NAMA :
NIP :
PANGKAT/GOL :
JABATAN :
UNIT KERJA :
PENDAHULUAN
Dengan mendasarkan pada ketentuan pasal 86 Ayat (2) UU No.5 Tahun 2014 tentang
ASN disebutkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PNS sertamelaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin, dengan mengingat
volume kasus pelanggaran disiplin yang sangat besar dan kompleksitas kasus per kasus
berbanding terbalik dengan tenaga/ sumber daya pemroses pada Biro SDM Kemenristekdikti,
dibutuhkan mekanisme/metode penanganan kasus pelanggaran disiplin yang cukup efektif
dan efisien.Penyelesaian kasus pelanggaran disiplin dan permasalahan kepegawaian lain pada
unit kerja secara langsung (on the spot) merupakan salah satu bentuk upaya instansi pembina
kepegawaian (Kementerian) memastikan agar setiap langkah-langkah yang diambil oleh
pejabat tata usaha negara dalam melakukan pembinaan disiplin PNS dapat
dipertanggungjawabkan dan memenuhi aspek formil maupun materil.
Pembinaan kasus disiplin PNS merupakan tanggungjawab dari level terendah dalam hal ini
atasan langsung pada unit terkecil sampai dengan Kementerian (sesuai dengan kewenangan
masing-masing), setiap tindakan pembiaran merupakan tindakan yang tidak dibenarkan, dan
dapat berdampak pada penjatuhan hukuman pada setiap pejabat yang tidak melakukan
pembinaan. Oleh karena hal tersebut, momen kegiatan seperti ini dapat dijadikan sebagai
harmonisasi pemikiran dan penyamaan persepsi antara Menteri selaku Pejabat Pembina
Kepegawaian dan Pejabat pengelola kepegawaian/ sumber daya manusia pada unit kerja.
ISI
KEWAJIBAN PNS
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS
2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD Negara RITahun 1945, NKRI
4. Mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksanakan tugas kedinasan yg dipercayakan kpd PNS dgn penuh
pengabdian,kesadaran, dan tanggung jawab
6. Menjungjung tinggi kehormatan negara , Pemerintah, dan martabat PNS
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, dan/atau
golongan
8. Memegang rahasia jabatan yg menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan
9. Bekerja dgn jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara
10. Melaporkan dgn segera kpd atasannya apabila mengetahui ada hal yg dpt
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang
keamanan, keuangan, dan materii
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yg ditetapkan
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dgn sebaik-baiknya
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kpd masyarakat
15 Membimbing bawahan dlm melaksanakan tugas
16 Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan
17 Menaati peraturan kedinasan yg ditetapkan oleh pejabat yg berwenang.
LARANGAN
1. Menyalahgunakan wewenang
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau oranglain
dengan menggunakan kewenangan orang lain
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja utk negara lain dan/ atau
lembaga atau organisasi internasional
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga
milik negara secara tdk sah
6. Melakukan kegiatan bersama dgn atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain
di dlm maupun di luar lingkungan kerjanya dgn tujuan utk keuntungan pribadi,
golongan,atau pihak lain, yg secara langsung atau tdk langsung merugikan Negara
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kpd siapapun baik secara
langsung atau tdk langsung dan dgn dalih apapun utk diangkat dlm jabatan
8. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian apa saja dari siapapun juga yg
berhubungan dgn jabatan dan/ atau pekerjaannya
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya
10. Melakukan suatu tindakan atau tdk melakukan suatu tindakan yg dpt menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yg dilayani sehingga mengakibatkan kerugian
bagi yg dilayani
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
12. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD, atau
DPRD dgn cara :
a. ikut serta sbg pelaksana kampanye
b. menjadi peserta kampanye dgn menggunakan atribut partaiatau atribut PNS
c. sbg peserta kampanye dgn mengerahkan PNS lain; dan/atau
d. sbg peserta kampanye dgn menggunakan fasilitas negara
13. Memberikan dukungan kpd calon Presiden/Wakil Presiden dgn cara :
a. membuat kptsn dan/atau tindakan yg menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye
b. Mengadakan kegiatan yg mengarah kpd keberpihakan terhadap pasangan calon
yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd PNS dlm
lingkungan unit kerja, anggota keluarga dan masyarak
14. Memberikandukungan kepada calon anggota DPDatau calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah dgncara memberikan surat dukungan disertai
fotokopi KTPatau Surat Ket. Tanda Penduduk sesuai peraturanperundang-
undangan; dan
15. Memberikan dukungan kepada calon KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah dgn
cara:
a. terlibat dalam kegiatan kampanye utk mendukung calon KepalaDaerah/Wakil
Kepala Daerah
b. menggunakan fasilitas yang terkait dgn jabatan dlm kegiatankampanye
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah
satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepadakeberpihakan terhadap pasangan
calon yg menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye
meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kpd PNS dl
lingkungan unit kerjanya,anggota keluarga, dan masyarakat.
“dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai
penyelenggara pemerintahanyang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang
baik (good governance), maka PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk
memiliki sikap Disiplin, Jujur, Adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan
tugas”.
PELANGGARAN DISIPLIN adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik
yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
DISIPLIN PREVENTIF
tindakan pencegahan yg dilakukan utk mendorong PNS mentaati standar & norma
sehingga tdk terjadi pelanggaran di masa yang akan datang.
DISIPLIN REPRESIF
tindakan langsung setelah terjadinya pelanggaran, tindakan ini dimaksudkan agar
pelanggaran yg terjadi tidak meluas.
DISIPLIN PERSUASIF
penindakan disiplin sebagai sarana untuk membuktikan/ meyakinkan secara halus
bahwa aturan harus ditegakkan (sarana diseminasi aturan).
DISIPLIN KURATIF
tindakan pemulihan paska terjadinya pelanggaran yaitu berupa penyadaran
terhadap pelaku pelanggaran agar tidak terjadi pengulangan pelanggaran di masa
yang akan datang (pendekatan simpatik secara personal atasan - bawahan)
KASUS DISIPLIN YANG UMUMNYA TERJADI
1. Tindak Pidana Umum, TP Korupsi, dan/atau kejahatan yang terkait dengan
jabatan;
2. Menjadi Anggota Parpol, menjadi anggota DPR/DPRD tanpa pengunduran diri;
3. Memberikan dukungan kepada salah satu calon Presiden, Wakil Presiden,
Anggota MPR/DPR/DPRD, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Partai Politik;
4. Bekerja pada Negara/ perusahaan/ LSM asing;
5. Pelanggaran Terhadap PP No. 10 Tahun 1983 jo. PP No.45 Tahun 1990;
6. Pelanggaran Tugas Belajar/ Ijin Belajar;
7. Pemalsuan Ijazah, Plagiat, dan kejahatan akademik lain;
8. Meninggalkan Tugas/ Tidak Masuk Kerja dan/atau tidak menaati ketentuan jam
kerja;
9. Dan perbuatan lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Landasan yuridis pembinaan disiplin PNS Pasal 86 UU No.5 Tahun 2014 jo.
Pasal 229 PP No. 11 Tahun 2017
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dlm kelancaran pelaksanaantugas, PNS
wajib mematuhi disiplin PNS
melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin;
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin;
Hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum.
Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin sebagaimana diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Perilaku Kerja
Penilaian Perilaku Kerja Meliputi Aspek :
Orientasi pelayanan ;
Integritas ;
Komitmen ;
Disiplin ;
Kerja sama ;
Kepemimpinan.
Penilaian aspek kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam 1 (satu)
tahun.
Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang
bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya.
Setiap instansi menyusun dan menetapkan standar teknis kegiatan sesuai dengan
karakteristik, sifat, jenis kegiatan, dan kebutuhan tugas masing-masing jabatan,
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BKN.
Pejabat Penilai dan Atasan Pejabat Penilai adalah :
Pejabat Penilai adalah atasan langsung dari PNS yang dinilai ;
Pejabat Penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap setiap PNS di
lingkungan unit kerjanya.
Pejabat Penilai yang tidak melaksanakan penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman
disiplin berdasarkan Peraturan Disiplin PNS.
Pejabat Pembina Kepegawaian sebagai Pejabat Penilai dan/atau Atasan Pejabat
Penilai yang tertinggi di lingkungan masing2.
Pelaksanaan Penilaian :
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh Pejabat Penilai kepada PNS
yang dinilai.
PNS yang dinilai dan telah menerima hasil penilaian prestasi kerja wajib
menandatangani serta mengembalikan kepada Pejabat Penilai paling lama 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterimanya hasil penilaian prestasi kerja.
PNS yang dinilai dan/atau Pejabat Penilai tidak menandatangani hasil penilaian
prestasi kerja maka hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat
Penilai.
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh Pejabat Penilai kepada PNS
yang dinilai.
PNS yang dinilai dan telah menerima hasil penilaian prestasi kerja wajib
menandatangani serta mengembalikan kepada Pejabat Penilai paling lama 14
(empat belas) hari sejak tanggal diterimanya hasil penilaian prestasi kerja.
PNS yang dinilai dan/atau Pejabat Penilai tidak menandatangani hasil penilaian
prestasi kerja maka hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat
Penilai.
Pejabat Penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi kerja kepada atasan
pejabat penilai paling lama 14 hari sejak tanggal diterimanya penilaian prestasi
kerja.
Hasil penilaian prestasi kerja mulai berlaku sesudah ada pengesahan dari Atasan
Pejabat Penilai.
Pejabat Penilai berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja dapat memberikan
rekomendasi kepada pejabat yang secara fungsional bertanggung jawab dibidang
kepegawaian sebagai bahan pembinaan terhadap PNS yang dinilai.
Keberatan Atas Hasil Penilaian :
1. Keberatan atas hasil penilaian dapat diajukan oleh PNS yang dinilai kepada
Atasan Pejabat Penilai disertai dengan alasan-alasannya paling lama 14 (empat
belas) hari sejak diterimanya hasil penilaian prestasi kerja.
2. Terhadap keberatan, Atasan Pejabat Penilai meminta penjelasan kepada Pejabat
Penilai dan PNS yang dinilai.
3. Atasan Pejabat Penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja dan bersifat
final.
4. Atasan Pejabat Penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS.
Ketentuan Lain :
Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini berlaku juga bagi Calon PNS.
Penilaian bagi PNS yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota
lembaga nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari instansi tempat
yang bersangkutan bekerja.
Penilaian bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar di dalam negeri
dilakukan oleh Pejabat Penilai dengan menggunakan bahan penilaian prestasi
akademik yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah yang
bersangkutan.
Penilaian bagi PNS yang menjalankan tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh
Pejabat Penilai dengan menggunakan bahan penilaian prestasi akademik yang
diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah melalui Kepala
Perwakilan Republik Indonesia di negara ybs.
Penilaian bagi PNS yang diperbantukan/dipekerjakan pada Pemprov / Pemkab /
Pemkot / Instansi Pemerintah lainnya dilakukan oleh Pejabat Penilai dimana yang
bersangkutan bekerja.
Penilaian bagi PNS yang diperbantukan/dipekerjakan pada negara sahabat,
lembaga internasional, organisasi profesi, dan badan-badan swasta dilakukan oleh
pimpinan instansi induknya atau pejabat lain yang ditunjuk berdasarkan bahan
yang diperoleh dari instansi tempat PNS ybs bekerja.
DIKECUALIKAN dari kewajiban menyusun SKP :
PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara atau pimpinan/anggota lembaga
nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya ;
Cuti Diluar Tanggungan Negara ;
Masa Persiapan Pensiun ;
Diberhentikan sementara ;
Bagi PNS yang menjalani tugas belajar dan diperbantukan/dipekerjakan pada
negara sahabat, lembaga internasional, organisasi profesi, dan badan-badan
swasta.
Penilaian prestasi kerja bagi PNS diatur tersendiri dalam Peraturan Kepala
BKN.
B. Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
Permasalahan
PNS merasa tidak tahu kalau ada aturan terkait perkawinan dan perceraian
PNS tidak bisa membedakan penggugat dan tergugat.
Atasan setelah menerima laporan tidak melakukan pemeriksaan
Tidak tahu cara membuat BAP
A. Perkawinan
Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya/ kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
B. Perceraian
Pasal 3 ayat (1):
PNS yang akanmelakukan perceraian wajib memperoleh izinatau surat
keterangan lebih dahulu dari Pejabat
Pasal 5 Ayat (2):
Setiap atasan yang menerima permintaan izin dari PNS dalam lingkungannya
baik untuk melakukan perceraian atau untuk beristri lebih dari seorang wajib
memberikan pertimbangan dan meneruskannya kepada Pejabat melalui saluran
hirarki dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) Bulan TMT ia menerima
permintaan izin dimaksud.
PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin tertulis dari Pejabat.
PNS hanya dapat melakukan perceraian apabila ada alasan-alasan yang sah yaitu
salah satu atau lebih alasan sebagai tersebut di bawah ini:
Marabahan, 2021
Penulis,
NAMA
NIP.