Anda di halaman 1dari 24

TAHUN

2023

PEDOMAN PENILAIAN
PENCEGAHAN KORUPSI
PEMERINTAH DAERAH
melalui Monitoring Center for Prevention (MCP)

Disusun oleh:

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas ridho-Nya
sehingga “Pedoman Penilaian atas Upaya Pencegahan Korupsi Pemerintah Daerah Tahun
2023 bisa diselesaikan dengan baik. Mengacu pada Pasal 8 huruf b dan e UU No. 19 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi), sehubungan dengan tugas koordinasi, KPK menetapkan sistem
pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi dan meminta laporan
kepada instansi berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak
Pidana Korupsi. KPK menetapkan pelaporan atas upaya pencegahan korupsi pemerintah
daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP).
Pedoman ini disusun untuk memberikan petunjuk bagi Pemerintah Daerah
dalam melaporkan upaya pencegahan korupsi. Selain itu, bagi Kedeputian Bidang
Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
pedoman ini digunakan untuk memfasilitasi dalam melakukan penilaian.
Sebagian permasalahan korupsi di daerah berasal dari titik rawan korupsi
daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan pusat belum dapat diimplementasikan
dengan baik di daerah. Pencegahan korupsi daerah juga perlu ditindaklanjuti melalui
program antikorupsi sektor politik. Melalui program pencegahan korupsi diharapkan
mendorong sinergi dari K/L terkait membangun sistem pencegahan korupsi daerah,
termasuk mendorong pembangunan program integritas sektor politik.
Pembaruan program pencegahan korupsi daerah 2023 antara lain evaluasi
indikator dan subindikator menuju pada output yang substantif. Pemerintah Daerah
perlu bersiap menuju output efektivitas sistem pencegahan korupsi. Beberapa perubahan
fokus substansi tahun 2023 antara lain bantuan pemerintah, alokasi anggaran wajib,
pengadaan langsung dan e-purchasing, pendalaman reviu/ audit APIP dengan tetap
membawa program sebelumnya, yaitu pencegahan jual beli jabatan, penguatan database
dan optimalisasi pajak, penagihan tunggakan pajak, penguatan database BMD, sertifikasi
dan penertiban BMD. Adapun tata kelola desa di tahun ini menjadi bagian terpisah dari
area lainnya dengan pembobotan dan dashboard berbeda.
Penyusunan pedoman ini merupakan salah satu bentuk dari Pengelolaan
Bersama MCP dengan melibatkan Kemendagri dan BPKP. Pedoman ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tentunya
diperlukan untuk perbaikan dalam penyusunan program pencegahan korupsi daerah di
tahun berikutnya. Penyusun mengucapkan terima kasih atas peran serta seluruh pihak
yang berpartisipasi dalam upaya pencegahan korupsi daerah.

Jakarta, 28 Februari 2023


Penyusun

1
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Gambar 3
Daftar Tabel 4

I. Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Titik Rawan Korupsi Daerah 6
C. Maksud dan Tujuan 8
D. Ruang Lingkup 8
E. Sasaran 9
F. Metodologi 9
G. Pelaksana, Tahapan, Waktu Pelaksanaan 9
H. Disclaimer 10
II. Penilaian Upaya Pencegahan Korupsi Daerah 12
A. Perencanaan dan Penganggaran 13
B. Pengadaan Barang dan Jasa 22
C. Perizinan 30
D. Pengawasan APIP 34
E. Manajemen ASN 46
F. Optimalisasi Pajak Daerah 52
G. Pengelolaan BMD 56
H. Tata Kelola Desa 62
III. Penutup 64
Lampiran 65-66

2
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022 4
Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan 5
dan Kasus Korupsi Daerah
Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Modus Operandi Th 2004 – 7
2022

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022 7

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Perencanaan dan Pelaksanaan APBD 65
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD 66

3
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korupsi masih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi di Indonesia. Dari
data penanganan korupsi yang dilakukan oleh KPK pada tahun 2004 sampai 2022,
Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota) merupakan pelaku korupsi
terbanyak berdasarkan instansi, yaitu sebanyak 695 orang atau 54% (Gambar 1).
600 45%
40%
500
35%
400 30%
25%
300
20%
200 15%
10%
100
5%
0 0%
Pemkab/ Kementerian Pemerintah BUMN/
DPR RI Komisi
Pemkot / Lembaga Provinsi BUMD
JUMLAH 548 422 174 109 76 22
% 41% 31% 13% 8% 6% 2%

JUMLAH %

Gambar 1. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Instansi Tahun 2004 –2022

Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan


menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang pengadilan) dengan peran serta
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu
bentuk concern dan komitmen tinggi KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi
daerah adalah melakukan pemberantasan korupsi daerah melalui tugas koordinasi (Pasal
6 huruf b Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi).

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK meminta laporan kepada instansi


berwenang mengenai upaya pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak Pidana Korupsi
(Pasal 8 huruf e). Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah
dilakukan melalui Monitoring Center for Prevention atau yang lebih dikenal dengan MCP
yang dapat diakses melalui laman JAGA.ID. Upaya ini dilakukan dengan tujuan agar
Pemerintah Daerah melakukan upaya pencegahan korupsi baik sebelum terjadi korupsi
maupun setelah upaya penindakan korupsi telah dilakukan baik oleh KPK maupun APH
lain.

Upaya perbaikan tata kelola pemerintah ini berpengaruh pada penurunan


pengaduan masyarakat dan kasus korupsi di tahun 2018 – 2020. Namun di tahun 2020

4
karena pandemi covid-19 maka upaya sistem pencegahan korupsi menurun dan
mengakibatkan terjadinya kenaikan kasus korupsi di tahun 2021 (Gambar 2).

Upaya pencegahan korupsi sudah demikian massif dilakukan, namun masih


terlihat praktik korupsi di daerah. Jika dilihat dari penyebabnya, terdapat tiga faktor yang
tepat untuk menggambarkan alasan mengapa seseorang melakukan fraud atau tindak
kecurangan (Triangle Fraud Theory), yaitu adanya tekanan, peluang atau kesempatan, dan
rasionalisasi (Cressey, 1953)1. Strategi pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK
dilakukan melalui tiga pendekatan (TRISULA), yaitu: (1). Pencegahan, yaitu membangun
sistem untuk mencegah peluang terjadinya korupsi; (2). Pendidikan, yaitu memberikan
pendidikan antikorupsi dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi sehingga menekan niat
korupsi; dan (3). Penindakan, yaitu memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
korupsi.

Gambar 2. Pengaruh Indeks Pencegahan Korupsi Daerah terhadap Pengaduan dan Kasus
Korupsi Daerah

Salah satu cara yang ampuh untuk memberantas korupsi adalah


mengembangkan tata pengelolaan keuangan yang sehat, serta sistem akunting yang
efisien dan terjadwal, yang dikombinasikan dengan sistem pengawasan professional
terjadwal oleh auditor intern dan auditor independen. Untuk mewujudkan semua ini,
dukungan pimpinan tertinggi dan kemauan politik untuk menegakkan pengawasan yang
kuat sangat diperlukan baik di sektor publik maupun di sektor swasta. Namun, sekarang
ini pada umumnya banyak negara, termasuk sektor publik dan sektor swasta tidak
memiliki kemauan politik itu (Pope, 2003)2.

Upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah pada prinsipnya dilakukan untuk


mendorong tata kelola pemerintahan atau sistem pencegahan korupsi. Dalam konteks
TRISULA, tentunya pembangunan sistem ini tidak akan berhasil jika tidak disokong oleh
SULA lainnya, yaitu pendidikan dan penindakan. Sebuah sistem tidak akan kuat jika

1 Cressey, Donald. R. (1953). Other People’s Money. Montclair, NJ: Patterson Smith,
pp.1-300
2 Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia

5
integritas seorang pejabat negara dan ASN yang kuat. Pun dengan pilihan “penindakan
adalah pencegahan korupsi yang paling efektif” jika memang dirasa pencegahan korupsi
sudah sangat sulit dilakukan sehingga perlu diberikan efek jera.

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan pada 542 Pemerintah Daerah di


Indonesia, baik provinsi maupun kabupaten/ kota. Masing-masing Pemerintah Daerah
menyampaikan dokumen kelengkapan yang membuktikan upaya pembangunan sistem
pencegahan korupsi. Selanjutnya Kementerian Dalam Negeri akan melakukan penilaian
atas dokumen yang disampaikan dan dilanjutkan dengan quality assurance oleh
Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama BPKP. Untuk mendapatkan
penilaian yang seragam maka perlu disusun pedoman penilaian yang menentukan area,
indikator, dan subindikator sebagai target pembangunan sistem pencegahan korupsi.
Selanjutnya perlu ditetapkan dokumen yang perlu disampaikan sebagai evidence atas
upaya yang dilakukan, termasuk standar penilaian yang ditetapkan. Oleh karena itu
diperlukan Pedoman Penilaian atas Upaya Pemberantasan Korupsi Pemerintah Daerah
yang ditetapkan per tahun sebagai panduan bersama bagi Kemendagri, KPK, dan BPKP
dalam memberikan penilaian atas upaya pemberantasan korupsi yang dilaksanakan
Pemerintah Daerah.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan
Supervisi, sebagian permasalahan di daerah berasal dari titik rawan korupsi Pemerintah
Daerah, namun sebagian lainnya karena kebijakan Pemerintah yang belum dapat
diimplementasikan dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, melalui
program pencegahan korupsi diharapkan menimbulkan keterbukaan dan sinergi dari
berbagai Kementerian/ Lembaga terkait dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Diseminasi dan pendampingan dari Pemerintah Pusat serta peran serta dari
seluruh stakeholder Pemerintah Daerah dirasa masih perlu dilakukan mengingat
tingginya korupsi daerah juga menjadi salah satu kendala bagi kemajuan perekonomian.

B. TITIK RAWAN KORUPSI DAERAH

Dalam mendorong upaya pemberantasan korupsi daerah, Kedeputian Bidang


Koordinasi dan Supervisi melakukan identifikasi titik rawan korupsi di masing-masing
Pemerintah Daerah. Upaya ini dilakukan untuk menyusun peta rawan korupsi
Pemerintah Daerah yang dilakukan baik melalui Kepala Daerah, Pejabat dan Pegawai
Pemerintah Daerah, unsur legislatif, beserta stakeholder lain yang terkait.
Berdasarkan data penanganan perkara korupsi yang ditangani KPK sampai
dengan tahun 2022, mayoritas perkara korupsi yang ditangani adalah terkait dengan
pengadaan barang dan jasa serta keuangan negara, yaitu sebanyak 277 kasus (51%)
diikuti dengan gratifikasi/ penyuapan sebanyak 92 kasus (17%), penyalahgunaan
anggaran sebanyak 57 kasus (11%), TPPU sebanyak 50 kasus (9%), pungutan/
pemerasan sebanyak 27 kasus (5%), perizinan sebanyak 25 kasus (5%), dan merintangi
proses KPK sebanyak 11 kasus (2%) (Gambar 3).

6
300 60%
250 50%
200 40%
150 30%
100 20%
50 10%
0 0%
Pengadaan Penyalahgu
Gratifikasi/ Pungutan/ Merintangi
Barang/ naan TPPU Perizinan
Penyuapan Pemerasan Proses KPK
Jasa/ KN Anggaran
JUMLAH 277 92 57 50 27 25 11
% 51% 17% 11% 9% 5% 5% 2%

Gambar 3. Penanganan TPK oleh KPK Berdasarkan Jenis Perkara Th 2004 – 2022

Merujuk pada data Survey Penilaian Integritas (SPI) Tahun 2022, skor SPI
Pemerintah Daerah di Indonesia 69,2. Beberapa highlight yang dapat diperhatikan dalam
memetakan titik rawan korupsi daerah antara lain:

Tabel 1. Highlight Survey Penilaian Integritas 2022


HIGHLIGT TITIK RAWAN KORUPSI
Tingkat Keyakinan dan Eksternal: 24%; Internal: 25%; Eksper: 19%
Kejadian Risiko Suap, Penilaian adanya perdagangan pengaruh:
Gratifikasi, dan Pungli 1. Penentuan program/ kegiatan
serta Trading In 2. Penentuan pemenang tender
Influence 3. Pemberian izin/ pemberian rekomendasi teknis
4. Rekrutmen, promosi, mutasi pegawai
5. Negosiasi denda/ sanksi
6. Penetapan penerima program bantuan pemerintah
Permasalahan dalam Internal: ± 33%
Pengadaan Barang dan Pemenang vendor sudah diatur: 28%
Jasa Kualitas barang dan jasa rendah: 36%
Nepotisme: 37%
Gratifikasi: 29%
Hasil PBJ tidak bermanfaat: 33%
Penyalahgunaan Internal: 59%;
Fasilitas Kantor Untuk Pegawai menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
Kepentingan Pribadi Pribadi (termasuk teman, keluarga, dll)
Konflik Kepentingan Internal: 11%
dalam Pengelolaan SDM Pemberian uang, barang, dan fasilitas dalam mutasi dan promosi.
11% responden internal mengakui masih terdapat jual beli
jabatan di instansinya.
Hubungan Kekerabatan: 27%; Kedekatan dengan Pejabat: 33%
Kesamaan Almamater: 23%
Penyalahgunaan 1. 5% Responden internal melihat/ mendengar
Anggaran Dinas penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas terjadi.
2. 9% responden internal melihat/ mendengar penyalahgunaan
SPJ untuk honor, biaya transport lokal, dll.
3. 19% kalangan eksper menyatakan bahwa terdapat risiko
penyalahgunaan anggaran di K/L/PD
Sumber: Booklet Hasil SPI 2022

7
C. MAKSUD DAN TUJUAN

Upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas


dan kewenangan KPK sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 huruf b dan Pasal 8 huruf b,
c, d, dan e Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam
pelaksanaannya, koordinasi upaya pencegahan korupsi daerah dilakukan melalui
pengelolaan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan BPKP untuk mendapatkan
Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi daerah kepada Pemerintah Daerah dengan
tujuan sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi titik rawan korupsi sehingga dapat memetakan potensi


kerawanan korupsi pada masing-masing Pemerintah Daerah.
2. Mendorong komitmen Kepala Daerah beserta Pejabat dan Pegawai ASN Daerah
termasuk unsur legislatif serta stakeholder terkait lainnya dalam pencegahan korupsi.
3. Mendorong perbaikan tata kelola pemerintahan daerah sebagai bagian upaya
pencegahan korupsi daerah.
4. Memastikan implementasi dan konsistensi sistem pencegahan korupsi yang telah
dibangun.
5. Memberikan saran dan/ atau rekomendasi kepada Pemerintah Daerah terkait langkah
perbaikan tata kelola pemerintahan yang dapat mencegah praktik korupsi daerah.

D. RUANG LINGKUP

Berdasarkan hasil identifikasi titik rawan korupsi pada Pemerintah Daerah yang
dilakukan oleh Kedeputian Koordinasi dan Supervisi serta memperhatikan data
penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh KPK dan hasil Survey Penilaian Integritas
(SPI) Tahun 2022, maka fokus area pencegahan korupsi daerah tahun 2023 adalah:

1. Perencanaan dan Penganggaran


2. Pengadaan Barang dan Jasa
3. Perizinan
4. Pengawasan APIP
5. Manajemen ASN
6. Optimalisasi Pajak Daerah
7. Manajemen BMD
8. Tata Kelola Desa
Masing-masing area dilengkapi dengan indikator dan subindikator sebagai
kriteria keberhasilan pencegahan korupsi daerah. Tahun 2023 terdapat 8 area, 30
indikator, dan 63 subindikator sebagai fokus area program pencegahan korupsi
Pemerintah Daerah.

8
E. SASARAN

Upaya koordinasi dalam pencegahan korupsi daerah ini menekankan pada pihak
yang berkaitan dalam melakukan upaya pencegahan korupsi daerah. Sasaran kegiatan
monitoring dan evaluasi adalah:

1. Kepala Daerah, Sekretaris Daerah beserta Perangkat Daerah terkait pada


Pemerintah Daerah (tingkat eksekutif);
2. Ketua dan Wakil Ketua DPRD beserta jajarannya (tingkat legislatif);
3. Instansi vertikal terkait di daerah (Kejaksaan, Kepolisian, BPN, serta instansi
vertikal terkait lainnya);
4. Perangkat Desa (area tata kelola desa);
5. Stakeholder lain yang terkait dengan upaya pencegahan korupsi daerah.

F. METODOLOGI

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah dilakukan melalui


metodologi sebagai berikut:

1. Penelaahan regulasi yang disusun Pemerintah Daerah dalam melakukan pencegahan


korupsi daerah.
2. Pendalaman substansi melalui wawancara atau indepth interview dan Focus Group
Discussion dengan stakeholder terkait.
3. Pemantauan dan kunjungan lapangan untuk memastikan secara langsung.
4. Metode lain yang relevan untuk memastikan upaya pencegahan korupsi daerah telah
efektif diimplementasikan.

G. PELAKSANA, TAHAPAN DAN WAKTU PELAKSANAAN

Kegiatan penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah tahun 2023 ini
dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi bersama Kementerian
Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), selanjutnya
disebut dengan Penilai.

Tahapan penilaian dokumen kelengkapan pembangunan sistem pencegahan


korupsi daerah adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Dokumen Kelengkapan

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Penilai Kemendagri untuk menilai dokumen
kelengkapan yang disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for
Prevention (MCP) pada laman JAGA.ID. Rincian dokumen kelengkapan yang perlu
disampaikan dapat dilihat pada Bab II. Penilaian Upaya Penecegahan Korupsi
Pemerintah Daerah.

9
2. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan ini dilakukan untuk memastikan substansi dokumen kelengkapan yang


disampaikan Pemerintah Daerah melalui Monitoring Center for Prevention (MCP) dan
melakukan pemantauan atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah. Kegiatan
ini dapat dilakukan oleh KPK, Kemendagri, maupun BPKP (bisa dilaksanakan terpisah
atau bersama-sama).

3. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance)

Kegiatan ini dilakukan oleh Tim Koordinasi KPK dan Tim BPKP untuk melakukan
penilaian terhadap efektivitas upaya pencegahan korupsi.

Waktu penginputan dokumen kelengkapan dan pelaksanaan penilaian dokumen


kelengkapan pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah dilaksanakan pada bulan
Januari – Desember 2023 dengan timeline sebagai berikut:

BULAN
NO KEGIATAN PELAKSANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
1. Input dokumen Pemda
kelengkapan
2. Koordinasi Upaya KPK
Pencegahan Korupsi
3. Penilaian Upaya Kemendagri
Pencegahan Korupsi
4. Pemantauan Upaya KPK,
Pencegahan Korupsi Kemendagri,
BPKP
5. Penjaminan Kualitas KPK, BPKP
(Quality Assurance)

Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK akan menyampaikan surat


pemberitahuan resmi kepada Pemda terkait dengan jadwal penginputan, penilaian,
pemantauan, sampai dengan quality assurance terkait dengan penilaian atas upaya
pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah di tahun 2023.

Nilai akhir atas upaya pencegahan korupsi Pemerintah Daerah sebagai Indeks Upaya
Pencegahan Korupsi Daerah diperoleh pada bulan Januari 2024.

H. DISCLAIMER

Penilaian atas upaya pencegahan korupsi yang dilakukan Pemerintah Daerah


pada prinsipnya merupakan bagian dari pelaksanaan strategi pencegahan korupsi
melalui pembangunan sistem sebagai pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Pelaksanaan
sebuah sistem dipengaruhi integritas sumberdaya manusia yang melaksanakan sistem
tersebut. Goyahnya integritas yang mempengaruhi pondasi sistem yang dibangun akan
mendorong strategi pemberantasan korupsi lain, yaitu penindakan untuk memberikan
efek jera.

10
Indeks Upaya Pencegahan Korupsi Daerah dinilai berdasarkan atas upaya-upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam membangun sistem pencegahan korupsi
daerah. Pembangunan sistem merupakan salah satu dari 3 strategi pemberantasan
korupsi (TRISULA). Apabila terdapat SULA lain yang merusak sistem yang telah dibangun,
maka KPK dapat memberlakukan FAKTOR PENGURANG apabila:

1. Terjadi tindak pidana korupsi (Penetapan Tersangka) yang dilakukan baik oleh
Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah maupun unsur legislatif,
baik Ketua, Wakil Ketua, maupun Anggota DPRD.
2. Sistem pencegahan korupsi Pemerintah Daerah yang dibangun belum efektif
dalam memberantas korupsi daerah.
3. Faktor lain dalam konteks pencegahan korupsi yang relevan digunakan sebagai
unsur pengurang.

Besarnya nilai pengurang akan ditentukan melalui mekanisme yang ditentukan lebih
lanjut oleh Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi.

11
II. PENILAIAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI PEMERINTAH DAERAH

Kedeputian Koordinasi dan Supervisi KPK bersama Kementerian Dalam Negeri


dan BPKP telah menentukan target upaya pencegahan korupsi yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah pada tahun 2023, yaitu berupa 8 area, 30 indikator, dan 63
subindikator.

Pedoman ini disusun untuk memberikan pedoman baik bagi Pemerintah Daerah
maupun Penilai.

1. Bagi Pemerintah Daerah, memberikan petunjuk teknis dalam melaksanakan upaya


pencegahan korupsi daerah sesuai dengan target yang ditetapkan di tahun 2023 serta
memberikan petunjuk teknis dalam menyampaikan dokumen kelengkapan yang
memadai.
2. Bagi KPK, Kemendagri dan BPKP sebagai Penilai, mendapatkan keseragaman dalam
melakukan penilaian.

Pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah diawali dengan Komitmen


Kepala Daerah beserta jajaran, termasuk unsur legislatif. Hal ini merupakan kesatuan
yang perlu disinergikan dan tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Daerah melalui Kepala
Daerah perlu menetapkan personil atau kelompok kerja dalam melaksanakan upaya
pencegahan korupsi daerah. Dalam tataran teknis, Sekretaris Daerah sebagai unsur
birokrat tertinggi memegang peran penting dan kendali dalam pembangunan sistem
pencegahan korupsi daerah. Inspektorat sebagai unsur pengawas juga menjadi bagian
penting dalam pelaksanaan upaya pencegahan korupsi daerah. Selanjutnya Kelompok
Kerja sebagai pelaksana yang akan melaporkan kepada Sekretaris Daerah dan Inspektur
atas upaya pembangunan sistem dan langkah pencegahan korupsi yang dilakukan.

Pelaporan atas upaya pencegahan korupsi dilakukan oleh Pemerintah Daerah


setiap tahunnya. Pemerintah Daerah menyampaikan dokumen kelengkapan yang
membuktikan upaya pencegahan korupsi melalui Monitoring Center for Prevention (MCP)
yang diakses melalui JAGA.ID. Untuk mempertajam upaya ini, KPK melakukan
pengelolaan bersama MCP bersama Kemendagri dan BPKP.

Pelaporan Pemerintah Daerah ke dalam MCP secara teknis dilakukan oleh Admin
MCP yang ditunjuk oleh Sekretaris Daerah. Masing-masing Kelompok Kerja
menyampaikan evidence kepada Admin MCP untuk diunggah ke dalam MCP dan
selanjutnya dilakukan penilaian oleh KPK, Kemendagri, dan BPKP.

Pedoman teknis penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah dapat dilihat
sebagai berikut:

12
AREA 2: PENGADAAN BARANG DAN JASA

TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB


NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
1.  Kegiatan Pengadaan Barang dan Inovasi Pemenuhan Pemenuhan Komitmen TKDN Pemenuhan Komitmen TKDN (30)
Jasa Pemerintah dinilai belum Pelaksanaan Komitmen TKDN 1. Komitmen Kepala Daerah terkait dengan - Komitmen Kepala Daerah Implementasi
optimal dalam mendukung Pengadaan dan e-Purchasing Implementasi TKDN dalam SIPD TKDN (Nilai 10)
perekonomian UMKM di 2. Screenshoot Komitmen Kepala Daerah dalam Jika telah ada Komitmen Kepala Daerah
Indonesia. Presiden telah SIPD terkait dengan % Implementasi TKDN terkait Komitmen TKDN dalam SIPD
menerbitkan Inpres 2 Tahun 3. Realisasi Pemenuhan Implementasi TKDN diberikan nilai 10.
2022 dan perlu dipastikan oleh Pemerintah Daerah yang dinilai melalui - % realisasi atas pemenuhan TKDN
implementasinya di daerah aplikasi Monitoring TKDN yang ada Diberikan nilai maksimal 20 jika
 PBJ masih belum mendukung komitmen telah terpenuhi 100%.
pelaku usaha menengah, kecil,
dan mikro Implementasi e-Purchasing
 Pelaksanaan pengadaan dengan 1. Regulasi e-Purchasing (Katalog Lokal dan Implementasi e-Purchasing (50)
nilai kecil tidak transparan dan Bela Pengadaan) Implementasi e-purchasing terhadap total
akuntabel a. Instruksi Kepala Daerah Implementasi e- belanja modal dan barang dikalikan 30%.
 Beberapa kegiatan pengadaan Purchasing baik kepada Perangkat Diharapkan ada inovasi yang mendorong
dengan nilai kecil rawan Daerah maupun Penyedia implementasi/ peningkatan implementasi
disalahgunakan dengan b. Regulasi dan Alur Pembayaran transaksi purchasing dibandingkan tahun 2022.
pertanggungjawaban fiktif melalui e-purchasing (non tunai)
dengan dalih pengumpulan 2. Daftar produk, etalase tayang dan penyedia
dana taktis yang terkait dalam implementasi e- Reviu/ Audit IT Implementasi e-
purchasing baik bela pengadaan maupun Purchasing (20)
katalog lokal. Termasuk nilai penggunaan e- Jika implementasi e-purchasing telah direviu
purchasing berdasarkan etalase dan nama maka diberikan nilai 20.
penyedia Namun jika reviu dinilai tidak efektif untuk
3. Data realisasi implementasi e-purchasing mencegah korupsi maka diberikan nilai
pada masing-masing OPD pengurang, professional judgement.
4. Total nilai pengadaan melalui e-purchasing
dibandingkan total belanja modal dan
barang.
5. Peningkatan produk, etalase, penyedia
terkait dalam implementasi e-purchasing
(tahun 2023 dibandingkan tahun 2022).

22
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
Reviu/ Audit IT Implementasi e-Purchasing
Laporan pelaksanaan reviu APIP atas
implementasi e-purchasing yang memuat
beberapa evaluasi, antara lain:
1. Mekanisme pemilihan penyedia tanpa
praktik penyuapan/ gratifikasi
2. Negosiasi harga implementasi e-purchasing
3. Evaluasi penyedia
Laporan ini dapat menjadi bagian dari Reviu Tata
Kelola PBJ yang dilakukan oleh APIP.
Laporan ini dapat juga berupa Laporan Hasil
Audit IT atas Implementasi e-purchasing.

2.  Pokok pikiran menjadi modus Pencegahan Pengadaan Langsung Melalui Sistem Pengadaan Langsung Melalui Sistem (50)
untuk mendapatkan proyek Korupsi 1. Daftar Pengadaan Langsung dalam RUP; % Pengadaan Langsung melalui e-PL
bagi oknum Anggota DPRD. Pengadaan 2. Daftar Pengadaan Langsung yang telah dibandingkan dengan Data Pengadaan
 Praktik penyuapan dilakukan Langsung dilaksanakan berikut sistem yang digunakan Langsung dalam SIRUP. Jika sudah semua
ketika melaksanakan proyek (SPSE atau manual); Pengadaan Langsung memakai e-PL maka
yang berasal dari pokok 3. Daftar SPK hasil Pengadaan Langsung yang diberikan nilai 50, jika kurang maka
pikiran. sudah terealisasi. diberikan nilai proporsional.
 Masih banyak kegiatan PBJ 4. Regulasi internal Pemda untuk mendorong Catatan:
melalui pengadaan langsung kewajiban input e-PL sebagai salah satu
yang tidak transparan untuk Diberikan nilai maksimal jika dipastikan
persyaratan pencairan anggaran.
mengakomodir proyek SIRUP sudah 100%.
“pesanan”
 Banyak pemecahan paket Konsolidasi Pengadaan
Konsolidasi Pengadaan (50)
pekerjaan sejenis menjadi Daftar pengadaan yang kemudian dilakukan
Pelaksanaan Konsolidasi pengadaan yang
pengadaan langsung yang konsolidasi dilengkapi dengan: nama OPD, nama
semula melalui Pengadaan Langsung pada 5
berpotensi pembagian proyek pengadaan, nilai HPS, jadwal pelaksanaan
OPD tertentu untuk pengadaan yang sejenis.
dan menguntungkan pihak pengadaan konsolidasi, nama pemenang hasil
tertentu. konsolidasi, Nilai Pengadaan Hasil Konsolidasi Utamakan untuk mendorong pelaksanaan
(dibuat dalam tabel). konsolidasi pada Dinas PUPR, Dinas
 Perlu didorong upaya untuk
Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kecamatan
menurunkan risiko korupsi
(Pemilihan OPD yang dilakukan konsolidasi
pemecahan pengadaan,
23
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
efektivitas dan efisiensi Metode konsolidasi dapat berupa tender berdasarkan data RUP Pemda yang banyak
anggaran. bersama atau penyatuan paket terpusat untuk memilih metode Pengadaan Langsung).
kemudian di tenderkan. Jika masih banyak pengadaan langsung yang
bisa dikonsolidasi namun tidak dilakukan
konsolidasi atau tidak direkomendasikan
melalui e-Purchasing maka bisa diberikan
faktor pengurang.
3. Beberapa kegiatan PBJ, seringkali Pengendalian Reviu dan Pelaksanaan Reviu Perencanaan Pengadaan Reviu Perencanaan Pengadaan (50)
tidak ada perencanaan pengadaan Pengadaan Transparansi Reviu ini dilaksanakan oleh UKPBJ untuk Nilai diberikan atas efektivitas pelaksanaan
yang baik dan dikoordinasikan Rencana mendorong OPD memilih metode PBJ yang tepat reviu melalui koreksi UKPBJ yang bertujuan:
dengan UKPBJ. Hal ini dilakukan Pengadaan dan membantu UKPBJ dalam menyusun timeline o Mencegah mens rea pemecahan
untuk menyembunyikan modus PBJ selama tahun berjalan, mendorong proyek;
korupsi antara lain: pelaksanaan inovasi PBJ, serta kebijakan lain o Mendorong transparansi dan
 Pemecahan paket untuk sehubungan dengan pelaksanaan PBJ yang akuntabilitas pengadaan;
menghindari tender karena transparan, akuntabel, dan berintegritas. o Mencegah korupsi pada kegiatan
pelaksana kegiatan PBJ sudah 1. Dokumen RUP masing masing OPD; pengadaan.
ditentukan 2. Dokumen Hasil Reviu Pengadaan minimal Jika reviu perencanaan pengadaan dinilai
 Kegiatan PBJ tidak transparan berupa RUP Pemda Hasil Reviu Besama kurang memadai maka diberikan faktor
karena tidak disampaikan lengkap dengan Nama Pengadaan, jadwal pengurang.
melalui SPSE sebelum dan sesudah reviu, metode
Pada akhirnya kegiatan PBJ pengadaan sebelum dan sesudah reviu,
menimbulkan TPK antara lain rencana kebutuhan masing masing paket % Penayangan SIRUP per 31 Maret 2023
penyuapan/ gratifikasi dan pengadaan dll, di TTD oleh Sekda (dilengkapi (50)
kerugian keuangan negara. dokumentasi kegiatan, data Jumlah (Nilai 50 jika 100% RUP tertayang dalam
Pengadaan melalui rekapitulasi jumlah SIRUP sampai selambat lambatnya 31 Maret
Tender, Jumlah Pengadaan Pengadaan 2023), jika belum 100% maka dihitung
Langsung, Jumlah Penunjukan Langsung, (realisasi Nilai RUP tertayang di SIRUP
Jumlah Paket E-Purchasing, Jumlah Paket dibandingkan Total Anggaran PBJ) x 50
Swakelola)
3. Daftar Rencana Pengadaan Konsolidasi
(minimal ada 5 pekerjaan)

Penayangan SIRUP
Penayangan SIRUP 100% per 31 Maret 2023

24
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
4. Proyek Strategis Pemerintah Pencegahan Reviu HPS pada Proyek Strategis Reviu HPS 10 Kegiatan pada Proyek
Daerah rawan dengan kepentingan Korupsi Proyek Reviu dilakukan oleh APIP. Proyek strategis yang Strategis (70)
tertentu sehingga perlu Strategis Daerah diutamakan untuk dilakukan reviu adalah Proyek Penilaian dilakukan atas:
diantisipasi dengan reviu untuk Strategis yang mendukung Visi Misi Kepala - Kedalaman reviu
mencegah terjadinya: Daerah dan Konstruksi. ditetapkan setiap - Efektivitas Reviu HPS dalam pencegahan
 Proyek dadakan yang tidak ada tahunnya oleh Kepala Daerah. korupsi
perencanaan sebelumnya 1. Daftar 10 Proyek strategis melalui SK Kada; - Tindak lanjut atas reviu yang dilakukan
 Proyek tidak sesuai dengan 2. HPS dari 10 Proyek strategis; Masing-masing laporan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat 3. Kertas Kerja Kaji Ulang untuk 10 proyek unsur penilaian diberikan nilai 7.
 Mark up harga strategis (HPS dilengkapi dengan sumber
Tim Penilai akan melakukan pendalaman atas
 Pemenang sudah ditentukan data pendukung kaji ulang dan analisanya.
Reviu HPS yang dilakukan. Jika reviu tidak
 Proses tender yang mendekati 4. Hasil Kaji Ulang yang dittd Ketua Pokja untuk
memadai (tidak memenuhi ketiga point di
akhir tahun sehingga potensi diserahkan kepada PPK untuk 10 Proyek
atas) maka diberikan nilai pengurang.
gagal tender tinggi Strategis
 Penyuapan/ gratifikasi dan/ (Jika reviu HPS menjadi bagian probity audit
Catatan: Pokja bersama APIP melakukan reviu
atau kerugian keuangan maka evidence diperbolehkan sama).
HPS dan jika tidak memiliki kemampuan teknis
negara maka untuk kaji ulang dapat dibantu oleh Tenaga
Ahli yang telah dilengkapi dengan perjanjian Lelang Dini pada PBJ Strategis (30)
Kegiatan pengadaan terutama di kerahasiaan. 5 Lelang Dini pada kegiatan PBJ strategis,
sektor konstruksi seringkali masing-masing nilainya 5.
terlambat karena perencanaan Lelang Dini pada PBJ Strategis Diberikan nilai jika Lelang Dini sudah
yang terlambat. Pada akhirnya dilakukan Reviu HPS.
1. Daftar kegiatan Lelang Dini yang merupakan
spesifikasi tidak sesuai dengan
proyek strategis Pemda. Lelang Dini dilakukan di tahun 2023, reviu
yang diharapkan. Hal ini
2. Daftar pelaksanaan Lelang Dini, pagu, HPS, HPS juga sudah dilakukan di tahun 2023.
berpotensi kerugian keuangan
dan daftar pemenang.
negara. Pada beberapa kasus, hal
ini menjadi modus korupsi yang
mengakibatkan praktik Lelang Dini dilakukan sebelum APBD 2024
penyuapan. berjalan, sehingga dilaksanakan di tahun 2023.
Reviu HPS juga sudah dilakukan di tahun 2023.

25
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
5. Tindak lanjut atas hasil reviu perlu Tindak Lanjut 1. Daftar jumlah dan Isi Rekomendasi hasil % Tindak lanjut Hasil Reviu yang
segera ditindaklanjuti sebagai Reviu Tata Kelola Reviu tahun 2022. ditindaklanjuti atas reviu Tata Kelola PBJ.
upaya perbaikan dan PBJ 2. Daftar reviu yang telah ditindaklanjuti.
meningkatkan profesionalisme 3. Dokumen Bukti Tindak Lanjut reviu tata
Jika Reviu Tata Kelola PBJ yang disampaikan
dalam melaksanakan PBJ guna kelola PBJ telah dilaksanakan.
bukan per tahun 2022 atau 2023 maka tidak
mencegah terjadinya potensi- 4. Penghitungan % Tindak lanjut Hasil Reviu
dilakukan penilaian.
potensi penyimpangan yang ditindaklanjuti atas reviu Tata Kelola
PBJ
Reviu Tata Kelola PBJ dilakukan setiap 2 tahun
sekali (Tahun 2022 atau 2023).

6.  Masih adanya persekongkolan Survey Kepuasan Survey ini dilakukan oleh UKPBJ (bekerjasama 1. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat atas
penetapan pemenang dalam Masyarakat dengan OPD terkait lainnya) untuk mendapatkan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
pelaksanaan kegiatan PBJ respon atas kegiatan PBJ mencakup pada point: dibandingkan dengan total nilai
 PBJ tidak memberikan - Kepuasan pemberian layanan PBJ keseluruhan (tahun 2023) (70)
manfaat/ barang tidak dapat - Transparansi dan akuntabilitas kegiatan PBJ Perhatikan penentuan populasi
digunakan - Integritas SDM yang melaksanakan PBJ (mencakup pelaksanaan PBJ oleh UKPBJ
(UKPBJ, Panitia PBJ dari OPD) dan Perangkat Daerah)
- Kemanfaatan barang/ jasa Responden terdiri dari vendor dan
- Kualitas barang/ jasa penerima manfaat (masyarakat).
Penilaian proporsional jika belum
memenuhi ketentuan di atas.
Survey dilaksanakan di tahun 2023 untuk 2. Tindak Lanjut Pemda dalam melakukan
kegiatan pengadaan barang dan jasa yang Perbaikan atas Hasil Survei Kepuasan
dilaksanakan pada tahun 2022. Masyarakat Layanan Pengadaan Barang
dan Jasa di Tahun 2022 (30)
Dokumen Kelengkapan: Jika belum ada Survei Kepuasan
Masyarakat Layanan Pengadaan Barang
1. Hasil Survey Kepuasan Masyarakat atas
dan Jasa di Tahun 2022 mencakup point a
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
– e maka tidak diberikan nilai.
2. Indeks Kepuasan Masyarakat atas Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa
Survey dilakukan oleh UKPBJ (bekerjasama
dengan OPD terkait lainnya) yang bertujuan
untuk:

26
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
a. Meminimalkan potensi penyuapan/
Gratifikasi atas layanan pengadaan
barang dan jasa.
b. Memastikan kemanfaatan atas barang
dan jasa
Survey dilakukan dengan responden: (1).
Vendor; (2). Peneriman manfaat/
masyarakat yang menerima manfaat atas
kegiatan PBJ yang dilakukan.
Point-point Survey dan respondennya
adalah:
c. Layanan - vendor
d. Transparansi - vendor
e. Integritas UKPBJ/ Panitia PBJ dari OPD -
vendor
f. Kemanfaatan barang/ jasa – penerima
manfaat/ masyarakat
g. Kualitas barang/ jasa – penerima
manfaat/ masyarakat

Survey dilakukan minimal 1 tahun sekali


pada akhir tahun berjalan.
3. Dokumen yang menjelaskan upaya Pemda
dalam melakukan perbaikan sebagai respon
TL Survei Kepuasan Masyarakat.

27
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
7.  Pada beberapa kasus korupsi Vendor 1. Database Penyedia dilengkapi dengan nama Database Penyedia (50)
ternyata penyedia merupakan Manajemen penyedia, alamat, nama direksi, nama Jika database penyedia lengkap sesuai data
perusahaan yang tidak mampu System pengadaan yang dilaksanakan, periode pengadaan yang telah serah terima 100%
melaksanakan pekerjaan, waktu pelaksanaan, Hasil Penilaian PPK maka diberikan nilai 50, jika belum 100%
bahkan sudah pernah diblack (Sesuai PerLKPP 4/2021 tentang Pembinaan maka dihitung proporsional.
list. Pelaku Usaha Penyedia Barang/Jasa
 PPK seringkali tidak pernah Pemerintah), catatan hasil temuan BPK atas
melakukan penilaian atas penyedia, nama pokja pelaksana permasing Penilaian Kinerja Penyedia (50)
penyedia yang melaksanakan masing pengadaan (dibuat dalam Tabel) Jika penilaian Kinerja penyedia seluruhnya
pekerjaan. Hal ini yang 2. Contoh Lembar Penilaian Kinerja Penyedia dilakukan atas seluruh penyedia pemenang
kemudian mengakibatkan sebanyak 10% dari total pengadaan pengadaan yang telah serah terima pekerjaan
tidak diketahui penyedia mana tender/seleksi yang telah dilakukan dalam 1 100% maka diberikan nilai 50. Jika ada yang
yang bermasalah atau yang tahun belum diberikan penilaian maka diberikan
berkinerja baik sehingga nilai secara proporsional. Penilaian dilakukan
memudahkan Tim Pemilihan per triwulan pada tahun berjalan dan
Penyedia dalam memilih diakumulasi per triwulan selanjutnya.
vendor.
8. Pada beberapa daerah masih Penguatan Penguatan SDM UKPBJ memiliki 4 fungsi, yaitu: Pokja UKPBJ permanen sesuai ABK (50)
terdapat beberapa permasalahan Profesionalisme UKPBJ - Pengelola PBJ; Jika kurang dari ABK dihitung secara
terkait SDM UKPBJ antara lain: UKPBJ - Pengelola LPSE; proporsional dengan rumus = (jumlah
 Pokja UKPBJ masih merangkap - Pembinaan SDM dan Kelembagaan; fungsional pengadaan permanen di
dengan OPD lain. - Pendampingan dan konsultasi/bimtek PBJ UKPBJ/jumlah kebutuhan sesuai ABK) x 50.
 Jumlah SDM UKPBJ masih - Fungsi lainnya yang ditugaskan oleh Kepala
kurang karena belum sesuai daerah
Pelaksanaan Seluruh Fungsi (25)
dengan ABK Dokumen yang harus disampaikan:
 LPSE masih ditempatkan di Masing masing fungsi memiliki nilai 5.
1. Dokumen SK Kada pengangkatan Personil di
Dinas Kominfo sehingga UKPBJ;
bandwith kurang karena 2. Struktur Organisasi UKPBJ Pemenuhan ABK (25)
berbagi dengan OPD lain 3. Data jumlah Fungsional Pengadaan yang ada Jika personil UKPBJ kurang dari ABK maka
 Belum ada personil khusus di Pemda disertai SK (baik SK Fungsional dihitung secara porposional dengan rumus =
yang menangani fungsi lain di Pengadaan yang ada di UKPBJ maupun OPD (jumlah personil di UKPBJ/Jumlah sesuai ABK
luar fungsi pengelola PBJ di lainya) atau mengacu pada data yang ada di untuk UKPBJ) x 25.
UKPBJ https://ppsdm.lkpp.go.id/jumlah-dan-
persebaran-jabfung-ppbj/pemda

28
TITIK RAWAN KORUPSI/ SUB
NO INDIKATOR DOKUMEN KELENGKAPAN PENILAIAN
PERMASALAHAN INDIKATOR
4. Data ABK masing-masing Fungsi UKPBJ dan
data Riil yang ada di masing-masing Fungsi
UKPBJ;
5. Daftar Penempatan Personel di masing
masing fungsi UKPBJ berdasarkan Surat
Keputusan Kepala UKPBJ.
9. Integritas SDM UKPBJ rendah salah TPP Khusus PBJ 1. Kertas Kerja Dasar Perhitungan TPP - Konsep TPP kepada Pelaksana Fungsi
satunya disebabkan oleh Pengadaan yang memperhitungkan faktor pada UKPBJ (30)
rendahnya penghasilan ASN SDM resiko pengadaan; (dikaitkan dengan Beban - TPP diimplementasikan (70)
UKPBJ. Oleh karena itu perlu Kerja yang ada di UKPBJ)
didorong dengan pemberian TPP 2. SK Kepala Daerah tentang Penetapan TPP
Khusus kepada SDM UKPBJ. UKPBJ (khusus) berikut besarannya
3. Daftar Penerima TPP UKPBJ;
4. Bukti Pembayaran TPP kepada pegawai
UKPBJ (SP2D)

29
III. PENUTUP

Pedoman penilaian atas upaya pencegahan korupsi daerah memberikan


gambaran dan panduan bagi penilai dalam melakukan penilaian upaya Pemerintah
Daerah. Melalui pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan tata kelola pemerintahan
yang menjadi langkah awal pencegahan korupsi daerah.

Melalui Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arahan bagi Pemerintah


Daerah dalam menentukan fokus pencegahan korupsi daerah di tahun 2023. Area,
indikator, dan subindikator merupakan pintu masuk dalam pencegahan korupsi daerah.
Pendalaman dalam rangka memastikan pencegahan korupsi telah dilakukan secara
efektif masih perlu dilakukan sehingga tidak hanya meminimalkan resiko korupsi daerah,
namun mampu menurunkan kasus korupsi daerah.

Komitmen Kepala Daerah beserta jajaran, didukung dengan penguatan dari


unsur legislatif, serta dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam konsistensi
pencegahan korupsi daerah. KPK mengundang peran serta dan sinergi bersama seluruh
stakeholder terkait dalam rangka pembangunan sistem pencegahan korupsi daerah yang
kuat melalui Kedeputian Bidang Koordinasi dan Supervisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, Pemerintah Daerah dihimbau agar pencegahan korupsi tidak hanya
dilaksanakan sebatas administrasi belaka, namun perlu tindakan yang nyata dengan
penuh kesungguhan dengan tidak melakukan praktik korupsi.

Pada akhirnya, pencegahan korupsi diharapkan tidak hanya sekedar memenuhi


kewajiban Pelaporan, namun menjadi kebutuhan bagi seluruh Pemerintah Daerah.
Turunnya risiko korupsi diharapkan dapat mendukung dunia investasi dan mendukung
kondisi perekonomian daerah. Daerah yang kondusif karena turunnya risiko korupsi
diharapkan dapat mendukung dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Selain itu, diharapkan Pemerintah Daerah dapat secara mandiri melakukan inovasi
sebagai bentuk komitmen implementasi pemberantasan korupsi.

Jakarta, Februari 2023

Penyusun

65
LAMPIRAN

Lampiran 1. Referensi Pakta Integritas Pengesahan APBD 2024

PAKTA INTEGRITAS PENGESAHAN RAPBD 2024


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun 2023, kami yang bertandatangan di
bawah ini menyatakan secara bersama-sama dengan penuh kesadaran dan komitmen
tinggi dengan menjunjung nilai integritas:

1. Berkomitmen penuh untuk melaksanakan APBD secara bertanggungjawab dan


tidak melakukan penyalahgunaan anggaran, penyuapan/ gratifikasi/ pemerasan
serta praktik korupsi lainnya.
2. Tidak melakukan intervensi atas pelaksanaan APBD dengan mengedepankan nilai-
nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
3. Menyusun perencanaan Tahun 2024 secara tepat waktu, mengedepankan nilai-
nilai integritas dan kepentingan masyarakat umum serta tidak melakukan
penyuapan/ Gratifikasi/ pemerasan serta praktik korupsi lainnya.
4. Terbuka dalam mendeklarasikan apabila dihadapkan pada kondisi benturan
kepentingan baik dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024.
5. Apabila dalam pelaksanaan APBD maupun perencanaan APBD 2024 diketahui
melakukan dan/ atau turut serta melakukan tindak pidana korupsi maka bersedia
dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

………, ……………………. 2023

Ditandatangani oleh pimpinan eksekutif dan legislatif beserta jajaran terkait

66
Lampiran 2. Referensi Pakta Integritas Pemanfaatan BMD

PAKTA INTEGRITAS PEMANFAATAN BMD


PEMERINTAH ………….

Pada hari ……. tanggal ……… bulan …… tahun ……., saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : __________________________________________

Jabatan : __________________________________________

Alamat : __________________________________________

Dengan penuh kesadaran dan komitmen tinggi dengan menjunjung nilai integritas
menyatakan:

1. Saya akan menjaga aset yang saya manfaatkan ketika saya menjabat sebagai ___________
dengan penuh tanggungjawab, termasuk bertanggungjawab apabila terjadi kerusakan
atau kekurangan.
2. Setelah menjalankan tugas sebagai _______________, saya akan menyerahkan kembali
semua aset milik/ tercatat sebagai Barang Milik Daerah yang bergerak maupun tidak
bergerak serta semua yang digunakan dalam rangka membantu tugas jabatan.
3. Pakta Integritas ini berlaku sebagai Surat Kuasa kepada Kepala Badan Pengelolaan
Aset Daerah untuk menarik kembali secara langsung Barang Milik Daerah bergerak
dan tidak bergerak seketika saat saya tidak menjabat.
4. Apabila saya melanggar pernyataan dalam Pakta Integritas ini, saya bersedia
bertanggungjawab mutlak dan siap dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian Pakta Integritas dan Surat Kuasa ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

………, ……………………. 2023


Yang Membuat Pernyataan dan
Pemberi Kuasa

____________________________________

67

Anda mungkin juga menyukai