika sampai pada mesin
drawing. Hal ini disebabkan karena serat mengalami pukulan-pukulan pada proses
sebelumnya sehingga menyebabkan banyak serat yang putus. Pada mesin drawing, untuk
menghindari terjadinya hal tersebut maka jarak antar rol harus disetel sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu sempit atau terlalu lebar.
Tebal tipisnya sliver yang diolah
Rol atas akan mempunyai kecenderungan untuk bergeser naik atau lebih renggang
terhadap rol bawahnya jika sliver yang melaluinya lebih besar. Jadi untuk sliver yang
diameternya lebih besar atau lebih berat diperlukan penetelan rol yang lebih lebar. Ini
untuk menghindari agar serat tidak terjepit oleh rol peregang.
Proses sebelumnya
Penyetelan rol pada mesin drawing ini harus lebih sempit dibandingkan pada mesin
combing. Hal ini disebabkan karena pelurusan yang dilakukan oleh mesin combing
masih belum optimal.
Sifat serat yang diolah
Serat yang kasar memerlukan penyetelan rol yang lebih sempit karena serat tersebut
lebih sulit dikontrolnya pada saat terjadinya penarikan dibandingkan dengan serat yang
halus.
Jenis rol peregang
Rol yang terbuat dari logam memerlukan penyetelan yang lebih lebar daripada rol biasa
karena titik jepitnya bertambah lebar.
DISTRIBUSI REGANGAN PADA MESIN DRAWING
Besarnya regangan pada masing-masing daerah peregangan perlu diatur. Adapun tujuannya
adalah untuk mendapatkan sliver drawing yang baik dengan nilai ketidakrataan yang rendah
dan juga untuk mengotrol serat-serat yang bergerak dalam daerah peregangan.
Pengontrolan serat-serat tersebut sebenarnya tergantung pada :
-
Sifat serat
Alddy rizkyawan
-
a.
Serat mempunyai variasi perbedaan panjang, walaupun dalam bentuk staple fiber buatan
sekalipun yang telah dipotong-potong dengan panjang yang sama.
b.
Nip daripada pasangan rol-rol yang menjepit, mendorong dan menarik serat sewaktuwaktu dapat bergeser atau berpindah tempat. Disamping itu dapat pula terjadi adanya rol
yang bengkok eksentrik sehingga jepitan terhadap serat-serat tidak kukuh dan arus
perpindahan serat terganggu.
c.
d.
Alddy rizkyawan
Akibatnya terjadilah penumpukan pada daerah depan tersebut. Di lain pihak, peristiwa itu
juga menyebabkan sejumlah serat yang belum sempat dijepit oleh rol depan tertinggal
diantara kelompok serat yang telah terjepit dengan kelompok serat yang belum terjepit
dibelakang rol depan dan meninggalkan suatu batas tipis yang hanya terdiri beberapa serat.
Bagian yang tipis ini, pada suatu saat juga akan mencapai rol depan. Namun karena telah
berkurangnya serat yang terkandung didalamnya, maka friksi permukaannya tidak cukup kuat
untuk menyeret serat-serat lainnya ke depan dan terjadilah daerah yang tipis, yang disebut
drafting wave. Pada saat proses drafting, juga di butuhkan daya tarik serat oleh jepitan rol
depan yang konstan, yang disebut sebagai drafting force. Dengan berasosiasi bahwa setting
telah diatur menurut panjang serat yang diolah maka dalam proses drafting masih terdapat
dua kondisi yang perlu diperhatikan, yaitu :
Jepitan gesekan (friction grip) daripada nip haruslah lebih besar daripada gaya yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya drafting pada bahan.
Bahan yang disuapkan haruslah saling berpautan (coherent) demi memungkinkan terjadinya
perpindahan serat-serat dari rol belakang ke rol depan.
Pada saat serat-serat mengalami drafting, timbul gaya lawan yang disebut frictional
resistance. Untuk mengatasinya, maka dibutuhkan drafting force yang harus diusahakan
dari friction grip dan tegangan pada serat yang terjadi karena adanya perbedaan kecepatan
permukaan pasangan rol belakang dan depan. Efek yang akan ditimbulkan oleh adanya
drafting force adalah :
Alddy rizkyawan
KETIDAKRATAAN
Pengertian ketidakrataan bahan adalah tingkat yang memperlihatkan penyimpangan berat per
satuan panjang dari harga rata-ratanya ( standar ). Ketidakrataan juga dapat diartikan sebagai
tingkat penyimpangan penampang bahan dari harga rata-ratanya ( standar ). Ketidakratan ini
muncul sebagai akibat adanya proses drafting. Selain itu ketidakrataan juga dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :
Bahan baku
Pada kenyataannya serat dalam sliver tersebut tidak sama panjang dan tidak dalam keadaan
yang lurus, melainkan mempunyai tekukan-tekukan dan tidak sejajar ke arah sumbu sliver
seperti yang kita bayangkan. Pada hakekatnya faktor bahan baku ini sulit untuk diatasi,
walaupun menggunakan serat sintetis sekalipun. Karena panjang masing-masing serat
tersebut tidak dapat selalu sama. Kalaupun semula mendekati sama, tetapi karena pengerjaan
di mesin carding, sedikit banyak selalu ada serat-serat yang putus, disamping adanya
tekukan-tekukan pada serat-serat, sehingga serat yang dapat dianggap mendekati lurus dan
tanpa tekukan dalam sliver hasil carding tersebut kurang lebih hanya 15 % saja.
Ketidakrataan serat seperti ini, selain belum dapat diatasi sama sekali, juga akan menyulitkan
untuk mendapatkan penyetelan jarak rol-rol yang tepat, sehingga dapat menimbulkan
ketidakrataan pada sliver drawing.
Kondisi mesin
Faktor mesin juga dapat mempengaruhi ketidakrataan sliver yang dihasilkan. Mesin-mesin
tua biasanya menghasilkan ketidakrataan yang lebih besar dibandingkan dengan mesin-mesin
muda. Hal ini dikarenakan elemen-elemen pada mesin-mesin tua sudah banyak mengalami
keausan sehingga kemungkinan slip lebih besar. Ketidakrataan sliver juga dapat timbul jika
setting drafting roll dan pembebanan kurang sesuai dengan jenis serat yang diolah. Selain itu,
maintenance juga cukup berpengaruh dalam hal keawetan elemen-elemen mesinnya. Mesin
dengan maintenance rutin, kondisinya akan lebih prima, walaupun usia mesin tersebut sudah
tua, dibandingkan mesin dengan usia sedikit lebih muda tetapi maintenance-nya kurang.
Dengan kondisi mesin yang prima tentu akan menghasilkan bahan ( sliver ) yang baik pula.
Alddy rizkyawan
Ketidakrataan bahan tekstil yang diproses akan membawa setidaknya tiga hal yang tidak
dikehendaki, yaitu :
Benang cenderung putus pada titik yang terlemah dimana titik-titik ini berada pada rangkaian
tempat-tempat yang tipis pada bahan.
Jumlah dan ukuran frekuensi tempat-tempat yang tebal dan tipis merupakan ukuran tingkat
ketidakrataan yang sangat menurunkan kekuatan bahan.
Sifat ketidakrataan benang akan terbawa terus sampai dengan pada proses pertenunan yang
kemudian akan merusak kenampakan kain.
Menurut Martindale dan De Barr, ketidakrataan bahan disebut zero irregularity jika jumlah
serat pada setiap penampangnya selalu sama dimanapun disepanjang bahan. Namun bahan
seperti ini tidak lebih dari sekedar khayalan yang tidak akan pernah dicapai. Kita hanya
memungkinkan untuk mencapai ketidakrataan minimum, yaitu suatu ketidakrataan terendahteoritis yang mempunyai penyebaran serat dalam bentuk random. Kemungkinan
mendapatkan bahan semacam ini sangat kecil.
MEKANISME PELURUSAN SERAT
Seperti yang kita ketahui bahwa serat-serat pada sliver hasil mesin carding tidak seluruhnya
lurus dan teratur, untuk itu pada waktu diproses pada mesin drawing ini serat-serat tersebut
akan mengalami pelurusan agar dapat diproses ( pintal ) dengan baik, tanpa banyak
mengalami banyak kesulitan-kesulitan seperti : serat mudah putus dan hasil benangnya tidak
rata jika diberi regangan yang cukup besar. Oleh karenanya sekarang ini sedang
dikembangkan teori pelurusan serat, yang mula-mula dipelopori oleh Prof. Morton. Dasar
dari pelurusan serat dalam drafting adalah sebagai berikut : serat, yang mempunyai tekukan
pada bagian depan, dapat diluruskan jika bagian belakangnya tertahan sehingga bagian yang
tertekuk tersebut terkena geseran-geseran serat disekelilingnya yang bergerak lebih cepat.
Begitu pula sebaliknya jika serat yang tertekuk pada bagian belakang. Karena jumlah serat
yang bergerak dengan kecepatan rol belakang selalu lebih besar dari jumlah serat yang
bergerak dengan kecepatan rol depan, maka pelurusan serat yang mempunyai tekukan pada
bagian belakang kemungkinan lebih besar dibandingkan pelurusan serat yang mempunyai
tekukan pada bagian depan. Pelurusan tersebut juga akan lebih efektif jika regangan yang
dilakukan antara dua pasangan rol lebih besar.
DAERAH PENAMPUNGAN
Alddy rizkyawan
E.1 PELAT PENAMPUNG
Pelat ini biasanya terbuat dari pelat besi, yang bentuknya menyerupai trapesium dengan
bagian ujungnya mengecil menuju terompet. Untuk melancarkan jalannya sliver yang
melewatinya dan juga untuk menghindari terjadinya gesekan-gesekan yang (seharusnya)
tidak perlu, yang dapat merusak permukaan sliver, maka bagian permukaan pelat ini dipoles
hingga licin sekali.
E.2 TEROMPET
Terompet ini terbuat dari besi tuang (cast iron) atau bronce, dimana ukuran diameter
lubangnya tergantung dari jenis dan ukuran sliver yang diolah. Adapun rumus yang biasa
digunakan untuk menentukan diameter lubang terompet adalah sebagai berikut :
Diameter Terompet (inch) = k x berat sliver (grains / yard), dimana k adalah suatu angka
tetapan yang besarnya sebagai berikut :
Alddy rizkyawan
Alddy rizkyawan
I.
Mesin Drawing
Timbangan
Sliver carding
Can
B. LANGKAH KERJA
Menimbang can kosong yang akan dipakai untuk menampung sliver drawing
Memeriksa mesin drawing yang akan digunakan, pastikan DCW yang digunakan telah benar
(DCW = 42 T)
Meletakan 6 sampai 8 buah can yang telah berisi sliver carding yang akan diproses.
Menarik sliver carding secara bersamaan melalui garpu pengantar, rol penyuap dan sendok
pengantar sliver
Menyalakan mesin
Menggerakkan hendle agar posisi belt berpindah dari puli pasif ke puli aktif
Memasukkan sliver carding tersebut melalui pasangan rol-rol peregang secara perlahan
Mencatat waktunya
Setelah sliver tersebut keluar dari pasangan rol-rol peregang dimasukkan kedalam terompet
yang kemudian dilanjutkan ke coiler lalu ditampung dalam can
Menimbang sliver drawing beserta cannya, untuk masing-masing DCW, untuk mendapatkan
berat sliver yang telah dihasilkan selama 5 menit
Memotong sliver drawing tersebut setiap 4 yard sebanyak 20 kali lalu ditimbang, untuk
masing-masing DCW
Alddy rizkyawan
T 87
T 41
K = 11,5 cm
T 35
W 64 T
Back Roll
D=35
T 46
T 52
T 61
T 45
T 75
motorfust
602/t3250
w/910 r/m
T 62
K = 11,5 cm
Middle Roll
T 81
T 49
T 43
Calender Roll
T 34 Gearing
Diagram Mesin
E=65,7/3,14
Drawing Hongda
T23
Front Roll
T 31
F = 44/3.14
Motor 1470 RPM
Alddy rizkyawan
Alddy rizkyawan
PERHITUNGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
V front
V middle
1. Main draft =
=
V middle
V bad roll
2. Break draft =
1.3,14.45
23 31 63 R
285,09
1 x 3 X ,14 35
75 63 34 62
R
0,014 . R . Q . K
G.H
3. Total draft = MD x BD
=
285,09
R
3, 99126 . Q . K
G. H
4. Twist/meter=
=
0,014 . R . Q . K
G.H
RPMCoiler
V calender roll
1
W 24 81
50
x
x 3,14 x
J 81 34
1000
1. 35
62 75 34 45 6 h 41 41
1.. . . . . . .
X
X .35
R 23 81 65 Q k 71 71
Alddy rizkyawan
=
j x 34 x 1000
W x 24 x 3,14 x 50
= 9,023
J
W
285,09
=5, 8 15
49
3,99216 QK
=6, 471
45 x 62
0,014 x 49 x 52 x 87
=1,112
45 x 62
7. Break draft
8. Twist/meter terpsang
26
= 9,023 x 64 =3,665 twist /meter
9. Actual draft=
ne 1
ne 1 out
MD/TD
= R x actual draft
Actual draft = MD / R
= 6,6013 / 6 = 1,1002
Ne1 out
= 1,1002 x 0,15 = 0,16503
P
50
x 3,14 x
x 0,4536 x 50
(1470 x 150
)
160
1000
=46,469 kg/ jam
768 x 0,165
Alddy rizkyawan
1.
2.
3.
4.
5.
Prod nyata
Effisiensi
2,0196 x 60
=24,23 kg / jam
5
=
Alddy rizkyawan
SLIVER RANGKAP
Berat bak+isi = 2561,2 g
Berat bak kosong
= 541,6 g
Berat sliver
= 2019,6 g
Nomor sliver
5 x 543,6 x
=0,11
840 x 24,40
Nm
0,11
=0,18
0,59
Tex
1000
=5555,55
0,18
Denier
9000
=50,000
0,18
Alddy rizkyawan
II.
DISKUSI
Jika dilihat dari hasil perhitungan diatas, ada beberapa kejanggalan, dimana yang paling
mencolok adalah efisiensi mesin yang mencapai angka 100 % lebih. Itu merupakan sesuatu
yang mustahil dicapai, walaupun dengan mesin baru sekalipun. Karena pada setiap mesin
pasti mengalami gesekan-gesekan atau slip. Apalagi mesin yang dipergunakan pada proses
produksi tersebut adalah mesin lama, yaitu sekitar tahun 1950-an. Bila kita teliti lebih lanjut,
efisiensi ini berhubungan dengan produksi, baik itu produksi teoritis maupun produksi nyata.
Jika melihat perhitungan diatas, produksi teoritisnya lebih kecil daripada produksi nyata.
Seharusnya produksi teoritislah yang harus lebih besar daripada produksi nyata. Maka ada
dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu kesalahan ada pada produksi teoritis atau
sebaliknya, produksi nyatanya yang menyimpang. Setelah kami lakukan pemeriksaan ulang
pada perhitungan produksi teoritis (termasuk pada gearing diagram), ternyata tidak ada halhal yang menyimpang. Maka kemungkinan besar kasalahan ada pada produksi nyata, dimana
ini berkaitan dengan penimbangan sliver drawing hasil produksi. Kesalahan penimbangan
sangatlah mungkin terjadi. Disini ada dua faktor yang berpengaruh, yaitu alat timbang dan
orang yang menimbang. Peluang kesalahan disini tampaknya berimbang. Apabila dilihat dari
sisi alat timbangnya, yang digunakan pada saat praktikum adalah alat timbang manual,
dimana tingkat ketelitian dan keakuratannya tidak setinggi alat timbang elektronik / digital.
Jadi kemungkinan ketidakakuratannya sangat tinggi, ditambah lagi jika alat tersebut sudah
tidak berfungsi secara normal atau memerlukan pengkalibrasian ulang. Sedangkan jika dilihat
dari sisi orang yang menimbang, maka kemungkinan terjadinya kesalahan penimbangan juga
cukup besar. Mengingat yang melakukan penimbangan ini bukanlah seseorang yang setiap
harinya selalu berhadapan dengan alat tersebut. Maka bisa saja timbangan yang sebenarnya
belum setimbang telah dianggap setimbang. Untuk memperkecil kesalahan penimbangan,
tidak ada salahnya jika kita menggunakan timbangan elektris. Jadi penimbangan ini juga
penting artinya karena dapat mempengaruhi hasil perhitungan akhir.
Alddy rizkyawan
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PEMINTALAN 2
MESIN DRAWING
Nama
: ALDDY TIZKYAWAN
NRP
: 13010038
Group
: 2T2
Dosen
Asisten