Batam
UPT Perpustakaan
DIKLAT
Teknik Pengaturan Otomatis
BATAM
2013
TEKNIK PENGATURAN OTOMATIS
Daftar lsi :
Pengertian sistem Pengaturan ...................................
Diagram Blok Sistem Kontrol
......................................
Perilaku Sistem Kontrol ..............................................
Tipe Kontroler .............................................................
Kontroler Dua Posisi ...................................................
Kontroler Tiga Posisi ..................................................
Kontroler Proporsional (P) ..........................................
Kontroler Integral (I) ....................................................
Kontroler Proporsional Integral
(Pl) ............................ Kontroler
Derivatif (D)
.................................................
Kontroler Proporsional Derivatif
(PD) ......................... Kontroler
PIO .................................................
.............
Karakteristik Osilasi pada
Sistem Kontrol ...................
Seleksi tipe Kontroler untuk
Aplikasi Tertentu ............
Optimisasi Kontroler
...................................................
Elektropneumatik ........................................................
Komponen Elektra Pneumatik
.................................... Rangkaian
Dasar .............................................
...........
Rangkuman ................................................................
Soal-soal ....................................................................
Teknik Pengaturan
1. Pengertian Sistem
Otomatis Pengaturan
1-2
Teknik
Pengaturan Otomatis
1-3
Teknik Pengaturan
Otomatis
Tabet 1.1. Contoh komponen sistem kontrot
1-4
Dalam pengaturan secara otomatis, peranan operator
diganti oleh peralatan atau komponen yang secara otomatis
bekerja sesuai dengan fungsi operator. Pada gambar 1.3,
peranan operator diganti oleh gabungan antara sensor
tegangan (berupa trafo tegangan) dan Thyristor sebagai
aktuator penghasil arus eksitasi yang mengatur kecepatan
putar rotor dalam Generator.
Dalam sistem tersebut, setiap harga tegangan yang
dihasilkan oleh Generator ditangkap oleh trafo tegangan
untuk dibandingkan dengan tegangan acuan (referensi).
Selisih tegangan ini menjadi input pemicu (trigger)
Thyristor yang menentukan nilai arus eksitasi dan output
tegangan yang selanjutnya mempengaruhi Generator
untuk menghasilkan tegangan output yang diinginkan.
Prinsip pengaturannya adalah sebagai berikut : apabila
tegangan output lebih rendah dari tegangan acuan maka
Thyristor akan menghasilkan arus eksitasi sehingga
tegangan output Generator naik mendekati harga tegangan
acuannya, sebaliknya jika tegangan output lebih tinggi dari
tegangan acuan maka Thyristor akan menghasilkan arus
eksitasi sehingga tegangan output Generator turun
mendekati harga tegangan acuannya.
1-5
Sedangkan diagram blok sistem kontrol lingkar tertutup
diperlihatkan dalam
gambar 1.5.
masuk
- komparator kontroler aktuator plant
an
acuan - keluaran
..
umpan
balik -
1-6
apabila ada gangguan yang bersifat sukar ditentukan atau
diramalkan, tetapi biasanya sistem kontrol lingkar tertutup
juga memerlukan daya dan biaya yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan sistem kontrol lingkar-terbuka yang
bersesuaian.
tangki air
p
e
n
g
u
k
ur
suhu r)
(term
omete
1-7
suhu air panas kontroler
aktuator plant
suhu air .
panas
(tangki
-i
(katup +
tangan air)
1--.
yang diinginkan op sebenar
er nya
(operator) at
or
)
-
-l+ +
------ -----
driver
kontroler
-
n SUhu
air
air St
uenarnya
suhu air motor listrik tangki
komparator
panas yang
diinginka pana_s
--- ----- - --- - - -- - - -- - -- -- - - - - --- - -
m ik r o k o n tr o le r a t a u k o
mputer
s ,
e
n
s
o
r
s
u
h
u
(
t
r
a
n
s
d
u
s
e
r
)
18
operator
-
aktuator
.
yang diinginkan (operator) operator) (tangki air)
1-9
Selain itu, mikrokontroler digunakan sebagai
pengaturnya, dan motor stepper difungsikan untuk
menggerakkan rodanya. Cara kerjanya adalah sebagai
berikut. Robot berjalan dalam arah lurus ke depan, jika
sensor depan mendeteksi adanya penghalang, maka
sensor samping (kiri dan kanan) akan mendeteksi ada
atau tidak penghalang. Jika dikiri tidak ada penghalang,
maka robot berbelok ke kiri, sebaliknya jika
penghalangnya di kiri, maka dia berbelok ke kanan.
Sedangkan jika penghalang juga berada di kiri dan
kanan, maka robot bergerak mundur.
jalur
(path)
.. I
I
I driver I
jalur motor
ya ,- komparator -. kontroler -I+ motor ,w,
ng
-. stepper
11 ya
diinginkan I stepper
I
I
_ .,.,.._
I
I
--------------------------'
mikrokontroler
s
e
n
s
o
r
j
a
r
a
k
(
u
l
t
r
a
s
o
n
i
k
)
-- --
t ---
U1 {x1)
- ...-
-- --
I.i( y ,) I.2 (y2) I.i (ril I.Cyl --
b) Gr
afi
k
st
ati
s
z 1= 1 = 0 A
')
max
A
-+----.--,,,,£--, z o = I = 5
t '), Z 2 = f = 10 A
')min
01 I. I.(y)---
f emin f emax
1-11
Secara gratis ,hubungan tersebut diperlihatkan pada gambar
1.15.
Y u.l _ ,_
Jaw
ab :
'x 100°
C _80o C I OK
K s A
'y 7
A SA
fl ls fl ! ... t I Sedangkan
ti.
perilaku sistem
150 .. ..
x dinamis ditinjau dari
(fly) c mA
• respon
sistem yang
75 ... ti.x
2,0 (6x)100 . mA
Ks
-=
1,0 50 dikontrol terhadap input
ti.y
0,5 25 ... berbentuk tangga ( step) .
fly Input berasal dari variabel
0 0 termanipulasi, sedangkan
respon sistemnya berupa
variabel yang dikontrol.
Gambar 11-
16
f memperlihatkan
respon
sistem dan
a) Respon step & koefisien transfer simbolnya.
b) Simbol
1-1
Berdasarkan bentuk responnya, ada lima klasifikasi sistem
kontrol, yaitu
1. Sistem kontrol tanpa waktu tunda (PTo),
2. Sistem kontrol waktu tunda satu langkah (PT1),
3. Sistem kontrol waktu tunda dua langkah (PT2),
4. Sistem kontrol waktu tunda banyak (PTn), dan
5. Sistem kontrol dengan waktu mati (dead time).
peredaman
1-13
Pada saat katup dibuka untuk mengalirkan uap panas ke
dalam tangki, proses pemanasan mulai bertangsung. Suhu
air bertambah seiring dengan banyaknya uap panas yang
mengalir ke dalam tangki.
t
fix
Perubahan suhu air dalam
tangki mengikuti grafik pada
gambar 1.18a. Pada grafik
( tersebut, x menyatakan suhu
J
) air setiap saat, sedangkan y
menandai
/';x
t
fiy
fi x
Ks = -
6y
suhu air yang diinginkan.
Perubahan suhu air
berlangsung lambat dan
0 1T, 2 T, 3 T, 4 mengikuti bentuk
T, 5 T, eksponensial dengan
konstanta
waktu T5. Simbol sistem PT1
diperlihatkan pada gambar
1.1Bb.
1-14
Apabila proses pemasukan
langen -/ uap panas terus berlangsung,
maka perubahan suhu dalam
t radiator mengikuti pola grafik
pada gambar 1.20. Suhu akhir
/:; x
diperoleh dalam selang waktu
tertentu yang disebut waktu
!:,x Kc = - menetap (settling time) T9.
- t:,y
Adanya dua parameter waktu
t
t:,y
tunda
menyebabkan
Tu dan
sistem
T9
ini
disebut sistem
PT2.
Simbol sistemnya
diperlihatkan pada
6 8 gambar 1.20b. Dapat
dilihat pada simbol
itu, bahwa output
sistem mulai
merespon
T. , f
- setelah beberapa saat (waktu
-- mati) dan mencapai inputnya
setelah selang waktu
a) Respon step &
koefisien transfer !:,:J
ax
t1
, lL= 1 !:,/ 00
ay
bl Simbol
Gambar 1.20 Respon
sistem P T2
t 3:
tertentu (waktu menetap) mempercepat bagian jangkar.
.
Sementara itu, sistem PTn
Conteh lain dari adalah sistem dengan respon
sistem PT2 ini yang sangat lambat
adalah motor arus dibandingkan dengan
searah dengan dua sistem
magnet permanen, terdahulu. Kalau sistem PT1
dimana waktu tundanya mungkin
kecepatannya diatur berkisar dalam satuan
melaluiperubahan milidetik dan sistem PT2
arus jangkar. Sistem waktu tundanya dalam
ini memiliki dua kisaran puluhan milidetik,
maka
konstanta waktu,
satu untuk waktu tunda untuk sistem PTn
mungkin berkisar dalam satuan
lilitan jangkar dan
detik sampai puluhan detik.
yang lainnya untuk Secara grafik, bentuk
0 10 20 30 40 respon untuk sistem PTn sama
50 60 s 70
dengan
r. I Tg sistem PT2 yaitu memiliki dua
t konstanta waktu seperti
diperlihatkan pada gambar
1.21. Perbedaannya terletak
Gambar 1.21 Respon pada kisaran
kontrol PTn waktu tunda dalam satuan
puluhan detik.
1-15
Kelompok lainnya adalah sistem kontrol dengan waktu mati
(deadtime). Seperti diuraikan sebelumnya, waktu mati
didefinisikan sebagai saat ketika sistem tidak merespon
inputnya. Jadi output sistem baru muncul setelah waktu mati.
Gambar
1.22 memperlihatkan proses pemindahan barang atau
bahan di sebuah proses produksi dari satu tempat ke
tempat lain melalui ban berjalan. Karena ada waktu yang
dibutuhkan oleh barang atau bahan untuk berpindah dari
posisi semula ke posisi akhir, maka ada rentang waktu
kosong (deadtime) sebelum output sistem - dalam hal ini
awal proses dibagian berikutnya - terjadi.
X
f ---
a) Re
sp
on
Ste
p
b) Si
mb
ol
Gambar 1.23
Re
sp
on
Ko
ntr
ol
De
adt
im
e
1-16
1.4. 4. Ti pe Kontroler
,....-
+-
l(Jo}
x
(J)
-
---
-
<3.\
-•
Y• 0 y,
,_
-r r,
0
t. ..
pemanas ON OFF
I ..,,. ,...
ON
1-17
Pada saat awal proses pemanasan ruangan, suhu naik
sedikit demi sedikit sampai mencapai suhu tingginya.
Karena ketidakidealan sistem, timbul waktu
tunda T u· Waktu tunda tersebut muncul baik pada saat
kondisi on ke off ataupun sebaliknya dari kondisi off ke on
seperti terlihat pada gambar tersebut sebagai akibat
komponen atau pengatur tidak bisa langsung merespon
perubahan inputnya .
Pada kontroler ini bentuk kurva
karakteristik input-outputnya x
disebut seperti
TI
hysteresis
terlihat di bagian kiri gambar y
1.24. Dengan melihat kurva ini,
perpindahan (transisi) dari w
posisi on ke off berlangsung
ketika suhu mencapai suhu
tinggi (Xo) dan sebaliknya
Gambar 1.25
perpindahan posisi off ke on
terjadi pada saat suhu Simb
ol
mencapai suhu rendah (xu),
kontr
Simbol kontrol dua posisi (On-
Off) diperlihatkan pada gambar ol on-
1.25. off
Gambar 1.26 Kontroler suhu bimetal
1-18
1.6. 6. Kontroler Tiga Posisi
x
ngka
memerlukan tiga keadaan,
n
yaitu panas-tinggi, panas-
kara
---
sedang, dan keadaan mati
kteris (Off), seperti diperlihatkan
itik pada gambar 1.29
dan
simb
ol
Gambar 1.28 Karakteristik dan
panas t +yh
AUS
simbol kontroler tiga posisi y O
X Xs x--
dingin -yh
Gambar 1.29
Karakteristik
kontroler tiga
posisi dengan
posisi tengah no/
1-19
1.7 . Kontroler Proporsional (P)
tuas
x.
x.
a) Grafik dan respon
Proporsional
b) Diagram blok
K llP kontroler P
M
Kontroler blok kontroler ini
Proporsional diperlihatkan pada gambar
memiliki 1.30.
karakteristik
Aplikasi kontroler
bahwa
proporsional misalnya pada
outputnya
pengaturan tinggi permukaan
berupa variabel
air seperti pada gambar
yang dikontrol
1.31. Buka tutup katup akan
berubah
sebanding dengan posisi
sebanding
pelampung yang mengukur
(Proporsional)
selisih antara tinggi
dengan
permukaan air yang
inputnya yang berupa
variabel selisih diinginkan (referensi) dengan
( error) antara tinggi air sesungguhnya (x).
masukan
acuan (
reference)
,
t:,y = K RP '
e beda kontrol
1-20
1 . 8. Kontroler Integral (I)
I ,
sehingga diharapkan selisihnya
semakin kecil. Karakteristik
:f dan diagram blok kontroler
integral diperlihatkan pada
:!::!:::= gambar 1.33.
al Respon step
e
Dibandingkan dengan
bl Diagram blok
kontroler
proporsional, pemakaian
kontroler integral relatif lebih
Gambar 1.33 baik dalam hal memperkecil
Kontroler Integral
selisih antara masukan acuan
dengan output nyata. Dengan
demikian, kontroler
integral akan mendorong sistem
yang
dikontrol (plant) untuk mencapai output yang diinginkan,
sehingga selisih (error)
nya semakin kecil.
1-21
1.9. . Kontroler Proporsional Integral (Pl)
llyp = K RP " e·
(1• ...L I
1
T,
llyp1 perubahan
e besaran
//
, O++- ..........
, aktuator
kontrol Pl
Tn waktunaik
r. e t
rent
ang
wak
tu
per
uba
han
K RP
koefisien
Prop.
katup aliran
tuas
pelampung
keluaran
1-22
1.10. Kontroler Derivatif (D)
·
pegas
aIiran
y pelampung
pengisian
keluaran
1-23
1.11. 1 . Kontroler Proporsional Derivatif (PD)
, r. -delay
e beda kontrol
y i
jang
ka
wakt
u
al kenaikan respon bl
peru
diagram blok
bah
an
koef
isie
nP
1-24
1.12. . Kontroler PID
A
y &yrio = KRr {e + e· :.
Ayt + T,· :)
o
f,y?IO c,y Pio perubahan
besaran aktu
T,-- ator kontrol PIO
--
K p Koefisien
--:: T., Proporsional respon
waktu
--t - --
& y &y
-- ,
p .- --- --
el e r. waktL1
naik
' e beda
kontrol
f waktu
a) Respon step b) Diagram blok
peredam Potensiometer
akan
memperkecil
tegangan,
motor DC akan
mati. Sekaligus
katup akan
pelampung menutup aliran
ka up air yang menuju
ke bak
pengisian penampung
bawah.
Gambar 1.43
Aplikasi kontroler
PIO
1-25
keluaran
Untuk memudahkan analisis sistem kontrol biasanya
digunakan analogi penggambaran sistem kontrol dengan
rangkaian listrik. Tipe kontroler, diagram blok, analogi
rangkaian listrik, hubungan antar variabelnya
dicantumkan dalam tabel berikut.
Je Oiogram biol<
n1 Gambar rangkaian Pet$amaan be-saran aktUato,
s Pors.Jmaan
kor
nro
l
-A 6yp •
K,.,- RK
KRP • e
p
f • f AY
R.
R,
,
<l.YJ • K.,. ·o ·t
'
[ ,-[=:J
K., • R C
-: f Ay
-
I• K
Pt
:.) I(,
Ay,.• K••·8 ·(1+
K
...
R,
T.•R• C•
-
PD
K RK
(o+ r•. ...
7)
.i.y..,. K..
-
PIO
R
,
-
T
,
:
R
...
,
K
· C, R.
(, OYP<D K··(e+e·.!..+ r•. ) T I T0 • R<
R R.
K 0
t
T •R.· C.
.
.
I
-
cl slstem konlrol ldk stabit
.
,0
•
I
al slslom konlrol stabil blsistem kon!rol p:,da batas kestabilan
1-26
Dalam sistem kontrol dengan loop stabil, respon sistemnya
bisa mengikuti masukan acuannya dengan error semakin
kecil dan menuju nol. Sementara untuk loop batas stabil,
output sistemnya berosilasi terus-menerus. yang pada
tingkat tertentu merusak komponen sistemnya.
Po Aliran cairan ++ ++
P,, Tekanan + (SI,++IFI • + (Fl,++($) • •
P,. Tomperatur + • ++ •
-
+
+ (F),++ (SI +
Perpindahan massa olr
•
,
p " Lovol ket nggion + ++ +
Ir, level kotlnggion + + ($), ++ +
minyok
- tidak stobil,.t (F)gangguan
daklayak, +layak.++ dirokomendasl.(F) releronsl, (S)
1-27
Tabet 1.5. Parameter kontroller dengan pendekatan
Chien/Hornes/Reswick
Ks Tu 10 60
T,1 2T,, 2 u60 10 detik ; dan Tv 0,42 u60 25,2 detik.
0,42T11
1.16. Elektropneumatik
1-28
Teknik Pengaturan
Otomatis
1.17. Komponen Elektropneumatik
Di pasaran biasanya
tersedia dalam bentuk
saklar tekan (pushbutton)
atau selector switch,
normally open, normally
classed atau dalam bentuk
toggle gambar - 1.46 Untuk
model selector switch,
bekerja berdasarkan
mekanis, dan akan tetap
pada posisinya sampai ada
yang mengubahnya.
Teknik Pengaturan
Otomatis
Gambar 1.46. Tombol NO,NC dan
toggle
1.17.2. Sensor-sensor
\I
2 I J
,
Gambar
1.47
Limit
switch
1-29
Teknik Pengaturan Otomatis
1-30
3. Relay dan Kontaktor Teknik Pengaturan
Otomatis
1-31
Teknik Pengaturan matis
Oto
1
--
----
2
--
5 64
--
3
5
-
7
1
- 6
2
-- a
2 3 4 5 6 7 8
Prinsip kerja
katup kontrol 3/2
gambar 1.51:
I
I
•
dimulai dari
penyetelan
dasar katup,
yaitu dengan
menutup aliran
udara dari 1 ke
2. Magnet yang
dibangkitkan
oleh belitan
akan menaikkan
jangkar ke atas,
sehingga akan
terjadinya aliran
udara bebas
dari 1 ke 2.
Selanjutnya,
pengaliran udara-
3 dalam jangkar
akan
menghalangi
udara dari atas
ke bawah. Oleh
karena itu tidak
ada arus lagi
yang mengalir
melalui belitan
(spul) dari
jangkar ke
bawah dan
aliran dari 1
ke 2 juga terhalang; dalam waktu Gambar 1.52 Katup
Magnetik yang bersamaan akan terjadi
1-32
pertukaran udara dari Teknik Pengaturan
Otomatis
3 ke 2. dengan
bantuan tangan,
poros elektromagnet
dapat berputar, dan
ini akan
mempengaruhi
adanya pertukaran
udara tersebut. Di
dalam
elektropneumatik
terdapat valve yang
dapat dikontrol.
Keunggulan penggunaan
kontrol dengan
elektropneumatik adalah
belitan magnet relatif
berukuran kecil, sehingga
hanya memerlukan arus dan
daya listrik kecil, Gambar 1.53.
menunjukkan dasar fungsi
Batang
sebuah elektropneumatik
jangkar
gambar-1.52. Sinyal listrik
akan mengakibatkan jangkar katup
bekerja membuka katup magnetik
kontrol dan ini akan
menimbulkan perubahan
tekanan pada piston,
sehingga katup akan
terbebas dari kontrol tekanan.
1-34
1.18. Rangkaian Dasar
+
2
4
V
o
v Gambar 1.59.
Gambar 1.58. Silinder Silinder operasi
tunggal dengan dgn katup ganda katup 512
magnetik 312
1-35
Gambar-1.57 bawah menunjukkan bahwa silinder 1A1 bergerak
berdasarkan
impuls yang diperoleh dari S1 dan S2 yang ditekan sesaat
saja. Katup path 5/2 1V1 merupakan sebuah katup
dengan memori.
Yl Y2
+24V
ST Kl K2
Kl K2 Y1 Y2
*
(1V
Gambar 1.60.
*
Silinder
ganda
dengan
katup 513
SISTEM KENDALi SUHU DENGAN PENGENDALI
ON/OFF
Error
detect Kontroler Aktuator Plant
or
+
Vref (t) . ON/OFF . Heater . Kuningan
Suhu - .T (t)
acuan
.
.
1
Sensor
Mekanisme pengendalian :
Nilai suhu yang diinginkan terlebih dahulu ditetapkan
sebagai suhu acuan. Saat awal, suhu kuningan masih di
bawah ni lai acuan, nilai galat = suhu acuan - suhu kun
ingan akan bernilai posistif, seh ingga keluaran pengendal
i akan mengaktifkan heater. Beberapa saat kemudian
suhu akan mencapai ni lai melebihi nilai acuan (lebih
sedikit), sehingga keluaran pengendal i akan mematikan
heater. Pada kondisi ini , suhu pada kuningan masih akan
naik, sampai nilai tertentu. Kemudian panas akan sedik it
demi sedikit hi lang, suhu kuningan akan turun. Untu k
mempercepat turunnya suhu kuningan, terdapat fan yang
akan aktif saat heater tidak aktif. Ketika suhu mencapai
nilai kurang dati nilai acuan, heater akan aktif kembal i, fan
dimatikan. Walaupu n heater telah diaktifkan, suhu
kuningan masih akan turun, sampai pada nilai tertentu
suhu kuningan akan naik kembali . Graftk keluaran
pengendali dan suhu kuningan dapat diperhatikan dalam
gambar 2 berikut ini.
Heater on
Heater on 100% ---, r------- ,--------
I
I --- ,
I
'
I
I
I I
I
I
I
I I
I I
I
I
I
I I
I
---+ -
I
Set point f---'--- ---' -
+-'-----+
1
1
I
I
I
Te
I
mp
I
I
erat
: Heater ure
vari
: atio
n
Heater off :
'- --O--ff---•I :
---- ._ _ _ _ _ _ _ _ _ _,
0
0/
o ------
a) (b)
SISTEM KENDALi
SUHU DENGAN PID
Error Aktu
detect Kontro ator Plant
or ler Driv
er +
+
Vref (t)
Acuan suhu
. PID
Hea
Kuningan T(t
. ter . )
-'
1
Sensor
2. Maksimum simpangan.
d (t)
K I
u( t) = K l' e(t) + I' e( t)dt + K p Td _e_
T; I
J d[
alih).
sangat penting.
1
Di sebuah PLTA yang umum : air menggerakkan turbin, turbin digunakan
untuk menggerakkan generator dan motor arus searah ini kemudian
digunakan memutar suatu alternator tiga fasa.
Untuk kepentingan kendali kecepatan, suatu motor list rik dapat
satu keluaran :
Masukan I
Energi Elektrik
MOTOR
-- Kelu
aran
• Ener
(tegangan, V) gi
Meka
nik
(puta
ran,
ro)
Penguat
I I .
MOTOR
.
"
Energi
Elektrik
••
Sinyal Kontrol
(sebanding dengan <il yang diinginkan)
Sistem kendali seperti di atas, dengan masukan plant yang
Kontroler Aktuator
motor de
masukan acuan
Q(s)
KaKm
=
Vref (s) s rm + I
Agar keluaran sistem tidak mudah terganggu, dapat
control system),
S
e
n
s
o
r
Fungsi alihnya :
O --- K aKm --
(
s
)
----
Vref (s) s rm + I + KaK mKg
. . k () ( ( KaKmKg + l
).t)
• S1stem 1mg ar tertutup : ro t = exp ----
--
r,,,
kontroler PIO.
sistem.
25%
c
garis tangen pad
/-- ..... titik infleksi
(
0
..... L t
Tipe Pengendali Kp T1 Td
p 0
T 00
- L
T
PI L 0
0. 9 L 0.3
PID 1.2-
L
,. 2L 0 , SL
l+ =K
(G,(s) I
+Td s)
-
< p T,
;S
= 12 I + 0 5Ls)
T
(1
+
- -
' L 2Ls '
2
= 0 6T ( s +
±)
' s
r------------------------------------------ ,
: Computer :
, system ,
I Set (Desired '
I 1
po1'nt t t )
-
I - R I
I I
I I
f,;-
I I Power
i'
ADC PIO I OAC Motor
I Amp lifier
I
I I I
I
I I
I I
I I
Ve
·------------------------------------------- '
Tachometer
Gambar 1 Sistem Kendali Kecepatan Diskrit
transformasi Z :
G(z) = U( z) = Kp + Ki + Kd( I - z -t )
E( z) 1-z-t
Dengan U(z) sebagai sinyal kendali dan E(z) sebagai sinyal galat.
Untuk proprosional :
Untuk integral :
Untuk derivatif :
Sehingga, u(k)=
Dengan
k=0,1,2,3,........
lmplementas i dalam pascal :
proced
ure PIO;
interrup
t; VAR a
:BYTE;
t
;
KIO := Kl*ERR+KIO;
sigout :=
KPO +
KOO +
KIO; ERRL
:= ERR;
a := ROUND(sigout);
if
a>25
5t
hen
:=25
5;
dac(
a, l);
sam
pling :
= not
sampli
ng;
end;
r----------------------------------------------------1
Compolet' :
system I
Set (Desired I
point I
temperature)
rEr -
I
-
i
-
Posi
Ampifl•r
- Power MO !Or f--o, lion
Goar
1
Box
. ADC -
PIO
------ -- ---
PO$itiOn
Sensor
Gambar 1 Sistem kendali posisi diskrit
kendaliannya.
Pengendali Pl berpengaruh dalam meningkatkan
c(O) =0
c(l) = 0.3679
c(2) = 1.0000
c(3) = 1 .3996
c(4) = 1.3996
c(5) = 1.1469
c(6) = 0.8944
c(7) = 0.8015
c(oo)= lim (l - z -' ) C(z)
: I
2
- controller hold
Plant
G• (s) G C s)
T• l
{a)
R( z) 0.3679z -• + 0.2642z - 2
K, z- 1-
(1
+K C(z)
)
+ (1 - 0.3679z-1)(1 - z-1)
- 1 - z-1
0
Kp +
-
' .
(
(b)
c(k)
0.5
•
1.6
••
1.0
•
•
• ••
•• • •• • ••• • • •
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 k
(cl
0
0
Motor Gir (t
Kontrol +Beban Km )
er d ...1.
Pen
e s
r
uat aj
at
K K ...1.
K N
2
Si$J,t Pengaturan Lin kr(tJerbuka jarang terdapat. Pikirkanlah atas
enjelasan ini.
-----'
derajat Ko !
+--------
Potensio Output
Gambar 1 Sistem kendali posisi
diputus.
3
lni merupakan contoh teknik yang dikenalsebagai rate feedback : Selain
umpan balik keluaran ditambahkan umpan balik perubahan keluaran.
Pada kebanyakan sistem pengaturan kecepatan, yang diinginkan