Anda di halaman 1dari 38

PERAN INSPEKTORAT DALAM

PENCEGAHAN PRAKTEK
PUNGUTAN LIAR (PUNGLI)

OLEH
MUN GUMIRI, S. IP, M.H

INSPEKTUR INSPEKTORAT
KABUPATEN BENGKULU TENGAH

1
PENDAHULUAN

1. PERKEMBANGAN KORUPSI AKHIR-AKHIR INI NAMPAK SEMAKIN


SISTEMATIS DAN TERPOLA.

2. LUAS LINGKUPNYA JUGA TELAH MENYENTUH SELURUH ASPEK


KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN LINTAS BATAS NEGARA.

3. OLEH SEBAB ITU, SECARA NASIONAL DISEPAKATI BAHWA KORUPSI


BUKAN SAJA SEBAGAI KEJAHATAN LUAR BIASA, TETAPI JUGA
SEBAGAI KEJAHATAN TRANSNASIONAL.

4. SALAH SATU BENTUK TINDAK PIDANA KORUPSI YANG SERING


TERJADI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ADALAH PUNGUTAN LIAR
(PUNGLI) DAN GRATIFIKASI.

IRONISNYA, LEMBAGA PENDIDIKAN YANG NOTABENE MERUPAKAN


LEMBAGA YANG DITUNTUT MELAHIRKAN INSAN-INSAN YANG BERBUDI
PEKERTI LUHUR PUN TAK LUPUT DARI PUNGUTAN LIAR INI.

2
Definisi Pungli berdasarkan pasal 12 huruf e
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
( UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI )

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud


menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu


menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.

3
UNSUR OBJEKTIF PUNGLI

1. Pegawai Negeri atau atau penyelenggara


negara

2. Menyalahgunakan kekuasaan

3. Memaksa seseorang untuk :


Memberikan sesuatu
Membayar
Menerima pembayaran dengan potongan, atau
Mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
UNSUR SUBJEKTIF PUNGLI

1. Atau dengan maksud untuk


menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan
hukum

2. Menguntungkan secara melawan


hukum
Faktor penyebab seseorang melakukan
pungli
1. Penyalahgunaan wewenang, Jabatan atau kewenangan
seseorang;
2. Faktor mental, karakter atau kelakuan dari pada
seseorang;
3. Faktor ekonomi. Penghasilan yang bisa dikatakan tidak
mencukupi kebutuhan hidup tidak sebanding dengan
tugas/jabatan;
4. Faktor kultural & Budaya Organisasi. Budaya yang
berjalan terus menerus sebagai hal biasa;
5. Terbatasnya sumber daya manusia;
6. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.
7 SEKTOR PELAYANAN PUBLIK YG RAWAN PUNGLI
(Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri)

1. Sektor perizinan;
2. Sektor pendidikan;
3. Hibah dan bantuan sosial (bansos);
4. Kepegawaian;
5. Dana desa;
6. Pengadaan barang dan jasa serta;
7. Peradilan.

Sektor perizinan dan hibah bantuan sosial yang paling rawan pungli karena
langsung bersentuhan dengan publik.
Di seluruh Pemerintah Daerah diharuskan untuk membentuk Tim
Pemberantasan Pungli. (amanah dari Presiden R.I. Joko Widodo)
AKAR MASALAH
PUNGLI

PROSEDUR
LEMAHNYA
BIROKRASI
PENGAWASAN
YANG TERLALU
INTERNAL
BERBELIT-BELIT

PERLU MEREFORMASI PERLU MENINGKATKAN


ATAU MEMANGKAS PERAN INSPEKTORAT
BIROKRASI AGAR LEBIH UNTUK MENCEGAH
SINGKAT DAN EFISIEN PENYIMPANGAN
SABER
PUNGLI
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar, yang
diundangkan pada tanggal 21 Oktober 2016.

2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 700/4277/SJ


tanggal 11 November 2016 tentang Pemberantasan Pungli
Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

3. Keputusan Bupati Bengkulu Tengah Nomor


700 03 Tahun 2017 tanggal 03 Januari 2017
tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar
Kabupaten Bengkulu Tengah.

9
UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI
SK Bupati Bengkulu Tengah 700 03 Tahun 2017
tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar
Kabupaten Bengkulu Tengah.

Unit Pemberantasan Pungli menyelenggarakan


fungsi :

1. Intelijen
2. Pencegahan
3. Penindakan; dan
4. Yustisi.
UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI
mempunyai wewenang :

1. Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan


pungutan liar;
2. Melakukan pengumpulan data dan informasi dari OPD
dan pihak lain yang terkait dengan menggunakan
teknologi informasi;
3. Mengoordinasikan,merencanakan, dan melaksanakan
operasi pemberantasan pungutan liar;
4. Melakukan operasi tangkap tangan;
5. Memberikan rekomendasi kepada pimpinan OPD serta
Bupati untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungli
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Melakukan upaya-upaya preventif baik melalui sosialisasi,


penyuluhan, pelatihan dan kegiatan lain dalam rangka
mencegah terjadinya pungli ; dan

7. Melaksanakan evaluasi kegiatan pemberantasan


pungutan liar.
STRUKTUR DAN KEDUDUKAN
UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI
Penanggung Jawab : Bupati Bengkulu Tengah
Penasehat : 1. Kapolres B/U
2. Dandim 0407
3. Kajari Argamakmur
4. Ketua PN Argamakmur
5. Sekda Bengkulu Tengah
Ketua Pelaksana : Wakapolres B/U
Wakil Ketua I : Inspektur Inspektorat

Posko/Sekretariat : Inspektorat Bengkulu Tengah


SASARAN
UNIT PEMBERANTASAN PUNGLI

Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara di Kabupaten


Bengkulu Tengah.

Instansi, Rumah Sakit, Puskesmas,


Sekolah, UPTD, Desa dan Fasilitas
Pemerintah Kabupaten Bengkulu
Tengah Lainnya
Tambahan :

GRATIFIKASI

APA ITU GRATIFIKASI ???

15
Arti Gratifikasi dapat diperoleh dari Penjelasan Pasal
12B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001,

yaitu pemberian dalam arti luas kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar
negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.

16
Definisi di atas menunjukkan bahwa
gratifikasi sebenarnya bermakna pemberian
yang bersifat netral. Suatu pemberian
menjadi gratifikasi yang dianggap suap jika
terkait dengan jabatan dan bertentangan
dengan kewajiban atau tugas penerima.

17
DASAR HUKUM GRATIFIKASI
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pasal 12B dan 12C.
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Pasal 16.
3. Peraturan KPK Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan
Penetapan Status Gratifikasi.
4. Surat Edaran Menteri dalam Negeri Nomor : 061/7737/SJ tanggal 30
Desember 2014 tentang Pembentukan Unit Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Pemerintah Daerah.
5. Surat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nomor : B-854/10-
13/02/2017 tanggal 20 Februari 2017 hal Implementasi Pengendalian
Gratifikasi pada Pemprop, Pemkab dan Pemkot se-Propinsi Bengkulu.
DASAR HUKUM GRATIFIKASI
DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
1. PERATURAN BUPATI BENGKULU TENGAH NOMOR. TAHUN 2017
TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH (DALAM PROSES)

2. KEPUTUSAN BUPATI BENGKULU TENGAH NOMOR . TAHUN


2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI GRATIFIKASI (UPG)
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
(DALAM PROSES)

3. KEPUTUSAN BUPATI BENGKULU TENGAH NOMOR .. TAHUN


2017 TENTANG PEMBENTUKAN PELAKSANA PELAPORAN GRATIFIKASI
DAN/ATAU INDIKASI GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN BENGKULU TENGAH (DALAM PROSES)
3 JENIS GRATIFIKASI

1. GRATIFIKASI YANG WAJIB


DILAPORKAN
2. GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB
DILAPORKAN
3. GRATIFIKASI YANG BERKAITAN
DENGAN KEDINASAN
GRATIFIKASI YANG WAJIB DILAPORKAN

1. Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu dari


kakek/nenek, bapak / ibu / mertua, suami/istri,
anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/ adik/
ipar, sepupu, dan keponakan yang memiliki konflik
kepentingan.

2. Penerimaan uang/barang oleh pejabat/pegawai


dalam suatu kegiatan seperti pesta pernikahan,
kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau
upacara agama/adat/tradisi lainnya yang melebihi
Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) per pemberian
per orang;
GRATIFIKASI YANG WAJIB DILAPORKAN

3. Pemberian terkait dengan musibah atau bencana yang


dialami oleh penerima, bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau
anak penerima gratifikasi yang melebihi Rp.1.000.000,00
(satu juta rupiah) per pemberian per orang.

4. Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut,


pensiun,promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak
dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang (cek,
bilyet gori, saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain)
yang melebihi nilai yang setara dengan Rp.300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan
total pemberian Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam
1(satu) tahun dari pemberi yang sama.
GRATIFIKASI YANG WAJIB DILAPORKAN

5. Pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk uang


atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet gori,
saham, deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain) yang
melebihi Rp.200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang dengan total pemberian maksimal
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun
dari pemberi yang sama;

Gratifikasi yang wajib dilaporkan ditekankan pada


aspek ada atau tidak konflik kepentingan dalam
pemberian tersebut.
GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

1. Pemberian karena hubungan keluarga, yaitu kakek/nenek,


bapak / ibu / mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu,
besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar,sepupu dan
keponakan, sepanjang tidak memiliki konflik kepentingan.

2. Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang


memiliki nilai jual dalam penyelenggaraan pesta
pernikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan, dan
potong gigi, atau upacara adat/agama lainnya dengan
batasan nilai per pemberi dalam setiap acara paling
banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

3. Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana yang


dialami oleh penerima, bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau
anak penerima gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah);

4. Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut,


pensiun, promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak
dalam bentuk uang atau tidak berbentuk setara uang yang
paling banyak Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per
pemberian per orang dengan total pemberian
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari
pemberi yang sama;
GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

5. Pemberian sesama rekan kerja tidak dalam bentuk uang


atau tidak berbentuk setara uang (cek, bilyet gori, saham,
deposito, voucher, pulsa, dan lain-lain) paling banyak
Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per pemberian per
orang dengan total pemberian maksimal Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari pemberi yang
sama;

6. Hidangan atau sajian yang berlaku umum;

7. Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan


menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan
atau kompetisi tidak terkait kedinasan;
GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

8. Keuntungan atau bunga dari penempatan dana,


investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku
umum;
9. Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai
berdasarkan keanggotaan koperasi pegawai negeri yang
berlaku umum;
10. Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat
tulis serta sertifikat yang diperoleh dari kegiatan resmi
kedinasan seperti rapat, seminar, workshop,
konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis yang
berlaku umum;
GRATIFIKASI YANG TIDAK WAJIB DILAPORKAN

11. Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau


barang yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi
kerja yang diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau
12. Diperoleh dari kompensasi atas profesi diluar kedinasan,
yang tidak terkait dengan tupoksi dari pejabat/pegawai, tidak
memiliki konflik kepentingan dan tidak melanggar aturan
internal instansi pegawai;
Ketentuan tentang gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan di atas tidak
berlaku apabila dilarang berdasarkan peraturan perundang-
undangan atau peraturan instansi penerima gratifikasi.
GRATIFIKASI YANG BERKAITAN KEDINASAN

1. Fasilitas transportasi, akomodasi, uang saku, jamuan


makan, cinderamata yang diterima oleh pegawai
negeri/penyelenggara negara dari instansi atau lembaga
lain berdasarkan penunjukan dan penugasan resmi.

2. Plakat, vandel, goody bag/gimmick dari panitia seminar,


lokakarya, pelatihan yang diterima oleh pegawai
negeri/penyelenggara negara dari instansi atau
lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan
resmi.
GRATIFIKASI YANG BERKAITAN KEDINASAN

3. Hadiah pada waktu kegiatan kontes atau kompetisi


terbuka yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga
lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi;

4. Penerimaan honor, insentif baik dalam bentuk uang


maupun setara uang, sebagai kompensasi atas
pelaksanaan tugas sebagai pembicara, narasumber,
konsultan dan fungsi serupa lainnya yang diterima oleh
pegawai negeri/penyelenggara negara dari instansi atau
lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan
resmi.
GRATIFIKASI YANG BERKAITAN KEDINASAN

Penerimaan gratifikasi dalam kedinasan dapat


terjadi ketika pegawai negeri/penyelenggara
negara menjalankan penugasan resmi dari
lembaga/instansinya
UNIT PENGENDALI GRATIFIKASI (UPG)

TUGAS :
1. Menerima, mereviu dan mengadministrasikan laporan
penerimaan, penolakan dan pemberian gratifikasi dari
pegawai/pejabat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bengkulu Tengah;
2. Menyalurkan laporan penerimaan, penolakan dan
pemberian Gratifikasi kepada KPK untuk dilakukan analisis
dan penetapan status kepemilikan gratifikasinya oleh KPK;
3. Menyampaikan hasil pengelolaan laporan gratifikasi dan
usulan kebijakan pengendalian gratifikasi kepada pimpinan
Pemerintah Kabupaten
TUGAS UPG :

4. Melakukan sosialisasi Pengendalian Gratifikasi serta


mengkoordinasikan kegiatan diseminasi aturan etika
gratifikasi kepada pihak internal dan eksternal
Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah.
5. Meminta data dan informasi kepada Organisasi
Perangkat Daerah/Bagian terkait pemantauan
penerapan pengendalian gratifikasi;
6. Menindaklanjuti atas pemanfaatan penerimaan gratifikasi
yang tidak dianggap suap terkait kedinasan oleh
Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah maupun oleh
penerima;
TUGAS UPG :

7. Memberikan rekomendasi tindaklanjut kepada Bupati


Bengkulu Tengah jika terjadi pelanggaran terhadap
Peraturan Bupati ini oleh pejabat/pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
8. Melakukan kajian titik rawan potensi terjadinya Gratifkasi
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah.
KEANGGOTAAN DAN KEDUDUKAN UPG

KEANGGOTAAN UPG :
ESELON III SETIAP OPD (SEKRETARIS OPD
CAMAT)

KEDUDUKAN UPG
SEKRETARIAT UPG DI INSPEKTORAT KAB.
BENGKULU TENGAH
PELAKSANA PELAPORAN GRATIFIKASI DAN/ATAU
INDIKASI GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Tugas :
Melakukan sosialisasi Pengendalian Gratifikasi pada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) masing-
masing.
Memantau kegiatan yang berindikasi gratifikasi pada
OPD masing-masing.
Melaporkan kegiatan yang berindikasi gratifikasi
pada OPD masing-masing kepada Unit
Pengendalian Gratifikasi.
PELAKSANA PELAPORAN GRATIFIKASI DAN/ATAU
INDIKASI GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KEANGGOTAAN :
ESELON IV SETIAP OPD (Kasubbag Umum dan
Kepegawaian setiap OPD)

KEDUDUKAN
SEKRETARIAT/POSKO DI INSPEKTORAT KAB.
BENGKULU TENGAH
SEKRETARIAT DI MASING-MASING OPD

Anda mungkin juga menyukai