PROFESIONALISME ASN
UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR 20 TAHUN 2023 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) ATAU
UU ASN
Pada tanggal 31 Oktober 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Undang-Undang (UU)
Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) atau UU ASN. Undang-undang ini merupakan
pengganti dari UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
UU ASN 2023 juga memberikan ketentuan baru yang menyatakan bahwa ASN diperbolehkan mengisi
jabatan di lingkungan TNI dan Polri. Hal ini juga berlaku sebaliknya, di mana TNI dan Polri juga
diperbolehkan mengisi jabatan ASN.
Pengelolaan kinerja Pegawai ASN dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran organisasi melalui:
• Peningkatan hasil kerja dan perbaikan perilaku secara terus menerus;
• Penguatan peran pimpinan;
• Penguatan kolaborasi antara pimpinan dengan Pegawai ASN, antar-Pegawai ASN, dan antara Pegawai
ASN dengan pemangku kepentingan lainnya;
• Hasil kerja dan perilaku kerja Pegawai ASN;
• Pengembangan kinerja Pegawai ASN;
• Pemenuhan ekspektasi pimpinan dalam rangka pencapaian kinerja organisasi; dan
• Dialog kinerja yang intensif antara pimpinan dan Pegawai ASN.
Salah satu hal yang diatur dalam UU ASN terbaru adalah mengenai kesetaraan hak antara Pegawai Negeri
Sipil (PNS) atau ASN dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam UU ASN ini, PPPK
juga memiliki jaminan pensiun yang sebelumnya hanya dinikmati oleh PNS.
DASAR HUKUM
DISIPLIN PPPK
1. Kesanggupan PPPK untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan;
2. Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PPPK yang tidak menaati
kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan Disiplin PPPK, baik yang dilakukan di dalam
maupun di luar jam kerja;
3. Dampak negatif adalah dampak yang menimbulkan turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan,
nama baik, dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas unit kerja, instansi, dan/atau
pemerintah/Negara.
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila, Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah;
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Melaksanakan kebiiakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah yang berwenang;
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh tanggung jawab;
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap
orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PPPK.
1. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan/ atau golongan;
2. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan
keamanan negara atau merugikan keuangan negara;
3. Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
4. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
5. Menggunakan dan memelihara barang milik negara dengan sebaik-baiknya;
6. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kompetensi;
7. Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kecuali penghasilan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
8. Berpenampilan rapi dan sopan;
9. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras,
kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan/atau status sosial ekonomi;
10. Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan;
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan
menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik kepentingan dengan jabatan;
3. Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
4. Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa ditugaskan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian;
5. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing kecuali
ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
6. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang baik bergerak
atau tidak bergerak, dokumen, atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
7. Melakukan pungutan di luar ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Melakukan kegiatan yang merugikan negara bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak lain;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;
10. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
11. Menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaan;
12. Meminta sesuatu yang berhubungan dengan jabatan;
13. Melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi yang
dilayani;
14. Menjadi anggota atau pengurus partai politik dan/atau terlibat politik praktis dan memberikan
dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, calon
Anggota DPR, calon Anggota DPRD atau calon Anggota DPD;
15. Melakukan perundungan, pelecehan, dan/atau kekerasan seksual;
16. Menyalahgunakan, memperjualbelikan, dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, precursor,
dan atau zat adiktif lainnya;
17. Menyampaikan pendapat dan/atau menyebarluaskan informasi baik secara lisan maupun tertulis
baik secara langsung maupun tidak langsung yang bermuatan kebencian;
18. Memberikan atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung
maupun tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;
19. Menjadi istri kedua, ketiga, keempat bagi PPPK Wanita;
20. Hidup bersama dengan Wanita yang bukan istrinya atau dengan pria yang bukan suaminya, sebagai
suami istri tanpa ikatan perkawinan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Ringan
Teguran Lisan
Teguran Tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Sedang
Pemberhentian tunjangan jabatan selama 3 (tiga) bulan;
Pemberhntian tunjangan jabatan selama 6 (enam) bulan;
Pemberhntian tunjangan jabatan selama 9 (sembilan) bulan;
3. Berat
Pemutusan hubungan perjanjian kerja dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.
1. PPPK yang diduga melakukan Pelanggaran Disiplin, dipanggil secara tertulis untuk diperiksa oleh
atasan langsung atau tim pemeriksa;
2. Pemanggilan secara tertulis bagi PPPK yang diduga melakukan Pelanggaran disiplin, dilakukan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan;
3. Dalam hal PPPK tidak memenuhi panggilan, dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bensangkutan diperiksa sesuai Surat Panggilan yang
pertama;
4. Format surat panggilan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bugian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini;
5. Apabila PPPK yang bersangkutan tidak hadir pada tanggal pemeriksaan kedua, maka Pejabal yang
berwenang Menghukum menjatuhkan Hukuman Disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang
ada tanpa dilakukan pemeriksaan.
1. Dalam menentukan tanggal pemeriksaan, atasan langsung atau tim pemeriksa harus memperhatikan
waktu yang diperlukan untuk menyampaikan dan diterimanya Surat Panggilan;
2. Sebclum dilakukan pcmeriksaan, atasan langsung atau tim pemeriksa mempelajari lebih dahulu
dengan seksama setiap laporan atau seluruh bahan mengenai Pelanggaran Disiplin yang diduga
dilakukan oleh PPPK yang benangkutan;
3. Pemeriksaan hanya diketahui dan dihadiri oleh PPPK yang diperiksa dan pemeriksa.
1. PPPK yang tidak puas terhadap keputusan hukuman disiplin dapat mengajukan Upaya Administratif;
2. Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: Keberatan; atau Banding
administrative;
3. Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, ketentuan pasal yang mengatur tentang disiplin bagi PPPK
yang tercantum dalam perjanjian kerja masing-masing PPPK dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah Dengan
Perjanjian Kerja;
2. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian Cuti
Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja;
3. Peraturan Bupati Bondowoso Nomor 49 Tahun 2023 tentang Disiplin Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bondowoso;
4. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun
2023 tentang Pemberian Cuti Bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja; dan
5. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 21842/B-AU.02.01/SD/CI/2022 Tanggal 6 Juli
2022 Perihal Petunjuk Terhadap Pemberian Cuti Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.
Pengertian : “Cuti PPPK yang selanjutnya disebut dengan Cuti, adalah keadaan tidak masuk kerja yang
diizinkan dalam jangka waktu tertentu.” (Pasal 1 Angka 19 PP 49/2018).
1. Cuti Tahunan
a. Persyaratan
Telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus.
b. Waktu
1) Telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus;
2) Lamanya hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja;
3) Dalam hal hak atas cuti tahunan akan digunakan di tempat yang sulit perhubungannya,
jangka waktu cuti tahunan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) hari kalender.
c. Dikecualikan dari persyaratan “telah bekerja paling sedikit 1 (satu) tahun secara terus-
menerus” dalam hal:
1) Ibu, bapak, istri/suami, anak, dan/atau mertua sakit keras atau meninggal dunia;
2) Salah seorang anggota keluarga meninggal dunia dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan harus. Mengurus hak-hak dari anggota
keluarganya yang meninggal;
3) Melangsungkan perkawinan pertama;
4) Lamanya hak atas cuti tahunan paling lama 6 (enam) hari kerja;
5) Mengurangi hak cuti tahunan yang bersangkutan.
2. Cuti Sakit;
a. Diberikan paling lama 1 (satu) bulan;
b. Apabila dalam 1 (satu bulan) belum sembuh, maka dilakukan pemutusan hubungan perjanjian
kerja;
c. PPPK yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1,5 (satu
setengah) bulan;
d. PPPK yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya
sehingga yang bersangkutan perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai dengan
berakhirnya masa hubungan perjanjian kerja.
3. Cuti Melahirkan; dan
a. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga pada saat menjadi PPPK;
b. Diberikan paling lama 3 (tiga) bulan;
c. Tetap menerima penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Cuti Bersama;
a. Mengikuti ketentuan Cuti Bersama bagi PNS;
b. PPPK yang karena Jabatannya tidak diberikan hak atas cuti bersama, hak cuti tahunannya
ditambah sesuai dengan jumlah cuti bersama yang tidak diberikan;
c. Cuti Bersama ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
1. PPPK yang sedang menggunakan hak atas Cuti Tahunan dan Cuti Bersama dapat dipanggil kembali
bekerja apabila kepentingan dinas mendesak.
2. Dalam hal PPPK dipanggil kembali bekerja maka jangka waktu cuti yang belum dijalankan tetap
menjadi hak PPPK yang bersangkutan.
DASAR HUKUM
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2023
2. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK
3. Permenpan No. 14 Tahun 2019 tentang Pembinaan PPPK yang menduduki JF
4. Perpres No. 38 Tahun 2020 - Jabatan yang dapat diisi PPPK
5. PerLAN No. 15 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi PPPK
6. KepLAN No. 289 Tahun 2022 tentang Pedoman Orientasi PPPK
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam melaksanakan tugas
pemerintahan
PPPK melaksanakan tugas pemerintahan sehingga perlu dibekali dengan pengenalan tugas dan
fungsi sebagai ASN, serta nilai dan etika yang berlaku pada instansi pemerintah
PELAKSANAAN ORIENTASI
Orientasi PPPK dilaksanakan paling lambat 1 bulan terhitung sejak diangkat pertama kali sebagai PPPK
STRUKTUR KURIKULUM
Struktur materi orientasi dilaksanakan selama 45 (empat puluh lima) JP yang dilaksanakan melalui
pembelajaran mandiri melalui Massive Open Online Course (MOOC)
INSTANSI PEMERINTAH
1. Pasal 107 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara:
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai manajemen PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 sampai
dengan Pasal 106 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
1. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan
analisis jabatan dan analisis beban kerja;
2. Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per
1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan;
3. Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK merupakan satu kesatuan dengan penyusunan kebutuhan PNS.
4. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri;
5. Kebutuhan PPPK secara nasional ditetapkan oleh Menteri pada setiap tahun, setelah memperhatikan
pendapat menteri keuangan dan pertimbangan teknis kepala BKN;
6. PPK dapat mengusulkan kepada Presiden melalui Menteri kebutuhan JPT utama tertentu atau JPT
madya tertentu yang dapat diisi oleh PPPK setelah ditetapkan nomenklatur jabatan dan pangkatnya
oleh Presiden;
PENGADAAN PPPK
PENILAIAN KINERJA
1. Penilaian kinerja PPPK bertujuan menjamin objektivitas prestasi kerja yang sudah disepakati
berdasarkan perjanjian kerja antara PPK dengan pegawai yang bersangkutan.
2. Penilaian kinerja PPPK dilakukan berdasarkan perjanjian kerja di tingkat individu dan tingkat unit
atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan perilaku
pegawai.
3. Penilaian kinerja PPPK dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
4. Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan PyB pada Instansi Pemerintah masing-masing.
5. Penilaian kinerja PPPK didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari PPPK.
6. Penilaian kinerja PPPK wajib mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya.
7. Hasil penilaian kinerja PPPK disampaikan kepada tim penilai kinerja PPPK.
8. Hasil penilaian kinerja PPPK dimanfaatkan untuk menjamin objektivitas perpanjangan perjanjian
kerja, pemberian tunjangan, dan pengembangan kompetensi.
9. PPPK yang dinilai oleh atasan dan tim penilai kinerja PPPK tidak mencapai target kinerja yang telah
disepakati dalam perjanjian kerja diberhentikan dari PPPK.
10. Penilaian kinerja PPPK diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
11. Masa Hubungan Perjanjian Kerja bagi PPPK dalam pelaksanaan tugas jabatan yang sama paling
singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja.
12. Perpanjangan Hubungan Perjanjian Kerja dalam pelaksanaan tugas jabatan yang sama didasarkan
pada pencapaian kinerja, kesesuaian kompetensi, dan kebutuhan instansi setelah mendapat
persetujuan PPK.
13. Perpanjangan Hubungan Kerja bagi JPT yang berasal dari kalangan Non-PNS mendapat persetujuan
PPK dan berkoordinasi dengan KASN.
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
1. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPK diberikan
kesempatan untuk pengayaan pengetahuan dengan prioritas diberikan dengan memperhatikan hasil
penilaian kinerja PPPK yang bersangkutan
2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat) jam pelajaran
dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
3. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dicatat oleh PyB dalam sistem informasi pelatihan yang
terintegrasi dengan Sistem Informasi ASN.
4. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengembangan kompetensi PPPK dilaksanakan oleh PyB.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman teknis perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengembangan kompetensi PPPK diatur dengan Peraturan Kepala LAN.
PEMBERIAN PENGHARGAAN
1. PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.
2. Bentuk penghargaan berupa:
a. tanda kehormatan;
b. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
c. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
3. Pemberian penghargaan berupa tanda kehormatan diberikan kepada PPPK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pemberian penghargaan berupa kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi diberikan
kepada PPPK yang mempunyai hasil penilaian kinerja yang sangat baik.
5. Penghargaan diberikan oleh PyB setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PPPK.
DISIPLIN
1. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PPPK wajib
mematuhi disiplin PPPK.
2. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan
berbagai upaya peningkatan disiplin.
3. PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin
4. PPK pada setiap instansi menetapkan disiplin PPPK berdasarkan ketentuan disiplin yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah ini.
5. berdasarkan ketentuan PPK pada setiap instansi menetapkan disiplin PPPK berdasarkan
karakteristik pada setiap instansi.
6. Tata cara pengenaan sanksi disiplin bagi PPPK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Disiplin PNS.
PERLINDUNGAN
CUTI
1. KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta
penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah.
2. Menteri melaksanakan evaluasi pelaksanaa kebijakan manajemen PPPK.
3. Hasil evaluasi sebagai dasar penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan PPPK.
LARANGAN
1. PPK dilarang mengangkat pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan ASN.
2. Larangan berlaku juga bagi pejabat lain di lingkungan instansi pemerintah yang melakukan
pengangkatan pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK.
3. PPK dan pejabat lain yang mengangkat pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan
ASN dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.
KETENTUAN PERALIHAN
1. Pejabat Pimpinan Tinggi Utama tertentu dan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya tertentu yang berasal
dari non-PNS yang belum mencapai Batas Usia Jabatan tetap dapat melaksanakan tugas sampai bulan
Desember tahun berjalan dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Utama tertentu dan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya tertentu yang berasal
dari non-PNS yang telah mencapai Batas Usia Jabatan dilakukan pemutusan hubungan perjanjian
kerja sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Utama dan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang berasal dari non-PNS pada
jabatan dan/atau instansi yang tidak dapat diisi oleh PPPK dilakukan pemutusan hubungan
perjanjian kerja pada akhir bulan Desember tahun berjalan.
KETENTUAN PENUTUP
1. Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.
2. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
1. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 diamanatkan adanya PPPK dalam ASN yang telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK sedangkan Peraturan
Presiden tentang Jenis Jabatan ASN yang Dapat Diisi PPPK belum ditetapkan.
2. Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan telah dikenal PPPK sebagai pejabat pimpinan tinggi
pada instansi pemerintah yang keberadaannya ditetapkan dengan keputusan presiden.
3. Dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan dikenal pula pegawai pemerintah non pegawai negeri
(PPNPN) dan pegawai kontrak lainnya.
4. Adanya kebutuhan untuk mengatur penilaian kinerja PPPK dalam peraturan menteri PANRB.
5. Adanya kebutuhan untuk mengatur jabatan lain yang dapat diisi PPPK dalam bentuk peraturan
Menteri PANRB.