PERTENUNAN
PENGHANIAN (SECTIONAL WARPING)
2. TEORI DASAR
Tujuan dari proses penghanian yaitu untuk menggulung benang kedalam beam
lusi/tenun, yaitu beam yang akan dipasang pada mesin tenun, denagn bentuk gulungan
sejajar. Benang yang akan digulung dapat berasal dari bobin kerucut, bobin cakra atau
bobin silinder, yang ditempatkan di creel. Apabila jumlah benang lusi yang akan ditenun
sedikit, misalnya untuk membuat permadani atau pita, maka benang lusi tidak perlu
digulung pada beam tenun/tidak perlu dihani, tetapi dapat langsung ditarik dari creel dan
terus ditenun, asal jumlah lusinya lebih kecil atau paling banyak sama dengan kapasitas
creel.
Apabila jumlah lusi besar sekali, maka cara langsung ini akan memberikan kesulitan-
kesulitan sebagai berikut :
1. Tegangan lusi tidak akan sama dan sulit untuk diatur, benang yang berasal creel
belakang tegangannya berbeda dengan benang yang berasal dari creel depan.
2. Creel harus besar, karena bobin yang diperlukan banyak, mememrlukan
ruangan/tempat yang besar, yang berarti pemakain tempat tidak efisien.
3. Menyulitkan pandangan, sehingga susuah memeriksa benang lusi yang putus.
Karena itu untuk jumlah lusi yang besar diperlukan proses penghanian benang
lusi
2.1. PROSES PENGHANIAN
1. Cara Penghanian
Benang lusi ditinjau dari segi kekuatan utnuk ditenun, ada yang sudah
mememenuhi syarat, misalnya benang double, dan ada juga yang belum memnuhi
syarat, misalanya benang single. Karena itu benang single harus diperkuat
dulu/dikanji sebelum ditenun. Berdasarkan keadaan tersebut, maka cara
penghanian dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Penghanian langsung dari bobin yang ditempatkan di creel, tanpa melalui
larutan kanji.
b. Penghanian sementara, yaitu menghani langsung dari bobin yang ditempatkan
di creel, ke intermediate beam/voor beam/ warp beam atau beam hani,
kemudian dari beberapa beam hani digulung kembali ke beam tenun dengan
melalui larutan kanji.
c. Penghanian sementara, yaitu menghani langsung dari bobin-bobin yang
ditempatkan di creel ke beam hani setelah melewati larutan kanji. Kemudian
dari beberapa beam hani (warp beam) dilakukan penggulungan/penyatuan ke
beam tenun.
2. Pemilihan bobin
Pada proses penghanian, benang yang akan dihani berbentuk bobin. Bobin
tersebut berasal dari pebrik pemintalan. Bobin tersebut ada yang langsung
digunakan pada proses penghanian dan ada yang di-rewinding lagi sebelum
digunakan.
Bobin yang berasal dari pabrik pemintalan dan langsung digunakan pada proses
penghanian mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut :
Ada 2 cara penarikan benang dari bobin yang ditempatkan di creel, yaitu :
- Kecepatan benang tidak dapat tinggi, karena bobin iktu berputar, sehingga kalau
kecepatan tinggi bobin akan bergetar dan akan mengganggu kerataan tegangan
benang.
- Tegangan benang selama proses tidak sama. Tegangan yang terjadi pada
waktu diameter besar, berbeda dengan pada waktu diameter bobin mengecil.
- Karena massa bobin, maka diperlukan gaya tarikan yang besar. Jika gaya
tarikan yang diperlukan ini melampaui kekuatan benangnya, maka benang akan
putus.
- Jika penarikan benang berhenti, bobin akan terus berputar karena gaya
centrifugal. Keadaaan ini dapat menimbulkan kesulitan pada proses penghanian.
- Volume bobin yang digunakan biasanya kecil, sehingga harus sering mengganti
bobin, yang mengakibatkan stoppage besar dan efisinsi turun.
b. Penarikan benang dari bobin sejajar dengan poros kelosan
Cara ini lebih baik dari cara pertama, karena bebebrapa kelemahan-kelemahan
pada cara pertama dapat diatasi/dihilangkan.
2.2. KLASIFIKASI MESIN HANI
Mesin Hani dapat digolongkan menjadi :
1. Alat hani tangan ( Hand Warping)
2. Mesin Hani Seksi (Cylinder warping machine)
3. Mesin hani kerucut (Cone sectional warping machine)
4. Mesin hani lebar (High speed warping machine)
Pada semua jenis mesin hani baik mesin hani seksi maupun hani lebar,
benang lusi ditempatkan pada creel.
- Tensioner
Dresser atau drum adalah silinder hani yang biasa disebut tambur yang
berfungsi untuk menggulung benang lusi yang ditarik dari bobin-bobin hani
yang terpasang pada creel.
Mesin hani sectional ini baik sekali digunakan utnuk benang-benang lusi yang
tidak perlu dikanji lagi/benang double, dan dapat digunakan untuk segala
macam benang.
Kekurangan :
Mesin hani sectional ini baik sekali digunakan untuk benang-benang lusi yang
tidak perlu dikanji lagi/ benang double, dan dapat digunakan untuk segala
macam benang.
Pada semua jenis mesin hani baik mesin hani seksi maupun hani lebar,
benang lusi ditempatkan pada creel.
Alat penghenti putus benang pada mesin yang didesain untuk kecepatan
tinggi sangatlah penting, tingkat sensitifitas alat penghenti sangatlah
diperlukan untuk membuat beam lusi yang baik. Alat ini akan segera
menghentikan mesin jika terjadi satu atau beberapa helai benang putus.
Keterangan :
PENGHANIAN CORAK
Kain corak yang dimaksud disini adalah kain yang bercorak ke arah lusi, karena kain
yang bercorak ke arah pakan ditentukan oleh pergantian warna dari benang pakannya.
Pembuatan kain bercorak memerlukan kecermatan dalam pemasangan dan pengaturan bobin-
bobin benang berwarnanya. Perlu diperhatikan jumlah corak dalam satu raportnya untuk
menentukan pemasangan bobin pada rak creelnya.
4. LANGKAH KERJA
Penghanian corak
1) Mempersiapkan rencana hani dengan motif garis2 (ditentukan oleh
dosen/asisten)
2) Memasang cone dengan urutan sesuai warna yang akan jadi motif pada creel
sebanyak sesuai rencana hani.
3) Melewatkan benang-benang yang ada pada creel ke pengantar benang
sesuai dengan urutan nomor cone.
4) Menyucuk benang secara individu pada sisir silangan dari kanan ke kiri dan
akan didapatkan warna pinggir kain berada pada bagian paling kiri.
5) Kemudian pencucukan dilanjutkan pada sisir hani dengan cara yang sama
seperti pencucukan pada sisir silang, hanya pada sisir hani pencucuckannya
berkelompok.
6) Pembuatan silangan. Benang-benang yang sudah dicucuk pada sisisr hani,
disatukan dalam satu ikatan yang kemudian dikaitkan pada paku tambur yang
sebelumnya sudah dipasang tali pemisah benang ganjil dengan genap. Tali
pemisah tersebut dikaitkan dari ujung tambur sebelah kiri sampai sebelah
kanan.
7) Menjalanakan mesin
8) Menggulung benang ban pertama
9) Menggulung sejumlah ban yang telah ditentukan
5. DATA PRAKTIKUM
5.1. Skema mesin
7. KESIMPULAN
Proses penghanian pada mesin hani seksi benang lusi dihani pada kerapatan
yang sebenarnya tetapi tidak pada lebar yang sebenarnya.
Diperlukan ketelitian pada Proses penghanian terutama pada saat mencucuk benang
pada sisir silang dan sisir hani.
8. DAFTAR PUSTAKA
http://ayyub-textile.blogspot.com/2018/02/bab-i-pendahuluan-1.html