TENTANG
KESIAPSIAGAAN,
PENGURANGAN RISIKO
BENCANA DAN
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
PALANG MERAH INDONESIA
PETUNJUK TEKNIS
TENTANG
KESIAPSIAGAAN, PENGURANGAN RISIKO BENCANA, DAN ADAPTASI
PERUBAHAN IKLIM PALANG MERAH INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. UMUM
26
5. Merespon kondisi tersebut, Musyawarah Nasional (Munas) Palang Merah
Indonesia (PMI) tahun 2009 telah memutuskan bahwa program pelayanan
Penanggulangan Bencana tidak hanya difokuskan pada tanggap darurat
bencana semata, namun juga harus memperkuat upaya Kesiapsiagaan
dan Pengurangan Risiko Bencana. PMI harus memberdayakan kapasitas
dan kompetensi masyarakat dan pemerintah lokal bagaimana
mengantisipasi, mencegah, mensiapsiagakan sumber dayanya serta
melakukan upaya-upaya mengurangi dampak/risiko bencana yang
terpadu dengan sistem penanggulangan bencana. PMI juga harus
terlibat aktif dalam pembentukan perilaku siaga bencana dan
adaptasi perubahan iklim untuk kehidupan masyarakat yang lebih aman,
tahan dan tangguh dengan melaksanakan berbagai upaya Pengurangan
Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA). Segenap komponen
PMI baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat menggunakan
petunjuk pelaksanaan ini sebagai acuan untuk merencanakan dan
melaksanakan upaya Kesiapsiagaan dan Pengurangan Risiko Bencana.
1. Maksud
Meningkatkan kapasitas, kinerja dan kualitas upaya Kesiapsiagaan dan
Pengurangan Risiko Bencana / Adaptasi Perubahan Iklim (PRB/API) di
jajaran PMI.
2. Tujuan
Memberikan arahan pelaksanaan upaya Kesiapsiagaan dan PRB/API bagi
unsur-unsur pelaksana PMI di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
sesuai dengan keadaan dan perkembangan pembangunan nasional,
kebijakan- kebijakan IFRC, ICRC dan PMI serta kemajuan strategi dan
pendekatan penanggulangan bencana di tingkat global.
3. Ruang Lingkup
Petunjuk teknis ini memuat:
a. Pendahuluan
b. Prinsip-prinsip, Pendekatan dan Indikator Keberhasilan
c. Ruang Lingkup Upaya Kesiapsiagaan, Pengurangan Risiko Bencana
dan Adaptasi Perubahan Iklim
d. Peran dan Tanggungjawab.
e. Pembinaan
f. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
g. Penutup
26
BAB II
PRINSIP-PRINSIP, PENDEKATAN DAN
INDIKATOR KEBERHASILAN
26
5. Mengarusutamakan sensitif Gender. Tiap kelompok usia baik laki-laki
dan perempuan menerima dan merasakan dampak bencana / perubahan
iklim yang berbeda. Mereka juga memiliki cara yang berbeda dalam hal
mengurangi risiko bencana tersebut. Sensitivif Gender perlu
diidentifikasi dan digunakan untuk memastikan bahwa upaya PRB/API
diarahkan kepada kelompok masyarakat yang tepat dan rentan.
B. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Kesiapsiagaan
26
PMI di setiap tingkatan memastikan:
1) Kapasitas Organisasi yang memadai di setiap tingkatan.
2) Pengurus, staf, dan Relawan PMI memahami dan mampu
menerapkan pelayanan tanggap darurat bencana sesuai dengan
Mandat, Peraturan Organisasi, Pedoman, Juklak/ Juknis dan
Protap.
3) Tenaga pelaksana penanggulangan bencana yaitu Tim SATGANA
dan TSR-SIBAT yang terlatih, terampil, teladan, peduli dan
berpengalaman serta memiliki kapasitas dan kinerja dalam
merespon bencana sesuai dengan standar pelayanan palang
merah.
4) Tersedianya seragam, peralatan standar yang beridentitas PMI
sesuai coorporate identity.
5) Terjabarkannya perencanaan kesiapsiagaan yang baik, dalam
rencana kontinjensi baik di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/
kota.
6) Tersedianya dukungan dana, logistik, peralatan dan
perlengkapan tanggap darurat standar dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan kebutuhan.
7) Tersedianya Posko Penanganan Bencana PMI yang didukung oleh
Sistem Informasi Bencana dan Disaster Manajemen Information
Sistem (DMIS).
c. Kesiapsiagaan untuk tanggap darurat yang terkoordinasi
PMI di setiap tingkatan memastikan:
1) Terjalin koordinasi dan komunikasi intensif baik internal dan
ekternal.
2) Adanya pertemuan koordinasi rutin dengan pemerintah
setempat, dan para pelaku tanggap darurat bencana lainnya.
3) Meningkatnya kemitraan dengan Pemerintah, Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Nasional /Internasional, dan para pihak terkait
lainnya.
26
e. Terkuatkannya kolaborasi dan integrasi antara PMI dengan
masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah,
swasta, perguruan tinggi dan para pemangku kepentingan terkait.
f. Meningkatnya kesadaran, komitmen dan kapasitas masyarakat dalam
melakukan upaya PRB/API.
g. Masyarakat mampu membangun kemitraan dan kemandirian untuk
upaya PRB/API yang berkelanjutan.
h. Terbangunnya rencana aksi PRB/ API yang sensitif Gender di tingkat
Individu, keluarga, dan masyarakat
i. Masyarakat memiliki kapasitas untuk pulih dari kondisi setelah
bencana dan melanjutkan upaya PRB/API yang berkelanjutan.
26
BAB III
RUANG LINGKUP
KESIAPSIAGAAN, PENGURANGAN RISIKO BENCANA
DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
A. KESIAPSIAGAAN
Terjadinya Bencana sulit diprediksi atau bahkan tidak dapat diketahui kapan
dan dimana akan terjadi. Mengantisipasi hal ini, PMI berupaya untuk bersiap
siaga memberikan pelayanan terbaiknya, terutama kepada kelompok
masyarakat yang paling rentan. Kegiatan kesiapsiagaan yang dilaksanakan
oleh PMI antara lain:
1. Membangun rencana operasi penanganan bencana;
a. Melakukan identifikasi dan membangun pangkalan data (database)
informasi ancaman, kerentanan dan kapasitas, yang dimutakhirkan
secara berkala di setiap tingkatan PMI.
b. Melakukan Pemetaan Risiko dan penyusunan rencana aksi
penanganan bencana, bersama masyarakat dan pemerintah disetiap
tingkatan, untuk membangun pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap risiko bencana yang ada diwilayahnya sekaligus
mengupayakan strategi penanganannya, seperti pementaan zona
aman, penyiapan jalur evakuasi, tempat pengungsian sementara dll.
c. Menyusun rencana kontijensi PMI di tingkat pusat, provinsi, kab/kota
dan Kecamatan yang terintegrasi dengan rencana kontijensi
Pemerintah disetiap tingkatan.
26
a. Penguatan ketrampilan sumber daya manusia PMI dan masyarakat
melalui peningkatan pengetahuan dan kesadaran, pelatihan, Geladi
atau simulasi secara rutin di internal PMI maupun di masyarakat
bekerjasama dengan para pihak terkait di setiap tingkatan.
b. Memastikan ketersediaan dan kesiapan perlengkapan, sarana dan
logistik tanggap darurat bencana sesuai dengan kebutuhan
daerahnya.
c. Mengalokasikan dana kontijensi disetiap tingkatan PMI.
d. Mengaktifkan fungsi Posko dan SATGANA PMI di setiap tingkatan.
26
1. Penilaian ancaman, kerentanan dan kapasitas
Penilaian tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas dilakukan secara
komprehensif, mempertimbangkan faktor-faktor alam, non alam,
maupun ulah manusia dengan mengumpulkan informasi atau data baik
secara kualitatif dan kuantitatif dengan bekerja sama dengan instansi
dan lembaga terkait baik yang ada di lingkungan masyarakat maupun di
luar untuk mengumpulkan informsi tentang ancaman, kerentanan dan
kapasitas di masyarakat secara komprehensif
26
a. Proaktif dalam melakukan advokasi yang terencana untuk
pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana / Adaptasi Perubahan
Iklim pada setiap kegiatan kepalangmerahan di masyarakat.
b. Mendorong PMI disetiap tingkatan untuk aktif melakukan advokasi
dan fasilitasi kegiatan mitigasi dampak bencana dan perubahan
iklim.
c. Secara aktif mendorong masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
demi terciptanya daya dukung lingkungan menuju hidup yang
berkualitas
d. Penerapan strategi pencegahan dan proaktif pada tiap kegiatan
kepalangmerahan
26
g. Mempromosikan perilaku hidup sehat dalam setiap tingkatan
masyarakat
h. Bekerjasama dengan para pemangku kepentingan terkait dalam
kegiatan Promosi Kesehatan, PRB/API.
i. Bekerjasama dengan kelompok masyarakat, melakukan pelatihan dan
memberdayakan kearifan lokal, yang bertujuan untuk memperkuat
kemampuan penterjemahan dan prediksi iklim yang berpengaruh
pada ketahanan pangan
j. Meningkatkan jejaring dengan institusi yang ada di dalam masyarakat
maupun diluar untuk dapat bersama mengurangi risiko bencana
maupun pandemi di masyarakat.
k. Melakukan pengendalian vector penyakit di lingkungan, bersama
masyarakat dan para pemangku kepentingan terkait
26
e. Mengembangkan kapasitas SIBAT dalam melakukan advokasi agar
penyusunan rencana Pengurangan Risiko Bencana mendapatkan
dukungan dari pemerintah setempat dan para pemangku kepentingan
terkait lainnya, untuk memastikan keberlanjutan program.
f. Melakukan advokasi kepada instansi pemerintah dan para pemangku
kepentingan terkait setempat dalam mendorong pembuatan
peraturan-peraturan yang menitikberatkan pada PRB/API.
26
11. Membangun Sistem Peringatan Dini/ Sistem Peringatan Dini Berbasis
Masyarakat.
a. Mengidentifikasi dan memperkuat pengetahuan masyarakat
mengenai peringatan dini
b. Membangun sistem informasi dari penyedia informasi kepada
masyarakat
c. Mengidentifikasi alat komunikasi yang sesuai dengan kondisi
geografis
d. Membangun kerjasama dengan lembaga pemerintah atau pemangku
kepentingan terkait
e. Mengintegrasikan peralatan dan sistem komunikasi di PMI dengan
Pemerintah setempat dan masyarakat.
f. Menerjemahkan dan menyampaikan pesan peringatan dini kepada
masyarakat
g. Mengintegrasikan sistem peringatan dini dalam pelatihan dan
simulasi
h. Mengidentifikasi hambatan dalam penyampaian pesan peringatan
dini kepada masyarakat yang membutuhkan
i. Meningkatkan kapasitas staf dan relawan dalam menyusun pesan
kunci yang sederhana kepada masyarakat untuk dapat merespon
terhadap pesan peringatan dini (Media KIE)
j. Bekerjasama dengan Instasi Pemberi informasi (Provider),
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan TSR-SIBAT mengenai
Sistem Peringatan Dini dan adaptasi perubahan iklim sehingga dapat
bertindak proaktif pada potensi terjadinya bencana
k. Melibatkan masyarakat dalam pembuatan peta rawan bencana
terkini dan rencana kontijensi desa.
l. Mengadakan sosialisasi dan advokasi melalui kegiatan-kegiatan yang
telah ada di masyarakat.
m. Melibatkan masyarakat dalam membangun sistem informasi bencana
n. Membangun kesiapsiagaan di level rumah tangga dan masyarakat
26
BAB IV
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
A. PENGORGANISASIAN
26
B. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
26
j. Mengembangkan koordinasi-integrasi-sinkronisasi baik dengan
internal (PMI Pusat dan PMI Kabupaten/Kota) maupun eksternal
dengan BPBD Provinsi, swasta, perguruan tinggi dan para pemangku
kepentingan terkait di tingkat Provinsi.
26
4. Pengurus PMI Kecamatan
26
BAB V
PEMBINAAN
Pembinaan ini dilaksanakan untuk memastikan agar seluruh upaya PRB/API dapat
dikerjakan dengan tepat, efektif dan efisien baik, sesuai dengan ketentuan,
petunjuk teknis / prosedur yang berlaku.
Aspek pembinaan khusus, sesuai dengan tujuan Kesiapsiagaan dan PRB/API yang
harus dilakukan oleh PMI antara lain:
A. Kapasitas dan kompetensi
B. Manajemen organisasi
C. Pengembangan sumber daya
D. Peningkatan Citra
E. Kepemimpinan
F. Jiwa Kerelawanan Dan Karakter Kepalangmerahan
G. Relawan
H. Penanganan Informasi
B. MANAJEMEN ORGANISASI
26
C. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
D. PENINGKATAN CITRA
26
E. KEPEMIMPINAN
Pengurus PMI di masing-masing tingkatan berkewajiban melakukan
pembinaan kepemimpinan anggota pengurus, staff dan relawan di
wilayahnya, antara lain:
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap mandat utama
organisasi
2. Membangun komitmen bersama yang kuat antara relawan, pengurus dan
staf Kesiapsiagaan dan PRB/API.
3. Menetapkan struktur dan pembidangan kepengurusan dalam
Kesiapsiagaan dan PRB/API yang kemudian diikuti pada tataran
manajemen
4. Proses pengambilan keputusan mengikuti prosedur yang sudah
ditetapkan
5. Membangun kerjasama tim yang baik antara pengurus, staf dan relawan.
26
G. RELAWAN
H. PENANGANAN INFORMASI
26
4. Laporan dan evaluasi ini kemudian sesuai jaringan struktural dikirim ke
Markas Pusat setelah disaring oleh Markas Provinsi PMI.
5. Markas Pusat mengusahakan dan menyusun pola pembinaan informasi
bencana ini yang berlaku untuk seluruh PMI. Markas Provinsi menyiapkan
wahana dan sarana pokok untuk pengumpulan dan pengolahan informasi
tersebut di provinsi. Markas Kabupaten / Kota melakukan dan
menjalankan sistim tersebut yang disesuaikan dengan sistim pencatatan,
analisa dan pelaporan BPBD setempat.
6. Cara menjalankan sistim informasi ini harus sederhana dan tepat guna
dengan sebanyak mungkin menggunakan format yang seragam dan baku.
Pengirim data berdasar kemampuan Provinsi dan sistim perhubungan
nasional.
7. Informasi dijadikan dasar untuk menggerakan kegiatan teknis
penanggulangan korban bencana serta juga dijadikan dasar untuk post
disaster review
8. Pengurus tiap tingkatan mengeluarkan pengarahan/ kebijaksanaan sesuai
situasi dan kondisi serta wawasan Palang merah Indonesia.
26
BAB VI
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
TINDAK LANJUT
SIKLUS IDENTIFIKASI FORMULASI IMPLEMENTASI
PENYELESAIAN
KEGIATAN MASALAH PROGRAM PROGRAM
AKHIR
Hal-hal Analisa Kebijakan Laporan2 Kesimpulan
yang perlu Permasala Kerangka Kerja kegiatan dan
dimonitor han; dan Kegiatan; Verifikasi rekomendasi
Evaluasi Tujuan atau Pelajaran yang
kegiatan Program; Pengamatan diperoleh dari
pada Hasil yg. lapangan pelaksanaan
waktu diharapkan; Hasil kegiatan
lalu; Input yg. yang dicapai Hal-hal yang
Dokumen diperlukan; Data2 perlu
terkait; statistik diperbaiki atau
Data2 Laporan ditambahkan
primer; lain-lain
Kapasitas
lembaga
Pelaksan Pembina Pembina Pengurus PMI Pengurus PMI
a Program Program Pembina Pembina
Pelaksana Pelaksana Program Program
Program Program Pihak Donor Pelaksana
Program
Pihak Donor
26
2. Evaluasi
a. Evaluasi dimaksudkan untuk menilai tingkat ketepatan, efektifitas
dan efisiensi dari kegiatan Kesiapsiagaan dan PRB/API yang
dilaksanakan, untuk memastikan keberlangsungan program/kegiatan.
b. Kegiatan evaluasi program terdiri dari baseline, tinjauan internal
jangka menengah, dan end line serta evaluasi akhir.
Survey Baseline dilakukan pada bulan pertama pelaksanaan program
untuk mengumpulkan data yang relevan dimasyarakat yang menjadi
target dalam pelaksanaan program. Informasi ini akan dibandingkan
dengan tinjauan pertengahan projek dan survey end line yang akan
menentukan keefektifan program. Temuan dari survey baseline akan
disertakan untuk meninkatkan kualitas rancangan program.
Tinjauan pertengahan program akan dilakukan pada pertengahan
program untuk mengukur perkembangan program dan hasil serta
tujuan program. Tinjauan pertengahan juga akan menghasilkan
rekomendasi untuk meningkatkan pelaksanaan program untuk
mencapai tujuan sasarannya.
Survey akhir program akan dilakukan pada akhir dari pelaksanaan
program untuk mengukur output pelaksanaan program dibandingkan
dengan hasil survey baseline, evaluasi hasil pertengahan projek dan
tujuan program.
26
B. SISTEM PELAPORAN
Sistem pelaporan dikembangkan ditingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi
dan Pusat. sebelumnya meringkas berbagai laporan ditingkat tersebut.
Sistem pelaporan diatur dalam juknis tersendiri
BAB VII
PENUTUP
Komitmen dan itikad baik dari seluruh komponen PMI baik pengurus, staf dan
Relawan PMI di setiap tingkatan dalam menerapkan Petunjuk Teknis
Kesiapsiagaan dan PRB/API ini sangat diperlukan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 30 Januari 2012
PENGURUS PUSAT
PALANG MERAH INDONESIA
KETUA UMUM,
M. JUSUF KALLA
26