Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Terkait 4 Jurnal

Listrik merupakan suatu energi yang mendominasi sebagian besar kehidupan


manusia sekarang ini. Dari peralatan rumah tangga sampai mesin-mesin industri
menggunakan energi listrik dalam pengoperasiannya. Untuk memenuhi kebutuhan
ini, maka diperlukan peralatan tegangan tinggi sebagai penyalur daya listrik dari
sumber pembangkit listrik kepada konsumen. Pemakaian tegangan tinggi, selalu
mempertimbangkan keperluan, kondisi ekonomi, dan juga faktor ekonomis seperti
pelaksanaan, pemeliharaan, faktor sosial budaya, dan pengaruh gangguan yang
akan terjadi. Dalam penyaluran energi, tegangan yang dipakai biasanya adalah
tegangan tinggi AC.

Tegangan tinggi adalah tegangan yang besarnya mulai dari 0,6 kV (600 volt)
sampai dengan tegangan yang mempunyai nilai ribuan volt. Tegangan tinggi dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu : tegangan tinggi (High Voltage) yaitu antara 0,6 atau
1 kV sampai 2,4 kV, tegangan tinggi menengah (Medium High Voltage) dari 3 kV
sampai 30 kV, tegangan ekstra tinggi (Extra High Voltage) yaitu dari 60 sampai
100 kV, dan untuk tegangan sebesar 240 kV sampai 1000 kV disebut tegangan ultra
tinggi. (Ultra High Voltage) Peralatan listrik yang menggunakan tegangan tinggi
memegang peranan sangat penting agar pendistribusian listrik berjalan dengan baik.
Sehingga bahan isolasi sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan, supaya antara penghantarpenghantar tersebut
tidak terjadi lompatan listrik atau percikan api. Syarat dari bahan isolasi listrik yaitu
memiliki kekuatan menahan medan listrik yang dinamakan kekuatan isolasi. Bila
pada bahan dielektrik diberikan medan listrik yang melebihi kemampuannya, maka
isolasi akan mengalami peristiwa dielectric breakdown (kedadalan pada material
dielektrik). Dadal yang terjadi pada saat peralatan listrik sedang beroperasi, dapat

1
menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinyuitas sistem terganggu. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya tegangan lebih (over voltage) dan
pemanasan termal (thermal stress) karena adanya disipasi daya di dalam peralatan
tegangan tinggi terutama transformator. Sebagai akibatnya, pada bahan dielektrik
akan timbul kontaminan yang dapat berupa partikel padat, cair ataupun gas
Keberadaan kontaminan ini sangat merugikan, karena menurunkan kualitas
dielektrik pada peralatan tegangan tinggi. Bahkan untuk gas-gas yang mudah
terbakar, jika disertai dengan oksigen dan temperatur yang cukup tinggi dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran pada transformator. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka diperlukan suatu bahan isolasi listrik yang baik dan dapat mencegah
adanya kedadalan pada peralatan tegangan tinggi. Secara umum, material terdiri
dari material padat, cair, gas dan plasma. Pada material dielektrik cair yang sering
diaplikasikan pada peralatan tegangan tinggi khususnya transformator, memiliki
beberapa kelebihan antara lain , kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan isolasi
gas. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi secara serentak
melalui proses konversi panas yang timbul akibat rugi energi. Selain itu, isolasi cair
(dielektrik cair) cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi
pelepasan muatan (discharge).[1],[2],[3],[4]

1.2 Persamaan Terkait 4 Jurnal

Pada setiap jurnal yang diambil oleh penulis memiliki persamaan pembahasan
mengenai penelitiannya yaitu:
1. Melakukan pengujian isolasi transformator untuk tegangan tinggi.
2. Memiliki tujuan pengujian yang sama yaitu untuk mengetahui tegangan
tembus isolasi (Vbd).
3. Media isolasi yang digunakan merupakan media isolasi minyak.
4. Semua pengujian memperoleh nilai viskositas dan memberikan kadar
minyak masing-masing.

2
5. Temperature isolasi trafo sangat mempengaruhi 4 jurnal penilitian ini.
[1],[2],[3],[4]

1.3 Perbedaan Terkait 4 Jurnal

Pada setiap jurnal yang diambil oleh penulis memiliki perbedaan pembahasan
mengenai penelitiannya yaitu:
1. Pendekatan metode dalam pengujian berbeda antara masing-masing jurnal
tetapi memiliki satu tujuan yang sama.
2. Kadar nilai viskositas setiap penelitian berbeda karena berbeda jenis sample
minyak isolasinya.
3. Dalam pengujian pemberian tegangan tembus berbeda satu dengan yang
lainya.
4. Pemanasan sample untuk mendapatlkan temperature pada isolasi minyak
trafo yang berbeda satu sama lainya. [1],[2],[3],[4]

1.4 Pembahasan 1 Jurnal Mengenai Pengujian Isolasi Tranformator


Tegangan Tinggi

1. Sampel uji yang digunakan adalah minyak isolasi.


2. Pengujian ini dilakukan dengan memvariasikan temperatur sesuai dengan
range dari temperatur hotspot yang diharapkan, dalam hal ini dari suhu 80°C
- 120°C.
3. Langkah pengujian akan dilakukan sebanyak 3 kali untuk 4 jenis minyak.
4. Tegangan yang diterapkan untuk pengujian, Penguji menetapkan tegangan
sebesar 25 kV sebagai batas minimumnya. Selanjutnya tegangan
ditambahkan secara bertahap sebesar 2-3 kV.

3
5. Parameter yang akan diteliti meliputi pengaruh jarak sela elektroda,
viskositas, serta temperatur terhadap besarnya tegangan tembus (Vbd) untuk
masing-masing sampel uji.[3]

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik ke rangkaian
listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dibidang tenaga listrik
maupun elektronika.penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiaptiap
keperluan. Misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik
jarakjauh. Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan handal merupakan
salah satu sebab penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak digunakan untuk
pembangkit dan penyalur tenaga listrik.pada penyalur tenaga listrik terjadi kerugian
energi sebesar I2R watt. [2]

Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan. Dengan demikian
maka saluran-saluran transmisi tenaga listrik senantiasa mempergunaakan tegangan
yang tinggi. Tegangan transmisi yang tertinggi di Indonesia pada saat ini adalah
500 KV. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi.
Menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya 6
KV sampai 20 KV pada awal saluran transmisikemudian mnurunkan lagi pada
ujung akhir saluran ketegangan yang lebih rendah yang diJakukan dengan
transformator. Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain
sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban, untuk memisahkan satu
rangkaian dari rangkaian yang lain, untukmenghambat arus searah sambil tetap
melakukan arus bolakbalikantara rangkaian. Dalam bidang tenaga listrik
pemakaian transformator dikelompokan menjadi :

5
1. Transformator Daya/Tenaga.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator pengukuran yang terdiri dari transformator arus
dantransformator tegangan.

Jenis – jenis transformator dapat dibagi menjadi beberapa macam dimana sangat
tergantung dari beberapa faktor yang membedakannya. Dari jenis-jenis tersebut
dapat dibagi menjadi :
1. Jenis fasa tegangan.
2. Perbandingan transformasi.
3. Pendinginan transformator.
4. Letak kumparan terhadap inti.
5. Konstruksi inti transformator.
6. Kegunaan.[2]

Sebuah transformator distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan transmisi


menengah 20kV ke tegangan distribusi 220/380V sehingga dengan demikian,
peralatan utamanya adalah unit Minyak Transformator itu sendiri, antara lain:

1. Inti Besi/Kernel Inti besi berfungsi untuk membangkitkan dan mempermudah


jalan fluks yang timbul akibat adanya arus listrik dalam belitan atau kumparan
Minyak Transformator. Bahan inti tersebut terbuat dari lempengan-lempengan
baja tipis mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang diakibatkan oleh arus
eddy (eddy current). .[2]

2. Kumparan Minyak Transformator Kumparan Minyak Transformator


Kumparan Minyak Transformator terdiri dari beberapa lilitan kawat berisolasi
membentuk kumparan, dan kumparan tersebut diisolasi, baik terhadap inti besi
maupun terhadap kumparan lain dengan menggunakan isolasi padat seperti
karton, pertinax dan lain-lain. Terdapat dua kumparan pada inti tersebut yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Jika kumparan primer dihubungkan

6
dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluks
yang menimbulkan induksi tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup
(rangkaian beban) maka mengalir arus pada kumparan tersebut. Sehingga pada
kumparan ini berfungsi sebagai alat transformasi tegangan dan arus.Khusus
jenis Minyak Transformator tenaga tipe basah, kumparan-kumparan dan
intinya direndam dalam minyak-Minyak Transformator, terutama Minyak
Transformator-Minyak Transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena
minyak Minyak Transformator mempunyai sifat sebagai media pemindah
panas dan bersifat pula sebagai isolasi ( tegangan tembus tinggi ) sehingga
berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Untuk itu minyak Minyak
Transformator harus memenuhi persyaratan sbb: .[2]
a. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )
b. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel- partikel di dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat.
c. Penyalur panas yang baik
d. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yg dapat membahayakan.
e. Sifat kimia yang stabil. .[2]

3. Bushing Merupakan penghubung antara kumparan Minyak Transformator ke


jaringan luar. Bushing adalah sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator,
yang sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan
tangki Minyak Transformator.

4. Tangki dan konservator (khusus pada Minyak Transformator tipe basah) Pada
umumnya bagian-bagian dari Minyak Transformator yang terendam minyak
Minyak Transformator yang ditempatkan di dalam tangki baja. Tangki Minyak
Transformator-Minyak Transformator distribusi umumnya dilengkapi dengan
sirip-sirip pendingin ( cooling fin ) yang berfungsi memperluas permukaan
dinding tangki, sehingga penyaluran panas minyak pada saat konveksi menjadi
semakin baik dan efektif untuk menampung pemuaian minyak Minyak
Transformator, tangki dilengkapi dengan konservator.[2]

7
2.2 Pemeriksaan Isolasi Kondisi Transformator

1. Pada saat transformator beroperasi ada beberapa pemeriksaan dan analisa


yang harus dilakukan, antara lain: Pemeriksaan dan analisa minyak isolasi
transformator, meliputi:
a. Tegangan tembus (breakdown voltage)
b. Analisa gas terlarut (dissolved gas analysis, DGA)
c. Analisa minyak isolasi secara menyeluruh (sekali setiap 10 tahun)
2. Pemeriksaan dan analisa kandungan gas terlarut (Dissolved gas analysis,
DGA), untuk mencegah terjadinya:(partial) discharges, Kegagalan thermal
(thermal faults), Deteriorasi / pemburukan kertas isolasi/laminasi.
3. Pemeriksaan dan analisa minyak isolasi secara menyeluruh, meliputi: power
factor (cf. Tan δ), kandungan air (water content), neutralisation number,
interfacial tension, furfural analysis dan kandungan katalisator negatif
(inhibitor content)
4. Pengamatan dan Pemeriksaan Langsung (Visual inspections)
a. Kondisi fisik transformator secara menyeluruh.
b. Alat-alat ukur, relay, saringan/filter dll.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan sinar infra-merah (infrared
monitoring) setiap 2 tahun sekali.[1]

2.3 Bahan Dielektrik

Bahan dielektrik ideal adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas. Medan
listrik menimbulkan gaya pada setiap partikel bermuatan. Muatan positif dan
negatif dari setiap molekul berpindah dari letak kesetimbangannya ke arah yang
berlawanan. Tetapi, perpindahan ini dibatasi oleh gaya pemulih yang kuat yang
terjadi akibat perubahan susunan muatan dalam molekul. Perpindahan relatif
muatan positif dalam dielektrik terhadap muatan negatif, menyebabkan dielektrik
tersebut terpolarisasi. Besarnya polarisasi tidak hanya bergantung pada medan

8
listrik, tetapi juga pada sifat molekul penyusun bahan dielektrik tersebut. Sifat
dielektrik dapat diperhatikan dalam semua fase material, yaitu padat, cair, gas dan
plasma. Interaksi molekul dalam material pada level mikroskopis disebabkan
adanya kuat medan listrik luar. Pertambahan medan listrik melalui interaksi
muatan-muatan listrik pada medium dikenal dengan hukum Coulomb, yaitu : [1]

[1]
Sehingga:

[1]
dengan F menyatakan gaya interaksi Coulomb antara 2 muatan, berupa Q1 dan Q2
yang dipisahkan sejauh r meter dalam medium dielektrik, dan ar menyatakan vektor
satuan sepanjang arah r. F dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari Q dan E
menyatakan intensitas medan listrik Intensitas medan listrik terkait dengan besaran
yang dinamakan potensial listrik V. Potensial listrik merupakan besaran skalar yang
dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

Sehingga diperoleh persamaan potensial listrik :

[1]
dengan V menyatakan potensial pada distribusi muatan listrik. Dielektrik memiliki
karakteristik memperlemah medan listrik antara elektroda. Molekul-molekul dalam
dielektrik akan menghasilkan medan listrik tambahan yang arahnya berlawanan
dengan medan listrik luar. Jika molekul-molekul dalam dielektrik bersifat polar,
dielektrik tersebut memiliki momen dipol permanen. Momen dipol secara normal
tersebar secara acak. Dalam pengaruh medan listrik di antara elektroda, momen

9
dipol menerima gaya yang memaksa momen dipol tersebut menyearahkan diri
dengan arah medan listrik. Kemampuan momen dipol menyearahkan diri dengan
medan listrik bergantung pada kuat medan dan temperatur. Pada temperatur tinggi,
gerak termal molekul-molekul yang bersifat acak cenderung menghambat proses
penyearahan [15]. Momen dipol listrik terletak antara muatan positif dan negatif
dengan besar yang sama yaitu Q seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Momen
dipol listrik p didefinisikan sebagai sebuah vektor oleh persamaan : [1]

dengan d menyatakan vektor pergeseran di antara titik pusat muatan positif dan titik
pusat muatan negatif, yang besarnya masing-masing adalah Q coulomb

Gambar 2.1 (a) molekul non polar (b) molekul polar yang diwakili oleh sebuah
dipol listrik ekivalen. [1]

Jika molekul-molekul dielektrik bersifat non polar, maka dalam pengaruh suatu
medan listrik luar, molekul-molekul dielektrik akan menginduksi momen-momen
dipol yang searah dengan arah medan listrik. Suatu dielektrik dengan momen dipol
yang searah dengan medan listrik dikatakan terpolarisasi oleh medan. Pada kasus
tersebut, dipol-dipol molekular menghasilkan suatu medan listrik tambahan yang
arahnya berlawanan dengan medan awal, sehingga dapat melemahkan medan awal.

10
Gambar 2.2 (a) Dipol-dipol listrik yang tersebar secara acak dari suatu dielektrik
polar tanpa kehadiran medan listrik luar (b) Dalam pengaruh medan listrik luar,
dipol-dipol menyearahkan dirinya sejajar dengan arah medan listrik . [1]

Dengan adanya sifat melemahkan medan listrik awal, dielektrik merupakan


isolator, bersifat inert (lembam) dalam medan listrik dan memiliki kekuatan
dielektrik. Kekuatan dielektrik dapat didefinisikan sebagai tekanan dielektrik
maksimum yang dapat mengalirkan arus listrik dalam bahan dielektrik atau ukuran
ketahanan suatu material terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya
kedadalan listrik (electrical breakdown). Kedadalan listrik umumnya terjadi akibat
adanya pengotor, retak, garit (flaw), dan ketaksempurnaan lainnya, dan bukan
merupakan karakteristik listrik bawaan material tersebut. Ketika medan listrik
memasuki bahan dielektrik, dan mencapai medan kritisnya, medium mengalami
dielectric breakdown, sehingga aliran arus dapat melewati dielektrik. Kekuatan
dielektrik cair tergantung pada sifat atom dan molekul cairan, material elektroda,
temperatur, jenis tegangan yang diberikan, gas yang terdapat dalam cairan dan
sebagainya yang dapat mengubah sifat molekul cairan. Pada dielektrik cair,
kekuatan dielektrik setara dengan tegangan yang terjadi. [1]

11
2.4 Bahan Dielektrik Cair

Secara umum, dielektrik cair lebih banyak digunakan sebagai material isolasi dalam
peralatan tegangan tinggi karena dielektrik cair mempunyai beberapa kelebihan
yaitu (Tadjuddin, 1998) :
1) Dielektrik cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
dielektrik gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
2) Dielektrik cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi secara serentak
melalui proses konversi dengan menghilangkan panas yang timbul akibat rugi
energi.
3) Dielektrik cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika
terjadi pelepasan muatan (discharge).
Tetapi dielektrik cair juga memiliki kekurangan yaitu mudah terkontaminasi.
Adanya tegangan lebih (over voltage) dan pemanasan termal (thermal stress) karena
disipasi daya di dalam transformator menyebabkan pada bahan dielektrik cair akan
timbul kontaminan yang berupa partikel padat, cair ataupun gas. Keberadaan
kontaminan ini sangat merugikan, karena menurunkan kualitas dielektrik cair pada
peralatan tegangan tinggi, terutama pada transformator. Bahkan untuk gasgas yang
mudah terbakar, jika disertai dengan oksigen dan temperatur yang cukup tinggi
dapat menyebabkan terjadinya kebakaran pada transformator. [1]

2.5 Parameter Fisis Pada Bahan Dielektrik Cair

1. Parameter fisis pada bahan dielektrik cair adalah (Pender & Del Mar, 1949) :
1.) Kerapatan (Density) Densitas merupakan perbandingan massa dan volume
material tertentu.

12
dengan m menyatakan massa dan V menyatakan volume zat cair. Densitas
dielektrik cair (minyak dan oli) lebih kecil dibandingkan dengan air, oleh
karena itu adanya air dalam minyak akan mudah terpisah.
2. Kekentalan (Viscosity) Viskositas adalah besaran yang menggambarkan
kekuatan aliran zat cair. Bila sebuah bola bergerak dalam cairan statis, maka
akan ada gaya penghambat. Menurut hukum Stokes :

dengan R menyatakan gaya penghambat, r jari-jari bola, v kecepatan relatif bola


dan η koefisien kekentalan yang digunakan dalam menentukan besarnya
viskositas zat cair. Viskositas dielektrik cair diukur dari waktu alir minyak
dengan volume dan kondisi tertentu. Dalam fungsinya sebagai media pendingin,
maka viskositas bahan dielektrik cair merupakan faktor penting dalam aliran
konversi untuk memindahkan panas. Viskositas tergantung pada temperatur
cairan.
3. Tegangan Dadal (Breakdown Voltage) Medan listrik memberi gaya kepada
elektronelektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas.
Dengan kata lain, medan listrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik
agar berubah sifat menjadi konduktor. Beban dari dielektrik dapat disebut
sebagai terpaan medan listrik. Jika terpaan listrik melebihi batas kekuatan
dielektrik dan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan menghantar arus
atau berubah fungsinya sebagai bahan isolasi. Dalam hal ini, dielektrik
mengalami dadal. Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut mengalami
dadal disebut tegangan dadal (breakdown voltage). Besarnya tegangan dadal
pada dielektrik sama dengan atau lebih besar dari kekuatan dielektriknya [16]
Dari semua teori yang membahas tentang tegangan dadal pada material cair,
dapat ditarik suatu hubungan antara jarak sela elektroda dengan kekuatan
maksimum dielektrik. Hubungan antara jarak sela elektroda dengan tegangan
dadal pada dielektrik cair dapat dirumuskan ke dalam persamaan umum yaitu :

13
dengan Vbd menyatakan besarnya tegangan dadal dan d menyatakan jarak sela
elektroda, A dan n konstanta yang merupakan pendekatan logaritmis dari
hubungan jarak sela elektroda dan tegangan dadal, dengan nilai n selalu < 1 .
Tegangan dadal pada bahan dielektrik cair juga dipengaruhi oleh sifat alami
tegangan, sistem tegangan, dan durasi waktu penggunaan tegangan. Hubungan
dari faktorfaktor tersebut perlu mendapatkan perhatian, karena tekanan listrik
(electrical stress) yang dialami minyak dapat ditentukan dari hubungan faktor-
faktor tersebut. Banyak riset yang telah dilakukan oleh para ahli yang bertujuan
untuk mengukur tegangan awal (inception voltage), peristiwa pelepasan muatan
(discharge) pada minyak, serta mengukur besarnya tegangan dadal dielektrik
cair yang volumenya relatif besar pada berbagai kondisi yang berbeda. [1]

2.6 viskositas

Viskositas kinematik adalah ukuran kekentalan atau tahanan dalam untuk mengalir
oleh masa jenisnya sendiri dengan satuan cSt (centistoke), dinyatakan dalam
persamaan

[4]
viskositas dinamis adalah sebagai berikut:

[4]

14
Pada transformator daya, menggunakan dielektrik cair yaitu minyak isolasi, yang
berfungsi untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan,
sehingga antara penghantar-penghantar bertegangan tersebut tidak terjadi lompatan
api (flashover). Minyak isolasi memiliki kekentalan atau viskositas kinematik
(kinematic viscosity) tertentu. Minyak isolasi dengan kekentalan rendah akan lebih
mudah bersirkulasi. Selain viskositas kinematik, perlu juga diperhatikan kekuatan
tegangan tembus dan nilai faktor rugi-rugi (tan δ) Menurut SPLN 49-1-1982,
standar minyak isolasi transformator daya yang harus dipenuhi. [4]

15
BAB III
METODE PENILITIAN

3.1 Metodelogi Dan Prosedur Pengujian

Adapun diagram alir ataupun tahapan-tahapan yang hendak dilakukan dalam


penelitian seminar ini adalah sebagai berikut
a. Studi literature
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian.
b. Penngumpulan data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk menghimpun data.
c. Pengujian
Pengujian merupakan sebuah peroses untuk menguji hasil penelitian dengan
dasar teoritis dan data praktik lapangan.
d. Analisa
e. Kesimpulan

Penelitian ini dimulai dengan studi literatur, yaitu pembelajaran melalui jurnal-
jurnal nasional maupun internasional yang memiliki studi kasus yang sejenis,
maupun melalui internet dan buku-buku yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian Tahap persiapan merupakan proses mencari sumber-sumber
informasi data yang sekiranya dapat bermanfaat untuk proses penelitian
selanjutnya. Informasi yang didapat merupakan data minyak transformator dari
transformator PLN yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
Selain itu spesifikasi Transformator daya juga diperlukan dalam penelitian kali ini.
Lalu, sampel minyak yang hendak dijadikan bahan uji juga diminta dari PLN sesuai

16
dengan kebutuhan pengujian. Pada kasus kali ini objek yang akan diuji adalah
minyak transformator dari suatu Transformator Daya. Minyak yang akan diuji
merupakan minyak diala baru dan minyak diala lama yang sudah terpakai selama
beberapa waktu yang digunakan di dalam tangki Transformator daya tersebut.
Minyak transformator tersebut akan dipanaskan sesuai dengan keadaan temperatur
hotspot berdasarkan literatur. Setelah data dari hasil percobaan telah diperoleh,
selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap hasil yang ada dan data minyak tadi
dibandingkan untuk pengambilan kesimpulan terhadap. [3]

3.2 Prosedur Pengujian

Adapun yang menjadi prosedur dalam pengujian kali ini adalah sebagai berikut:
a. Tempatkan bahan uji di dalam bejana uji
b. Perubahan suhu akan diberikan pada minyak yang hendak diuji sesuai
dengan data temperatur hotspot
c. Untuk melakukan pemanasan bahan uji pada bejana uji, dapat digunakan
heater atau pemanas lain dan untuk mengukur suhunya digunakan
thermometer.
d. Pengujian tegangan tembus dengan Peralatan Uji di Laboratorium
Tegangan Tinggi. [3]

Pengujian ini dilakukan dengan memvariasikan temperatur sesuai dengan range


dari temperatur hotspot yang diharapkan. Dalam hal ini dari suhu 80°C - 120°C ,
dengan kenaikan 20°C tiap pengujian) sampai pada temperatur maksimumnya.
Temperatur ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Till Sybel dan Christian
Schobert dengan judul “Transformer Monitoring according to IEC 60354” yang
diterbitkan pada tahun 2007.
Langkah tersebuat akan dilakukan sebanyak 3 kali untuk 4 jenis minyak diala yang
berbeda. Sehingga total pengujiannya adalah sebanyak 12 kali pengujian.

17
Selanjutanya hasil ini akan dibandingkan untuk mengetahui akan hubungannya
terhadap hipotesa yang ada. [3]

Untuk menaikkan tegangan digunakan OT 275 dan DMI 551. OT 275 berguna
untuk menaikkan tegangan yang hendak diberikan pada minyak, sedangkan pada
DMI 551 akan terlihat display besar tegangan yang diberikan. Saat terjadi tembus
tegangan, maka besar tegangan akan dicatat untuk selanjutnya diolah.
Gambar rangkaian penguji sederhana yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 rangkaian pengujian. [3]

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan karakteristik pengaruh


kenaikan temperatur dan umur minyak terhadap degradasi isolasi minyak
transformator, akan didapatkan data berupa besar tegangan tembus untuk minyak
yang akan diuji nantinya. Data ini diperoleh melalui nilai/besar tegangan tembus
yang terlihat pada DMI 551. Selanjutnya, data ini akan diolah menggunakan
Microsoft Excel untuk melihat grafik penurunan tegangan tembus dari minyak
transformator tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan 2 buah variabel, yaitu umur
minyak (minyak baru, minyak berumur 1 tahun, minyak berumur 2 tahun, dan
minyak berumur 5 tahun) dan temperatur minyak (80°C, 100°C, dan 120°C). [3]

Pengujian yang dilakukan adalah sebanyak 1 kali untuk masing masing sampel dan
temperatur minyak yang diharapkan, sehingga diperoleh 12 buah data. Untuk setiap
sampel, mula-mula minyak dipanaskan melebihi temperatur yang telah ditetapkan
(80°C, 100°C, dan 120°C) dengan toleransi sebesar 5-7 °C karena harus
memindahkan minyak ke dalam bejana uji. Selanjutnya, tegangan diatur pada nilai
25 kV, selanjutnya, tegangan dinaikkan secara bertahap sebesar 2-3 kV untuk tiap
kenaikannya.

Secara umum, temperatur dan umur minyak transformator akan berbanding terbalik
dengan tegangan tembus minyak. Semakin tinggi temperatur minyak transformator,
maka tegangan tembusnya akan semakin kecil, dan semakin tua umur
transformator, maka tegangan tembusnya akan semakin kecil juga. Analisis lebih
lanjut akan dibahas pada bagian analisis data.[3]

19
4.2 Hasil Pengujian Isolasi Transformator

Pertama tama, minyak transformator yang hendak diuji dipanaskan dengan


menggunakan kompor listrik sampai mencapai suhu sekitar 90°C. Selanjutnya,
minyak tersebut dituang ke dalam wadah uji yang telah dirangkai sebelumnya.
Setelah dituang, temperatur minyak diukur sampai sekitar 83-84°C. lalu dilakukan
persiapan rauangan dan alat untuk melakukan pengujian. Hal ini dilakukan karena
dalam melakukan persiapan dibutuhkan waktu sekitar 1 menit sehingga ada
kemungkinan suhu akan berkurang. Setelah semua persiapan selesai, maka
pengujian dilakukan. Pada percobaan kali ini, tegangan dinaikkan secara perlahan
lahan untuk mencapai titik kritisnya. Penguji menetapkan tegangan sebesar 25 kV
sebagai batas minimumnya. Selanjutnya tegangan ditambahkan secara bertahap
sebesar 2-3 kV. Untuk setiap penambahan tegangan, maka diberikan selang waktu
sekitar 15-20 detik untuk melihat ada atau tidaknya proses loncatan tegangan.
Hingga pada akhirnya, terjadilah loncatan tegangan dari elektroda yang satu ke
elektroda yang lainnya. Besarnya tegangan ini dicatat untuk selanjutnya
dimasukkan ke tabel.

Setelah percobaan dengan 80°C dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengujian


untuk temperatur 100°C. Minyak hasil pengujian sebelumnya dikeluarkan dari
wadah tempat pengujian dan wadah tersebut dibersihkan dengan menggunakan kain
sampai tidak ada minyak yang tersisa. Demikian juga pada bagian ujung daripada
elektroda. Kedua ujung elektroda tersebut harus dibersihkan agar elektroda tersebut
dapat bekerja secara optimal. [3]

Setelah semua bagian wadah selesai dibersihkan, selanjutnya minyak yang telah
dipanaskan sebelumnya dengan temperatur 110°C dituang ke dalam wadah tersebut
dan kemudian diukur kembali temperaturnya. Jika temperatur minyak sudah
mencapai kisaran 103-104°C maka dilakukan persiapan ruangan dan peralatan
kembali sebelum melakukan pengujian. Tegangan diatur sebesar 25 kV sebagai

20
batas minimumnya. Selanjutnya tegangan ditambahkan secara bertahap sebesar 2-
3 kV. Untuk setiap penambahan tegangan, maka diberikan selang
waktu sekitar 15-20 detik untuk melihat ada atau tidaknya proses loncatan
tegangan. Hingga pada akhirnya, terjadilah loncatan tegangan dari elektroda yang
satu ke elektroda yang lainnya. Besarnya tegangan ini dicatat untuk selanjutnya
dimasukkan ke tabel.

Selanjutnya wadah kembali dibersihkan dengan cara yang sama seperti


sebelumnya. Dan setelah wadah bersih, maka minyak yang telah dipanaskan sampai
temperatur 130°C dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Setelah minyak berada di
dalam, temperatur diukur lagi sampai mencapai temperatur 123-124°C. Lalu,
tegangan diatur sebesar 25 kV sebagai batas minimumnya. Selanjutnya tegangan
ditambahkan secara bertahap sebesar 2-3 kV. Untuk setiap penambahan tegangan,
maka diberikan selang waktu sekitar 15-20 detik untuk melihat ada atau tidaknya
proses loncatan tegangan. Hingga pada akhirnya, terjadilah loncatan tegangan dari
elektroda yang satu ke elektroda yang lainnya. Besarnya tegangan ( Vbd / Tegangan
Tembus) ini dicatat untuk selanjutnya dimasukkan ke tabel. [3]

Dari hasil pengujian tadi, diperoleh data sebagai berikut:

a. Minyak Baru
Tabel 4.1 Tegangan tembus untuk minyak baru dengan temperatur 80°C,
100°C, dan 120°C. [3]

21
Gambar 4.1 Grafik Vbd minyak baru vs Temperatur. [3]

b. Minyak 1 Tahun
Tabel 4.2 Tegangan tembus minyak berumur 1 tahun untuk temperatur
80°C, 100°C, dan 120°C. [3]

Gambar 4.2 Grafik Vbd minyak berumur 1 tahun vs Temperatur. [3]

22
c. Minyak 2 Tahun
Tabel 4.3 Tegangan tembus minyak berumur 2 tahun untuk temperatur
80°C, 100°C, dan 120°C. [3]

Gambar 4.3 Grafik Vbd minyak berumur 2 tahun vs Temperatur. [3]

d. Minyak 5 Tahun
Tabel 4.4 Tegangan tembus minyak berumur 5 tahun untuk temperatur
80°C, 100°C, dan 120°C. [3]

23
Gambar 4.4 Grafik Vbd minyak berumur 5 tahun vs Temperatur. [3]

4.3 Analisa

Jika kita gabungkan kedua variabel sebelumnya untuk dianalisis secara


sekaligus, maka akan diperoleh tabel dan grafik sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tegangan tembus minyak yang umurnya berbeda terhadap variasi
kenaikan temperaturnya. [3]

24
Gambar 4.5 Tegangan tembus minyak vs umur minyak pada temperatur
80°C, 100°C, dan 120°C.[3]

Dari grafik tersebut, dapat dilihat kalau semakin tinggi temperatur dan
semakin tua umur dari minyak transformator, maka tegangan tembus dari
minyak transformator akan semakin rendah. Selain itu dari grafik diatas juga
dapat dibandingkan perbandingan tegangan tembus antara minyak-minyak
yang diuji.

Sesuai dengan yang telah disebutkan pada bagian dasar teori yang
menyebutkan tentang sifat yang harus terdapat pada minyak transformator
yang baik, dimana faktor kebocoran dielektrik yang rendah, maka hal ini
sesuai dengan hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya. Minyak
transformator yang baru dipasang pada transformator akan bekerja sebagai
isolasi dari transformator. Transformator tersebut bekerja pada keadaan
optimum secara terus menerus sehingga menyebabkan temperatur minyak
dari transformator akan naik. Temperatur minyak yang tinggi ini akan
menyebabkan pemanasan pada transformator yang selanjutnya akan
penyebabkan pemanasan pada minyak transformator tersebut. Pemanasan
minyak transformator ini akan menyebabkan molekul-molekul pada minyak

25
tersebut akan pecah sehingga faktor kebocoran dielektriknya akan semakin
tinggi. Warna dari minyak transformator yang pada kondisi baru masih
berwarna kuning tadi akan berubah menjadi semakin coklat bahkan gelap.
Seiring dengan pertambahan waktu, oksigen dari udara, kelembaban dari
transformator, dan kandungan zat kimia lain seperti asam dan karbon dapat
menyebabkan kualitas minyak transformator tadi semakin buruk karena
sebagian besar minyak akan mengalami reaksi kimia yang dapat
menyebabkan susunan kimia daripada minyak transformator tersebut
menjadi terurai. Selain itu semakin tua umur dari minyak transformator
tersebut, maka kotoran tadi akan semakin banyak sehingga minyak akan
semakin terkontaminasi dan menyebabkan tegangan tembus dari
transformator akan semakin rendah. [3]

Umur dari transformator yang semakin tua juga dapat mempengaruhi


viskositas dan resistivitas dari minyak transformator itu sendiri. Hal ini
sesuai dengan salah satu jurnal yang menyebutkan kalau semakin tua umur
dari tafo, maka resistivitasnya akan semakin rendah dan viskositas dari
minyak akan semakin tinggi. Perubahan nilai resistivitas dan viskositas dari
minyak transformator ini akan menyebabkan tegangan tembus akan
semakin mengecil, karena pada minyak transformator sudah mengandung
banyak endapan bahan kimia dan mengandung kontaminan yang
menyebabkan minyak transformator tadi sudah tidak murni lagi. Ini dapat
dilihat dari tabel hasil penelitian dalam jurnal yang berjudul “Aging Study
and Lifetime Estimation of Transformer Mineral Oil” oleh Mohammad R.
Meshkatoddini berikut. [3]

26
Gambar 4.6 Grafik hubungan umur minyak transformator vs resistansi[3]

Pada tabel diatas dapat dilihat kalau semakin tua umur dari minyak
transformator, maka resistansi dari minyak transformator tadi juga akan
menurun. Hal ini tentunya dapat menyebabkan tegangan tembus daripada
minyak trafo akan semakin mengecil

Gambar 4.7 Grafik hubungan umur minyak transformator vs viskositas[3]

Sedangkan pada grafik diatas, dapat dilihat kalau semakin tua umur minyak
transformator, maka viskositas dari minyak tersebut juga akan semakin
tinggi. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya kotoran yang
mengendap ataupun lumpur yang terkandung di dalam minyak dan juga
menempel pada isolasi kertas daripada transformator itu sendiri. Adanya
kotoran ini perlu diantisipasi untuk menghindari dampak kerusakan

27
berlanjut pada transformator tersebut karena minyak transformator tadi
sudah tidak berfungsi lagi sebagai isolator yang seharusnya.
Untuk klasifikasi minyak sendiri, dapat dikelompokkan berdasarkan warna
daripada minyak tersebut. Klasifikasi minyak ini sering disebut dengan Oil
Quality Index (OQIN) atau Myers Index Number (MIN).
Pengelompokannya adalah sebagai berikut, sesuai dari angka kenetralan,
daya tahan terhadap tekanan, serta warna minyak. [3]

Tabel 4.6 Oil Quality Index (OQIN) / Myers Index Number (MIN) [3]

28
Bila melihat pada tabel tersebut dan dibandingkan dengan minyak yang
diuji seperti gambar di bawah ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 4.8 Foto a) minyak baru, b) minyak 1 tahun, c) minyak 2 tahun, d)


minyak 5 tahun. [3]

Untuk minyak yang baru, memiliki warna kuning pucat. Hal ini berarti minyak
masih berada dalam kondisi yang baik dan siap untuk dipakai di transformator
tersebut. Sedangkan untuk minyak yang berumur 1 tahun, memiliki warna
kuning. Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan kalau minyak tersebut berada
dalam kondisi masih layak pakai dan cukup aman dipakai di transformator daya
tersebut. Sementara untuk minyak yang berumur 2 tahun dan 5 tahun, keduanya
memiliki warna kuning kecoklatan. Warna ini menunjukkan kalau minyak
tersebut sudah dalam keadaan yang tidak baik dan menunjukkan kalau dalam
minyak tersebut sudah terpakai dalam suhu yang cukup tinggi selama beberapa
saat dan di dalam minyak itu sendiri terkandung berbagai macam endapan dan
kotoran yang juga mengendap pada isolasi kertas di dalam transformator
tersebut yang dapat merusak fungsi isolasi dari minyak transformator tersebut.
Setelah perubahan warna minyak dari kuning ke kuning kecoklatan, minyak

29
telah terdegradasi ke titik di mana sistem isolasi telah dipengaruhi. Perubahan
warna minyak ini dapat disebabkan oleh: masalah listrik, kepala pot atau
senyawa bushing, pernis atau polimer yang diawetkan, minyak baru di unit
kotor yang telah terpakai. [3]

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Semakin tinggi temperatur minyak transformator maka tegangan tembus


dari minyak transformator tersebut akan semakin mengecil.
2. Kenaikan temperatur memberikan penurunan kualitas isolasi daripada
minyak transformator yang terpasang pada transformator daya.
3. Tegangan tembus tiap minyak transformator yang paling rendah secara
berurutan dari minyak yang baru sampai minyak berumur 5 tahun terdapat
pada saat temperatur minyak berada pada angka 120°C, yaitu sebesar
41.92kV, 40.87kV, 39.5kV, 38.9kV dan yang paling tinggi saat temperatur
minyak berada pada angka 80°C, yaitu sebesar 47.34kV, 45.02kV, 44.07kV,
42.86kV
4. Semakin tua umur minyak transformator yang terpasang, maka akan buruk
kualitas isolasinya. Hal ini dapat dilihat dari nilai tegangan tembusnya yang
semakin menurun seiring dengan pertambahan usia minyak.
5. Tegangan tembus minyak transformator yang berumur 5 tahun merupakan
yang paling buruk bila dibandingkan dengan minyak transformator yang
berumur 2 tahun, 1 tahun, dan minyak yang baru, yaitu untuk 80°C sebesar
42.86 kV, untuk 100°C sebesar 41.53 kV, dan untuk 120°C sebesar 38.9 kV
6. Semakin tinggi temperatur dan semakin tua umur minyak transformator
maka akan semakin memperburuk kekuatan dan kemampuan isolasi
cairnya.
7. Minyak transformator yang berumur 5 tahun dan dipanaskan pada
temperatur 120°C memiliki tegangan tembus yang paling buruk dibanding
yang lain yaitu sebesar 38.9 kV.[3]

31
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ngurah ayu ketut ummiati : 2009 . Pengujian Kekuatan Dielektrik


Minyak Sawit Dan Minyak Castrol Menggunakan Elektrode Bola-Bola
Dengan Variasi Jarak Antar Elektrode Dan Temperatur. Semarang :
Teknik Fisika UNDIP.

[2] Yudi Yantoro , Sabari. Pemeliharaan Minyak Transformator Pada


Minyak Transformator Nomor 4 Di Gardu Indik Kebasen. Tegal :
Teknik Elektro POLTEK Harapan Bersama.

[3] Iwa Garniwa, Junathan Fritzs. Analisis Pengaruh Kenaikan Temperatur


Dan Umur Minyak Transformator Terhadap Degradasi Tegangan
Tembus Minyak Transformator. Depok : Departemen Teknik Elektro
Universitas Indonesia.

[4] Andy Martono, 2013: Analisis Karakteristik Dielektrik Minyak Hidrolik


Sebagai Alternatif Isolasi Cair Untuk Transformator Daya, Semarang :
Teknik Elektro UNDIP

32

Anda mungkin juga menyukai