Anda di halaman 1dari 12

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

DAFTAR TEMUAN AUDIT TAHUN ANGGARAN 2006


PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN II (P2KP II)
IDA CREDIT NO. 4063-IND DAN LOAN IBRD NO. 4779-IND

No

KONDISI

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Terdapat Kelebihan Pembayaran Mobilization Cost oleh PT Phibeta Kalamwijaya


atas nama Donny Antoni sebesar Rp 898.000,00.
Dari hasil penelaahan terhadap bukti-bukti, terdapat pembayaran biaya mobilisasi
sejumlah Rp 898.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
Nama
Tiket
Transport Lokal
Jumlah
Donny Antony
798.000
100.000
898.000
Menurut kontrak dan amandemen, Donny Antony tidak tercatat sebagai profesional staf
di konsultan PT Phibeta Kalamwijaya. Seharusnya pembayaran mobilisasi mengacu
pada kontrak yaitu hanya diperkenankan kepada profesional staf yang namanya
tercantum dalam kontrak.
Hal tersebut disebabkan kuasa pengguna anggaran kurang cermat dan kurang teliti
dalam melakukan verifikasi kegiatan yang akan dibayar, akibatnya terjadi kelebihan
biaya mobilisasi sebesar Rp 898.000,00.
Disarankan kepada kuasa pengguna anggaran untuk menarik kembali kelebihan atas
pembayaran biaya mobilisasi yang telah diserap oleh konsultan sebesar Rp 898.000,00.

Terhadap permasalahan tersebut pihak


proyek telah menyetujui untuk menarik
kembali kelebihan atas pembayaran biaya
mobilisasi yang telah diserap oleh konsultan
sebesar Rp 898.000,00.

Ditanggapapi Proyek/PMU
Terhadap permasalahan tersebut pihak proyek telah
menarik kembali kelebihan atas pembayaran biaya
mobilisasi yang telah diserap oleh konsultan sebesar
Rp 898.000,- melalui pemotongan atas invoice ke X
(periode Mei 2007 s/d Juni 2007) dengan bukti
terlampir

Terdapat Kelebihan Pembayaran Remuneration Professional Staf atas Nama Ari


Paputungan oleh PT Phibetha Kalamwijaya sebesar Rp 9.000.000,00.
Dari hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti ditemukan bahwa tanggal tiket pesawat
pada pembayaran mobilisasi profesional staff atas nama Ari Paputungan adalah 23 Juni
2006, sehingga pembayaran untuk renumerasi pada bulan Juni 2006 diragukan
kebenarannya.
Seharusnya pembayaran remunerasi dimulai saat profesional staff tersebut telah
melakukan mobilisasi dan benar-benar telah berada di tempat kerja.
Hal tersebut disebabkan kuasa pengguna anggaran kurang cermat dan kurang teliti
dalam melakukan verifikasi kegiatan yang akan dibayar. Dan hal ini mengakibatkan
kelebihan pembayaran remunerasi a.n. Ari Paputungan pada bulan Juni sebesar Rp
9.000.000,Disarankan kepada kuasa pengguna anggaran untuk menarik kembali kelebihan atas
pembayaran yang telah diserap oleh konsultan sebesar Rp 9.000.000,00.

Terhadap permasalahan tersebut pihak


proyek telah menyetujui untuk menarik
kembali kelebihan atas pembayaran yang
telah diserap oleh konsultan sebesar Rp
9.000.000,00.

Ditanggapapi Proyek/PMU
Terhadap permasalahan tersebut pihak proyek telah
menarik kembali kelebihan atas pembayaran biaya
Remuneration Profesional Staff tersebut yang telah
diserap oleh konsultan sebesar Rp 9.000.000,- melalui
pemotongan atas invoice ke X (periode Mei 2007 s/d
Juni 2007) dengan bukti terlampir

Terdapat Kelebihan Pembayaran untuk Biaya Pelatihan Trainning on Trainers (TOT)


oleh PT Arsidea Wahana Griya dan Pemetaan Swadaya (PS)
Berdasarkan pemeriksaan terhadap bukti-bukti terdapat kelebihan pembayaran biaya
transport untuk kegiatan Pelatihan Trainning on Trainers (TOT) selama 4 hari dari
tanggal 1 Mei s.d 4 Mei 2006 dan Pelatihan Swadaya (PS) selama 10 hari dari tanggal
23 Juni
INVOICE
AUDIT
Selisih
Ket
(Rp)
Peserta Transport
Peserta Transport
TOT (1/5 4/5 = 4 Hr
102 Pst 15.300.000 91 Pst
1.660.000 1.650.000

Terhadap permasalahan tersebut pihak


proyek telah menyetujui untuk menarik
kembali kelebihan atas pembayaran biaya
transport pelatihan PS dan TOT yang telah
diserap oleh konsultan sebesar Rp
3.300.000,00.

Ditanggapapi Proyek/PMU
Terhadap permasalahan tersebut pihak proyek telah
menarik kembali kelebihan atas pembayaran biaya
Pelatihan Trainning Of Trainners (TOT) tersebut yang
telah diserap oleh konsultan sebesar Rp 3.300.000,melalui pemotongan atas invoice ke IX (periode Mei
2007 s/d Juli 2007) dengan bukti terlampir

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


No

KONDISI
PS (23/6 2/7 = 10 Hr

102 Pst

15.300.000

91 Pst
1.660.000 1.650.000
Jumlah Selisih
3.300.000
Dalam Invoice bukti pembayaran transport untuk peserta, hanya ada kuitansi yang
ditandatangani oleh Team Leader (Hartiwan Harun AR) dan tidak ada bukti pendukung
tanda terima ke masing-masing peserta. Selain itu dalam bukti-bukti pengeluaran tidak
dilampirkan
Hal tersebut disebabkan kuasa pengguna anggaran kurang cermat dan kurang teliti
dalam melakukan verifikasi kegiatan yang akan dibayar.
Disarankan kepada kuasa pengguna anggaran untuk menarik kembali kelebihan atas
pembayaran biaya transpor pelatihan PS dan TOT yang telah diserap oleh konsultan
sebesar Rp 3.300.000,00.

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


1. KABUPATEN ACEH BARAT
No

KONDISI

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Pelaksanaan Fisik Sarana dan Prasarana Belum Tepat Sasaran


Hasil pemeriksaan kami terhadap Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) Kabupaten Aceh Barat, di Desa Gampong Gampa
Kecamatan Johan Pahlawan, Desa Ranto Panyang Timur dan Dsa Pasi
Pinang Kecamatan Meureubo, menunjukkan terdapat bangunan belum
bermanfaat, yaitu sebagai berikut:
Desa Gampong Gampa Kecamatan Johan Pahlawan
- Bok Culvert yang dilaksanakan oleh KSM Meulu, dilokasi yang belum
ada jalan/lorong.
- Bok Culvert yang dilaksanakan oleh KSM Keupula, berada pada jalan
buntu.
- Bok Culvert yang dilaksanakan oleh KSM Kamboja, bukan merupakan
akses sebagian besar penduduk setempat.
Desa Ranto Panyang Timur Kecamatan Meureubo
Pembangunan saluran pembuangan air yang dilaksanakan oleh KSM
Delima, sepanjang 163 m dengan nilai Rp 30.950.000 dibangun di pinggiran
kebun salah seorang
penduduk pada lokasi yang tidak terdapat
permukiman, sehingga kurang bermanfaat
Desa Pasi Pinang Kecamatan Meureubo
Terdapat pembuatan Bok Culvert yang dilaksanakan oleh KSM Sabili
sebanyak 1 unit senilai Rp 11.025.000, pada lokasi yang belum ada jalan.

Direkomendasikan kepada Bupati Aceh Barat


agar:
- Menginformasikan kepada KMP bahwa
KMW belum bekerja sesuai dengan
ketentuan/pedoman P2KP dan kepada
KMW yang bersangkutan agar diberikan
sanksi.
- Memberikan teguran kepada Camat dan
PjOK setempat atas kelalaian dalam
menjalankan tugas tersebut.

Kegiatan kegiatan yang diperiksa oleh BPKP merupakan


kegiatan P2KP Perkim, BLM Tahap I dan Tahap II. Jenis
kegiatan mengacu pada PJP Rehabilitasi yang disusun oleh
masyarakat, dikoordinir KERAP untuk di koordinasikan dan di
konsultasikan kepada pihak terkait termasuk upaya chanelling
ke lembaga donor lain. Artinya, kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dalam PJP tidak semuanya berasal dari BLM
P2KP. Sebagian kegiatan diharapkan didanai pihak lain. Dalam
beberapa kasus 1 Paket Kegiatan dalam sebuah wilayah
sumber dananya dari beberapa pihak. Dalam pembangunan di
kenal istilah pembangunan bertahap. Hal tersebut terjadi salah
satunya karena keterbatasan sumberdaya (mis. Dana). Prioritas
pelaksanaan kegiatan berdasar prioritas ketersediaan
sumberdaya.

Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan pedoman umum dan pedoman
teknis P2KP halaman 13, tujuan point b) yang menyatakan bahwa dengan
adanya pembangunan sarana dan prasarana tersebut dapat meningkatkan
akses bagi masyarakat miskin perkotaan.
Hal tersebut disebabkan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) tidak bekerja
sesuai dengan tugasnya dalam mensupervisi perencanaan dan pelaksanaan
P2KP Kabupaten Aceh Barat, maupun dalam melakukan fasilitator kepada
Koordinasi Kota dan Fasilitator Kelurahan,
Akibatnya tujuan pembangunan tersebut untuk membantu program
pengentasan kemiskinan tidak tercapai.

Kegiatan box culvert di Gampong Gampa merupakan 1 unit


kegiatan dari Paket Kegiatan Jalan. Pembuatan Box Culvert di
danai BLM P2KP, pembuatan jalannya akan dichanelkan
dengan lembaga lain. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh
BPKP, box culvert KSM Meulu dibuat di lokasi yang belum ada
jalan. Rencananya jalan akan dibuat dengan sumber dana pihak
lain
Box culvert KSM Keupula ketika dilakukan pemeriksaan berada
pada jalan buntu. Kondisi sekarang jalan telah ada, terhubung
dengan box yang dibuat oleh NGO. Photo terlampir.
Box culvert KSM Kamboja ketika diperiksa dianggap bukan
merupakan akses sebagian besar penduduk. Dalam skala
proritas, jumlah pemanfaat bukan indicator tunggal. Masih ada
indicator lain, yaitu kemampuan masyarakat, kemendesakan
dan keswadayaan. Box culvert KSM Kamboja dibuat karena
factor kemedesakan dan keswadayaan yang tinggi .
Saluran air dibangun dari kawasan permukiman sampai ke
saluran pembuangan utama. Seluruh saluran dibangun di sisi
jalan desa sehingga air tidak tergenang di badan jalan.
Faktanya, untuk mencapai saluran pembuangan utama harus
melewati pinggiran kebun salah seorang penduduk. Kondisi
sekarang di lahan perkebunan tersebut akan dibangun ruah
bantuan BRR. Photo terlampir.
Pembangunan permukiman di desa Pasi Pinang dilakukan oleh
beberapa lembaga. Dalam pembahasan perencanaan kegiatan

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


tingkat desa disepakati kegiatan apa yang akan dilaksanakan
dan lembaga mana yang melaksanakan. Salah satu kegiatan
yang didanai P2KP adalah Box yang dikerjakan oleh KSM
Sabili, pekerjaan jalan akan dilaksanakan oleh NGO (CRS atau
Mercy Corps) dan rumah akan dikerjakan Rekompak. Kondisi
sekarang, di lokasi box tersebut telah di buat jalan dan terdapat
rumah yang telah ditempati korban bencana tsunami.

Terdapat Penggunaan Anggaran P2KP yang tidak ada Hubungannya


Dengan Sarana dan Prasarana Dalam Pengentasan Kemiskinan
Hasil pemeriksaan kami terhadap Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) Kabupaten Aceh Barat, di Desa Ujong Tanjong dan Desa
Pasi Pinang Kecamatan Meureubo , terdapat pembangunan sarana dan
prasarana yang tidak ada hubungannya dengan program
Desa Ujong Tanjong Kecamatan Meureubo
Pembangunan Lapangan Bulu Tangkis yang dilaksanakan oleh KSM
Bintang, sebanyak 1 unit dengan nilai Rp 8.100.000,00.
Desa Pasi Pinang Kecamatan Meureubo
Pembangunan Lapangan Bola Volly yang dilaksanakan oleh KSM Vasific
sebanyak 1 unit dengan nilai Rp 11.000.000,00.
Pembangunan kedua prasarana tersebut tidak memberi akses bagi
penduduk miskin perkotaan untuk memberantas kemiskinan.
Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan pedoman umum dan pedoman
teknis P2KP perencanaan pelaksanaan P2KP Kabupaten Aceh Barat
halaman 13, tujuan point b) yang menyatakan bahwa dengan adanya

Direkomendasikan kepada Bupati Aceh Barat


agar:
- Menginformasikan kepada KMP bahwa
KMW belum bekerja sesuai dengan
ketentuan/pedoman P2KP dan kepada
KMW yang bersangkutan agar diberikan
sanksi.
- Memberikan teguran kepada Camat dan
PjOK setempat atas kelalaian dalam
menjalankan tugas tersebut.

Pelaksanaan P2KP Perkim di NAD mengacu pada Pedoman


Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Rehab
Rekon Perkim Paska Bencana. Di halaman 3, tujuan yang akan
dicapai oleh P2KP khusus bencana adalah :
a. Tumbuhnya
wadah
pemersatu
masyarakat
untuk
menggalang kebersamaan, solidaritas, persaudaraan dan
senasib sepenanggungan.
b. Masyarakat dapat bermukim kembali ke wilayah asalnya
yang telah direhabilitasi dan ditata kembali lingkungan
perkimnya.
c. Masyarakat mendapat akses ke sarana dan prasarana
lingkungan permukiman yang layak, termasuk channeling
program di bidang rehabilitasi rumah.
d. Masyarakat mendapat akses ke proses pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi
perkim di wilayahnya.
e. Menjamin upaya-upaya untuk melindungi kepentingan
seluruh masyarakat yang menjadi korban bencana di
wilayahnya.
Pelaksanaan kegiatan P2KP Perkim menurut kami sudah sesuai
dengan tujuan P2KP Perkim seperti tersebut di atas.
Dampak bencana tsunami di NAD tidak hanya menghancurkan
sarana dan prasarana fisik., namun juga mengakibatkan tercerai
berainya komunitas local dan dampak tekanan psikologis serta
kejiwaan korban. Kondisi tersebut diperparah dengan konflik
bersenjata dalam waktu yang lama. Dampak negative yang
mungkin muncul adalah konflik horizontal antar masyarakat
setempat dan disintegrasi social.
Pembangunan lapangan bulu tangkis dan lapangan Volley
sesungguhnya dalam konteks untuk meminimalisir terjadinya
konflik antar masyarakat.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


pembangunan sarana dan prasarana tersebut dapat meningkatkan akses
bagi masyarakat miskin perkotaan.
Hal tersebut disebabkan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) tidak bekerja
sesuai dengan tugasnya dalam mensupervisi perencanaan pelaksanaan
P2KP Kabupaten Aceh Barat, maupun dalam melakukan fasilitator kepada
Koordinator Kota dan Fasilitator Kelurahan, serta kurangnya pengawasan
dari Camat sebagai penanggung jawab umum dan PJOK sebagai
penanggung jawab Operasional Kegiatan.
Akibatnya pembangunan tersebut tidak mempunyai manfaat (tidak berdaya
guna) dalam rangka pengentasan kemiskinan.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


2. KOTA SABANG
No

KONDISI

REKOMENDASI

Terdapat hasil pembangunan prasarana P2KP belum dapat


dimanfaatkan senilai Rp 81.259.000,00.
Terdapat hasil pembangunan P2KP pembangunan prasarana fisik yang telah
selesai dibangun belum dapat di manfaatkan oleh warga/masyarakat yang
terjadi pada 2 kelurahan senilai Rp 81.259.000,00 yaitu :
Kelurahan Keuneukai Kecamatan Suka Jaya
- Pembangunan bak penampung air bersih dan talud sebanyak 1 unit
senilai Rp 21.327.000,00 yang dilaksanakan oleh KSM Gunung Meurgoe
belum dapat difungsikan karena pipa air belum selesai dipasang dan
kondisinya tidak terawat.
- Pembuatan bak penampung air bersih oleh KSM Ie Seu um sebanyak 2
unit senilai Rp 21.595.000,00 diantaranya sebanyak 1 unit belum dapat di
fungsikan sedangkan 1 unit lainnya sejak 2 bulan terakhir tidak digunakan
dan kondisinya telah bocor dan retak
Kelurahan Aneuk Laot kecamatan Suka Karya
- Terdapat pembangunan WC sebanyak 1 unit senilai Rp 20.000.000,00
oleh KSM Babah Lueng dan pos jaga sebanyak satu unit senilai Rp
8.000.000,00 oleh KSM Mata Ie telah selesai akhir April 2007 namun
sampai dengan saat audit (Tanggal 26 Mei 2007) kedua bangun

Direkomendasikan kepada walikota Sabang


agar :
1. Menginstruksikan PJOK kecamatan Suka
Karya
dan
Suka
Jaya
untuk
memanfaatkan hasil kegiatan P2KP
berupa WC, Pos jaga, dan 2 unit bak
penampung.
2. Memberikan teguran secara tertulis
kepada PJOK
3. Memberikan teguran kepada KMW,
Korkot dan faskel melalui SNVT
Penataan Bangunan Lingkungan (PBL)
Provinsi NAD.

Terdapat hasil pembangunan dana P2KP tidak dipelihara dangan baik


Terdapat sarana dan prasarana yang telah dibanguan dari dana P2KP tidak
dipelihara dengan baik oleh KSM yang terjadi pada 2 (dua ) Kelurahan , hal
ini terlihat dari kondisi berikut :
Kelurahan Cot Bau Kec. Sukajaya
Kegiatan pembangunan saluran parit dilokasi Bay Pass sepanjang 24 meter
senilai Rp 24.000.000,00 oleh KSM Melati, dijumpai kondisi saluran telah
tertimbun tanah dan semak belukar
Lampu penerangan dilokasi Cot Mancang sebanyak 5 titik senilai
Rp 13.500.000,00 yang dilaksanakan oleh KSM Terang Bulan, dijumpai
2(dua ) titik tidak berfungsi lagi .
Jalan rabat beton di lokasi Tanah Buju yang dilaksanakan oleh KSM Merpati
I senilai Rp 24.000.000,00 telah rusak dan pecah dibeberapa tempat.

Pada tanggal 5 Juni 2007 mengkoordinasikan dengan


Tim Faskel untuk dikoordinasikan dengan KSM,
KERAP, BKM dan Lurah Keuneukai tentang temuan
BPKP serta menyusun rencana Alih Kelola Kerap ke
BKM.
2. Pada Tanggal 6 Juni 2007, mengkoordinasikan
dengan PJOK Sukajaya terhadap temuan tersebut,
tersusun rencana adanya koordinasi rutin setiap
bulannya dengan seluruh KERAP/BKM se Kecamatan
Sukajaya melalui Forum Komunikasi Antar BKM.
Pada tanggal 6 Juni 2007 mengkoordinasikan dengan PPK Kota
Sabang
BKM /KERAP mengakui kondisi tersebut dan berjanji akan
melakukan pemeliharaan dan perbaikan bersama dengan
masyarakat setempat terhadap prasarana tersebut
1.

Seharusnya prasarana yang telah dibangun dapat segera dimanfaatkan oleh


warga masyarakat miskin.
Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan faskel, PJOK dan
KMW.
Akibatnya tujuan dari pada P2KP memberikan pelayanan pada masyarakat
miskin tidak tercapai
Terhadap masalah ini pihak KMW (Korkot) menyatakan bahwa belum
berfungsinya bak penampung di Keuneukai karena pengadaan pipa air yang
besumber dari dana P2KP Perkim Tahap I tidak cukup dan akan dilanjutkan
dari pendanaan permukiman Tahap II. Disamping itu
2

TANGGAPAN
1.

2.

3.

Terhadap kondisi ini kami rekomendasikan


kepada Walikota Sabang agar:
- Memerintahkan PJOK meminta KERAP
/BKM
untuk
segera
melakukan
pemeliharaan secara rutin dan perbaikan
terhadap prasarana yang rusak tersebut.
- memerintahkan Korkot dan Faskel melalui
Kepala SNVT PBL Prov.NAD untuk lebih
aktif memfasilitasi BKM,KSM dalam hal
pemeliharan prasarana yang telah
dibangun.

Pada tanggal 5 Juni 2007 mengkoordinasikan dengan


Tim Faskel untuk dikoordinasikan dengan KSM,
KERAP, BKM dan Lurah tentang temuan BPKP serta
menyusun rencana tim pemelihara terhadap
prasarana yang dibangun dari kelompok pemanfaat.
Pada tanggal 13 Juni 2007 mengkoordinasikan
dengan Camat Kecamatan Sukakarya tentang
temuan tersusun rencana akan mengkoordinasikan
dengan BKM, Lurah setelah terbentuk PJOK definitif
Pada tanggal 13 Agustus 2007 KERAP Kelurahan Cot
Bau menyerahkan Laporan Pemanfaatan Dana
Sosial.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


Kelurahan Iboih Kec.Sukakarya
MCK yang dibangun oleh KSM Seulako sebanyak 1 Unit senilai
Rp 15.333.000,00 kondisinya 1 (satu) pintu telah rusak berat.
Saluran Drainase yang direhab oleh KSM Rondo II Senilai Rp 27.680.000,00,
dijumpai kondisi sebagian saluran drainase telah tertimbun tanah dan
ambruk
Seharusnya sesuai ketentuan setiap prasana yang telah dibangun dari dana
P2KP menjadi kewajiban masyarakat setempat memelihara dan
memperbaikinya.
Hal ini terjadi karena kurang keperdulian masyarakat dan kurangnya
pengawasan dari Faskel ,Korkot dan PJOK
Akibatnya prasarana yang telah dibangun tersebut tidak akan bertahan lama.
BKM /KERAP mengakui kondisi tersebut dan berjanji akan melakukan
pemeliharaan dan perbaikan bersama dengan masyarakat setempat
terhadap prasarana tersebut
3

Pembangunan pos jaga dan pengadaan perlengkapan fardhu kifayah


senilai Rp 14.400.000,00 tidak efektif.
Terdapat pembangunan Prasarana senilai Rp 14.400.000,00 yang tidak
efektif dalam rangka penanggulangan kemiskinan yaitu pembangunan pos
jaga senilai Rp 8.000.000,00 oleh KSM Mata Ie Kelurahan Aneuk Laot dan
pengadaan perlengkapan fardhu kifayah sebanyak 6
Seharusnya pembangunan prasarana yang dilakukan oleh KSM adalah
prasarana
yang
berhubungan
langsung
dengan
upaya
untuk
penanggulangan kemiskinan.
Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan monitoring oleh Korkot,Faskel
dan tim Koordinasi Proyek Pendampingan P2KP Kota Sabang.
Akibatnya Penggunaan dana P2KP kota Sabang tahun anggaran 2006 tidak
efektif sebesar Rp 14.400.000,00.
Terhadap masalah ini pihak KMW (Korkot) menyatakan bahwa wilayah
kelurahan Aneuk Laot dan Cot Bau adalah wilayah P2KP bencana yang
kegiatannya cukup berbeda dengan wilayah P2KP reguler. Secara garis
besar di wilayah bencana dengan kerusakan infrastruktur

Direkomendasikan kepada Walikota Sabang


untuk memberi teguran kepada Korkot dan
Faskel melalui SNVT PBL Prov.NAD atas
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.

Pembiayaan Kegiatan yang Tidak Sesuai dengan Ketentuan Program


P2KP senilai Rp 67.277.200,00.
Terdapat pembiayaan kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan program
P2KP berupa pembangunan rumah ibadah di Kelurahan Iboih Kecamatan
Suka Karya yaitu:
- Pembuatan pagar Meunasah oleh KSM Dadap senilai Rp 44.249.200,00.
- Pembuatan
pagar
Meunasah
Oleh
KSM
Baruna
senilai
Rp 23.028.000,00.
Seharusnya menurut pedoman khusus pelaksanaan Program P2KP serta
sebagaimana yang telah disebutkan dalam daftar Kegiatan terlarang (Negatif
List) disebutkan: Sarana Prasarana rumah ibadah tidak boleh dibiayai dari

Direkomendasikan kepada Wali Kota Sabang


menegur secara tertulis Korkot,Faskel dan
PJOK agar setiap pelaksanaan kegiatan di
lapangan untuk selalu berpedoman pada
ketentuan yang ada pada buku petunjuk
P2KP.

Wilayah kelurahan Aneuk Laot dan Cot Bau adalah wilayah


P2KP bencana yang kegiatannya cukup berbeda dengan
wilayah P2KP reguler. Secara garis besar di wilayah bencana
dengan kerusakan infrastruktur dan kebutuhan masyarakat lebih
terbuka ruang untuk pemanfaatan BLM Perkim dengan
dasarnya hasil musyawarah warga dan prioritas kebutuhan.
Termasuk diwilayah Kelurahan Iboih yang juga wilayah bencana
terdapat pembangunan meunasah, hal ini dalam pedoman
umum P2KP untuk wilayah bencana tidak ditegaskan secara
detail tentang negative list, mengingat fungsi meunasah lebih
kepada community centre (pusat kegiatan masyarakat)
1. Pada tanggal 5 Juni 2007 mengkoordinasikan dengan Tim
Faskel untuk dikoordinasikan dengan KSM, KERAP, BKM
dan Lurah Aneuk Laot dan Cot Bau tentang temuan BPKP
serta menyusun rencana Alih Kelola Kerap ke BKM.
2. Pada Tanggal 6 Juni 2007, mengkoordinasikan dengan
PJOK Sukajaya terhadap temuan tersebut, tersusun rencana
adanya koordinasi rutin setiap bulannya dengan seluruh
KERAP/BKM se Kecamatan Sukajaya melalui Forum
Komunikasi Antar BKM.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


dana P2KP.
Hal ini disebabkan kurang sosialisasi dan pengawasan oleh Korkot,Faskel
dan PJOK.
Akibatnya pelaksanaan kegiatan P2KP kurang efektif dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
Terhadap masalah ini pihak KMW (Korkot) menyatakan bahwa di wilayah
Kelurahan Iboih yang juga wilayah bencana terdapat pembangunan
meunasah, hal ini dalam pedoman umum P2KP untuk wilayah bencana tidak
ditegaskan secara detail tentang negative list.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


3. KOTA LHOKSEUMAWE
No

KONDISI

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Terdapat sisa dana BLM Permukiman sebesar Rp 2.268.850,00 yang


disimpan oleh mantan koordinator/koordinator KERAP yaitu:
- Desa Hagu Teungoh BKM/KERAP Beurata Mandum, sisa dana sebesar
Rp 1.019.850,00 disimpan oleh mantan koordinator KERAP.
- Desa Keude Punteut BKM/KERAP Pang Nanggroe, sisa dana sebesar
Rp 1.249.000,00 disimpan oleh mantan coordinator KERAP.

Terhadap permasalahan tersebut kami telah


merekomendasikan
kepada
Walikota
Lhokseumawe agar :
Memerintahkan koordinator KERAP Desa
Hagu Teungoh untuk menyerahkan sisa
dana
BLM
Perkim
sebesar
Rp 1.109.850,00 kepada UPK KERAP
atau Sekretariat BKM.
Memerintahkan
mantan
koordinator
KERAP Desa Keude Punteut untuk
menyerahkan sisa dana BLM Perkim
sebesar
Rp 1.249.000,00
kepada
Sekretariat BKM.
Memberikan teguran kepada KMW dan
Faskel melalui PMU/P2KP Pusat.
Terhadap permasalahan tersebut kami telah
merekomendasikan
kepada
Walikota
Lhokseumawe agar:
Memerintahkan koordinator KERAP Desa
Hagu Teungoh untuk memerintahkan
KSM Pertamina I, KSM Pertamina II,
KSM PLN dan KSM PLN II mengerjakan
kekurangan
volume
sarana
dan
prasarana yang dibangunnya.
Menegur koordinator KERAP dan UPK
Desa Hagu Teungoh.
Memberikan teguran kepada KMW dan
Faskel melalui PMU/P2KP Pusat.

Memerintahkan kepada mantan Koordinator Kerap untuk segera


menyerahkan sisa uang BLM Perkim sebesar Rp. 1.019.850,kepada Sekretariat BKM.
Bukti Kas keluar dilengkapi dengan dokumen pendukungnya antara lain undangan/-daftar hadir rapat dan rencana
kebutuhan alat tulis
Bukti kas keluar ditandatangani oleh penerima yang benarbenar seharusnya menerima pembayaran.
Setiap dilakukan pemeriksaan Kas oleh Koordinator BKM
dibuat berita acaranya.

Terhadap permasalahan tersebut kami telah


merekomendasikan
kepada
Walikota
Lhokseumawe agar :
Memerintahkan
BKM/KERAP
Desa
Keude Punteut untuk membuat revisi
gambar dan RAB sesuai fisik di

Seharusnya dana P2KP disimpan oleh UPK KERAP atau Sekretariat BKM.
Hal tersebut disebabkan kurangnya pengawasan oleh KMW dan Faskel.
Akibatnya dana kegiatan P2KP belum dimanfaatkan.

Terdapat kekurangan volume atas pembangunan sarana dan prasarana


senilai Rp 15.783.262,00 yang terjadi di BKM/KERAP Beurata Mandum
di Desa Hagu Teungoh yaitu :
- Pembuatan jalan rabat beton yang dikerjakan oleh KSM Pertamina II
(Tahap I) kurang volume sepanjang 24 m atau senilai Rp 1.100.880,00.
- Pembuatan jalan rabat beton yang dikerjakan oleh KSM PLN (Tahap I)
kurang volume sepanjang 10,5 m3 atau senilai Rp 1.798.104,00.
- Pembuatan jalan rabat beton yang dikerjakan oleh KSM Pertamina I
(Tahap I) kurang volume sepanjang 30 m atau senilai Rp 3.669.600,00.
- Perkerasan jalan dengan sirtu yang dikerjakan oleh KSM PLN II (Tahap I)
kurang volume sepanjang 13 m atau senilai Rp 3.624.598,00.
- Pembuatan tembok penahan jalan yang dikerjakan oleh KSM PLN II
(Tahap I) kurang volume sepanjang 66 m atau senilai Rp 5.590.080,00.

Mantan Koordinator KERAP Desa Keude Punteut telah


menindaklanjuti permasalahan ini dengan menyerahkan sisa
uang sebesar Rp 1.249.000,00 kepada koordinator BKM Desa
Keude Punteut pada tanggal 28 Mei 2007.
Memerintahkan KSM Pertamina II untuk mengerjakan kekurangan jalan rabat beton sebesar 24 m.
KSM PLN untuk mengerjakan kekurangan jalan rabat beton
sepanjang 10,5 m3.
Memerintahkan KSM PLN II untuk mengerjakan kekurangan perkerasan jalan sirtu sepanjang 13m dan tembok
penahan jalan 66 m.
emerintahkan KSM Pertamina I untuk mengerjakan kekurangan jalan rabat beton sepanjang 24 m.
Melakukan koordinasi dengan aparatur untuk memperbaiki
tembok penahan jalan sirtu yang telah rusak.

Dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut telah diambil oleh masing-masing


KSM seluruhnya.
Seharusnya pembangunan sarana dan prasarana dilaksanakan sesuai
dengan volume dalam proposal yang telah disepakati dalam rembug desa.
Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengawasan oleh koordinator
KERAP, UPL, KMW dan Faskel.
Akbatnya dana pembangunan sarana dan prasarana tidak jelas
penggunaannya.
3

Terdapat sarana dan prasarana yang dibangun tidak sesuai dengan


proposal yang terjadi di Desa Keude Punteut yaitu:
'Sebagian kegiatan pembuatan saluran air dialihkan ke kegiatan
pembuatan gorong-gorong.
Item tong air pada kegiatan pembuatan sumur bor diganti dengan bak
penampung air.

Melakukan koordinasi dengan aparatur desa untuk


melakukan pembersihan/pemeliharaan saluran air yang
telah dikerjakan oleh KSM Mangga.
Setiap dilakukan pemeriksaan kas oleh Koordinator BKM
dibuat berita acaranya.
Menyusun revisi RAB atas kegiatan pembuatan sumur yang

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP

Perubahan tersebut tidak mengurangi dana pelaksanaan kegiatan secara


keseluruhan tetapi hanya berupa subsidi silang saja.
Seharusnya perubahan pembangunan sarana dan prasarana diikuti dengan
perubahan gambar dan RAB dalam proposal.
Hal tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi dan monitoring oleh KMW dan
Faskel.
Akibanya sarana dan prasarana yang dibangun tidak sesuai dengan
dokumen pendukungnya.

lapangan.
Memberikan teguran kepada KMW dan
Faskel melalui PMU/P2KP Pusat.

dikerjakan oleh KSM Rambutan.

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


4. KOTA LANGSA
No

KONDISI

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Hasil Pemetaan Swadaya terhadap KK


Miskin tidak tepat sasaran yaitu Hasil Pemetaan Swadaya (PS) KK Miskin
dijumpai 2 KK yang bukan KK Miskin yaitu pengusaha salon dan wartel yang
terdapat pada Gampong Paya Bujok Blang Pase wartel
Seharusnya KK yang masuk dalam KK Miskin benar-benar orang miskin yaitu
orang yang tidak punya pekerjaan dan berpenghasilan rendah

Kepada
Korkot
Langsa
agar
memerintahkan Faskel dan Relawan
untuk segera memperbaiki daftar KK
Miskin sesuai standar

Fasilitator sudah menindaklanjuti dengan melakukan review daftar


kk miskin Desa Paya Bujuk Blang Pase dan meniadakan
pengusaha salon dan wartel pada daftar kk miskin (terlampir :
daftar kk miskin sudah diserahkan kepada KMW)

Kepada Korkot agar memerintahkan


kepada Faskel untuk membuat Berita
Acara atau kesepakatan tertulis apabila
ada perubahan usulan

Fasilitator Tim 28 (gampong Seuriget Sudah dibuat memfasilitasi


dibuatnya Berita Acara perubahan usulan kegiatan pemberian
beasiswa (terlapirr BA perubahan kegiatan)

Kepada Korkot agar : - memerintahkan


Faskel untuk mendata ulang hasil
kegiatan di lapangan
- Memperbaiki laporan Korkot

Data yang dimasukan ke Korkot sudah diklarifikasi, berdasarkan


revisi data (akurat) yang disampaikan oleh Fasilitator.
Asmandat sudah melakukan revisi data

Korkot memerintahkan kepada Faskel


Ekonomi
untuk
meningkatkan
pembinaan kepada BKM

Korkot sudah menyampaikan surat peringatan kepada Faskel


Ekonomi agar melakukan pendampingan yang lebih intensif
kepada Sekretariat dan UPK. Dengan melakukan OJT (On The
jobtraining)

Kepada Korkot agar memerintahkan


KSM
untuk
membuat
laporan
pertanggungjawaban

KSM sudah membuat laporan pertenggungjawaban penggunaan


dana BLM kepada BKM (terlampir : laporan pertenggungjawaban
KSM desa PB. Blang Pase)

Sebab Tidak adanya ketegasan Faskel dan relawan dalam menetapkan KK


Miskin sesuai standar

Akibatnya Hasil pemetaan swadaya KK Miskin tidak akurat


Terdapat perubahan realisasi pemberian beasiswa dari proposal semula tetapi
tidak dibuat Berita Acara atau kesepakatan tertulis dari pihak BKM dan KSM
Pelaksana yaitu di Gampong Seuriget
Seharusnya setiap adanya perubahan dari usulan proposal dibuatkan Berita
Acara atau Kesepakatan Tertulis
Sebabnya Kelalaian Faskel
Akibatnya Pemberian beasiswa tidak sesuai antara rencana dengan realisasi
Penyajian data yang masuk dalam Program Sistem Informasi Manajemen (SIM
) kurang valid yaitu pada Gampong Seulalah, Gampong Sukarejo, Gampong
Seuriget dan Gampong Paya Bujok Blang Pase antara lain data penerima
manfaat pelatihan komputer, data realisasi prasarana fisik lingkungan, data
santunan jompo dan anak yatim.
Seharusnya data yang dimasukkan dalam laporan Korkot sesuai dengan data
real di lapangan
Sebab Kelalaian Faskel dalam memberikan data yang akurat

Akibatnya Tidak akuratnya laporan Korkot


Administrasi keuangan pada BKM belum tertib misalnya BKM Sejahtera
Mandiri, BKM Sukma Jaya, BKM Kamseri dan BKM Bungong Jaroue yaitu tidak
adanya nomor bukti, tidak adanya tanggal pembukuan dan tanda tangan
penanggung jawab
Seharusnya penatausahaan keuangan sesuai dengan prinsip pembukuan.
Sebabnya Kurangnya pembinaan dari Faskel Ekonomi kepada BKM

Akibatnya Pembukuan tidak memenuhi prinsip pembukuan yang baik


KSM tidak membuat Laporan Pertanggungjawaban yaitu di Gampong Paya
Bujok Blang Pase
Seharusnya setelah selesai kegiatan setiap KSM membuat Laporan
Pertanggungjawaban kepada BKM

Lampiran Tanggapan Temuan BPKP


No

KONDISI

REKOMENDASI

TANGGAPAN

Akibatnya Tidak dapat terpantaunya hasil kegiatan oleh BKM


Struktur Organisasi BKM belum mencerminkan pengendalian intern yang
memadai yaitu tidak adanya pemisahan fungsi pencatatan dan pemegang uang
Seharusnya fungsi pencatatan dan pemegang uang dipisahkan

Kepada
BKM
agar
mengadakan
pemisahan fungsi pencatatan dan
pemegang uang

Berdasarkan panduan Umum dan Teknis di P2KP dalam struktur


BKM tidak ada Bendaharawan secara khusus, tapi fungsi
pemegang kas langsung di jabat oleh sekretaris dan Unit Pengelola
Keuangan (UPK)

Kepada Korkot agar segera mencairkan


dana BLM tahap II dan segera
menyalurkan kepada masyarakat

Dana BLM senilai 7,65 Milyar rupiah yang merupakan BLM P2KP
tahap ke dua tidak pada posisi stanby di korkot, (berada di kas
negara), keterlambatan pencairan BLM tahap disebabkan selain
ha-hal yang bersiafat teknis adminstrasi yang belum dipenuhi oleh
BKM juga masih banyaknya kegiatan yang harus mendapatkan
klarifikasi karena tidak sesuai dengan PJM-Pronangkis yang sudah
dibuat dan menjadi acuan verifikasi oleh Satker propinsi.

Sebabnya Kelalaian KSM

Sebabnya Kurang dipahaminya ketentuan oleh BKM

Akibatnya Memberi peluang untuk penyalahgunaan uang


Keterlambatan pencairan dana BLM dari jadwal yaitu sampai saat audit
berakhir tanggal 30 Mei 2007 BLM tahap II dengan nilai Rp 7.650.000.000
belum diterima oleh BKM.
Seharusnya dana BLM tahap II tersebut sudah diterima oleh BKM bulan Maret
2007
Sebab Adanya permintaan dari Satker Provinsi NAD untuk melampirkan
laporan audit independen dalam pengajuan dana tahap II
Akibatnya Terlambat diterimanya manfaat dana BLM oleh masyarakat miskin

Anda mungkin juga menyukai