Anda di halaman 1dari 68

TAHUN

2023

PEDOMAN PENILAIAN
PENCEGAHAN KORUPSI
PEMERINTAH DAERAH
melalui Monitoring Center for Prevention
(MCP)
Disusun oleh:

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas ridho-Nya
sehingga “Pedoman Penilaian atas Upaya Pencegahan Korupsi Pemerintah Daerah Tahun
2023 bisa diselesaikan dengan baik. Mengacu pada Pasal 8 huruf b dan e UU No. 19
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi), sehubungan dengan tugas koordinasi, KPK menetapkan sistem
pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi dan meminta laporan
kepada instansi berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak
Pidana Korupsi. KPK menetapkan pelaporan atas upaya pencegahan korupsi pemerintah
daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP).
Pedoman ini disusun untuk memberikan petunjuk bagi Pemerintah Daerah
dalam melaporkan upaya pencegahan korupsi. Selain itu, bagi Kedeputian Bidang
Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
pedoman ini digunakan untuk memfasilitasi dalam melakukan penilaian.
Sebagian permasalahan korupsi di daerah berasal dari titik rawan korupsi
daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan pusat belum dapat diimplementasikan
dengan baik di daerah. Pencegahan korupsi daerah juga perlu ditindaklanjuti melalui
program antikorupsi sektor politik. Melalui program pencegahan korupsi diharapkan
mendorong sinergi dari K/L terkait membangun sistem pencegahan korupsi daerah,
termasuk mendorong pembangunan program integritas sektor politik.
Pembaruan program pencegahan korupsi daerah 2023 antara lain evaluasi
indikator dan subindikator menuju pada output yang substantif. Pemerintah Daerah
perlu bersiap menuju output efektivitas sistem pencegahan korupsi. Beberapa
perubahan fokus substansi tahun 2023 antara lain bantuan pemerintah, alokasi anggaran
wajib, pengadaan langsung dan e-purchasing, pendalaman reviu/ audit APIP dengan
tetap membawa program sebelumnya, yaitu pencegahan jual beli jabatan, penguatan
database dan optimalisasi pajak, penagihan tunggakan pajak, penguatan database BMD,
sertifikasi dan penertiban BMD. Adapun tata kelola desa di tahun ini menjadi bagian
terpisah dari area lainnya dengan pembobotan dan dashboard berbeda.
Penyusunan pedoman ini merupakan salah satu bentuk dari Pengelolaan
Bersama MCP dengan melibatkan Kemendagri dan BPKP. Pedoman ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tentunya
diperlukan untuk perbaikan dalam penyusunan program pencegahan korupsi daerah di
tahun berikutnya. Penyusun mengucapkan terima kasih atas peran serta seluruh pihak
yang berpartisipasi dalam upaya pencegahan korupsi daerah.

Jakarta, 28
Februari 2023 Penyusun

1
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Gambar 3
Daftar Tabel 4

I. Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Titik Rawan Korupsi Daerah 6
C. Maksud dan Tujuan 8
D. Ruang Lingkup 8
E. Sasaran 9
F. Metodologi 9
G. Pelaksana, Tahapan, Waktu Pelaksanaan 9
H. Disclaimer 10
II. Penilaian Upaya Pencegahan Korupsi Daerah 12
A. Perencanaan dan Penganggaran 13
B. Pengadaan Barang dan Jasa 22
C. Perizinan 30
D. Pengawasan APIP 34
E. Manajemen ASN 46
F. Optimalisasi Pajak Daerah 52
G. Pengelolaan BMD 56
H. Tata Kelola Desa 62
III. Penutup 64
Lampiran 65-66

2
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022 4
Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan 5
dan Kasus Korupsi Daerah
Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Modus Operandi Th 2004 – 7
2022

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022 7

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Perencanaan dan Pelaksanaan APBD 65
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD 66

3
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korupsi masih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi di Indonesia.


Dari data penanganan korupsi yang dilakukan oleh KPK pada tahun 2004 sampai 2022,
Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota) merupakan pelaku korupsi
terbanyak berdasarkan instansi, yaitu sebanyak 695 orang atau 54% (Gambar 1).
600 45%
40%
500
35%
400 30%
25%
300
20%
200 15%
10%
100
5%
0 0%
Pemkab/ Kementerian BUMN/
DPR RI Komisi
Pemerintah Pemkot / Lembaga BUMD
JUMLAH Provinsi 109 76 22
% 548 422 174 8% 6% 2%
41% 31% 13%
JUMLAH %

Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022

Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan


menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan) dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu
bentuk concern dan komitmen tinggi KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi
daerah adalah melakukan pemberantasan korupsi daerah melalui tugas koordinasi (Pasal
6 huruf b Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi).

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK meminta laporan kepada instansi


berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak Pidana Korupsi
(Pasal 8 huruf e). Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah
dilakukan melalui Monitoring Center for Prevention atau yang lebih dikenal dengan MCP
yang dapat diakses melalui laman JAGA.ID. Upaya ini dilakukan dengan tujuan agar
Pemerintah Daerah melakukan upaya pencegahan korupsi baik sebelum terjadi korupsi
maupun setelah upaya penindakan korupsi telah dilakukan baik oleh KPK maupun APH
lain.

Upaya perbaikan tata kelola pemerintah ini berpengaruh pada penurunan


pengaduan masyarakat dan kasus korupsi di tahun 2018 – 2020. Namun di tahun 2020

4
karena pandemi covid-19 maka upaya sistem pencegahan korupsi menurun dan
mengakibatkan terjadinya kenaikan kasus korupsi di tahun 2021 (Gambar 2).

Upaya pencegahan korupsi sudah demikian massif dilakukan, namun masih


terlihat praktik korupsi di daerah. Jika dilihat dari penyebabnya, terdapat tiga faktor yang
tepat untuk menggambarkan alasan mengapa seseorang melakukan fraud atau tindak
kecurangan (Triangle Fraud Theory), yaitu adanya tekanan, peluang atau kesempatan,
dan rasionalisasi (Cressey, 1953)1. Strategi pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK
dilakukan melalui tiga pendekatan (TRISULA), yaitu: (1). Pencegahan, yaitu membangun
sistem untuk mencegah peluang terjadinya korupsi; (2). Pendidikan, yaitu memberikan
pendidikan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi sehingga menekan niat
korupsi; dan (3). Penindakan, yaitu memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
korupsi.

Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan dan Kasus
Korupsi Daerah

Salah satu cara yang ampuh untuk memberantas korupsi adalah


mengembangkan tata pengelolaan keuangan yang sehat, serta sistem akunting yang
efisien dan terjadwal, yang dikombinasikan dengan sistem pengawasan professional
terjadwal oleh auditor intern dan auditor independen. Untuk mewujudkan semua ini,
dukungan pimpinan tertinggi dan kemauan politik untuk menegakkan pengawasan yang
kuat sangat diperlukan baik di sektor publik maupun di sektor swasta. Namun, sekarang
ini pada umumnya banyak negara, termasuk sektor publik dan sektor swasta tidak
memiliki kemauan politik itu (Pope, 2003)2.

Upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah pada prinsipnya dilakukan untuk


mendorong tata kelola pemerintahan atau sistem pencegahan korupsi. Dalam konteks
TRISULA, tentunya pembangunan sistem ini tidak akan berhasil jika tidak disokong oleh
SULA lainnya, yaitu pendidikan dan penindakan. Sebuah sistem tidak akan kuat jika

1 Cressey, Donald. R. (1953). Other People’s Money. Montclair, NJ: Patterson


Smith, pp.1-300
2 Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia

5
integritas seorang pejabat negara dan ASN yang kuat. Pun dengan pilihan “penindakan
adalah pencegahan korupsi yang paling efektif” jika memang dirasa pencegahan korupsi
sudah sangat sulit dilakukan sehingga perlu diberikan efek jera.

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan pada 542 Pemerintah Daerah di


Indonesia, baik provinsi maupun kabupaten/ kota. Masing-masing Pemerintah Daerah
menyampaikan dokumen kelengkapan yang membuktikan upaya pembangunan sistem
pencegahan korupsi. Selanjutnya Kementerian Dalam Negeri akan melakukan penilaian
atas dokumen yang disampaikan dan dilanjutkan dengan quality assurance oleh
Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama BPKP. Untuk mendapatkan
penilaian yang seragam maka perlu disusun pedoman penilaian yang menentukan area,
indikator, dan subindikator sebagai target pembangunan sistem pencegahan korupsi.
Selanjutnya perlu ditetapkan dokumen yang perlu disampaikan sebagai evidence atas
upaya yang dilakukan, termasuk standar penilaian yang ditetapkan. Oleh karena itu
diperlukan Pedoman Penilaian atas Upaya Pemberantasan Korupsi Pemerintah Daerah
yang ditetapkan per tahun sebagai panduan bersama bagi Kemendagri, KPK, dan BPKP
dalam memberikan penilaian atas upaya pemberantasan korupsi yang dilaksanakan
Pemerintah Daerah.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan
Supervisi, sebagian permasalahan di daerah berasal dari titik rawan korupsi Pemerintah
Daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan Pemerintah yang belum dapat
diimplementasikan dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, melalui
program pencegahan korupsi diharapkan menimbulkan keterbukaan dan sinergi dari
berbagai Kementerian/ Lembaga terkait dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Diseminasi dan pendampingan dari Pemerintah Pusat serta peran serta dari
seluruh stakeholder Pemerintah Daerah dirasa masih perlu dilakukan mengingat
tingginya korupsi daerah juga menjadi salah satu kendala bagi kemajuan perekonomian.

B. TITIK RAWAN KORUPSI DAERAH

Dalam mendorong upaya pemberantasan korupsi daerah, Kedeputian Bidang


Koordinasi dan Supervisi melakukan identifikasi titik rawan korupsi di masing-masing
Pemerintah Daerah. Upaya ini dilakukan untuk menyusun peta rawan korupsi
Pemerintah Daerah yang dilakukan baik melalui Kepala Daerah, Pejabat dan Pegawai
Pemerintah Daerah, unsur legislatif, beserta stakeholder lain yang terkait.
Berdasarkan data penanganan perkara korupsi yang ditangani KPK sampai
dengan tahun 2022, mayoritas perkara korupsi yang ditangani adalah terkait dengan
pengadaan barang dan jasa serta keuangan negara, yaitu sebanyak 277 kasus (51%)
diikuti dengan gratifikasi/ penyuapan sebanyak 92 kasus (17%), penyalahgunaan
anggaran sebanyak 57 kasus (11%), TPPU sebanyak 50 kasus (9%), pungutan/
pemerasan sebanyak 27 kasus (5%), perizinan sebanyak 25 kasus (5%), dan
merintangi
proses KPK sebanyak 11 kasus (2%) (Gambar 3).
6
300 60%
250 50%
200 40%
150 30%
100 20%
50 10%
0 0%
Pengadaan Penyalahgu
Gratifikasi/ Pungutan/ Merintangi
Barang/ naan TPPU Perizinan
Jasa/ KN Penyuapan Anggaran Pemerasan Proses KPK

JUMLAH 277 92 57 50 27 25 11
% 51% 17% 11% 9 5% 5 2%
% %
Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Jenis Perkara Th 2004 – 2022

Merujuk pada data Survey Penilaian Integritas (SPI) Tahun 2022, skor SPI
Pemerintah Daerah di Indonesia 69,2. Beberapa highlight yang dapat diperhatikan dalam
memetakan titik rawan korupsi daerah antara lain:

Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022


HIGHLIGT TITIK RAWAN KORUPSI
Tingkat Keyakinan dan Eksternal: 24%; Internal: 25%; Eksper: 19%
Kejadian Risiko Suap, Penilaian adanya perdagangan pengaruh:
Gratifikasi, dan Pungli 1. Penentuan program/ kegiatan
serta Trading In 2. Penentuan pemenang tender
Influence 3. Pemberian izin/ pemberian rekomendasi
teknis
4. Rekrutmen, promosi, mutasi pegawai
5. Negosiasi denda/ sanksi
6. Penetapan penerima program bantuan
pemerintah
Permasalahan Internal: ± 33%
dalam Pengadaan Pemenang vendor sudah diatur: 28%
Barang dan Kualitas barang dan jasa rendah: 36%
Nepotisme: 37%
Jasa
Gratifikasi: 29%
Hasil PBJ tidak bermanfaat: 33%
Penyalahgunaan Internal: 59%;
Fasilitas Kantor Untuk Pegawai menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
Kepentingan Pribadi Pribadi (termasuk teman, keluarga, dll)
Konflik Internal: 11%
Kepentingan dalam Pemberian uang, barang, dan fasilitas dalam mutasi dan promosi.
Pengelolaan SDM 11% responden internal mengakui masih terdapat jual beli
jabatan di instansinya.
Hubungan Kekerabatan: 27%; Kedekatan dengan Pejabat: 33%
Kesamaan Almamater: 23%
Penyalahgunaan 1. 5% Responden internal melihat/
Anggaran Dinas mendengar penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas
terjadi.
2. 9% responden internal melihat/ mendengar penyalahgunaan
Sumber: Booklet Hasil SPI 2022SPJ untuk honor, biaya transport lokal, dll.
3. 19% kalangan eksper menyatakan bahwa terdapat risiko
penyalahgunaan anggaran di K/L/PD 7
C. MAKSUD DAN TUJUAN

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas


dan kewenangan KPK sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 huruf b dan Pasal 8 huruf b,
c, d, dan e Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam
pelaksanaannya, koordinasi upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan melalui
pengelolaan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan BPKP untuk mendapatkan
Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi daerah kepada Pemerintah Daerah dengan
tujuan sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi titik rawan korupsi sehingga dapat memetakan potensi


kerawanan korupsi pada masing-masing Pemerintah Daerah.
2. Mendorong komitmen Kepala Daerah beserta Pejabat dan Pegawai ASN Daerah
termasuk unsur legislatif serta stakeholder terkait lainnya dalam pencegahan korupsi.
3. Mendorong perbaikan tata kelola pemerintahan daerah sebagai bagian upaya
pencegahan korupsi daerah.
4. Memastikan implementasi dan konsistensi sistem pencegahan korupsi yang telah
dibangun.
5. Memberikan saran dan/ atau rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait
langkah perbaikan tata kelola pemerintahan yang dapat mencegah praktik korupsi
daerah.

D. RUANG LINGKUP

Berdasarkan hasil identifikasi titik rawan korupsi pada Pemerintah Daerah yang
dilakukan oleh Kedeputian Koordinasi dan Supervisi serta memperhatikan data
penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dan hasil Survey Penilaian Integritas
(SPI) Tahun 2022, maka fokus area pencegahan korupsi daerah tahun 2023 adalah:

6. Perencanaan dan Penganggaran


7. Pengadaan Barang dan Jasa
8. Perizinan
9. Pengawasan APIP
10. Manajemen ASN
11. Optimalisasi Pajak Daerah
12. Manajemen BMD
13. Tata Kelola Desa
Masing-masing area dilengkapi dengan indikator dan subindikator sebagai
kriteria keberhasilan pencegahan korupsi daerah. Tahun 2023 terdapat 8 area, 30
indikator, dan 63 subindikator sebagai fokus area program pencegahan korupsi
Pemerintah Daerah.

8
E. SASARAN

Upaya koordinasi dalam pencegahan korupsi daerah ini menekankan pada pihak
yang berkaitan dalam melakukan upaya pencegahan korupsi daerah. Sasaran kegiatan
monitoring dan evaluasi adalah:

1. Kepala Daerah, Sekretaris Daerah beserta Perangkat Daerah terkait pada


Pemerintah Daerah (tingkat eksekutif);
2. Ketua dan Wakil Ketua DPRD beserta jajarannya (tingkat legislatif);
3. Instansi vertikal terkait di daerah (Kejaksaan, Kepolisian, BPN, serta instansi
vertikal terkait lainnya);
4. Perangkat Desa (area tata kelola desa);
5. Stakeholder lain yang terkait dengan upaya pencegahan korupsi daerah.

F. METODOLOGI

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah dilakukan melalui


metodologi sebagai berikut:

6. Penelaahan regulasi yang disusun Pemerintah Daerah dalam melakukan pencegahan


korupsi daerah.
7. Pendalaman substansi melalui wawancara atau indepth interview dan Focus Group
Discussion dengan stakeholder terkait.
8. Pemantauan dan kunjungan lapangan untuk memastikan secara langsung.
9. Metode lain yang relevan untuk memastikan upaya pencegahan korupsi daerah telah
efektif diimplementasikan.

G. PELAKSANA, TAHAPAN DAN WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah tahun 2023 ini
dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama Kementerian
Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), selanjutnya
disebut dengan Penilai.

Tahapan penilaian dokumen kelengkapan pembangunan sistem pencegahan


korupsi daerah adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Dokumen Kelengkapan

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Penilai Kemendagri untuk menilai dokumen
kelengkapan yang disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for
Prevention (MCP) pada laman JAGA.ID. Rincian dokumen kelengkapan yang perlu
disampaikan dapat dilihat pada Bab II. Penilaian Upaya Penecegahan Korupsi
Pemerintah Daerah.

9
2. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan substansi dokumen kelengkapan yang


disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP) dan
melakukan pemantauan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah. Kegiatan
ini dapat dilakukan oleh KPK, Kemendagri, maupun BPKP (bisa dilaksanakan
terpisah atau bersama-sama).

3. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Koordinasi KPK dan Tim BPKP untuk melakukan
penilaian terhadap efektivitas upaya pencegahan korupsi.

Waktu penginputan dokumen kelengkapan dan pelaksanaan penilaian dokumen


kelengkapan pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah dilaksanakan pada bulan
Januari – Desember 2023 dengan timeline sebagai berikut:

NO KEGIATAN PELAKSANA BULAN


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1. Input Pemda
dokumen
kelengkapan
2. Koordinasi KPK
Upaya Pencegahan
Korupsi
3. Penilaian Kemendagri
Upaya Pencegahan
Korupsi
4. Pemantauan KPK,
Upaya Pencegahan Kemendagri,
Korupsi BPKP
5. Penjaminan Kualitas KPK, BPKP
Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK akan menyampaikan surat
(Quality Assurance)
pemberitahuan resmi kepada Pemda terkait dengan jadwal penginputan, penilaian,
pemantauan, sampai dengan quality assurance terkait dengan penilaian atas upaya
pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah di tahun 2023.

Nilai akhir atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah sebagai Indeks Upaya
Pencegahan Korupsi Daerah diperoleh pada bulan Januari 2024.

H. DISCLAIMER

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi yang dilakukan Pemerintah Daerah


pada prinsipnya merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pencegahan korupsi
melalui pembangunan sistem sebagai pelaksanaan tata kelola pemerintahan.
Pelaksanaan sebuah sistem dipengaruhi integritas sumberdaya manusia yang
melaksanakan sistem tersebut. Goyahnya integritas yang mempengaruhi pondasi sistem
yang dibangun akan mendorong strategi pemberantasan korupsi lain, yaitu penindakan
untuk memberikan efek jera.

10
Indeks Upaya Pencegahan Korupsi Daerah dinilai berdasarkan atas upaya-upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Pembangunan sistem merupakan salah satu dari 3 strategi pemberantasan
korupsi (TRISULA). Apabila terdapat SULA lain yang merusak sistem yang telah
dibangun, maka KPK dapat memberlakukan FAKTOR PENGURANG apabila:

1. Terjadi tindak pidana korupsi (Penetapan Tersangka) yang dilakukan baik oleh
Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah maupun unsur legislatif,
baik Ketua, Wakil Ketua, maupun Anggota DPRD.
2. Sistem pencegahan korupsi Pemerintah Daerah yang dibangun belum efektif
dalam memberantas korupsi daerah.
3. Faktor lain dalam konteks pencegahan korupsi yang relevan digunakan sebagai
unsur pengurang.

Besarnya nilai pengurang akan ditentukan melalui mekanisme yang ditentukan lebih
lanjut oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi.

11
II. PENILAIAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI PEMERINTAH DAERAH

Kedeputian Koordinasi dan Supervisi KPK bersama Kementerian Dalam Negeri


dan BPKP telah menentukan target upaya pencegahan korupsi yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah pada tahun 2023, yaitu berupa 8 area, 30 indikator, dan 63
subindikator.

Pedoman ini disusun untuk memberikan pedoman baik bagi Pemerintah Daerah
maupun Penilai.

1. Bagi Pemerintah Daerah, memberikan petunjuk teknis dalam melaksanakan upaya


pencegahan korupsi daerah sesuai dengan target yang ditetapkan di tahun 2023 serta
memberikan petunjuk teknis dalam menyampaikan dokumen kelengkapan yang
memadai.
2. Bagi KPK, Kemendagri dan BPKP sebagai Penilai, mendapatkan keseragaman dalam
melakukan penilaian.

Pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah diawali dengan Komitmen


Kepala Daerah beserta jajaran, termasuk unsur legislatif. Hal ini merupakan kesatuan
yang perlu disinergikan dan tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Daerah melalui Kepala
Daerah perlu menetapkan personil atau kelompok kerja dalam melaksanakan upaya
pencegahan korupsi daerah. Dalam tataran teknis, Sekretaris Daerah sebagai unsur
birokrat tertinggi memegang peran penting dan kendali dalam pembangunan sistem
pencegahan korupsi daerah. Inspektorat sebagai unsur pengawas juga menjadi bagian
penting dalam pelaksanaan upaya pencegahan korupsi daerah. Selanjutnya Kelompok
Kerja sebagai pelaksana yang akan melaporkan kepada Sekretaris Daerah dan Inspektur
atas upaya pembangunan sistem dan langkah pencegahan korupsi yang dilakukan.

Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah


setiap tahunnya. Pemerintah Daerah menyampaikan dokumen kelengkapan yang
membuktikan upaya pencegahan korupsi melalui Monitoring Center for Prevention (MCP)
yang diakses melalui JAGA.ID. Untuk mempertajam upaya ini, KPK melakukan
pengelolaan bersama MCP bersama Kemendagri dan BPKP.

Pelaporan Pemerintah Daerah ke dalam MCP secara teknis dilakukan oleh Admin
MCP yang ditunjuk oleh Sekretaris Daerah. Masing-masing Kelompok Kerja
menyampaikan evidence kepada Admin MCP untuk diunggah ke dalam MCP dan
selanjutnya dilakukan penilaian oleh KPK, Kemendagri, dan BPKP.

Pedoman teknis penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah dapat dilihat
sebagai berikut:

12
PEDOMAN PENILAIAN ATAS UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI
PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2023

AREA 1: PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1.  RKPD tidak sesuai dengan Perencanaan Pembinaan dan 1. Laporan Hasil Reviu RKPD oleh Inspektorat - Tindak Lanjut Reviu Inspektorat (50)
RPJMD karena ada proyek yang Pembangunan Pengawasan yang mereviu tentang kesesuaian program Diberikan nilai berdasarkan
sifatnya mendadak tanpa ada dan kegiatan (Rencana Tahunan/ RKPD) % rekomendasi yang
perencaan sebelumnya. Daerah Dokumen RKPD ditindaklanjuti. Jika seluruhrekomendasi
dengan RPJMD tahun pelaksanaan. Reviu
 Rencana Kerja Tahunan tidak ditindaklanjuti diberikan nilai 25.
RKPD dilakukan setiap tahun. Penilaian dilakukan berdasarkan
sesuai dengan Rencana Kerja
Menengah karena “intervensi” 2. Laporan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil professional judgement. Jika tindak lanjut
pihak tertentu. Reviu RKPD (disusun Bappeda atau OPD dinilai tidak efektif dalam melakukan
terkait) pencegahan korupsi atau tidak sesuai
3. Dokumen Surat hasil fasilitasi RKPD Provinsi dengan kondisi (dari hasil pemantauan),
maka diberlakukan nilai pengurang.
oleh Dirjen Bangda dan Fasilitasi RKPD
Kabupaten/ Kota oleh Provinsi
- RKPD sesuai dengan RPJMD (50)
4. Surat Tindak lanjut atas hasil fasilitasi oleh
Dirjen Bangda atau Provinsi Jika RKPD seluruhnya sesuai dengan
RPJMD diberikan nilai 50.
5. Berita Acara Tindak Lanjut Rekomendasi Jika ada yang tidak sesuai maka diberikan
Hasil Reviu RKPD
nilai pengurang.
6. Rekapitulasi rekomendasi hasil Dalam melakukan penilaian, dapatkan
reviu, tindaklanjut, dan status tindak lanjut
data pembanding, misalnya dari hasil
7. Berita Acara Musrenbang yang penilaian SPIP atau berdasarkan hasil
sudah mengakomodir pokir.
pemantauan SIPD, reviu APBD, dst.
8. Hasil Penilaian SPIP pada Komponen 1.

Catatan:
Reviu dilakukan atas dokumen RKPD 2024.

13
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

2.  Input Pokok Pikiran terlambat. Pokok Pikiran 1. Dokumen hasil Input Pokok Pikiran (Pokir) Sebelum melakukan penilaian, perlu
 Pokok pikiran yang diajukan dalam SIPD. dilakukan pendalaman untuk memastikan
tidak sesuai dengan RKPD dan pencegahan korupsi terkait dengan Pokok
RPJMD. 2. Hasil reviu Kesesuaian Pokir dengan RKPD Pikiran.
dan RPJMD.
- Input Pokir (50)
Penyampaian dan Penginputan Pokir DPRD
dilaksanakan max 1 minggu sebelum % Pokir yang diakomodir diinput dalam
Musrenbang RKPD dilaksanakan (Pasal 178 SIPD tepat waktu dikalikan 50.
Permendagri No. 86 tahun 2017 tentang Tata - Kesesuaian Pokir (50)
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi % pokir yang diakomodir sesuai dengan
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi RKPD dan RPJMD dikalikan 50.
Rancangan Peraturan Daerah).

3. Masih ada potensi penyuapan Pengesahan Pakta Integritas Pengesahan Anggaran Pakta Integritas Pengesahan Anggaran (100)
dalam pengesahan APBD Anggaran
Ditandatangani oleh eksekutif dan legislatif Apabila:
sebelum pelaksanaan KUA PPAS untuk - Penandatanganan Pakta Integritas
penyusunan APBD 2024. setelah KUA PPAS maka tidak diberikan
nilai.
- Pengesahan anggaran tidak tepat waktu
dapat diberlakukan unsur pengurang
dengan memberikan
catatan keterlambatan.

4.  Adanya mark up anggaran Pencegahan Standar Harga Evaluasi SHS Penilaian dilakukan bukan berdasarkan
sehingga Satuan (SHS) jumlah dokumen yang disampaikan, namun
mengakibatkan kerugian Mark Up  Kunjungan lapangan (survey) penyusunan berdasarkan efektivitas untuk mencegah
keuangan negara Anggaran SHS penyalahgunaan anggaran.
 Standar harga yang ditetapkan  Koordinasi antar OPD
terlalu tinggi dibandingkan  Koordinasi dan/ atau utilisasi data instansi
dengan nilai yang berlaku di vertikal dalam penyusunan SHS (BPS, BI - Evaluasi SHS (30)
pasaran sehingga berpotensi Perwakilan, dst) terkait asumsi Jika evaluasi SHS telah efektif dilakukan
kerugian keuangan negara perekonomian untuk dapat mencegah potensi kerugian
 Walaupun sudah ada standar keuangan negara maka diberikan nilai 30.
harga namun  Kertas Kerja Penyesuaian SHS (T) Apabila terdapat standar harga yang
tidak diimplementasikan dibandingkan (T-1) dinilai masih ada mark up maka tidak
karena masih Penetapan SHS efektif.
menggunakan
pertanggungjawaban secara
manual

14
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Peraturan/ Surat Keputusan Kepala Daerah - Penetapan SHS (30)


tentang Penetapan SHS yang digunakan dalam Jika sudah ada penetapan SHS tepat
perencanaan APBD Tahun 2023. waktu maka diberikan nilai 30.
Batas waktu penyusunan Perkada SHS dan ASB
untuk RAPBD 2024 paling lambat Minggu II Juli - Implementasi SHS (40)
2023 (15 Juli 2023). Jika SHS telah efektif diimplementasikan
untuk mencegah potensi kerugian
Implementasi SHS keuangan negara maka diberikan nilai 40.
1. Screenshot menu dan hasil input SHS dalam
aplikasi perencanaan untuk tahun Diimplementasikan dalam arti diinput
berikutnya. dalam aplikasi dan digunakan sebagai
dasar pencairan anggaran. Pastikan
2. Contoh Dokumen Rekap RKA. seluruh pertanggungjawaban telah
3. Screenshot menu dan hasil input SHS dalam dilakukan melalui aplikasi.
aplikasi penganggaran APBD Tahun 2024
Tahun berjalan untuk memastikan bahwa
SSH yang digunakan di diaplikasi
penganggaran sama dengan yang diinput
dalam perencanaan 2023.
4. Alur/ mekanisme migrasi RAPBD 2024 dari
SIPD ke Aplikasi Penggangaran Pemda.

5.  Belum ada formulasi yang Analisis Standar Kelengkapan ASB Penilaian dilakukan bukan berdasarkan
mempermudah Biaya (ASB) jumlah dokumen yang disampaikan, namun
dalam menyusun  Ketersediaan ASB fisik dan non fisik berdasarkan efektivitas untuk mencegah
perencanaan  Seluruh kegiatan PBJ tersedia ASB penyalahgunaan anggaran (kerugian
anggaran  Koordinasi antar OPD dalam penyusunan keuangan negara).
sehingga menimbulkan celah ASB - Kelengkapan ASB (30)
mark up anggaran  Koordinasi dan/ atau utilisasi data/
pedoman instansi vertikal dalam Jika seluruh kegiatan PBJ fisik dan non
 Walaupun sudah ada ASB fisik telah tersedia ASB maka diberikan
namun penyusunan ASB
nilai 30.
tidak
diimplementasikan
karena Penetapan ASB - Penetapan ASB (30)
masih
menggunakan
pertanggungjawaban secara
manual 15
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Peraturan Kepala Daerah tentang Penetapan ASB Jika sudah ada penetapan ASB fisik dan
(ASB Fisik dan Non Fisik) yang digunakan dalam non fisik maka diberikan nilai 30.
perencanaan APBD Tahun 2023
Catatan: - Implementasi ASB (40)
% kegiatan PBJ yang menggunakan ASB
- ASB untuk kegiatan non fisik, misalnya dibandingkan dengan total kegiatan PBJ
standar biaya penyelenggaraan rapat, yang harus menggunakan ASB.
workshop/pelatihan dll Jika seluruhnya telah menggunakan ASB
- ASB untuk kegiatan fisik, misalnya standar maka diberikan nilai 40.
pembangunan jalan, gedung, dst
Dokumen yang disampaikan adalah Penilaian
dilakukan atas Penyusunan ASB dalam
perencanaan RAPBD Tahun 2024.

Implementasi ASB
1. Hasil reviu Inspektorat atas Implementasi ASB
meliputi kesesuaian SHS dalam menu ASB/
disusun dengan memperhatikan SHS
2. Screenshot menu dan hasil input ASB dalam
aplikasi perencanaan Tahun Anggaran 2024.

6.  Alokasi anggaran (postur Pemenuhan Pemenuhan Alokasi Anggaran Pendidikan, Kesehatan, Pemenuhan Anggaran Pendidikan,
anggaran) tidak fokus pada Kebutuhan Alokasi Infrastruktur Kesehatan, Infrastruktur (80)
sektor yang berdampak
langsung untuk masyarakat, Masyarakat Anggaran Wajib 1. Dokumen APBD 2023 yang menyatakan Jika APBD telah memenuhi ketentuan %
misalnya: pemenuhan anggaran anggaran pendidikan, kesehatan, dan
kesehatan, pendidikan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
2. Hasil Reviu RKPD 2023 Inspektorat terkait infrastruktur diberikan nilai:
infrastruktur, dst.
 Beberapa kegiatan untuk dengan rekomendasi pemenuhan anggaran - Pendidikan, jika terpenuhi 20% dari
memenuhi pendidikan, kesehatan, infrastruktur. APBD maka diberikan nilai 20.
mandatory spending menjadi 3. Hasil Evaluasi RAPBD 2023 Kabupaten/ Kota
oleh Provinsi atau Hasil Evaluasi RAPBD - Kesehatan, jika terpenuhi 10% dari APBD
modus korupsi maka diberikan nilai 20.
Provinsi oleh Kemendagri terkait dengan
rekomendasi pemenuhan anggaran - DTU dialokasikan pada 25% untuk
pendidikan, kesehatan, infrastruktur. belanja infrastruktur, maka diberikan
nilai 20.

16
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

- Dana Desa (ADD) dialokasikan 10% dari


Alokasi anggaran wajib (pendidikan, kesehatan, APBD, diberikan nilai 20.
infrastruktur) sering disebut sebagai mandatory Jika tidak ada ADD:
spending. Tujuan mandatory spending ini adalah
untuk mengurangi masalah ketimpangan sosial - Pendidikan, jika terpenuhi 20% dari
dan ekonomi daerah. Mandatory spending dalam APBD maka diberikan nilai 30.
tata kelola keuangan pemerintah daerah meliputi - Kesehatan, jika terpenuhi 10% dari APBD
hal-hal sebagai berikut: maka diberikan nilai 30.
1. Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20% - DTU dialokasikan pada 25% untuk
dari APBD sesuai amanat UUD 1945 pasal 31 belanja infrastruktur, maka diberikan
ayat (4) dan UU No. 20 tahun 2003 tentang nilai 20.
Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat
(1). Jika tidak terpenuhi maka diberikan nilai
2. Besar anggaran kesehatan pemerintah proporsional, professional judgement.
daerah provinsi,
kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan Efektivitas Anggaran Pendidikan,
dan belanja daerah di luar gaji (UU No. 36 Kesehatan, Infrastruktur (20)
Tahun 2009 Tentang Kesehatan).
3. Dana Transfer Umum (DTU) diarahkan Efektivitas memperhatikan hasil audit APIP,
penggunaannya, yaitu paling sedikit 25% BPKP, maupun BPK (T-1) terkait dengan
(dua puluh lima persen untuk belanja alokasi anggaran mandatory spending.
infrastruktur daerah yang langsung terkait Jika tidak ada temuan audit maka diberikan
dengan percepatan pembangunan fasilitas nilai 20, namun jika masih ada temuan audit
pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka maka diberikan faktor pengurang
meningkatkan kesempatan berdasarkan professional judgement.
kerja, mengurangi kemiskinan, dan
mengurangi kesenjangan penyediaan
layanan publik antardaerah (UU APBN).
4. Alokasi dana Desa (ADD) paling sedikit 10%
dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (UU
No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa).

17
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Efektivitas Pendidikan,
Kesehatan, Infrastruktur
1. Temuan audit Inspektorat tahun 2022 dalam
pelaksanaan anggaran
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
yang menyatakan masih ada
penyalahgunaan anggaran pada penggunaan
alokasi anggaran pendidikan, kesehatan,
infrastruktur.
2. Temuan audit BPK dan/ atau BPKP tahun
2022 dalam pelaksanaan anggaran
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
yang menyatakan masih
ada penyalahgunaan
anggaran pada penggunaan
alokasi anggaran pendidikan, kesehatan,
infrastruktur.

7.  APBD tidak transparan dan Publikasi APBD 1. Screenshot publikasi APBD sesuai tahun Publikasi APBD
rawan disalahgunakan berjalan dalam website Pemda dan Jika sudah ada publikasi APBD
 Masyarakat tidak mengetahui penjelasan sejak tanggal berapa publikasi
APBD dilaksanakan maka diberikan nilai 100
alokasi anggaran daerah Publikasi APBD maksimal 31 Maret 2023
2. Link website publikasi APBD Tahun 2023
sebagai bahan konfirmasi Jika publikasi terlambat hanya diberikan nilai
Publikasi APBD Tahun 2023 mencakup 50.
Perda APBD Tahun 2023 dan Ringkasan Jika link website tidak dapat diakses tidak
APBD Tahun 2023. diberikan nilai.

8.  Bantuan keuangan provinsi Pengendalian Pengawasan Bantuan Keuangan  Evaluasi terhadap bantuan keuangan
menjadi modus dan Pengawasan Bantuan provinsi dilakukan terhadap Pemerintah
untuk mendapatkan anggaran Pemerintah  Data Pengajuan Bantuan Keuangan
Penggunaan  Dokumen Perencanaan dari Kabupaten/ Provinsi.
bagi kabupaten/ kota. APBD Kota dalam memberikan bantuan keuangan  Evaluasi terhadap bantuan keuangan
 Spesifikasi tidak jelas dan kepada desa (untuk kabupaten/ kota)
matang sehingga memunculkan kabupaten/ kota kepada desa dilakukan
potensi mark up.  Dokumen Perencanaan dari Provinsi dalam terhadap Pemerintah Kabupaten/ Kota.
memberikan bantuan keuangan provinsi
kepada kabupaten/ kota (untuk provinsi)

18
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

 Masih dilakukan praktik  Dokumen Hasil Evaluasi atas Pemenuhan  Evaluasi terhadap hibah dan/ atau
penyuapan atas penyaluran Bantuan Pemerintah yang mencegah proyek
bantuan keuangan. tanpa perencanaan, mark up, tidak sesuai bantuan sosial dilakukan terhadap
 Hibah dan/ atau bantuan sosial kebutuhan, anggaran fiktif Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota.
tidak diajukan berdasarkan  Data Realisasi Bantuan Keuangan  Evaluasi terhadap dana PEN dilakukan
rencana yang detil dan jelas  Hasil audit APIP, BPK, BPKP atas Bantuan terhadap Pemerintah Daerah yang
serta masih ada mark up. Keuangan mendapatkan dana PEN.
 Realisasi hibah dan/ atau
bantuan sosial tidak sesuai
dengan RKPD dan/ atau RPJMD, Hibah dan/ atau Bantuan Sosial Pelaksanaan Evaluasi (50)
pengajuan proposal, fiktif,
diberikan kepada penerima  Data Pengajuan Hibah dan/ atau Bantuan Laporan Hasil Evaluasi atas Pemenuhan
yang tidak sesuai dengan Sosial Bantuan Provinsi/ Hibah/ Bantuan Sosial/
penerima dalam proposal, dst.  Dokumen Hasil Evaluasi atas Pemenuhan Dana PEN sesuai dengan RKPD dan/ atau
 Dana PEN tidak dilaksanakan Hibah dan/ atau Bantuan Sosial yang RPJMD (program, penerima, dan nilai).
sesuai dengan perencanaan mencegah proyek tanpa perencanaan, mark
awal dan masih ada potensi up, tidak sesuai kebutuhan, anggaran fiktif
mark up  Data Realisasi Hibah dan/ atau Bantuan Evaluasi Realisasi (50)
Sosial Laporan Realisasi Pemenuhan Bantuan
 Rincian penerima hibah dan/ atau bantuan Provinsi/ Hibah/ Bantuan Sosial/ Dana PEN.
sosial Jumlah laporan realisasi dibandingkan
 Dana sesuai dengan tusi OPD. dengan seluruh bantuan yang diberikan.
 Hibah diberikan kepada organisasi yang Jika terdapat temuan audit atas bantuan
diakui pemerintah pada (T) dan (T-1) maka
diberikan unsur pengurang.
 Hasil audit APIP, BPK, BPKP atas Hibah dan/
atau Bantuan Sosial

Implementasi Dana Pemulihan


Ekonomi Nasional
 Data pengajuan dana PEN
 Perjanjian/ Kontrak Kinerja Pemda dengan
Kemenkeu
 Realisasi pengajuan dana PEN
 Dokumen Hasil Evaluasi atas Implementasi
Dana PEN
 Kesesuaian pengajuan dan realisasi dana
PEN

19
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

 Lama waktu pengembalian yang harus


dilakukan (masa jabatan Kepala Daerah)
 Pengajuan dan realisasi apakah telah selaras
 Hasil audit APIP, BPK, BPKP atas Dana PEN

9.  Pada APBD Perubahan Pengendalian Tidak Ada Alokasi Anggaran Konstruksi pada Tidak ada alokasi anggaran konstruksi
seringkali dan Pengawasan APBD-P pada APBD-P (25)
dianggarkan anggaran untuk
proyek konstruksi. Kondisi ini Anggaran Dokumen APBD yang menginformasikan bahwa - Jika tidak ada alokasi anggaran
berisiko keterlambatan sudah tidak ada anggaran untuk pengadaan konstruksi besar pada APBD-P selama
pelaksanaan dan/ atau serah konstruksi besar pada APBD Perubahan. tahun 2023 diberikan nilai 25.
terima pekerjaan. Pada Yang dimaksud anggaran konstruksi besar - Jika masih ada alokasi anggaran
akhirnya menimbulkan defisit antara lain pembangunan gedung yang memakan konstruksi besar pada APBD-P selama
pada APBD. waktu lebih dari 3 bulan. tahun 2023 tidak diberikan nilai.
 Penganggaran proyek yang Jika hanya perbaikan jalan yang hanya
mendadak menjadi modus memerlukan waktu kurang lebih 1 bulan maka
penyalahgunaan APBD. masih diperkenankan. Terselesaikannya pengadaan konstruksi
 Banyak pengadaan yang dan Tidak Ada Defisit pada APBD di akhir
dilaksanakan prosesnya tidak tahun (25)
sesuai rencana yang berdampak Terselesaikannya Pengadaan Konstruksi dan
pada kekurangan waktu - Jika masih ditemukan salah satu
Tidak Ada Defisit pada APBD (pengadaan konstruksi belum selesai
pelaksanaan
pengadaan sehingga proyek 1. Progress pelaksanaan kegiatan PBJ terutama atau ada hutang pada APBD) maka
mangkrak dan berpotensi sektor konstruksi selama tahun berjalan. diberikan nilai 12,5.
2. Dokumen APBD yang menginformasikan - Jika keduanya masih ditemukan maka
menimbulkan kerugian negara tidak diberikan nilai.
dan berdampak pada bahwa APBD pada akhir tahun tidak
supporting terhadap menimbulkan defisit.
pelaksanaan pekerjaan. Reviu SHS dan ASB (25)
Perubahan jadwal juga dapat
sebagai indikasi adanya Reviu SHS dan ASB - Jika ada laporan hasil reviu SHS dan ASB
perencanaan pengadaan yang 1. Reviu Inspektorat dalam Penetapan SHS dan yang memuat minimal 3 point maka
kurang terencana secara baik. ASB diberikan nilai 25.
 Atas reviu Inspektorat, Laporan hasil reviu inspektorat tentang SHS dan - Jika reviu tidak memadai untuk
seringkali tidak ditindaklanjuti mencegah korupsi maka diberikan
oleh OPD terkait. ASB yang digunakan dalam tahap
penyusunan RAPBD yang sekurang- pengurang (professional judgement).
 Walaupun sudah didorong tata kurangnya mencakup:
kelola pemerintahan namun
- Proses penetapannya

20
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

masih ada temuan terkait - Besarannya (apakah masih dalam batas Tindak Lanjut Reviu SHS dan ASB (25)
dengan mark up anggaran dan/ kewajaran)
atau kasus korupsi penyuapan Dihitung berdasarkan % rekomendasi yang
terkait pengesahan APBD - Kesesuaian ASB dengan SHS ditindaklanjuti dan efektif mencegah korupsi
dikalikan 25.
2. Tindak Lanjut Reviu SHS dan ASB
- Laporan tindak lanjut rekomendasi atas Jika masih ada:
hasil reviu SHS dan ASB - Temuan audit Inspektorat, BPKP atau
yang BPK
menggambarkan % tindak lanjut atas - Pengaduan Masyarakat
hasil reviu SHS dan ASB
- Hasil Penilaian SPI 2022
- Berita Acara Tindak Lanjut Rekomendasi terkait dengan penyalahgunaan anggaran
Hasil Reviu SHS dan ASB maka menjadi faktor pengurang untuk
Catatan: penilaian TL Reviu SHS dan ASB sesuai
Penetapan SHS dan ASB untuk RAPBD 2024 professional judgement.
ditetapkan di Tahun 2023 sesuai PP 12 Tahun Contoh penyalahgunaan anggaran antara
2019 dan Permendagri 77 tahun 2020 lain: Mark up, anggaran fiktif, dst.
Jika masih ada:
3. Temuan audit Inspektorat, BPKP atau BPK
4. Pengaduan Masyarakat
terkait dengan penyalahgunaan anggaran maka
menjadi faktor pengurang.
Contoh penyalahgunaan anggaran antara lain:
Mark up, anggaran fiktif, dst.

21
AREA 2: PENGADAAN BARANG DAN JASA

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1.  Kegiatan Pengadaan Barang Inovasi Pemenuhan Pemenuhan Komitmen TKDN Pemenuhan Komitmen TKDN (30)
dan Jasa Pemerintah dinilai Pelaksanaan Komitmen TKDN
belum optimal dalam Pengadaan dan e-Purchasing 1. Komitmen Kepala Daerah terkait dengan - Komitmen Kepala Daerah Implementasi
mendukung perekonomian Implementasi TKDN dalam SIPD TKDN (Nilai 10)
UMKM di Indonesia. Presiden 2. Screenshoot Komitmen Kepala Daerah dalam Jika telah ada Komitmen Kepala Daerah
telah menerbitkan Inpres 2 SIPD terkait dengan % Implementasi TKDN terkait Komitmen TKDN dalam SIPD
Tahun 2022 dan perlu
dipastikan implementasinya di 3. Realisasi Pemenuhan Implementasi TKDN diberikan nilai 10.
daerah oleh Pemerintah Daerah yang dinilai melalui - % realisasi atas pemenuhan TKDN
 PBJ masih belum mendukung aplikasi Monitoring TKDN yang ada Diberikan nilai maksimal 20 jika
pelaku usaha menengah, kecil, komitmen telah terpenuhi 100%.
dan mikro
 Pelaksanaan pengadaan dengan Implementasi e-Purchasing
nilai kecil tidak transparan dan 4. Regulasi e-Purchasing (Katalog Lokal dan Implementasi e-Purchasing (50)
akuntabel Bela Pengadaan) Implementasi e-purchasing terhadap total
 Beberapa kegiatan pengadaan a. Instruksi Kepala Daerah Implementasi e- belanja modal dan barang dikalikan 30%.
dengan nilai kecil rawan
disalahgunakan Purchasing baik kepada Diharapkan ada inovasi yang mendorong
dengan pertanggungjawaban Perangkat Daerah maupun Penyedia implementasi/ peningkatan implementasi
fiktif dengan dalih b. Regulasi dan Alur Pembayaran transaksi purchasing dibandingkan tahun 2022.
pengumpulan dana taktis melalui e-purchasing (non tunai)
2. Daftar produk, etalase tayang dan penyedia Reviu/ Audit IT Implementasi e-
yang terkait dalam implementasi e-
purchasing baik bela pengadaan maupun Purchasing (20)
katalog lokal. Termasuk nilai penggunaan e- Jika implementasi e-purchasing telah direviu
purchasing berdasarkan etalase dan nama maka diberikan nilai 20.
penyedia
3. Data realisasi implementasi e-purchasing Namun jika reviu dinilai tidak efektif untuk
mencegah korupsi maka diberikan nilai
pada masing-masing OPD pengurang, professional judgement.
4. Total nilai pengadaan melalui e-purchasing
dibandingkan total belanja modal dan
barang.
5. Peningkatan produk, etalase, penyedia
terkait dalam implementasi e-purchasing
(tahun 2023 dibandingkan tahun 2022).

22
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Reviu/ Audit IT Implementasi e-Purchasing


Laporan pelaksanaan reviu APIP atas
implementasi e-purchasing yang memuat
beberapa evaluasi, antara lain:
1. Mekanisme pemilihan penyedia
tanpa praktik penyuapan/ gratifikasi
2. Negosiasi harga implementasi e-purchasing
3. Evaluasi penyedia
Laporan ini dapat menjadi bagian dari Reviu Tata
Kelola PBJ yang dilakukan oleh APIP.
Laporan ini dapat juga berupa Laporan Hasil
Audit IT atas Implementasi e-purchasing.

2.  Pokok pikiran menjadi modus Pencegahan Pengadaan Langsung Melalui Sistem Pengadaan Langsung Melalui Sistem (50)
untuk mendapatkan proyek Korupsi
Pengadaan 1. Daftar Pengadaan Langsung dalam RUP; % Pengadaan Langsung melalui e-PL
bagi oknum Anggota DPRD. dibandingkan dengan Data Pengadaan
 Praktik penyuapan dilakukan Langsung 2. Daftar Pengadaan Langsung yang telah
Langsung dalam SIRUP. Jika sudah semua
ketika melaksanakan proyek dilaksanakan berikut sistem yang digunakan Pengadaan Langsung memakai e-PL maka
yang berasal dari pokok (SPSE atau manual); diberikan nilai 50, jika kurang maka
pikiran. 3. Daftar SPK hasil Pengadaan Langsung yang diberikan nilai proporsional.
 Masih banyak kegiatan PBJ
melalui pengadaan langsung sudah terealisasi. Catatan:
yang tidak transparan untuk 4. Regulasi internal Pemda untuk mendorong
kewajiban input e-PL sebagai salah satu Diberikan nilai maksimal jika dipastikan
mengakomodir SIRUP sudah 100%.
proyek “pesanan” persyaratan pencairan anggaran.
 Banyak pemecahan paket
pekerjaan sejenis menjadi Konsolidasi Pengadaan Konsolidasi Pengadaan (50)
pengadaan langsung yang
berpotensi pembagian proyek Daftar pengadaan yang kemudian dilakukan Pelaksanaan Konsolidasi pengadaan yang
dan menguntungkan pihak konsolidasi dilengkapi dengan: nama OPD, nama semula melalui Pengadaan Langsung pada 5
tertentu. pengadaan, nilai HPS, jadwal pelaksanaan OPD tertentu untuk pengadaan yang sejenis.
 Perlu didorong upaya untuk pengadaan konsolidasi, nama pemenang hasil
konsolidasi, Nilai Pengadaan Hasil Konsolidasi Utamakan untuk mendorong pelaksanaan
menurunkan risiko korupsi konsolidasi pada Dinas PUPR, Dinas
pemecahan (dibuat dalam tabel).
Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kecamatan
pengadaan, (Pemilihan OPD yang dilakukan konsolidasi

23
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

efektivitas dan Metode konsolidasi dapat berupa tender berdasarkan data RUP Pemda yang banyak
efisiensi anggaran. bersama atau penyatuan paket terpusat untuk memilih metode Pengadaan Langsung).
kemudian di tenderkan.
Jika masih banyak pengadaan langsung yang
bisa dikonsolidasi namun tidak dilakukan
konsolidasi atau tidak direkomendasikan
melalui e-Purchasing maka bisa diberikan
faktor pengurang.

3. Beberapa kegiatan PBJ, seringkali Pengendalian Reviu Pelaksanaan Reviu Perencanaan Pengadaan Reviu Perencanaan Pengadaan (50)
tidak ada perencanaan pengadaan Pengadaan dan
yang baik dan dikoordinasikan Transparansi Reviu ini dilaksanakan oleh UKPBJ untuk Nilai diberikan atas efektivitas pelaksanaan
dengan UKPBJ. Hal ini dilakukan Rencana mendorong OPD memilih metode PBJ yang tepat reviu melalui koreksi UKPBJ yang bertujuan:
untuk menyembunyikan modus dan membantu UKPBJ dalam menyusun timeline
Pengadaan PBJ selama tahun berjalan, mendorong o Mencegah mens rea pemecahan
korupsi antara lain: pelaksanaan inovasi PBJ, serta kebijakan lain proyek;
 Pemecahan paket untuk sehubungan dengan pelaksanaan PBJ yang o Mendorong transparansi dan
menghindari tender karena transparan, akuntabel, dan berintegritas.
pelaksana kegiatan PBJ sudah akuntabilitas pengadaan;
ditentukan 1. Dokumen RUP masing masing OPD; o Mencegah korupsi pada kegiatan
 Kegiatan PBJ tidak transparan 2. Dokumen Hasil Reviu Pengadaan minimal pengadaan.
karena tidak disampaikan berupa RUP Pemda Hasil Reviu Besama
melalui SPSE lengkap dengan Nama Pengadaan, jadwal Jika reviu perencanaan pengadaan dinilai
sebelum dan sesudah reviu, metode kurang memadai maka diberikan faktor
Pada akhirnya kegiatan PBJ pengadaan sebelum dan sesudah reviu,
menimbulkan TPK antara lain rencana kebutuhan masing masing paket pengurang.
penyuapan/ gratifikasi dan pengadaan dll, di TTD oleh Sekda (dilengkapi
kerugian keuangan negara. dokumentasi kegiatan, data Jumlah % Penayangan SIRUP per 31 Maret 2023
Pengadaan melalui rekapitulasi jumlah
Tender, Jumlah Pengadaan Pengadaan (50)
Langsung, Jumlah Penunjukan Langsung, (Nilai 50 jika 100% RUP tertayang dalam
Jumlah Paket E-Purchasing, Jumlah Paket SIRUP sampai selambat lambatnya 31 Maret
Swakelola) 2023), jika belum 100% maka dihitung
3. Daftar Rencana Pengadaan Konsolidasi (realisasi Nilai RUP tertayang di SIRUP
(minimal ada 5 pekerjaan) dibandingkan Total Anggaran PBJ) x 50

Penayangan SIRUP
Penayangan SIRUP 100% per 31 Maret 2023

24
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

4. Proyek Strategis Pemerintah Pencegahan Reviu HPS pada Proyek Strategis Reviu HPS 10 Kegiatan pada Proyek
Daerah rawan dengan kepentingan Korupsi Proyek Strategis (70)
tertentu sehingga Strategis Daerah Reviu dilakukan oleh APIP. Proyek strategis yang
perlu diantisipasi dengan reviu diutamakan untuk dilakukan reviu adalah Proyek Penilaian dilakukan atas:
untuk mencegah terjadinya: Strategis yang mendukung Visi Misi Kepala
Daerah dan Konstruksi. ditetapkan setiap - Kedalaman reviu
 Proyek dadakan yang tidak tahunnya oleh Kepala Daerah. - Efektivitas Reviu HPS dalam pencegahan
ada perencanaan sebelumnya 1. Daftar 10 Proyek strategis melalui SK Kada; korupsi
 Proyek tidak sesuai dengan 2. HPS dari 10 Proyek strategis; - Tindak lanjut atas reviu yang dilakukan
kebutuhan masyarakat 3. Kertas Kerja Kaji Ulang untuk 10 proyek Masing-masing laporan yang memenuhi
 Mark up harga strategis (HPS dilengkapi dengan sumber unsur penilaian diberikan nilai 7.
 Pemenang sudah ditentukan data pendukung kaji ulang dan analisanya. Tim Penilai akan melakukan pendalaman atas
 Proses tender yang mendekati 4. Hasil Kaji Ulang yang dittd Ketua Pokja untuk Reviu HPS yang dilakukan. Jika reviu tidak
akhir tahun sehingga potensi memadai (tidak memenuhi ketiga point di
gagal tender tinggi diserahkan kepada PPK untuk 10 Proyek
atas) maka diberikan nilai pengurang.
 Penyuapan/ gratifikasi dan/ Strategis
atau kerugian keuangan Catatan: Pokja bersama APIP melakukan reviu (Jika reviu HPS menjadi bagian probity audit
negara HPS dan jika tidak memiliki kemampuan teknis maka evidence diperbolehkan sama).
maka untuk kaji ulang dapat dibantu oleh Tenaga
Ahli yang telah dilengkapi dengan perjanjian
Kegiatan pengadaan terutama di kerahasiaan. Lelang Dini pada PBJ Strategis (30)
sektor konstruksi seringkali
terlambat karena perencanaan 5 Lelang Dini pada kegiatan PBJ strategis,
yang terlambat. Pada akhirnya Lelang Dini pada PBJ Strategis masing-masing nilainya 5.
spesifikasi tidak sesuai dengan Diberikan nilai jika Lelang Dini sudah
yang diharapkan. Hal ini 5. Daftar kegiatan Lelang Dini yang merupakan
berpotensi kerugian keuangan proyek strategis Pemda. dilakukan Reviu HPS.
negara. Pada beberapa kasus, hal 6. Daftar pelaksanaan Lelang Dini, pagu, HPS, Lelang Dini dilakukan di tahun 2023, reviu
ini menjadi modus korupsi yang dan daftar pemenang. HPS juga sudah dilakukan di tahun 2023.
mengakibatkan
praktik penyuapan.
Lelang Dini dilakukan sebelum APBD 2024
berjalan, sehingga dilaksanakan di tahun 2023.
Reviu HPS juga sudah dilakukan di tahun 2023.

25
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

5. Tindak lanjut atas hasil reviu perlu Tindak Lanjut 1. Daftar jumlah dan Isi Rekomendasi hasil % Tindak lanjut Hasil Reviu yang
segera ditindaklanjuti sebagai Reviu Tata Kelola Reviu tahun 2022. ditindaklanjuti atas reviu Tata Kelola PBJ.
upaya perbaikan PBJ
dan meningkatkan profesionalisme 2. Daftar reviu yang telah ditindaklanjuti.
dalam melaksanakan PBJ guna 3. Dokumen Bukti Tindak Lanjut reviu tata Jika Reviu Tata Kelola PBJ yang disampaikan
mencegah terjadinya potensi- kelola PBJ telah dilaksanakan. bukan per tahun 2022 atau 2023 maka tidak
potensi penyimpangan 4. Penghitungan % Tindak lanjut Hasil Reviu dilakukan penilaian.
yang ditindaklanjuti atas reviu Tata Kelola
PBJ
Reviu Tata Kelola PBJ dilakukan setiap 2 tahun
sekali (Tahun 2022 atau 2023).

6.  Masih adanya persekongkolan Survey Kepuasan Survey ini dilakukan oleh UKPBJ (bekerjasama 1. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat atas
penetapan pemenang dalam Masyarakat dengan OPD terkait lainnya) untuk mendapatkan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
pelaksanaan kegiatan PBJ respon atas kegiatan PBJ mencakup pada point: dibandingkan dengan total
 PBJ tidak memberikan nilai keseluruhan (tahun 2023)
- Kepuasan pemberian layanan PBJ (70) Perhatikan penentuan
manfaat/ barang tidak dapat
digunakan - Transparansi dan akuntabilitas kegiatan PBJ populasi (mencakup pelaksanaan PBJ
- Integritas SDM yang melaksanakan PBJ oleh UKPBJ dan Perangkat Daerah)
(UKPBJ, Panitia PBJ dari OPD) Responden terdiri dari vendor dan
- Kemanfaatan barang/ jasa penerima manfaat (masyarakat).
- Kualitas barang/ jasa Penilaian proporsional jika
belum memenuhi ketentuan di atas.
Survey dilaksanakan di tahun 2023 untuk 2. Tindak Lanjut Pemda dalam melakukan
kegiatan pengadaan barang dan jasa yang Perbaikan atas Hasil Survei Kepuasan
dilaksanakan pada tahun 2022. Masyarakat Layanan Pengadaan Barang
dan Jasa di Tahun 2022 (30)
Jika belum ada Survei Kepuasan
Dokumen Kelengkapan: Masyarakat Layanan Pengadaan Barang
1. Hasil Survey Kepuasan Masyarakat atas dan Jasa di Tahun 2022 mencakup point a
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa – e maka tidak diberikan nilai.
2. Indeks Kepuasan Masyarakat atas Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa
Survey dilakukan oleh UKPBJ (bekerjasama
dengan OPD terkait lainnya) yang bertujuan
untuk:

26
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

a. Meminimalkan potensi penyuapan/


Gratifikasi atas layanan pengadaan
barang dan jasa.
b. Memastikan kemanfaatan atas barang
dan jasa
Survey dilakukan dengan responden: (1).
Vendor; (2). Peneriman manfaat/
masyarakat yang menerima manfaat atas
kegiatan PBJ yang dilakukan.
Point-point Survey dan respondennya
adalah:
c. Layanan - vendor
d. Transparansi - vendor
e. Integritas UKPBJ/ Panitia PBJ dari OPD -
vendor
f. Kemanfaatan barang/ jasa – penerima
manfaat/ masyarakat
g. Kualitas barang/ jasa –
penerima manfaat/ masyarakat

Survey dilakukan minimal 1 tahun sekali


pada akhir tahun berjalan.
3. Dokumen yang menjelaskan upaya Pemda
dalam melakukan perbaikan sebagai respon
TL Survei Kepuasan Masyarakat.

27
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

7.  Pada beberapa kasus korupsi Vendor 1. Database Penyedia dilengkapi dengan nama Database Penyedia (50)
ternyata penyedia merupakan Manajemen penyedia, alamat, nama direksi, nama
System pengadaan yang dilaksanakan, periode Jika database penyedia lengkap sesuai data
perusahaan yang tidak mampu pengadaan yang telah serah terima 100%
melaksanakan waktu pelaksanaan, Hasil Penilaian PPK
(Sesuai PerLKPP 4/2021 tentang Pembinaan maka diberikan nilai 50, jika belum 100%
pekerjaan, bahkan sudah maka dihitung proporsional.
pernah diblack list. Pelaku Usaha Penyedia Barang/Jasa
 PPK seringkali tidak pernah Pemerintah), catatan hasil temuan BPK atas
melakukan penilaian atas penyedia, nama pokja pelaksana permasing Penilaian Kinerja Penyedia (50)
penyedia yang melaksanakan masing pengadaan (dibuat dalam Tabel)
2. Contoh Lembar Penilaian Kinerja Penyedia Jika penilaian Kinerja penyedia seluruhnya
pekerjaan. Hal ini yang dilakukan atas seluruh penyedia pemenang
kemudian mengakibatkan sebanyak 10% dari total pengadaan
tender/seleksi yang telah dilakukan dalam 1 pengadaan yang telah serah terima pekerjaan
tidak diketahui penyedia mana 100% maka diberikan nilai 50. Jika ada yang
yang bermasalah atau yang tahun
belum diberikan penilaian maka diberikan
berkinerja baik sehingga nilai secara proporsional. Penilaian dilakukan
memudahkan Tim Pemilihan per triwulan pada tahun berjalan dan
Penyedia dalam memilih diakumulasi per triwulan selanjutnya.
vendor.

8. Pada beberapa daerah masih Penguatan Penguatan SDM UKPBJ memiliki 4 fungsi, yaitu: Pokja UKPBJ permanen sesuai ABK (50)
terdapat beberapa permasalahan Profesionalisme UKPBJ
terkait SDM UKPBJ antara lain: UKPBJ - Pengelola PBJ; Jika kurang dari ABK dihitung secara
- Pengelola LPSE; proporsional dengan rumus = (jumlah
 Pokja UKPBJ masih merangkap fungsional pengadaan permanen di
- Pembinaan SDM dan Kelembagaan; UKPBJ/jumlah kebutuhan sesuai ABK) x 50.
dengan OPD lain.
Jumlah SDM UKPBJ masih - Pendampingan dan konsultasi/bimtek PBJ

kurang karena belum sesuai - Fungsi lainnya yang ditugaskan oleh Kepala
Pelaksanaan Seluruh Fungsi (25)
dengan ABK daerah
 LPSE masih ditempatkan di Masing masing fungsi memiliki nilai 5.
Dokumen yang harus disampaikan:
Dinas Kominfo sehingga
bandwith kurang karena 1. Dokumen SK Kada pengangkatan Personil di
Pemenuhan ABK (25)
berbagi dengan OPD lain UKPBJ;
 Belum ada personil khusus 2. Struktur Organisasi UKPBJ Jika personil UKPBJ kurang dari ABK maka
yang menangani fungsi lain di 3. Data jumlah Fungsional Pengadaan yang ada dihitung secara porposional dengan rumus =
luar fungsi pengelola PBJ di di Pemda disertai SK (baik SK Fungsional (jumlah personil di UKPBJ/Jumlah sesuai ABK
UKPBJ Pengadaan yang ada di UKPBJ maupun OPD untuk UKPBJ) x 25.
lainya) atau mengacu pada data yang ada di
https://ppsdm.lkpp.go.id/jumlah-dan-
persebaran-jabfung-ppbj/pemda

28
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

4. Data ABK masing-masing Fungsi UKPBJ dan


data Riil yang ada di masing-masing Fungsi
UKPBJ;
5. Daftar Penempatan Personel di masing
masing fungsi UKPBJ berdasarkan Surat
Keputusan Kepala UKPBJ.

9. Integritas SDM UKPBJ rendah salah TPP Khusus PBJ 1. Kertas Kerja Dasar Perhitungan - Konsep TPP kepada Pelaksana Fungsi
satunya disebabkan TPP Pengadaan yang pada UKPBJ (30)
oleh memperhitungkan faktor - TPP diimplementasikan (70)
rendahnya penghasilan ASN SDM resiko pengadaan; (dikaitkan dengan Beban
UKPBJ. Oleh karena itu perlu Kerja yang ada di UKPBJ)
didorong dengan pemberian TPP 2. SK Kepala Daerah tentang Penetapan TPP
Khusus kepada SDM UKPBJ. UKPBJ (khusus) berikut besarannya
3. Daftar Penerima TPP UKPBJ;
4. Bukti Pembayaran TPP kepada pegawai
UKPBJ (SP2D)

29
AREA 3: PERIZINAN

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1.  Masih banyak daerah yang Transparansi Transparansi Untuk Pemerintah Provinsi: Provinsi
belum menetapkan aturan dan Tata Ruang Perda RTRW (termasuk didalamnya RZPW3K)
tentang tata ruang dan Akuntabilitas Daerah  Jika Perda RTRW dan RZWP3K sudah
peraturan zonasi, sehingga terintegrasi maka nilainya 100%
perizinan tidak sesuai dengan Untuk Pemerintah Kabupaten/ Kota:  Jika Perda RTRW dan RZWP3K belum
peruntukan penataan ruang. 1. Perkada RDTR untuk Kabupaten dan Kota terintegrasi maka nilainya 0%
 Konsep tata ruang yang tidak 2. Data Lokasi yang perlu ditetapkan RDTR
terbuka membuka peluang Kabupaten/ Kota
suap, pemerasan dan gratifikasi Nilai diberikan berdasarkan % RDTR yang
dalam pemenuhan persyaratan tersedia Perkadanya dibandingkan dengan
dasar perizinan. total RDTR yang seharusnya disusun oleh
Pemda.

2. Perizinan dilakukan secara Sarana Sistem Perizinan 1. Data jumlah perizinan yang dilayani Pemda. % perizinan yang diproses secara online
transparan (penggunaan perizinan dan Prasarana Online 2. Data jumlah perizinan yang diproses secara dibandingkan dengan jumlah perizinan
online tidak optimal) sehingga seluruhnya yang diproses Pemda.
membuka peluang online selama 1 tahun berjalan
suap,
pemerasan, gratifikasi Perizinan yang dimaksud adalah persyaratan
dasar, perizinan berusaha, maupun perizinan
non berusaha.
Perizinan online dilengkapi dengan e-signature
dan tracking system.

3. Tempat Layanan Perizinan tidak Tempat Layanan Foto kantor pelayanan perizinan yang terdiri 1. Front Office, terdiri dari:
memadai dan justru menimbulkan dari: o Tempat layanan informasi (10)
potensi terjadinya penyuapan dan/
atau gratifikasi karena tersembunyi 1. Front Office, terdiri dari: o Ruang pengaduan (10)
dan tidak ada pengawasan o Tempat layanan informasi o Kotak Pengaduan (10)
o Ruang pengaduan o Ruang konsultasi (30)
o Kotak pemgaduang 2. Back Office, berupa ruangan untuk Tim
o Ruang konsultasi Teknis (20)
2. Back Office berupa ruangan untuk Tim 3. CCTV, terdiri dari:
Teknis o Kamera CCTV (10)
3. CCTV, terdiri dari: o Control Room Panel CCTV (10)
o Kamera CCTV
o Control Room Panel CCTV Nilai total seluruhnya 100

30
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Penilaian juga dilakukan atas kelayakan


tempat layanan. Jika tidak representatif maka
diberikan nilai pengurang.

4.  Informasi mengenai perizinan Kemudahan Media Publikasi 1. Foto/ softcopy media publikasi offline, Media Publikasi (50)
dan non perizinan tidak Perizinan misalnya: brosur, leaflet, pamflet, dst 1. Media publikasi offline (25)
terbuka dan kurang transparan
sehingga membuka peluang 2. Foto/ screenshoot Media Publikasi online, 2. Media online (25)
suap, pemerasan dan gratifikasi misalnya: aplikasi atau website perizinan
 Masih terdapat pemohon yang 3. Link website Media Publikasi online Media publikasi yang disiapkan adalah pada
mendatangi OPD Teknis untuk 4. DPMPTSP menyusun daftar yang layanan perizinan yang disediakan oleh
memohon proses perizinan Pemda, dari persyaratan dasar, perijinan
menginformasikan bahwa Pemda sudah berusaha dan perijinan non berusaha di
 Tidak
tersedia penilaian/evaluasi menyediakan: daerah.
atas layanan perizinan yang - Media Publikasi offline dan online untuk Jika hanya sebagian, maka diberikan nilai
diberikan perizinan dan non perizinan yang proporsional.
disediakan oleh Pemda: persyaratan Substansi Publikasi (50)
dasar, perijinan berusaha dan perijinan
non berusaha di daerah. Media publikasi pada masing-
- Informasi yang menggambarkan adanya masing perizinan, minimal sudah
substansi publikasi pada masing-masing mencantumkan:
layanan perizinan yang disediakan a. Persyaratan
Pemda; persyaratan dasar, perijinan
berusaha dan perijinan non berusaha di b. Jangka Waktu Pemrosesan/ Service
daerah. Level Agreement
c. Biaya
d. Alur Pemrosesan Perizinan
e. Informasi tracking
Jika hanya sebagian, maka diberikan nilai
proporsional

5. Layanan perizinan belum memadai, Pelayanan 1. Hasil Survei Kepuasan Masyakarat atas Indeks Kepuasan Masyarakat Perizinan
antara lain disebabkan karena Masyarakat Layanan Perizinan Tahun 2023 (30)
tempat layanan yang kurang
representatif, informasi perizinan Survei Kepuasan Masyarakat Nilai diberikan berdasarkan:
kurang transparan, dan proses Layanan Hasil Nilai IKM x 100%
perizinan masih dinilai berbelit- Perizinan (termasuk Total Skor IKM
belit. Masyarakat pemberian rekomendasi teknis) mencakup:
dapat memberikan masukan, a. Layanan Nilai 30 diberikan jika Survei Kepuasan
namun seringkali
Pemda tidak b. Transparansi Masyakarat Perizinan sudah mencakup:
melaksanakan Survei Kepuasan c. Integritas a. Layanan (10)
Masyarakat secara berkala. 2. Indeks Kepuasan Masyarakat b. Transparansi (10)
(IKM) Perizinan Tahun 2023

31
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Laporan Evaluasi atas Survei Kepuasan c. Integritas (10)


Masyarakat Perizinan Tahun 2022
4. Rencana Aksi Perbaikan Layanan Perizinan Laporan Evaluasi Survei
sebagai respon atas Survei Kepuasan Masyarakat (30)
Kepuasan Masyarakat Tahun 2022 Laporan berisi hasil evaluasi atas Survei
Kepuasan Masyarakat yang mencantumkan
keluhan masyarakat sehingga perlu dilakukan
perbaikan oleh Pemda (termasuk keluhan
terkait pemberian rekomendasi teknis).

Rencana Aksi Perbaikan


Layanan Perizinan (40)
Rencana aksi yang menjelaskan langkah
tindak lanjut Pemda dalam melakukan
perbaikan dan peningkatan kualitas layanan
perizinan.

Penilaian dilakukan melalui professional


judgement. Apabila rencana aksi dinilai tidak
substantif maka diberikan nilai pengurang.

6.  Banyaknya perizinan yang Proses Perizinan Proses Perizinan Proses Perizinan (25)
tidak dapat diproses karena Konsultasi dan rekomendasi teknis difasilitasi Jika konsultasi dan rekomendasi teknis
persyaratan belum terpenuhi. difasilitasi DPMPTSP seluruhnya maka
Hal ini mengakibatkan DPMPTSP.
diberikan nilai 25.
terjadinya penyuapan dan/
atau gratifikasi. TL Kendala Perizinan
TL Kendala Perizinan (75)
 Tingginya gap pemahaman 1. Kertas kerja monitoring perizinan yang
antara pemohon dengan % permohonan yang terkendala dan teratasi
menggambarkan SLA.
pemberi layanan, sementara dibandingkan total permohonan terkendala
tidak ada tim teknis yang dapat 2. Total Pengaduan Masyarakat atas kendala
yang diterima.
menjelaskan kepada pemohon proses perizinan Penghitungan:
di DPMPTSP. 3. Tindak Lanjut Pemda untuk menyelesaikan
Proses perizinan dilakukan Permohonan yang terkendala dan teratasi
 kendala proses perizinan.
langsung melalui Dinas Teknis. dibagi total permohonan terkendala yang
Konsultasi dan pemenuhan Perizinan yang dimaksud sejak dari pemrosesan diterima dikalikan 75%.
persyaratan dasar, perizinan berusaha, perizinan
non berusaha. Penilaian dilakukan selama 1 tahun berjalan.

32
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

persyaratan Prioritaskan penilaian pada Prioritaskan penilaian pada pemrosesan


menimbulkan potensi pemrosesan persyaratan dasar perizinan. persyaratan dasar perizinan.
penyuapan/ gratifikasi
Dokumen disampaikan selama 1 tahun berjalan,
dapat disampaikan per triwulan.
7. Penyelenggaraan Pengendalian Pengawasan 1. Dokumen Perencanaan Pengawasan yang 1. Jika sudah tersedia dokumen
pelayanan perizinan dan non dan Pengawasan Perizinan dan disusun DPMPTSP perencanaan pengawasan tahun 2023
perizinan kurang akuntabel Non Perizinan maka berikan nilai 50
2. Laporan Hasil Pengawasan yang disusun 2. Jika sudah tersedia laporan hasil
DPMPTSP pengawasan tahun 2023 maka berikan
nilai 50

8. Saran dan/ atau rekomendasi APIP Tindak Laporan Tindak Lanjut atas Hasil Reviu APIP % Rekomendasi yang ditindaklanjuti
tidak ditindaklanjuti sehingga celah Lanjut Reviu Kinerja tata kelolan Perizinan dan Non Perizinan dibandingkan dengan total rekomendasi.
korupsi masih tinggi yang disusun DPMPTSP
APIP
Jika tidak ada reviu APIP dalam 2 tahun
terakhir (2022-2023), maka tidak diberikan
nilai (0)

33
AREA 4: PENGAWASAN APIP

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1. Secara umum, setiap inspektorat Kapasitas APIP Kecukupan 1. Surat Rekomendasi dari Instansi Pembina 1. Kuantitas SDM pengawas (60)
mengalami Kuantitas tentang Formasi JFA dan PPUPD.
permasalahan kurangnya jumlah dan Kompetensi Bobot:
SDM dan bahkan terbatasnya SDM SDM 2. Daftar SDM APIP: JFA, PPUPD, dan staf (CPNS
atau non admin). a. Fungsional: 80%
pengawas yang
kompeten. 3. Jadwal/kalender pelaksanaan diklat/kegiatan b.Non Fungsional: 20%
Pemenuhan Kompetensi terkait pengawasan
(Workshop, Seminar, Webinar dan Bimtek). Perhitungan:
Bahkan dengan 4. Rekapitulasi kewajiban 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
telah dikeluarkannya regulasi yang minimum keikutsertaan diklat/ kegiatan 𝑅𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 [( 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 70%)+(𝑁𝑜𝑛
menjaga pemenuhan anggaran Pemenuhan Kompetensi oleh setiap SDM
APIP, sebagian besar Pemda belum pengawas (JFA, PPUPD, atau CPNS/ staf). 𝐹𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 30%)]
melaksanakan regulasi tersebut. 5. Laporan pemenuhan diklat/kegiatan *) Catatan: jikalau jumlah fungsional >
Pemenuhan Kompetensi oleh setiap SDM 100% dari rekomendasi maka otomatis
Secara umum, masih cukup banyak pengawas.
Pemda yang masih berada di level 1 dinilai 100%
dan 2 untuk kapabilitas APIP, dari
skala 1 – 5 Catatan: Untuk Inspektorat yang fungsional lebih
Staf adalah pegawai di Inspektorat yang dilibatkan kecil dari rekomendasi, perhitungannya:
dalam pelaksanaan audit walaupun belum - Misalkan Surat Rekomendasi, kebutuhan
fungsional. Lampirkan Surat Tugas terkait dengan APIP = 50 orang
penugasan Staf. - Aktual:
o Fungsional was: 20
o Non-fungsional was: 20
- Perhitungan:
Fungsional Pengawas =
20/50 x 80% = 28%

Non-fungsional
pengawas:
20/50 x 20% = 12%

(Jika fungsional sudah mencapai 50 atau


bahkan >50 maka dinilai 100% atau nilai
maksimal adalah 100%)

2. Kualitas SDM (40)


Persentase pemenuhan diklat minimum
120 jam oleh setiap pengawas.
34
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Pastikan untuk dilakukan pengecekan atas


pemenuhan 120 jam dan untuk jabatan apa
saja (fungsional atau non fungsional).

Catatan: Sekda agar memastikan kepada


BPSDM terkait pemenuhan anggaran Diklat
APIP

2. Dalam rangka peningkatan Kecukupan Kesesuaian dengan Regulasi Kesesuaian dengan Regulasi (30)
kapasitas APIP, diperlukan Anggaran Prosentase hasil perhitungan Jumlah
beberapa langkah yang perlu Dokumen/ Laporan yang
dilakukan oleh Pemda. Upaya ini menggambarkan ketersediaan anggaran APIP, anggaran APIP dibandingkan dengan Jumlah
perlu diikuti dengan penyediaan Anggaran APIP sesuai Permendagri 84 Tahun
memuat: 2022 dikalikan 30%.
anggaran. 1. Kepatuhan terhadap Permendagri 84 Tahun
Pada beberapa Pemda, anggaran 2022.
tidak disediakan sehingga tidak ada 2. Jika tidak sesuai dengan Permendagri Efektivitas Anggaran (30)
peningkatan kapasitas APIP secara 1. Jika terdapat anggaran untuk pelatihan
signifikan. sertakan dokumen keberatan yang dibuat
dan persetujuannya dari Kemendagri. maka mendapatkan nilai 15%
3. Kepatuhan terhadap SE Kemendagri No 2. Jika terdapat anggaran untuk sarana &
700.1.1/8737/SJ tanggal 09 Desember 2022, prasarana maka mendapatkan nilai 15%
khususnya poin 1
Jika keduanya terpenuhi maka mendapatkan
nilai 30%
Berdasarkan ketentuan dalam Permendagri 84
Tahun 2022, Pemerintah Daerah mengalokasikan
anggaran yang ditetapkan berdasarkan besaran TPP APIP (40)
dari total belanja daerah dengan klasifikasi yang
telah ditentukan. 3. SK Kepala Daerah yang menetapkan TPP
sesuai SE Kemendagri
No 700.1.1/8737/SJ. Jika terdapat
Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi: regulasi TPP APIP diberikan nilai 20
a. Sampai dengan Rp4 Triliun paling sedikit 4. Jika terdapat implementasi TPP APIP
sebesar 0,90% dari total belanja daerah; diberikan nilai 20
b. Di atas Rp4 Triliun sampai dengan Rp10 Jika keduanya terpenuhi maka mendapatkan
Triliun paling sedikit sebesar 0,60% dari total nilai 40
belanja daerah dan di atas Rp36 Miliar; dan
c. Di atas Rp10 Triliun paling sedikit sebesar
0,30% dari total belanja daerah dan di atas
Rp60 Miliar.

35
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Anggaran Pemerintah TPP APIP di atas OPD lain, namun di bawah


Daerah Kabupaten/Kota: Sekda (secara berjenjang) – berdasarkan
Permendagri 84 Tahun 2022
a. Sampai dengan Rp1 Triliun paling sedikit
sebesar 1,00% dari total belanja daerah;
b. Di atas Rp1 Triliun sampai dengan Rp2 Triliun
paling sedikit sebesar 0,75% dari total
belanja daerah dan diatas Rp10 Miliar; dan
c. Di atas Rp2 Triliun paling sedikit sebesar
0,50% dari total belanja daerah dan diatas
Rp15 Miliar.

TPP APIP
1. Regulasi TPP APIP
2. Implementasi TPP APIP

3. Level Kapabilitas APIP masih Level Kapabilitas Hasil Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP Terakhir Jika Kapabilitas APIP (Hasil Penilaian BPKP):
rendah. Belum ada Komitmen kuat APIP
dari Kepala Daerah dalam Level 1 – 20%
meningkatkan Kapabilitas APIP Level 2 – 50%
untuk memperkuat APIP Level 3 – 80%
Level 4 – 100%
Level 5 – 100%
4. Isu independensi dan obyektifitas Pengisian Pengisian Jabatan Inspektur dan Irbansus Pengisian Jabatan Inspektur dan Irbansus
APIP sangat mengemuka terutama Penguatan
Jabatan 1. Dokumentasi hasil konsultasi tertulis oleh (50)
mengingat kedudukan Inspektorat Kelembagaan Kepala Daerah dengan Gubernur atau
Inspektur 1. Surat oleh Kepala Daerah kepada
sebagai salah satu perangkat dan Irbansus Mendagri terkait dengan pemberhentian atau
daerah sebagaimana diatur dalam Gubernur/Mendagri terkait dengan
mutasi Inspektur dan Irban konsultansi pemberhentian Inspektur
UU 23/2014. 2. SK Kepala Daerah tentang penetapan panitia
Tingkat komitmen Kepala Daerah atau Irban (10)
seleksi pengisian jabatan Inspektur dan/atau
terhadap pemberantasan korupsi Irban 2. SK Kepala Daerah tentang pembentukan
berpengaruh terhadap obyektifitas 3. Laporan atau hasil kerja panitia seleksi Pansel (10)
dan Integritas Inspektorat. 3. Laporan Pansel kepada Kepala Daerah
PP 72/2019 di Pasal 11B, 11C, 33A, pengisian jabatan inspektur dan/atau Irban
4. SK Inspektur dan Irban (5)
dan 33B diharapkan dapat 4. Surat Kepala Daerah kepada Gubernur/
5. Sertifikat CGCAE Mendagri terkait hasil pengisian jabatan
memperkuat independensi dan
obyektifitas APIP. Inspektur dan/atau Irban (5)
5. Surat Gubernur/ Mendagri menindak-
lanjuti surat Kada (5)

36
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Tidak ada pengisian jabatan Catatan: 6. SK Kepala Daerah tentang penetapan


Inspektur dan Irbansus menjadi Irbansus adalah menjadi Irban yang Jabatan Inspektur dan/atau Irban
salah satu penyebab kelembagaan melaksanakan tugas investigasi sebagaimana Definitif (5)
APIP lemah. Perkada Ortaka 7. Inspektur Bersertifikasi (10)
Sertifikasi Inspektur: CGCAE
Irban yang Melaksanakan PUTT Jika belum definitif
1. Perkada terkait organisasi tata kerja (OTK) namun sudah
yang didalamnya berisi pengaturan tentang bersertifikasi bisa diberikan
tugas/fungsi inspektur pembantu (khusus)
yang melaksanakan PUTT. nilai 10.
2. Laporan pengisian jabatan Irban khusus
3. Laporan Inspektur Provinsi tentang Irban yang Melaksanakan
kecukupan SDM dan anggaran Irban khusus PUTT (50)
di Kab/Kota dan Laporan Irjen Kemendagri 8. Perkada OTK (10)
tentang kecukupan SDM dan anggaran Irban 9. Laporan Inspektur tentang pengisian
khusus di Provinsi:
- Inspektur Provinsi/Inspektur Kabupaten Jabatan Irban (khusus) (15)
atau Kota menyurati Irjen/Inspektur 10. Laporan inspektur provinsi/Irjen tentang
Provinsi untuk melakukan reviu kecukupan SDM dan anggaran Irban
terutama untuk menilai kecukupan SDM (khusus) (25)
dan anggaran Irban (khusus) untuk
melaksana-kan tugasnya Porsi:
- Irjen/Inspektur Provinsi melaksanakan - SDM (15)
reviu dan menyampaikan hasil reviunya - Anggaran (10)
kepada Gubernur/Bupati atau Walikota

5. PP 72/2019 di Pasal 11B, 11C, 33A, Pengawasan Pasal 11B dan Pasal 33A PP 72/2019 Pelaksanaan PUTT atas dugaan PWKKND
dan 33B diharapkan dapat Dugaan 1. Rekapitulasi informasi terkait potensi (40)
memperkuat independensi dan Penyimpangan Penyalahgunaan Wewenang dan/ atau Penilaian:
obyektifitas APIP. Kerugian Keuangan Negara atau Daerah
(PWKKND) 1. Rekapitulasi Informasi terkait potensi
2. Laporan hasil Pemeriksaan Untuk Tujuan penyalahgunaan wewenang dan/atau
Namun dalam implementasinya PWKKND yang bersumber dari:
belum berjalan dengan optimal. Tertentu (PUTT) pengaduan masyarakat (Dumas), hasil
pengawasan, dan/atau penugasan dari
Pasal 11C (1) dan Pasal 33B (1) PP 72/2019 Kepala Daerah (15)
2. Rekap hasil Telaah Dumas, hasil
pengawasan dan penugasan yang berisi

37
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1. Laporan hasil pengawasan yang pada Kesimpulan utk dilakukan atau tidak
substansinya menemukan indikasi dan/atau dilakukan PUTT (10)
menyimpulkan adanya dugaan PWKKND.
2. Penyampaian laporan kepada Mendagri dan 3. Rekap Laporan PUTT yang diselesaikan
Gubernur oleh Inspektur Provinsi dan berdasarkan kesimpulan hasil telaah
Inspektur Kab/Kota terkait dugaan PWKKND. untuk melaksanakan PUTT (setiap
laporan menginformasikan jumlah
3. Implementasi pelaksanaan supervisi yang temuan yang berindikasi PWKKND) (15)
melibatkan BPKP Perwakilan.
4. Perkada tentang Rencana Pengendalian
Kecurangan (Fraud Control Plan) atau Pelaporan dugaan PWKKND
regulasi yang didalamnya mengatur tentang kepada Inspektur Provinsi/ Irjen (20)
Pengendalian Kecurangan Penilaian:
Laporan disampaikan kepada Inspektur
Provinsi/Irjen terkait indikasi PWKKND
(dihitung proporsional berdasarkan jumlah
temuan sebagaimana disebutkan dalam poin
I-3 diatas).

Implementasi Nota Kesepakatan tentang


Pelaksanaan
Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah antara Pemerintah
Provinsi dengan BPKP Perwakilan dan
Perjanjian Kerja Sama antara Irjen
Kemendagri dengan Deputi Bidang PPKD
BPKP (25)
1. Surat penyampaian permohonan
supervisi kepada
Inspektur Provinsi/Irjen (5)
2. Surat Inspektur per triwulan yang berisi
informasi perkembangan pelaksanaan
supervisi oleh BPKP Perwakilan (10)
3. Informasi implementasi Perjanjian Kerja
Sama dan Nota Kesepakatan (10)

38
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Catatan:
 Inspektur Kabupaten/Kota dan Inspektur
Provinsi perlu melakukan koordinasi
regular dengan Inspektur Provinsi dan
Itjen Kemendagri serta BPKP Perwakilan
terkait dengan implementasi Nota
Kesepakatan
 KPK pada setiap semester akan meminta
informasi kepada Irjen Kemendagri dan
Deputi Bidang PPKD BPKP serta Inspektur
Provinsi tentang implementasi Perjanjian
Kerja Sama dan Nota Kesepakatan

Ketersediaan Perkada tentang FCP atau


regulasi yang didalamnya mengatur tentang
Pengendalian Kecurangan (15)

6. Perlunya media untuk menerima Pengendalian Penanganan 1. Regulasi: 1. Tersedianya regulasi:


pengaduan masyarakat terkait dan Pengaduan
korupsi. Atas  Perkada tentang perlindungan kepada  Perkada tentang perlindungan
Pengawasan Masyarakat pelapor kepada pelapor (15)
pengaduan
masyarakat terkait korupsi belum  SK Kada tentang pedoman/ tata cara  SK Kada tentang pedoman/ tata cara
ditindaklanjuti dengan optimal. penanganan pengaduan penanganan pengaduan (15)
2. Bukti saluran pengaduan yang telah 2. Implementasi saluran pengaduan (40)
diimplementasikan (kaidah WBS)
3. Laporan administrasi penerimaan Laporan Penilaian dilakukan berdasarkan professional
Pengaduan yang memuat: judgement. Jika dinilai tindak lanjut belum
 Jenis/nama saluran Pengaduan efektif maka diberikan faktor pengurang.
 Rekapitulasi Jumlah Pengaduan (refer
dengan Sub-Indikator Pengawasan 3. Laporan sosialisasi yang berisi kuesioner
Dugaan Penyimpangan) dan membuktikan bahwa tingkat
4. Laporan Pelaksanaan sosialisasi Pengaduan pemahaman rata-rata peserta sosialisasi
atas saluran dumas ≥ 80% (30)
 absensi peserta
 kuesioner
 hasil kuesioner

39
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

7. Tingginya kasus Probity Audit 1. Rekapitulasi pelaksanaan reviu HPS dan Setiap Laporan Probity Audit yang memadai
korupsi pengadaan barang dan jasa probity audit. menurut professional judgement diberikan
Pemerintah Daerah. Pencegahan nilai 20.
korupsi yang cukup efektif 2. Laporan Hasil Probity Audit Professional judgement yang dimaksud, jika
dilakukan oleh APIP adalah dengan  Inspektorat menyampaikan 5 Laporan reviu tidak memadai maka diberikan nilai
melaksanakan probity audit, hasil Probity Audit yang merupakan pengurang (tidak mendapatkan nilai
terutama terhadap proyek-proyek bagian 10 dari Proyek Strategis dengan maksimal, yaitu sebesar 20).
dengan nilai terbesar di Pemda nilai terbesar di Pemda
 Laporan Hasil Probity Audit yang Perhatikan:
dimaksud adalah pada tahap Perencanaan
s/d Pelaksanaan pekerjaan (utamakan - Ruang lingkup reviu dalam pencegahan
pada tahap perencanaan/ persiapan). korupsi;
- Kedalaman reviu;
Laporan yang dimaksud adalah laporan - Efektivitas hasil reviu untuk mendorong
kegiatan yang dilakukan pada tahun 2023 pencegahan korupsi.

Probity audit diprioritaskan


pada perencanaan atau persiapan.

8. Diperlukan pelaksanaan reviu oleh Reviu Dokumen Laporan Hasil Pelaksanaan: Verifikasi dan pemberian
APIP untuk mencegah terjadinya dalam rangka penilaian mempertimbangkan kedalaman
penyimpangan pencegahan 1. Reviu RKPD reviu yang telah dilakukan dan
atau penyalahgunaan korupsi 2. Reviu KUA PPAS efektivitas dalam mendorong
kewenangan dalam 3. Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pencegahan korupsi. Jika reviu tidak efektif
penyelenggaraan pemerintahan dalam mencegah korupsi
(LKPD) diberikan pengurang sesuai
dan pengelolaan keuangan daerah
4. Reviu SHS dan ASB professional judgement (tidak diberikan nilai
5. Reviu pelayanan publik: pendidikan, dan maksimal). Penilaian (Nilai Maksimal):
kesehatan; dana transfer 1. Reviu RKPD (10)
6. Reviu Bantuan Pemerintah Daerah (Bantuan 2. Reviu KUA PPAS (10)
Keuangan, Hibah, Bantuan Sosial) 3. Reviu Laporan Keuangan Pemerintah
7. Reviu tata kelola: Daerah (LKPD) (10)
a. PBJ 4. Reviu SHS dan ASB (10)
b. Perizinan dan non perizinan Pastikan Reviu SSH dan ASB juga
c. Manajemen ASN telah menindaklanjuti hasil penilaian
SPI dan mendorong upaya perbaikan
d. BMD, termasuk Reviu atas Rencana 5. Reviu pelayanan publik: pendidikan (5),
Kebutuhan BMD kesehatan (5), dana transfer (5)
e. Pajak daerah 6. Reviu Bantuan Pemerintah Daerah
(Bantuan Keuangan, Hibah, Bantuan

40
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Laporan yang dimaksud adalah laporan kegiatan Sosial) (15), masing-masing diberikan
yang dilakukan pada tahun 2023 nilai 5.
7. Reviu Tata Kelola (30)
Untuk nomor 7:
*) Diperlukan konsinyering untuk penyusunan
pedoman reviu oleh Inspektorat Daerah Dilaksanakan minimal 2 tahun sekali. Per
tahun dilakukan reviu tata kelola sebanyak 3
reviu. Nilai masing-masing reviu 10. Jika
Pemda melakukan reviu 3 atau lebih,
diberikan nilai maksimal 30.

1. Laporan Reviu Tata Kelola PBJ


Reviu Tata Kelola PBJ oleh Inspektorat
atas sebagaimana sub-indikator dalam
Area PBJ dan penajaman pencegahan
korupsi area PBJ, antara lain:
- Kapasitas SDM dan kelembagaan.
- Inovasi Pemda dalam pencegahan
pemecahan proyek melalui reviu
perencanaan PBJ, konsolidasi PBJ.
- Inovasi Pemda untuk transparansi
dan akuntabilitas PBJ melalui
penayangan SIRUP, input PBJ dalam
sistem, implementasi e-purchasing.
- Inovasi Pemda dalam upaya
pencegahan mark up melalui reviu
HPS.
- Reviu atas Implementasi
e- Purchasing.
- Audit IT Pengadaan Barang dan Jasa.
- Inovasi Pemda lainnya dalam
pencegahan korupsi PBJ.
- Tindak Lanjut Hasil Penilaian SPI.

Nilai maksimal 10 jika ruang lingkup reviu


telah memilih permasalahanan krusial
(bukan hanya sekedar pemenuhan
dokumen MCP saja) dan reviu telah

41
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

memberikan rekomendasi yang efektif


dalam mendorong perbaikan kepada
UKPBJ untuk melakukan pencegahan
korupsi.

2. Laporan Reviu Tata Kelola Perizinan dan


Non Perizinan
Reviu Tata Kelola oleh Inspektorat atas
layanan perizinan dan non perizinan
sebagaimana sub-indikator dalam Area
Perizinan:
- Ketersediaan RTRWP
dan/ atau RDTR.
- Upaya dalam pelaksanaan perizinan
terpadu satu pintu.
- Upaya transparansi dan akuntabilitas
layanan perizinan.
- Upaya memberikan
kemudahan perizinan.
- Pemberian layanan perizinan tanpa
praktik korupsi.
- Inovasi dan inisiasi Pemda dalam
pencegahan korupsi
pelayanan perizinan dan non
perizinan.
- Tindak Lanjut Hasil Penilaian SPI.

Nilai maksimal 10 jika ruang lingkup reviu


telah memilih permasalahanan krusial
(bukan hanya sekedar pemenuhan
dokumen MCP saja) dan reviu telah
memberikan rekomendasi yang efektif
dalam mendorong perbaikan kepada
DPMPTSP dan Dinas Teknis untuk
melakukan pencegahan korupsi dalam
memberikan layanan perizinan tanpa
korupsi.

42
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Laporan Reviu Manajemen ASN


Laporan Hasil Reviu Manajemen ASN
memuat sejumlah sub-indikator penting
antara lain:
- Implementasi sistem merit.
- Tata kelola ASN.
- Peningkatan integritas dan Kinerja
ASN.
- Evaluasi atas kesesuaian persyaratan
dalam proses promosi, rotasi, mutasi,
termasuk pengisian JPT.
- Upaya pencegahan korupsi dalam jual
beli jabatan serta hal lain yang
relevan
terkait pencegahan korupsi di area
manajemen ASN.
- Inovasi Pemda dalam upaya
pencegahan korupsi
terkait
manajemen ASN terutama jual beli
jabatan.
- Tindak Lanjut Hasil Penilaian SPI.

Nilai maksimal 10 jika ruang lingkup reviu


telah memilih permasalahanan krusial
(bukan hanya sekedar pemenuhan
dokumen MCP saja) dan reviu telah
memberikan rekomendasi yang efektif
dalam mendorong perbaikan kepada BKD
dan Perangkat Daerah terkait untuk
melakukan pencegahan korupsi dalam
melaksanakan manajemen ASN tanpa
praktik korupsi.

4. Laporan Reviu Tata Kelola BMD


Laporan Hasil Reviu Tata Kelola BMD oleh
inspektorat terhadap OPD terkait
kepatuhan pengelolaan
BMD sebagaimana
sub indicator di MCP, yaitu:
- Regulasi

43
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

- Pengamanan Administrasi BMD


- Pengamanan Fisik dan Hukum BMD
- Efektivitas Pakta Integritas BMD
- Penertiban BMD
- Pengendalian dan Pengawasan
- Inovasi Pemda dalam melakukan
pencegahan korupsi pengelolaan
BMD terutama penyalahgunaan BMD.
- Tindak Lanjut Hasil Penilaian SPI.

Nilai maksimal 10 jika ruang lingkup


reviu telah memilih permasalahanan
krusial (bukan hanya sekedar pemenuhan
dokumen MCP saja) dan reviu telah
memberikan rekomendasi yang efektif
dalam mendorong perbaikan kepada
BPKAD dan Perangkat Daerah terkait
untuk melakukan pencegahan korupsi
dalam melaksanakan pengelolaan BMD
tanpa praktik korupsi, terutama
mencegah kerugian keuangan negara
karena penyalahgunaan BMD.

5. Laporan Reviu Tata Kelola Pajak Daerah


Laporan hasil Reviu Tata Kelola Pajak
Daerah memuat:
- Kecukupan regulasi
- Penguatan database pajak
- Inovasi peningkatan pajak
- Capaian atas penagihan tunggakan
pajak dan peningkatan pajak
- Reviu atas cleansing pajak daerah
- Penegakan hukum atas pelanggaran
pajak daerah
- Inovasi Pemda dalam pencegahan
korupsi sektor penerimaan daerah.

44
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Nilai maksimal 10 jika ruang lingkup


reviu telah memilih permasalahanan
krusial (bukan hanya sekedar pemenuhan
dokumen MCP saja) dan reviu telah
memberikan rekomendasi yang efektif
dalam mendorong perbaikan kepada
Bapenda dan Perangkat Daerah terkait
untuk melakukan pencegahan korupsi
dalam melaksanakan optimalisasi PAD
tanpa praktik korupsi, terutama
mencegah kerugian keuangan negara.

9. Banyak pihak yang masih belum Sosialisasi 1. Laporan Pelaksanaan Sosialisasi Antikorupsi Pelaksanaan Sosialisasi
memahami tentang kebijakan Antikorupsi dengan sasaran: Pelaksanaan Sosialisasi kepada
antikorupsi. Perlu dilakukan - Legislatif yang melibatkan unsur: Ketua, 1. Legislatif (40)
sosialisasi untuk mengingatkan
kembali implementasi kebijakan Wakil Ketua, Anggota DPRD 2. Eksekutif (30)
antikorupsi di daerah. - Eksekutif yang melibatkan unsur: Kepala 3. Masyarakat (CSO, Pelaku Usaha, Media
OPD dan Jajaran sampai Kepala dan Massa, Masyarakat Umum) (30)
Perangkat Desa
- Masyarakat (CSO, Pelaku Usaha, Media Penilaian memperhatikan efektivitas
Massa, Masyarakat Umum) pelaksanaan sosialisasi, misalnya dengan
memastikan seluruh unsur telah dilibatkan
2. Daftar Hadir Pelaksanaan Sosialisasi dalam pelaksanaan sosialisasi dan frekuensi
3. Materi Sosialisasi pelaksanaan sosialisasi.
4. Laporan Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka
Pemberdayaan Penyuluh Anti Korupsi dalam
melakukan sosialisasi antikorupsi.
5. Rekap Pelaksanaan Sosialisasi Antikorupsi
selama tahun 2023: waktu pelaksanaan,
lokasi, unsur peserta, jumlah peserta,
pelaksana.
6. Evaluasi Pelaksanaan Sosialisasi.

Sosialisasi dilakukan oleh APIP (PP 72/2019


mengatur bahwa Inspektorat bertugas
melaksanakan tugas koordinasi pencegahan
korupsi di Pemda).

45
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Materi sosialisasi menyampaikan program


antikorupsi dan program pencegahan korupsi
daerah yang telah dilaksanakan Pemda:
1. Pengenalan Tindak Pidana Korupsi
2. Upaya/ program pemberantasan korupsi
daerah
3. Inovasi dalam pencegahan korupsi daerah
4. Capaian dan Evaluasi Indeks Pencegahan
Korupsi Daerah yang dilaporkan melalui
Monitoring Center for Prevention (MCP)
5. Pengelolaan dan Evaluasi Benturan
Kepentingan pada Pemerintah Daerah.

46
AREA 5: MANAJEMEN ASN

TITIK RAWAN KORUPSI/


NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1. Masih adanya praktik jual beli Sistem Merit Penilaian Sistem 1. Laporan Hasil Penilaian Mandiri Implementasi Penilaian memperhatikan:
jabatan dalam pengangkatan, Merit Sistem Merit 1. Laporan Penilaian Mandiri Implementasi
promosi, rotasi, mutasi ASN.
Sistem merit adalah salah satu 2. Tampilan tangkapan layar (screenshot) yang Sistem Merit – dinilai 10
kebijakan pemerintah yang menunjukan bahwa BKD/ BKPSDM telah 2. Hasil Penilaian KASN tentang Penilaian
mengurangi potensi praktik jual melakukan input data dalam rangka penilaian Sistem Merit:
beli jabatan mandiri ke aplikasi penilaian mandiri sistem
merit (Sipinter). Buruk (100-174) = 0
3. Dokumen Hasil Penilaian KASN tentang Kurang (175-249) = 40
Implementasi Sistem Merit Baik (250-324) = 65
Sangat Baik (325-400) = 90

2. Belum selesainya evaluasi jabatan Tata Kelola ASN Evaluasi Jabatan 1. Rekapitulasi OPD yang telah dan belum 1. Evaluasi Jabatan selesai (50)
pada instansi mengakibatkan menyelesaikan skor evaluasi jabatan (untuk Penilaian ini diberikan jika Pemda sudah
penempatan ASN tidak sesuai Pemda yang belum menyelesaikan Evaluasi
kompetensi, dapat diatur secara Jabatan) menyampaikan:
subjektif, dan menjadi modus 2. Rekapitulasi Nilai dan Kelas Jabatan seluruh  Rekapitulasi OPD yang telah dan
belum menyelesaikan skor evaluasi
penyuapan/ gratifikasi OPD – (d/h Format sesuai KemenPAN RB) jabatan
3. Peta Jabatan seluruh OPD – (d/h Format sesuai  Rekapitulasi Nilai dan Kelas Jabatan
KemenPAN RB) seluruh OPD
4. Surat Penyerahan Hasil Evaluasi/Kelas Jabatan
kepada Kemendagri (d/h KemenPAN RB) yang  Peta Jabatan seluruh OPD
ditandatangani Sekda
5. Bukti Pengiriman/ Tanda Terima Surat Jika belum ada ketiga dokumen tersebut,
Penyerahan Hasil Evaluasi Jabatan kepada maka Evaluasi Jabatan dianggap belum
Kemendagri (d/h KemenPAN RB)  Saat ini selesai
Pemda input lewat SIMONA Jika Evaluasi Jabatan belum selesai, maka
6. Surat persetujuan Kemendagri terkait Hasil penghitungannya:
Validasi Evaluasi/ Kelas Jabatan Jumlah OPD yang sudah
7. Daftar Penyederhanaan Struktur Organisasi selesai
dan Penyetaraan Jabatan di Pemerintah dibandingkan jumlah OPD seluruhnya
Daerah dikalikan 50
2. Evaluasi Jabatan disampaikan kepada
Catatan: Kemendagri (d/h KemenPAN RB) untuk
 Perubahan evajab disesuaikan berdasarkan divalidasi (aplikasi SIMONA) (25)
struktur organisasi. Jika struktur organisasi 3. Evaluasi Jabatan divalidasi
pemda berubah maka Evajab perlu
disesuaikan. oleh Kemendagri (d/h KemenPAN
RB) (25)

47
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

 Jika struktur organisasi berubah, maka


penilaian evajab dilakukan berdasarkan
struktur organisasi yang berlaku, bukan yang
lama.
 Perubahan evajab disesuaikan berdasarkan
struktur organisasi terkini. Struktur
Organisasi Pemda mengacu dalam rangka
Penyederhanaan dan Penyetaraan Birokrasi
(Permenpan 7 Tahun 2022).

3. 1. Pada beberapa proses Pelaksanaan Evaluasi Promosi, Rotasi, dan Mutasi ASN Evaluasi Promosi, Rotasi, dan Mutasi ASN
promosi/rotasi/mutasi Pengisian Jabatan 1. Dokumen rencana Kebutuhan dan Pemenuhan (50)
seringkali terjadi ASN untuk 5 tahun kedepan berdasarkan
karena berdasarkan 1. Laporan Pelaksanaan Promosi, Rotasi,
ANJAB ABK yang disusun berdasarkan jumlah,
permintaan pangkat, dan kualifikasi pegawai yang ada dan Mutasi ASN diberikan selama tahun
subjektif kuasa tertentu. Hal dengan mempertimbangkan pegawai yang berjalan, nilai 20.
ini menjadi awal terjadinya akan pensiun dan pindah. Perlu dilakukan pendalaman
penyuapan/ gratifikasi. 2. Laporan BKD/ BKPSDM atas pelaksanan atas laporan.
2. Proses pengisian jabatan Pengadaan Pegawai secara Terbuka dan
seringkali masih kurang Jika Pengadaan, Promosi, Rotasi, dan
Kompetitif dari Jalur CPNS, PPPK dan PNS dari Mutasi ASN tidak sesuai dengan
transparan. Pada akhirnya Instansi Lain serta Promosi, Rotasi, Mutasi ASN
praktik penyuapan dan (Laporan dengan memberikan penjelasan a.l perencanaan atau kriteria maka
gratifikasi dilakukan. berapa kali pemda melakukan pengadaan diberikan nilai pengurang.
pegawai, promosi, rotasi, mutasi ASN selama 2. Tindak Lanjut Rekomendasi Reviu
tahun berjalan) Manajemen ASN. Jika terdapat Laporan
Tindak Lanjut atas Rekomendasi Reviu
3. Laporan Reviu Manajemen ASN tahun berjalan Manajemen ASN maka diberikan nilai
oleh Inspektorat maksimal 20.
4. Laporan Tindak Lanjut atas Rekomendasi Penilaian secara proporsional berapa
Reviu Manajemen ASN yang dilakukan oleh rekomendasi yang telah ditindaklanjuti
Inspektorat. dibandingkan rekomendasi seluruhnya
5. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan dikalikan 20.
terkait pelaksanaan promosi, rotasi, mutasi 3. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan
ASN. terkait pelaksanaan promosi, rotasi,
mutasi ASN (10).

48
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

Pelaksanaan Pengisian JPT melalui Seleksi Pelaksanaan Pengisian JPT melalui


Terbuka Seleksi Terbuka (50)
1. Laporan Pelaksanaan Pengisian JPT melalui 1. Laporan Pelaksanaan Pengisian JPT
Seleksi Terbuka (yang mencakup Tanggal melalui Seleksi Terbuka dan Tangkap
Pelaksanakan, SK Tim Ujikom/Pansel, Hasil Layar Sistem Informasi Jabatan
Seleksi, dll) Pimpinan Tinggi (SIJAPTI) (20)
2. Tangkap Layar Sistem Informasi Jabatan 2. Berita Acara Tim Penilai Kinerja/
Pimpinan Tinggi (SIJAPTI) Baperjakat beserta
dokumen pendukungnya (20)
3. Berita Acara Tim Penilai Kinerja/ Baperjakat
3. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan
beserta dokumen pendukungnya.
4. Laporan Evaluasi Benturan Kepentingan terkait pelaksanaan Seleksi Jabatan
terkait pelaksanaan Seleksi Jabatan Pimpinan Pimpinan Tinggi (10).
Tinggi.
Penilaian memperhatikan:
Ada berapa Pengisian JPT selama tahun
Catatan: 2023, dan berapa yang dilakukan melalui
seleksi terbuka.
Laporan yang disampaikan untuk pelaksanaan Jika tidak seluruh pengisian JPT dilakukan
tahun 2023 secara terbuka maka diberikan nilai
pengurang,

4. Belum adanya sistem informasi Sistem Informasi 1. Dokumen yang menjelaskan upaya Pemda 1. Database Kepegawaian (20)
kepegawaian yang baik, sehingga Kepegawaian dalam melakukan update database Pemda melakukan update database
tidak ada data pemetaan profile kepegawaian secara berkala. Misalnya
ASN yang seharusnya bermanfaat kenaikan pangkat, ketika ASN pensiun apakah kepegawaian secara berkala.
dalam penempatan ASN. Pada sudah difasilitasi Pemda secara otomatis, dst. 2. Absensi elektronik (20)
akhirnya penempatan pegawai Dan seluruh database telah dilakukan Jika sudah ada absensi elektronik maka
bersifat subjektif. digitalisasi. diberikan nilai 30.
Database kepegawaian ASN diupdate melalui 3. Aplikasi Penilaian Kinerja (40)
aplikasi SIMPEGNAS. Apabila sudah ada aplikasi penilaian
2. Tampilan tangkapan layar (screenshot) Sistem Kinerja yang telah dimanfaatkan
absensi pegawai secara elektronik; diberikan nilai 50.
3. Tampilan tangkapan layar 4. Integrasi Absensi Elektronik dengan
(screenshoot) Aplikasi Penilaian Kinerja (20)
aplikasi penilaian kinerja yang Jika aplikasi penilaian kinerja sudah
sudah memenuhi unsur: terintegrasi dengan absensi maka
a. Laporan aktivitas harian ASN diberikan nilai 20.
b. Verifikasi atas aktivitas harian oleh
atasan langsung
49
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

c. Adanya sasaran dan realisasi/ capaian


kinerja sebagai pengukuran penilaian
kinerja
4. Screenshoot aplikasi penilaian kinerja yang
menunjukkan sudah terintegrasi dengan
absensi elektronik.

5. Penghasilan ASN yang rendah Peningkatan Tambahan 1. Penjelasan yang berupa simulasi bahwa 1. TPP Berdasarkan Penilaian Kinerja
menjadikan pembenaran untuk Integritas Penghasilan besaran nilai TPP dihitung berdasarkan nilai (50)
melakukan tindakan dan Pegawai dan kelas jabatan serta memperhatikan beban Jika TPP diberikan berdasarkan penilaian
koruptif. Perlukebijakan Kinerja ASN kerja, resiko kerja, lokasi kerja, manajerial, dst kinerja:
untuk 2. Penjelasan yang berupa simulasi pencairan  TPP diberikan berdasarkan kehadiran
memberikan penambahan TPP dihitung berdasarkan: kehadiran, aktivitas diberikan nilai 10
gaji harian, dan capaian kinerja ASN  TPP diberikan berdasarkan aktivitas
ASN dalam rangka meminimalkan 3. Pasal dalam Perkada Tambahan Penghasilan yang disetujui atasan maka diberikan
risiko korupsi Pemda. Pegawai yang sudah mengakomodir kewajiban nilai 20
pelaporan LHKPN, Gratifikasi, BMD, TPTGR  TPP diberikan berdasarkan penilaian
dalam pemberian/ pencairan TPP kinerja (ada target, sasaran, dan
capaian kinerja ASN sebagai
pengukuran penilaian kinerja) maka
diberikan nilai 20
Jika memenuhi ketiganya maka diberikan
nilai 50

2. Pemenuhan Kewajiban (50)


Jika Perkada TPP telah mengatur
pemberian sanksi terkait dengan
kepatuhan pelaporan LHKPN, Gratifikasi,
penguasaan BMD, tindak lanjut TPTGR
dalam pemberian/ pembayaran TPP
maka diberikan nilai 50.

6. Tidak ada penilaian Kinerja Manajemen 1. Dokumen Perjanjian Kinerja/ 1. Dokumen Perjanjian Kinerja/ Penetapan
kepada ASN. Dalam rangka Kinerja Individu Penetapan Kinerja (untuk JPT) Kinerja (untuk JPT) – 25
meningkatkan produktivitas ASN
perlu adanya manajemen kinerja 2. SKP Pegawai mulai dari pucuk pimpinan 2. SKP Pegawai mulai dari pucuk pimpinan
sehingga memetakan ASN yang 3. Hasil penilaian kinerja (tahunan) (contoh pada setiap tingkatan jabatan
berkinerja baik serta memotivasi 4. Laporan penilaian kinerja instansi (tahunan) mewakili Eselon I, II, III sampai dengan
ASN untuk berkinerja baik. pelaksana) - 25
3. Hasil penilaian kinerja (tahunan) – 25

50
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

4. Laporanpenilaian kinerja instansi


(tahunan) – 25
7. Pelanggaran ASN yang tidak Penegakan Kode 1. Media pengaduan kode etik dan pelanggaran 1. Media/saluran pengaduan – (30)
dilakukan upaya hukuman pada Etik pegawai (media pangaduan bisa berdiri 2. Laporan pelanggaran kode etik – (30)
akhirnya menimbulkan respon sendiri atau digabung dengan media
permissive bagi ASN lain. pengaduan lainnya yang sudah digunakan 3. Laporan tindak lanjut atas pelanggaran
Diperlukan penegakan kode etik oleh Pemda). kode etik pegawai – 40
untuk memberikan efek jera. 2. Laporan pelanggaran kode etik oleh pegawai. Penilaian lebih ditekankan
3. Tindak lanjut pada
laporan pelanggaran/pemrosesan laporan efektivitas.
atas pelanggaran kode etik pegawai. Jika penegakan kode etik dinilai tidak
efektif maka dapat diberikan penilaian
Mengingat kerahasiaan, maka identitas pelapor secara proporsional (nilai berkurang)
dan pelanggar dapat dirahasiakan.

8. Deteksi tindak pidana korupsi Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan (50)


salah satunya adalah melalui LHKPN 1. Kepatuhan Pelaporan LHKPN Eksekutif Penilaian mempertimbangkan:
transparansi harta dan kekayaan
ASN. Dalam implementasinya, 2. Kepatuhan Pelaporan LHKPN Legislatif  Kepatuhan Eksekutif (20)
tidak seluruh Penyelenggara 3. Kepatuhan Pelaporan LHKPN BUMD (jika  Kepatuhan Legislatif (20)
Negara dan Wajib Lapor LHKPN ada)  Kepatuhan BUMD (10)
patuh terhadap ketentuan ini.
Perluasan Wajib Lapor Jika Pemda tidak memiliki BUMD maka bobot
Perkada Wajib Lapor yang memuat perluasan menjadi masing-masing 50% untuk eksekutif
wajib lapor untuk: dan legislatif
4. Staf Khusus 1. Kepatuhan Eksekutif
5. Ajudan  Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
jumlah wajib lapor seluruhnya
6. Kepala Desa dikalikan 40%
 Jika kepatuhan eksekutif 100% maka
Referensi: hanya akan mendapatkan nilai 40%
PermenPAN RB 2. Kepatuhan Legislatif
 Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
jumlah wajib lapor seluruhnya
dikalikan 40%
 Jika kepatuhan legislatif 100% maka
hanya akan mendapatkan nilai 40%

51
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Kepatuhan BUMD
 Jumlah yang sudah lapor dibandingkan
jumlah wajib lapor seluruhnya
dikalikan 20%
 Jika kepatuhan BUMD 100% maka
hanya akan mendapatkan nilai 20%
Perluasan (50)
Provinsi/ Kota
4. Staf Khusus (25)
5. Ajudan (25)

Kabupaten/ Kota (Ada Dana Desa)


6. Staf Khusus (15)
7. Ajudan (15)
8. Kepala Desa (20)

52
AREA 6: OPTIMALISASI PAJAK DAERAH

TITIK RAWAN KORUPSI/


NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1 Database pajak daerah tidak Penguatan Database Pajak Screenshoot sistem/aplikasi database per jenis Pengelolaan Database - 30
diupdate secara berkala, tidak Database Pajak mata pajak yang menunjukkan pengelolaan Manual atau Berbasis elektronifikasi/
memetakan potensi pajak sesuai Daerah database pajak secara elektronik.
kondisi yang sebenarnya. Hal ini Terintegrasi aplikasi.
berpotensi/ Catatan:
mengakibatkan kerugian Berdasarkan UU Hubungan Keuangan Pusat dan Cara pengukurannya:
Daerah, maka Pajak Hotel Restoran Hiburan Mata Pajak Berbasis Elektronifikasi dibagi
keuangan negara jumlah jenis pajak yang dikelola (Provinsi –
Parkir dan Penerangan Jalan digabungkan
menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu. Hal ini minimal 3 mata pajak, Kabupaten Kota -
disinergikan dengan penyesuaian Perda Pajak minimal 3 mata pajak
Daerah.

Pemda tidak melakukan upaya 1. Screenshoot sistem/aplikasi database pajak Substansi Database - 70
yang bersungguh-sungguh dalam AKTUAL dan POTENSIAL, memuat: 1. Jika sebagian database Pajak masih manual
meningkatkan pajak daerah. maka nilai maksimal 30 (profesional
Target pajak daerah tidak  Identitas WP/ WAPU meliputi: NPWPD, judgement)
ditetapkan berdasarkan potensi Nama, alamat dll. 2. Jika Pemda memiliki database pajak Aktual
pajak daerah yang sebenarnya  Data objek pajak meliputi nama, alamat, dan Potensial, maka nilainya 30
kepengurusan usaha dll. 3. Jika database pajak Aktual dan Potensial
 Data besaran kewajiban pajak dan
mutasinya (saldo awal, penambahan/ selalu dimutakhirkan, maka nilainya, maka
pengurangan, saldo akhir) serta informasi niilainya 40
lainnya. 4. Jika database pajak Aktual dan Potensial
 Data catatan reputasi kepatuhan memiliki berbagai tampilan menu dan
perpajakan analisis informasi yang bisa disediakan
 Data pajak yang terintegrasi dengan data untuk bahan pertimbangan dalam
perizinan (data izin yang dikeluarkan oleh
DPMPTSP diberikan pengambilan keputusan, maka nilainya 50
kepada Bapenda/BPKAD sebagai data 5. Jika database pajak telah terintegrasi
potensi pajak) dengan unit terkait keuangan daerah
dengan perijinan, maka nilainya 60
6. Jika database pajak telah terintegrasi
dengan dengan unit terkait keuangan
2. Data-data pajak AKTUAL dan POTENSIAL daerah, perijinan,
yang lengkap, akurat dan informatif pengendalian, pengawasan dan penertiban,
tersimpan dalam sistem/aplikasi database maka nilainya 70.
pajak
3. Bukti berupa data, catatan dan informasi
mengenai reputasi/kepatuhan Wajib Pajak

53
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

yang mudah ditelusuri dan kapan data


dimutakhirkan
4. Bukti berbagai tampilan menu dan analisis
informasi yang bisa disediakan untuk bahan
pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
5. Bukti bahwa system/aplikasi telah
terintegrasi dengan unit terkait keuangan
daerah, perijinan, pengendalian,
pengawasan dan penertiban.

2. Database tunggakan pajak tidak Database 1. Screenshoot sistem/aplikasi database pajak Data Tunggakan Pajak (50)
dilakukan evaluasi. Semakin Tunggakan Pajak yang memuat TUNGGAKAN pada masing-
lama akan menjadi tunggakan masing mata pajak  Jika ada data tunggakan pajak maka
pajak. Pada akhirnya akan 2. Data-data TUNGGAKAN pajak yang diberikan nilai 50
dihapuskan dan menimbulkan lengkap, akurat (selalu dimutakhirkan) dan  Jika tidak ada data tunggakan pajak
potensi kerugian keuangan informatif tersimpan dalam sistem/aplikasi diberikan nilai 0
negara database pajak
3. Bukti bahwa data pajak selalu Laporan Hasil Cleansing Data Pajak Daerah
dimutakhirkan dan Pengawasan Cleansing Data Pajak oleh
4. Bukti bahwa database Tunggakan pajak Inspektorat (50)
memiliki berbagai tampilan menu dan
analisis informasi yang bisa disediakan
untuk bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
5. Bukti bahwa database Tunggakan pajak
telah terintegrasi dengan unit terkait
keuangan daerah, perijinan, pengendalian,
pengawasan dan penertiban.
6. Laporan Hasil Cleansing Data Pajak Daerah
dan Pengawasan Cleansing Data Pajak oleh
Inspektorat (dapat menjadi bagian dari
Reviu Tata Kelola Optimalisasi Pajak
Daerah).

54
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Pemda tidak melakukan upaya Inovasi Implementasi 1. Laporan yang menunjukkan implementasi 1. Laporan Inovasi Pajak (50)
dan inovasi untuk peningkatan Peningkatan Inovasi inovasi pajak daerah, misalnya: 2. Efektivitas Upaya Inovasi Pajak (50)
pajak daerah sehingga tidak ada Pajak Daerah Pajak Daerah
upaya atas penghindaran pajak - Pemasangan alat rekam pajak Jika inovasi memberikan dampak
daerah oleh Wajib Pajak. Hal ini - Update NJOP peningkatan pajak daerah secara
mengakibatkan - Penertiban Pajak MBLB signifikan (min 50% dari capaian pajak
kerugian keuangan negara tahun sebelumnya pada mata pajak yang
- Inovasi dalam optimalisasi PKB dan diimplementasikan inovasi) maka
PBBKB, diberikan nilai 50.
- Cleansing data pajak, dst. Jika meningkatkan pajak 40% maka
2. Upaya lainnya terkait dengan inovasi dalam diberikan nilai 50 dst.
rangka upaya peningkatan pajak dan Jika tidak memberikan
penjelasan efektivitas inovasi dalam dampak
mendorong optimalisasi pajak. peningkatan pajak maka tidak diberikan
nilai.

4. Pemda tidak melakukan upaya Capaian 1. Capaian pajak tahun sebelumnya % capaian pajak daerah dibandingkan dengan
serius dalam meningkatkan Peningkatan Pajak 2. Target peningkatan pajak tahun berjalan targetnya
pajak daerah. Target pajak
daerah tidak ditetapkan Daerah
berdasarkan potensi pajak
daerah yang sebenarnya.

5. Pemda tidak melakukan Capaian 1. Laporan upaya penagihan pajak daerah % Realisasi hasil penagihan
penagihan pajak daerah karena Hasil Penagihan 2. Capaian realisasi hasil penagihan pajak pajak dibandingkan dengan total tunggakan
ada konflik kepentingan. Hal ini Tunggakan
berpotensi/ Pajak daerah pajak
mengakibatkan kerugian
keuangan negara

6. Tidak dilakukan pengawasan Pengendalian Pengawasan dan 1. SOP pengawasan dan Pemeriksaan Pajak Laporan pelaksanaan dan hasil pengawasan
dana pemeriksaan pajak. dan Pengawasan Pemeriksaan Pajak Daerah dan pemeriksaan pajak daerah (30)
Pembiaran Daerah 2. Laporan pelaksanaan dan hasil pengawasan Efektivitas pengawasan dan pemeriksaan
mengakibatkan kerugian dan pemeriksaan pajak daerah, antara lain pajak daerah (70)
keuangan negara mencakup (tidak terbatas) pada: Efektivitas dinilai berdasarkan:
a. Data Wajib Pajak yang perlu ditertibkan
b. Upaya pengawasan dan pemeriksaan, - Pengawasan dan pemeriksaan pajak
antara lain melalui sidak/ kunjungan mampu meningkatkan pajak/ menagih
lapangan, pemeriksaan WP, dst tunggakan pajak
c. Pemberian sanksi kepada Wajib Pajak - Pemberian sanksi kepada WP yang
yang melanggar ketentuan melanggar ketentuan pajak.
d. Kendala, hambatan, evaluasi
55
TITIK RAWAN KORUPSI/
NO PERMASALAHAN INDIKATOR SUB INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Rekapitulasi Pengaduan Masyarakat terkait


dengan Pajak Daerah serta Tindak Lanjutnya

7. Reviu inspektorat Tindak 1. Hasil reviu % Tindak Lanjut reviu optimalisasi pajak
tidak ditindaklanjuti oleh Lanjut Reviu 2. Rekomendasi dan tindak lanjut daerah
Bapenda. Beberapa hasil reviu
berpotensi kerugian keuangan 3. % TL hasil reviu
negara

56
AREA 7: PENGELOLAAN BMD

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1. BMD yang tidak tercatat Pengamanan Database BMD Screenshoot aplikasi yang menunjukan bahwa  Keberadaan Aplikasi (30%)
berpotensi penyalahgunan BMD database BMD telah tersedia secara elektronik
yang kemudian berakibat kerugian Administrasi berdasarkan klasifikasi BMD - Jika Pemda belum memiliki aplikasi
keuangan negara BMD 1. Tanah; penatausahaan BMD, BMD dicatat secara
2. Peralatan dan Mesin; manual maka diberikan nilai 12%
3. Gedung dan Bangunan; - Jika Pemda sudah memiliki aplikasi
4. Jalan, Jaringan, dan Irigasi; penatausahaan BMD diberikan nilai 30%
5. Aset Tetap Lainnya;  Kesesuaian Aplikasi
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan; dan dengan Permendagri 108/2016 (20%)
7. Akumulasi penyusutan. - Tidak sesuai 0%
- Sesuai 20%
Jika belum ada aplikasi maka
tidak diberikan nilai.
 Efektivitas (50%)
Jika aplikasi penatausahaan BMD sudah
efektif diimplementasikan
dan menghasilkan output sesuai klasifikasi
BMD asset tetap (7 klasifikasi) diberikan
nilai:
- Tanah (8%)
- Peralatan dan Mesin (7%)
- Gedung dan Bangunan (7%)
- Jalan, Jaringan, dan Irigasi (7%)
- Aset Tetap Lainnya (7%)
- Konstruksi dalam Pengerjaan (7%)
- Akumulasi Penyusutan (7%)
Jika dinilai tidak efektif maka diberikan nilai
pengurang.
Tidak efektif apabila tidak dapat diyakini
seluruh BMD telah masuk ke dalam aplikasi
penatausahaan BMD.
Jika belum ada aplikasi penatusahaan BMD
maka tidak diberikan nilai.

Total Nilai maksimal 100%

57
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

2. Kurang optimalnya koordinasi Rekonsiliasi dan 1. Jumlah SKPD dan Rekap Pelaksanaan Rekonsiliasi BMD (50)
antara BPKAD dengan OPD Teknis Inventarisasi Rekonsiliasi dan Inventarisasi BMD Terdapat 3 pelaksanaan rekonsiliasi pada
sehingga mengakibatkan BMD BMD
tidak tercatat. Oleh karena itu, 2. Adanya Berita Acara Rekonsiliasi (dibuatkan periode tahun berjalan
diperlukan rekonsiliasi antara OPD Daftar berita acara hasil rekonsiliasi dengan - Rekonsilisasi antara pengurus
dengan BPKAD dalam rangka rincian: barang
mendorong pencatatan BMD a. Rekonsiliasi antara pengurus barang pengguna dengan pelaksana fungsi
termasuk bagaimana melakukan dengan pelaksana akuntansi di SKPD akuntansi pada pengguna barang (OPD)
pengecekan apakah fisiknya masih paling sedikit 6 bulan sekali atau setiap paling sedikit 6 bulan sekali dalam periode
ada dan siapa yang menguasai semester dalam periode tahun berjalan; tahun berjalan, diberikan nilai 20
secara fisik. Data ini dapat (Bukti Berita Acara) - Rekonsiliasi pengurus barang Pengguna
dimanfaatkan untuk melakukan b. Rekonsiliasi pengurus barang dengan dengan Pengurus Barang Pengelola paling
identifikasi BMD yang digunakan Bidang Aset paling sedikit 3 bulan sekali
oleh pihak yang tidak sedikit 3 bulan sekali dalam periode tahun
dalam periode tahun berjalan (Bukti
berkepentingan. Berita Acara) berjalan, diberikan nilai 20
c. Rekonsiliasi antara bidang asset dengan - Rekonsiliasi antara Pengurus Barang
BMD tidak dilakukan pengawasan bidang akuntansi setahun 2 kali. (Bukti Pengelola dengan Pelaksana Fungsi
dengan baik sehingga secara fisik Berita Acara) Akuntansi yang menyusun Laporan
dikuasai oleh pihak yang tidak Keuangan Pemda paling sedikit setahun 2
berhak. Perlu pendataan BMD kali (Bukti Berita Acara), diberikan nilai 10
yang telah disalahgunakan dan/
atau berpotensi disalahgunakan Penilaian diberikan secara profesional
oleh pihak yang tidak berhak judgement. Diberikan pengurang jika tidak
untuk kemudian dilakukan upaya dilaksanakan sesuai dengan timeline di atas,
penertiban bersama KPK atau rekonsiliasi dinilai tidak efektif.

Rekonsiliasi dilakukan dengan hasil, misalnya


jika jumlah OPD 30, maka BA- Rekonsiliasi
antara pengurus penguna barang dengan
fungsi- akuntansi pengguna barang sebanyak
60, jika kurang maka diberikan penilaian
secara proposional.

58
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

LHI (Laporan Hasil Inventarisasi) BMD dalam 5 Inventarisasi BMD (50)


tahun terakhir yang terdiri dari: Jika sudah dilakukan inventarisasi aset
1. Rekapitulasi BMD hilang karena kecurian; berupa salah satu di antaranya:
2. Rekapitulasi BMD hilang tidak ditemukan; 1. tanah;
3. Rekapitulasi BMD belum dikapitalisasi dan 2. peralatan dan mesin;
diketahui data awal/ data induknya; 3. gedung dan bangunan;
4. Rekapitulasi BMD belum dikapitalisasi dan 4. jalan, jaringan dan irigasi;
tidak diketahui data awal/ data induknya; 5. Aset Tetap lainnya;
5. Rekapitulasi BMD digunakan oleh pegawai 6. Aset tidak berwujud.
Pemerintah Daerah
yang Laporan hasil inventarisasi diberikan nilai 50.
bersangkutan;
6. Rekapitulasi BMD digunakan Output tersebut jika dilakukan mulai tahun
oleh pemerintah 2022, jika sebelum tahun 2022 yang jadi
pusat/Pemerintah Daerah output adalah dokumen hasil inventarisasi.
lainnya/Pihak Lain;
7. Rekapitulasi BMD terjadi perubahan fisik
barang;
8. Rekapitulasi BMD terkait perubahan data;
9. Rekapitulasi BMD tercatat ganda;
10. Rekapitulasi BMD dibangun di atas tanah
bukan milik Pemerintah Daerah;

Laporan Hasil Inventarisasi tersebut dalam


bentuk rekapitulasi tidak harus semua ada
tergantung kasus Pemerintah Daerah masing-
masing.
3. Pemda tidak memiliki kemauan Pengamanan Pendanaan Pendanaan Pendanaan (40)
kuat untuk sertifikasi BMD. Hal ini Fisik dan Hukum dan Sertifikasi 1. Timeline, target, dan anggaran sertifikasi Timeline, target, anggaran sampai dengan
mengakibatkan banyaknya BMD
dikuasai oleh pihak yang tidak BMD BMD sampai dengan tahun 2025. 2025 (selesai di tahun 2025) (20)
berhak. Pada akhirnya, BMD yang 2. Dokumen APBD terkait jumlah anggaran % realisasi target dan anggaran selama tahun
dikuasai oleh pihak yang tidak dalam rangka pensertifikatan BMD-Tanah berjalan (20)
berhak mengakibatkan kerugian (tahun berjalan)
keuangan negara. 3. Dokumen terkait jumlah bidang asset yang Capaian Sertifikasi (60)
telah didaftarkan kepada BPN % BMD (Tanah) Bersertifikat dibandingkan
dengan jumlah aset seluruhnya.
Capaian Sertifikasi
Data Jumlah BMD (Tanah) Seluruhnya dan
Jumlah BMD (Tanah) Bersertifikat 59
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

4. BMD tidak diamankan secara fisik Penguasaan Fisik Penguasaan Fisik BMD Tanah BMD Tanah (50)
sehingga rawan dikuasai pihak BMD 1. Total Daftar Bidang Tanah Jumlah Bidang Tanah yang dikuasai oleh
ketiga. Akibatnya, BMD dikuasai Pemda dibandingkan dengan total bidang
oleh pihak ketiga 2. Daftar Bidang tanah dikuasai oleh pihak yang
tanah dikali 50%
tidak berhak.

Penguasaan Fisik BMD Kendaraan BMD Kendaraan (50)


1. Total Daftar kendaraan (roda 4 atau lebih dan Total Jumlah kendaraan (roda 4 atau lebih
alat berat) dan alat berat, termasuk alat transportasi air
bermesin misalnya perahu yang bermesin,
2. Daftar Kendaraan yang dikuasai oleh pihak kapal, jestski, dst) yang dikuasai oleh Pemda
yang tidak berhak dikurangi yang dikuasai pihak yang tidak
berhak dibandingkan dengan total Total unit
kendaraan (roda 4 atau lebih dan alat berat)
dikalikan 50%

X = (T – Tk)/T x 50%
T=Total Kendaraan
Tk=Total Kendaraan dikuasai yang tidak
berhak

5. Kewajiban PSU tidak dipatuhi oleh Penertiban BMD Penertiban PSU/ Penertiban PSU Database Penertiban PSU/ BMD Dikuasai
pengembang. Masyarakat tidak BMD 1. Daftar/Rekapitulasi Pihak Ketiga/ BMD P3D/ Pemekaran (20)
mendapatkan PSU yang layak. Dikuasai Pemegang SIPPT/IPPT/IPPR yang ada
kewajiban penyerahan PSU ke Pemda.
Pihak Capaian Penertiban Penertiban PSU/ BMD
2. Daftar Perumahan yang PSU-nya sudah jatuh
Ketiga/ Dikuasai Pihak Ketiga/ BMD P3D/ Pemekaran
tempo untuk diserahkan ke Pemda.
BMD (80)
3. Target Penertiban PSU perumahan Tahun
P3D/ Diberikan nilai apabila telah berhasil
Berjalan.
Pemekaran dilakukan penertiban
4. Daftar Realisasi BAST PSU pada tahun Diperhitungkan dengan memperhitungkan
berjalan. total yang berhasil ditertibkan dibandingkan
5. Daftar/rekapitulasi realisasi PSU yang sudah dengan database BMD dan/ atau PSU yang
diserahkan. perlu ditertibkan.

BMD yang dikuasai oleh pihak Realisasi BAST tidak terbatas pada dokumen
Penertiban BMD Dikuasai Pihak Ketiga BAST tetapi termasuk bukti lain yang
ketiga seringkali dibiarkan oleh 1. Daftar/Rekapitulasi BMD-Tanah dan
Pemda. Hal ini berpotensi/ disamakan dengan BAST misalnya
Kendaraan (roda 4 atau lebih dan alat berat) penyerahan PSU oleh masyarakat.
mengakibatkan kerugian keuangan yang dikuasai oleh orang/pihak yang tidak
negara. berhak, dilengkapi dengan:

60
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

- Nama dan Lokasi aset


- Luas dan nilai aset
- Hak Perolehan Aset
- Pihak ketiga yang menguasai aset
- Kronologis permasalahan

2. Daftar BMD – tanah yang dikuasai pihak


ketiga yang berhasil dikuasai kembali oleh
Pemda
3. Kendaraan (roda 4 atau lebih dan alat berat)
yang dikuasai pihak ketiga yang berhasil
dikuasai kembali oleh Pemda
BMD P3D dan/ atau pemekaran Penertiban BMD P3D/ Pemekaran
wilayah yang tidak ditertibkan 1. Database/Data BMD P3D/Pemekaran:
mengakibatkan tidak tercatat dan
akhirnya  Daftar/Rekapitulasi BMD yang masih ada
berpotensi/ mengakibatkan permasalahan karena P3D atau
dikuasai oleh Pemekaran, dilengkapi dengan:
pihak ketiga - Nama dan lokasi aset
- Luas dan nilai aset
- Hak Perolehan Aset
- Kronologis permasalahan
- Progress Penertiban/ Penyerahan
2. BAST BMD tahun berjalan karena P3D atau
pemekaran
Aset tumpang tindih dengan pihak Penertiban asset Tumpang Tindih Aset
lain yang tidak ditertibkan dengan Pihak Lain
mengakibatkan tidak tercatat dan
akhirnya 1. Database/Data BMD Tumpang tindih:
berpotensi/ mengakibatkan  Daftar/Rekapitulasi BMD yang tumpang
dikuasai oleh pihak ketiga tindih:
- Nama dan Lokasi aset
- Luas dan nilai aset
- Hak Perolehan Aset
- Kronologis permasalahan
- Progress Penertiban

2. BAST BMD tahun berjalan karena Tumpang


Tindih dengan pihak lain

61
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

6. Keterlambatan respon Pengendalian Tindak Lanjut 1. Laporan Hasil Reviu Tata Kelola BMD oleh Presentase tindaklanjut – 100
atas temuan hasil audit Inpektorat dan Pengawasan Reviu Tata Kelola inspektorat terhadap OPD terkait kepatuhan Perbandingan antara tindaklanjut dengan
BMD pengelolaan BMD terhadap regulasi total rekomendasi
pengelolaan BMD dengan ruang lingkup (maksimal 100)
minimal 4 area meliputi indicator di MCP,
yaitu: Laporan hasil Reviu tata kelola dilakukan
- Regulasi pada 2 tahun terakhir (2022-2023). Jika tidak
- Pengamanan Administrasi BMD ada laporan Reviu tata kelola pada 2 tahun
- Pengamanan Fisik dan hukum BMD,dan terakhir maka tidak dapat diberikan nilai.
- Penertiban BMD

2. Laporan tindaklanjut atas hasil rekomendasi


yang diberikan inspektorat
3. Berita Acara Tindaklanjut Reviu Tata Kelola
BMD

7. Pegawai menggunakan fasilitas Penyalahgunaan 1. Pakta Integritas Pemanfaatan BMD. 1. Pakta Integritas Pemanfaatan BMD (40)
kantor untuk kepentingan Pribadi BMD 2. Dokumentasi dan materi Sosialisasi kepada 2. Pelaksanaan Sosialisasi kepada ASN
(termasuk teman, keluarga, dll) ASN terkait dengan penggunaan fasilitas terkait dengan penggunaan fasilitas
kantor kantor (30)
Sosialisasi perlu dilakukan untuk 3. Survei Kepuasan Pelaksanaan Sosialisasi
memberikan pemahaman kepada ASN Pemanfaatan BMD Min 70 (30)
terkait hak dan kewajiban atas pemanfaatan Jika nilai survey di bawah 70 maka
fasilitas kantor. diberikan secara proporsional (max nilai
3. Survei Kepuasan Pelaksanaan Sosialisasi 30).
Pemanfaatan BMD setelah mendapatkan
sosialisasi pemanfaatan BMD dengan nilai
minimal 70, mencakup antara lain:
a. Substansi Materi
b. Penyampaian Materi
c. Sarana Prasarana
d. Ketepatan Waktu
e. Kesempatan Bertanya
f. Saran dan Masukan

62
AREA 8: TATA KELOLA DESA

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

1. Tidak ada regulasi dalam Regulasi Regulasi Tata 1. Perkada tentang Pengelolaan Aset Desa Jika sudah ada Perkada tentang:
melakukan pengelolaan keuangan Kelola Desa a. Pengelolaan Aset Desa, bobot 30%
desa sehingga berakibat: 2. Perkada tentang Tata Cara Pengadaan
• Penggunaan keuangan desa Barang/jasa di Desa b. Tata Cara Pengadaan Barang/jasa di Desa,
tidak transparan dan akuntabel, 3. Perkada tentang Pengelolaan Keuangan bobot 10%
berpotensi kerugian keuangan c. Pengelolaan Keuangan Desa, yang
negara Desa, yang didalamnya juga didalamnya juga memuat ketentuan lebih
• Penggunaan dana desa tidak memuat ketentuan lebih lanjut Belanja Tak lanjut Belanja Tak Terduga, bobot 10%
sesuai dengan peruntukannya Terduga d. Besaran Penghasilan Tetap Kepala Desa
• Adanya intervensi pada 4. Perkada tentang Besaran Penghasilan Tetap dan Perangkat Desa, bobot 10%
pelaksanaan kegiatan PBJ desa Kepala Desa dan Perangkat Desa e. Tata cara penyaluran Alokasi Dana Desa
5. Perkada tentang tata cara penyaluran (ADD) dan bagian hasil pajak daerah dan
Alokasi Dana Desa (ADD) dan bagian hasil retribusi daerah 20%
pajak daerah dan retribusi daerah f. Daftar kewenangan berdasarkan hak asal
6. Perkada tentang daftar kewenangan usul dan kewenangan lokal berskala Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan 10%
lokal berskala Desa g. Pedoman Tata Cara Penyusunan APB Desa
7. Perkada tentang Pedoman Tata Cara 10%
Penyusunan APB Desa
Jika masih dalam bentuk Rancangan Perkada
diberi nilai 50%
Jika Pemda sama sekali belum menetapkan
perkada atau belum melampirkan dokumen
apapun maka nilainya 0%

2. • Tatakelola keuangan desa yang Sistem Keuangan Siskeudes Online Laporan implementasi SISKEUDES ONLINE yang  Jika Pemda sudah mengimplementasikan
tidak transparan dan akuntabel Desa ditandatangani oleh Kepala DPMPD yang Siskeudes Online nilai 100%
dilampirkan:
• Pelaporan keuangan desa yang  Jika Pemda dalam
1. Daftar desa yang telah implementasi proses mengimplementasikan Siskeudes
tidak dikonsolidasi dengan baik
SISKEUDES ONLINE Online nilai 80%
oleh pemerintah daerah.
2. IP Address server SISKEUDES ONLINE  Jika Pemda masih menggunakan siskeudes
pemerintah daerah offline dan belum proses implementasi
Siskeudes Online nilai 70%
 Jika pemda belum menggunakan siskeudes
nilai 0%

63
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO PERMASALAHAN INDIKATOR INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN

3. Pelaporan keuangan desa tidak Laporan Laporan Surat Pernyataaan telah menyampaikan laporan 1. Rekap desa konsolidasi pelaksanaan APB
dikonsolidasi dengan baik dan Konsolidasi APB Konsolidasi APB konsolidasi APB Desa melalui aplikasi yang Desa tahun 2022
disampaikan secara berjenjang Desa Desa ditandatangani oleh Kepala DPMPD yang
dari desa ke kab/kota dan dari dilampirkan:  Nilai 50% x (Jumlah Desa yg realisasi
kab/kota ke kementerian. 1. Rekap desa yang realisasi pelaksanaan APB pelaksanaan APB Desa tahun 2022 sudah
Desa tahun 2022 sudah dikonsolidasi, serta dikonsolidasi dibagi Jumlah total Desa)
bukti screenshot apabila sudah dikirim
melalui aplikasi laporan konsolidasi. 2. Rekap Laporan Konsolidasi Pelaksanaan
2. Laporan Konsolidasi Pelaksanaan APB Desa APB Desa Semester I 2023
Semester I 2023, serta bukti screenshot  Nilai 50% x (Jumlah Desa yg realisasi
pelaksanaan APB Desa semester I sudah
apabila sudah dikirim melalui aplikasi dikonsolidasi melalui aplikasi laporan
laporan konsolidasi. konsolidasi dibagi Jumlah total Desa)

4. Pemerintah Desa Publikasi dan Publikasi dan Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh  50% X (Jumlah Desa yang
tidak memberikan informasi yang Transparansi Transparansi di Kepala DPMPD terhadap informasi: mempublikasikan pertanggungjawaban
memadai kepada masyarakat Masyarakat APB Desa Tahun 2022 dibandingkan
desa a. Jumlah desa yang telah mempublikasi Laporan
pertanggungjawaban APB Desa 2022 dengan jumlah total Desa)
b. Jumlah desa yang telah mempublikasi APB  50% X (Jumlah Desa yang
Desa 2023 mempublikasikan APB Desa Tahun 2023
dibandingkan dengan jumlah total Desa)

5. • Penyalahgunaan Aset Desa Database Database Laporan Jumlah Desa yang sudah menyampaikan % Jumlah Desa yang sudah menyampaikan
• Aset Desa tidak ditata kelola Aset Desa Aset Desa Data Aset Desa yang ditandatangani oleh Kepala Data Aset Desa, misal:
dengan tertib. DPMPD dan ditembuskan ke Inspektorat 1. Jika seluruh aset desa telah dilakuan
(laporan menggunakan Form Isian Aset Desa) monitoring diberikan nilai 100%
2. Jika baru 20% aset desa
dilakukan monitoring diberikan nilai 20%
6. • Fungsi pembinaan kepada Pengawasan Audit Keuangan 1. LHP Pengelolaan Keuangan Desa yang 1. Sudah
Pemerintah Desa tidak optimal Desa dan didasarkan pemetaan risiko/ Implementasi mengimplementasikan SISWASKEUDES/
sehingga banyak ditemukan Siswaskeudes Risk Based Audit atas pengelolaan keuangan
Pembinaan Desa Desa nilainya 100%
ketidaksesuaian pelaksanaan 2. Rekapitulasi Temuan Hasil Audit Keuangan
tata kelola desa dengan regulasi Desa Tahun 2022 dan Rekomendasinya 2. Sudah dilakukan perangkingan risiko Desa
menggunakan aplikasi Siswakeudes
• Rekomendasi 3. Rekapitulasi atas TL Temuan Hasil Audit nilainya 50%
tidak Keuangan Desa Tahun 2022 3. Jika belum mengimplementasikan
ditindaklanjuti dengan optimal
• Besarnya ruang lingkup SISWASKEUDES/ Risk Based Audit atas
pengawasan pengelolaan keangan Desa nilainya 0%
memerlukan mekanisme
pengawasan yang efektif dan
tepat sasaran
64
III. PENUTUP

Pedoman penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah memberikan


gambaran dan panduan bagi penilai dalam melakukan penilaian upaya Pemerintah
Daerah. Melalui pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang menjadi langkah awal pencegahan korupsi daerah.

Melalui Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi Pemerintah


Daerah dalam menentukan fokus pencegahan korupsi daerah di tahun 2023. Area,
indikator, dan subindikator merupakan pintu masuk dalam pencegahan korupsi daerah.
Pendalaman dalam rangka memastikan pencegahan korupsi telah dilakukan secara
efektif masih perlu dilakukan sehingga tidak hanya meminimalkan resiko korupsi daerah,
namun mampu menurunkan kasus korupsi daerah.

Komitmen Kepala Daerah beserta jajaran, didukung dengan penguatan dari


unsur legislatif, serta dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam konsistensi
pencegahan korupsi daerah. KPK mengundang peran serta dan sinergi bersama seluruh
stakeholder terkait dalam rangka pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah yang
kuat melalui Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, Pemerintah Daerah dihimbau agar pencegahan korupsi tidak hanya
dilaksanakan sebatas administrasi belaka, namun perlu tindakan yang nyata dengan
penuh kesungguhan dengan tidak melakukan praktik korupsi.

Pada akhirnya, pencegahan korupsi diharapkan tidak hanya sekedar memenuhi


kewajiban Pelaporan, namun menjadi kebutuhan bagi seluruh Pemerintah Daerah.
Turunnya risiko korupsi diharapkan dapat mendukung dunia investasi dan mendukung
kondisi perekonomian daerah. Daerah yang kondusif karena turunnya risiko korupsi
diharapkan dapat mendukung dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Selain itu, diharapkan Pemerintah Daerah dapat secara mandiri melakukan inovasi
sebagai bentuk komitmen implementasi pemberantasan korupsi.

Jakarta, Februari 2023

Penyusun

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Pengesahan APBD 2024

PAKTA INTEGRITAS PENGESAHAN RAPBD 2024


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun 2023, kami yang bertandatangan di
bawah ini menyatakan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran dan komitmen
tinggi dengan menjunjung nilai integritas:

1. Berkomitmen penuh untuk melaksanakan APBD secara bertanggungjawab dan


tidak melakukan penyalahgunaan anggaran, penyuapan/ gratifikasi/ pemerasan
serta praktik korupsi lainnya.
2. Tidak melakukan intervensi atas pelaksanaan APBD dengan mengedepankan
nilai- nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
3. Menyusun perencanaan Tahun 2024 secara tepat waktu, mengedepankan nilai-
nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
4. Terbuka dalam mendeklarasikan apabila dihadapkan pada kondisi benturan
kepentingan baik dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024.
5. Apabila dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024 diketahui
melakukan dan/ atau turut serta melakukan tindak pidana korupsi maka bersedia
dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

………, ……………………. 2023

Ditandatangani oleh pimpinan eksekutif dan legislatif beserta jajaran terkait

66
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD

PAKTA INTEGRITAS PEMANFAATAN BMD


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun ……., saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama:

Jabatan

Alamat

Dengan penuh kesadaran dan komitmen tinggi dengan menjunjung nilai


integritas menyatakan:

1. Saya akan menjaga aset yang saya manfaatkan ketika saya menjabat sebagai
dengan penuh tanggungjawab, termasuk bertanggungjawab apabila terjadi
kerusakan atau kekurangan.
2. Setelah menjalankan tugas sebagai , saya akan menyerahkan
kembali semua aset milik/ tercatat sebagai Barang Milik Daerah yang bergerak
maupun tidak bergerak serta semua yang digunakan dalam rangka membantu tugas
jabatan.
3. Pakta Integritas ini berlaku sebagai Surat Kuasa kepada Kepala Badan Pengelolaan
Aset Daerah untuk menarik kembali secara langsung Barang Milik Daerah bergerak
dan tidak bergerak seketika saat saya tidak menjabat.
4. Apabila saya melanggar pernyataan dalam Pakta Integritas ini, saya bersedia
bertanggungjawab mutlak dan siap dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. ………, ……………………. 2023
Yang Membuat
Demikian Pakta Integritas dan Surat Kuasa ini saya buat dengan Pernyataanuntuk
sebenar-benarnya dan
dipergunakan sebagaimana mestinya. Pemberi Kuasa

67

Anda mungkin juga menyukai