Anda di halaman 1dari 33

STANDAR PROSEDUR OPERASI

SATUAN REAKSI CEPAT PENANGGULANGAN BENCANA


(SRC PB)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang


luas dan terletak di garis khatulistiwa, pada posisi silang
antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra
(Samudra Hindia dan Samudra Pasifik); berada pada
pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-
Australia, Eurasia dan Pasifik, yang setiap waktu dapat
berpotensi menimbulkan bencana geologi antara lain gempa
bumi, tsunami dan letusan gunung api; serta kondisi topografi
yang bervariasi dari dataran, pebukitan dan pegunungan yang
sangat rawan terhadap bencana hidrometeorologi, antara lain
angin topan, banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran
lahan/ hutan.

b. Kemajuan teknologi dan industri yang pesat, memberikan


manfaat terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi namun
berpotensi terhadap ancaman bencana kegagalan teknologi
dan industri, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.

c. Penduduk Indonesia dengan aneka ragam suku bangsa dan


budaya, menyebabkan Indonesia memiliki kekuatan dan
kerentanan terhadap konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan teror.

d. Sebagai langkah antisipasi dan kesiapsiagaan menghadapi


kemungkinan terjadinya bencana di wilayah Indonesia,
diperlukan komitmen dari pemerintah, lembaga usaha, dan
masyarakat untuk secara bersama-sama melaksanakan
upaya penanggulangan bencana secara terencana,
terkoordinasi dan terpadu dengan mengoptimalkan sumber
daya yang ada.

 
‐1‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
e. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, yang meliputi prabencana, saat
tanggap darurat, dan pascabencana.

f. Untuk membantu pemerintah daerah di masa kepanikan dan


kesulitan melakukan upaya tanggap, perlu dibantu oleh
Satuan Penindak Awal Penanggulangan Bencana yang
berasal dari luar daerah yang terkena bencana.

g. Berdasarkan huruf a, b, c, d, e, dan f, maka di tingkat


Nasional perlu dibentuk Satuan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disebut SRC PB.

2. Landasan Hukum

a. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana:
1) Pasal 4 huruf a;
2) Pasal 5;
3) Pasal 6 huruf b, c, d; dan
4) Pasal 48.
b. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 208 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
c. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang
Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.
d. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran
Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing
Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana.Sidang
Kabinet Paripurna pada tanggal 5 November 2009 di Istana
Negara, yang menetapkan lima belas prioritas kerja 100 hari
Kabinet, salah satunya adalah program kesiapsiagaan
penanggulangan bencana yaitu membentuk stand by force
penanggulangan bencana, dengan karakteristik:
1) Dilengkapi dengan Tim Medis, Tim Penanganan Listrik,
Tim Penanganan Komunikasi, Tim Gerak Cepat;
2) Satuan dapat dikerahkan dalam hitungan jam;
3) Diangkut dengan pesawat Hercules;
4) Menggunakan satuan TNI/POLRI;
5) Dibawah komando BNPB;
6) Dibawah koordinasi Menko Kesra.
e. Rapat koordinasi terbatas tingkat Menteri bidang
Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh Menteri Koordinasi
Kesejahteraan Rakyat tanggal 10 November 2009, dan
paparan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
tentang rencana pembentukan Satuan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana (SRC PB) dalam rangka program
100 hari kerja Kabinet Indonesia Bersatu II
 
‐2‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
3. Maksud dan Tujuan

Pembentukan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana yang


selanjutnya disebut SRC PB, dengan perkuatannya, memiliki
maksud dan tujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam
melakukan tindakan awal tanggap darurat yang cepat, berupa
bantuan manajemen, teknis, peralatan dan dukungan logistik.

4. Pengertian

a. Standar Prosedur Operasi adalah suatu rangkaian instruksi


kegiatan dan tindakan teknis dan taktis yang dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC PB)


adalah satuan gabungan dari berbagai lembaga/instansi
terkait yang digerakkan untuk melakukan penindakan awal
pada kegiatan tanggap darurat bencana secara cepat dan
terpadu.

c. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang


meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan, tanggap darurat,
dan rehabilitas.

d. Tanggap darurat adalah serangkaian yang dilakukan dengan


segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

e. Sistem Komando Tanggap Darurat adalah sistem manajemen


terpadu keadaan darurat sesuai standar yang berlaku yang
dipimpin oleh seorang komandan kedaruratan.

f. Komando Kedaruratan adalah pejabat yang ditunjuk oleh


Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk
melaksanakan fungsi komando pengerahan sumber daya
manusia, peralatan, logistik, dan penyelamatan, serta
mengendalikan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga
dalam mengirimkan dan memobilisasi sumber daya manusia,
peralatan, logistik, ke lokasi bencana.

 
‐3‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
BAB II

PRINSIP - PRINSIP

5. Konsep pembentukan Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan


Bencana dilandaskan pada prinsip-prinsip penanggulangan bencana
yang tercantum dalam UU No. 24 Tahun 2007 pasal 3 ayat (2).
SRC PB menekankan pada empat prinsip utama yang meliputi:

a. Kecepatan. Penanggulangan bencana harus dilaksanakan


secara cepat dan tepat karena menyangkut penyelamatan
jiwa manusia.

b. Profesional. Penanggulangan bencana harus dilaksanakan


secara profesional dengan menggunakan standar
kompetensi yang berlaku dengan mengutamakan
keselamatan.

c. Fleksibilitas. Memberikan pelayanan yang konsisten,


fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi yang ada
dalam mengelola kejadian bencana di lokasi, tanpa
memandang faktor penyebab, ukuran, lokasi dan
kompleksitas bencana.

d. Akuntabilitas. Setiap tindakan yang dilaksanakan oleh SRC


PB dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

 
‐4‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
BAB III

ORGANISASI SRC PB

6. SRC PB dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana dengan struktur organisasi sebagai
berikut:

a. SRC PB dipimpin oleh seorang Komandan dibantu oleh seorang


Wakil Komandan. Komandan dan Wakil Komandan SRC PB
dibantu oleh unsur staf dan unsur pelaksana.
b. SRC PB berkedudukan di bawah perintah Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, dan SRC PB bertanggung
jawab kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
7. SRC PB di tempatkan di dua lokasi yaitu, Pangkalan Udara TNI AU
Halim Perdana Kusuma, Jakarta (basis SRC-PB wilayah Barat) dan
Pangkalan Udara TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang (basis SRC-
PB wilayah Timur). Wilayah Barat melayani operasi bantuan darurat
bencana di Sumatera, Kalimantan dan Pulau Jawa bagian barat
mulai dari Jawa Tengah, dan wilayah Timur melayani wilayah
Sulawesi, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Penugasan pertama memberangkatkan 75 orang dari masing-
masing pangkalan. Jika diperlukan, penugasan berikutnya

 
‐5‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
memberangkatkan regu yang lebih lengkap sesuai dengan kondisi
yang ada.
8. Jumlah masing-masing personil di setiap wilayah adalah 550 orang,
yang setiap hari disiagakan 75 orang. Setiap satuan didukung oleh
sekitar 3000 personil perkuatan dari berbagai instansi terkait
termasuk TNI dan POLRI
9. Unsur-unsur yang dilibatkan
a. Kementrian/Lembaga Pemerintah Pusat
1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
2) Tentara Nasional Indonesia (TNI)
3) Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
4) Badan SAR Nasional (BASARNAS)
5) Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
6) Kementerian Sosial (Kemensos)
7) Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU)
8) Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo)
9) Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (Kemen
ESDM)
10) Kementerian Pertahanan (Kemhan)
11) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
12) Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
13) Kementerian Luar Negeri (Kemlu)
14) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
15) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenhumkam)
16) Kementerian Kehutanan (Kemenhut)
17) Kementerian Pertanian (Kementan)
18) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL)
19) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN)
20) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
21) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
22) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
23) Badan Urusan Logistik (BULOG)
24) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
25) Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
26) Kementerian Pendayagunaan Perempuan &
Perlindungan Anak (PP dan PA)
27) Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora)

b. Organisasi Non Pemerintah


1) Palang Merah Indonesia (PMI)
2) Perguruan Tinggi
3) Relawan
4) Lembaga Usaha
5) Lembaga Internasional

 
‐6‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
BAB IV

PELAKSANAAN

10. Tugas Pokok SRC PB:


a. Pengkajian kerusakan dan kebutuhan secara cepat;
b. Pengendalian situasi darurat bencana termasuk pembuka
jalan;
c. Pencarian, penyelamatan dan evakuasi;
d. Pelayanan kesehatan, pengungsian dan hunian sementara;
e. Penyaluran logistik dari titik penerimaan sampai kepada
penerima bantuan;
f. Pemulihan segera fungsi sarana dan prasarana vital;
g. Pengaturan bantuan dan relawan dalam dan luar negeri;
h. Pengkoordinasian dukungan pusat sesuai tugas reguler
Instansi-instansi terkait.

11. SRC PB menjalankan fungsi-fungsi:


a. Manajemen dan Penghubung
yaitu mengendalikan kegiatan penanggulangan bencana pada
saat periode panik diawal kejadian bencana dan sebagai
penghubung antara Pemerintah dengan pemerintah daerah,
organisasi non pemerintah dan lembaga internasional.

b. Operasi
yaitu mengendalikan seluruh kegiatan operasi awal tanggap
darurat terkoordinasi secara efektif dan optimal antara SRC
PB, BNPB, pemerintah daerah, serta sektor dan
lembaga/organisasi terkait di tingkat nasional, dan
internasional.

c. Perencanaan
yaitu mengumpulkan, mengevaluasi dan menyediakan
menyebarkan informasi faktual dan aktual tentang bencana
yang terjadi serta memberikan rekomendasi langkah-langkah
tindakan yang akan diambil dalam bentuk dokumen
perencanaan.

d. Logistik/Sumberdaya
yaitu menyiapkan sumberdaya antara lain logistik bantuan
pangan dan non pangan, personil, prasarana/sarana,
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk
pelaksanaan operasi tanggap darurat.

e. Administrasi

 
‐7‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
yaitu memberikan dukungan pelayanan administrasi
keuangan, perijinan, dokumentasi dan pelaporan terhadap
pelaksanaan kegiatan.

f. Komunikasi dan Informasi


yakni mengendalikan sistem komunikasi di daerah terdampak
bencana dan menyebarkan informasi faktual dan aktual
kondisi mutahir penanganan bencana kepada BNPB,
pemerintah daerah, serta sektor dan lembaga/organisasi
terkait ditingkat nasional, dan internasional.

12. Tahapan Tindakan

a. Perintah dan Tahapan Mobilisasi SRC PB


1) Faktor Pemicu Pengerahan SRC PB
Keputusan mobilisasi SRC PB dibuat oleh Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
berdasarkan salah satu faktor pemicu sebagai berikut:
a) permintaan pemerintah daerah;
b) keputusan Pemerintah dalam Rapat Kabinet
terbatas;
c) informasi tentang dampak bencana terjadi tidak
dapat dijangkau;
d) peringatan dini tentang kemungkinan dampak
besar;
e) kesenjangan penanganan darurat yang signifikan
di wilayah terdampak.

2) Tahapan Proses Mobilisasi


a) Tahap Informasi (Pesan Pertama / P1)
i. POSKO BNPB mengirimkan informasi
peringatan dini atau bencana yang akan/telah
terjadi kepada POSKO SRC PB wilayah
terkait dan kepada seluruh personel SRC PB
yang tergabung dalam wilayah tersebut.
ii. Tidak diperlukan konfirmasi atau jawaban dari
personel SRC PB.

b) Tahap Siaga (Pesan Kedua / P2)


i. POSKO BNPB mengirimkan informasi
mengenai perkembangan situasi kepada
POSKO SRC PB wilayah terkait dan kepada
75 personil piket.
ii. 75 personel piket mengirimkan konfirmasi
kesiapan kepada POSKO BNPB dan POSKO
SRC PB wilayah terkait.

 
‐8‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
iii. P2 dikirimkan kepada personil Tim
Pendukung sebagai informasi awal untuk
mobilisasi diperlukan sesuai dengan keadaan
dan jenis bencana yang terjadi.
iv. Pengiriman P2 tidak selalu harus didahului
oleh P1.

c) Tahap Persiapan (Pesan Ketiga / P3)


i. BNPB bersama Komandan SRC PB wilayah
terkait merencanakan jumlah dan komposisi
personil yang dibutuhkan untuk mobilisasi
tergantung besarnya dampak dan jenis
bencana.
ii. POSKO BNPB mengirimkan Pesan Ketiga
(P3) kepada personil terpilih dan POSKO
SRC PB wilayah terkait perihal nama personil
terpilih dan rencana mobilisasi.
iii. Personil terpilih memberikan konfirmasi
penerimaan P3 kepada POSKO BNPB dan
juga kepada POSKO SRC PB wilayah terkait
iv. Personil terpilih mempersiapkan diri untuk
keberangkatan ke lokasi bencana terjadi.

d) Tahap Pengiriman (Pesan Keempat / P4)


i. BNPB membuat Surat Perintah dan Surat
Keputusan Kepala BNPB untuk memobilisasi
personil SRC PB.
ii. BNPB melakukan persiapan
pemberangkatan personil terpilih.
iii. Pesan Keempat atau P4 berisi Surat
Keputusan Kepala BNPB perihal mobilisasi
SRC PB ke wilayah terdampak bencana
dikirim oleh POSKO BNPB kepada POSKO
SRC PB wilayah terkait, termasuk informasi
mengenai pengaturan perjalanan.oleh BNPB.
iv. Personil terpilih berangkat ke lokasi terjadi
bencana untuk menjalankan misi
kemanusiaan.

e) Pembatalan Misi (Pesan Pembatalan / PB)


i. Apabila di lokasi bencana terjadi memerlukan
mobilisasi SRC PB, maka BNPB berhak
membuat keputusan pembatalan misi SRC
PB.
ii. BNPB mengirimkan Pesan Pembatalan (PB)
kepada instansi terkait, POSKO SRC PB

 
‐9‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
dan Komandan SRC PB wilayah terkait untuk
kemudian diteruskan kepada personil terpilih.
iii. Semua personil terpilih mengkonfirmasi
penerimaan Pesan Pembatalan tersebut
kepada POSKO SRC PB dan Komandan
SRC PB wilayah terkait.

b. Operasi Misi Kemanusiaan SRC PB


Tugas dan fungsi SRC PB ditentukan oleh situasi dan kondisi
di lokasi bencana, dan Komandan Penanganan Darurat dan
POSKO Penanganan Darurat Daerah setempat. Jika
Komandan Penanganan Darurat setempat difungsikan, maka
tugas dan fungsi SRC PB terbatas sebagai pendukung
Komandan Penanganan Darurat setempat beserta
personilnya.

Jika dampak bencana mengakibatkan pemerintah daerah


dan/atau Sistim Komando Penanganan Darurat setempat
tidak dapat berfungsi, maka tugas dan fungsi SRC PB adalah
sebagai berikut:

1) Sebelum Keberangkatan
a) Komandan
i. Mendapat arahan dari Deputi Penanganan
Darurat cq. Direktur Tanggap Darurat BNPB.
ii. Menyusun kerangka kerja dan tujuan misi
berdasarkan informasi awal kejadian bencana
dan konsultasi dengan BNPB dan pemerintah
daerah terkait.
iii. Memberikan arahan kepada seluruh Kepala
Bidang dan Kepala Seksi yang mencakup:
• tugas, pokok dan fungsi SRC PB;
• komposisi dan jumlah personil misi SRC
PB;
• situasi terkini mengenai bencana dan
dampaknya;
• Rencana Aksi Awal dan pembagian tugas,
pokok, dan fungsi masing-masing
seksi/bidang;
• strategi menghadapi media;
• situasi keamanan dan budaya setempat;
iv. Membangun komunikasi awal dengan
pemerintah daerah/Komandan Penanganan
Bencana setempat.

 
‐10‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
v. Memerintahkan bidang Kaji Cepat dan
Perencanaan untuk segera mendapatkan peta-
peta yang dibutuhkan.
vi. Menetapkan rencana operasi atau memberikan
masukan dalam penyusunan rencana operasi
kepada Komandan Penanganan Darurat
setempat.
vii. Penghubung dengan pemerintah daerah serta
lembaga/organisasi pelaku tanggap darurat baik
internasional, nasional, dan lokal.
viii. Memastikan penyusunan dan pelaksanaan
keputusan-keputusan strategis.
ix. Memberikan informasi kondisi terkini kepada
BNPB, Komandan Penanganan Darurat dan
pimpinan daerah setempat secara berkala.
x. Menangani seluruh kegiatan SRC PB mulai dari
sebelum keberangkatan.

b) Wakil Komandan
i. Membantu Komandan menjalankan tugas dan
tanggung jawab , terutama yang berkaitan
dengan fungsi SRC PB.
ii. Melakukan tugas dan tanggung jawab
Komandan jika berhalangan.

c) Kepala Bidang Administrasi


i. Mendapatkan arahan dari Komandan.
ii. Mendiskusikan dengan Komandan mengenai
dukungan dan fasilitas yang tersedia untuk
bidang administrasi.
iii. Memastikan dukungan administrasi keuangan
dan umum.
iv. Menyusun dan menyiapkan mekanisme
pertanggungjawaban administrasi.

d) Kepala Seksi Administrasi Keuangan


i. Membuat rencana anggaran biaya dan analisa
kebutuhan di lapangan berdasarkan Rencana
Aksi Awal.
ii. Menyiapkan anggaran dan kelengkapan
dokumen pertanggung jawaban administrasi.
iii. Menyimpan semua bukti penggunaaan anggaran
misi SRC PB.

e) Kepala Seksi Administrasi Umum


i. Mengumpulkan data-data pribadi personil SRC
PB beserta kontak keluarganya.

 
‐11‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
ii. Mendokumentasikan semua informasi terkait
dengan peralatan misi SRC PB.
iii. Menyiapkan dan menyimpan nama dan nomor
penting kontak dari instansi/pihak-pihak terkait
misi SRC PB.
iv. Menyiapkan kemudahan akses berupa visa, izin
masuk, izin tinggal terbatas dan ijin keluar, serta
membantu proses imigrasi, cukai, karantina dan
izin khusus pemasukan bantuan internasional
v. Merekam kegiatan misi SRC PB secara berkala
ke dalam “log book“
vi. Mendokumentasikan hasil pertemuan yang
diselenggarakan dan atau dihadiri oleh SRC PB.

f) Kepala Bidang Informasi dan Media


i. Mendapatkan arahan dari Komandan.
ii. Membuat ringkasan informasi terkait bencana
yang terjadi dari berbagai sumber media untuk
dilaporkan kepada Tim Manajemen
Informasi/Reliefweb Indonesia.
iii. Memberikan informasi penanganan bencana
SRC PB (hasil kaji cepat, rencana operasi,
sumberdaya yang tersedia) kepada pelaku misi
kemanusiaan lainnya berupa press release dan
atau konferensi pers.
iv. Bekerja sama dengan Tim Manajemen
Informasi/Reliefweb Indonesia menyusun
rencana pembuatan display informasi untuk
Media Center.
v. Bersama Komandan mendiskusikan jadwal,
format dan prosedur press briefing dan
konferensi pers.

g) Tim Pendukung sebagai Penghubung/Liaison


i. Mendapatkan arahan dari Komandan.
ii. Mendapatkan penjelasan tentang peran dan
kewenangannya.
iii. Menjalin hubungan dengan pelaku-pelaku utama
tanggap darurat baik lokal, nasional dan
internasional yang terkait dengan bidangnya.
iv. Memiliki data dan informasi nama dan nomor
kontak dari setiap organisasi pelaku tanggap
darurat.

h) Tim Pendukung sebagai Tenaga Ahli


i. Mendapatkan arahan dari Komandan.

 
‐12‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
ii. Menyiapkan segala informasi, dokumen dan
peralatan yang dibutuhkan untuk kelengkapan
misi SRC PB.
iii. Melakukan kajian spesifik tentang bencana yang
terjadi.
iv. Memberikan masukan kepada Bidang/Seksi
terkait.

i) Tim Pendukung Penanggung Jawab Keamanan


i. Mendapatkan briefing dari Komandan.
ii. Mendiskusikan hal-hal terkait dengan keamanan
di lokasi bencana lokasi-lokasi yang akan
digunakan sebagai markas dan POSKO SRC
PB.
iii. Bersama Kepala Seksi dan Kepala Bidang
mendiskusikan prosedur serta hal-hal yang
terkait dengan keamanan dan keselamatan.
iv. Mengkoordinasikan persiapan, pengiriman
barang, peralatan khusus yang dibutuhkan SRC
PB.

j) Tim Pendukung sebagai awak moda transportasi


seperti pesawat Hercules, Kapal Laut (KRI)

k) Tim Pendukung lainnya

l) Kepala Bidang Kaji Cepat dan Perencanaan


i. Mengumpulkan, memverifikasi, menganalisa
informasi mengenai bencana yang terjadi dan
perkembangannya.
ii. Melakukan kajian dampak bencana dan
kebutuhan bantuan.
iii. Memprediksi kemungkinan peningkatan risiko
dan ancaman bencana susulan.
iv. Menyiapkan strategi,rencana aksi,operasi
alternatif.
v. Bersama Kepala Bidang Sumberdaya
menyediakan dukungan sumberdaya yang
memadai untuk kebutuhan melakukan kaji
cepat, perencanaan dan operasi misi.

m) Kepala Seksi Kaji Cepat


i. Didukung Tim Manajemen Informasi/Reliefweb
Indonesia mengumpulkan informasi mengenai:
• situasi terkini bencana dan dampaknya;
• profil daerah terdampak;
• laporan situasi yang dikeluarkan oleh
organisasi pelaku tanggap darurat lokal,
 
‐13‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
nasional dan internasional baik yang
sudah maupun yang akan terlibat;
• organisasi pelaku tanggap darurat lokal,
nasional dan internasional yang sudah
berada di lokasi maupun yang akan tiba;
ii. Didukung Tim Manajemen Informasi/Reliefweb
Indonesia, menyiapkan peta-peta:
• propinsi dan kabupaten terdampak;
• lokasi/daerah-daerah terdampak;
• sumber daya yang tersedia.
iii. Memprediksi kemungkinan peningkatan
risiko/ancaman bencana.
iv. Menyiapkan informasi terkait lainnya agar dapat
digunakan untuk semua bidang.

n) Kepala Seksi Perencanaan


i. Memahami situasi terkini dan perkembangan
kejadian bencana.
ii. Menyusun draft Rencana Aksi Awal untuk
kedatangan dan operasi berdasarkan informasi
yang terkumpul dan telah dianalisa oleh Seksi
Kaji Cepat.
iii. Menyiapkan strategi dan alternatifnya untuk
mengendalikan operasi penanganan tanggap
darurat.
iv. Membuat petunjuk, prosedur, format dan jadwal
pelaporan yang harus dibuat oleh setiap Kepala
Seksi dan Bidang, Laporan Situasi, dan Laporan
Akhir Misi.
v. Menentukan jenis dan frekuensi kegiatan kaji
cepat yang segera dilakukan.
vi. Melaporkan dan menjelaskan draft rencana
tindak kepada Kepala SRC PB untuk ditetapkan
menjadi rencana operasi.

o) Tim Manajemen Informasi yang juga merupakan Tim


Reliefweb Indonesia
i. Mendukung Bidang Kaji Cepat dan
Perencanaan dalam pengumpulan,
penyelarasan, pengolahan/analisa semua data
dan informasi yang terkait dengan kegiatan
tanggap darurat.
ii. Membuat peta-peta, tracking sistim untuk
pendokumentasian yang dibutuhkan oleh
Seksi/Bidang.

 
‐14‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
p) Kepala Bidang Operasi
i. Mendapatkan arahan dari Komandan.
ii. Memberikan arahan kepada semua personil
Bidang Operasi dan Bidang Sumber Daya.
iii. Berkoordinasi dengan Bidang Sumber daya
untuk kebutuhan logistik dan peralatan.

q) Kepala Seksi Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi


(SAR)
i. Melakukan kegiatan pencarian, penyelamatan
dan evakuasi sesuai rencana/di lokasi yang
telah ditentukan.
ii. Memberikan informasi kepada Kepala Bidang
Operasi mengenai peralatan misi SRC PB.
iii. Memberikan arahan kepada personel SAR dan
memastikan kesiapan mereka.
iv. Pencarian korban dapat dihentikan apabila
setelah jangka waktu 7 hari sejak dimulainya
operasi pencarian tidak ada tanda-tanda korban
ditemukan.
v. Pencarian korban dapat dilanjutkan kembali jika
diketahui adanya indikasi baru keberadaan
korban bencana.
vi. Pertolongan darurat diprioritaskan pada
masyarakat yang mengalami luka parah dan
kelompok rentan.
vii. Menyingkirkan dan/atau memusnahkan barang
atau benda di lokasi bencana yang dapat
membahayakan jiwa dan proses penyelamatan.
viii. Membuat rekomendasi kepada Kepala Bidang
dan diteruskan kepada Komandan agar
pimpinan instansi/lembaga terkait mematikan
aliran listrik, gas, atau menutup/membuka pintu
air jika diperlukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan risiko bencana.
ix. Terhadap korban yang meninggal dunia
dilakukan upaya identifikasi korban bencana
(disaster victim identification) dan pemakaman
yang selayaknya.
x. Melaksanakan evakuasi untuk penyelamatan
korban luka atau masyarakat yang berisiko
terancam jiwanya akibat ekskalasi ancaman
bencana.

r) Kepala Seksi Kesehatan dan Psikososial


i. Mencari informasi kemampuan sarana dan
prasarana kesehatan di lokasi

 
‐15‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
ii. Mengidentifikasi organisasi pelaku tanggap
darurat lokal, nasional dan internasional yang
sudah atau akan berada di lokasi dan
mendapatkan informasi kontak dan kapasitas
respons mereka.
iii. Mengidentifikasikan peralatan medis khusus
yang dibutuhkan dan menginformasikan kepada
Kepala Bidang Operasi.
iv. Menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan
(rumah sakit lapangan, ambulance, dan tenaga
medis).

s) Kepala Seksi Distribusi Pangan dan Non Pangan


i. Membuat jadwal kerja personil Seksi Distribusi
Pangan dan Non Pangan.
ii. Memeriksa kesiapan personil untuk melakukan
distribusi pangan dan non pangan sesuai
rencana yang telah dibuat.
iii. Membuat mekanisme distribusi yang efektif dan
tepat sasaran.

t) Kepala Seksi Pengungsi dan Hunian


i. Mempelajari perkembangan situasi bencana
dan mengidentifikasi lokasi-lokasi yang
diperkirakan aman untuk dijadikan tempat
hunian / penampungan sementara untuk
masyarakat terdampak bencana.
ii. Memastikan perlengkapan untuk penanganan
pengungsi dan hunian tersedia dan memadai.
iii. Membuat jadwal kerja personil seksi pengungsi
dan hunian.
iv. Menyiapkan mekanisme dan perangkat
pendataan pengungsi, termasuk identifikasi
kelompok rentan serta kebutuhan.

u) Kepala Seksi Pemulihan Darurat


i. Mempelajari perkembangan situasi bencana,
terutama yang terkait dengan dampaknya
terhadap sarana dan prasarana vital.
ii. Mempelajari lokasi-lokasi tempat pemulihan
darurat perlu dilakukan.
iii. Menyusun strategi pemulihan darurat
berdasarkan rencana operasi yang telah ada.
iv. Memastikan peralatan yang dibutuhkan siap
dan membuat daftarnya.
v. Bersama Bidang Sumber Daya,
mengidentifikasi sumber daya lokal yang dapat

 
‐16‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
dimobilisir untuk mendukung operasi pemulihan
darurat.

v) Kepala Bidang Sumber Daya


i. Mendapatkan arahan dari Komandan.
ii. Mencatat dan melaporkan status dari barang
dan peralatan yang ada.
iii. Mendiskusikan kebutuhan peralatan dan barang
untuk misi dengan informasi antara lain jumlah,
jenis, berat, volume.
iv. Melakukan kajian awal tentang sumber daya
lokal di daerah terdampak.

w) Kepala Seksi Penyediaan Logistik


i. Melakukan identifikasi awal kebutuhan logistik
yang sesuai dengan budaya lokal.
ii. Melakukan inventarisasi awal barang-barang
logistik yang tersedia.
iii. Membuat prosedur permintaan, penerimaan dan
pendistribusian logistik
iv. Menyiapkan kebutuhan logistik untuk seluruh
personil SRC PB selama misi berlangsung.
v. Menyiapkan kebutuhan sandang dan non
pangan berupa pakaian, paket kebersihan
keluarga, pakaian anak untuk masyarakat
terdampak.
vi. Menyiapkan obat pelayanan kesehatan dasar
dan alat kesehatan dasar.
vii. Mengkaji situasi dan kondisi untuk
mempersiapkan gudang dan tempat
penyimpanan barang dan transportasi yang
dibutuhkan.

x) Kepala Seksi Peralatan


i. Menyiapkan peralatan sesuai kebutuhan.
ii. Mengidentifikasi peralatan yang belum tersedia.
iii. Mengidentifikasikan dan mendapatkan nama
dan kontak dari pihak-pihak yang mempunyai
sumber daya peralatan yang dibutuhkan di
lokasi dan bagaimana mengaksesnya.
iv. Membuat prosedur pemesanan, penerimaan,
inventarisasi, penyimpanan dan pengeluaran
peralatan.
v. Menyiapkan sistim pendokumentasian untuk
peralatan yang diterima, disimpan,
digunakan/distribusikan.

 
‐17‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
y) Kepala Seksi Komunikasi
i. Menyiapkan peralatan komunikasi analog dan
digital.
ii. Menyiapkan peralatan komunikasi untuk
membangun sistim komunikasi.
iii. Membuat rencana pembuatan sistim komunikasi
untuk di lapangan.
iv. Menyiapkan manual, dokumen dan peralatan
komunikasi khusus dengan informasi antara lain
jumlah, berat, volume.
v. Melakukan evaluasi awal mengenai kondisi dan
situasi jaringan sistim komunikasi di lapangan.
vi. Menyiapkan personil yang profesional dan ahli.

z) Kepala Seksi Transportasi


i. Mengidentifikasi kebutuhan alat transportasi
untuk misi SRC PB.
ii. Mengkaji sarana dan prasarana transportasi
misi SRC PB.
iii. Mengidentifikasi sumber daya transportasi yang
dapat di akses saat misi SRC PB.
iv. Mempersiapkan pengiriman semua alat
transportasi dan bekerja sama dengan Kepala
Seksi Administrasi Umum mengurus
dokumentasi.
v. Bersama Seksi Kaji Cepat dan Perencanaan
membuat analisa daerah operasi.
vi. Bersama Seksi Perencanaan menetapkan rute-
rute yang efektif dan efisien.

aa) Kepala Seksi Personil dan Relawan


i. Menyiapkan sistim dan mekanisme pendataan
personil dan relawan lokal, nasional dan
internasional, termasuk informasi mengenai
latar belakang pendidikan, keahlian dan
pengalaman dalam tanggap darurat.

2) Di Lokasi Bencana
a) Komandan
i. Melapor kepada BNPB ketibaan di lokasi
bencana, informasi terkini, Rencana
Aksi/operasi awal;
ii. Melapor kepada Pemerintah Daerah atau
Komandan Penanganan Darurat mengenai
tujuan dan kapasitas SRC PB, sekaligus
mendapatkan arahan mengenai bencana yang
terjadi, keamanan, operasi tanggap darurat

 
‐18‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
yang sedang berlangsung dan dukungan yang
dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
iii. Mendiskusikan dengan pemerintah daerah dan
Komandan Penanganan Darurat tempat lokasi
markas dan Posko SRC PB.
iv. Bersama dengan Kepala Bidang Kaji Cepat dan
Perencanaan menyempurnakan rencana
operasi berdasarkan arahan pemerintah daerah
dan informasi terkini.
v. Mendirikan markas dan Posko SRC PB di lokasi
yang aman.
vi. Bersama dengan Kepala Bidang Administrasi
mendiskusikan prosedur pengadaan barang .
vii. Mengawasi penyusunan jadwal kerja dan tugas
personel SRC PB.
viii. Mengawasi penyusunan laporan-laporan situasi,
rencana operasi, pemantauan sumber daya,
pendokumentasian.
ix. Membangun relasi dengan pelaku tanggap
darurat lokal, nasional dan internasional.
x. Mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan
keamanan, kemungkinan bencana susulan,
dengan Seksi Keamanan dan tenaga ahli.
xi. Mendiskusikan rencana kegiatan yang terkait
dengan media bersama Kepala Bidang
Informasi dan Media.
xii. Secara berkala, bersama Kepala Bidang Kaji
Cepat dan Perencanaan melakukan sesi
briefing dan debriefing mengenai perencanaan
dan memastikan partisipasi dan kontribusi dari
semua seksi dan bidang.
xiii. Menjaga komunikasi yang rutin dan berkala
dengan BNPB dengan memberikan situasi
terkini, kemajuan, tantangan, rencana aksi, dan
misi SRC PB secara keseluruhan.
xiv. Mengkaji dan menyetujui Laporan Situasi dan
komunikasi tertulis dengan BNPB dan
pemerintah daerah danKomandan Penanganan
Darurat.
xv. Berkoordinasi secara rutin dan berkala dengan
pelaku tanggap darurat lokal, nasional dan
internasioinal, pemeirntah dan non-pemerintah.
xvi. Memastikan semua seksi membuat dan
menyerahkan laporan kegiatan.
xvii. Menjalankan tugas dan fungsi sebagai
jurubicara resmi SRC PB.

 
‐19‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
xviii. Mengerahkan pemanfaatan bantuan nasional
dan Internasional tanggap darurat pada tahap
awal kejadian bencana di lokasi bencana.

b) Wakil Komandan
i. Membantu Komandan dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya.
ii. Melakukan tugas dan tanggung jawab
Komandan jika berhalangan.

c) Kepala Bidang Administrasi


i. Memastikan dukungan pelayanan administrasi
keuangan, perijinan, dokumentasi dan
pelaporan terhadap pelaksanaan misi.
ii. Mempersiapkan sistim pendokumentasian,
pelaporan dan pertanggungjawaban.

d) Kepala Seksi Keuangan


i. Menyiapkan kebutuhan uang tunai.
ii. Menyiapkan semua hal yang terkait dengan
perencanaan, penggunaan dan
pertanggungjawaban anggaran.

e) Kepala Seksi Umum


i. Menyiapkan tempat untuk POSKO dan markas
SRC PB
ii. Mengumpulkan dan menyimpan laporan-
laporan kronologi kegiatan SRC PB ke dalam
“log book” sebagai referensi Laporan Akhir Misi
iii. Membantu Komandan menangani protokol
kunjungan pejabat-pejabat tinggi.

f) Kepala Bidang Informasi dan Media


i. Melakukan evaluasi awal tentang situasi media.
ii. Berkoordinasi dengan pejabat daerah terkait
yang menangani media untuk mendiskusikan
strategi media, organisasi media yang sudah
berada di lokasi, dengan memperhatikan nilai
budaya dan sosial daerah setempat.
iii. Berkoordinasi dengan petugas media dari
organisasi lain dalam menyebarkan pesan dan
data informasi yang serupa.
iv. Menyusun dan mendistribusikan berita media
yang sudah disetujui Komandan.
v. Mengumpulkan press release/briefing maupun
produk lainnya yang dihasilkan oleh tim media
dari organisasi lain.

 
‐20‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
vi. Mengumpulkan daftar tim media lokal maupun
nasional dan internasional yang sudah berada
di lokasi.
vii. Mendapatkan persetujuan Komandan sebelum
melaksanakan kegiatan.
viii. Melaporkan kepada SRC PB mengenai
pemberitaan media nasional dan internasional.

g) Tim Pendukung sebagai Penghubung/Liaison


i. Melakukan evaluasi awal mengenai situasi
koordinasi yang telah ada di lokasi.
ii. Melaksanakan peran dan tanggung jawab dan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak terkait .
iii. Membuat dan memperbarui daftar kontak para
penghubung dari masing-masing
organisasi/pelaku tanggap darurat untuk
kepentingan seluruh anggota SRC PB.
iv. Membuat laporan semua kegiatan yang
dilakukan dan menyerahkannya kepada Kepala
Seksi Administrasi Umum.

h) Tim Pendukung sebagai Tenaga Ahli


i. Melakukan kajian di daerah terdampak dan
memberikan informasi dan masukan kepada
Kepala Bidang Kaji Cepat dan Perencanaan.

i) Tim Pendukung sebagai Penanggung Jawab


Keamanan dan Keselamatan
i. Melakukan evaluasi awal keamanan situasi.
ii. Mendiskusikan situasi, keamanan, potensi
bahaya dan bencana susulan dengan
pemerintah daerah setempat, dan pelaku
tanggap darurat lokal, nasional dan
internasional yang berada di lokasi.
iii. Melakukan evaluasi mendalam untuk daerah
operasi; mengidentifikasikan, menandai dan
mendokumentiasikan potensi bahaya dan
ancaman, situasi yang tidak aman dan risiko –
risiko keselamatan dan memberitahu personel
SRC PB yang berada di lokasi tersebut dengan
segera.
iv. Menyusun dan menjelaskan rencana keamanan
kepada seluruh personel SRC PB tentang
kondisi terkini, potensi ancaman dan hal-hal
yang terkait keamanan.
v. Mengawasi agar semua personil SRC PB
mematuhi standar dan prosedur keamanan dan
keselamatan yang diberlakukan.
 
‐21‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
vi. Menyelidiki semua kecelakaan yang dialami
oleh SRC PB dan melaporkan kepada
Komandan dan mendokumentasikannya.
vii. Mengevaluasi keamanan situasi dan
keselamatan personel dan sumber sesuai
dengan tujuan misi SRC PB.
viii. Mengawasi operasi SRC PB sesuai dengan
aplikasi standard dan prosedur keamanan dan
keselamatan.
ix. Secara rutin dan berkala mengevaluasi situasi
dan melaporkan kepada Bidang Kaji Cepat dan
Perencanaan mengenai keamanan dan
keselamatan sebagai bahan penyusunan
rencana operasi.

j) Tim Pendukung sebagai awak moda transportasi


seperti pesawat Hercules, Kapal Laut (KRI)

k) Tim Pendukung lainnya

l) Kepala Bidang Kaji Cepat dan Perencanaan


i. Mengawasi pelaksanaan rencana operasi
sebagai bahan evaluasi.
ii. Membantu Komandan mendirikan markas dan
POSKO SRC PB di untuk kepentingan misi
SRC PB.
iii. Memonitor proses kaji cepat kerusakan dan
kebutuhan serta perkembangan peta daerah
terdampak.
iv. Memonitor informasi di POSKO SRC PB.
v. Mengumpulkan laporan dari semua Kepala
Bidang/Seksi untuk setiap kegiatan dan
menyerahkannya kepada Kepala Seksi
Administrasi Umum.
vi. Menyusun atau rencana pengakhiran misi.
vii. Melakukan briefing dan debriefing.

m) Kepala Seksi Kaji Cepat


i. Mengumpulkan, mengkompilasi dan
menganalisa laporan kegiatan setiap Kepala
Bidang/Seksi serta pelaku tanggap darurat
lainnya. Secara rutin dan berkala :
ii. Mengumpulkan informasi perkembangan situasi
bencana dan dampaknya. Mengumpulkan
laporan situasi terkini yang dikeluarkan oleh
organisasi pelaku tanggap darurat lokal,
nasional dan internasional baik yang sudah
maupun yang akan terlibat.
 
‐22‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
iii. Memperbarui informasi terkini peta lokasi
bencana terjadi.
iv. Memperbarui informasi dan daftar kontak
organisasi pelaku tanggap darurat lokal,
nasional dan internasional yang sudah berada
di lokasi maupun yang akan tiba.
v. Memperbarui pemetaan sumber daya yang
tersedia.
vi. Memperbarui lokasi operasi SRC PB dan
organisasi pelaku tanggap darurat lainnya.
vii. Memonitor kemungkinan peningkatan
risiko/ancaman bencana.
viii. Melakukan briefing dan debriefing.

n) Kepala Seksi Perencanaan


i. Menentukan jadwal, tempat dan daftar personil
yang diikutsertakan dalam briefing/pertemuan-
pertemuan yang terkait dengan perencanaan.
ii. Menyusun jadwal kerja personel.
iii. Menyusun rencana operasi yang mencakup
strategi dan tujuan operasi.
iv. Menyusun prosedur dan jadwal pertemuan
harian dan melaporkan kepada Komandan.
v. Bersama dengan Kepala Bidang Informasi dan
Media menyusun prosedur dan jadwal
pertemuan dan konferensi pers.
vi. Menyiapkan strategi alternatif untuk operasi
penanganan darurat yang sedang berlangsung,
jika diperlukan.
vii. Membuat petunjuk, prosedur, format dan jadwal
pelaporan setiap Kepala Seksi dan Bidang,
Laporan Situasi, dan Laporan Akhir Misi.
viii. Memperbarui jenis dan frekuensi kegiatan kaji
cepat .
ix. Meminta persetujuan Kepala SRC PB untuk
menetapkan rencana operasi.
x. Melakukan briefing dan debriefing.

o) Tim Manajemen Informasi (Reliefweb Indonesia)


i. Melakukan evaluasi awal mengenai informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh setiap Seksi.
ii. Mendokumentasikan gambar setiap kejadian
disertai data GIS.
iii. Mengkompilasi data harian dalam bentuk tabel,
grafik dan gambar.
iv. Membuat tracking sistim untuk
pendokumentasian yang dibutuhkan oleh
 
‐23‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
Seksi/Bidang, termasuk sistim “logbook” kegiatan
setiap Seksi/Bidang.
v. Membuat daftar distribusi internal dan eksternal
untuk Laporan Situasi dan Rencana Operasi.
vi. Mencatat perkembangan situasi lapangan dan
pembaruan data setiap 6 jam dan menyusun
draft Laporan Situasi.
vii. Jika diperlukan turun lapangan dan membantu
Seksi Kaji Cepat untuk mengumpulkan informasi
di lapangan
viii. Secara rutin dan berkala mendukung Bidang Kaji
Cepat dan Perencanaan mengumpulkan,
memverifikasi, menganalisa dan memutakhirkan
informasi mengenai dampak bencana, kemajuan
kegiatan tanggap darurat, dan peta-peta.

p) Kepala Bidang Operasi


i. Mengkaji kapasitas daerah terdampak dan
organisasi pelaku tanggap darurat lainnya.
ii. Melaksanakan Rencana Aksi Awal untuk operasi
penanganan darurat.
iii. Bersama Kepala Bidang Sumber daya
menentukan kebutuhan peralatan komunikasi,
menyusun rencana sistim komunikasi dan
memberikannya kepada Kepala Bidang Kaji
Cepat dan Perencanaan.
iv. Membuat jadwal kerja personil 24 jam.
Mengawasi penyusunan Rencana
Keamanan/Keselamatan.
v. Bersama Kepala Bidang Informasi dan Media
menyusun prosedur penanganan media di
daerah-daerah operasi.
vi. Berkoordinasi dengan Kepala Bidang Sumber
Daya untuk pemenuhan kebutuhan operasional.
vii. Berkoordinasi dengan Kepala Bidang Kaji Cepat
dan Perencanaan mengatasi kendala yang
mempengaruhi pelaksanaan operasi.
viii. Memberikan arahan kepada personil Bidang
Operasi jika ada perubahan situasi dan
melakukan debriefing secara berkala untuk
mengkaji masalah/tantangan yang dihadapi dan
keberhasilan yang telah dicapai.
ix. Melaporan pelaksanaan operasi dari setiap
Kepala Seksi.

q) Kepala Seksi SAR


i. Melakukan kegiatan pencarian, penyelamatan
dan evakuasi di lokasi yang telah ditentukan.
 
‐24‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
ii. Mengawasi penggunaan standar keamanan
yang benar untuk semua personil SAR.
iii. Berkoordinasi dengan Tim SAR yang sudah
berada di lokasi.
iv. Membuat jadwal kerja personil SAR 24 jam.
v. Membuat laporan setiap pelaksanaan operasi
SAR dan menyerahkannya kepada Kepala
Bidang Operasi.
vi. Memberikan briefing dan debriefing kepada
personel SAR.
vii. Pencarian korban dapat dihentikan apabila
setelah jangka waktu tujuh hari sejak dimulainya
operasi pencarian, tidak ada tanda-tanda korban
ditemukan.
viii. Pencarian korban dapat dilanjutkan kembali
dengan pertimbangan adanya informasi baru
mengenai indikasi keberadaan korban bencana.
ix. Pertolongan darurat diprioritaskan pada
masyarakat yang mengalami luka parah dan
kelompok rentan.
x. Menyingkirkan dan/atau memusnahkan barang
atau benda di lokasi bencana yang dapat
membahayakan jiwa dan proses penyelamatan.
xi. Membuat rekomendasi kepada Kepala Bidang
dan diteruskan kepada Komandan agar pimpinan
instansi/lembaga terkait mematikan aliran listrik,
gas, atau menutup/membuka pintu air jika
diperlukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan risiko bencana.
xii. Terhadap korban yang meninggal dunia
dilakukan upaya identifikasi korban bencana dan
pemakaman yang selayaknya.
xiii. Melaksanakan evakuasi untuk penyelamatan
korban luka atau masyarakat yang berisiko
terancam jiwanya akibat ekskalasi ancaman
bencana.
xiv. Melakukan briefing dan debriefing.

r) Kepala Seksi Kesehatan dan Psiko-Sosial


i. Melakukan evaluasi awal situasi kesehatan dan
medis setempat dan merumuskan kebutuhan-
kebutuhan bersama pejabat daerah setempat.
ii. Mengkaji kepasitas respons pemerintah daerah
dan organisasi pelaku tanggap darurat yang
dapat diakses dan mengidentifikasikan
kebutuhan medis lainnya yang perlu segera
didatangkan.

 
‐25‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
iii. Menyusun jadwal kerja personil Seksi Kesehatan
dan Psikososial.
iv. Menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan
antara lain rumah sakit lapangan, ambulance,
dan tenaga medis).
v. Melakukan triase untuk menentukan tingkat
kedaruratan korban luka untuk penetapan
prioritas penanganan.
vi. Melaksanakan pertolongan darurat dan
perawatan korban luka, terutama yang masih
bisa diselamatkan.
vii. Melaksanakan identifikasi korban meninggal
(DVI) untuk memastikan identitas korban serta
penyebab kematian.
viii. Melakukan diagnosis masalah kesehatan akibat
bencana, dan kemungkinan timbulnya penyakit
dan/atau wabah penyakit di lokasi bencana dan
pengungsian
ix. Memberikan pelayanan kesehatan dan
psikososial kepada korban bencana.
x. Mengawasi penanganan medis dan kesehatan
sesuai standar.
xi. Secara berkala berkoordinasi dengan Kepala
Seksi SAR, Dinas Kesehatan setempat serta
organisasi pelaku tanggap darurat untuk bidang
kesehatan.
xii. Membuat laporan kegiatan harian/log book dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Operasi.
xiii. Melakukan briefing dan debriefing.

s) Kepala Seksi Distribusi Pangan dan Non Pangan


i. Menyiapkan dan menyalurkan dengan segera
kebutuhan pangan pada awal tanggap darurat
sesuai rencana operasi.
ii. Memberikan bantuan non pangan lainnya
khususnya perlengkapan pribadi dan keluarga
kepada semua kelompok tanpa terkecuali.
iii. Mengawasi agar bantuan yang diberikan tepat
sasaran.
iv. Mengawasi terselenggaranya sistem distribusi
yang efektif dari titik kumpul logistik sampai
sasaran.
v. Mengawasi bantuan yang diberikan tidak
membawa dampak ketergantungan atau
merusak nilai-nilai budaya setempat.
vi. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Operasi.

 
‐26‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
vii. Membuat jadwal kerja personil Seksi Distribusi
Pangan dan Non Pangan.
viii. Melakukan briefing dan debriefing.

t) Kepala Seksi Pengungsi dan Hunian


i. Menetapkan lokasi evakuasi yang aman untuk
tempat hunian atau penampungan sementara.
ii. Menyiapkan dan mendirikan hunian atau
penampungan sementara.
iii. Menyiapkan kebutuhan air bersih dan sanitasi.
iv. Melakukan pendataan kebutuhan pengungsi
termasuk identifikasi kelompok rentan.
v. Mengawasi agar penanganan pengungsi secara
bermartabat.
vi. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Operasi.
vii. Melakukan briefing dan debriefing.

u) Kepala Seksi Pemulihan Darurat


i. Melaksanakan tugas pembersihan puing-puing,
sampah, lumpur dan bahan-bahan yang
berbahaya khususnya di lokasi vital yang dapat
mengganggu operasi pemberian bantuan
darurat.
ii. Melaksanakan perbaikan darurat sarana dan
prasarana antara lain, instalasi air, jaringan
listrik, telekomunikasi dan jaringan irigasi,
jaringan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan
Gas, jalur transportasi, perbaikan pelabuhan
udara, pelabuhan laut dan penyeberangan
lainnya.
iii. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Operasi.
iv. Melakukan briefing dan debriefing.

v) Kepala Bidang Sumber Daya


i. Menentukan kesiapan barang dan peralatan
yang dibutuhkan SRC PB.
ii. Mengkaji kemampuan logistik daerah terdampak
dan membuat rekomendasi.
iii. Mengawasi pergerakan seksi di bawah bidang
Sumber Daya kepada Tim Pendukung
Keamanan dan Kepala Bidang Administrasi.
iv. Merumuskan prosedur pengadaan dan
penyewaan barang untuk yang diperlukan seksi-
seksi.

 
‐27‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
v. Menyediakan perlengkapan dan peralatan
perorangan, POSKO maupun markas SRC PB,
bertanggung jawab serta memonitor
penggunaannya.
vi. Membuat prosedur permintaan dukungan
logistic, peralatan, komunikasi, transportasi,
personil dan relawan.
vii. Menyediakan permintaan sumber daya yang
dibutuhkan SRC PB.
viii. Mengkoordinasikan penanganan transport,
penyimpanan dan distribusi barang-banrang
bantuan, peralatan SRC PB, personil maupun
kendaraan.
ix. Membuat laporan kegiatan harian/logbook.
x. Melakukan briefing dan debriefing.

w) Kepala Seksi Penyediaan Logistik


i. Menyiapkan kebutuhan pangan berupa beras,
makanan dan minuman lainnya baik untuk
masyarakat terdampak maupun untuk seluruh
personil SRC PB selama misi berlangsung.
ii. Mengidentifikasikan potensi sumber daya lokal
yang dapat digunakan untuk
menyediakan/menambah/melengkapi barang-
barang logistik.
iii. Menyiapkan obat pelayanan kesehatan dasar
dan alat kesehatan dasar habis pakai.
iv. Menyediakan kebutuhan markas dan POSKO
SRC PB di lapangan termasuk tenda hunian
untuk personil SRC PB.
v. Mengkaji situasi dan kondisi untuk
mempersiapkan gudang dan tempat
penyimpanan barang dan transportasi yang
dibutuhkan.
vi. Mengkoordinasikan penerimaan dan penyaluran
bantuan kemanusiaan.
vii. Menyusun sistim pencatatan logistik yang efektif
dan baik.
viii. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Sumber
Daya.
ix. Melakukan briefing dan debriefing.

x) Kepala Seksi Peralatan


i. Mengkoordinasikan penerimaan dan penyaluran
bantuan peralatan.
ii. Menyiapkan gudang tempat penyimpanan
peralatan.
 
‐28‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
iii. Menyiapkan peralatan transportasi untuk
distribusi logistik melalui darat, laut maupun
udara.
iv. Menyiapkan personil untuk menerima dan
mendistribusikan.
v. Memastikan semua peralatan yang digunakan
dalam operasi tanggap darurat dapat berfungsi
dengan standard keselamatan yang berlaku.
vi. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Sumber
Daya.
vii. Melakukan briefing dan debriefing.

y) Kepala Seksi Komunikasi


i. Mengevaluasi kondisi dan situasi jaringan/sistim
komunikasi di lapangan.
ii. Membangun dan menjaga keseluruhan sistim
komunikasi operasi tanggap darurat SRC PB. .
iii. Memberikan instruksi cara pemakaian alat
komunikasi kepada personil SRC PB.
iv. Secara berkala mengkaji dan memperbaiki
jaringan.
v. Mengawasi prosedur pemakaian radio dan
frekuensi.
vi. Membuat sistim pencatatan untuk peralatan
komunikasi yang diterima, disimpan, digunakan.
vii. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Sumber
Daya.
viii. Melakukan briefing dan debriefing.

z) Kepala Seksi Transportasi


i. Mengkaji akses sumber daya transportasi yang
tersedia di lapangan. Mengkaji sarana dan
prasarana transportasi untuk udara, laut dan
darat yang dapat digunakan, termasuk
ketersediaan peralatan untuk bongkar muat
barang dan kapasitasnya.
ii. Membuat prosedur permintaan dan penggunaan
alat transportasi.
iii. Mendokumentasikan mobilisasi semua
sumberdaya transportasi.
iv. Bersama dengan Kepala Seksi Kaji Cepat
mengawasi penyusunan rencana operasi.
v. Memilih dan menetapkan lokasi bahan bakar
pendukung.

 
‐29‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
vi. Memilih moda transportasi yang tepat
berdasarkan kondisi lapangan dan memenuhi
kebutuhan kapasitas yang diperlukan.
vii. Menetapkan pengatur penggunaan moda
transportasi.
viii. Memastikan semua peralatan transportasi yang
digunakan dalam operasi tanggap darurat dapat
berfungsi dengan standard keselamatan yang
berlaku.
ix. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Sumber Daya
x. Melakukan briefing dan debriefing.

aa) Personil dan Relawan


i. Menyiapkan personil untuk bidang-bidang yang
dibutuhkan sesuai rencana aksi.
ii. Menyiapkan personil khusus untuk pengaturan
relawan asing .
iii. Melaksanakan pendataan personil dan relawan
baik lokal maupun internasional yang terlibat
dalam operasi penanganan darurat.
iv. Membuat laporan kegiatan harian/logbook dan
diserahkan kepada Kepala Bidang Sumber
Daya.
v. Melakukan briefing dan debriefing.

3) Pengakhiran Misi

SRC PB atas persetujuan BNPB dan pemerintah daerah


memutuskan untuk mengakhiri misi kemanusiaann
dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) menyempurnakan rencana pengakhiran misi yang
telah disusun sebelumnya;
b) menetapkan rencana pengakhiran misi menjadi
rencana aksi/operasi pengakhiran misi;
c) membuat catatan serah terima alih kendali dengan
perincian yang jelas;
d) mengkaji staf dan sumberdaya yang dibutuhkan
serta merekomendasikan alih kendali personil dan
peralatan;
e) menutup markas dan POSKO SRC PB di lokasi
bencana;
f) membuat pertanggungjawaban semua peralatan
dan barang;
g) mempersiapkan “non-expendable items” untuk
dikembalikan, termasuk surat-surat yang
dibutuhkan;
 
‐30‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
h) Kepala Bidang Administrasi, dibantu Kepala Seksi
Administrasi Keuangan membuat
pertanggungjawaban keuangan dan laporan
keuangan;
i) menyerahkan semua laporan, evaluasi, “log book”
setiap seksi kepada masing-masing Kepala Bidang
dan Kepala Bidang menyerahkannya kepada
Kepala Bidang Administrasi dan Kepala Bidang
Kaji Cepat dan Perencanaan;
j) membersihkan area yang digunakan untuk Markas
dan Posko SRC PB
k) membuat Laporan Akhir Misi berdasarkan “log
book” dari setiap Seksi, dalam format laporan yang
telah ditentukan dan yang telah dikompilasi oleh
Kepala Seksi Administrasi Umum;
l) memberikan satu berkas Laporan Akhir Misi
kepada pemerintah daerah/Komandan
Penanganan Darurat setempat;
m) Komandan memberikan debriefing kepada seluruh
personil SRC PB;
n) Jika pemerintah daerah minta perpanjangan misi
SRC PB, permintaan tersebut harus diajukan
kepada BNPB.

c. Demobilisasi SRC PB

1) Komandan, dibantu oleh Wakil Komandan,


mengkoordinasikan proses/pelaksanaan demobilisasi
dengan BNPB.
2) Mempertanggungjawabkan barang dan peralatan yang
digunakan dalam misi.
3) Mengembalikan peralatan kepada instansi terkait, disertai
dengan kelengkapan dokumen.
4) Menyerahkan satu berkas Laporan Akhir Misi kepada
BNPB dan juga semua Laporan Situasi, logbook per Seksi
dan per Bidang, serta dokumen-dokumen
pertanggungjawaban lainnya.
5) BNPB memberikan debriefing kepada seluruh personil
SRC PB di Pangkalan Kerja wilayah terkait.
6) Dalam kurun waktu dua hingga empat minggu setelah misi
berakhir mengadakan evaluasi fungsi SRC PB yang
mencakup:
a) pembelajaran;
b) kinerja kerja anggota, seksi dan bidang;
c) rencana tindak lanjut;
d) pendidikan dan latihan;
e) rekomendasi untuk penyelarasan Standar Operasi
Prosedur.
 
‐31‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
BAB V

KOMANDO, KENDALI DAN KOMUNIKASI

13. Umum
Komando dan kendali disesuaikan dengan mekanisme kerjasama
penanggulangan bencana. BNPB memegang kendali atas
keterlibatan Kementerian/Lembaga/TNI/POLRI dalam SRC PB. Bila
situasi dan kondisi menghendaki adanya Incident Commander yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah yang terdampak bencana, maka
komando dan kendali berada dibawah IC Lokal dan SRC PB berada
dibawah komando IC Lokal.

14. Komando

a. Komando Tingkat Pusat


Dalam kerjasama penanggulangan bencana pelibatan
Kementerian/Lembaga terkait dalam SRC PB, Komando
berada pada Kepala BNPB.

b. Komando Operasional
1) Komando Operasional SRC PB berada pada Direktur
Tanggap Darurat, Deputi Bidang Penanganan Darurat,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.(tbc)

c. Komando Taktis
1) Komando Taktis SRC PB berada pada Komandan SRC
PB wilayah terkait.(tbc)

15. Kendali
a. Kendali SRC PB berada pada Deputi Bidang Tanggap Darurat,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

16. Komunikasi
a. Dalam SRC PB, komunikasi disesuaikan dengan alkom dan
proskom yang berlaku di BNPB.
b. Frekwensi radio yang digunakan HF 11.473,5 – VHF 171.300.
c. Email posko BNPB : posko@bnpb.go.id
d. Telepon : 021 – 345 8400 fax : 021 - 345 8500

 
‐32‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

 
BAB VI

ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

17. Umum. Dukungan Administrasi dan Logistik SRC PB diatur melalui


mekanisme perencanaan anggaran negara sesuai dengan peraturan
pengelolaan negara.

18. Administrasi. Kebutuhan administrasi SRC PB disesuaikan dengan


standar aturan pemerintah yang berlaku.

19. Logistik. Dukungan logistik SRC PB disesuaikan dengan norma


dukungan dan kebutuhan logistik yang berlaku di BNPB.

BAB VII

PENUTUP

20. Standar Prosedur Operasi Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan


Bencana (SRC PB) merupakan tindak lanjut dari Arahan Presiden RI
dan kesepakatan bersama antar Kementerian/Lembaga terkait dan
sebagai pedoman dalam penanggulangan bencana oleh SRC PB.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal Desember 2009

Kepala

Dr. Syamsul Maarif, MSi.

 
‐33‐  STANDAR PROSEDUR OPERASI SRC ‐ PB

Anda mungkin juga menyukai