Anda di halaman 1dari 25

DASAR HUKUM

1. Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2016 tentang Satuan Tugas


Sapu Bersih Pungutan Liar;
2. Instruksi MENDAGRI Nomor 180 /3935 /SJ tentang Pengawasan
Pungutan Liar dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
3. Instruksi MENDAGRI Nomor 180/3935/SJ tentang Pengawasan
Pungutan Liar dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
4. Surat Edaran MENPANRB Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Pemberantasan Praktek Pungutan Liar (Pungli) dalam
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah;
5. Surat Edaran MENDAGRI Nomor 700/4277/SJ tanggal 11
November 2016 tentang Pembemtukan Unit Satgas
Pemberantasan Pungli Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Surat MENDAGRI Nomor 977/5065/SJ tsnggsl 30 Desember
2016 tentang Penegasan Pembentukan dan Penganggaran Unit
Pemberantasan Pungli Tingkst Provinsi, Kabupaten/Kota;
7. Keputusan Bupati Sanggau Nomor 323 Tahun 2020, Tanggal 2
Juni 2020 tentang Pembentukan Unit Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar Kabupaten Sanggau.
PENGERTIAN PUNGLI
• PUNGLI adalah “Perbuatan penarikan uang yang dilakukan secara tidak
sah dan melanggar hukum yang dilakukan oleh dan untuk pribadi atau
oknum petugas dan atau ASN berupa pungutan tidak resmi yang tidak
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku;
• Secara Umum, Pengertian Pungli adalah “Suatu Tindakan yang sengaja
dilakukan untuk pemungutan biya dalam jumlah tertentu dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan pribadi dan secara hukum hal tersebut
merupakan tindakan ilegal yang merugikan perorangan maupun
masyarakat”.
• Dalam tataran sosiologis di masyarakat; PUNGLI diistilahkan “Uang
Sogok, Uang Pelicin, Uang Rokok, Uang Meja, Salam Tempel, dls.
KRITERIA PUNGLI
Segala pungutan dilakukan oleh Oknum petugas dan/atau Calo:
dengan nilai lebih dari yang telah ditetapkan pemerintah
 Contoh: harga tiket dan/atau biaya administrasi lebih dari yang telah
ditetapkan pemerintah
dengan maksud untuk lebih memperlancar dan/atau mempercepat
pengurusan administrasi/pelayanan terhadap Publik.
 Contoh: biaya dwelling time, biaya administrasi untuk memperlancar
pengurusan perijinan dan/atau suatu kegiatan.
yang bersifat memaksa/ wajib / suatu keharusan yang tidak ada dalam
aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
 Contoh: biaya kemananan yang mewajibkan masyarakat untuk
membayar, pungutan di sekolah di luar yang telah ditetapkan pemerintah
dan bersifat memaksa/ wajib / suatu keharusan dengan maksud
memperoleh keuntungan dari pungutan tersebut.
dengan maksud untuk membebaskan dan/atau meringankan
hukuman/sanksi dari suatu pelanggaran terhadap aturan dan/atau ketentuan
yang telah ditetapkan pemerintah dan/atau instansi yang berwenang.
 Contoh: uang sogokan untuk tidak dikenakan sanksi
BUKAN PUNGLI
Pungutan yang TIDAK termasuk KRITERIA PUNGLI:
Segala pungutan yang dimaksudkan untuk kepentingan sosial/bantuan dan atau
kegiatan sosial yang sifatnya TIDAK MEMAKSA, TIDAK WAJIB, BUKAN KEHARUSAN
yang apabila tidak dilaksanakan tdk memiliki konsekuensi /dampak /akibat secara
langsung kepada yang dipungut.
 Contoh: Sumbangan untuk korban bencana alam, sumbangan
kemalangan/kematian.
Segala Pungutan atas KESEPAKATAN BERSAMA karena adanya sesuatu aktifitas
untuk kepentingan bersama dengan tidak ada unsur pemaksaan / atas kesadaran demi
kepentingan bersama dan tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan pribadi dan
atau sekelompok orang.
 Contoh: Sumbangan untuk perayaan HUT Kemerdekaan, Sumbangan Sekolah
untuk kegiatan yang tidak bersifat memaksa/ tidak wajib /bukan suatu
keharusan.
Segala Pungutan yang telah diatur dalam aturan Agama dan atau hukum adat serta
kegaitan yang bersifat keagamaan dan atau adat yang apabila tidak dilaksanakan tidak
memiliki konsekuensi / dampak / akibat secara langsung kepada yang dipungut kecuali
konsekuensi / dampak / akibat sesuai dengan ajaran agamanya dan atau adat yang
dianut masyarakat setempat.
 Contoh : Zakat, Infaq, Sedekah atau sumbangan untuk kegiatan keagamaan
atau adat setempat
DEFINISI PUNGLI
BERDASARKAN UU NOMOR 20
TAHUN 200
(PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
KORUPSI )
 Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hokum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaanya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

 Pegawai negeri atau penyelenggaran Negara yang pada


waktu menjalankan tugas, meminta, menerima atau
memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara lain atau kepada kas umum, seolah-olah
pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang lain atau
kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
DELIK PUNGLI
Sebelum adanya Undang-undang Tindak Pidana Korupsi, delik pungutan liar telah diatur
didalam beberapa pasal KUHP

1. KUHP :
• Pasal 418 KUHP
• Pasal 419 KUHP
• Pasal 419 KUHP
• Pasal 423 KUHP
• Pasal 425 KUHP
• Pasal 368 KUHP
1. UU Nomor 11/ 2980 tentang Tindak Pidana Suap, Pasal 3 Penerima Suap;
2. UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Korupsi Pasal 5 ayat 1
Memberi/menjanjikan pada pegawai negeri/penyelenggaran negara dan ayat
(2) pegawai negeri atau penyelenggaran negara penerima pemberian/janji;
3. UU No. 20/2001 Pasal 11 Pegawai negeri atau penyelenggaran negara
penerima hadiah/janji padahal diketahui karena kekuasaan/kewenangan;
4. UU No. 20/2001 ayat 13 pemberi hadiah/janji pegawai negeri/penyelenggara
negara karena kekuasaan/kewenangan.
Faktor penyebab
Pungli
1. Penyalahgunaan wewenag, Jabatan atau kewenangan
seseorang;
2. Faktor mental, karakter / kelakukan dari pada seseorang
3. Faktor ekonomi; Penghasilan yang kurang mencukupi
kebutuhan hidup tidak sebanding dengan
tugas/jabatan/pekerjaan;
4. Faktor kultural dan budaya organisasi; kebiasaan yang
berjalan terus menerus atau anggapan sebagai hal
biasa/lumrah;
5. Terbatasnya sumber daya manusia;
6. Lemahnya system control; pengawasan oleh atasan dan
pengawasan internal.
LANGKAH-LANGKAH
PEMBERANTASAN PUNGLI
 Berdasar SE Kementerian PARB Nomor 5 Tahun 2016 langkah-langkah
pemberantasan pungli adalah :
1. Mengidentifikasi area yang berpotensi terjadi pungli dan mengambil langkah-langkah
efektif untuk memberantas pungli.
2. Menindak tegas aparatur sipil negara (ASN) yang terlibat pungli.
3. Melakukan investigasi lebih mendalam untuk menjaring keterlibatan oknum-oknum
lain.
4. Meminta para kepala instansi untuk memberlakukan pengembangan sistem
pelayanan berbasis teknologi informasi untuk mengurangi hubungan langsung antara
petugas dengan masyarakat.
5. Memberikan akses yang luas pada masyarakat terhadap standar pelayanan secara
transparan.
6. Meningkatkan sistem pengawasan internal untuk mencegah praktik pungli.
7. Meningkatkan upaya dalam rangka peningkatan kualitas ASN.
8. Membuka akses yang mudah dan murah bagi masyarakat untuk melakukan
pengaduan.
SEKTOR PELAYANAN PUBLIK
RAWAN PUNGLI

1. Sektor Perizinan;
2. Sektor Perpajakan, bea dan cukai;
3. Sektor Pendidikan;
4. Hibah dan bantuan sosial (bansos);
5. Kepegawaian;
6. Pengadaan barang dan jasa;
7. Kependudukan dan catatan sipil serta;
8. Pertanahan
9. Dana Desa ( ADD )
AKAR MASALAH PUNGLI
PROSEDUR LEMAHNYA
BIROKRASI PENGAWASAN
YANG TERLALU INTERNAL
BERBELIT-BELIT

PERLU MEREFORMASI
ATAU MEMANGKAS
BIROKRASI AGAR LEBIH
TRANPARAN, EFISIEN DAN
AKUNTABEL
VISI SATGAS
TERWUJUDNYA PELAYANAN PUBLIK PADA KEMENTRIAN / LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH YANG TERBEBAS DARI PUNGUTAN LIAR

MISI SATGAS
1.
Membangun system pencegahan dan pemberantasan pungutan liar;
2.
Membangun system pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi dari kementrian/lembaga dan pihak lain yang terkait dengan menggunakan teknologi informasi;
3.
Membangun dan menginternalisasi budaya anti pungli pada tata pemerintahan dan masyarakat;
4.
Mengoordinasikan, merencanakan dan melaksanakan operasi/kegiatan pemberantasan pungli;
5.
Meningkatkan kualitas pelayanan kepada public melalui transparansi dan standarisasi pelayanan, sesuai peraturan perundang-undangan dan menghapuskan pungutan liar.
TUGAS SATGAS SABER PUNGLI

FUNGSI
TUGAS INTELIJEN
PENCEGAHAN;
MELAKSANAKAN PENINDAKAN; DAN
PEMBERANTASAN PUNGUTAN YUSTISI
LIAR SECARA EFEKTIF DAN
EFISIEN DENGAN SASARAN
MENGOPTIMALKAN SENTRA PELAYANAN
PUBLIK
PEMANFAATAN PERSONIL,
DIKEMENTRIAN/LEMBAG
SATUAN KERJA DAN SARANA A DAN PEMDA
PRASARANA, BAIK YANG
BERADA KEKUATAN
DIKEMENTRIAN/LEMBAGA KEMENTRIAN/LEMBAGA
MAUPUN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH
DAERAH DAERAH
WEWENANG SATGAS

1. MEMBANGUN SISTEM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PUNGUTAN


LIAR;
2. MELAKUKAN PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI DARI
KEMENTRIAN/LEMBAGA DAN PIHAK LAIN YANG TERKAIT DENGAN
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI;
3. MENGKOORDINASIKAN, MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN
KEGIATAN PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR;
4. MELAKUKAN OPERASI TANGKAP TANGAN;
5. MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PIMPINAN
KEMENTRIAN/LEMBAGA SERTA KEPALA PEMERINTAH DAERAH UNTUK
MEMBERIKAN SANKSI KEPADA PELAKU PUNGLI SESUAI DENGAN
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU;
6. MEMBERIKAN REKOMENDASI PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN
TUGAS UNIT SABER PUNGLI DISETIAP INSTANSI PENYELENGGARA
PUBLIK KEPADA PIMPINAN KEMENTRIAN/LEMBAGA DAN KEPALA
PEMERINTAH DAERAH; DAN
7. MELAKSANAKAN EVALUASI KEGIATAN PEMBERANTASAN PUNGUTAN
LIAR.
STRATEGI PEMBERANTASAN PUNGLI

STRATEGI PREEMPTIVE (PEMBINAAN)


 MEMBANGUN BUDAYA/ANTI PUNGLI BAIK MASYARAKAT, APARATUR
MAUPUN PENGUSAHA
MENINGKATKAN SOSIALISAI KEPADA MASYARAKAT DALAM GERAKAN
NASIONAL PEMBERANTASAN PUNGLI, PEMDA BEBAS DARI PUNGLI
STRATEGI PREVENTIF (PENCEGAHAN)
MELAKUKAN PEMETAAN RAWAN PUNGLI DISETIAP K/L DAN PEMDA
MENGOPTIMALKAN FUNGSI SAT WAS INTERNAL, BAIK WAS MELEKAT,
WAS FUNGSIONAL INTERN DENGAN JADWAL DAN PRIORITAS YANG
TERARAH
WAS FUNGSIONAL OLEH BPK DAN BPKP DENGAN PARA INSPEKTUR LEBIH
TERKOORDINIR DAN TERSINGKRONISASI
MENGOPTIMALKAN SISTEM PELAYANAN PUBLIK YANG PRIMA BERBASIS
TEKNOLOGI DAN INFORMASI
STRATEGI REPRESIF (PENEGAKAN HUKUM)
MENINDAK TEGAS TERHADAP OKNUM APARAT PENYELENGGARA
NEGARA/PEGAWAI NEGERI, MASYARAKAT YANG TERLIBAT DALAM
PUNGUTAN LIAR SESUAI KETETUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU
IMPLEMENTASI STRATEGI

 SATGAS SABER PUNGLI SANGAT PERLU DIBENTUK DALAM RANGKA OPTIMALISASI


PELAYANAN PUBLIK
 SATGAS SABER PUNGLI TELAH MENGKOORDINASIKAN KEPADA KEMENTRIAN/
LEMBAGA DAN PEMDA UNTUK SEGERA MENGIRIMKAN PEMETAAN PELAYANAN
PUBLIK YANG BERPOTENSI RAWAN PUNGLI
 UNTUK MENDUKUNG INOVASI PELAYANAN PUBLIK DIBUTUHKAN KOMITMEN
PIMPINAN KEMENTRIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH
 OPTIMALISASI PELAYANAN PUBLIK MEMBUTUHKAN INOVASI BERUPA INFORMASI
YANG JELAS, ONE DAY SERVICE SYSTEM YANG BERBASIS IT SERTA
TERINTEGRASI DENGAN BAIK
 SISTEM PELAPORAN/ PENGADUAN MASYARAKAT DAPAT DIJADIKAN ALAT UKUR /
ANEV UNTUK PENENTU KEBIJAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN
PUBLIK
 PERAN SERTA MASYARAKAT MEMILIKI NILAI STRATEGIS SEBAGAI MITRA
KEMENTRIAN/LEMBAGA DAN PEMDA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK
 PENGUATAN APARAT PENGAWASAN INTERNAL DALAM PENGAWASAN KEBIJAKAN
PUBLIK
 MEMBANGUN KOMITMEN DAN MENGINTERNALISASIKAN BUDAYA ANTI PUNGLI
PADA TATA PEMERINTAHAN DAN MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN
PELAYANAN PUBLIK YANG BEBAS DARI SUAP DAN KORUPSI/PUNGLI
FUNGSI INSPEKTORAT SEBAGAI
APIP DAERAH

Jasa Penjaminan Jasa Konsultasi


Assurance Activitie Consulting Activitie

1. Sosialisasi
1. Audit 2. Asistensi
2. Reviu 3. Bimbingan tehnis
3. Evaluasi 4. Konsultasi / advisory service /
4. Pemantauan problem solving
FUNGSI INSPEKTORAT SEBAGAI
APIP DAERAH
JASA PENJAMINAN
(Assurance Activities)

AUDIT PEMANTAUA
REVIU EVALUASI N

1. Audit
1. Evaluasi 1. Pemantauan
Operasional 1. Reviu Keuangan
Kelembagaan program/ kegiatan
/Reguler 2. Reviu Kinerja
2. Evaluasi tahun berjalan
2. Audit Kinerja 3. Reviu PBJ
Kebijakan 2. Pemantauan
3. Audit Tujuan
3. Evaluasi Kinerja TLHP
Tertentu
FUNGSI INSPEKTORAT SEBAGAI
APIP DAERAH
JASA CONSULTANSI
(Consulting Activities)

Kegiatan Pengawasan yang tidak memberikan penjaminan kualitas

1.Sosialisasi
2.Asistensi
3.Bimbingan tehnis
4.Konsultasi / advisory service / problem
solving
KEWENANGAN INSPEKTORAT (APIP)
DALAM MENYINGKAPI PENYIMPANGAN

Pasal 385 UU Nomor 23 Th 2014 tentang Pemerintahan


Daerah ;
1.Pengaduan masyarakat atas dugaan penyimpangan
diperiksa oleh APIP dan/atau Aparat Penegak Hukum;
2.Pemeriksaan Aparat Penegak Hukum terlebih dahulu
harus berkoordinasi dengan APIP;
3.Penyimpangan administrasi diserahkan kepada APIP,
penyimpangan pidana diserahkan kepada Aparat
Penegak Hukum.
PERAN INSPEKTORAT(APIP) DALAM
MANAJEMEN RESIKO TERKAIT PUNGLI

1. APIP mendorong Unit Kerja/SKPD untuk


menerapkan manajemen resiko dan
pengendalian;
2. APIP monitoring dan mengevaluasi Unit
Kerja/SKPD yang menerapkan manajemen
resiko dan pengendalian;
3. APIP mendorong perbaikan manajemen
resiko dan pengendalian.
PENUTUP
• Pungli menurut etika dan menurut hukum merupakan
perbuatan tercela
• Dampak dari pungli sangat luas diantaranya
menyebabkan ekonomi biaya tinggi, pelayanan public
yang tidak maksimal, dan lemahnya daya saing
• Perlunya keteladanan pimpinan atau atasan, motivasi
dan sugesti positif kepada pegawai secara kontinyu
serta penguatan ruhiyah melalui pendalaman
(deepening) nilai-nilai agama/spiritual
• Diperlukan regulasi yang baik, pengawasan internal
maupun eksternal serta peran serta masyarakat
SANGGAU MAJU DAN TERDEPAN TANPA PUNGLI

TERIMAKASIH BY INSPEKTORAT KAB.

Anda mungkin juga menyukai