DESAIN TEKSTIL 2
MENDEKOMPOSISI DAN MENYUSUN RENCANA
PEMBUATAN KAIN SARUNG
Disusun oleh
Nama
NPM
: 13050009
Grup
: 2B1
Jurusan
Dosen
Giarto A.T., M.Si.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
TEORI DASAR
1. Sejarah kain sarung Indonesia
Pada zaman Belanda, sarung
identik dengan perjuangan
melawan budaya barat yang dibawa
para penjajah. Oleh karena itu,
sarung menjadi satu diantara
symbol dan nilai nilai kebudayaan
Indonesia. Sarung biasanya dipakai
untuk acara keagamaan, adat, dan pernikahan. Baik pria maupun wanita
memadukan busana tradisional terbaik mereka dengan sarung yang penuh warna
dan kemewahan.
2. Definisi kain sarung
Secara umum, kain sarung merupakan sepotong kain lebar yang dijahit pada kedua
ujungnya sehingga berbentuk seperti pipa. Dalam tata busana Internasional, sarung
berarti sepotong kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk
menutup bagian bawah tubuh. Sedangkan didalam pertekstilan, kain sarung
merupakan kain tenun bercorak dengan ukuran tertentu, berbentuk silinder,
mempunyai corak badan, tumpal, tepi dan pinggir.
Pakan
a.
Pinggir
Pinggir adalah corak ke arah lusi,
terletak paling luar dari kedua belah
sisi kain sarung, dan mempunyai
corak kembang, untuk arah lusi terletak diantara kedua tepi sarung
Corak dasar
Corak dasar adalah bagian dari corak badan yang biasanya terdiri dari satu warna,
letaknya untuk sarung model pelekat terletak sesudah tepi dan untuk kain sarung
d. Tumpal
Tumpal adalah bagian kain sarung yang coraknya berbeda dengan corak badan kain
sarung tersebut, terletak ditengah-tengah badan sarung dan merupakan tanda
pengenal kain sarung; tumpal terletak setelah dasar pada kain sarung model pelekat
dan pada kain sarung model poleng terletak setelah kembang
e. J a h i t
Jahit adalah bagian dari kain sarung, terletak pada kedua ujung kain sarung,
dimaksudkan untuk menggabungkan kedua ujung dari kain sarung sehingga
diperoleh bentuk silinder, warnanya sama dengan warna dasar atau kembang
Poleng
Sarung jenis ini banyak dibuat di Jawa
Barat. Corak lusi dan pakan sama
dengan sarung plekat. Perbedaannya
terletak pada warna pinggir kain yang
selalu berwrna putih. Penggunaan
warna dasar pada sarung poleng lebih
tua daripada sarung plekat. Bahan
sarung poleng adalah benang kapas
maka 1 helai sarung ditenung sepanjang 404 cm dengan lebar + 68 cm. Untuk
menjadi sarung, panjang kain dipotong menjadi dua bagian, kemudian disatukan
dengan jahitan ke arah lusi.
Jenis Uji
Panjang sarung
jadi
Lebar tinggi
sarung jadi
Berat per m2
Anyaman dasar
Nomor benang
lusi
Nomor benang
pakan
Kekuatan tarik
2,5 cm 1)
Satu
an
Klasifikasi
Seda
Halus
Kasar
ng
Keterang
an
Cm
205
205
205
minimum
Cm
120
120
120
minimum
g
-
95
polos
105
polos
125
polos
minimum
-
Tex
<13
21-13
33-22
Tex
<13
21-13
33-22
N (kg)
157.0
(16)
176.6
(18)
245,3(2
5)
minimum
20
tidak
ada
20
tidak
ada
20
tidak
ada
maksimu
m
-
Kekuatan sobek
N (kg)
8.8
(0.9)
11.8
(1.2)
14.7
(1.6)
minimum
4
3-4
4
3-4
4
3-4
minimum
minimum
4
3-4
4
3-4
4
3-4
minimum
minimum
4
3-4
4
3-4
4
3-4
minimum
minimum
minimum
ppm
75
75
75
Ketahanan luntur
warna terhadap:
Pencucian 400C
10.
Perubahan
1 warna 2)
- Penodaan 3)
Gosokan
10.
Kering 2)
2
- Basah 2)
Keringat asam
dan basa
10.
Perubahan
3
warna 2)
- Penodaan 3)
10.
Sinar 4)
4
Perubahan
11
dimensi
10
12
Kadar kanji
13
Kandungan
formaldehida
bebas
maksimu
m
maksimu
m
maksimu
m
d. Sarung Bugis
Sarung ini dibuat di daerah Bugis, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Sarung ini
terbuat dari benang sutera. Kain sarung di daerah Bugis sendiri memiliki 2 jenis
kain sarung, yaitu kain sutera dan kain mandar. Dalam bahasa bugis sarung sutera
berarti lipasabe dan sarung mandar lipamentre. Proses penenunannya
menggunakan alat tenun gedogan. Adapun perbedaan antara kain sutera dan kain
Sarung sutera
Sarung mandar
e. Sarung Samarinda
Sarung ini berasal dari daerah Samarinda, Kalimantan Timur. Bahan baku
pembuatan Sarung ini adalah benang sutera araupun rayon viskosa. Pengerjaannya
menggunakan mesin tenun gedogan. Sarung ini didominasi warna merah tua, biru,
violet,
hijau, dan
lainnya.
Sarung Samarinda
f.
Sarung
Ulos Batak
Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara.
Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain. Cara membuat ulos serupa dengan cara
membuat songket khas Palembang, yaitu menggunakan alat tenun bukan mesin.
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam,dan putih yang dihiasi oleh ragam
tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam
bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau
upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir,
sarung bantal, ikat pinggang, tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, dan gorden.
Sebagian besar ulos telah punah karena tidak diproduksi lagi, seperti Ulos Raja,
Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ulos yang digunakan sebagai
pembungkus jenazah), dan Ulos Sibolang.
g. Sarung YS
lilin
Sarung Ys Lilin banyak digunakan oleh penduduk kawasan Sumatera dan
Malaysia. Sarung ini terbuat dari benang stapel rayon dengan mesin ATBM.
Konstruksi dan corak kain Ys Lilin sama seperti sarung plekat, akan tetapi corak
warna dari sarung Ys Lilin berupa ban garis memanjang/selebar sarung dengan
warna-warna yang menyala seperti biru, merah, hijau, kuning dan lainnya.
5. Pembuatan
1. Pemintalan benang
Sarung YS lilin
2. Proses susun benang. Bagian inilah yang menentukan motif dari sarung dan bagian
ini harus dikerjakan oleh dua orang. Nama alat ini adalah arat. Biasanya dapat
diselesaikan dalam waktu seminggu. Proses ini biasa disebut maperisi.
3. Proses penenunan
BAB 2
PRAKTIKUM
2.1.
2.1.1.
Bahan
Kain sarung
Gunting
2.1.2 DIAGRAM ALIR PROSES
DSTH
omkg
i i ei a t k pu
b n d
ma
p
nl sa a i gn st
ni a n
e aa l
a ai
pr h u e
e ang h r
n
g
oay
dkt
snbd
nals
u
n
a
g i
h
r
menghitung :
% mengkeret benang lusi dan pakan
Tetal lusi dan pakan ()
Nomor benang lusi dan pakan
Fabric cover factor
Jumlah benang tiap warna lusi dan pakan
Kebutuhan benang lusi dan pakan setiap warna
% Selisih penimbangan antara hasil dekomposisi dengan penimbangan real
Benang lusi
Lebar kain
Benang pakan
: 125,5 cm
Berat 10 hl lusi
Berat kain
Berat 10 hl pakan
: 249,9 g
: 20 mg
: 21,5 mg
10,3
10,3
10,3
10,3
10,3
10,3
10,3
10,3
10,3
10,4
10,4
10,4
10,4
10,2
10,1
10,4
10,4
10,4
10,3
10,3
103/10 =
10,3 cm
103,3/10 =
10,33 cm
Tetal pakan ()
58 hl
58 hl
58 hl
Rata rata = 58 hl/
c. Mengkeret benang
Mengkeret benang lusi
P 1P 2
X 100
ML=
P1
10,310
X 100
=
10,3
= 2,91%
d. Nomor benang
- Benang lusi
Nm
=
=
panjang (m)
b erat (g)
1,03 (m)
0,02( g)
Ne.1
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 51,5
= 30,38
Tex
1000
Nm
1000
=
51,5
= 19,4
Benang pakan
Nm
panjang (m)
berat( g)
1,033(m)
=
0,0215( g)
= 48,04
=
9000
Nm
9000
= 51,5
= 174,7
= 51,5
Td
Ne.1
= 0,59 x Nm
= 0,59 x 48,04
= 28,34
Tex
1000
Nm
1000
=
48,04
= 20,81
=
13 kali
Td
9000
Nm
5. Dasar
: 4 merah
9000
= 48,04
8 biru
2 merah
= 187,34
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
50 putih
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
2 merah
8 biru
4 merah
=
6. Tepi
: 58 hitam
7. Pinggir
: 17 putih
4. Kembang
: 44 hijau
12 ungu
44 hijau
2 krem
Variasi tumpal
Kepala tumpal
Variasi tumpal
Dasar tumpal
8. Variasi
: 22 hitam
4 krem
22 hitam
2 krem
: 83 hitam
: 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
: 2 krem
22 hitam
4 krem
22 hitam
:
2 krem
2 biru
24 krem
9. dasar
: 24 krem
2 biru
2 biru
8 krem
2 biru
8 krem
4 biru
10. Kembang
: 42 hijau
14 hitam
42 hijau
11. dasar
4 kali
: 4 biru
8 krem
2 biru
8 krem
2 biru
8 krem
2 biru
4 kali
8 krem
9 kali
4 krem
22 hitam
24 krem
9 kali
13. Jahit
: 24 krem
2 biru
368 x 125,5
100
x
48,04 x 100 1003,19
1512 x 125,5
100
x
48,04 x 100 1003,19
1892 x 125,5
100
x
48,04 x 100 1003,19
129,47 g
132,83
Total kebutuhan benang 1 kain sarung = 251, 07 g
i. Selisih penimbangan
= 19,83
= 9,93
= 40,79
= 51,05
% Selisih penimbangan =
= = Tetal/ x
1
28 Ne 1
CW
= 69 x
1
28 30,38
CF
1
= 0,38
28 28,34
Cover factor = {(CW + CF) (CW x CF)} x 100%
= {(0,45 + 0,38) (0,45 x 0,38)} 100%
= (0,83 0,17) 100%
= 66%
= 0,45
= 58 x
2.1.5. DISKUSI
Pada kegiatan praktikum dekomposisi kain sarung yang praktikan lakukan, ada
beberapa hal yang praktikan dapatkan. Dengan kain sarung uji yang termasuk ke
dalam jenis sarung plekat, praktikan mendapati hasil bahwa sarung ini tersusun dari
berbagai variasi benang warna baik itu ke arah lusi maupun pakan dengan anyaman
polos membentuk motif kotak persegi..
Berdasarkan perhitungan, kebutuhan benang kain sarung uji sebesar 251,07
termasuk dalam kategori cukup ringan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti tetal benang nya yang sedikit, yaitu untuk benang lusi 69/ dan pakan 58/ ,
Nm benang yang tergolong cukup , dan pengulangan corak warna yang tidak terlalu
banyak. Semakin banyak jumlah pengulangan corak warnanya, maka akan semakin
banyak jumlah helai benang per warna yang dibutuhkan .
Untuk % selisih penimbangan didapatkan hasil sebesar 0,46% hal ini menunjukkan
praktikan sudah cukup akurat dalam melakukan pengamatan saat mengumpulkan
data. Toleransi untuk % selisih penimbangan maksimal 5%.
Cover Factor dari kain uji sendiri sebesar 66%. % ini menunjukkan kerapatan kain
yang kurang baik. Hal ini dipengaruhi dari tetal benang baik itu lusi dan pakan yang
kurang rapat. Untuk tetal lusi hanya sebesar 69 hl/ dan pakan hanya 58 hl/.
Semakin banyak jumlah helai benang lusi dan pakan, maka akan semakin rapat hasil
kainnya.
2.2.
2.2.1.
SITSH ne iui aptn suptuu nkt n gak d anca no tar ak cke ob wr uua atukk rnu hwr aa nn lrnu s a i k e a p l i k a s i
adldb e lbae ab n- taw a r en dag p va a en k al u nn s tubi e k sb edm r sa taeen nr tag e ta h u i h a s i l
bpp aeea hnkr paajg annu d l tigau an k pgna a iw n an s rnya ar au n g
2.2.2.
LANGKAH KERJA
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Tentukan lebar dan panjang kain sarung yang akan dibuat
c. Susun corak warna lusi dan pakan beserta pengulangannya
d. Hitung kebutuhan benang lusi dan pakan tiap warna
e. Kalkulasi kebutuhan benang lusi dan pakan untuk mendapatkan berat kain
f. Input data corak warna ke aplikasi db-weave untuk mengetahui hasil desain
sebelum benar benar diproduksi
2.2.3.
Lebar kain
: 127 cm
Nomor lusi
: Nm 51,5
Panjang tumpal: 26 cm
Tetal lusi
: 107 hl/
Tetal pakan
: 80 hl/
10 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
3. Dasar
12 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
16x
2 ungu
2 ungu
2 coklat
2 biru
2 biru
2 ungu
2 ungu
2 ungu
2 coklat
2 biru
2 biru
2 ungu
2 ungu
2 ungu
2 coklat
19 coklat
2 coklat
2 ungu
2 ungu
2 ungu
2 coklat
13 coklat
2 coklat
putih
210ungu
2 ungu 6. Tepi
: 140
ungu
2 ungu
biru
2 coklat
20 coklat7. Pinggir
: 26
putih
2 coklat
putih
211ungu
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
2 coklat
putih
211ungu
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
2 coklat
putih
212ungu
2 ungu
20 ungu
2 biru
2 biru
4. Kembang : 20 ungu
5. Dasar
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
2 biru
11 putih
: 5 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
9 coklat
2. Variasi
3.
5 coklat
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
14 coklat
8 putih
2 ungu
2 coklat 2 coklat
2 ungu 2 ungu
2 biru
2 biru
2 biru
8 putih
2 ungu
2 coklat 2 coklat
2 ungu 2 ungu
2 biru
2 biru
2 biru
8 putih
Dasar
2 biru
2 ungu
2 coklat 2 coklat
2 ungu 2 ungu
4. Kembang :
2 coklat
10 coklat
2 ungu
2 ungu
2 ungu
2 biru
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
2 biru
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 bir
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
14 coklatLaporan2Desain
coklat Tekstil 2 | 20
2 ungu
14 ungu
8 putih
8. Kembang :
14 ungu
2 coklat
2 coklat
2 ungu
2 ungu
2 coklat
2 coklat
2 ungu
2 ungu
2 coklat
2 coklat
14 ungu
2 ungu
2 coklat
2 ungu
12 x
5.Dasar
2 biru
2 ungu
8 putih
8 putih
2 biru
2 biru
2 biru
2 ungu
8 putih
8 putih
2 biru
2 biru
2 bir
2 ungu
8 putih
8 putih
2 biru
2 biru
2 biru
2 ungu
8 putih
8 putih
14 coklat
2 biru
2 biru
2 ungu
8 putih
8 putih
10 coklat
2 biru
6. Tumpal :
- Dasar tumpal :
2 ungu
14 coklat
2 ungu
30 ungu
4 putih
5x
2 biru
30 ungu
2 ungu
2 putih
2 biru
2 ungu
Variasi
30 ungu
2 biru
4 putih
2 ungu
2 ungu
2 biru
2 putih
2 ungu
2 coklat
Laporan Desain Tekstil 2 | 21
2 ungu
Variasi
: 2 putih
2 ungu
4 putih
4 putih
7. Dasar
8 putih
30 ungu
8 putih
2 biru
2 biru
8 putih
8 putih
2 biru
2 bir
8 putih
8 putih
2 biru
2 biru
8 putih
8 putih
8 putih
14 ungu
2 biru
2 biru
2 biru
2 coklat
8 putih
8 putih
8 putih
2 ungu
2 biru
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 biru
9.Dasar
2 coklat
10. Variasi
8 putih
2 ungu
2 biru
2 coklat
8 putih
2 ungu
2 biru
2 biru
8 putih
2 ungu
2 biru
2 biru
8 putih
2 ungu
2 bir
2 biru
8 putih
2 ungu
2 biru
2 biru
8 putih
2 ungu
2 biru
8 putih
11. Jahit
9 coklat
2 ungu
10 coklat
2 ungu
5 coklat
hl lusi 2 x
hl repeat tumpal
8168076
66
= 10 kali
Biru
Ungu
Coklat
Total
626 x 212
100
868 x 127
100
x
x
= 26,54
51,5 x 100 1002,91
48,84 x 100 1003,19
1624 x 212
100
2344 x 127
100
x
x
= 68,85
51,5 x 100 1002,91
48,84 x 100 1003,19
1152 x 212
100
1341 x 127
100
x
x
= 48,84
51,5 x 100 1002,91
48,84 x 100 1003,19
225,71 g
183,03
Total kebutuhan benang 1 kain sarung = 408,74 g
= 23,69
= 63,99
= 36,6
f. Gambar
desain
sarung output DB WEAVE
12 x
5x
5x
16 x
2.2.4.
DISKUSI
Dalam menyusun rencana pembuatan kain sarung ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Seperti halnya, tetal benang lusi/pakan, nomor benang, corak warna
12 x
lusi/pakan, pengulangan repeat corak dalam satu sarung baik itu ke arah pakan
atau lusi, serta kebutuhan benang tiap warna baik itu lusi maupun pakan.
Semakin variatif susunan warna dan pengulangan coraknya, maka jumlah benang
yang dibutuhkan semakin banyak. Susunan warna ini akan mempengaruhi hasil
desain / motif sarung itu sendiri.
Selain itu, banyaknya jumlah benang dan besar kecilnya nomor benang yang
digunakan, akan mempengaruhi berat kain sarung tersebut. Semakin kecil Nm
dan semakin banyak jumlah benangnya, maka kain hasil akan semakin berat.
Hasil perhitungan berat kain praktikum sebesar 408,74 g. Untuk ukuran kain
sarung, berat tersebut terlalu besar. Hal yang mempengaruhi perolehan angka
tersebut ialah Nm benang yang relative sedang sedangkan tetal benang yang
dibutuhkan banyak. Seharusnya Nm yang digunakan lebih besar yaitu diatas 60,
sehingga benangnya halus dan lebih ringan.
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hal yang mempengaruhi dekomposisi atau penyusunan rencana pembuatan kain
sarung adalah tetal benang lusi/pakan, nomor benang, corak warna lusi/pakan,
pengulangan repeat corak dalam satu sarung baik itu ke arah pakan atau lusi, serta
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kaskus.co.id/thread/5109ffb70a75b4237e00000d/sejarah-kain-sarung-diindonsia
http://id.wikipedia.org/wiki/Ulos
http://id.wikipedia.org/wiki/Sarung_Samarinda
http://hame.blogdetik.com/2012/04/29/urutan-pembuatan-sarung-samarinda/
Giarto. 2014. Power Point : Kain Sarung. Bandung