Anda di halaman 1dari 42

DISIPLIN

PEGAWAI NEGERI SIPIL


(PP 94/2021)

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH


DASAR HUKUM
Pasal 86 ayat (4)
UU No.5 Tahun 2014 tentang
ASN
Pasal 86
1) Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam
kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi
disiplin PNS.
2) Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai
upaya peningkatan disiplin.
3) PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan Pasal 134 UU ASN, PP ini seharusnya ditetapkan paling lama 2 tahun
terhitung sejak UU ASN berlaku, namun butuh waktu 7 tahun untuk menyelesaikan PP
ini.
PRINSIP DASAR
1. Yang bertanggung jawab terhadap disiplin PNS adalah Atasan
Langsung masing-masing.
2. Pelanggaran disiplin PNS bukan Delik Aduan, oleh karena itu setiap
atasan langsung mengetahui/mendapat informasi tentang dugaan
pelanggaran disiplin yang dilakukan bawahannya, maka atasan
langsung tersebut wajib menindaklanjuti.
Psl. 26 ayat (1).
3. Atasan langsung yang telah mengetahui pelanggaran disiplin yang
dilakukan bawahannya, tetapi tidak memanggil, memeriksa, menghukum
atau tidak melaporkan kepada atasannya, maka atasan langsung tersebut
juga dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dengan hukuman
disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang melakukan
pelanggaran. (Psl. 28)
4. Pelanggaran disiplin = seluruh tindakan/perbuatan yang bersifat negatif karena
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi masyarakat,
maupun yang berlaku bagi PNS, baik itu yang berkaitan dengan kedinasan maupun yang
tidak berkaitan dengan kedinasan, sehingga termasuk melanggar kewajiban dan/atau
larangan. (Ps. 3 dan atau 5)
5. PP disiplin PNS juga berlaku untuk CPNS (Psl.43)
PNS mangkir Atasan
PNS sakit Tugas Belajar tidak diperiksa langsung yang
tidak diajukan (Melebihi secara melakukan
cuti sakit Waktu/DO) kumulatif pembiaran

Presensi WFH
Cerai:
tetapi masuk di
Tanpa ijin/ket
WFO sehingga
Terlabat lapor
PERMASALAHAN terhitung Alpha

PEMBINAAN
KWK yang
PNS diasumsikan
Nikah siri/ tidak dihitung
perselingkuhan
sebagai
mangkir

Mangkir dengan
FAKE Admin Presensi
Penyalahguna alasan lupa
GPS/Pemal yang lupa save
an wewenang absen namun
suan Finger data presensi
dilakukan
berulang kali
Daftar Rekapitulasi PNS Yang Dijatuhi Hukuman Disiplin
Pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Bulan Januari sd. Desember 2020

Prosentase Pelanggaran

15%
1% 30%
5%
5%

19%
26%

Mangkir
Asusila
Perkawinan/Perceraian
Penyalahgunaan Wewenang
Pidana Umum
Pidana Korupsi
Lain-Lain
MATERI PP 94 TAHUN 2021


KETENTUAN UMUM (PASAL 1)

KEWAJIBAN (PASAL 3 DAN PASAL 4)

LARANGAN (PASAL 5)


TINGKAT DAN JENIS PELANGGARAN DISIPLIN (PASAL 8)

JENIS PELANGGARAN THD KEWAJIBAN (PASAL 9 S/D 11)

PELANGGARAN TERHADAP LARANGAN (PASAL 12 SD 14)

PEJABAT YG BERWENANG MENGHUKUM (PASAL 16 SD 24)

TATA CARA PEMERIKSAAN, PENJATUHAN, DAN PENYAMPAIAN KEPUTUSAN HUKUMAN DISIPLIN)


BERLAKUNYA HUKDIS DAN PENDOKUMENTASIAN (PASAL 38
SD 39).

KETENTUAN PERALIHAN (PASAL 40 SD 43)

KETENTUAN PENUTUP (PASAL 44 SD 46)
KETENTUAN UMUM
KETENTUAN UMUM

• MASUK KERJA ADALAH KEADAAN MELAKSANAKAN TUGAS BAIK DI


DALAM MAUPUN DI LUAR KANTOR.
• UPAYA ADMINISTRATIF ADALAH PROSEDUR YANG DAPAT DITEMPUH
OLEH PNS YANG TIDAK PUAS TERHADAP HUKUMAN DISIPLIN YANG
DIJATUHKAN KEPADANYA.
• DAMPAK NEGATIF ADALAH DAMPAK YANG MENIMBULKAN
TURUNNYA HARKAT, MARTABAT, CITRA, KEPERCAYAAN,
NAMA BAIK DAN/ATAU MENGGANGGU KELANCARAN
PELAKSANAAN TUGAS UNIT KERJA, INSTANSI DAN/ATAU
PEMERINTAH/NEGARA.
KEWAJIBAN PNS
(PASAL 3)
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah
yang berwenang;
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan;
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
KEWAJIBAN PNS
(PASAL 4)
1. menghadiri dan mengucapkan sumpah/ janji PNS;
2. menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;
3. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang,
dan/ atau golongan;
4. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan keamanan negara atau merugikan keuangan negara;
5. melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Masuk Kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
7. menggunakan dan memelihara barang rnilik Negara dengan sebaik-baiknya;
8. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kompetensi;
9. menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Pasal 5
LARANGAN PNS
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan jabatan;
3. menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
4. bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian;
5. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing kecuali
ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
6. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang-barang baik
bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
7. melakukan pungutan di luar ketentuan;
8. melakukan kegiatan yang merugikan negara;
9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan; ;
11. menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/ atau pekerjaan;
12. meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;;
13. melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi yang dilayani;
LARANGAN PNS
(PASAL 5)

14  ikut kampanye;
 menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
memberikan atau atribut PNS;
dukungan kepada  sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
calon Presiden/Wakil  sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
Presiden, calon  membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
Kepala Daerah/Wakil atau merugikan salah satu pasangan calon sebelum, selama, dan
Kepala Daerah, calon
sesudah masa kampanye;
anggota Dewan
 mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
Perwakilan Rakyat,
calon anggota Dewan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
Perwakilan Daerah, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
atau calon anggota ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
Dewan Perwakilan dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
Rakyat Daerah masyarakat; dan/ atau
dengan cara:
 memberikan surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk.
TINGKAT DAN JENIS HUKUMAN DISIPLIN

SEDANG
Description
Add text in
of the sub
here BERAT
RINGAN  pemotongan
contents Tunkin 25%
selama 6 bulan
 pemotongan Tunkin 25%
selama 9 bulan
 pemotongan Tunkin 25%
selama 12 bulan

 Turun jabatan setingkat lebih


 Teguran Lisan
rendah selama 12 bulan
 Teguran Tertulis  pembebasan jabatann menjadi
 Pernyataan Tidak Puas pelaksana selama 12 bulan
Secara Tertulis  PDH tidak APS

Ketentuan tingkat dan jenis hukuman disiplin sedang berlaku setelah PP


mengenai gaji dan tunjangan berlaku serta masih diatur dalam Psl. 7 ayat 3
PP No. 53 tahun 2010. (Pasal 42)
JENIS PELANGGARAN THD
KEWAJIBAN (PASAL 9 S/D 11)
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No KEWAJIBAN KET
Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6

Melaksanakan kebijakan yg Pelanggaran Pelanggaran


Pelanggaran
1 ditetapkan Pejabat berdampak berdampak negatif
berdampak
Pemerintah yg berwenang negatif pada unit pada instansi yang
negatif pada
kerja bersangkutan
negara
Pelanggaran
Melaksanakan Ketentuan Pelanggaran Pelanggaran
2 berdampak negatif
peraturan perundang- berdampak berdampak
pada instansi yang
undangan negatif pada unit negatif pada
bersangkutan
kerja negara
melaksanakan tugas
Pelanggaran Pelanggaran
kedinasan dengan penuh Pelanggaran
3 berdampak negatif berdampak
pengabdian, kejujuran, berdampak
pada instansi yang negatif pada
kesadaran, dan tanggung negatif pada unit
bersangkutan negara
jawab, kerja
menunjukkan integritas dan
keteladanan dalam sikap, Pelanggaran
Pelanggaran Pelanggaran
4 perilaku, ucapan, dan tindakan berdampak negatif
berdampak berdampak
kepada setiap orang, baik di pada instansi yang
negatif pada unit negatif pada
dalam maupun di luar bersangkutan
kerja negara
kedinasan,
menyimpan rahasia jabatan Menyimpan Rahasia
dan hanya dapat Pelanggaran jabatan termasuk
Pelanggaran Pelanggaran melaksanakan
5 mengemukakan rahasia berdampak negatif
berdampak berdampak kewajiban
jabatan sesuai dengan pada instansi yang
negatif pada unit negatif pada menjunjung tinggi
ketentuan peraturan bersangkutan
kerja negara kehormatan negara,
perundang- undangan,
pemerintah, dan
martabat PNS
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No KEWAJIBAN KET
Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6
Pelanggaran
bersedia ditempatkan di
Pelanggaran berdampak negatif Pelanggaran
6 seluruh wilayah Negara
berdampak negatif pada instansi yang berdampak negatif
Kesatuan Republik Indonesia
pada unit kerja bersangkutan pada negara
mengutamakan kepentingan Pelanggaran Pelanggaran
Pelanggaran berdampak negatif
7 negara daripada kepentingan berdampak negatif
berdampak negatif pada instansi yang
pribadi, seseorang, dan/atau pada negara
pada unit kerja bersangkutan
golongan dan/atau
pemerintah
Pelanggaran
menggunakan dan
Pelanggaran berdampak negatif -
9 memelihara barang milik
berdampak negatif pada instansi yang
negara dengan sebaik-
pada unit kerja bersangkutan
baiknya;
Memberikan kesempatan Pelanggaran
Pelanggaran berdampak berdampak negatif
10 kepada bawahan untuk -
negatif pada unit kerja pada instansi yang
mengembangkan
kompetensi bersangkutan
Pelanggaran
berdampak negatif Pelanggaran
11 menjaga persatuan dan - pada Unit Kerja berdampak negatif
kesatuan bangsa dan/atau instansi pada negara
yang bersangkutan
apabila pelanggaran
12 menghadiri dan
- dilakukan tanpa -
mengucapkan
alasan yang sah;
sumpah/janji PNS
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No KEWAJIBAN KET
Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6

menghadiri dan apabila


13 mengucapkan - pelanggaran -
sumpah/janji Jabatan dilakukan tanpa
alasan yang
sah;
melaporkan dengan segera
kepada atasannya apabila Pelanggaran Pelanggaran
14 mengetahui ada hal yang - berdampak berdampak
dapat membahayakan negatif pada negatif pada
keamanan negara atau instansi yang negara dan/atau
merugikan keuangan negara bersangkutan pemerintah

melaporkan harta kekayaan


yang dilakukan yang dilakukan
kepada pejabat yang
15 - pejabat pejabat
berwenang sesuai dengan
administrator dan pimpinan tinggi
peraturan perundang-
pejabat dan pejabat
undangan
fungsional lainnya
setia dan taat sepenuhnya pelanggaran
kepada Pancasila, Undang- berdampak
16 Undang Dasar Negara - - negatif pada
Republik Indonesia Tahun unit kerja,
1945, Negara Kesatuan instansi
Republik Indonesia, dan dan/atau
Pemerintah, negara
menolak segala bentuk
pemberian yang berkaitan
dengan tugas dan fungsinya Tanpa batas
kecuali dari penghasilan sesuai minimal dan
17 ketentuan peraturan - - tanpa alasan
perundang-undangan apapun
SANKSI HUKUMAN DISIPLIN
TIDAK MASUK KERJA BERDASARKAN PP 53 TAHUN 2010

5 sd. 15 hari kerja dikenai • 16 sd. 30 hari kerja dikenai


hukuman ringan : hukuman sedang :
• (Ps. 9 angka 11)
(Ps 8 angka 11)
• 16 sd. 20 hari kerja 
• 5 hari kerja  penundaan kenaikan gaji
teguran lisan; berkala;
• 21 sd. 25 hari kerja 
• 6 sd. 10 hari kerja  penundaan kenaikan
teguran tertulis; pangkat 1 (satu) tahun;
• 11 sd. 15 hari kerja  • 26 sd. 30 hari kerja 
pernyatan tidak puas penurunan pangkat
setingkat lebih rendah
secara tertulis. selama 1 (satu) tahun.
selama 31 sd. 46 hari kerja atau lebih
hukuman berat :
(Pasal 10 angka 11)
• 31 sd. 35 hari kerja  penurunan
pangkat 3 (tiga) tahun ;
• 36 sd. 40 hari kerja  pemindahan
dalam rangka penurunan jabatan ;
• 41 sd. 45 hari kerja  pembebasan
dari jabatan;
• 46 hari kerja atau lebih  Setiap PNS wajib datang, pulang dan
melaksanakan tugas sesuai ketentuan
pemberhentian dengan hormat tidak jam kerja. Keterlambatan dan pulang
atas permintaan sendiri atau awal akan dihitung secara kumulatif
pemberhentian tidak dengan hormat dan dikonversi 1 hari kerja sama dengan
sebagai PNS. 7 ½ jam.
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No KEWAJIBAN Ringan Sedang Berat KET

1 2 3 4 5 6

Ketent Lebih
•11 - 13 hari • 21-24 hari kerja Lanjut
kerja (penurunan Kewajiban PNS
(Pemotonga jabatan setingkat Msk Kerja dan
n Tunkin lebih rendah menaati
•3 hari kerja
25% selama selama 12 bulan) ketentuan jam
(teguran
6 bulan) kerja diatur
lisan) • 25 – 27 hari Permen
Masuk kerja dan • 4 - 6 hari
8 •14 - 16 hari kerja
menaati kerja
kerja (pembebasan Keterlambatan
ketentuan jam (teguran
(Pemotongan dari masuk kerja
kerja; tertulis)
Tunkin 25% jabatannya dan/atau pulang
•7 – 10 hari
selama 9 menjadi cepat dihitung
kerja
bulan) jabatan secara kumulatif
(pernyataan
pelaksana dan dikonversi
tidak puas •17 - 20 hari selama 12 7½ jam
secara
kerja bulan) dihitung 1 hari
tertulis)
(Pemotongan kerja. Berlaku pd
Tunkin 25% • 28 hari kerja Thn yg sdg
selama 12 atau lebih berjalan.
bulan) • 10 hari kerja Keppres 68 Th 95
terus ttg Hari kerja
menerus. Lemb Pemerintah.
(PDHTAPS
PELANGGARAN
TERHADAP
LARANGAN
PASAL 12 S.D 14
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No LARANGAN KET
Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6
memiliki, menjual, membeli,
menggadaikan, Pelanggaran
Pelanggaran Pelanggaran
berdampak
1 menyewakan, atau berdampak berdampak
meminjamkan barang baik negatif pada
negatif pada unit negatif pada
bergerak atau tidak negara dan/atau
kerja instansi yang
bergerak, dokumen, atau pemerintah
bersangkutan
surat berharga milik negara
secara tidak sah
Pelanggaran Pelanggaran
melakukan pungutan di - berdampak
2 berdampak
luar ketentuan negatif pada unit negatif pada
kerja dan/atau negara dan/atau
instansi yang pemerintah
bersangkutan

Pelanggaran
Pelanggaran
3 melakukan kegiatan berdampak -
berdampak
yang merugikan negatif pada
negatif pada unit
negara instansi yang
kerja
bersangkutan
bertindak sewenang-wenang Pelanggaran Pelanggaran
4 berdampak -
terhadap bawahannya berdampak
negatif pada unit negatif pada
kerja instansi yang
bersangkutan
menghalangi berjalannya Pelanggaran Pelanggaran
5 berdampak -
tugas kedinasan berdampak
negatif pada unit negatif pada
kerja instansi yang
bersangkutan
Tingkat Hukuman/jenis pelanggaran
No LARANGAN KET
Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6
memberikan dukungan
kepada calon Presiden/Wakil
Presiden, calon Kepala
6 Daerah/Wakil Kepala Daerah, - Terbukti -
DPR, DPD, atau DPRD menggunakan
dengan cara menjadi peserta atribut
kampanye dengan
menggunakan atribut partai
atau atribut PNS

Menyalahgunakan wewenang
7 - - √
menjadi perantara untuk
mendapatkan keuntungan - - √
pribadi dan/atau orang lain
8 dengan menggunakan
kewenangan orang lain yang
diduga terjadi konflik
kepentingan dengan jabatan
menjadi pegawai atau
bekerja untuk negara lain - - √
9 dan/atau lembaga atau
organisasi internasional
tanpa izin/ ditugaskan PPK
bekerja pada perusahaan
10 asing, konsultan asing, atau - - √
lembaga swadaya
masyarakat asing kecuali
ditugaskan PPK
Tingkat Hukuman/jenis
No LARANGAN pelanggaran KET

Ringan Sedang Berat

1 2 3 4 5 6

- - √
11 Meminta sesuatu yang berhubungan dengan
jabatan
Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil
Presiden, calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
1. sebagai peserta kampanye dengan
mengerahkan PNS lain;
2. sebagai peserta kampanye dengan
menggunakan fasilitas negara;
3. membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu - - √
pasangan calon sebelum, selama, dan sesudah
12 masa kampanye;
4. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat; dan/atau
5. memberikan surat dukungan disertai fotokopi KTP
atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang- undangan
PEMANGGILA
N,
PEMERIKSAAN

DAN
PENJATUHAN
HUKUMAN
DISIPLIN
PEMANGGILAN
Setiap PNS bawahan diketahui diduga melakukan pelanggaran disiplin

Atasan langsung memperkaya informasi / mencari


bukti yang diperlukan dari orang yang dianggap
mengetahui/ pemberi informasi (Psl. 30)
1. Atasan langsung melakukan pemanggilan secara tertulis (Psl.
26 ayat 1 ).
2. Jarak antara tanggal pembuatan srt panggilan dgn tanggal
disuruh menghadap untuk diperiksa minimal 7 hari kerja.( Psl.
26 ayat 2)

1. Apabila PNS tersebut hadir pada tanggal yang ditentukan


pada srt panggilan tersebut , maka dilakukan pemeriksaan,
tetapi apabila tdk hadir maka dilakukan pemanggilan ke dua
( Psl. 26 ayat 3).
2. Pemanggilan ke dua dibuat selambat-lambatnya 7 hari
setelah tanggal seharusnya ybs hadir pada panggilan
pertama (Psl. 26 ayat 4)

1. Jarak antara tanggal pembuatan srt panggilan ke 2 dengan tanggal disuruh


menghadap untuk diperiksa tetap minimal 7 hari kerja.
2. Apabila PNS tsb hadir pada tanggal yang ditetntukan pada srt panggilan ke 2,
maka dilakukan pemeriksaan.
3. Apabila tidak hadir, maka seluruh pelanggaran disiplin yang diduga
dilakukannya dianggap diakui, dan dapat dijadikan bahan pertimbangan
menentukan jenis hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya ( Psl. 26 ayat 4).
PEMERIKSAAN

1. Wujud Pemeriksaan dituangkan


dalam BAP.
2. Format BAP dibuat dalam
bentuk “Pertanyaan “dan
“Jawaban.”
3. BAP dapatdilakukan dengan
VIRTUAL maupun tatap muka
secara langsung (Psl. 27 (2))
4. Utarakan bahwa kejujuran ybs
merupakan pertimbangan
menentukan hukuman
5. Utarakan bahwa pengakuan dlm
BAP hanya salah satu bukti
MATERI
BAP
1. Kesehatan ybs (hanya jawaban orang sehat yang dapat dipertanggung jawabkan).
2. Kebenaran dugaan pelanggaran disiplin yang dilakukannya ( jangan beritahukan tentang bukti-bukti atau
informasi tambahan yang telah sdr peroleh atau orang yang mengetahui perbuatan ybs, kecuali ybs tdk
mengaku atau untuk menggali yang sebenarnya).
3. Pertanyaan berikutnya sebaiknya bersumber dari jawaban ybs atas pertanyaan sebelumnya.
4. Dalam hal ybs tdk mengaku, utarakanlah satu demi satu bukti / informasi yang ada pada saudara sesuai
dengan substansi pertanyaan saudara.
5. Jika belum mengaku juga, utarakanlah bukti/ informasi berikutnya, demikian seterusnya sampai ybs
mengaku.
6. Jika telah mengaku, tanyakanlah faktor faktor yang mendorong ybs melakukan perbuatan tersebut.
7. Tanyakan juga tetang akibat/ dampak perbuatannya terhadap ybs, kantor, pemerintah ( untuk
mengetahui tingkat kesadaran dan kesengajaan ybs dalam melakukan perbuatan tsb)
8. Tanyakan juga tentang kebenaran jawabannya, keterpaksaan ybs dalam menjawab ( utk menghindari
pencabutan keterangan kemudian).
1. BAP harus ditanda tangani pemeriksa dan
yang diperiksa, jika ybs tdk bersedia
menandatangani, buat catatan pada kolom
tanda tangan ybs bahwa dia tdk bersedia
menanda tangani, dengan demikian BAP
sah. (Psl. 32 ayat 1, 2)
2. Serahkan satu set BAP kepada ybs, bila tdk
bersedia menerima, buat catatan pada
kolom tanda tangan ybs bahwa ybs tdk
bersedia menerima copi BAP tersebut,
dengan demikian dianggap telah diterima.
( Psl. 32 ayat 3)
LAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN (LHP)

Bila kewenangan menjatuhkan jenis hukuman disiplin


ada pd atasan yg lebih tinggi atau pejabat lain

1. Setelah pemeriksaan atau setelah ybs tdk hadir


untuk diperiksa, disusun LHP yang memuat intisari
dari pemeriksaan ybs, yang terkait, bukti-bukti,
informasi yang diperoleh pemeriksa.
2. LHP juga memuat analisa antara perbuatan ybs
dengan peraturan yang terkait.
3. LHP juga memuat Kesimpulan dan Saran.
PERTIMBANGAN DLM
MENENTUKAN JENIS
HUKUMAN YANG AKAN
DIJATUHKAN

1.Latar belakang perbuatannya :


• Terpaksa dilakukan atau tidak.
• Disengaja atau tidak.
• Direncanakan atau tidak.
• Ada atau tidak keuantungan ybs / orang lain atas perbuatan tsb.
2. Berat / ringannya dan banyaknya pelanggaran :
• Pernah dilakukan PNS atau tidak.
• Bertentangan atau tidak dengan program pemerintah.
• Melanggar prinsip-pronsip kenegaraan atau tidak.
• Resistensi tinggi atau tidak terhadap PNS lain atau masyarakat.
3. Akibat pelanggaran :
• Ada dampak negatif terhadap unit kerja / Instansi / Pemerintah.
• Menurunkan citra negatif PNS pada unit kerja / Instansi/ Pemerintah.
• Menghalangi pelaksanaan tugas unit kerja / Instansi / Pemerintah.
4. Dampak jenis hukuman terhadap ybs.
• Apakah jenis tersebut akan memberikan efek jera atau tidak
terhadap ybs.
• Cepat atau tidak dampaknya kepada ybs.
• Hukuman tersebut mempengaruhi psikologis ybs atau tidak.

5. Kesesuaian dengan peraturan


• Apakah telah ditetapkan limitatip dalam peraturan atau tidak
( mis : KawIn/ Cerai , TMK)

6. Kejujuran / Penyesalan ybs.


• Apakah mempersulit atau tidak.
• Apakah ada kemungkinan akan mengulangi perbuatannya atau
tidak.
• Apakah perbuatan tersebut telah pernah dilakukan sebelumnya
atau tidak.
• Kondite ybs sebelum pelanggaran tersebut.
Pejabat yg Berwenang Menghukum
(Pasal 18 dan 19)
PEJABAT YANG KEWENANGAN DAN HUKUMAN DISIPLIN
BERWENANG
MENGHUKUM
a. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama; dan
b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya yang merupakan PPK, untuk jenis HD ringan, sedang,
Presiden dan berat ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) )
a. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya;
b. Jabatan Fungsional Jenjang Ahli Utama; dan
c. Jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden,
untuk jenis HD berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri sebagai PNS (PDHTAPS) ( Pasal 8 ayat (4) huruf c )
PPK Instansi a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya di lingkungannya untuk jenis HD ringan, sedang, dan
Pusat dan PPK berat kecuali PDHTAPS ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) huruf a dan b )
Instansi Daerah b. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungannya untuk jenis HD sedang dan berat
Provinsi (Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) )
c. Pejabat Fungsional Jenjang Ahli Utama untuk jenis HD ringan, sedang, dan berat
kecuali PDHTAPS ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) huruf a dan b )
d. Pejabat Administrator ke bawah di lingkungannya untuk jenis HD berat ( Pasal 8 ayat
(4) )
e. Pejabat Fungsional selain Pejabat Fungsional jenjang Ahli Utama di lingkungannya
untuk jenis HD berat ( Pasal 8 ayat (4) )
PPK Instansi a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungannya untuk jenis HD untuk jenis HD
Daerah ringan, sedang, dan berat ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) )
Kabupaten/Kota b. Pejabat Fungsional Jenjang Ahli Utama untuk jenis HD ringan, sedang, dan berat
kecuali PDHTAPS ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) huruf a dan b )
c. Pejabat Administrator ke bawah di lingkungannya untuk jenis HD untuk jenis HD
sedang, dan berat ( Pasal 8 ayat (2), (3), dan (4) )
d. Pejabat Fungsional selain Pejabat Fungsional jenjang Ahli Utama di lingkungannya
untuk jenis HD berat ( Pasal 8 ayat (4) )
LANJUTAN

PEJABAT YANG BERWENANG KEWENANGAN DAN HUKUMAN DISIPLIN


MENGHUKUM
Kepala perwakilan RI a. PNS di lingkungannya yang berada 1 tingkat di
  bawahnya untuk jenis HD ringan (Pasal 8 ayat (2) )
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya b. PNS di lingkungannya yang berada 2 tingkat di
atau pejabat lain yang setara bawahnya untuk jenis HD sedang (Pasal 8 ayat (3) )
Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama a. PNS di lingkungannya yang berada 1 tingkat di
atau pejabat lain yang setara di bawahnya untuk jenis HD ringan (Pasal 8 ayat (2) )
lingkungan Pusat, Provinsi, dan b. PNS di lingkungannya yang berada 2 tingkat di
Kabupaten/Kota bawahnya untuk jenis HD sedang (Pasal 8 ayat (3) )
  c. Pejabat Fungsional di lingkungannya untuk jenis HD
Pejabat Administrator atau ringan dan sedang (Pasal 8 ayat (2), (3) )
pejabat lain yang setara di
lingkungan Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota
Pejabat Pengawas atau pejabat a. PNS di lingkungannya yang berada 1 tingkat di
lain yang setara di lingkungan bawahnya untuk jenis HD ringan (Pasal 8 ayat (2) )
Pusat, Provinsi, dan b. PNS di lingkungannya yang berada 2 tingkat di
Kabupaten/Kota bawahnya untuk jenis HD sedang (Pasal 8 ayat (3) )
c. Pejabat Fungsional di lingkungannya untuk jenis HD
ringan dan sedang (Pasal 8 ayat (2), (3) )
Pejabat yang
berwenang menghukum.
1. Apabila menurut pertimbangan atasan langsung bahwa hukuman yang
setimpal untuk bawahannya tersebut masih kewenangannya untuk
menjatuhkan, maka atasan langsung tersebut membuat, menandatangani
dan menyerahkan SK hukuman disiplin tsb kepada bawahannya (Psl. 33
ayat 3 ).
2. Apabila menurut pertimbangan atasan langsung hukuman yang setimpal
dengan pelanggaran bawahannya telah menjadi kewenangan atasan yang
lebih tinggi untuk menjatuhkan, maka atasan langsung tersebut membuat
laporan dan dilampiri BAP, LHP serta disampaikan secara khirarhis (Psl. 27
ayat 3 ).
3. Laporan atasan langsung tersebut memuat dasar-dasar pertimbangan dan
saran.
4. Apabila menurut pertimbangan pejabat yang menerima laporan bahwa
saran atasan langsung dapat disetujui, maka pejabat tersebut menjatuhkan
hukuman disiplin, tetapi apabila menurut pertimbanganya BAP,LHP yang ada
belum memadai, dapat dibentuk Tim pemeriksa (Psl. 29).
5. Apabila menurut pejabat yang menerima laporan bahwa hukuman yang
setimpal untuk pelanggaran tersebut adalah hukuman yang lebih berat lagi,
dan kewenangan menjatuhkannya berada pada pejabat yang lebih tinggi
lagi, maka pejabat tersebut membuat laporan lagi.
Keberatan/ Banding

Diatur dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 79 Tahun
2021 tentang Upaya
Administratif dan Badan
Pertimbangan ASN
PERUBAHAN LAIN

• Pembentukan Tim Pemeriksa bersifat pilihan untuk dugaan pelanggaran


hukuman disiplin tingkat sedang dan bersifat wajib untuk dugaan
pelanggaran disiplin tingkat berat
1 • Sebelumnya dalam PP 53/2010 ditentukan bahwa untuk pelanggaran disiplin
yang ancaman hukumannya sedang atau berat dapat dibentuk Tim Pemeriksa
(bersifat pilihan).

• Atasan langsung yang tidak melakukan pemanggilan dan pemeriksaan


terhadap PNS yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin, dan/ atau
melaporkan hasil pemeriksaan kepada Pejabat yang Berwenang Menghukum
2 dijatuhi Hukuman Disiplin dijatuhi Hukuman Disiplin yang lebih berat.

• Dalam hal Pejabat yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan HD kepada


PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, tidak menjatuhkan HD yang sesuai
3 Pelanggaran Disiplin yang dilakukan oleh PNS, maka Pejabat yang Berwenang
Menghukum dijatuhi Hukuman Disiplin yang lebih berat.
• Sebelumnya dalam PP 53/2010 hanya dijatuhi HD yang sama dengan jenis
hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin.
• PNS yang melanggar ketentuan mengenai izin perkawinan dan
perceraian PNS dijatuhi salah satu jenis HD berat sesuai
4 dengan ketentuan dalam PP 94/2021.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban PNS Masuk Kerja


dan menaati ketentuan jam kerja yang akan diatur dalam
5 Peraturan Menteri PANRB.

• Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur lebih


lanjut dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara.
6

• Peraturan perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan dari


7 peraturan perundang-undangan mengenai Disiplin PNS yang ada sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentangDisiplin Pegawai
Negeri Sipil

Maka:
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai
Negeri Dalam Usaha Swasta; dan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
sepanjang tidak mengatur jenis Hukuman
Disiplin sedang

DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU


Pembinaan Disiplin untuk
mewujudkan PNS yang
Berintegritas, Bermoral,
Profesional dan Akuntabel

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai