Anda di halaman 1dari 70

P

uji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, buku Rencana Tata Ruang
Kawasan Perdesaan Mina-Agro-Wisata Selat Nasik di Kabupaten Belitung dapat terselesaikan dengan baik. Seiring
dengan gencarnya upaya Pemerintah untuk mewujudkan Nawacita khususnya percepatan pembangunan desa dan daerah
dengan membangun Indonesia dari pinggiran, kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam me-
rencanakan pembangunan kawasan perdesaan yang merupakan prioritas nasional di Indonesia, khususnya Kawasan Perdesaan Mina-
Agro-Wisata Selat Nasik di Kabupaten Belitung.

Pengembangan Kawasan Perdesaan yang diselenggarakan sesuai arahan RPJMN 2015-2019 mengamanatkan peningkatan keterkaitan
pembangunan desa-kota dengan memperkuat setidaknya 39 (tiga puluh sembilan) pusat pertumbuhan baru yang mendukung Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam sistem perkotaan nasional, selanjutnya pusat pertumbuhan ini disebut
sebagai Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN), dan dalam kurun waktu 2015-2019 terdapat 60 (enam puluh) KPPN yang perlu
ditangani dan salah satunya adalah KPPN di Kabupaten Belitung.

Pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional menekankan pada kerjasama beberapa desa dalam mengembangkan komoditas
unggulan. Desa didorong untuk dapat bekerjasama dengan desa-desa lainnya agar mencapai skala keekonomian dan daya saing yang
cukup pada skala regional. Pada Kawasan Perdesaan di Kabupaten Belitung, 4 (empat) desa di Kecamatan Selat Nasik telah sepakat
untuk mengembangkan kawasan perdesaan dengan tema Kawasan Perdesaan Mina-Agro-Wisata Selat Nasik, yang berbasis
pengembangan komoditas unggulan perikanan.

Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN memiliki tugas dan fungsi terkait kawasan perdesaan,
diantaranya penyiapan kebijakan perencanaan, pengembangan, perwujudan dan pengelolaan kawasan perdesaan. Sejalan dengan
tugas dan fungsi tersebut dan dalam rangka mendukung pengembangan Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional, Ditjen Tata Ruang
melalui Direktorat Penataan Kawasan telah berkontribusi memfasilitasi penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) KPPN di Kabupaten
Belitung, yang akan menjadi acuan dalam pengembangan Kawasan Perdesaan Selat Nasik. Penyusunan RTR KPPN dilakukan secara
partisipatif dalam lingkup koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Kementerian
PPN/Bappenas.

Semoga buku ini dapat membawa manfaat bagi pemangku kepentingan terkait maupun semua pihak yang mempunyai kepedulian dalam
membangun desa dan kawasan perdesaan di Indonesia.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas kontribusi dan peran aktif berbagai pihak yang telah turut serta dalam penyusunan buku ini.

Jakarta, Desember 2018


Salam Hangat,

Dr. Ir. Abdul Kamarzuki, MPM


Dalam beberapa dekade terakhir, fakta menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia
tumbuh secara masif, yakni hingga 2,18% per tahun. Disisi lain, kondisi tersebut mempengaruhi jumlah penduduk di
perdesaan yang menurun sebesar 0,46% per tahun. Fenomena ini dapat diartikan bahwa perkembangan di wilayah
perkotaan tidak diikuti oleh perkembangan di perdesaan, dimana perkotaan semakin maju sementara perdesaan semakin
terbelakang.
Gambar 1. mencoba memberikan bukti secara kuantitatif, bahwa masih sangat banyak desa-desa di Indonesia
yang berstatus sebagai desa tertinggal, khususnya untuk desa-desa di luar Pulau Jawa dan Bali. Desa tertinggal paling
banyak terdapat di Pulau Papua dimana 91% wilayah desanya merupakan desa tertinggal. Sementara untuk Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, jumlah desa tertinggalnya masing-masing berturut-turut 26,1%,
37,8%, 23,9%, dan 40,1% dari jumlah desa keseluruhan di setiap pulau.

Gambar 1. Persebaran Desa Mandiri, Desa Berkembang, dan Desa Tertinggal di Indonesia

1
Kondisi demikian mungkin dapat disebabkan oleh masih
terbatasnya konektivitas antara desa-kota dan persebaran pusat
pertumbuhan yang menyediakan pelayanan ekonomi dan sosial, masih
rendahnya keterkaitan antarsektor dari hulu ke hilir yang dapat menciptakan
diversifikasi kegiatan ekonomi di perdesaan, dan belum optimalnya
kerjasama antardaerah yang dapat mendorong terjadinya peningkatan
keterkaitan antara desa-kota. Padahal semestinya ada simbiosis
mutualisme antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan
sehingga dapat tercipta urban-rural linkage yang mampu mendorong
kemajuan wilayah masing-masing,
Untuk membangun desa/ kawasan perdesaan, pemahaman
dalam konteks peraturan perundang-undangan perlu dilakukan. Hal ini
dikarenakan arah pembangunan desa/ kawasan perdesaan tergantung
kebijakan yang ditetapkan. Terdapat 2 (dua) mahzab tentang desa/
kawasan perdesaan yakni berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang
Desa. Pada dasarnya, kedua peraturan perundangan ini sepakat dalam
mendefinisikan kawasan perdesaan yakni kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Perbedaan yang mendasar adalah pada Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, kawasan perdesaan dapat merupakan
bagian wilayah kabupaten atau mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten pada 1 (satu) atau lebih wilayah provinsi. Sementara pada
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, kawasan perdesaan
merupakan perpaduan antar-desa dalam 1 (satu) kabupaten/ kota.
Meskipun demikian, keduanya memandang perlunya menyusun rencana
tata ruang kawasan perdesaan secara partisipatif sebagai upaya
mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan yang selaras dan
seimbang.
Pemerintah menyadari perlunya mengurangi ketimpangan
pembangunan antara kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan
melalui pembangunan pusat pertumbuhan baru. Konsep pengembangan
kawasan perdesaan ini kemudian diterjemahkan ke dalam Peraturan
Presiden No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015  2019 (Buku III) yang
mengamanatkan bahwa perlu meningkatkan keterkaitan pembangunan kota
desa dengan mewujudkan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), atau
dapat disebut sebagai Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).

2
BPIW Kementerian PUPR
Kementerian ATR
Kementerian Desa PDTT

Gambar 2. Pembagian Tugas Penyusunan Masterplan Kawasan Perdesaan

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dibawah koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Bappenas sepakat untuk menyusun masterplan 40 KPPN di 60 Kabupaten pada tahun 2015-2019 (Gambar 1.2
merupakan hasil kesepakatan pembagian tugas penyusunan masterplan kawasan perdesaan).
Salah satu lokasi KPPN yang ditangani Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN pada tahun 2018 adalah
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurut RPJMN 2015-2019, pengembangan kawasan
perdesaan di Kabupaten Belitung termasuk dalam agenda pembangunan 8 (delapan) pusat pertumbuhan di Pulau
Sumatera antara lain Peureulak dsk, Sidikalang dsk, Tapan dsk, Batik Nau dsk, Baturaja dsk, Mesuji dsk, Tanjung
Siapiapi, dan Tanjungpandan dsk.
Masterplan kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung yang akan disusun nantinya harus dapat dijadikan dasar
dalam pembangunan, sehingga perlu ditetapkan menjadi peraturan perundang-undangan. Menurut Peraturan Pemerintah
No.15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, kawasan tentang Penataan Ruang, kawasan perdesaan
dapat merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP), dan/ atau Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK). Apabila dikaitkan dengan arahan RPJMN 2015-2019, maka kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung
dapat diarahkan/ didorong sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
Berdasarkan uraian diatas, serta dalam rangka mengamankan kepentingan nasional, maka pada tahun
anggaran 2018, Direktorat Jenderal Tata Ruang akan melaksanakan kegiatan Penyusunan Masterplan Kawasan
Perdesaan di Kabupaten Belitung.
3
Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015  2019 (Buku III) mengamanatkan perlunya meningkatkan keterkaitan pembangunan kota desa dengan
mewujudkan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), atau dapat disebut sebagai Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN).
Salah satu lokasi KPPN yang ditangani Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN pada tahun 2018 adalah
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurut RPJMN 2015-2019, pengembangan
kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung termasuk dalam agenda pembangunan 8 (delapan) pusat
pertumbuhan di Pulau Sumatera antara lain Peureulak dsk, Sidikalang dsk, Tapan dsk, Batik Nau dsk,
Baturaja dsk, Mesuji dsk, Tanjung Siapiapi, dan Tanjungpandan dsk. Pusat pertumbuhan Tanjungpandan dsk
terdiri dari 6 (enam) kelompok kawasan yakni : 1) KSPN Tanjung Kelayang, 2) Perkotaan Toboali, 3) KPB
Batu Betumpang, 4) Kawasan Minapolitan Perikanan Tangkap Tanjung Pandan, 5) Kawasan Minapolitan
Perikanan Tangkap Manggar, 6) Kawasan Transmigrasi Bukit Anda.

KELOMPOK KOMODITAS
NO LOKASI
KAWASAN UNGGULAN
D1 Peureulak dsk
D2 Sidikalang dsk
D3 Tapan dsk
D4 Batik Nau dsk
D5 Baturaja dsk
D6 Mesuji dsk
D7 Tanjung Siapiapi
dsk
D8 Tanjungpandan • KSPN Tanjung • Padi
dsk (Kab. Kelayang • Karet
Belitung, Kab. • Perkotaan Toboali • Wisata Bahari
Bangka Selatan, • KPB Batu • Perikanan
Provinsi Bangka Betumpang Tangkao
Belitung) • KAWASAN
MINAPOLITAN
PERIKANAN
TANGKAP
TANJUNG
PANDAN
• Kawasan
Minapolitan
Perikanan
Tangkap Manggar
• Kawasan
Transmigrasi Bukit
Anda

Gambar 3. Pusat Pertumbuhan di Pulau Sumatera (kiri) ; Kelompok Kawasan di Pusat Pertumbuhan di Pulau Sumatera

4
5
Tinjauan terhadap RTRWN, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dan RTRW Kabupaten Belitung

RTRW PROV KEP. BANGKA


RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 3 TAHUN 2014)
2014)

Tujuan Penataan ruang wilayah nasional Tujuan penataan ruang Provinsi Penataan ruang wilayah Kabupaten
bertujuan untuk mewujudkan: Kepulauan Bangka Belitung adalah Belitung bertujuan mewujudkan
 ruang wilayah nasional yang aman, Mewujudkan Tata Ruang Provinsi Kabupaten Belitung yang serasi dan
nyaman, produktif, dan Kepulauan Bangka Belitung yang lestari dengan memperhatikan
berkelanjutan. Terpadu, Berimbang dan Berkeadilan pertumbuhan ekonomi yang berdaya
 keharmonisan antara lingkungan berbasis Agro-Bahari untuk menunjang saing berbasis sektor unggulan
alam dan lingkungan buatan. Pariwisata serta Pengendalian Wilayah kelautan dan perikanan,
 keterpaduan pengendalian Pertambangan untuk menjamin perhubungan, dan pariwisata serta
pemanfaatan ruang wilayah Pembangunan yang Berkelanjutan. sektor penunjang lainnya.
nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka
pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
 pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Kebijakan Kebijakan pengembangan struktur Kebijakan penataan ruang wilayah Kebijakan penataan ruang wilayah
ruang, meliputi: provinsi Belitung meliputi : Kabupaten Belitung meliputi :
 peningkatan akses pelayanan  Penguatan karakter dan potensi  pemerataan tingkat pertumbuhan
perkotaan dan pusat pertumbuhan unggulan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah ke seluruh
ekonomi wilayah yang merata dan dalam suatu sistem perkotaan yang wilayah kabupaten
berhierarki. terpadu.  pengembangan sistem pusat
 peningkatan kualitas dan jangkauan  Pengembangan ekonomi wilayah pelayanan wilayah
pelayanan jaringan prasarana melalui perwilayahan komoditas  peningkatan kualitas dan
transportasi, telekomunikasi, energi, unggulan yang berdaya saing tinggi jangkauan pelayanan jaringan
dan sumber daya air yang terpadu berbasis agro-bahari. prasarana ke seluruh wilayah
dan merata di seluruh wilayah  Pengembangan sektor industri kabupaten
nasional. pengolahan hasil agro-bahari yang  pemeliharaan kelestarian fungsi
didukung infrastruktur yang lingkungan dan pencegahan
memadai. kerusakan lingkungan hidup
 Pengembangan kepariwisataan  pengembangan dan pengendalian
yang berbasis budaya lokal, kegiatan budidaya agar tidak
heritage dan bahari serta ramah melampaui daya dukung dan daya
lingkungan tampung lingkungan
 penetapan, pengelolaan dan
pengendalian kawasan strategis
kabupaten.

6
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 3 TAHUN 2014)
2014)

Strategi Strategi untuk peningkatan akses Strategi dalam rangka penguatan Strategi untuk pemerataan tingkat
pelayanan perkotaan dan pusat karakter dan potensi unggulan pusat- pertumbuhan ekonomi wilayah ke
pertumbuhan ekonomi wilayah pusat pertumbuhan dalam suatu seluruh wilayah kabupaten meliputi :
meliputi : sistem perkotaan yang terpadu  memperlakukan sistem
 mengendalikan perkembangan meliputi : perdesaan sebagai rangkaian
kota-kota pantai.  memantapkan visi setiap ibukota dengan sistem perkotaan dalam
 mendorong kawasan perkotaan kabupaten dan Kota kerangka sistem perwilayahan
dan pusat pertumbuhan agar lebih Pangkalpinang dalam konstelasi pembangunan Kabupaten
kompetitif dan lebih efektif dalam wilayah Provinsi Kepulauan  mengembangkan sektor-sektor
pengembangan wilayah di Bangka Belitung primer perdesaan, yang meliputi
sekitarnya.  menguatkan fungsi dan mendorong pariwisata, pertanian,
peran setiap pusat kegiatan sesuai perkebunan, kehutanan,
Strategi untuk peningkatan kualitas dengan potensi lokal yang pertambangan, perikanan, serta
dan jangkauan pelayanan jaringan dirumuskan dalam visi masing- produksi pesisir dan kelautan
prasarana meliputi: masing daerah. lainnya, melalui upaya
 meningkatkan kualitas jaringan peningkatan produktifitas tanpa
prasarana dan mewujudkan Strategi untuk pengembangan mengabaikan aspek kelestarian
keterpaduan pelayanan ekonomi wilayah melalui perwilayahan lingkungan
transportasi darat, laut, dan udara. komoditas unggulan yang berdaya
 meningkatkan kualitas jaringan saing tinggi berbasis agro-bahari Strategi untuk pengembangan
prasarana serta mewujudkan meliputi : sistem pusat pelayanan wilayah
keterpaduan sistem jaringan  membantu kabupaten/kota untuk meliputi :
sumber daya air. memastikan sub-sektor ekonomi  mengembangkan pusat
unggulan yang berpotensi menjadi pelayanan baru di kawasan yang
Strategi untuk pemeliharaan dan lokomotif ekonomi daerah belum terlayani oleh pusat
perwujudan kelestarian fungsi pelayanan
lingkungan hidup meliputi : Strategi dalam rangka  menghubungkan antar pusat
 menetapkan kawasan lindung di pengembangan sektor industri pelayanan dan sub pusat
ruang darat, ruang laut, dan ruang pengolahan hasil agro-bahari yang pelayanan melalui jaringan jalan
udara, termasuk ruang di dalam didukung infrastruktur yang memadai berjenjang dengan pola
bumi meliputi : pergerakan merata
 mewujudkan kawasan berfungsi  membangun kesepakatan antar
lindung dalam satu wilayah pulau kabupaten/kota untuk menetapkan
dengan luas paling sedikit 30% sistem perwilayah industri sesuai
(tiga puluh persen) dari luas pulau dengan potensi lokal yang ada.
tersebut sesuai dengan kondisi  mendorong dan membantu
ekosistemnya. pengembangan kegiatan industri
kabupaten/kota.

7
RTRW PROV KEP.
RTRWN BANGKA BELITUNG
ASPEK RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3 TAHUN 2014)
(PP NO. 13 TAHUN 2017) (PERDA NO. 2 TAHUN
2014)

Strategi Strategi untuk peningkatan akses Strategi dalam rangka Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan
Strategi untuk perwujudan dan pengembangan pelayanan jaringan prasarana ke seluruh wilayah
peningkatan keterpaduan dan kegiatan wisata yang kabupaten meliputi :
keterkaitan antar kegiatan budi berbasis budaya lokal,  mengembangkan kualitas dan keterpaduan jaringan
daya meliputi : pusaka dan bahari serta pelayanan sistem prasarana transportasi
 perekonomian kawasan ramah lingkungan  mengembangkan sistem energi baru dan terbarukan
damenetapkan kawasan budi meliputi : serta tak terbarukan secara optimal
daya yang memiliki nilai  memfasilitasi dan  mengembangkan prasarana telekomunikasi untuk
strategis nasional untuk membangun meningkatkan kualitas dan konektivitas antar wilayah
pemanfaatan sumber daya kerjasama antar  mengembangkan sistem prasarana pengairan untuk
alam di ruang darat, ruang kabupaten/kota menunjang kegiatan sektor terkait pemanfaatan
laut, dan ruang dalam sumber daya air
udara,termasuk ruang di pengembangan
dalam bumi secara sinergis wisata Kepulauan Strategi untuk pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan
untuk mewujudkan Bangka Belitung. dan pencegahan kerusakan lingkungan hidup meliputi :
keseimbangan pemanfaatan  mendorong dan  menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang
ruang wilayah. membantu laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
 mengembangkan kegiatan kabupaten/kota  mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan
budi daya unggulan di dalam membangun dan lindung untuk memelihara keseimbangan ekosistem
kawasan beserta prasarana merevitalisasi wilayah
secara sinergis dan kawasan dan atau  mengembangkan upaya terpadu untuk melestarikan
berkelanjutan untuk objek wisata potensial fungsi lingkungan hidup
mendorong pengembangan n di seluruh wilayah  membatasi kegiatan budidaya di kawasan rawan
wilayah sekitarnya. Provinsi Kepulauan bencana.
 mengembangkan kegiatan Bangka Belitung.
budi daya untuk menunjang Strategi pengoptimalan pemanfaatan kegiatan budidaya
aspek politik, pertahanan dan agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
keamanan, sosial budaya, lingkungan meliputi :
serta ilmu pengetahuan dan  mengembangkan kawasan perkotaan dengan
teknologi. kecenderungan pertumbuhan penduduk yang tinggi
dengan pendekatan perencanaan kawasan perkotaan
Strategi untuk pelestarian dan  mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas
peningkatan fungsi dan daya paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas
dukung lingkungan hidup meliputi kawasan perkotaan
:
 menetapkan kawasan strategis Strategi untuk penetapan, pengelolaan dan pengendalian
nasional berfungsi lindung kawasan strategis kabupaten meliputi :
 mencegah pemanfaatan ruang  menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis
di kawasan strategis nasional kabupaten
yang berpotensi mengurangi  membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan
fungsi lindung kawasan strategis kabupaten yang berpotensi mengurangi
 membatasi pemanfaatan fungsi utama kawasan tersebut
ruang di sekitar kawasan  merehabilitasi fungsi kawasan strategis yang menurun
strategis nasional yang akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang
berpotensi mengurangi fungsi di dalam dan di sekitar kawasan strategis tersebut
lindung kawasan

8
RTRW PROV KEP.
RTRWN
BANGKA BELITUNG
ASPEK (PP NO. 13 RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3 TAHUN 2014)
(PERDA NO. 2 TAHUN
TAHUN 2017)
2014)

Rencana Sistem jaringan sistem jaringan transportasi laut


struktur telekomunikasi:  pelabuhan utama (pelabuhan Tanjung Batu seluas kurang
ruang  Pengembangan lebih633(enam ratus tiga puluh tiga) Hektar
jaringan  pelabuhan pengumpul(pelabuhan Tanjungpandan dan pelabuhan
telekomunikasi Tanjung Ru)
dilakukan hingga ke  pelabuhan pengumpan (pelabuhan laut lokal di Teluk Gembira,
pelosok wilayah yang pelabuhan laut lokal di Selat Nasik, pelabuhan laut lokal di Pulau
belum terjangkau Seliu)
sarana prasarana
telekomunikasi Sistem jaringan transportasi udara
 Pengembangan bandar udara umum yang terletak di Bandar Udara
Sistem Jaringan Sumber HAS Hanandjoeddin seluas kuranglebih 1.110 (seribu seratus
Daya Air meliputi : sepuluh) Hektar.
 sistem jaringan sungai:
Wilayah Sungai Sistem Jaringan Prasarana Energi
Strategis Nasional  Jaringan batubara, minyak dan gas bumi (pengembangan terminal
yaitu WS Bangka dan batubara terletak di Desa Pegantungan dan pengembangan depo
Wilayah Sungai Lintas Gas dan BBM terletak di Desa Pegantungan)
Kabupaten/Kota yaitu  pembangkit tenaga listrik (jaringan transmisi saluran udara tegangan
WS Belitung. tinggi dari Pegantungan - Dukong)
 sistem jaringan irigasi  jaringan prasarana kelistrikan
 sistem jaringan air
baku Sistem Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi
 sistem pengendalian
banjir Sistem Jaringan Sumberdaya Air
 sistem pengamanan  sistem wilayah sungai beberapa wilayah sungai yang merupakan
pantai bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS)dengan luas kurang lebih
229.369 hektar
 sistem daerah irigasi(daerah irigasi Selat Nasik dengan luas kurang
lebih 100 (seratus) Hektar)
 sistem jaringan air baku (sumber air Gunung Petaling di Kecamatan
Selat Nasik)

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya


 sistem pengelolaan air minum (sistem jaringan air minum di
Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau, Kecamatan Membalong dan
Kecamatan Selat Nasik)
 sistem pengelolaan persampahan (pengembangan Tempat
Pemrosesan Akhir di seluruh Kecamatan)
 sistem pengelolaan limbah (pembangunan Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) di seluruh Kecamatan)
 pengembangan prasarana perikanan(Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) di Kecamatan Tanjungpandan dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) di seluruh Kecamatan)
 pengembangan prasarana pemakaman umum(tersebar di seluruh
kecamatan di luar maupun dalam kawasan hutan)

9
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) TAHUN 2014)
2014)

Rencana Kawasan lindung nasional terdiri Kawasan Hutan Lindung dengan luas Kawasan Hutan dengan luas kurang
pola ruang atas: kurang lebih 39.306 (tiga puluh lebih39.306 (tiga puluh sembilan ribu tiga
 Kawasan hutan lindung sembilan ribu tiga ratus enam) hektar. ratus enam) hektar, terletak di seluruh
 kawasan yang memberikan Kecamatan.
perlindungan terhadap Kawasan yang memberikan
kawasan bawahannya perlindungan kawasan bawahannya Kawasan perlindungan setempat:
 kawasan perlindungan berupa kawasan resapan air yang  sempadan pantai sepanjang tepian
setempat menyebar di seluruh kabupaten/kota. yang lebarnya proporsional dengan
 kawasan suaka alam, bentuk dan kondisi fisik pantai tersebar
pelestarian alam, dan cagar Kawasan perlindungan setempat di wilayah Kabupaten dengan lebar
budaya sempadan pantai yang terdapat minimal 100 m (seratus) meter dari titik
 kawasan rawan bencana alam seluruh wilayah Provinsi. pasang tertinggi ke arah darat
 kawasan lindung geologi
 kawasan lindung lainnya. Kawasan suaka alam, pelestarian Kawasan hutan konservasi adalah
alam, dan cagar budaya: kawasan pelestarian alam Taman Hutan
Kawasan budi daya terdiri atas:  kawasan hutan meliputi : Gunung Raya Gunung Lalang seluas kurang lebih
 kawasan peruntukan hutan Lalang dan Gunung Tajam di 2.590 (dua ribu lima ratus sembilan
produksi Kabupaten Belitung, Gunung puluh) hektar.
 kawasan peruntukan pertanian Menumbing dan Jering Menduyung
 kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Bangka Barat, Kawasan cagar budaya, meliputi
 kawasan peruntukan Gunung Maras di Kabupaten Bangunan Gedung Eks. Kantor Pusat PT.
pertambangan Bangka, Gunung Mangkol di Timah (Jam Gede), Wisma Bougenville
 kawasan peruntukan industry Kabupaten Bangka Tengah, dan (Bekas Rumah Hoofadministratur), Eks
 kawasan peruntukan pariwisata Gunung Permisan di Kabupaten Chineesche Hospital, RSUD Kab.
 kawasan peruntukan Bangka Selatan. Belitung (Eks Europeesch Kliniek),
permukiman  kawasan suaka alam laut dan Rumah Tipe Kolonial I, Rumah Tipe
 kawasan peruntukan lainnya. perairan lainnya adalah Kawasan Kolonial II, Museum Pemkab. Belitung,
Konservasi Perairan Daerah Wisma Pantai, Bekas Kapel Regina
(KKPD) di Kabupaten Bangka Pacis, Eks Societeit, Rumah Kapiten
Tengah yang meliputi Pulau Pang Tjong-Toen, Kelenteng Hok Tek
Panjang, Pulau Ketawai, Pulau Che, Kian Sien, SMPN I Tanjungpandan
Bebuar, Pulau Gusung Asam dan (Eks Holland Indisch School), Kantor
Pulau Semujur. Dinas P dan K Kab. Belitung, Gedung
PWRI (Eks Tuindienst), Eks Kantor
Asisten Residen (Dinas P dan K), Kantor
Kodim 0414 Garuda Dempo, Galangan
kapal, Wisma Dian, Gedung Nasional,
Eks Rmah dinas kapolres Belitung,
pemakaman Belanda, dll.

10
RTRWN RTRW PROV KEP. BANGKA BELITUNG RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK
(PP NO. 13 TAHUN 2017) (PERDA NO. 2 TAHUN 2014) NO. 3 TAHUN 2014)

Rencana Kawasan rawan bencana alam: Kawasan rawan bencana meliputi :


pola ruang  kawasan rawan banjir terdapat di  Banjir (terdapat di Kelurahan Parit,
Kecamatan Mentok, Parittiga, Kelapa, Kelurahan Kampung Damai, Desa
Jebus (Kabupaten Bangka Barat); Air Raya, Desa Badau, Desa
Kecamatan Lubuk Besar, Koba, Namang, Membalong, dan Desa Sijuk).
Sungai Selan, dan Pangkalan Baru  Angin puting beliung (terdapat di
(Kabupaten Bangka Tengah); Kecamatan Desa Padang Kandis, Desa Aik
Toboali dan Pulau Besar (Kabupaten Kalak, Desa Pelepak Putih, Desa
Bangka Selatan); Kota Pangkalpinang; Kacang Butor, Desa Perawas,
Sungai Manggar Kecamatan Manggar, Desa Aik Pelempang Jaya, Desa
Sungai Mayang Kecamatan Kelapa Juru Seberang, dan Desa
Kampit, Jembatan Gantung (Kabupaten Pegantungan).
Belitung Timur); Tanjung Pandan  Banjir rob (tersebar di sekitar
(Kabupaten Belitung); Sungailiat, Puding muara sungai Desa Cerucuk,
Besar, Mendo Barat (Kabupaten Bangka). sepanjang pantai Air Saga, Desa
Juru Seberang, Desa Sungai
Samak, Desa Pegantungan, Desa
Kawasan peruntukan hutan produksi: Dudat, Desa Padang Kandis,
 Kabupaten Bangka Barat dengan luas Desa Mentigi, Desa Tanjung
kurang lebih 77.841 Ha (tujuh puluh tujuh Rusa, Desa Selat Nasik, Desa
ribu delapan ratus empat puluh satu) Suak Gual, Pulau Gersik, Pulau
hektar. Kuil, Pulau Kalambau dan Pulau
 Kabupaten Belitung dengan luas kurang Sumedang).
lebih 40.377 Ha (empat puluh ribu tiga  Abrasi/erosi (tersebar di
ratus tujuh puluh tujuh) hektar. sepanjang pantai Air Saga, Juru
Seberang, Sungai Samak,
Kawasan peruntukan pertanian: Pegantungan, Dudat, Padang
Kabupaten Bangka Barat dengan luas Kandis, Mentigi, Tanjung Rusa,
kurang lebih 36.330 Ha (tiga puluh enam Keciput, Tanjungtinggi, Pulau
ribu tiga ratus tiga puluh) hektar. Gersik, Pulau Sumedang, Pulau
Kabupaten Belitung dengan luas kurang Buntar, Suak Gual dan Pulau
lebih 25.763 Ha (dua puluh lima ribu tujuh Kuil).
ratus enam puluh tiga) hektar.  Badai laut tropis (tersebar di
perairan utara pulau Belitung,
pemukiman pulau-pulau dan
kawasan pesisir pantai yang
mangrove dan karang rusak).
 Petir (terdapat di Desa Tanjung
Rusa, laut sekitar Desa
Pegantungan Batu Itam, Tanjung
Binga, Kecipt dan Sijuk).
 Kebakaran (tersebar di
Kecamatan Tanjungpandan dan
Desa Suak Gual (daerah gambut).

11
RTRWN RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3 TAHUN
ASPEK (PP NO. 13 TAHUN BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
2014)
2017) 2014)

Rencana Kawasan peruntukan perikanan: Kawasan lindung lainnya adalah kawasan


pola ruang  Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) perlindungan plasma nutfah yang meliputi:
Pemali seluas 5 Ha (lima) hektar.  Kawasan perlindungan plasma nutfah pohon Kruing
 Balai Benih Udang (BBU) Tanjung di Air Batu Buding, pohon Blangeran (Shorea
Krasak seluas 7,5 Ha (tujuh koma belangeran) di hutan produksi Batu Itam Air Gelarak,
lima) hektar. dan pohon Bulin di Petaling.
 Balai Benih Ikan Pantai (BBIP)  Kawasan habitat satwa Tupai selat nasik, Pelilean
Tanjung Rusa 15 Ha (lima belas) (Tarsius Bancanus Saltator) di Kecamatan Badau.
hektar.
Kawasan peruntukan hutan produksi terletak di seluruh
Kawasan peruntukan pertambangan: kecamatan, seluas kurang lebih 41.530 (empat puluh
 Kabupaten Bangka Barat dengan satu ribu lima ratus tiga puluh) hektar.
luas kurang lebih 62.700 Ha (enam
puluh dua ribu tujuh ratus hektar) Kawasan peruntukan pertanian:
 Kabupaten Belitung dengan luas  Pertanian lahan basah; meliputi budidaya tanaman
kurang lebih 29.900 Ha (dua puluh pangan dengan luas lahan sawah 2000 (dua ribu)
sembilan ribu sembilan ratus) hektar dan luas lahan palawija 1000 (seribu) hektar,
hektar. dan budidaya hortikultura dengan luas lahan
pekarangan 1000 (seribu) hektar dan luas lahan non
Kawasan peruntukan industri: pekarangan 1000 (seribu) hektar.
 kawasan peruntukan industri dan  Pertanian lahan kering; meliputi kawasan budidaya
pelabuhan terpadu Mentok di tanaman pangan hortikultura dan palawija seluas
Kabupaten Bangka Barat 3000 (tiga ribu) hektar, perkebunan besar swasta
 kawasan peruntukan industri Besar dengan luas kurang lebih 35.000 (tiga puluh lima
Badau dan Membalong di ribu) hektar, dan kawasan perkebunan rakyat
Kabupaten Belitung. dengan luas kurang lebih 31.090 (tiga puluh satu ribu
sembilan puluh) hektar.
Kawasan peruntukan pariwisata:  Pengembangan kegiatan peternakan; terdiri dari
 seluruh wilayah pesisir Pulau budidaya peternakan skala sedang dan beasr
Bangka, Pulau Belitung dan pulau- menurut jenis ternak, rumah pemotongan hewan
pulau kecil terpadu seluas lebih kurang 5 (lima) hektar terletak di
 kawasan pariwisata pulau-pulau Desa Juru Seberang.
kecil yang ada di Kabupaten
Bangka, Kabupaten Bangka Barat,
Kabupaten Bangka Tengah,
Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Belitung, dan
Kabupaten Belitung Timur.

12
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO.
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) 3 TAHUN 2014)
2014)

Rencana Kawasan peruntukan perikanan:


pola ruang  Kawasan perikanan tangkap terletak
di perairan umum daratan tersebar di
seluruh kecamatan.
 Kawasan budidaya perikanan,
meliputi kawasan budidaya
perikanan air payau dengan luas
kurang lebih 249,78 (dua ratus
empat puluh sembilan koma tujuh
puluh delapan) hektar, kawasan
budidaya perikanan air tawar dengan
luas kurang lebih 179,7 (seratus
tujuh puluh sembilan koma tujuh)
hektar dengan pengembangan
potensi tersebar di seluruh
kecamatan.
 Kawasan pengolahan hasil
perikanan terletak di Kecamatan
Tanjungpandan, Kecamatan Sijuk,
Kecamatan Badau, Kecamatan
Membalong, dan Kecamatan Selat
Nasik.
 Kawasan minapolitan, terdiri dari
zona inti di Kecamatan
Tanjungpandan, dan zona
pengembangan terletak di
Kecamatan Selat Nasik, Kecamatan
Membalong, Kecamatan Sijuk, dan
Kecamatan Badau.

Kawasan peruntukan pertambangan


dengan luas kurang lebih 40.464
(empat puluh ribu empat ratus enam
puluh empat) hektar meliputi wilayah
darat terdapat di Kecamatan
Tanjungpandan, Kecamatan Badau,
Kecamatan Sijuk, Kecamatan
Membalong, dan Kecamatan Selat
Nasik.

13
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 3 TAHUN 2014)
2014)

Rencana Kawasan peruntukan industri


pola ruang dengan luas kurang lebih 1.414
(seribu empat ratus empat belas)
hektar terletak di Desa Sungai
Samak, Desa Pegantungan
Kecamatan Badau, dan Desa
Bantan Kecamatan Membalong.

Kawasan peruntukan pariwisata


dengan luas kurang lebih 11.602
(sebelas ribu enam ratus dua)
hektar meliputi kawasan pariwisata
alam, kawasan pariwisata budaya,
kawasan pariwisata buatan, dan
kawasan agrowisata.

Kawasan peruntukan permukiman


 Kawasan permukiman perkotaan
dengan luas kurang lebih 9.170
(sembilan ribu seratus tujuh puluh)
hektar, terletak di Tanjungpandan
yang merupakan Central Bussines
District.
 Kawasan permukiman perdesaan
dengan luas kurang lebih 20.020
(dua puluh ribu dua puluh) hektar
terletak di Kecamatan Sijuk,
Badau, Membalong dan Selat
Nasik.

Kawasan budidaya lainnya kawasan


latihan tempur Air Weapon Range
(AWR) TNI Angkatan Udara
Republik Indonesia mendukung
pertahanan dan keamanan seluas
lebih kurang 298 (dua ratus
sembilan puluh delapan) hektar di
Desa Buding Kecamatan Badau dan
kawasan Radar TNI AURI di Desa
Sungai Padang Kecamatan.

14
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 3 TAHUN 2014)
2014)

Penetapan Penetapan kawasan strategis Kawasan strategis dari sudut Kawasan strategi provinsi:
kawasan nasional, penataan ruangnya lebih kepentingan ekonomi:  Kawasan minapolitan di
strategis diprioritaskan karena mempunyai  kawasan industri dan pelabuhan Kecamatan Selat Nasik
pengaruh sangat penting dalam Teluk Kelabat di Belinyu Kabupaten  Kawasan pengembangan
lingkup wilayah di bidang ekonomi, Bangka ekonomi secara khusus Suge,
sosial budaya, sumber daya alam  kawasan pelabuhan dan industri meliputi pelabuhan laut regional
dan/atau teknologi tinggi, dan/atau terpadu Tanjung Berikat di Tanjung Batu dan kawasan
lingkungan hidup. Penentuan Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten industri Suge sebagai simpul
kawasan strategis perkotaan Bangka Tengah transportasi barang dan orang
ditentukan pada Pusat Kegiatan  kawasan industri terpadu Suge dan skala nasional serta kegiatan
Nasonal (PKN), Pusat Kegiatan pelabuhan Tanjung Batu di industri yang berpotensi sebagai
Wilayah (PKW) Dan Pusat Kegiatan Kecamatan Badau dan Membalong penghela ekonomi wilayah
Strategi Nasional (PKSN). Kabupaten Belitung provinsi
 kawasan minapolitan Selat Nasik di  Kawasan cepat tumbuh Tanjung
Pada Provinsi Kepulauan Bangka Kabupaten Belitung Binga
Belitung Pusat Kegiatan Nasional  kawasan industri perikanan Tanjung  Kawasan agropolitan di
(PKN) dan Pusat Kegiatan Wiyalah Binga di Kabupaten Belitung Kecamatan Membalong
(PKW) terletak pada :  Kawasan pariwisata Tanjung
 Pangkal Pinang (II/C/1) (PKN) Kawasan strategis dari sudut Kelayang-Tanjung Tinggi,
 Muntok (II/B) (PKW) kepentingan sosial dan budaya: Kecamatan Sijuk
 Tanjungpandan (I/B) (PKW)  kawasan Universitas Bangka  Kawasan karantina hewan di
 Manggar (II/B) (PKW) Belitung (UBB) dan Sekolah Tinggi Pulau Naduk Kecamatan Selat
Agama Islam Negeri (STAIN) di Nasik
Keterangan : Kabupaten Bangka, kawasan Kota  Kawasan Museum Nasional
B : Mendorong Pengembangan Kota- Tua Mentok di Kabupaten Bangka Maritim di Kecamatan Sijuk
Kota sentra produksI Barat dan Museum Nasional  Cagar alam Gunung Lalang di
C : Revitalisasi dan Percepatan Maritim di Kabupaten Belitung Kecamatan Tanjungpandan
pengembangan Kota-Kota pusat  Taman Kehati di Kecamatan Sijuk
Pertumbuhan Nasional. Kawasan strategis dari sudut
C / 1 : Pengembangan/peningkatan kepentingan fungsi dan daya dukung
fungsi lingkungan hidup:
C /2 : Pengembangan Baru  Cagar Alam Gunung Lalang di
C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah Kabupaten Belitung, Gunung
berfungsi Pengendalian Kota-Kota Menumbing di Kabupaten Bangka
Berbasis Mitigasi Bencana Barat, Hutan Konservasi Gunung
Maras di Kabupaten Bangka,
Gunung Mangkol di Kabupaten
Bangka Tengah

15
RTRWN RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3 TAHUN
ASPEK (PP NO. 13 TAHUN BELITUNG (PERDA NO. 2
2014)
2017) TAHUN 2014)

Penetapan Kawasan strategi kabupaten dari sudut kepentingan


kawasan pertumbuhan ekonomi:
strategis  Kawasan perkotaan Tanjungpandan sebagai
Central Bussines District(CBD)
 Kawasan wisata Kecamatan Sijuk dan Membalong
 Kawasan minapolitan yang terdiri dari zona inti
terletak di Kecamatan Tanjungpandan dan zona
pengembangan terletak di Kecamatan Selat Nasik,
Kecamatan Membalong, Kecamatan Sijuk, dan
Kecamatan Badau
 Kawasan strategis cepat tumbuh Kecamatan Sijuk,
Badau dan membalong
 Kawasan pengembangan Bandar Udara HAS
Hanandjoeddin
 Kawasan karantina hewan di Pulau Naduk
Kecamatan Selat Nasik

Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan


sosial budaya:
 kawasan makam bersejarah
 Kawasan kota tua Tanjungpandan
 Kawasan Museum Nasional Maritim di Kecamatan
Sijuk
 Kawasan pendidikan terpadu di Kecamatan Sijuk
 Kawasan bersejarah lainnya

Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan


daya dukung lingkungan hidup:
 Kawasan hutan konservasi Gunung lalang
 Kawasan konservasi perairan di Kecamatan Selat
Nasik, Kecamatan Sijuk dan Kecamatan
Membalong
 Kawasan hutan mangrove di Kecamatan Selat
Nasik, Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan
Membalong, dan Kecamatan Sijuk
 Kawasan keanekaragaman hayati di Kecamatan
Sijuk dan Membalong

16
RTRWN RTRW PROV KEP. BANGKA BELITUNG (PERDA RTRW KAB. BELITUNG
ASPEK
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 2 TAHUN 2014) (PERDA NO. 3 TAHUN 2014)

Arahan Perwujudan rencana Program perwujudan rencana struktur ruang Program pemanfaatan ruang
pemanfaat struktur ruang wilayah mencakup program perwujudan pusat-pusat kegiatan Perwujudan PKLp Selat Nasik
an ruang provinsi/kabupaten, terdiri yang akan dikembangkan dan perwujudan sistem dilakukan melalui:
wilayah atas: prasarana wilayah.  penyusunan RDTR Kecamatan
 perwujudan pusat Selat Nasik
kegiatan (PKN, PKSN, Perwujudan PKNp Pangkalpinang dilakukan melalui :  penyusunan masterplan pusat
PKW, PKL) di wilayah  penyusunan RDTR Kota Pangkalpinang pemerintahan
provinsi  pengembangan kantor Provinsi dan permukiman di  pengusulan peningkatan
 perwujudan sistem Bukit Intan Kecamatan Selat Nasik
jaringan prasarana  pembangunan Kawasan Industri Ketapang di menjadi PKL
wilayah Pangkalbalam  pengembangan Selat Nasik
provinsi/kabupaten  pengembangan jalan lingkar barat dan lingkar timur sebagai kawasan penyangga
(termasuk sistem  pengembangan taman kota minapolitan
jaringan prasarana  pemanfaatan kolong dan lahan genangan seara  pengembangan prasarana
wilayah nasional yang lebih bermanfaat industri pengolahan ikan
ada di wilayah  mengembangkan Pelabuhan Pangkalbalam  penyusunan studi kelayakan
provinsi/kabupaten),  pengembangan kawasan wisata kota di Pasir padi pemekaran desa
mencakup : perwujudan  peningkatan terminal.  Pembangunan dermaga
sistem jaringan penyeberangan kapal roro
transportasi di wilayah Perwujudan PKW Mentok dilakukan melalui: ASDP
provinsi, yang meliputi  pemantapan tata batas kawasan kota tua  pengembangan destinasi baru
sistem jaringan  penyusunan RDTR Kota tua kawasan wisata
transportasi darat, laut,  melakukan restorasi dan revitalisasi bangunan  pembangunan infrastruktur
dan udara; perwujudan bersejarah penunjang aksesibilitas di
sistem jaringan  perbaikan dan pembangunan jalan antar pusat seluruh pulau mendanau
energi/kelistrikan; kegiatan  pengembangan budidaya lada
perwujudan sistem  pembangunan sistem penyediaan ari minum tanaman karet dan prasarana
jaringan telekomunikasi;  pembangunan fasiltias kesehatan rumah sakit tipe industri pengolahannya
perwujudan sistem B
jaringan sumber daya air  pembangunan IPAL pada pusat kawasan wisata Pengembangan kawasan
 pembangunan terminal tipe B. minapolitan Selat Nasik
Perwujudan rencana pola dilakukan melalui :
ruang wilayah Perwujudan PKL Selat Nasik dilakukan melalui:  penyusunan RDTR, RTBL
provinsi/kabupaten  penyusunan RDTR kawasan Selat Nasik Kawasan minapolitan
mencakup:  penyusunan masterplan pusat pemerintahan  penyusunan masterplan
 perwujudan kawasan  pembangunan sarana prasarana pendukung kawasan industri perikanan
lindung kawasan Selat Nasik. tangkap dan budidaya
 perwujudan kawasan  pembangunan pabrik
budi daya. Perwujudan kawasan minapolitan Selat Nasik pengolahan ikan dan karet
dilakukan melalui:  pembangunan kawasan
Perwujudan kawasan-  penyusunan masterplan kawasan industri habitat ikan alami dengan
kawasan strategis perikanan tangkap dan budidaya mangrove
provinsi/kabupaten  pembangunan pabrik pengolahan ikan  pembangunan tambak ikan
 pembangunan kawasan habitat ikan alami dengan  pembangunan rumah ikan
mangrove (pengolahan dan budidaya
 pembangunan tambak ikan ikan hias)
 pembangunan rumah ikan (pengolahan dan  pengembangan destinasi
budidaya ikan hias). wisata minat khusus.

17
RTRW PROV KEP. BANGKA
RTRWN RTRW KAB. BELITUNG (PERDA
ASPEK BELITUNG (PERDA NO. 2 TAHUN
(PP NO. 13 TAHUN 2017) NO. 3 TAHUN 2014)
2014)

Arahan Arahan pengendalian pemanfaatan Arahan peraturan zonasi sistem -


pengendalian ruang terdiri atas: provinsi meliputi :
pemanfaatan  indikasi arahan peraturan zonasi  arahan peraturan zonasi untuk
ruang sistem nasional kawasan lindung
 arahan perizinan  arahan peraturan zonasi untuk
 arahan pemberian insentif dan kawasan budidaya
disinsentif  arahan peraturan zonasi sistem
 arahan sanksi. nasional dan sistem Provinsi

Arahan perizinan
 merupakan acuan bagi pejabat
yang berwenang dalam pemberian
izin pemanfaatan ruang sesuai
rencana struktur ruang dan pola
ruang yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah

Arahan pemberian insentif dan


disinsentif
 Pemberian insentif diberlakukan
pada pemanfaatan ruang yang
didorong perkembangannya dan
sesuai dengan rencana tata ruang.
 Pemberian disinsentif diberlakukan
bagi kawasan yang dibatasi atau
dikendalikan perkembangannya
bahkan dilarang dikembangkan
untuk kegiatan budidaya

Arahan sanksi
 peringatan tertulis
 penghentian sementara kegiatan
 penghentian sementara pelayanan
umum
 penutupan lokasi
 pencabutan izin
 pembatalan izin
 pembongkaran bangunan
 pemulihan fungsi ruang
 denda administratif

18
RTRW PROV KEP.
RTRWN BANGKA BELITUNG RTRW KAB. BELITUNG (PERDA NO. 3
ASPEK
(PP NO. 13 TAHUN 2017) (PERDA NO. 2 TAHUN TAHUN 2014)
2014)

Ketentuan Ketentuan pengendalian - Ketentuan umum peraturan zonasi:


pengendalian pemanfaatan ruang wilayah  ketentuan umum kawasan hutan lindung
pemanfaatan provinsi dan kabupaten  Ketentuan umum peraturan zonasi untuk
ruang dirumuskan dengan kriteria : kawasan budidaya
 berdasarkan rencana struktur  Ketentuan umum peraturan zonasi sistem
ruang dan rencana pola ruang nasional dan sistem provinsi
wilayah provinsi dan kabupaten
 mempertimbangkan penetapan Ketentuan perizinan:
kawasan strategis  izin prinsip
provinsi/kabupaten  izin lokasi
 mempertimbangkan masalah,  izin pemanfaatan tanah
tantangan, dan potensi yang  izin mendirikan bangunan (IMB)
dimiliki wilayah
provinsi/kabupaten Ketentuan insentif dan disinsentif
 terukur, realistis, dan dapat
diterapkan mempertimbangkan Pengenaan sanksi dilakukan terhadap:
aspirasi para pemangku  pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
kepentingan dalam dengan rencana struktur ruang dan rencana
penetapannya pola ruang,
 melindungi kepentingan umum  pelanggaran ketentuan umum peraturan
mengacu pada ketentuan zonasi
peraturan perundang-undangan  pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW
kabupaten
 pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten
 Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan
dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW
kabupaten
 Pemanfaatan ruang yang menghalangi
akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai milik umum
 Pemanfaatan ruang dengan izin yang
diperoleh dengan prosedur yang tidak benar

19
Delineasi kawasan perdesaan di Kabupaten Belitung Namun, lokasi kawasan perdesaan di Kabupaten
dilakukan berdasarkan pertimbangan multi aspek yakni Belitung yang semula berada di Kecamatan
kebijakan nasional, kebijakan sektoral, review dokumen Tanjungpandan, diubah menjadi Kecamatan Selat Nasik
perencanaan pada wilayah perencanaan, kajian dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
kewilayahan dan tata ruang pada wilayah perencanaan, dan
isu strategis pada wilayah perencanaan.

Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana  Kecamatan Tanjungpandan telah ditetapkan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 dalam RTRWN, RTRW Provinsi Kepulauan
 2019 (Buku III) menjelaskan bahwa terdapat 8 (delapan) Bangka Belitung, dan RTRW Kabupaten
pusat pertumbuhan di Pulau Sumatera yang perlu diperkuat Belitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
dengan cara mewujudkan keterkaitan ekonomi hulu-hilir (PKW) yang diarahkan sebagai kawasan
desa-kota melalui pengembangan klaster. Salah satu pusat
perkotaan, sehingga tidak dimungkinkan
pertumbuhan di Pulau Sumatera yang berada di Kabupaten
Belitung adalah kawasan Tanjungpandan dsk dengan
kawasan perdesaan berada di Kecamatan
klaster pengembangan/ kelompok kawasan perikanan Tanjungpandan.
tangkap. Amanat Buku III RPJMN 2015-2019 tersebut  Perda No. 3 Tahun 2014 tentang RTRW
kemudian ditindaklanjuti dengan Berita Acara Kesepakatan Kabupaten Belitung menetapkan Kecamatan
tanggal 29 Desember 2017 antara Kementerian Agraria dan Selat Nasik sebagai Pusat Kegiatan Lokal
Tata Ruang/ BPN, Kementerian Pekerjaan Umum dan (PKL) ((Pasal 9 ayat 3) dan salah satu
Perumahan Rakyat, dan Kementerian Desa, Pembangunan kawasan penyangga minapolitan di Kabupaten
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Belitung (Pasal 22 ayat 5).
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
 Kecamatan Selat Nasik sudah pernah
Kebudayaan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Bappenas menetapkan Kecamatan Tanjung
difasilitasi penyusunan RPKP nya oleh
Pandan sebagai lokasi pengembangan kawasan perdesaan Kementerian Desa, PDTT pada tahun 2016
di Kabupaten Belitung. dan sudah memiliki : (i) SK Bupati Belitung No.
188.45/453/KEP/BAPPEDA/2016 tentang
Berdasarkan kajian kewilayahan dan tata ruang serta Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan
review dokumen perencanaan di Kecamatan Perdesaan Kabupaten Belitung (Desa Selat
Tanjungpandan, Kecamatan Tanjungpandan telah
Nasik, Desa Petaling, dan Desa Suak Gual),
ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2017
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dan (ii) Peraturan Bupati Belitung No. 59
Perda No. 2 Tahun 2014 tentang RTRW Provinsi Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan
Kepulauan Bangka Belitung, dan Perda No. 3 Tahun 2014 Kawasan Perdesaan Mina Agro Wisata
RTRW Kabupaten Belitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Kecamatan Selat Nasik Kabupaten Belitung
(PKW) yang diarahkan sebagai kawasan perkotaan. Tahun 2017-2021.
 Pada tahun 2018 ini, Kementerian Agraria dan
Berdasarkan Berita Acara Kesepakatan tanggal 29
Tata Ruang/ BPN dianggap perlu
Desember 2017 antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/ BPN, Kementerian Pekerjaan Umum dan menindaklanjuti RPKP yang telah disusun oleh
Perumahan Rakyat, dan Kementerian Desa, Pembangunan Kementerian Desa, PDTT menjadi materi
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian teknis dan rancangan peraturan daerah
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan tentang Rencana Tata Ruang Kawasan
Kebudayaan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Perdesaan Selat Nasik, Kabupaten Belitung.
Nasional/ Bappenas menetapkan Kecamatan Tanjung
Pandan sebagai lokasi pengembangan kawasan perdesaan
di Kabupaten Belitung.
20
Ruang lingkup wilayah perencanaan tata ruang kawasan Kawasan Penyangga
perdesaan di Kabupaten Belitung adalah Kecamatan Selat
Kawasan Inti
Nasik, Kabupaten Belitung dengan luas 3.337 Ha. Wilayah
perencanaan nantinya akan dibagi menjadi 2 (dua) yakni
kawasan inti dan kawasan penyangga. Berdasarkan Pemen
ATR No.37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten,
kawasan inti adalah kawasan dimana kegiatan utama
berada, baik yang batasnya telah maupun belum ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan. Sementara kawasan Kawasan Inti
penyangga adalah kawasan sekitar kawasan inti yang
mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh
kawasan inti, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kawasan inti disusun dengan skala 1 : 10.000 hingga 1 :
5.000, sementara kawasan penyangga disusun dengan
skala minimal 1: 25.000.

Gambar 4. Ilustrasi Kawasan Inti dan Penyangga


21
Penetapan Tema Pengembangan dan Komoditas Unggulan
Kawasan Berdasarkan RPJMN dan RTRW

RPJMN 2015-2019 RTRW Prov. Kepulauan Babel RTRW Kabupaten Belitung

Tanjungpandan dsk  Tujuan penataan ruang Provinsi  Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten
termasuk dalam 8 pusat Kepulauan Bangka Belitung : Belitung : mewujudkan Kabupaten Belitung yang
pertumbuhan di Pulau mewujudkan tata ruang Provinsi serasi dan lestari dengan memperhatikan
Sumatera dengan arahan Kepulauan Bangka Belitung yang pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing
pengembangan klaster terpadu, berimbang, dan berbasis sektor unggulan kelautan dan
sebagai sentra produksi berkeadilan berbasis agro-bahari perikanan, perhubungan, dan pariwisata serta
dan pengolahan hasil untuk menunjang pariwisata serta sektor penunjang lainnya.
perikanan. pengendalian wilayah  Kebijakan dan strategi RTRW Kabupaten
pertambangan untuk menjamin Belitung yang terkait dengan tema
pembangunan yang pengembangan kawasan adalah pemerataan
berkelanjutan. tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah ke seluruh
 Kebijakan RTRW Provinsi wilayah kabupaten salah satunya dengan cara
Kepulauan Bangka Belitung yang dengan cara mengembangkan sektor-sektor
terkait dengan tema primer perdesaan yang meliputi pariwisata,
pengembangan kawasan antara pertanian, perkebunan, kehutanan,
lain : (1) Pengembangan ekonomi pertambangan, perikanan, serta produksi pesisir
wilayah wilayah melalui dan kelautan lainnya melalui upaya peningkatan
perwilayahan komoditas unggulan produktifitas tanpa mengabaikan aspek
yang berdaya saing tinggi berbasis kelestraian lingkungan.
agro-bahari, (2) Pengembangan  Pasal 22 ayat 5 menetapkan bahwa kawasan
sektor industri pengolahan hasil minapolitan terdiri dari zona inti yang terletak di
agro-bahari yang didukung Kec. Tanjungpandan, dan zona pengembangan
infrastruktur yang memadai, (3) yang terletak di Kec. Selat Nasik, Kec.
Pengembangan kepariwisataan Membalong, Kec. Sijuk, dan Kec. Badau.
yang berbasis budaya lokal,
heritage, dan bahari serta ramah
lingkungan.

RPJMN 2015-2019 (Buku III) menyebutkan bahwa pusat pertumbuhan Tanjungpandan dsk diarahkan sebagai sentra
produksi dan pengolahan hasil perikanan. Arahan pemanfaatan ruang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) salah satunya juga mengamanatkan pengembangan sektor perikanan.

Pada level provinsi, tujuan penataan ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menegaskan bahwa sektor
agrobahari merupakan sektor utama yang perlu dipriotaskan untuk dikembangkan untuk menunjang pariwisata dan
pengendalian aktivitas pertambangan. Sementara pada level kabupaten, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten
Belitung memposisikan sektor perikanan, perhubungan, dan pariwisata sebagai komoditas yang sama-sama harus di
prioritaskan untuk dikembangkan.

22
Kecamatan Selat Nasik merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Belitung yang lokasinya terpisah dari
Pulau Belitung. Kondisi ini membuat Kecamatan Selat Nasik sedikit tertinggal dari kecamatan lainnya karena akses
distribusi barang harus menggunakan jalur laut. Disisi lain, kondisi ini menjadi surga bagi nelayan di Kecamatan Selat
Nasik karena daerah tangkapan ikan yang luas.
Kecamatan Selat Nasik bersama-sama dengan kecamatan lainnya (kecuali Kecamatan Tanjungpandan)
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan kawasan penyangga minapolitan dalam Perda No. 3 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung. Penetapan Kecamatan Selat Nasik sebagai kawasan
penyangga minapolitan seiring dengan penetapan Kecamatan Selat Nasik sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
dari sudut kepentingan ekonomi. Namun, potensi perikanan yang cukup besar ini juga dihadapkan pada kerawanan
bencana khususnya banjir rob dan abrasi di wilayah ini.

Dalam konteks nasional, pengembangan Kecamatan Selat Nasik sebagai Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional (KPPN) juga berdampak pada pengembangan Kota Pangkal Pinang sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN). Daerah tangkapan ikan yang sangat luas, bahkan lintas kabupaten dan perairan
memiliki koneksi yang luas hingga mencakup seluruh kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kondisi ini juga didukung oleh kebijakan tol laut yang menambah volume dan frekuensi distribusi barang
termasuk hasil tangkapan dan budidaya ikan. Pada akhirnya, dalam kerangka internal analisis keterkaitan
wilayah sangat diperlukan untuk melihat peran suatu wilayah terhadap wilayah sekitarnya. Sementara dalam
kerangka eksternal, analisis keterkaitan wilayah dapat mengidentifikasi lebih dini rantai bisnis melalui
terbukanya potensi jalur distribusi barang. Harapannya, pengembangan sektor perikanan di Kecamatan Selat
Nasik dapat berkontribusi terhadap sektor perikanan nasional.

Gambar 5. Konstelasi Kec. Selat Nasik terhadap Wilayah Lain

23
POTENSI DESA

Desa Selat Nasik DESA PETALING DESA SUAK GUAL DESA PULAU GERSIK
 Perikana budidaya  Wisata mangrove  Wisata budaya  Perikanan tangkap
 Perikanan tangkap  Perikanan tangkap  Wisata snorkeling
 Wisata pantai pasir  Perkebunan karet  Wisata pantai
panjang  Perikanan tangkap
 Perkebunan karet dan lada

Penetapan tema dan komoditas unggulan kawasan mempertimbangkan kebijakan, potensi desa, dan perlibatan
masyarakat di Kecamatan Selat Nasik. Berdasarkan hasil diskusi dengan para kepala desa, setiap desa memiliki
potensinya masing-masing. Sebagai ibukota kecamatan, Desa Selat Nasik memiliki potensi perikanan budidaya, perikanan
tangkap, dan wisata pantai pasir panjang. Desa Petaling memiliki potensi wisata mangrove, perikanan tangkap, dan
perkebunan karet. Desa Suak Gual memiliki potensi wisata budaya tanjung lancor, wisata snorkeling, wisata pantai,
perikanan tangkap, dan perkebunan karet dan lada. Sementara Desa Pulau Gersik hanya memiliki potensi perikanan
tangkap.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa sektor perikanan, pariwisata, dan pertanian ditetapkan dalam berbagai
level kebijakan, didukung dengan data yang valid, dan diusulkan oleh pemangku kepentingan terkait. Sektor perikanan
dapat menjadi komoditas unggulan yang mampu mendukung pengembangan pariwisata dan pertanian. Hal ini
dikarenakan selain berbagai kebijakan menetapkan sektor perikanan sebagai arahan pengembangan di Kecamatan Selat
Nasik, Kabupaten Belitung. Maka dari itu, Mina-Agro-Wisata dapat menjadi tema pengembangan kawasan dengan
komoditas unggulan sektor perikanan yang mendukung pengembangan aktivitas pariwisata dan pertanian.

24
Kawasan Perdesaan Selat Nasik
secara administratif berada di
Kecamatan Selat Nasik, salah 1 (satu)
dari 5 (lima) kecamatan di Kabupaten
Belitung. Kecamatan Selat Nasik terdiri
dari 4 (empat) desa yakni Desa Selat
Nasik, Desa Petaling, Desa Suak
Gual, dan Desa Pulau Gersik dengan
luas 133,5 km2 atau 5,82% dari luas
wilayah Kabupaten Belitung.
Kecamatan Selat Nasik merupakan
wilayah kepulauan yang berbatasan
dengan Laut Natuna di sebelah utara,
Kecamatan Badau di sebelah timur,
Laut Jawa di sebelah selatan, dan
Selat Gaspar di Sebelah Utara.

Gambar 6. Peta Administrasi Kec. Selat Nasik

25
 Curah hujan antara 0 -
100 mm per hari hujan.
 Tingkat kelerengan
bervariasi, dari 0-5%
hingga > 40%.
 Kawasan
Pertambangan berada
di tengah-tengah Pulau
Mendanau
 Kondisi batuan
didominasi oleh formasi
Kelapakampit dan
Aluvium
 Terdapat beberapa DAS
di Pulau Mendanau
 Abrasi dan banjir rob
menjadi ancaman bagi
masyarakat Kecamatan
Selat Nasik.

26
No Jenis Penggunaan Lahan Luas Prosentase Penggunaan lahan Kecamatan Selat Nasik
1 Air Danau/ Situ 9.43 0.06 sebenarnya didominasi oleh hutan dan rawa,
2 dimana masing-masing memiliki prosentase luas
Air Laut 2.33 0.01
46,93% dan 25,33% dari total luas wilayah Kecamatan
3 Air Rawa 4281.55 25.33
Selat Nasik. Sementara penggunaan lahan terkecil
4 Beting Karang 127.98 0.76
adalah air laut dan air danau dimana masing-masing
5 Hutan Rawa 64 0.38 hanya sebesar 0,01% dan 0,06% dari total luas
6 Hutan Rimba 7931.66 46.93 wilayah Kecamatan Selat Nasik. Penggunaan lahan
7 Pasir/ Bukit Pasir Laut 177.84 1.05 lainnya antara lain beting karang dengan luas 127,98
8 Perkebunan/ Kebun 622.7 3.68 Ha, hutan rawa dengan luas 64 Ha, pasir/ bukit pasir
9 Permukiman dan Tempat Kegiatan 73.97 0.44 laut dengan luas 177,84 Ha, perkebunan/ kebun
10 Semak Belukar/ Alang-Alang 2369.04 14.02 dengan luas 622,7 Ha, permukiman dan tempat
11 kegiatan dengan luas 73,97 Ha, semak belukar/ alang-
Tegalan/ Ladang 1239.37 7.33
alang dengan luas 2369, 04 Ha, dan 1239, 37 Ha.
Jumlah 16899.78 100

27
Jumlah penduduk
Kecamatan Selat Nasik
pada tahun 2016 berjumlah
6.597 jiwa. Penduduk
dengan jumlah paling
banyak adalah Desa Selat
Nasik yakni 2.704 jiwa,
sementara jumlah
penduduk paling sedikit
adalah Desa Petaling
dengan 626 jiwa. Jumlah
penduduk desa lainnya
antara lain Desa Suak Gual
902 jiwa dan Desa Pulau
Gersik 2.365 jiwa.

Meskipun merupakan ibukota kecamatan, Desa Selat Nasik bukanlah desa terpadat di
Kecamatan Selat Nasik. Desa paling padat adalah Desa Pulau Gersik dengan tingkat
kepadatan 115 jiwa/ km2. Desa Pulau Gersik terdiri dari 15 pulau dimana 10
diantaranya tidak berpenghuni. Wilayah desa dengan tingkat kepadatan tertinggi kedua
adalah Desa Selat Nasik yakni 61 jiwa/ km2, sementara kepadatan penduduk Desa
Suak Gual dan Desa Petaling berturut-turut 25 jiwa/ km2 dan 17 jiwa/ km2

No Desa Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk


1 Suak Gual 902 36 25
2 Petaling 626 37 17
3 Selat Nasik 2.704 40 61
4 Pulau Gersik 2.365 20,5 115
Jumlah 6.597 133,5 54

Struktur penduduk Kecamatan Selat Nasik menurut jenis kelamin juga cukup
berimbang, dimana laki-laki dan perempuan jumlahnya tidak jauh. Tercatat jumlah
laki-laki di Kecamatan Selat Nasik adalah 3400 jiwa, sementara jumlah perempuannya
adalah 3197 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki terbesar berada di Desa Selat Nasik,
sementara jumlah penduduk laki-laki terkecil berada di Desa Petaling. Jumlah
penduduk perempuan terbesar berada di Desa Selat Nasik, sementara jumlah
penduduk perempuan terkecil berada di Desa Petaling.
28
140 Jumlah penduduk yang pindah di Kecamatan Selat Nasik
120 cukup besar yakni 184 jiwa, dibandingkan dengan
penduduk yang datang sebesar 87 jiwa. Jumlah
100
penduduk yang pindah terbesar adalah Desa Pulau
80 Gersik. Kondisi ini sangat mungkin mengingat Desa
Pulau Gersik terletak jauh dari Pulau Belitung maupun
60
Pulau Mendanau, dan hampir seluruh penduduk Desa
40 Pulau Gersik memiliki mata pencaharian sebagai
20 nelayan. Untuk penduduk yang lahir terbesar juga
berada di Desa Pulau Gersik yakni 32 jiwa, sementara
0 penduduk yang lahir paling sedikit adalah Desa Petaling
Suak Gual Petaling Selat Nasik Pulau Gersik
yakni 5 jiwa. Untuk penduduk yang mati terbesar berada
Lahir Mati Datang Pindah di Desa Selat Nasik yakni 18 jiwa, sementara penduduk
yang mati paling sedikit berada di Desa Suak Gual dan
Gambar 7. Prosentase Penduduk Lahir, Mati, Datang, dan Desa Petaling yakni masing-masing 5 jiwa. Untuk
Pindah di Kec. Selat Nasik penduduk pendatang dengan jumlah terbesar adalah
Desa Pulau Gersik yakni 50 jiwa, smentara penduduk
pendatang dengan jumlah terkecil adalah Desa Selat
Nasik yakni 11 jiwa. Berdasarkan data tersebut, terdapat

2037 beberapa fakta antara lain : 1) Desa Selat Nasik memiliki


pertumbuhan penduduk yang tinggi yang dibuktikan
dengan tingginya angka kelahiran, 2) Desa Pulau Gersik
merupakan wilayah desa dengan tingkat migrasi keluar
yang tinggi, ini wajar karena wilayahnya yang terpencil

4000
3500
Gambar 8. Proyeksi Penduduk Kec. 3000
Selat Nasik 20 Tahun ke Depan 2500
2000
1500
1000
500
0
2017 Suak Gual Petaling Selat Nasik Pulau
Gresik

2017 2037

Pertambahan penduduk di Kecamatan Selat Nasik cenderung meningkat kecuali di Desa Pulau
Gersik yang tren nya negatif karena banyaknya orang yang migrasi
29
Kecamatan Selat Nasik memiliki berbagai potensi khususnya di bidang perikanan dan pariwisata. Masing-masing desa di
Kecamatan Selat Nasik memiliki keunikan tersendiri. Desa Selat Nasik sebagai ibukota kecamatan memiliki potensi dan
infrastruktur yang mendukung untuk aktivitas perikanan seperti Pelabuhan Pelelangan Ikan, Pelabuhan Utama Selat Nasik,
dan Dermaga Kampung Tomok. Selain itu, menurut informasi dari berbagai sumber, akan ada rencana pembangunan
pelabuhan ASDP di Sekucing dan rencana pembangunan dermaga baru yang terletak diantara kampung nelayan Tomok
dengan Pelabuhan Utama Selat Nasik. Desa Selat Nasik, selain sebagai sentra perikanan di Kecamatan Selat Nasik juga
memiliki beberapa potensi objek wisata antara lain pantai pasir panjang dan pantai kuku burung, namun, akses menuju lokasi
ini cukup sulit.

Desa Petaling memiliki potensi perikanan dan pariwisata. Hampir sama dengan Desa Selat Nasik, sebagian besar penduduk
Desa Petaling juga memiliki mata pencaharian sebagai nelayan yang terpusat di kampung nelayan Suak Kemang. Selain
sebagai salah satu gerbang masuk menuju Kecamatan Selat Nasik, Desa Petaling memiliki kualitas mangrove yang baik
sehingga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Selain , mangrove Desa Petaling juga memiliki potensi
wisata bukit dimana pada lokasi ini kita dapat menikmati view Kecamatan Selat Nasik dari atas. Sementara Desa Suak Gual
merupakan wilayah desa dengan berbagai potensi wisata yang sangat menarik antara lain Tanjung Lancor, Pulau Piling,
Pantai Suak Aer, dan Pantai Pasir Asau. Di Desa Suak Gual kita juga dapat menikmati wisata snorkeling disekitar Pulau
Piling. Meskipun memiliki potensi wisata yang variatif, sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Suak Gual adalah
nelayan yang terkonsentrasi di sekitar Pelabuhan Tanah Tambun dan sekitar Dermaga Pengkalan Baru. Untuk Desa Pulau
Gersik, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota dan hanya berupa pulau kecil, potensi sumber daya alam yang dapat
dikembangkan adalah perikanan tangkap.
30
Nelayan Beberapa ikan tidak
Penyimpanan Dijual ke Ekspor dalam
Menangkap dijual, namun diolah
Ikan di Fiber Penampung Kondisi Hidup sendiri seperti : Ikan
Ikan di Laut
Mayong, Ikan Ruca-
Ruca, Ikan Balo, Ikan
Tuda, Ikan Rintik, dan
• Selama 2 hari 2 malam Selama 3 hari Sementara terdapat 7 Ikan Laisi
• Perahu milik sendiri penampung di Kec.
• Menghabiskan 20 dirijen/ 40 lt Selat Nasik
sekali melaut (PP)
• Alat yang digunakan : Pancing
dan Mayang

Hasil Kebun/ Sadap untuk Karet dan Dimasukan ke Dijual ke


Hasil Tani Penjemuran
Redam untuk Lada Karung Penampung

Pekebun dan Petani • Perendaman : selama 1 2-3 hari tergantung


menjadi mata minggu di rawa/ air mengalir cuaca
pencaharian sekunder • Penyadapan : selama 1 hari
penduduk Kec. Selat (malam-subuh) di pohon
Nasik

30
STRENGHT
 Adanya potensi perikanan
 Ada potensi wisata alam dan
budaya
 Ada potensi karet dan lada
dengan produksi yang tinggi

WEAKNESS
 PPI tidak berfungsi optimal
 Belum tersedia cold storage di
setiap dermaga/ pelabuhan
 Minimnya pengetahuan tentang
pengolahan ikan dan hasil kebun
 Belum ada infrastruktur untuk
menuju lokasi wisata

OPPORTUNITIES
 Kec. Selat Nasik sebagai KPPN
 Kec. Selat Nasik ditetapkan
sebagai kawasan penyangga
minapolitan dalam RTRW Kab.
Belitung
 Kec. Selat Nasik menjadi
alternatif tujuan wisata Belitung
 Hutan dapat dimanfaatkan untuk
THREATS
perkebunan  Cuaca buruk dan gelombang tinggi
 Harga jual yang tidak dapat
dikendalikan
 Rawan abrasi dan rob
 Serangan hama

31
Wilayah perencanaan adalah seluruh wilayah administrasi
Kecamatan Selat Nasik. Luas wilayah Kecamatan Selat
Nasik adalah 16.906,63 Ha. Berdasarkan hasil analisis
dan diskusi dengan pemangku kepentingan terkait, serta
mempertimbangkan pedoman penyusunan rencana tata
ruang kawasan strategis kabupaten, maka wilayah
perencanaan terbagi menjadi kawasan inti dan kawasan
penyangga.

Kawasan inti adalah objek utama perencanaan atau


pembangunan, sementara kawasan penyangga adalah
kawasan yang memiliki pengaruh, pelindung, dan
berdampak langsung terhadap kawasan inti. Berdasarkan
skalanya, kawasan inti diatur dalam skala perencanaan 1:
10.000 hingga 1: 5.000, sementara kawasan penyangga
diatur dengan skala perencanaan minimal 1: 25.000.

Kawasan inti dalam rencana tata ruang kawasan


perdesaan Selat Nasik ini adalah Desa Selat Nasik
dengan luas 5.359,76 Ha. Sementara kawasan
penyangga dalam renana tata ruang kawasan perdesaan
Selat Nasik ini antara lain Desa Petaling, Desa Suak Gual,
dan Desa Pulau Gersik.

32
Mewujudkan Sentra Perikanan Terpadu Kawasan Perdesaan
Selat Nasik sebagai Kawasan Penyangga Minapolitan di
Kabupaten Belitung yang didukung dengan pengembangan
pariwisata dan pertanian berbasis sumber daya lokal dan
keseimbangan lingkungan

33
Pengembangan sentra
perikanan terpadu
berbasis perikanan
tangkap dan perikanan Mendorong
budidaya pengembangan
pariwisata berupa
wisata alam, wisata
edukasi, dan wisata
budaya
Pengembangan
pertanian berbasis
hortikultura guna
meningkatan
pendapatan masyarakat
Peningkatan kualitas SDM
lokal dan inovasi teknologi
untuk mendukung
pengembangan potensi
kawasan

Pemenuhan kebutuhan
dasar permukiman dan
perwujudan keseimbangan
lingkungan

Pengelolaan kawasan melalui


pembentukan dan penguatan
kelembagaan tingkat desa, kawasan,
dan kabupaten

34
Strategi Strategi
Penyediaan Optimalisasi fungsi PPI
hatchery komunal sebagai pusat perikanan
dan individu terpadu

Strategi
Peningkatan
kualitas SDM untuk
Strategi
mengolah hasil
Penyediaan pabrik es
tangkapan dan
dan cold storage di
budidaya ikan
Pengembangan sentra perikanan setiap desa
terpadu berbasis perikanan
tangkap dan perikanan budidaya

Strategi Strategi
Penguatan fungsi Pembangunan
BUMDes sebagai kerjasama dengan
badan yang pelaku pasar
mengatur sistem internal, eksternal,
permodalan dan virtual untuk
Strategi
perikanan pemasaran produk
Peningkatan
konektivitas antar
sentra perikanan
dengan pusat kegiatan
lainnya

35
Strategi Strategi
Promosi wisata Peningkatan kualitas
melalui berbagai media SDM untuk mendukung
aktivitas pariwisata

Strategi
Pengembangan wisata
Strategi alam berupa pantai pasir
Pengembangan wisata panjang, pantai kuku
budaya tanjung lancor dan Mendorong pengembangan burung, mangrove, pantai
kesenian daerah pariwisata berupa wisata alam, pasir rasau, dan pulau
wisata edukasi, dan wisata budaya pilling

Strategi
Pembangunan amenitas Strategi
guna memenuhi kebutuhan Pengembangan wisata
wisatawan edukasi berupa mangrove dan
budidaya ikan

36
Strategi Strategi
Inovasi teknologi untuk Intensifikasi perkebunan
mengusir hama dan untuk meningkatkan
mengolah hasil perkebunan produksi komoditas

Strategi
Strategi
Pemanfaatan hutan secara
Peningkatan kualitas
efektif dan optimal untuk
SDM untuk mengolah
Pengembangan pertanian berbasis pengembangan komoditas
hasil kebun
karet, lada, buah-buahan dan
hortikultura guna meningkatan
sayuran
pendapatan masyarakat

Strategi Strategi
Pembangunan dan Penguatan fungsi BUMDes
peningkatan kerjasama sebagai badan yang mengatur
dengan pelaku usaha sistem permodalan pertanian

37
Strategi
Pemberian pelatihan keterampilan
untuk mengolah hasil tangkapan dan
budidaya ikan, dan pertanian menjadi Strategi
barang yang memiliki nilai tambah Pelatihan SDM untuk
pengelolaan kelembagaan yang
berkelanjutan

Peningkatan kualitas SDM lokal


dan inovasi teknologi untuk
mendukung pengembangan
potensi kawasan

Strategi
Pemberian pelatihan Strategi
pemasaran produk hasil Pelibatan sekolah
olahan dan promosi pariwisata kejuruan dan universitas
secara intensif untuk inovasi teknologi

38
Strategi Strategi
Pembentukan dan penguatan Pembentukan dan penguatan
kelembagaan di tingkat desa kelembagaan di tingkat
kabupaten

Pengelolaan kawasan melalui


pembentukan dan penguatan
kelembagaan tingkat desa,
kawasan, dan kabupaten

Strategi Strategi
Pembentukan dan Pelatihan SDM untuk
penguatan kelembagaan di pengelolaan kelembagaan
tingkat kawasan yang berkelanjutan

39
Strategi Strategi
Pemenuhan kebutuhan Fungsionalisasi sistem
listrik di pulau-pulau penyediaan air minum
kecil

Strategi
Pembangunan infrastruktur
pendukung prasarana jalan Strategi
Pembangunan sistem jaringan
Pemenuhan kebutuhan dasar drainase terintegrasi
permukiman dan perwujudan
keseimbangan lingkungan

Strategi
Strategi
Pembangunan infrastruktur
Pembangunan jaringan air
pendukung konektivitas
limbah terintegrasi
transportasi laut
Strategi
Pembangunan jaringan
dan sarana persampahan

40
• Produksi perikanan tangkap
• Produksi perkebunan
• Pintu gerbang wisata
• Pengembangan wisata mangrove
dan pemandangan

• Pusat pendaratan ikan


• Pusat pengelolaan ikan
• Pusat pelelangan ikan
• Pusat perikanan budidaya
• Pusat distribusi komoditas
• Pengembangan wisata pantai

• Produksi perikanan tangkap


• Produksi perkebunan
• Pusat pengembangan wisata alam
dan budaya
• Pusat Produksi perikanan tangkap

41
Pengembangan kawasan inti kawasan perdesaan Mina-Agro-Wisata Selat Nasik
diarahkan sebagai pusat kawasan perikanan. Maka dari itu, rencana pola ruang di
arahkan untuk menyediakan ruang-ruang untuk mengakomodasi aktivitas perikanan
seperti industri sentra perikanan, revitalisasi PPI dan kampung nelayan, dan hatchery
komunal. Selain itu, pembangunan infrastruktur pelayanan dasar untuk mendukung
aktivitas perikanan dan permukiman juga harus dipenuhi seperti SPAM IKK, TPA,
RTH, dan sarana pelayanan umum. Perlindungan terhadap beberapa kawasan
seperti pantai, danau, sungai, termasuk hutan juga perlu dilakukan untuk melindungi
kawasan dari rawan bencana.

42
Jaringan jalan di Kecamatan Selat
Nasik memiliki panjang +41,4 km
dengan rincian, Desa Suak Gual
memiliki panjang jalan +3,4 km,
Desa Petaling memiliki jalan
sepanjang +15 km, Desa Selat Nasik
memiliki jaringan jalan sepanjang
+18,5 km, sementara Desa Pulau
Gersik memiliki jaringan jalan
sepanjangan + 4,5 km.

Berdasarkan kondisinya, sekitar 29,6


km jalan di Kecamatan Selat Nasik
sudah beraspal, sekitar 7,2 km jalan
merupakan jalan batu/ beton, dan
sekitar 4,6 km masih berupa jalan
tanah. Lebih detail, Desa Suak Gual
memiliki sekitar 2,7 km jalan yang
sudah aspal, dan sekitar 0,7 km
jalan yang sudah beton. Desa Rencana Jaringan Jalan
Petaling memiliki sekitar 10,54 km
jalan yang sudah beraspal, sekitar 1 Jarigan Jalan Eksisting
km jalan yang berupa beton, dan Rencana Jaringan Jalan
sekitar 3,6 km jalan yang masih
berupa tanah. Desa Selat Nasik
memiliki sekitar 16,5 km jalan
beraspal, sekitar 1 km jalan yang
berupa jalan beton, dan sekitar 1 km Rencana pengembangan jaringan jalan di Kecamatan Selat Nasik
jalan yang masih berupa tanah. mempertimbangkan arahan RTRW Kabupaten dan kebutuhan jaringan jalan
Sementara Desa Pulau Gersik tidak berdasarkan hasil analisis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jaringan
memiliki jalan aspal, hanya memiliki jalan dikembangkan untuk menghubungkan antar pusat kegiatan yakni jalan
sekitar 4,5 km jalan dengan kondisi meunju Pantai Pasir Panjang dan Pantai Kuku Burung, dan jalan yang
beton. menghubungkan Desa Selat Nasik dengan Desa Suak Gual.

43
Kebutuhan jaringan listrik yang
ada di Kecamatan Selat Nasik di
sokong oleh Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
dengan kapasitas total 1900 kw
yang terletak di Desa Selat Nasik.
Mesin yang disediakan untuk
menghasilkan kapasitas tersebut
sebanyak 12 mesin dengan rincian
8 mesin berkapasitas 200 kw, 3
mesin berkapasitas 50 kw, dan 1
mesin berkapasitas 150 kw.
Khusus untuk Desa Pulau Gersik,
kebutuhan listrik disokong oleh sub
PLTD dengan kapasitas total 300
kw.

Berdasarkan data dari PLTD Selat


Nasik, pemakaian listrik saat ini
untuk satu Pulau Mendanau atau Rencana Jaringan Energi/ Listrik
mencakup 3 desa yakni Desa
Rencana Jaringan Listrik
Selat Nasik, Desa Petaling, dan
Desa Suak Gual sebesar 260  PLTD
282 kw dengan rincian jumlah
pemakai yakni 750 KK untuk Desa
Selat Nasik, 193 KK untuk Desa
Rencana pengembangan jaringan listrik fokus pada pemenuhan kebutuhan
Petaling, dan 464 KK untuk Desa
listrik untuk sentra perikanan dan pariwisata di Pulau Mendanau. Hal ini
Suak Gual. Sementara pemakaian dikarenakan ketersediaan daya yang ada sudah mencukupi untuk kebutuhan
untuk Desa Pulau Gersik adalah 20 tahun ke depan. Terkait pembebanan biaya, Pemenuhan kebutuhan listrik
60,2 kw digunakan oleh 185 KK juga perlu segera di lakukan di Desa Pulau Gersik yang saat ini masih 12 jam
penduduk Desa Pulau Gersik. pemenuhan kebutuhan listriknya.

44
Penduduk Kecamatan Selat
Nasik menggunakan air untuk
keperluan minum, mandi, dan
lainnya bersumber dari sumur
umum dan sumur pribadi
dengan kedalaman 6-7 meter.
Sumur yang digunakan oleh
penduduk dibangun secara
swadaya dan dapat digunakan
oleh siapa saja. Beberapa
warga juga ada yang
memanfaatakan sungai untuk
keperluan mandi dan minum.

Kecamatan Selat Nasik


memiliki Sistem
Pengembangan Air Minum
Ibukota Kecamatan (SPAM
IKK) yang dibangun oleh
Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Rencana Jaringan Air Minum
Umum dan Perumahan Rakyat.
Rencana Jaringan Air Minum
Namun SPAM IKK yang telah
dibangun pada tahun 2017 lalu SPAM IKK
itu, belum operasional. Sumber
air yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air Rencana pengembangan jaringan air minum focus pada operaionalisasi
minum di Kecamatan Selat SPAM IKK yang telah dbangun pada tahun 2017. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah membangun jaringan air minum yang terhubung ke setiap
Nasik bersumber dari danau
rumah agar setiap penduduk dapat menikmati air bersih. Upaya demikian
yang terletak di daerah juga perlu dilakukan di Desa Pulau Gersik mengingat ketersediaan air bersih
Sekucing. di Desa Pulau Gersik sangat minim.

45
Sebagian besar wilayah
Kecamatan Selat Nasik belum
memiliki jaringan drainase yang
cukup baik. Jaringan drainase
ini sangat penting untuk
mengalirkan air dari bukit
menuju pantai untuk
mengantisipasi terjadinya
bencana. Khusus untuk Desa
Selat Nasik, beberapa wilayah
belum memiliki jaringan
drainase antara lain Jalan
Tanjung Dungun, Jalan
Lapangan Bola, sebagian Jalan
Abdullah, sebagian Jalan
Merbabu, sepanjang Jalan
Merdeka, dan sebagian Jalan
Dahlan.

Rencana pengembangan
drainase fokus pada Rencana Jaringan Drainase
pembukaan jaringan drainse di Rencana Jarngan Drainase
setiap jaringan jalan untuk
mengantisipasi terjadinya
bencana. Hal ini penting untuk
dilakukan mengingat wilayah
Kecamatan Selat Nasik yang
berupa kepulauan dan rawan
bencana banjir dan abrasi,
sehingga air harus disalurkan
dengan baik.

46
Saat ini, penduduk Selat Nasik
membuang limbah rumah
tangganya dengan cara
ditimbun di pekarangan
belakang rumah. Air limbah
yang dihasilkan dari aktivitas
rumah tangga dibuang masing-
masing rumah dengan
menggunakan septitank. Untuk
limbah cair dibuang di saluran
drainase.. Kondisi ini perlu di
dikelola dengan baik agar
kesehatan lingkungan
permukiman dapat terwujud.

Terkait pengembangan IPAL,


pada RTRW Kabupaten
Belitung, terdapat rencana
pembangunan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Rencana Jaringan Air Limbah
di Desa Petaling. Untuk itu, Rencana Jaringan Air Limbah
perlu dibangun jaringan air
limbah guna menampung dan
mengelola air limbah rumah
tangga maupun pusat aktivitas
lainnya.

47
Rencana pola ruang kawasan penyangga mempertimbangkan beberapa hal antara lain : (1) memperhatikan rencana pola
ruang RTRW Kabupaten Belitung; (2) memperhatikan kemampuan lahan; (3) mempertimbangkan kepemilikan lahan, (4)
minimasi konflik land use dan biaya melalui pemanfaatan kondisi eksisting secara optimal, (5) minimasi dampak-dampak
lingkungan, (6) hubungan fungsional antar komponen atau unsur kegiatan di dalam kawasan. Kawasan penyangga
diarahkan untuk pengembangan sub pusat perikanan, pusat pariwisata, perkebunan dan pintu gerbang kawasan.

48
Rencana struktur ruang kawasan penyangga fokus pada pembangunan jaringan prasarana dan infrastruktur pendukung
aktivitas perikanan, pariwisata dan pertanian. Pembangunan jaringan prasarana yang perlu dilakukan antara lain
pembangunan jalan menuju lokasi wisata dan sentra pertanian, pembangunan jaringan air minum, jaringan air limbah,
dan jaringan drainase. Untuk infrastruktur yang perlu dibangun adalah cold storage untuk aktivitas perikanan, dan gudang
pertanian untuk aktivitas perkebunan. Selain itu, infrastruktur berupa amenitas untuk wisatawan juga perlu dibangun guna
menghidupkan iklim pariwisata di Kecamatan Selat Nasik.

49

Anda mungkin juga menyukai