Anda di halaman 1dari 22

TAHUN

2023

PEDOMAN PENILAIAN
PENCEGAHAN KORUPSI
PEMERINTAH DAERAH
melalui Monitoring Center for Prevention (MCP)

Disusun oleh:

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas ridho-Nya
sehingga “Pedoman Penilaian atas Upaya Pencegahan Korupsi Pemerintah Daerah Tahun
2023 bisa diselesaikan dengan baik. Mengacu pada Pasal 8 huruf b dan e UU No. 19 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi), sehubungan dengan tugas koordinasi, KPK menetapkan sistem
pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi dan meminta laporan
kepada instansi berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak
Pidana Korupsi. KPK menetapkan pelaporan atas upaya pencegahan korupsi pemerintah
daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP).
Pedoman ini disusun untuk memberikan petunjuk bagi Pemerintah Daerah
dalam melaporkan upaya pencegahan korupsi. Selain itu, bagi Kedeputian Bidang
Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
pedoman ini digunakan untuk memfasilitasi dalam melakukan penilaian.
Sebagian permasalahan korupsi di daerah berasal dari titik rawan korupsi
daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan pusat belum dapat diimplementasikan
dengan baik di daerah. Pencegahan korupsi daerah juga perlu ditindaklanjuti melalui
program antikorupsi sektor politik. Melalui program pencegahan korupsi diharapkan
mendorong sinergi dari K/L terkait membangun sistem pencegahan korupsi daerah,
termasuk mendorong pembangunan program integritas sektor politik.
Pembaruan program pencegahan korupsi daerah 2023 antara lain evaluasi
indikator dan subindikator menuju pada output yang substantif. Pemerintah Daerah
perlu bersiap menuju output efektivitas sistem pencegahan korupsi. Beberapa perubahan
fokus substansi tahun 2023 antara lain bantuan pemerintah, alokasi anggaran wajib,
pengadaan langsung dan e-purchasing, pendalaman reviu/ audit APIP dengan tetap
membawa program sebelumnya, yaitu pencegahan jual beli jabatan, penguatan database
dan optimalisasi pajak, penagihan tunggakan pajak, penguatan database BMD, sertifikasi
dan penertiban BMD. Adapun tata kelola desa di tahun ini menjadi bagian terpisah dari
area lainnya dengan pembobotan dan dashboard berbeda.
Penyusunan pedoman ini merupakan salah satu bentuk dari Pengelolaan
Bersama MCP dengan melibatkan Kemendagri dan BPKP. Pedoman ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tentunya
diperlukan untuk perbaikan dalam penyusunan program pencegahan korupsi daerah di
tahun berikutnya. Penyusun mengucapkan terima kasih atas peran serta seluruh pihak
yang berpartisipasi dalam upaya pencegahan korupsi daerah.

Jakarta, 28 Februari 2023


Penyusun

1
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Gambar 3
Daftar Tabel 4

I. Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Titik Rawan Korupsi Daerah 6
C. Maksud dan Tujuan 8
D. Ruang Lingkup 8
E. Sasaran 9
F. Metodologi 9
G. Pelaksana, Tahapan, Waktu Pelaksanaan 9
H. Disclaimer 10
II. Penilaian Upaya Pencegahan Korupsi Daerah 12
A. Perencanaan dan Penganggaran 13
B. Pengadaan Barang dan Jasa 22
C. Perizinan 30
D. Pengawasan APIP 34
E. Manajemen ASN 46
F. Optimalisasi Pajak Daerah 52
G. Pengelolaan BMD 56
H. Tata Kelola Desa 62
III. Penutup 64
Lampiran 65-66

2
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022 4
Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan 5
dan Kasus Korupsi Daerah
Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Modus Operandi Th 2004 – 7
2022

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022 7

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Perencanaan dan Pelaksanaan APBD 65
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD 66

3
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korupsi masih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi di Indonesia. Dari
data penanganan korupsi yang dilakukan oleh KPK pada tahun 2004 sampai 2022,
Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota) merupakan pelaku korupsi
terbanyak berdasarkan instansi, yaitu sebanyak 695 orang atau 54% (Gambar 1).
600 45%
40%
500
35%
400 30%
25%
300
20%
200 15%
10%
100
5%
0 0%
Pemkab/ Kementerian Pemerintah BUMN/
DPR RI Komisi
Pemkot / Lembaga Provinsi BUMD
JUMLAH 548 422 174 109 76 22
% 41% 31% 13% 8% 6% 2%

JUMLAH %

Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022

Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan


menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan) dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu
bentuk concern dan komitmen tinggi KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi
daerah adalah melakukan pemberantasan korupsi daerah melalui tugas koordinasi (Pasal
6 huruf b Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi).

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK meminta laporan kepada instansi


berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak Pidana Korupsi
(Pasal 8 huruf e). Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah
dilakukan melalui Monitoring Center for Prevention atau yang lebih dikenal dengan MCP
yang dapat diakses melalui laman JAGA.ID. Upaya ini dilakukan dengan tujuan agar
Pemerintah Daerah melakukan upaya pencegahan korupsi baik sebelum terjadi korupsi
maupun setelah upaya penindakan korupsi telah dilakukan baik oleh KPK maupun APH
lain.

Upaya perbaikan tata kelola pemerintah ini berpengaruh pada penurunan


pengaduan masyarakat dan kasus korupsi di tahun 2018 – 2020. Namun di tahun 2020

4
karena pandemi covid-19 maka upaya sistem pencegahan korupsi menurun dan
mengakibatkan terjadinya kenaikan kasus korupsi di tahun 2021 (Gambar 2).

Upaya pencegahan korupsi sudah demikian massif dilakukan, namun masih


terlihat praktik korupsi di daerah. Jika dilihat dari penyebabnya, terdapat tiga faktor yang
tepat untuk menggambarkan alasan mengapa seseorang melakukan fraud atau tindak
kecurangan (Triangle Fraud Theory), yaitu adanya tekanan, peluang atau kesempatan, dan
rasionalisasi (Cressey, 1953)1. Strategi pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK
dilakukan melalui tiga pendekatan (TRISULA), yaitu: (1). Pencegahan, yaitu membangun
sistem untuk mencegah peluang terjadinya korupsi; (2). Pendidikan, yaitu memberikan
pendidikan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi sehingga menekan niat
korupsi; dan (3). Penindakan, yaitu memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
korupsi.

Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan dan Kasus
Korupsi Daerah

Salah satu cara yang ampuh untuk memberantas korupsi adalah


mengembangkan tata pengelolaan keuangan yang sehat, serta sistem akunting yang
efisien dan terjadwal, yang dikombinasikan dengan sistem pengawasan professional
terjadwal oleh auditor intern dan auditor independen. Untuk mewujudkan semua ini,
dukungan pimpinan tertinggi dan kemauan politik untuk menegakkan pengawasan yang
kuat sangat diperlukan baik di sektor publik maupun di sektor swasta. Namun, sekarang
ini pada umumnya banyak negara, termasuk sektor publik dan sektor swasta tidak
memiliki kemauan politik itu (Pope, 2003)2.

Upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah pada prinsipnya dilakukan untuk


mendorong tata kelola pemerintahan atau sistem pencegahan korupsi. Dalam konteks
TRISULA, tentunya pembangunan sistem ini tidak akan berhasil jika tidak disokong oleh
SULA lainnya, yaitu pendidikan dan penindakan. Sebuah sistem tidak akan kuat jika

1 Cressey, Donald. R. (1953). Other People’s Money. Montclair, NJ: Patterson Smith,
pp.1-300
2 Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia

5
integritas seorang pejabat negara dan ASN yang kuat. Pun dengan pilihan “penindakan
adalah pencegahan korupsi yang paling efektif” jika memang dirasa pencegahan korupsi
sudah sangat sulit dilakukan sehingga perlu diberikan efek jera.

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan pada 542 Pemerintah Daerah di


Indonesia, baik provinsi maupun kabupaten/ kota. Masing-masing Pemerintah Daerah
menyampaikan dokumen kelengkapan yang membuktikan upaya pembangunan sistem
pencegahan korupsi. Selanjutnya Kementerian Dalam Negeri akan melakukan penilaian
atas dokumen yang disampaikan dan dilanjutkan dengan quality assurance oleh
Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama BPKP. Untuk mendapatkan
penilaian yang seragam maka perlu disusun pedoman penilaian yang menentukan area,
indikator, dan subindikator sebagai target pembangunan sistem pencegahan korupsi.
Selanjutnya perlu ditetapkan dokumen yang perlu disampaikan sebagai evidence atas
upaya yang dilakukan, termasuk standar penilaian yang ditetapkan. Oleh karena itu
diperlukan Pedoman Penilaian atas Upaya Pemberantasan Korupsi Pemerintah Daerah
yang ditetapkan per tahun sebagai panduan bersama bagi Kemendagri, KPK, dan BPKP
dalam memberikan penilaian atas upaya pemberantasan korupsi yang dilaksanakan
Pemerintah Daerah.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan
Supervisi, sebagian permasalahan di daerah berasal dari titik rawan korupsi Pemerintah
Daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan Pemerintah yang belum dapat
diimplementasikan dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, melalui
program pencegahan korupsi diharapkan menimbulkan keterbukaan dan sinergi dari
berbagai Kementerian/ Lembaga terkait dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Diseminasi dan pendampingan dari Pemerintah Pusat serta peran serta dari
seluruh stakeholder Pemerintah Daerah dirasa masih perlu dilakukan mengingat
tingginya korupsi daerah juga menjadi salah satu kendala bagi kemajuan perekonomian.

B. TITIK RAWAN KORUPSI DAERAH

Dalam mendorong upaya pemberantasan korupsi daerah, Kedeputian Bidang


Koordinasi dan Supervisi melakukan identifikasi titik rawan korupsi di masing-masing
Pemerintah Daerah. Upaya ini dilakukan untuk menyusun peta rawan korupsi
Pemerintah Daerah yang dilakukan baik melalui Kepala Daerah, Pejabat dan Pegawai
Pemerintah Daerah, unsur legislatif, beserta stakeholder lain yang terkait.
Berdasarkan data penanganan perkara korupsi yang ditangani KPK sampai
dengan tahun 2022, mayoritas perkara korupsi yang ditangani adalah terkait dengan
pengadaan barang dan jasa serta keuangan negara, yaitu sebanyak 277 kasus (51%)
diikuti dengan gratifikasi/ penyuapan sebanyak 92 kasus (17%), penyalahgunaan
anggaran sebanyak 57 kasus (11%), TPPU sebanyak 50 kasus (9%), pungutan/
pemerasan sebanyak 27 kasus (5%), perizinan sebanyak 25 kasus (5%), dan merintangi
proses KPK sebanyak 11 kasus (2%) (Gambar 3).

6
300 60%
250 50%
200 40%
150 30%
100 20%
50 10%
0 0%
Pengadaan Penyalahgu
Gratifikasi/ Pungutan/ Merintangi
Barang/ naan TPPU Perizinan
Penyuapan Pemerasan Proses KPK
Jasa/ KN Anggaran
JUMLAH 277 92 57 50 27 25 11
% 51% 17% 11% 9% 5% 5% 2%

Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Jenis Perkara Th 2004 – 2022

Merujuk pada data Survey Penilaian Integritas (SPI) Tahun 2022, skor SPI
Pemerintah Daerah di Indonesia 69,2. Beberapa highlight yang dapat diperhatikan dalam
memetakan titik rawan korupsi daerah antara lain:

Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022


HIGHLIGT TITIK RAWAN KORUPSI
Tingkat Keyakinan dan Eksternal: 24%; Internal: 25%; Eksper: 19%
Kejadian Risiko Suap, Penilaian adanya perdagangan pengaruh:
Gratifikasi, dan Pungli 1. Penentuan program/ kegiatan
serta Trading In 2. Penentuan pemenang tender
Influence 3. Pemberian izin/ pemberian rekomendasi teknis
4. Rekrutmen, promosi, mutasi pegawai
5. Negosiasi denda/ sanksi
6. Penetapan penerima program bantuan pemerintah
Permasalahan dalam Internal: ± 33%
Pengadaan Barang dan Pemenang vendor sudah diatur: 28%
Jasa Kualitas barang dan jasa rendah: 36%
Nepotisme: 37%
Gratifikasi: 29%
Hasil PBJ tidak bermanfaat: 33%
Penyalahgunaan Internal: 59%;
Fasilitas Kantor Untuk Pegawai menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
Kepentingan Pribadi Pribadi (termasuk teman, keluarga, dll)
Konflik Kepentingan Internal: 11%
dalam Pengelolaan SDM Pemberian uang, barang, dan fasilitas dalam mutasi dan promosi.
11% responden internal mengakui masih terdapat jual beli
jabatan di instansinya.
Hubungan Kekerabatan: 27%; Kedekatan dengan Pejabat: 33%
Kesamaan Almamater: 23%
Penyalahgunaan 1. 5% Responden internal melihat/ mendengar
Anggaran Dinas penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas terjadi.
2. 9% responden internal melihat/ mendengar penyalahgunaan
SPJ untuk honor, biaya transport lokal, dll.
3. 19% kalangan eksper menyatakan bahwa terdapat risiko
penyalahgunaan anggaran di K/L/PD
Sumber: Booklet Hasil SPI 2022

7
C. MAKSUD DAN TUJUAN

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas


dan kewenangan KPK sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 huruf b dan Pasal 8 huruf b,
c, d, dan e Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam
pelaksanaannya, koordinasi upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan melalui
pengelolaan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan BPKP untuk mendapatkan
Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi daerah kepada Pemerintah Daerah dengan
tujuan sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi titik rawan korupsi sehingga dapat memetakan potensi


kerawanan korupsi pada masing-masing Pemerintah Daerah.
2. Mendorong komitmen Kepala Daerah beserta Pejabat dan Pegawai ASN Daerah
termasuk unsur legislatif serta stakeholder terkait lainnya dalam pencegahan korupsi.
3. Mendorong perbaikan tata kelola pemerintahan daerah sebagai bagian upaya
pencegahan korupsi daerah.
4. Memastikan implementasi dan konsistensi sistem pencegahan korupsi yang telah
dibangun.
5. Memberikan saran dan/ atau rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait langkah
perbaikan tata kelola pemerintahan yang dapat mencegah praktik korupsi daerah.

D. RUANG LINGKUP

Berdasarkan hasil identifikasi titik rawan korupsi pada Pemerintah Daerah yang
dilakukan oleh Kedeputian Koordinasi dan Supervisi serta memperhatikan data
penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dan hasil Survey Penilaian Integritas
(SPI) Tahun 2022, maka fokus area pencegahan korupsi daerah tahun 2023 adalah:

1. Perencanaan dan Penganggaran


2. Pengadaan Barang dan Jasa
3. Perizinan
4. Pengawasan APIP
5. Manajemen ASN
6. Optimalisasi Pajak Daerah
7. Manajemen BMD
8. Tata Kelola Desa
Masing-masing area dilengkapi dengan indikator dan subindikator sebagai
kriteria keberhasilan pencegahan korupsi daerah. Tahun 2023 terdapat 8 area, 30
indikator, dan 63 subindikator sebagai fokus area program pencegahan korupsi
Pemerintah Daerah.

8
E. SASARAN

Upaya koordinasi dalam pencegahan korupsi daerah ini menekankan pada pihak
yang berkaitan dalam melakukan upaya pencegahan korupsi daerah. Sasaran kegiatan
monitoring dan evaluasi adalah:

1. Kepala Daerah, Sekretaris Daerah beserta Perangkat Daerah terkait pada


Pemerintah Daerah (tingkat eksekutif);
2. Ketua dan Wakil Ketua DPRD beserta jajarannya (tingkat legislatif);
3. Instansi vertikal terkait di daerah (Kejaksaan, Kepolisian, BPN, serta instansi
vertikal terkait lainnya);
4. Perangkat Desa (area tata kelola desa);
5. Stakeholder lain yang terkait dengan upaya pencegahan korupsi daerah.

F. METODOLOGI

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah dilakukan melalui


metodologi sebagai berikut:

1. Penelaahan regulasi yang disusun Pemerintah Daerah dalam melakukan pencegahan


korupsi daerah.
2. Pendalaman substansi melalui wawancara atau indepth interview dan Focus Group
Discussion dengan stakeholder terkait.
3. Pemantauan dan kunjungan lapangan untuk memastikan secara langsung.
4. Metode lain yang relevan untuk memastikan upaya pencegahan korupsi daerah telah
efektif diimplementasikan.

G. PELAKSANA, TAHAPAN DAN WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah tahun 2023 ini
dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama Kementerian
Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), selanjutnya
disebut dengan Penilai.

Tahapan penilaian dokumen kelengkapan pembangunan sistem pencegahan


korupsi daerah adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Dokumen Kelengkapan

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Penilai Kemendagri untuk menilai dokumen
kelengkapan yang disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for
Prevention (MCP) pada laman JAGA.ID. Rincian dokumen kelengkapan yang perlu
disampaikan dapat dilihat pada Bab II. Penilaian Upaya Penecegahan Korupsi
Pemerintah Daerah.

9
2. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan substansi dokumen kelengkapan yang


disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP) dan
melakukan pemantauan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah. Kegiatan
ini dapat dilakukan oleh KPK, Kemendagri, maupun BPKP (bisa dilaksanakan terpisah
atau bersama-sama).

3. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Koordinasi KPK dan Tim BPKP untuk melakukan
penilaian terhadap efektivitas upaya pencegahan korupsi.

Waktu penginputan dokumen kelengkapan dan pelaksanaan penilaian dokumen


kelengkapan pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah dilaksanakan pada bulan
Januari – Desember 2023 dengan timeline sebagai berikut:

BULAN
NO KEGIATAN PELAKSANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1. Input dokumen Pemda
kelengkapan
2. Koordinasi Upaya KPK
Pencegahan Korupsi
3. Penilaian Upaya Kemendagri
Pencegahan Korupsi
4. Pemantauan Upaya KPK,
Pencegahan Korupsi Kemendagri,
BPKP
5. Penjaminan Kualitas KPK, BPKP
(Quality Assurance)

Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK akan menyampaikan surat


pemberitahuan resmi kepada Pemda terkait dengan jadwal penginputan, penilaian,
pemantauan, sampai dengan quality assurance terkait dengan penilaian atas upaya
pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah di tahun 2023.

Nilai akhir atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah sebagai Indeks Upaya
Pencegahan Korupsi Daerah diperoleh pada bulan Januari 2024.

H. DISCLAIMER

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi yang dilakukan Pemerintah Daerah


pada prinsipnya merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pencegahan korupsi
melalui pembangunan sistem sebagai pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Pelaksanaan
sebuah sistem dipengaruhi integritas sumberdaya manusia yang melaksanakan sistem
tersebut. Goyahnya integritas yang mempengaruhi pondasi sistem yang dibangun akan
mendorong strategi pemberantasan korupsi lain, yaitu penindakan untuk memberikan
efek jera.

10
Indeks Upaya Pencegahan Korupsi Daerah dinilai berdasarkan atas upaya-upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Pembangunan sistem merupakan salah satu dari 3 strategi pemberantasan
korupsi (TRISULA). Apabila terdapat SULA lain yang merusak sistem yang telah dibangun,
maka KPK dapat memberlakukan FAKTOR PENGURANG apabila:

1. Terjadi tindak pidana korupsi (Penetapan Tersangka) yang dilakukan baik oleh
Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah maupun unsur legislatif,
baik Ketua, Wakil Ketua, maupun Anggota DPRD.
2. Sistem pencegahan korupsi Pemerintah Daerah yang dibangun belum efektif
dalam memberantas korupsi daerah.
3. Faktor lain dalam konteks pencegahan korupsi yang relevan digunakan sebagai
unsur pengurang.

Besarnya nilai pengurang akan ditentukan melalui mekanisme yang ditentukan lebih
lanjut oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi.

11
II. PENILAIAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI PEMERINTAH DAERAH

Kedeputian Koordinasi dan Supervisi KPK bersama Kementerian Dalam Negeri


dan BPKP telah menentukan target upaya pencegahan korupsi yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah pada tahun 2023, yaitu berupa 8 area, 30 indikator, dan 63
subindikator.

Pedoman ini disusun untuk memberikan pedoman baik bagi Pemerintah Daerah
maupun Penilai.

1. Bagi Pemerintah Daerah, memberikan petunjuk teknis dalam melaksanakan upaya


pencegahan korupsi daerah sesuai dengan target yang ditetapkan di tahun 2023 serta
memberikan petunjuk teknis dalam menyampaikan dokumen kelengkapan yang
memadai.
2. Bagi KPK, Kemendagri dan BPKP sebagai Penilai, mendapatkan keseragaman dalam
melakukan penilaian.

Pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah diawali dengan Komitmen


Kepala Daerah beserta jajaran, termasuk unsur legislatif. Hal ini merupakan kesatuan
yang perlu disinergikan dan tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Daerah melalui Kepala
Daerah perlu menetapkan personil atau kelompok kerja dalam melaksanakan upaya
pencegahan korupsi daerah. Dalam tataran teknis, Sekretaris Daerah sebagai unsur
birokrat tertinggi memegang peran penting dan kendali dalam pembangunan sistem
pencegahan korupsi daerah. Inspektorat sebagai unsur pengawas juga menjadi bagian
penting dalam pelaksanaan upaya pencegahan korupsi daerah. Selanjutnya Kelompok
Kerja sebagai pelaksana yang akan melaporkan kepada Sekretaris Daerah dan Inspektur
atas upaya pembangunan sistem dan langkah pencegahan korupsi yang dilakukan.

Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah


setiap tahunnya. Pemerintah Daerah menyampaikan dokumen kelengkapan yang
membuktikan upaya pencegahan korupsi melalui Monitoring Center for Prevention (MCP)
yang diakses melalui JAGA.ID. Untuk mempertajam upaya ini, KPK melakukan
pengelolaan bersama MCP bersama Kemendagri dan BPKP.

Pelaporan Pemerintah Daerah ke dalam MCP secara teknis dilakukan oleh Admin
MCP yang ditunjuk oleh Sekretaris Daerah. Masing-masing Kelompok Kerja
menyampaikan evidence kepada Admin MCP untuk diunggah ke dalam MCP dan
selanjutnya dilakukan penilaian oleh KPK, Kemendagri, dan BPKP.

Pedoman teknis penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah dapat dilihat
sebagai berikut:

12
AREA 5: MANAJEMEN ASN

TITIK RAWAN KORUPSI/


NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
1. Masih adanya praktik jual beli Sistem Merit Penilaian Sistem 1. Laporan Hasil Penilaian Mandiri Implementasi Penilaian memperhatikan:
jabatan dalam pengangkatan, Merit Sistem Merit 1. Laporan Penilaian Mandiri Implementasi
promosi, rotasi, mutasi ASN. 2. Tampilan tangkapan layar (screenshot) yang Sistem Merit – dinilai 10
Sistem merit adalah salah satu menunjukan bahwa BKD/ BKPSDM telah 2. Hasil Penilaian KASN tentang Penilaian
kebijakan pemerintah yang melakukan input data dalam rangka penilaian Sistem Merit:
mengurangi potensi praktik jual mandiri ke aplikasi penilaian mandiri sistem Buruk (100-174) = 0
beli jabatan merit (Sipinter). Kurang (175-249) = 40
3. Dokumen Hasil Penilaian KASN tentang Baik (250-324) = 65
Implementasi Sistem Merit Sangat Baik (325-400) = 90

2. Belum selesainya evaluasi jabatan Tata Kelola ASN Evaluasi Jabatan 1. Rekapitulasi OPD yang telah dan belum 1. Evaluasi Jabatan selesai (50)
pada instansi mengakibatkan menyelesaikan skor evaluasi jabatan (untuk Penilaian ini diberikan jika Pemda sudah
penempatan ASN tidak sesuai Pemda yang belum menyelesaikan Evaluasi menyampaikan:
kompetensi, dapat diatur secara Jabatan)  Rekapitulasi OPD yang telah dan
subjektif, dan menjadi modus 2. Rekapitulasi Nilai dan Kelas Jabatan seluruh belum menyelesaikan skor evaluasi
penyuapan/ gratifikasi OPD – (d/h Format sesuai KemenPAN RB) jabatan
3. Peta Jabatan seluruh OPD – (d/h Format sesuai  Rekapitulasi Nilai dan Kelas Jabatan
KemenPAN RB) seluruh OPD
4. Surat Penyerahan Hasil Evaluasi/Kelas Jabatan  Peta Jabatan seluruh OPD
kepada Kemendagri (d/h KemenPAN RB) yang
ditandatangani Sekda Jika belum ada ketiga dokumen tersebut,
5. Bukti Pengiriman/ Tanda Terima Surat maka Evaluasi Jabatan dianggap belum
Penyerahan Hasil Evaluasi Jabatan kepada selesai
Kemendagri (d/h KemenPAN RB)  Saat ini Jika Evaluasi Jabatan belum selesai, maka
Pemda input lewat SIMONA penghitungannya:
6. Surat persetujuan Kemendagri terkait Hasil Jumlah OPD yang sudah selesai
Validasi Evaluasi/ Kelas Jabatan dibandingkan jumlah OPD seluruhnya
7. Daftar Penyederhanaan Struktur Organisasi dikalikan 50
dan Penyetaraan Jabatan di Pemerintah Daerah 2. Evaluasi Jabatan disampaikan kepada
Kemendagri (d/h KemenPAN RB) untuk
Catatan: divalidasi (aplikasi SIMONA) (25)
 Perubahan evajab disesuaikan berdasarkan 3. Evaluasi Jabatan divalidasi oleh
struktur organisasi. Jika struktur organisasi Kemendagri (d/h KemenPAN RB) (25)
pemda berubah maka Evajab perlu
disesuaikan.

47
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
 Jika struktur organisasi berubah, maka
penilaian evajab dilakukan berdasarkan
struktur organisasi yang berlaku, bukan yang
lama.
 Perubahan evajab disesuaikan berdasarkan
struktur organisasi terkini. Struktur
Organisasi Pemda mengacu dalam rangka
Penyederhanaan dan Penyetaraan Birokrasi
(Permenpan 7 Tahun 2022).

3. 1. Pada beberapa proses Pelaksanaan Evaluasi Promosi, Rotasi, dan Mutasi ASN Evaluasi Promosi, Rotasi, dan Mutasi ASN
promosi/rotasi/mutasi Pengisian Jabatan 1. Dokumen rencana Kebutuhan dan Pemenuhan (50)
seringkali terjadi karena ASN untuk 5 tahun kedepan berdasarkan 1. Laporan Pelaksanaan Promosi, Rotasi,
berdasarkan permintaan ANJAB ABK yang disusun berdasarkan jumlah, dan Mutasi ASN diberikan selama tahun
subjektif kuasa tertentu. Hal pangkat, dan kualifikasi pegawai yang ada berjalan, nilai 20.
ini menjadi awal terjadinya dengan mempertimbangkan pegawai yang Perlu dilakukan pendalaman atas
penyuapan/ gratifikasi. akan pensiun dan pindah. laporan.
2. Proses pengisian jabatan 2. Laporan BKD/ BKPSDM atas pelaksanan Jika Pengadaan, Promosi, Rotasi, dan
seringkali masih kurang Pengadaan Pegawai secara Terbuka dan Mutasi ASN tidak sesuai dengan
transparan. Pada akhirnya Kompetitif dari Jalur CPNS, PPPK dan PNS dari perencanaan atau kriteria maka
praktik penyuapan dan Instansi Lain serta Promosi, Rotasi, Mutasi ASN diberikan nilai pengurang.
gratifikasi dilakukan. (Laporan dengan memberikan penjelasan a.l 2. Tindak Lanjut Rekomendasi Reviu
berapa kali pemda melakukan pengadaan Manajemen ASN. Jika terdapat Laporan
pegawai, promosi, rotasi, mutasi ASN selama Tindak Lanjut atas Rekomendasi Reviu
tahun berjalan) Manajemen ASN maka diberikan nilai
3. Laporan Reviu Manajemen ASN tahun berjalan maksimal 20.
oleh Inspektorat Penilaian secara proporsional berapa
4. Laporan Tindak Lanjut atas Rekomendasi rekomendasi yang telah ditindaklanjuti
Reviu Manajemen ASN yang dilakukan oleh dibandingkan rekomendasi seluruhnya
Inspektorat. dikalikan 20.
5. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan 3. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan
terkait pelaksanaan promosi, rotasi, mutasi terkait pelaksanaan promosi, rotasi,
ASN. mutasi ASN (10).

48
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
Pelaksanaan Pengisian JPT melalui Seleksi Pelaksanaan Pengisian JPT melalui
Terbuka Seleksi Terbuka (50)
1. Laporan Pelaksanaan Pengisian JPT melalui 1. Laporan Pelaksanaan Pengisian JPT
Seleksi Terbuka (yang mencakup Tanggal melalui Seleksi Terbuka dan Tangkap
Pelaksanakan, SK Tim Ujikom/Pansel, Hasil Layar Sistem Informasi Jabatan
Seleksi, dll) Pimpinan Tinggi (SIJAPTI) (20)
2. Tangkap Layar Sistem Informasi Jabatan 2. Berita Acara Tim Penilai Kinerja/
Pimpinan Tinggi (SIJAPTI) Baperjakat beserta dokumen
3. Berita Acara Tim Penilai Kinerja/ Baperjakat pendukungnya (20)
beserta dokumen pendukungnya. 3. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan
4. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan terkait pelaksanaan Seleksi Jabatan
terkait pelaksanaan Seleksi Jabatan Pimpinan Pimpinan Tinggi (10).
Tinggi.
Penilaian memperhatikan:
Ada berapa Pengisian JPT selama tahun 2023,
Catatan: dan berapa yang dilakukan melalui seleksi
Laporan yang disampaikan untuk pelaksanaan terbuka.
tahun 2023 Jika tidak seluruh pengisian JPT dilakukan
secara terbuka maka diberikan nilai
pengurang,

4. Belum adanya sistem informasi Sistem Informasi 1. Dokumen yang menjelaskan upaya Pemda 1. Database Kepegawaian (20)
kepegawaian yang baik, sehingga Kepegawaian dalam melakukan update database Pemda melakukan update database
tidak ada data pemetaan profile kepegawaian secara berkala. Misalnya kepegawaian secara berkala.
ASN yang seharusnya bermanfaat kenaikan pangkat, ketika ASN pensiun apakah 2. Absensi elektronik (20)
dalam penempatan ASN. Pada sudah difasilitasi Pemda secara otomatis, dst. Jika sudah ada absensi elektronik maka
akhirnya penempatan pegawai Dan seluruh database telah dilakukan diberikan nilai 30.
bersifat subjektif. digitalisasi. 3. Aplikasi Penilaian Kinerja (40)
Database kepegawaian ASN diupdate melalui Apabila sudah ada aplikasi penilaian
aplikasi SIMPEGNAS. Kinerja yang telah dimanfaatkan
2. Tampilan tangkapan layar (screenshot) Sistem diberikan nilai 50.
absensi pegawai secara elektronik; 4. Integrasi Absensi Elektronik dengan
3. Tampilan tangkapan layar (screenshoot) Aplikasi Penilaian Kinerja (20)
aplikasi penilaian kinerja yang sudah Jika aplikasi penilaian kinerja sudah
memenuhi unsur: terintegrasi dengan absensi maka
a. Laporan aktivitas harian ASN diberikan nilai 20.
b. Verifikasi atas aktivitas harian oleh
atasan langsung
49
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
c. Adanya sasaran dan realisasi/ capaian
kinerja sebagai pengukuran penilaian
kinerja
4. Screenshoot aplikasi penilaian kinerja yang
menunjukkan sudah terintegrasi dengan
absensi elektronik.
5. Penghasilan ASN yang rendah Peningkatan Tambahan 1. Penjelasan yang berupa simulasi bahwa 1. TPP Berdasarkan Penilaian Kinerja
menjadikan pembenaran untuk Integritas dan Penghasilan besaran nilai TPP dihitung berdasarkan nilai (50)
melakukan tindakan koruptif. Kinerja ASN Pegawai dan kelas jabatan serta memperhatikan beban Jika TPP diberikan berdasarkan penilaian
Perlu kebijakan untuk kerja, resiko kerja, lokasi kerja, manajerial, dst kinerja:
memberikan penambahan gaji 2. Penjelasan yang berupa simulasi pencairan  TPP diberikan berdasarkan kehadiran
ASN dalam rangka meminimalkan TPP dihitung berdasarkan: kehadiran, aktivitas diberikan nilai 10
risiko korupsi Pemda. harian, dan capaian kinerja ASN  TPP diberikan berdasarkan aktivitas
3. Pasal dalam Perkada Tambahan Penghasilan yang disetujui atasan maka diberikan
Pegawai yang sudah mengakomodir kewajiban nilai 20
pelaporan LHKPN, Gratifikasi, BMD, TPTGR  TPP diberikan berdasarkan penilaian
dalam pemberian/ pencairan TPP kinerja (ada target, sasaran, dan
capaian kinerja ASN sebagai
pengukuran penilaian kinerja) maka
diberikan nilai 20
Jika memenuhi ketiganya maka diberikan
nilai 50

2. Pemenuhan Kewajiban (50)


Jika Perkada TPP telah mengatur
pemberian sanksi terkait dengan
kepatuhan pelaporan LHKPN, Gratifikasi,
penguasaan BMD, tindak lanjut TPTGR
dalam pemberian/ pembayaran TPP
maka diberikan nilai 50.
6. Tidak ada penilaian Kinerja Manajemen 1. Dokumen Perjanjian Kinerja/ Penetapan 1. Dokumen Perjanjian Kinerja/ Penetapan
kepada ASN. Dalam rangka Kinerja Individu Kinerja (untuk JPT) Kinerja (untuk JPT) – 25
meningkatkan produktivitas ASN 2. SKP Pegawai mulai dari pucuk pimpinan 2. SKP Pegawai mulai dari pucuk pimpinan
perlu adanya manajemen kinerja 3. Hasil penilaian kinerja (tahunan) (contoh pada setiap tingkatan jabatan
sehingga memetakan ASN yang 4. Laporan penilaian kinerja instansi (tahunan) mewakili Eselon I, II, III sampai dengan
berkinerja baik serta memotivasi pelaksana) - 25
ASN untuk berkinerja baik. 3. Hasil penilaian kinerja (tahunan) – 25

50
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
4. Laporan penilaian kinerja instansi
(tahunan) – 25
7. Pelanggaran ASN yang tidak Penegakan Kode 1. Media pengaduan kode etik dan pelanggaran 1. Media/saluran pengaduan – (30)
dilakukan upaya hukuman pada Etik pegawai (media pangaduan bisa berdiri 2. Laporan pelanggaran kode etik – (30)
akhirnya menimbulkan respon sendiri atau digabung dengan media 3. Laporan tindak lanjut atas pelanggaran
permissive bagi ASN lain. pengaduan lainnya yang sudah digunakan kode etik pegawai – 40
Diperlukan penegakan kode etik oleh Pemda). Penilaian lebih ditekankan pada
untuk memberikan efek jera. 2. Laporan pelanggaran kode etik oleh pegawai. efektivitas.
3. Tindak lanjut laporan Jika penegakan kode etik dinilai tidak
pelanggaran/pemrosesan laporan atas efektif maka dapat diberikan penilaian
pelanggaran kode etik pegawai. secara proporsional (nilai berkurang)

Mengingat kerahasiaan, maka identitas pelapor


dan pelanggar dapat dirahasiakan.

8. Deteksi tindak pidana korupsi Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan (50)


salah satunya adalah melalui LHKPN 1. Kepatuhan Pelaporan LHKPN Eksekutif Penilaian mempertimbangkan:
transparansi harta dan kekayaan 2. Kepatuhan Pelaporan LHKPN Legislatif  Kepatuhan Eksekutif (20)
ASN. Dalam implementasinya, 3. Kepatuhan Pelaporan LHKPN BUMD (jika  Kepatuhan Legislatif (20)
tidak seluruh Penyelenggara ada)  Kepatuhan BUMD (10)
Negara dan Wajib Lapor LHKPN
patuh terhadap ketentuan ini. Perluasan Wajib Lapor Jika Pemda tidak memiliki BUMD maka bobot
Perkada Wajib Lapor yang memuat perluasan menjadi masing-masing 50% untuk eksekutif
wajib lapor untuk: dan legislatif
1. Staf Khusus 1. Kepatuhan Eksekutif
2. Ajudan  Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
3. Kepala Desa jumlah wajib lapor seluruhnya
dikalikan 40%
Referensi:  Jika kepatuhan eksekutif 100% maka
PermenPAN RB hanya akan mendapatkan nilai 40%
2. Kepatuhan Legislatif
 Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
jumlah wajib lapor seluruhnya
dikalikan 40%
 Jika kepatuhan legislatif 100% maka
hanya akan mendapatkan nilai 40%

51
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN
3. Kepatuhan BUMD
 Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
jumlah wajib lapor seluruhnya
dikalikan 20%
 Jika kepatuhan BUMD 100% maka
hanya akan mendapatkan nilai 20%
Perluasan (50)
Provinsi/ Kota
1. Staf Khusus (25)
2. Ajudan (25)

Kabupaten/ Kota (Ada Dana Desa)


1. Staf Khusus (15)
2. Ajudan (15)
3. Kepala Desa (20)

52
III. PENUTUP

Pedoman penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah memberikan


gambaran dan panduan bagi penilai dalam melakukan penilaian upaya Pemerintah
Daerah. Melalui pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang menjadi langkah awal pencegahan korupsi daerah.

Melalui Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi Pemerintah


Daerah dalam menentukan fokus pencegahan korupsi daerah di tahun 2023. Area,
indikator, dan subindikator merupakan pintu masuk dalam pencegahan korupsi daerah.
Pendalaman dalam rangka memastikan pencegahan korupsi telah dilakukan secara
efektif masih perlu dilakukan sehingga tidak hanya meminimalkan resiko korupsi daerah,
namun mampu menurunkan kasus korupsi daerah.

Komitmen Kepala Daerah beserta jajaran, didukung dengan penguatan dari


unsur legislatif, serta dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam konsistensi
pencegahan korupsi daerah. KPK mengundang peran serta dan sinergi bersama seluruh
stakeholder terkait dalam rangka pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah yang
kuat melalui Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, Pemerintah Daerah dihimbau agar pencegahan korupsi tidak hanya
dilaksanakan sebatas administrasi belaka, namun perlu tindakan yang nyata dengan
penuh kesungguhan dengan tidak melakukan praktik korupsi.

Pada akhirnya, pencegahan korupsi diharapkan tidak hanya sekedar memenuhi


kewajiban Pelaporan, namun menjadi kebutuhan bagi seluruh Pemerintah Daerah.
Turunnya risiko korupsi diharapkan dapat mendukung dunia investasi dan mendukung
kondisi perekonomian daerah. Daerah yang kondusif karena turunnya risiko korupsi
diharapkan dapat mendukung dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Selain itu, diharapkan Pemerintah Daerah dapat secara mandiri melakukan inovasi
sebagai bentuk komitmen implementasi pemberantasan korupsi.

Jakarta, Februari 2023

Penyusun

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Pengesahan APBD 2024

PAKTA INTEGRITAS PENGESAHAN RAPBD 2024


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun 2023, kami yang bertandatangan di
bawah ini menyatakan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran dan komitmen
tinggi dengan menjunjung nilai integritas:

1. Berkomitmen penuh untuk melaksanakan APBD secara bertanggungjawab dan


tidak melakukan penyalahgunaan anggaran, penyuapan/ gratifikasi/ pemerasan
serta praktik korupsi lainnya.
2. Tidak melakukan intervensi atas pelaksanaan APBD dengan mengedepankan nilai-
nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
3. Menyusun perencanaan Tahun 2024 secara tepat waktu, mengedepankan nilai-
nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
4. Terbuka dalam mendeklarasikan apabila dihadapkan pada kondisi benturan
kepentingan baik dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024.
5. Apabila dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024 diketahui
melakukan dan/ atau turut serta melakukan tindak pidana korupsi maka bersedia
dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

………, ……………………. 2023

Ditandatangani oleh pimpinan eksekutif dan legislatif beserta jajaran terkait

66
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD

PAKTA INTEGRITAS PEMANFAATAN BMD


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun ……., saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : __________________________________________

Jabatan : __________________________________________

Alamat : __________________________________________

Dengan penuh kesadaran dan komitmen tinggi dengan menjunjung nilai integritas
menyatakan:

1. Saya akan menjaga aset yang saya manfaatkan ketika saya menjabat sebagai ___________
dengan penuh tanggungjawab, termasuk bertanggungjawab apabila terjadi kerusakan
atau kekurangan.
2. Setelah menjalankan tugas sebagai _______________, saya akan menyerahkan kembali
semua aset milik/ tercatat sebagai Barang Milik Daerah yang bergerak maupun tidak
bergerak serta semua yang digunakan dalam rangka membantu tugas jabatan.
3. Pakta Integritas ini berlaku sebagai Surat Kuasa kepada Kepala Badan Pengelolaan
Aset Daerah untuk menarik kembali secara langsung Barang Milik Daerah bergerak
dan tidak bergerak seketika saat saya tidak menjabat.
4. Apabila saya melanggar pernyataan dalam Pakta Integritas ini, saya bersedia
bertanggungjawab mutlak dan siap dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian Pakta Integritas dan Surat Kuasa ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

………, ……………………. 2023


Yang Membuat Pernyataan dan
Pemberi Kuasa

____________________________________

67

Anda mungkin juga menyukai