DAFTAR TABLE............................................................................................................... 3
BAB IV ANALISA........................................................................................................... 13
4.2. Pembahasan....................................................................................................... 13
1
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16
LAMPIRAN...................................................................................................................... 17
2
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABLE
Table 1 - Hasil Praktikum 1 ........................................................................................................................ 13
Table 2 - Hasil Praktikum 2 ........................................................................................................................ 13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dilakukan di dalam dan diluar ruangan,
bahkan aktifitas tersebut tidak lepas dari keberadaan pintu dimana kita harus membuka atau
menutup pintu yang membuat kita terasa enggan untuk melakukannya, berulang-ulang kali
keluar masuk pintu dengan menarik atau mendorong pintu. Apalagi pintu yang terpasang
mengeluarkan bunyi keras, susah bergerak, disamping kurang sopan juga kurang praktis.
Melihat kondisi riil yang ada kebanyakan proses pengoperasian pintu garasi mobil masih
dilakukan secara manual dimana campur tangan manusia masih dilibatkan secara langsung.
Bagi sebagian orang, membuka atau menutup pintu garasi mobil secara manual mungkin
tidak menjadi persoalan, namun bagi sebagian orang lainnya, kegiatan seperti itu mungkin
saja menjadi sebuah hal yang membosankan.
Dengan memanfaatkan salah satu teknologi yang terus berkembang dan dipergunakan
secara luas di bidang pengontrolan dalam hal ini PLC (Progammable Logic Controller),
diharapkan mampu terciptanya sebuah alat kontrol otomatis yang dapat memenuhi harapan
tersebut.
Pada dasarnya PLC dibuat untuk menggantikan sistem kontrol yang terdiri dari serangkaian
relay-relay yang begitu kompleks, yang mempunyai banyak kelemahan. Apabila
menggunakan PLC hal ini dapat diatasi, karena sistem PLC mengintegrasikan berbagai
macam komponen yang berdiri sendiri menjadi suatu sistem kendali terpadu dan dengan
mudah mengubah tanpa harus mengganti semua instrumen yang ada.
Pemakaian PLC sebagai alat kontrol untuk beberapa sistem otomatisasi telah banyak
digunakan karena PLC dapat diberi perintah masukan yang memungkinkan dapat
diterapkan dalam sistem pengoperasian pintu garasi secara otomatis. Pada sistem ini pintu
4
garasi akan membuka dan menutup sendiri ketika ada sebuah mobil yang akan masuk atau
keluar pintu dan proses ini akan berulang– ulang secara otomatis.
1.2. Tujuan
1.2.1. Praktikum 1
Peserta praktikum dapat membuat program PLC menggunakan PLC Omron.
1.2.2. Praktikum 2
Peserta praktikum dapat membuat program ladder dan mnemonic menggunakan software
PLC Omron.
5
BAB II
TEORI PENUNJANG
Anda bisa melihat gambar di atas yang menampilkan bagaimana sebuah rangkaian listrik
sederhana ditulis menggunakan diagram ladder. Gambar (a) sebelah kiri menunjukkan
rangkaian untuk menyalakan atau mematikan sebuah motor listrik. Kita dapat menggambar
6
ulang rangkaian pada gambar kiri ini dengan cara yang berbeda, yaitu menggunakan dua
garis vertikal untuk mewakili rel daya input dan menambahkan kontak dan relay di antara
mereka. Gambar (b) sebelah kanan menunjukkan hasilnya. Kedua sirkuit memiliki saklar
seri dengan relay yang akan mengkatifkan motor saat saklar ditutup. Jika terdapat belasan
atau puluhan rangkaian seperti ini, maka akan lebih jelas menggambarkan menyerupai
tangga.
Untuk menggambar ladder ada beberapa hal yang menjadi acuan dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pada diagram ladder, garis vertikal sebelah kiri bisa kita analogikan sebagai sisi
positif dari sumber tegangan, sedangkan garis vertikal sebelah kanan adalah sisi
negative dari sumber tegangan. Arus listrik akan mengalir dari kiri ke kanan
melalui rangkaian logika pada setiap baris.
2. Setiap baris mewakili satu rangkaian logika proses control.
3. Cara membaca diagram ini adalah dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
4. Saat PLC diaktifkan, proses scanning berkerja pada semua baris program sampai
selesai. Dimulai dari kiri ke kanan baris paling atas, lalu turun ke baris di bawahnya
kemudian dilanjutkan dari kiri ke kanan seterusnya hingga ujung kanan baris
terbawah. Proses ini sering disebut dengan cycle dan waktu yang diperlukan untuk
1 kali proses adalah cycle time atau scan time.
7
5. Setiap baris umumnya harus dimulai dengan input dan diakhiri setidaknya oleh 1
buah output. Seperti yang sudah kita bahasa pada artikel – artikel sebelumnya,
input yang akan memberi perintah pada PLC melalui kontak, sedangkan output
memberi perintah/mengendalikan perangkat yang dihubungkan pada PLC.
6. Input dan output diidentifikasi berdasarkan alamatnya, setiap penamaan alamat
tergantung dari produsen PLC. Alamat ini yang akan digunakan sebagai
penyimpanan kondisi pada memori PLC.
7. Beberapa kontak dapat muncul lebih dari satu kali pada baris – baris berbeda,
mereka akan aktif secara bersamaan jika memiliki alamat yang sama. Tetapi tidak
demikian dengan output atau relay yang disebelah kiri. Mereka hanya boleh ditulis
1 kali.
Ada banyak kondisi pengendalian yang menyaratkan beberapa keadaan yang harus
dipenuhi, sehingga kondisi output – output tertentu dapat aktif sesuai dengan yang
diharapkan. Sebagai contoh, untuk mesin bor otomatis, mungkin ada kondisi bahwa motor
bor hanya dapat diaktifkan bila limit switch tertekan yang menunjukkan adanya benda kerja
dan posisi bor sebagai pada permukaan benda kerja. Situasi semacam ini akan melibatkan
logika DAN sebagai fungsi logika, dimana kondisi A dan kondisi B keduanya terpenuhi
sehingga output dapat diaktifkan. Bagian ini akan membahas tentang logika – logika
tersebut.
Gambar di bawah menunjukkan bahwa output tidak dapat diaktifkan kecuali kedua kontak
aktif. Kombinasi kontak semacam ini disebut dengan logika DAN atau AND Logic.
Dengan demikian, jika hanya salah satu input A atau B saja yang aktif, maka output tidak
akan menyala.
8
Salah satu contoh penerapan logika dasar pemrograman PLC ini adalah pada pengoperasian
beberapa mesin industry misalnya pada proses stamping produk. Saat akan melakukan
stamping, operator harus menekan 2 tombol yang berada di dekat tangan kanan dan kirinya,
sehingga dapat dihindari kecelakaan kerja.
Contoh penerapan logika dasar pemrograman PLC ini adalah pada pengoperasian motor
konveyor, motor dapat diaktifkan dari beberapa tempat dengan menggunakan beberapa
tombol berbeda. Karena fungsinya ini lah logika ATAU sering disebut sebagai logika
alternative.
9
2.2.1.3. Logika NOT (NOT)
Perhatikan gambar di bawah. Sebelum kontak A ditekan, output sudah menyala. Namun
sebaliknya saat kontak A ditekan, output akan mati. Logika ini disebut dengan TIDAK atau
NOT Logic. Logika ini sering digunakan untuk memutus aliran arus listrik atau digunakan
sebagai instruksi OFF.
Tiga logika dasar pemrograman PLC ini yang untuk selanjutnya akan digunakan sebagai
dasar membuat program di PLC. [1]
10
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
0.00 dan 0.01 adalah tombol, 100.00 adalah lampu dan kontak yang dimiliki lampu.
3.1.3.2 Praktikum 2
Buatlah rangkaian berikut menjadi diagram ladder dengan PLC Omron, Zen dan
Mitsubishi.
11
0.00 dan 0.01 adalah tombol, 100.00 adalah lampu dan kontak yang dimiliki lampu.
12
BAB IV
ANALISA
Input Output
0.00 0.01 100.00
On Off Off
On On Off
Off On On
Off Off Off
Table 1 - Hasil Praktikum 1
Prakikum 2
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Data
Praktikum 1
Pada praktikum pertama rangkaian dibuat and lalu salah satu NO di OR’kan dengan output.
Saat 0.00 diberikan kondisi ON dan 0.01 kondisi OFF, maka output akan OFF karena tidak
ada arus yang mengalir sama sekali pada kontak. Saat kondisi 0.00 tetap dan 0.01 diubah
menjadi ON, output akan tetap OFF karena kontak yang sebelumnya belum mengalirkan
arus sama sekali. Saat kondisi 0.00 diubah menjadi OFF dan 0.01 tetap di ON maka output
akan ON karena arus mengalir pada rung. Saat kondisi 0.00 tetap dan 0.01 diubah menjadi
OFF maka output akan menjadi OFF, karena walaupun arus sudah mengalir pada kontak
13
sebelumnya namun kontak yang menyambung dengan output OFF maka output akan
menjadi OFF.
Praktikum 2
Pada praktikum kedua rangkaian dibuat and dengan kontak NC dan NO lalu output di
OR’kan dengan kontak 0.00. Saat 0.00 diberikan kondisi ON dan kondisi 0.01 OFF maka
output akan ON karena 0.01 merupakan NO. Saat 0.00 kondisinya tetap ON dan kondisi
0.01 dibuat ON maka output akan OFF karena arus tidak mengalir karena 0.01 tertutup.
Saat kontak 0.00 diberikan kondisi OFF dan 0.01 tetap dikondisi ON maka output akan
OFF karena kontak pertama yang mengalirkan arus OFF. Saat kontak 0.00 tetap kondisi
OFF dan 0.01 diubah ke OFF maka output akan tetap OFF karena kontak pertama yang
mengalirkan arus OFF.
Namun apabila urutan praktikum diubah yaitu saat 0.00 diberikan kondisi ON dan 0.01
diberikan kondisi OFF, maka output akan ON. Lalu apabila kontak 0.00 diubah, pasti tidak
akan ada perubahan output karena output di OR’kan dengan 0.00 selama kontak 0.01 tidak
di ONkan.
Untuk mnemonic pada rangkaian praktikum kedua yaitu kontak pertama 0.00 merupakan
LD, kontak 100.00 merupakan OR karena dipararel kan dengan kontak 0.00. kontak 0.01
merupakan AND NOT karena diserikan dengan kontak 0.00 lalu itu merupakan NOT
karena 0.01 merupakan LD NOT, dan coil 100.00 merupakan OUT.
14
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan dari praktikum 1 dan 2 yang telah dilakukan :
2. Mnemonic bekerja dari kiri ke kanan dan apabila ada kontak yang di OR’kan
maka kontak yang di OR’kan terlebih dahulu yang dilihat sebelum lanjut kekontak
setelahnya. Mnemonic dipisahkan oleh line yang tersambung pada kontak.
Mnemonic tidak melihat kontak sebelumnya saat penamaan, yang dilihat hanya
kontak yang akan dinamakan itu bentuknya LD atau LD not dan fungsi logika yang
digunakan.
5.2. Saran
Berikut saran praktikum 1 dan 2 :
1. Daripada membuat 2 module dalam 1x praktikum, lebih baik 1 modul namun diagram
laddernya lebih bervariasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bolton, W. Programmable Logic Control : Fourth Edition. Oxford : Elsevier Newnes.
2006.
16
LAMPIRAN
Apabila rangkaiannya hanya seperti itu, tidak terlihat fungsi khusus dari kontak NO dari
100.00, namun jika rangkaian lebih rumit maka fungsi NO dari 100.00 adalah membuat
input yang kondisinya sesuai dengan kondisi pada output rung pertama.
Perbedaannya apabila rangkaian OR digunakan maka jika salah satu kondisi dari kontak
ON maka akan perpengaruh pada output. Dan jika rangkaiannya AND maka output akan
memiliki kondisi ON apabila kontak sebelum output mengalirkan arus semua.
Pertanyaan praktikum 2 :
Fungsi kontak NO 100.00 diatas adalah membuat input yang kondisinya sama dengan
output rung pertama, dan apabila 100.00 telah memiliki kondisi ON maka kontak 0.00
tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Jika ingin mematikan arus maka harus mengubah
kondisi di kontak 0.01.
17
Gambar praktikum 1 :
18
Gambar 3 Kondisi OFF dan ON
Gambar Praktikum 2 :
19
Gambar 5 Kondisi ON dan OFF
20
Gambar 7 Kondisi OFF dan ON
21