BAB I.................................................................................................................................................. 4
SISTEM OTOMASI INDUSTRI ....................................................................................................... 4
1.1 Pengenalan Otomasi Industri .............................................................................................. 4
a. Perangkat Masukan Dasar .................................................................................................. 4
b. Perangkat Keluaran Dasar .................................................................................................. 8
c. Perangkat Kendali Dasar .................................................................................................. 11
1.2 Sistem Kendali Konvensional........................................................................................... 14
BAB II .............................................................................................................................................. 16
SISTEM BILANGAN DAN DATA ................................................................................................ 16
2.1 Tipe Data dalam Pemrogramman ..................................................................................... 16
2.2 Sistem Bilangan pada Pemrogramman PLC ..................................................................... 17
BAB III ............................................................................................................................................. 19
PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) ..................................................................... 19
3.1 Konfigurasi Hardware PLC Omron .................................................................................. 19
3.2 Alokasi Memory dan Pengalamatan pada PLC Omron .................................................... 20
3.3 Pemrogramman PLC dengan Ladder Diagram ................................................................. 22
3.4 Prinsip Kerja PLC ............................................................................................................. 24
BAB IV ............................................................................................................................................. 27
PENYAMBUNGAN INPUT DAN OUTPUT PADA PLC ............................................................. 27
4.1 Penyambungan Input pada PLC ....................................................................................... 27
4.2 Penyambungan Output pada PLC ..................................................................................... 33
BAB V .............................................................................................................................................. 35
PEMROGRAMAN PLC .................................................................................................................. 35
5.1 Logika Dasar Pemrograman ............................................................................................. 35
5.2 Pemrogramman PLC Omron dengan CX-Programmer .................................................... 36
BAB VI ............................................................................................................................................. 44
PENGENDALIAN RELAY OUTPUT PLC .................................................................................... 44
6.1 Internal Relay dan Output Relay ...................................................................................... 44
6.2 Instruksi Start Stop ........................................................................................................... 44
a. Selfholding............................................................................................................................ 45
b. Set dan Reset......................................................................................................................... 46
c. KEEP .................................................................................................................................... 47
BAB VII ........................................................................................................................................... 48
Sistem pengendalian sistem dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu kelompok masukan
(input), kelompok logika (logic) dan kelompok keluaran (output). Dalam artikel ini hanya akan
dibahas tentang kelompok masukan, sedangkan kelompok yang lain dibahas pada artikel
selanjutnya.
Detection Switch adalah sakelar yang dioperasikan dengan kontak langsung atau tidak
langsung baik oleh manusia, benda kerja maupun material lain pendukung proses kerja pada
industry. Produk yang bergerak pada konveyor, magnet yang dipasang pada titik – titik tertentu,
anggota tubuh manusia, lengan robot dan benda – benda lain adalah contoh objek yang digunakan
untuk mengaktifkan detection switch. Detection Switch umumnya memiliki Kontak Changeover.
Beberapa literatur komponen kontrol, Kontak changeover juga disebut sebagai kontak SPDT
(Single Pole Double Throw). Kontak changeover adalah kontak yang memiliki Kontak NO dan
Kontak NC secara bersamaan. Dalam satu detection switch minimal terdapat satu Kontak
changeover yang mengontrol aliran arus.
Sensor adalah salah satu bentuk dari detection switch. Sensor adalah sesuatu yang
digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan lingkungan fisik atau kimia. Sensor dapat
mendeteksi variable berupa sentuhan, gaya, tekanan, cahaya, suhu dan lain-lain. Berbagai variabel
yang dideteksi tersebut akan diubah menjadi besaran listrik berupa tegangan atau arus listrik.
Sensor mengontrol aliran arus elektrik menggunakan perangkat solid state (solid state/ device)
seperti transistor dan bukannya unit mekanis (keping tembaga) dalam proses kontak atau proses
penyaklarannya. Karena menggunakan transistor, sensor memiliki respons berkecepatan sangat
tinggi dalam melakukan proses penyambungan atau pemutusan terhadap perubahan input dan
memiliki masa pakai yang sangat lama bila dibandingkan dengan unit kontak switching yang
dioperasikan secara mekanis.
Perhatikan gambar di atas. Switching transistor di atas tergantung dari signal dari Main circuit.
Main circuit inilah yang berfungsi sebagai pendeteksi perubahan. Saat terjadi signal, maka
Pada Gambar di bawah, dalam kondisi tak ada halangan, cahaya dari transmitter akan
diterima oleh reflector. Saat benda non-transparan menghalangi/memotong cahaya tersebut,
maka sensor akan memberika signal.
2. Sensor Warna digital, umumnya digunakan untuk membedakan terang gelap dari sebuah
objek atau benda. Sensor ini mengandalkan prinsip pemantulan (transmitter dan receiver)
dimana perbedaan warna permukaan akan menghasilkan perbedaan intensitas pantulan
cahaya. Pantulan cahaya yang diterima oleh receiver digunakan sebagai referensi sensor
untuk memberi signal.
Sensor Proximity adalah sensor yang berfungi untuk mendeteksi keberadaan benda pada jarak
tertentu. Saat benda tertentu berada didekatnya, maka proximity switch akan memmberikan signal.
Terdapat 2 jenis proximity, yaitu Proximity Induktif untuk mendeteksi benda logam dan Proximity
Baik hanya berupa tampilan maupun actuator, perangkat keluaran memiliki jenis digital dan
analog. Keluaran digital adalah keluaran dengan 2 kemungkinan kondisi yaitu On /Off, High/Low,
atau 1/0. Sedangkan keluaran analog dapat mengeluarkan beberapa kondisi seperti seberapa terang
lapu menyala, seberapa cepat motor berputar dan lain-lain. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
beberapa keluaran digital yang digunakan dalam praktikum Otomasi Industri.
Gambar di atas merupakan contoh penggunaan lampu pada sistem otomasi. Lampu-lampu yang
terpasang pana panel dapat dijadikan indicator perangkat output yang sedang bekerja. Lampu pada
tower lamp dijadikan indicator kondisi mesin yang sedang berlangsung.
Display Panel
Display panel dapat memberikan informasi sebuah kondisi yang lebih rinci daripada lampu.
Display panel memungkinkan untuk menampilkan nilai dari sebuah besaran seperti suhu, tekanan
dan lain – lain dalam angka. Display panel juga memungkinkan kita menampilkan informasi grafis
seperti grafik, chart, atau trend sebuah nilai pengukuran.
Pada umumnya display panel juga dapat difungsikan sebagai input dengan menambahkan beberapa
soft button atau touchscreen panel.
Motor Listrik
Motor listrik adalah sebuah mesin listrik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik. Motor Listrik merupakan actuator paling banyak digunakan di dunia industry
karena mudah dioperasikan, dikendalikan dan mudah dalam penyediaan sumber tenaga listrik.
Berikut ini adalah pengelompokkan motor listrik yang ada di industry :
Motor AC
Motor AC 1 atau 3 phasa atau disebut juga dengan motor induksi digunakan untuk system
dengan putaran relative konstan dengan tidak mengutamakan kepresisian jumlah putaran
maupun kecepatan putaran. Umumnya digunakan pada konveyor, blower dan lain – lain.
Pemilihan jumlah phasa didasarkan pada beban yang dikendalikan oleh motor tersebut.
Solenoid
Solenoid adalah salah satu jenis kumparan terbuat dari kabel panjang yang dililitkan secara rapat.
Saat diberi arus listrik, kumparan tersebut akan memiliki medan magnet sehingga mampu
mendorong atau menarik benda logam. Jika terdapat batang logam dan ditempatkan sebagian
panjangnya di dalam solenoid, batang tersebut akan bergerak masuk ke dalam solenoid saat arus
dialirkan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan tuas, membuka pintu, atau
mengoperasikan komponen lain.
Aplikasi solenoid paling luas ada pada pengendalian valve pada pneumatic dan hindrolik.
Gambar di atas adalah konstruksi sebuah relay. Sebuah Besi (Iron Core) dililit
oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk memberi medan Elektomagnet. Saat
Switch ditutup, kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya
Elektromagnet yang kemudian menarik Contact untuk berpindah dari Posisi sebelumnya,
sehingga Kontak NC akan menjadi Open dan Kontak NO akan menjadi Close. Coil yang
digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.
Gambar di atas adalah bentuk relay yang ada di pasaran dan simbol relay. Relay
merupakan salah satu jenis dari Saklar, dimana kondisi umum sebuah Saklar juga berlaku.
Umumnya saklar memiliki istilah Pole dan Throw, yaitu:
Pole : Banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah relay
Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (NO/NC)
Dengan adanya lebih dari 1 kontak dalam 1 relay, hal ini membuat relay dapat
mengendalikan 2 beban atau lebih secara bersamaan. Gambar di bawah adalah
Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw:
a. Timer
Secara keseluruhan, prinsip kerja Timer sangat mirip dengan relay, yang membedakan
hanyalah adanya waktu tunda antara waktu Timer diaktifkan dengan Coil Timer aktif.
Gambar di atas adalah ilustrasi konstruksi sebuah timer. Timer Counter berfungsi untuk
menunda pengaktifan Coil sesuai dengan pengaturan wantu yang diberikan. Timer memiliki 2
terminal utama sebagai sumber tegangan dan beberapa terminal lain sebagai Kontak. Berikut ini
adalah contoh timer yang berasa di pasaran. "Timer" terdiri dari tiga bagian, yaitu Unit Penghitung
Waktu, Unit Relay, dan Unit Kontak. "Timer" juga memiliki fitur unik seperti "Relay".
Timer dapat menangani dua beban atau lebih dengan satu input.
Timer dapat mengoperasikan beban besar dengan arus kecil.
Timer dapat mengirimkan berbagai jenis sinyal elektrik.
Panel kontrol hanya dapat digunakan untuk proses tertentu, jika dilakukan perubahan tidak
memungkinkan untuk ditambahkan relay baru. Dalam hal pemeliharaan, enggineer harus terlatih
dan terampil dalam mengatasi masalah sistem kontrol yang ada dipanel kontrol relay konvensional.
b. Nibble
Nibble adalah satu kelompok yang berisi 4 buah bit yang berurutan. Di bawah ini adalah
contoh data dalam 1 nibble mulai dari bit ke 0 (paling kanan) hingga bit ke 3 (paling kiri).
Data minimum yang dapat ditampung adalah saat kondisi 0000 dan data maksimum yang
dapat ditampung adalah saat kondisi 1111. Nilai yang disimpan dapat dinyatakan dalam
bentuk desimal (0 – 15) maupun hexadesimal (0 – F).
3 2 1 0
0 0 0 0
c. Byte
Byte adalah satuan informasi yang lebih besar dari nibble. Istila byte ini pertama kali
ditemukan dan digunakan oleh Dr. Werner Buccholz di tahun 1956. Satu byte terdiri dari 8
satuan bit yang digabung menjadi satu. Byte biasa digunakan dalam penggunaan istilah
kapasitas perangkat penyimpanan data seperti kapasitas HDD (Hard Disk Drive)
mempunyai kapasitas 1 GB (Giga Bytes) yang artinya 1 milyar byte atau 8 milyar bit.
Sebuah byte mewakili angka desimal dari 0 hingga 255 atau nilai hexadesimal 00 hingga
FF.
7 6 5 4 3 2 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
d. Word
Word adalah satuan informasi yang lebih besar dari bit dan byte. Namun, jumlah bit yang
digunakan dalam word tidak tetap. Besar sebuah word dapat ditetapkan oleh besarnya
register dalam CPU komputer. Secara umum, 1 word berisi 2 byte atau setara dengan 16
bit.
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari ketiga area tersebut yang paling penting untuk dipelajari sebelum melakukan
permograman PLC adalah Memori Data Tabel. Sebagai contoh adalah PLC Omron yang akan
dibahas tentang Memori Data Tabel nya. Berikut ini adalah yang perlu diperhatikan pada PLC
Omron:
Pengalamatan memori menggunakan standar lebar data 1 word atau setara dengan 16 bit,
yaitu bit 0-15.
Kapasitas memori suatu PLC begantung dari tipe CPU, semakin tinggi spesifikasinya maka
kapasitasnya semakin tinggi pula.
Alamat yang memiliki kondisi 1 atau 0 seperti I/O dan relay menggunakan penamaan
dengan kombinasi Word dan bit
Pengalamatan Data Memori hanya menggunakan alamat Word.
Alamat bit pada Data table Input atau output berkaitan dengan status pin/terminal Modul
input/output.
Kapasitas memori tiap PLC tentu akan berbeda – beda, anda dapat melihat pada manual book yang
disertakan di dalamnya atau pada web resmi produsen PLC. Gambar di bawah adalah pemetaan
memori pada PLC Omron type paling sederhana yaitu CP1E Seri E.
Bayangkan jika ada system kendali konvensional dengan wiring relay, timer dan counter
yang memiliki jumlah sebanyak itu, betapa besar panel yang diperlukan dan bisa anda bayangkan
berapa konsumsi daya listrik yang diperlukan untuk beroperasi? Dan bila ada relay yang rusak atau
sambungan kabel yang terputus perlu berapa lama untuk melakukan penelusuran masalah? Pada
tingkatan ini PLC jauh mengalahkan system kendali konvensional.
4. Saat PLC diaktifkan, proses scanning berkerja pada semua baris program sampai selesai.
Dimulai dari kiri ke kanan baris paling atas, lalu turun ke baris di bawahnya kemudian
dilanjutkan dari kiri ke kanan seterusnya hingga ujung kanan baris terbawah. Proses ini
sering disebut dengan cycle dan waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses adalah cycle
time atau scan time.
5. Setiap baris umumnya harus dimulai dengan input dan diakhiri setidaknya oleh 1 buah
output. Seperti yang sudah kita bahasa pada artikel – artikel sebelumnya, input yang akan
memberi perintah pada PLC melalui kontak, sedangkan output memberi
perintah/mengendalikan perangkat yang dihubungkan pada PLC.
6. Input dan output diidentifikasi berdasarkan alamatnya, setiap penamaan alamat tergantung
dari produsen PLC. Alamat ini yang akan digunakan sebagai penyimpanan kondisi pada
memori PLC.
7. Beberapa kontak dapat muncul lebih dari satu kali pada baris – baris berbeda, mereka akan
aktif secara bersamaan jika memiliki alamat yang sama. Tetapi tidak demikian dengan
output atau relay yang disebelah kiri. Mereka hanya boleh ditulis 1 kali.
Gambar di atas adalah kontak dari Input dengan alamat 0.00 yang digunakan untuk mengendalikan
relay 1.00 dan 1.01. Baris pertama adalah kontak NO sedangkan baris kedua adalah Kontak NC.
Dalam kondisi Input belum diaktifkan, kontak NC sudah tersambung sehingga menyalakan relay
1.01. Saat Input diaktifkan, maka yang terjadi adalah :
Saat ini Relay 1.00 aktif karena Kontak 0.00 diaktifkan. Dari gambar dapat diketahui apabila relay
dengan nama tertentu dikatifkan, maka semua kontak dengan nama yang sama akan aktif, dalam
hal ini semua kontak pada relay 1.00 akan aktif.
Lalu apa yang mengatur nilai dari Data Tabel Output? dia adalah logika program yang sudah
dibuat. Kapan logika program itu bisa berlaku? Saat kondisi persyaratannya terpenuhi, salah
satunya adalah signal kondisi dari Input. Alur proses PLC dapat digambarkan seperti paga Gambar
berikut.
Scan proses ini dilakukan secara terus menerus selama PLC dalam kondisi RUN. Kecepatan
scan ini sangat beragam, tergantung dari kecepatan proses CPU PLC dan juga panjangnya program.
Jika sebuah PLC memiliki scan proses selama 1 ms, maka dalam 1 detik sebuah alamat input
tertentu dapat diperiksa kondisinya sebanyak 1000 kali.
Gambar di atas menunjukkan 1 loop untuk 1 buah perangkat masukkan saat Push Button ditekan,
mulai dari kutub positif sumber tegangan, Push Button, pin terminal input (I/O input), rangkaian
dalam modul Input PLC dan kembali ke sumber tegangan pada kutub negative melalui return path.
Boleh jadi PLC menerima lebih dari 1 masukan. Oleh karena itu, Return Path umumnya digabung
menjadi 1 terminal yang disebut Common, sedangkan Main Path tetap terpisah-pisah untuk
memungkinkan penyambungan masing-masing Push Button, Gambar 2.
Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa setiap input sudah terhubung dengan sumber tegangan dan
pin modul input PLC. Contohnya, jika input 2 ditekan maka aliran arus listrik mengalir mulai dari
Common referensi negative (0) tipe Sink, yaitu dengan menyambungkan kutub 0V ke
terminal Common Modul Input PLC. Dengan melakukan hal ini, Modul Input kita
memiliki sifat Sink sehingga untuk dapat mengaktifkan pin terminal input diperlukan kutub
24V. Sehingga komponen – komponen Input harus menyambungkan 24V dari catu daya ke
terminal input PLC.
Penentuan ini bisa berdasarkan pertimbangan standard Common yang berlaku dalam
perusahaan atau tipe sensor yang digunakan. Karena pemilihan sensor juga dipengaruhi sifat
Source atau Sink dari Modul Input. Setiap perusahaan umumnya mengacu kepada standard tertentu
dalam melakukan instalasi atau penyambungan kabel (wiring), terutama instalasi kontrol. Jika
sudah ditentukan oleh standard perusahaan bahwa yang digunakan adalah common negative, maka
sebaiknya kita menyesuaikan. Hal ini akan berkaitan dengan pandangan aspek keselamatan,
keseragaman dalam wiring dan ketersediaan sensor. Untuk pembahasan kaitan antara sensor
dengan common akan dibahas pada artikel khusus tentang penyambungan sensor digital pada PLC.
Perusahaan yang berpegang pada standard dengan common input negative berpendapat
akan lebih berbahaya jika kabel 0V harus disambungkan pada sejumlah tombol dan sensor dan ke
pin – pin input, karena jika kabel bertanda hijau terkelupas atau kontak dengan body panel (ground)
maka akan terbentuk loop semu sehingga pin input seolah – olah mendapatkan tegangan 24 V.
Dengan kata lain PLC akan mendapatkan perintah yang tidak benar. Kesalahan seperti ini
cenderung lebih sulit dideteksi daripada short circuit pada pemilihan common sebelumnya. Lihat
Gambar 4 dengan tanda silang biru.
Tidak ada yang sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar, karena ini kembali kepada
kebijakan masing – masing. Sebagai contoh, sebagian besar industry Jepang memilih opsi pertama
(com positive) sedangkan sebagian besar industry Jerman memilih opsi ke dua (com negative).
Namun saya pribadi lebih cenderung menggunakan common negative dalam penyambungan input.
Alasan lain selain kemungkinan adanya signal input palsu adalah kemudahan dalam menerapkan
logika High/Low saat pengajaran. Sebagai contoh, saat input 1 pada Gambar 3 ditekan, maka
Sedangkan pada sensor jenis PNP berlaku sebaliknya, saat supply tegangan diberikan pada kabel
Brown dan Blue, maka tegangan antara kabel Black ke Blue adalah 0V (lingkaran biru pada
Gambar di atas lalu akan berubah menjadi 24V saat mendeteksi objek.
Untuk dapat mengetahui apa tipe sensor yang anda miliki umunya setiap produsen sensor
memberi tanda khusus pada sensor mereka, misalnya warna kuning pada head sensor menandakan
tipe NPN atau warna hitam untuk tipe PNP. Atau degan melihat kode pada body sensor, inisial N
biasanya digunakan untuk sensor tipe NPN dan inisial P untuk tipe PNP. Namun hal tersebut tidak
dapat dijadikan patokan utama. Sebagai contoh, produsen sensor Omron memberi inisial B untuk
tipe PNP (E2V-X2B1 2M) dan inisial C untuk tipe NPN (E2V-X2C1 2M). Namun untuk lebih
tepatnya, anda dapat membuka datasheet sensor yang biasanya terlampir dalam box sensor saat
pembelian, atau dengan mengunjungi situs resmi produsen sensor kemudian masukkan nomor seri
sesuai dengan yang tertera pada body sensor.
Jika kita perhatikan gambar di atas, kita dapat melihat reed switch memiliki 2 jenis hambatan, yaitu
hambatan rangkaian modul input PLC (R Load) dan hambatan pada rangkaian internal sensor (r).
Kesalahan biasanya terjadi saat hendak melakukan pengujian. Jangan pernah menyambungkan 2
kaki sensor 2 kabel atau reed switch langsung ke sumber tegangan 24 V tanpa melalui beban
(modul input). Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada sensor karena arus yang berlebihan
mengalir pada rangkaian internal sensor. Penyambungan yang benar akan menghasilkan arus (I1)
senilai 24V/(R Load+r), sedangkan penyambungan seperti pada di bawah ini menghasilkan arus
(I2) sebesar 24V/r. Dengan r cukup kecil, maka arus I2 akan naik secara signifikan dibanding I1.
Dalam contoh ini, common digital output standard terhubung ke 0V DC dan signal output pada
alamat PLC terhubung ke lampu dan kumparan relay. Pada contoh ini lampu dpaat secara langsung
disambungkan karena memiliki tegangan 24V DC, dan umumnya lampu tidak terlalu besar
mengonsumsi arus listrik. Ketika output 07 pada PLC aktif, maka arus dapat mengalir dari 24V DC
melalui lampu ke output 07 untuk kemudian ke COM, sehingga menyelesaikan loop nya saat
memasuki COM catu daya, sehingga lampu dapat menyala. Jika output 07 dimatikan (off), arus
tidak dapat mengalir, dan lampu tidak akan menyala. Output 03 untuk relay dihubungkan dengan
cara yang sama. Ketika output 03 aktif, maka arus akan mengalir melalui relay relay hingga COM
catu daya, sehingga relay aktif. Relay akan menutup kontak dan pasokan 120V AC segera
disalurkan ke motor.
Gambar di bawah adalah rangkaian pengendalian motor indusksi 3 phasa dengan metode
Start/Delta.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Relay 1 dan Relay 2 keduanya dipasang paralel untuk
mengaktifkan kontaktor K1. Saat output 1 diaktifkan, maka relay R1 aktif dan akan
menyambungkan tegangan 220V pada kontaktor K1 dan K3, sehingga motor berputar dengan
hubungan Star.
Beberapa waktu kemudian (dengan memanfaatkan delay Timer yang ada pada PLC), Output
1 akan mati dan digantikan oleh Output 2 sehingga Relay 2 yang akan aktif. Relay 2 akan
menyambungkan tegangan 220V pada Kontaktor K1 dan K2, sehingga motor berputar dengan
hubungan Delta.
Perhatikan gambar di atas. Sebelum kontak A ditekan, output sudah menyala. Namun
sebaliknya saat kontak A ditekan, output akan mati. Logika ini disebut dengan TIDAK atau
NOT Logic. Logika ini sering digunakan untuk memutus aliran arus listrik atau digunakan
sebagai instruksi OFF
b. Logika OR (Atau)
Logika OR dapat diartikan sebagai logika alternatif, yaitu pilihan untuk dapat
menyambungkan sebuah aliran arus dengan melalui salah satu kontak. Dengan demikian,
mengaktifkan salah satu saja dari kontak A atau kontak B atau keduanya secara bersamaan
akan dapat menyalakan Output.
Contoh penerapan logika ini adalah pada pengoperasian lampu dari beberapa titik.
Lampudapat diaktifkan dari beberapa tempat dengan menggunakan beberapa tombol
berbeda dengan cara menyambung secara paralel kontak tombol – tombol tersebut.
Salah satu contoh penerapan logika ini adalah pada pengoperasian beberapa mesin industry
misalnya pada proses stamping produk. Saat akan melakukan stamping, operator harus
menekan 2 tombol yang berada di dekat tangan kanan dan kirinya, sehingga dapat dihindari
kecelakaan kerja.
Pilih Tipe PLC sesuai dengan yang anda miliki pada Device Type, kemudian pilih CPU
yang sesuai pada Setting.
Menu Bar adalah pilihan untuk membuat program baru, mengedit program,
mentransfer Program (PLC) atau pun Help.
Work Online PLC pada Toolbar adalah shortcut untuk menghubungkan PLC
dengan PC secara Online. Dalam Kondisi Online ini program dapat ditransfer ke
PLC atau diambil dari PLC dan Monitoring PLC secara Realtime.
Transfer PLC pada Toolbar adalah Shortcut untuk mentrasfer program ke PLC
atau mengambil program dari PLC.
Mode PLC pada Toolbar adalah Shortcut untuk memilih mode operasi PLC.
Mode Program dipakai untuk proses transfer program PLC. Mode Run dipakai
untuk menjalankan atau mengeksekusi program yang telah dimasukkan ke dalam
PLC. Mode Monitoring dipakai untuk memonitor kondisi program PLC saat
Running, dengan kemungkinan untuk merubah kondisi kontak atau memori.
Instruksi pada toolbar adalah shortcut untuk memasukkan Kontak, Coil, dan
Instruksi lain seperti Timer, Counter, Set/Reset dan lainnya.
Work Online Simulator berfungsi untuk menjalankan simulasi program pada
internal CX Programmer.
Project Tree adalah informasi mengenai project yang sedang kita kerjakan
meliputi spesifikasi PLC, Input Output, Memori PLC dan Data program kita (pada
Section).
Halaman Utama Program adalah tempat kita membuat program ladder diagram
PLC modular memberikan kebebasan bagi penguna untuk menginstal perangkat kendali
yang dibutuhkan, namun konseskuensinya adalah pengalamatan pada PLC ini tidak
semudah pada PLC Compact. Jika PLC Type Compact secara pasti telah didefinisikan oleh
produsen PLC, maka pada PLC Modular diperlukan penyesuain berdasarkan susunan pada
Rack PLC. Gambar di bawah adalah contoh susunan dan pengalamatan Basic IO pada PLC
Modular Omron.
Pada Gambar di atas terdapat 5 slot dengan setiap slot berisi sejumlah bit Input maupun
Ouput. PLC Omron menggunakan pengelompokan pengalamatan dengan metode 16 bit
atau word, sehingga setiap slot akan meiliki word CIO yang berbeda. Pengalamatan
dimulai dari slot paling kiri atau paling dekat dengan CPU, yaitu:
1. Modul Input 16 bit, berada pada word pertama sehingga alamat bit pada slot ini adalah
0.00 hingga 0.15.
2. Modul Input 16 bit, berada pada word kedua sehingga alamat bit pada slot ini adalah
1.00 hingga 1.15.
3. Modul Input 32 bit, berada pada word ke tiga dan ke empat sehingga sehingga alamat
bit pada slot ini adalah 2.00 hingga 2.15 dan 3.00 hingga 3.15.
Urutan alamat tersebut berlaku dengan ketentuan yang sama misalkan slot ke 4 yaitu modul
Output 32 bit diletakkan pada posisi ke dua setelah Modul Input 16 bit. Alamat yang
berlaku bagi modul output ini adalah 2.00 hingga 2.15 dan 3.00 hingga 3.15.
Konfigurasi dapat dilakukan melalui IO Table unit Setup seperti pada gambar di bawah ini:
Double Click pada IO Table Unit Setup, maka layar pengaturan IO akan tampil seperti ini.
Kemudian masukkan modul yang lain dengan double click Empty Slot berikutnya. Pilih
Modul berikutnya yang sesuai, kali ini saya menggunakan OC 211.
Setelah selesai klik OK, jika transfer tidak terdapat kendala maka download yang sukses
akan menampilkan seperti ini.
Dalam sistem kendali konvensional yang menggunakan relay, dikenal rangkaian selfholding. Yaitu
rangkaian yang bertujuan menjaga kondisi relay agar terus menerus aktif walau tombol ON nya
tidak lagi ditekan. Gambar di bawah adalah contoh rangkaian Selfholding untuk mengaktifkan
motor listrik. Pada tersebut, begitu Tombol ON ditekan maka relay akan aktif sehingga kontak NO
dari relay akan menyambung. Salah satu kontak NO digunakan sebagai jalur alternatif bagi arus
listrik saat tombol ON tidak lagi ditekan. Rangkaian akan terputus jika tombol OFF yang
memutuskan aliran arus listrik kepada relay ditekan.
Relay menyala saat Push Button yang terhubung pada input 0.00 ditekan.
Relay mati saat Push Button yang terhubung pada input 0.00 berhenti ditekan.
Untuk bisa mempertahankan kondisi output terus menerus menyala walau signal pada input tidak
lagi diberi, maka logika program memerlukan jalur alternatif. Kita bisa menambahkan kontak
cabang parallel OR di bawah Kontak Input 0.00 sebelumnya dan memberi alamat kontak sesuai
output yang akan dipertahankan kondisi nyala-nya. Jadi, saat kontak input 0.00 aktif dan relay 1.00
aktif, kontak output juga akan aktif. Sehingga dapat kita lihat pada gambar aliran arus dapat melalui
2 jalur, yaitu kontak 0.00 dan kontak 1.00.
Saat Kontak 0.00 dimatikan/diputus, output 1.00 masih menyala karena arus masih dapat mengalir
melalui kontak-nya sendiri yaitu 1.00. Ini lah yang disebut Selfholding.
Ketika kontak NC 0.01 ditekan, maka arus listrik terputus dan output 1.00 akan mati. Karena
Output 1.00 mati maka kontaknya pun akan kembali ke kondisi semua yaitu Open. Sehingga saat
0.01 tidak lagi ditekan, semua kontak dan output kembali ke kondisi semua.
Untuk mematikannya, kita menggunakan Reset. Reset adalah kebalikan dari Set, berfungsi
untuk merubah kondisi relay/output dari Off atau On menjadi kondisi OFF (0).
c. KEEP
Pilihan yang ke tiga yaitu dengan menggunakan instruksi KEEP. Fungsi KEEP sama persis
dengan yang dimiliki oleh kombinasi Set dan Reset, hanya akan terlihat lebih simpel.
Kekurangan dari KEEP adalah instruksi untuk Start dan Stop harus satu baris. Beda halnya
dengan Set dan Reset yang bisa dipisahkan menjadi 2 baris berbeda. KEEP dapat diberikan
dengan mengetik [KEEP alamat]. Gambar di bawah adalah contoh penggunaan KEEP.
Ketiga instruksi di atas memiliki langkah kerja yang sama. Saat tombol I:0.0 ditekan sesaat, maka
output Q:1.0 akan menyala (ON). Saat I:0.01 ditekan sesaat, maka Q:1.0 akan mati (OFF)
Prinsip switching Differential adalah switching yang terjadi saat adanya perubahan kondisi
suatu relay atau kontak. Karena perubahan ini terjadi pada kontak, maka hanya ada 2 kondisi
perubahan yang dapat berlaku yaitu dari 0 menjadi 1 atau sebaliknya dari 1 menjadi 0. Sesuai
dengan namanya yang berarti perubahan, maka kondisi berubah itu sendiri hanya berlangsung
sangat singkat. Misalnya saat sebuah kontak ditekan, durasi kontak berubah dari 0 menjadi 1 itu
terjadi sangat singkat karena setelah menjadi 1 kontak akan mengalami kondisi stabil yaitu 1
(selama masih ditekan). Perubahan akan kembali terjadi saat kontak dilepaskan, yaitu perubahan
dari 1 menjadi 0. Hal ini juga terjadi sangat singkat, selanjutnya tidak ada lagi perubahan karena
kondisi stabil kontak yaitu 0. Durasi switching yang sangat singkat itu terjadi hanya dalam 1 Scan
time. Anda dapat membaca ulang tentang Scan time pada bagian awal belajar PLC tentang prinsip
kerja PLC.
Oleh karena itu terdapat 2 jenis Differential, yaitu Differential Up (DIFU) dan Differential
Down (DIFD). Selanjutnya akan dibahas tiap relay dan kontak differential dengan mengambil
contoh pada PLC Omron. Panduan tentang pengoperasian DIFU dan DIFD dapat anda buka pada
Help – Instruction Reference – (pilih PLC) misalnya CP1E, kemudian pilih Sequence Output.
Jika anda kesulitan menemukan, silakan baca penjelasan berikut :
Pada gambar di atas, saat kontak I 0.00 ditekan, maka bit W20.00 akan aktif secara singkat,
sehingga dapat mengaktifkan Output Q100.00. Saat Kontak I 0.01 ditekan, bit W20.01 tidak segera
aktif melainkan menunggu sampai kontak I 0.01 selesai ditekan baru aktif, sehingga Output
Q100.00 dimatikan.
Kontak Differential
Anda dapat langsung menerapkan prinsip differential langsung pada kontak tanpa harus
menggunakan relay. Cara nya adalah dengan merubah kondisi kontak yang anda gunakan.
Cara 1, saat anda memasukkan New Contact, setelah memasukkan nama Kontak Klik Detail.
Lalu pilih Mode Differential, None untuk Kontak biasa, Up untuk DIFU dan Down untuk DIFD.
Cara 2, saat anda ingin mengubah kondisi kontak sudah lebih dulu ada, Klik kanan pada Kontak
lalu pilih Differentiate, pilih None, Up atau Down.
Gambar di bawah ini salah satu contoh yang prinsip kerja nya sama namun menggunakan 2 metode
berbeda. Saat kontak I 0.02 ditekan, maka Output Q100.02 akan aktif. Saat Kontak I 0.01 ditekan,
bit Output 100.3 tidak segera mati melainkan menunggu sampai kontak I 0.01 selesai ditekan.
Kontak Fungsi
P_On Kontak yang selalu ON setiap saat selama PLC dalam kondisi Run
P_Off Kontak yang selalu Off setiap saat selama PLC dalam kondisi Run
P_First_Cycle Kontak yang hanya ON saat Cycle time pertama PLC dijalankan
P_1s Kontak berdetak yang menyala dan mati 1 kali dalam 1 detik (1Hz)
P_0_1s Kontak berdetak yang menyala dan mati 1 kali dalam 0,1 detik (10Hz)
Setiap brand PLC memiliki cara pengalamatan dan metode tersendiri dalam penggunaan
instruksi Timer. Pada artikel ini akan mengambil contoh penggunaan Timer pada PLC Omron tipe
CP1E CPU E20. Saya sengaja mengambil contoh spec terendah dengan asumsi pemanfaatan yang
paling sederhana. Untuk spec yang lebih tinggi moleh jadi memiliki fitur-fitur yang lebih lengkap.
Tipe PLC ini memiliki 256 register Timer mulai dari 000-255. Jumlah yang saya rasa cukup untuk
digunakan dalam pemrograman sistem sederhana.
Untuk dapat menggunakan instruksi Timer, anda bisa memilih New PLC Instruction (I) pada
Menu bar, kemudian letakkan pada posisi yang sesuai dan ketik [TIM alamat #setvalue]. Berikut
ini adalah blok pengaturan instruksi Timer pada PLC Omron CP1E.
SET Value yang umum digunakan pada Timer adalah tipe BCD, sehingga nilai pengaturan dapat
diatur mulai 0000 hingga 9999. Pengaturan nilai ini bersifat konstan atau fix. Jika menginginkan
nilai Set Value yang dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan, kolom Set value bisa kita isi dengan
Keduanya memiliki fungsi dan pengalamatan yang sama, perbedaanya ada pada time base (pengali)
pada Set Value. TIM memiliki pengali 100ms (0.1s) yang artinya, nilai yang anda masukkan ke
dalam Set Value akan dikalikan dengan 0.1s. Sehingga jika anda ingin menunda Timer selama 5
detik, maka set value nya adalah 50. Dengan melihat set value 0 – 9999, maka TIM memiliki
pengaturan waktu penundaan antara 0,1 s hingga 999,9 s. Sedangkan TIMH memiliki Set value
yang lebih rinci yaitu 10ms (0,01s). TIMH bisa dijadikan alternatif saat ingin memberikan
penundaan waktu di bawah 0,1 s.
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan Timer dalam pemrograman PLC
1. Timer dipakai sebagai Penunda waktu On
Sebagai contoh, terdapat 1 Push Button untuk mengaktifkan lampu dimana lampu akan
menyala 5 detik setelah Push Button ditekan. Contoh Programnya adalah sebaai berikut :
Saat Tombol ON ditekan, maka internal relay W10.00 akan aktif sehingga kontaknya akan
memberi supply pada Timer untuk mulai menghitung. Setelah mencapai hitungan detik,
kontak Timer akan aktif untuk menyambungkan Output dengan alamat Q:100.00
Kebalikan dari penerapan sebelumnya, Timer pada aplikasi ini digunakan untuk memberi
perintah Reset pada Internal relay W10.01 memalui KEEP. Dengan waktu jeda sejak
Tombol OFF hingga Output dimatikan adalah 10 detik.
Pada gambar di atas dapat diperhatikan bahwa Kontak NC Timer 7 memberi supply pada
Timer 6 untuk mulai menghitung waktu. Perhatikan baris paling bawah, Kontak NC Timer
6 sudah menyalakan Lampu.
Gambar di atas adalah instruksi paling umum untuk counter, yaitu menggunakan Set value tipe
BCD, dengan demikian nilai yang dapat dimasukkan adalah #0000 hingga #9999. Jika anda
menghendaki nilai pengaturan counter dapat diubah-ubah selama proses operasi sistem, anda dapat
memberi alamat Data Memory tertentu (misal D100) pada Set Value sehingga berapa pun nilai
yang terdapat pada D100, maka itu lah yang akan menjadi Set Value counter. Gambar di bawah ini
menunjukan prinsip kerja Counter.
Begitu juga saat seolah – olah melepaskan PB_Forward dengan merubah nilai 1 menjadi 0 (Nol)
kemudian Enter. Untuk memberhentikan motor, ubahlah kondisi Kontak PB_Stop. Dan untuk
keluar dari mode simulasi, ketik kembali CTRL+SHIFT+W.
Gambar tersebut memiliki prinsip kerja yang sama dengan gambar pertama, hanya diganti
internal relay W10.00, W10.01 dan W10.02.
Klik pada Button PB yang bertanda merah di atas, buat menjadi 3 buah.
Double Klik pada button, kemudian sesuaikan jenis Kontak dan pengalamatannya. Jika
yang anda kehendaki adalah prinsip Push Button, maka pilih Momentary. Untuk
pengalamatan, pada Write Address Klik bagian Set1 kemudian isi Address Setting
seperti di atas. Sesuaikan dengan kontak pada CX Programmer, misalnya W10.01.
Buat 2 buah bit lamp dengan memilih seperti tanda merah pada gambar di atas. Buat
menjadi 2 buah sebagai indicator Forward dan Reverse.
Double Klik pada Bit lamp, kemudian atur Label nama dan pengalamatan lampu.
Seperti saat pengaturan kontak. Pilih alamat Output yang sesuai dengan CX
Programmer, misalnya 100.00.
Mulai simulasi dengan memilih Tools – Test. Pastikan anda membuka program PLC
yang sesuai pada CX Programmer dan dalam kondisi Work Online Simulator.
Atau cara yang lebih singkat dengan memilih PLC-PT Integerated Simulation, ada
di sebelah Work Online Simulator pada CX Programmer atau di sebelah Test
pada CX Designer.
Selanjutnya akan tampil layar HMI sesuai yang anda desain, dan simulasi dapat
dilakukan.