Anda di halaman 1dari 34

BPBD

PROVINSI JAWA TENGAH

KONSEP DESA/KELURAHAN
TANGGUH BENCANA
Disampaikan dalam Sosialisasi Pembentukan Desa/Kelurahan
Tangguh Bencana

Kota Tegal, 21 November 2020


Perkenalan
MUHAMAD CHOMSUL

ALAMAT :
❑ KANTOR : BPBD PROVINSI JAWA TENGAH
Jln. Imam Bonjol No. 1 F Semarang
❑ RUMAH :
1. Plampitan No. 38 Kauman – Batang
2. TBE II, Blok D15- Ngalian – Semarang
Barat

HP : 081227686558
INDONESIA RAWAN BENCANA
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BENCANA
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yg disebabkan, baik faktor alam, non alam maupun
manusia, sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa,
(UU No. 24/2007 : PB) kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis

BENCANA ALAM BENCANA NON-ALAM


BENCANA SOSIAL
Diakibatkan Peristiwa
Diakibatkan Peristiwa Alam Diakibatkan Oleh Manusia
Nonalam

GEOLOGI BIOLOGI
Gempabumi, Tsunami, Longsor
SOSIAL
/ Gerakan Tanah, Letusan Epidemi, penyakit tanaman, Konflik, terorisme
Gunung Api hewan

HIDRO-METEOROLOGI TEKNOLOGI
Banjir, Topan, Banjir Kecelakaan transportasi,
Bandang,kekeringan, Rob / Air
Laut Pasang kegagalan industri

LINGKUNGAN
Kebakaran, kebakaran hutan,
(hapus penggundulan hutan),
pencemaran, abrasi
PETA RISIKO BENCANA
INDONESIA 2018

TIDAK ADA PROVINSI YANG


BERISIKO BENCANA RENDAH

Dari 514 kab/kota di Indonesia:


Indeks Risiko Bencana BNPB, 2018 : ❑ 259 kab/kota yang berada pd kelas
16 provinsi - risiko bencana tinggi indeks risiko tinggi
18 provinsi - risiko bencana sedang ❑ 255 yang berada pd kelas indeks risiko
sedang
KEJADIAN DAN DAMPAK BENCANA
DI INDONESIA
PERKEMBANGAN COVID-19
DI INDONESIA
DAMPAK PANDEMI COVID -19
KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN BENCANA
UU 24/2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA:

1. Psl 5 : Pemerintah/Pemda menjadi penanggungjawab PB

2. Psl 26 & 27 : Hak & Kewajiban Masyarakat dalam PB

3. Psl 28 & 29 : Peran Lembaga Usaha/sektor swasta dalam


PB (CSR)

3 pilar pelaku PB :
❑ Pemerintah/pemerintah daerah
❑ Masyarakat (Sipil)
❑ Lembaga Usaha/sektor swasta
PENANGGULANGAN BENCANA

❑ Perubahan Paradigma:
➢ UU Penanggulangan ✓ Responsif -→ Pencegahan/PRB
Bencana nomor 24 tahun
2007 ✓ Sektoral --→ Multi-sektoral
✓ Inisiatif Pemerintah-→ Tanggung
jawab bersama masyarakat dan
➢ PP 21/2008 tentang swasta
Penyelenggraan PB
✓ Sentralisasi → Desentralisasi
➢ PP 22/2008 tentang
Pendanaan PB

➢ PP 23/2008 tentang Peran


lembaga Int’l non SATU KESATUAN SISTEM PB
Pemerintah
Pra Bencana-Tanggap Darurat-Pemulihan

1. BNPB
2. BPBD Provinsi
3. BPBD Kab/Kota
HASIL SURVEY KORBAN SELAMAT
DARI BENCANA GEMPA BUMI di JEPANG
(KASUS GREAT HANSIN EARTHQUAKE, 1995)
1. DIRI SENDIRI : 35 % 4. ORANG LEWAT : 2,60 %
2. ANGGOTA KELG : 31,9 % 5. TIM SAR : 1,70 %
3. TEMAN/TETANGGA: 28,1 % 6. LAIN-LAIN : 0,90 %

PERLU PENINGKATAN KAPASITAS


MASYARARAKAT TERHADAP
ANCAMAN BENCANA

10
DESA/KELURAHAN TANGGUH BENCANA

DESA/KELURAHAN YANG MEMILIKI KEMAMPUAN MANDIRI


UNTUK BERADAPTASI DAN MENGHADAPI POTENSI
ANCAMAN BENCANA, SERTA MEMULIHKAN DIRI DENGAN
SEGERA DARI DAMPAK-DAMPAK BENCANA YANG
MERUGIKAN.
TUJUAN DESA/KELURAHAN TANGGUH
BENCANA
Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari dampak-
1 dampak merugikan bencana;

Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan, dalam


2 pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko bencana

Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan


3 sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko
bencana

4 Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan sumber


daya dan teknis bagi pengurangan risiko bencana

Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB,


5 pihak pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi
masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli
PRINSIP-PRINSIP DESA/KELURAHAN TANGGUH
BENCANA

1. Bencana adalah urusan 10.Keberpihakan pada kelompok


bersama. rentan.
2. Berbasis Pengurangan Risiko 11.Transparansi dan
Bencana. akuntabilitas.
3. Pemenuhan hak masyarakat. 12.Kemitraan.
4. Masyarakat menjadi pelaku 13.Multi ancaman.
utama. 14.Otonomi dan desentralisasi
5. Dilakukan secara partisipatoris. pemerintahan.
6. Mobilisasi sumber daya lokal. 15.Pemaduan ke dalam
7. Inklusif. pembangunan berkelanjutan.

8. Berlandaskan kemanusiaan. 16.Diselenggarakan secara lintas


sektor.
9. Keadilan dan kesetaraan
gender.
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA/KELURAHAN
TANGGUH BENCANA

Pemanfaatan Keberlanjutan :
Sumberdaya lokal Sinkronisasi
program/kegiatan
Pelibatan seluruh 2 K/L, Lembaga Int’l /
lapisan masyarakat 1 Lokal

3
Pengarus-utamaan 10 Dukungan Pemerintah/
PRB pemerintah daerah
DESA 4
9 TANGGUH
Pemaduan PRB BENCANA
dalam
Peningkatan
Pembangunan
5 Pengetahuan dan
8 Kesadaran
7
6
Penerapan Peningkatan
manajemen risiko Kapasitas Pengurangan
Kerentanan
14
KOMPONEN UTAMA DESA TANGGUH

❑ DITURUNKAN DARI SISNAS PB, DALAM ASPEK LEGISLASI:


PENYUSUNAN PERDES YANG MENGATUR PRB DAN PB DI
TINGKAT DESA
❑ PERENCANAAN: PENYUSUNAN RENCANA PB DESA,
RENCANA KONTINJENSI BILA MENGHADAPI ANCAMAN, DAN
RENCANA AKSI PRB KOMUNITAS
❑ KELEMBAGAAN: PEMBENTUKAN LEMBAGA PB DESA DAN
KELOMPOK-KELOMPOK SIAGA BENCANA DI TINGKAT RT/RW.
❑ PENDANAAN: RENCANA MOBILISASI DANA DAN SUMBER
DAYA (DARI APBD KABUPATEN/KOTA, SEKTOR SWASTA,
APBDES DAN MANDIRI)
❑ PENGEMBANGAN KAPASITAS: ANALISIS ANCAMAN-
KERENTANAN-KAPASITAS, GLADI DAN SIMULASI BENCANA,
KEGIATAN-KEGIATAN MITIGASI FISIK STRUKTURAL DAN NON-
FISIK LAINNYA, KEGIATAN-KEGIATAN PENGURANGAN RISIKO
BENCANA BERBASIS KOMUNITAS, SISTEM PERINGATAN DINI,
DLL.
INDIKATOR DESA/KELURAHAN TANGGUH
BENCANA: PERKA 1/2012
KATEGORI NO INDIKATOR
LEGISLASI 1 KEBIJAKAN/PERATURAN DI DESA/KEL TENTANG PB/PRB
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA, RENCANA AKSI
PERENCANAAN 2
KOMUNITAS, DAN/ATAU RENCANA KONTIJENSI
3 FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA
KELEMBAGAAN 4 RELAWAN PENANGGULANGAN BENCANA
5 KERJASAMA ANTAR PELAKU DAN WILAYAH
6 DANA TANGGAP DARURAT
PENDANAAN
7 DANA UNTUK PRB
8 PELATIHAN UNTUK PEMERINTAH DESA
9 PELATIHAN UNTUK TIM RELAWAN
PENGEMBANGAN
10 PELATIHAN UNTUK WARGA DESA
KAPASITAS
11 PELIBATAN/PARTISIPASI WARGA DESA
12 PELIBATAN PEREMPUAN DALAM TIM RELAWAN
13 PETA DAN ANALISA RISIKO
14 PETA DAN JALUR EVAKUASI SERTA TEMPAT PENGUNGSIAN
15 SISTEM PERINGATAN DINI BERBASIS MASYARAKAT
PENYELENGGARAAN 16 PELAKSANAAN MITIGASI STRUKTURAL (FISIK)
PENANGGULANGAN POLA KETAHANAN EKONOMI UNTUK MENGURANGI KERENTANAN
BENCANA 17 MASYARAKAT
18 PERLINDUNGAN KESEHATAN KEPADA KELOMPOK RENTAN
19 PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) UNTUK PRB
20 PERLINDUNGAN ASET PRODUKTIF UTAMA MASYARAKAT
KEGIATAN DALAM MENGEMBANGKAN
DESA/KELURAHAN TANGGUH BENCANA
❑ PENGKAJIAN RISIKO DESA/KELURAHAN
• MENILAI ANCAMAN,
• MENILAI KERENTANAN,
• MENILAI KAPASITAS,
• MENGANALISIS RISIKO BENCANA
❑ PERENCANAAN PB DAN PERENCANAAN KONTINJENSI DESA/KELURAHAN
• RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DESA/KELURAHAN
• RENCANA KONTIJENSI
❑ PEMBENTUKAN FORUM PRB DESA/KELURAHAN
❑ PENINGKATAN KAPASITAS WARGA DAN APARAT DALAM PB
❑ PEMADUAN PRB KE DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DESA DAN LEGALISASI
❑ PELAKSANAAN PRB DI DESA/KELURAHAN PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN PROGRAM DITINGKAT DESA/KELURAHAN
9 INDIKATOR UTAMA

1. PETA (ANCAMAN, KERENTANAN, KAPASITAS) PETA RISIKO) DAN


ANALISIS RISIKO
2. FORUM TERMASUK RELAWAN
3. RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA, RENCANA KONTIJENSI DAN
RENCANA AKSI KOMUNITAS
4. PETA DAN JALUR EVAKUASI SERTA TEMPAT PENGUNGSIAN
5. SISTEM PERINGATAN DINI
6. POLA KETAHANAN EKONOMI UNTUK MENGURANGI KERENTANAN
MASYARAKAT
7. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (SDA) UNTUK PRB
8. PERLINDUNGAN ASET PRODUKTIF UTAMA MASYARAKAT
9. PETA DAN KAJIAN RESIKO.
11 .INDIKATOR PENDUKUNG

1. KERJASAMA ANTAR PELAKU DAN WILAYAH


2. DANA UNTUK TANGGAP DARURAT
3. DANA UNTUK PRB
4. PELATIHAN UNTUK PEMERINTAH DESA
5. PELATIHAN TIM RELAWAN
6. PELATIHAN UNTUK WARGA DESA
7. PELIBATAN/PARTISIPASI WARGA DESA
8. PELIBATAN PEREMPUAN DALAM TIM RELAWAN
9. LEGISLASI/KEBIJAKAN PRB DI DESA
10. PELAKSANAAN MITIGASI STRUKTURAL (FISIK)
11. PERLINDUNGAN KESEHATAN KEPADA KELOMPOK RENTAN
KATEGORI DESA/KELURAHAN TANGGUH
BENCANA

1. Desa Tangguh Bencana Pratama (tingkat


kesiapsiagaan dan kapasitas respons paling
rendah)
2. Desa Tangguh Bencana Madya
3. Desa Tangguh Bencana Utama (tingkat
tertinggi, paling siap dan memiliki kapasitas
tertinggi
DESA/KELURAHAN TANGGUH
PRATAMA

Tingkat ini adalah tingkat awal yang dicirikan dengan:


a. Adanya upaya-upaya awal untuk menyusun kebijakan PRB di
tingkat desa atau kelurahan
b. Adanya upaya-upaya awal untuk menyusun dokumen perencanaan
PB
c. Adanya upaya-upaya awal untuk membentuk forum PRB yang
beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat
d. Adanya upaya-upaya awal untuk membentuk tim relawan PB
Desa/Kelurahan
e. Adanya upaya-upaya awal untuk mengadakan pengkajian risiko,
manajemen risiko dan pengurangan kerentanan
f. Adanya upaya-upaya awal untuk meningkatkan kapasitas
kesiapsiagaan serta tanggap bencana
DESA/KELURAHAN TANGGUH
MADYA

Tingkat ini adalah tingkat menengah yang dicirikan dengan:


a. Adanya kebijakan PRB yang tengah dikembangkan di tingkat desa
atau kelurahan
b. Adanya dokumen perencanaan PB yang telah tersusun tetapi belum
terpadu ke dalam instrumen perencanaan desa
c. Adanya forum PRB yang beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat,
termasuk kelompok perempuan dan kelompok rentan, tetapi belum
berfungsi penuh dan aktif
d. Adanya tim relawan PB Desa/Kelurahan yang terlibat dalam kegiatan
peningkatan kapasitas, pengetahuan dan pendidikan kebencanaan
bagi para anggotanya dan masyarakat pada umumnya, tetapi belum
rutin dan tidak terlalu aktif
e. Adanya upaya-upaya untuk mengadakan pengkajian risiko,
manajemen risiko dan pengurangan kerentanan, termasuk kegiatan-
kegiatan ekonomi produktif alternatif untuk mengurangi kerentanan,
tetapi belum terlalu teruji
f. Adanya upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan
serta tanggap bencana yang belum teruji dan sistematis
DESA/KELURAHAN TANGGUH
UTAMA

Tingkat ini adalah tingkat tertinggi yang dapat dicapai oleh sebuah
desa/kelurahan yang berpartisipasi dalam program ini. Tingkat ini dicirikan
dengan:
a. Adanya kebijakan PRB yang telah dilegalkan dalam bentuk Perdes atau
perangkat hukum setingkat di kelurahan
b. Adanya dokumen perencanaan PB yang telah dipadukan ke dalam RPJMDes
dan dirinci ke dalam RKPDes
c. Adanya forum PRB yang beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat,
termasuk kelompok perempuan dan kelompok rentan, yang berfungsi
dengan aktif
d. Adanya tim relawan PB Desa/Kelurahan yang secara rutin terlibat aktif
dalam kegiatan peningkatan kapasitas, pengetahuan dan pendidikan
kebencanaan bagi para anggotanya dan masyarakat pada umumnya
e. Adanya upaya-upaya sistematis untuk mengadakan pengkajian risiko,
manajemen risiko dan pengurangan kerentanan, termasuk kegiatan-
kegiatan ekonomi produktif alternatif untuk mengurangi kerentanan
f. Adanya upaya-upaya sistematis untuk meningkatkan kapasitas
kesiapsiagaan serta tanggap bencana
BPBD PROVINSI JAWA TENGAH

@bpbdjateng
http://www.bpbd.jatengprov.go.id

08813809409
bpbd@jatengprov.go.id
bpbd_jateng@yahoo.com
poskoaju.bpbdjateng@gmail.com
Bpbd Provinsi Jawa Tengah

024 – 3519186, 3519904


024 – 3562293 (Posko Aju) bpbdjateng

024 – 3519186
bpbdjateng
024 – 3562293 (Posko Aju)

Jl. Imam Bonjol No. 1 F Semarang, 50141


PENILAIAN KRITERIA DESA TANGGUH
Pertanyaan disusun dengan jawaban ‘Ya’ atau ‘Tidak’ dan
setiap jawaban ‘Ya’ akan diberi skor 1, sementara jawaban
‘Tidak’ akan diberi skor 0. Berdasarkan penilaian ini desa
atau kelurahan dapat dikelompokkan menjadi :

• Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Utama


(skor 51-60)
• Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Madya
(skor 36-50)
• Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Pratama
(skor 20-35)
25
ASPEK DAN INDIKATOR DESA/KELURAHAN TANGGUH
BENCANA

26

Anda mungkin juga menyukai