Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DESAIN TEKSTIL 1

DEKOMPOSISI KAIN

Anyaman Polos

Disusun Oleh :
Nama : Maria Viktoria Anur
NRP : 14050021
Grup : 2B2
JURUSAN : D3 TPL
Dosen : Siti R., A.T,.M.T
Asisten dosen : A. I. Maki,.S.ST., M.T.

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2015
DEKOMPOSISI KAIN
I. MAKSUD dan TUJUAN

1.1. Maksud
Untuk mengetahui berbagai jenis dan ciri anyaman, anyaman polos,
anyaman keper, anyaman satin, dan anyaman cele pada kain contoh, sehingga
bisa membedakan satu anyaman dengan anyaman yang lain..
1.2. Tujuan
 Menentukan selisih berat hasil pengukuran dan hasil perhitungan.
 Menentukan besar tetal lusi dan pakan pada kain contoh.
 Menentukan nomor benang lusi dan pakan pada kain contoh.
 Besar mengkeret benang lusi dan pakan kain contoh.
 Untuk mengetahui konstruksi kain contoh.

II. TEORI DASAR

Kain tenun terbentuk dari anyaman tertentu dari benang-benang. Anyaman adalah
silangan antara benang ke arah panjang kain ( benang lusi/warp) dengan ke arah lebar
kain(pakan/weft). Anyaman pols merupakan salah satu jenis anyaman dasar selain
anyamna keper dan anyaman satin. Anyaman polos adalah anyaman yang paling
sederhana, paling tua dan paling banyak digunakan diantara anyaman
lainnya.penyilangan antara benang lusi dan benanga pakan dialkukan secara
bergantiaan ( selang seling, satu naik, satu turun). Namalain yang biasa digunakan
untuk menyebut anyaman polos adalah; anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, atau plain.
Ciri dan karakteristik anyaman polos :
a. Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman
b. Jumlah benang lusi tiap incinya relatif lebih sedikit daripada anyaman
lain, karena jika benangnya terlalu banyak akan menghasilkan kain yang
kaku.
c. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana yaitu 1 naik,
1 turun.
d. Merupakan kain dengan anyaman paling kuat dari semua jenis anyaman.
e. Ulangan raport kearah horizontal atau kearah pakan diulangi setelah 2
helai pakan. Sedangkan kearah lusi ( vertical ) diulangi setelah 2 helai
lusi.
f. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman lain.
g. Menghasilkan kain dengan anyaman paling kuat dengan tata letak
benang tidak mudah berubah tempat.
h. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
i. Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran
yang lebih besar dari pada anyaman lain. Demikian pula dengan
perpencaran berat kain lebih besar dari pada anyaman lain.
j. Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan
mengadakan perubahan-perubahan desain, baik desain structural maupun
desain permukaan dibandingkan dengan anyaman lain.
k. Penutupan kain pada anyaman polos berkisar pada 25 – 75 %.
l. Sangat baik jika digunakan untuk kain yang jarang dan tipis.
m. Banyak gun yang digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang
tinggi digunakan 4 gun atau lebih.
n. Banyak digunkan untuk kain dengan konstruksi medium, dengan fabric
covers 51 – 75 %. Penutupan lusi dan pakan berkisat 31 – 50 %. Jenis
kain ini misalnya kain di print, sheeting
o. Anyaman polos untuk kain padat biasanya menggunakan benang pakan
yang lebih kasar dari pada benang lusi. Fabric covers berkisar 76 – 100
%, dan warp covers 50 – 100 %, sedangkan filling covers 31 – 50 %.
Karakteristik dari jenis ini cenderung menunjukkan rip ( rusuk )
horizontal pada permukaan kain.
p. Rencana tenun anyaman polos, cucukan pada anyaman polos biasanya 2
helai benang tiap satu lubang sisir, secara teratur.

Ubahan pada anyaman polos dapat dilakukan dengan cara ;


 Variasi tetal kain
 Variasi Jenis bahan
 Variasi Nomer benang
 Variasi Warna benang
 Variasi Teksture
 Tegangan lusi yang berbeda

Pengaruh Twist
Pada anyaman polos pengaruh twist sangat mempengaruhi pada saat
terjadinya beating/pemukulan pada proses pertenunan dimana arah
penggintiran pada benang mempengaruhi kain yang mempunyai susunan dan
nomer benang yang sama. Untuk penganyaman yang mempunyai arah yang
berlawanan antara benang lusi dan pakan maka menyebabakan pada saat
proses pengetekan benang yang terjalin/teranyam kurang kompak dan kurang
tertutup. Jadi sebaiknya menggunakan arah gintir yang searah, untuk
mendapatkan efek yang baik/rapat.
BAB II
PRAKTIKUM

2.1 ALAT dan BAHAN


 Alat
 Lup untuk melihat tetal/inchi.
 Gunting
 Mistar
 Timbangan
 Bahan
 Kain contoh yang akan diuji.

2.2. CARA KERJA

1. Tentukan arah lusi dan arah pakan. (arah lusi beri tanda panah)
2. Hitung tetal lusi dan pakan pada 3 tempat yang berbeda
3. Potong kain contoh 20X20 cm, timbang berat kain.
4. Ambilkan benang lusi dan pakan dari sisi yang berbeda masing-masing 10 helai.
(20 helai lusi dan 20 helai pakan).
5. Hitung mengkeret benang lusi dan pakan.
6. Panjang benang dari kain contoh = Pk
7. Panjang benang setelah diluruskan = Pb

Pb − Pk
Meng keret Benang = M = Χ 100 %
Pb

8. Benang lusi dan pakan pada no 4 ditimbang.


9. Hitung nomor benang lusi dan pakan.
10. Panjang 10 lusi dan pakan setelah diluruskan =……..cm = ……..m
11. Berat 10 lusi dan pakan = ……..mg = ……..g

Panjang ( m )
Nm =
Berat ( g )
Untuk benang lusi dan benang pakan.
12. Hitung berat kain /m2
13. Dengan penimbangan
Berat kain/m2 = Berat contoh X 100 = B1

14. Dengan perhitungan


P P
Dasar Perhitungan = Nm = →B=
B Nm

Panjang seluruh benang lusi atau pakan dalam 1 m 2 kain, dibagi dengan Nm lusi
atau pakan:
100
Tetal (helai/cm) Χ 100 Χ Χ 100
100 − mL
= B2
Nm lusi/ pakan Χ 100

Berat kain/m2 = B2 + B3 = B4

15. Hitung selisih berat hasil penimbangan (B1) dengan hasil perhitungan (B4).
16. Menggambar anyaman dan rencana tenunan.
B4 − B1
Χ 100%
B4

2.3. Data percobaan dan pembahasan

Tetal ( hl/inchi )

 Tetal lusi
1. Tl 1 102
2. Tl 2 104
3. Tl 3 104

Jumlah seluruh = 310/inc : 3

Rata – rata = 104/inc : 2,54

= 41/cm

 Tetal pakan
1. Tp 1 55
2. Tp 2 53
3. Tp 3 53

Jumlah seluruh = 161/inc : 3

Rata – rata = 54/inc : 2,54

= 22/cm

Panjang benang setelah diluruskan

Lusi (cm) Pakan (cm)

20,6 20,5 20,9 20,5

20,4 20,4 20,4 20,3

20,3 20,3 20,3 20,6

20,5 20,4 20,6 20,6

20,4 20,3 20,5 20,3

20,3 20,2 20,5 29,7

20,1 20,3 20,6 20,4

20,5 20,4 20,8 20,6

20,2 20,1 20,7 20,5

20,5 20,4 20,4 20,1

∑L = 407,1 : 20 ∑P = 411,5 : 20
Pjg rata – rata pakan = 20,575
Pjg rata- rata lusi = 20,335 cm cm

 Berat kain 20 x 20 cm = 3,58 gram


 Berat lusi 20 hl = 55 mg = 0,055 gram
 Berat pakan 20 hl = 65 mg = 0,065gram

 Mengkeret lusi dan pakan


Pb−Pk
Mengkeret benang= ×100 %
Pb
20,355−20
 Mengkeret Lusi= ×100 %=1,7 %
20,355
20,575−20
 Mengkeret Pakan= ×100 %=2,79 %
20,575
 Nomor lusi dan pakan
Lusi
 Panjang 20 lusi setelah diluruskan = 407,1 cm = 4,071 m
 Berat 20 lusi = 55 mg = 0,055 g
panjang(m) 4,071 m
 Nm= = =74,01m/ g
berat (gr ) 0,055 g
 Ne1=0,59 × Nm=0,59 ×74,01=43,67
1000 1000
 Tex= = =13,51
Nm 74,01
9000 9000
 Td= = =121,60
Nm 74,01
Pakan
 Panjang 20 Pakan setelah diluruskan = 411,5 cm = 4,115 m
 Berat 20 pakan = 65 mg = 0,065 g
panjang(m) 4,115
 Nm= = =63,30
berat (gr ) 0,065
 Ne1=0,59 × Nm=0,59 ×63,30=37,35
1000 1000
 Tex= = =15,79
Nm 63,30
9000 9000
 Td= = =142,18
Nm 63,30

 Berat kain
a. Dengan penimbangan
Berat kain / m2 = berat contoh x 100 x 100 = B1
Ukuran sampel
= 3,58 g x 100 x 100
20 x 20
= 3,58 g x 10000 : 20
= 3,58g x 25
= 89,5 g/m2

b. Dengan perhitungan
 lusi

Tetal lusi ( cmhl ) ×100 × 100−mL


100
× 100
=B2 g/m 2=
( 41 hl ) × 100
cm
×
100
m 100−1,7
×
100 cm
m
=¿
NmLusi× 100 g 100 cm
74,1 ×
m m

¿ 41 ×100 ×1,07 × 100:7410 g

¿ 438700 :7410

=59,20 g/m2

 pakan

Tetal pakan ( cmhl ) ×100 × 100−mP


100
× 100 cm/m=B 3

NmPakan ×100

(22 cmhl )× 100 cm× 100−2,79


100
×100 cm/m

cm
63,30× 100
m

¿ 22 ×100 ×1,02 ×100 :6330

¿ 224400 :6330

¿ 35,45 gr /m2
Berat kain
 =B 2+B 3 = B4
m2
¿ 59,20+35,45=94,65 g /m

 Selisih (%) = B 4−B1 :B4 = 94,65 – 89


94,65
= 5,15 : 94,65 x 100%

= 5,4 %
 Cover factor
n = tetal/inci, w = lusi, f = pakan
d = diameter benang : 1/28 √ Ne 1
1. Warp cover factor = Cw = nw x dw
d lusi = 1/28 √ Ne 1 = 1/28 √ 43,67
= 1/(28 x6,60) = 1/184,8
= 0,0054
Cf =104 x 0,0054
= 0,5616

2. Filling cover factor = Cf = nf x df


d pakan =1/28 √37,35 = 1/(28 x6,12)
= 1/171,36
=0,0058
Cf = 161 x 0,00580
= 0,9338
3. Cover factor ( CF) = (Cw+Cf – Cw x Cf)
= 0,5616 + 0,9338 – 0,5616 x 0,9338
= 1,4954 – 0,5244
= 0,9709
Gambar Anyaman

Anyaman polos naik 1 turun 1

Kain Contoh

III. DISKUSI

Didapatkan hasil pengukuran yaitu nilai mengkeret benang, nomor benang, dan
berat kain. Selisih berat kain hasil perhitungan dengan hasil pengukuran yang paling
baik adalah sekecil-kecilnya, yang baik rata-rata ≤ 5%. Pada percobaan didapat selisih
melebihi nilai rata-rata. Selisih tersebut kemungkinan disebabkan beberapa hal :
 Kesulitan dalam menentukan arah lusi, sehingga akan mempengaruhi pada saat
penimbangan, karena bila salah menentukan lusi maka hasil penimbangan akan
terbalik. Untuk itu harus dipahami cara menentukan lusi, lusi rata-rata lebih
banyak dan lebih rapat daripada pakan, dari tekstur permukaan biasanya lusi lebih
kasar dari pakan pada anyaman tertentu, yang lebih mudah apabila ada pinggiran
kain maka lusi searah dengan pinggiran kain..
 Berat kain dan benang saat dilakukan penimbangan kurang teliti dan
timbangannya kurang akurat, karena terkadang tidak menghasilkan berat tetap
dan ketelitiannya lebih besar. Menggunting kain 10cmx10cm harus sangat hati-
hati, jangan sampai tidak rata bahkan sedikit pun terpotong, karena itu akan
mempengaruhi penimbangan Selain itu benang yang telah ditiras ada yang tidak
utuh satu tapi terurai yang bisa mempengaruhi berat saat penimbangan.
 Menghitung tetal yang kurang teliti mempengaruhi pada perhitungan
 Pada kain Cele, semuanya dihitung berdasarkan warna penyusun anyamannya.
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

Nm Lusi = 74,01
Nm pakan = 63,30
Berat kain/m2 berdasarkan penimbangan = 89,5 g
Berat kain/m2 berdasarkan perhitungan = 94,65 g
III.2. DAFTAR PUSTAKA

Jumaeri,Bk.Teks dk. Textile Design. 1974. Bandung: Institut Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai