1. LATAR BELAKANG
Program Rencana Kawasasan Permukiman (RKP) adalah bentuk
penanganan kawasan slum pada kawasan yang memiliki sifat perkotaan
yang dimana penanganan dengan program ini untuk mewujudkan kawasan
bebas kumuh. Kawasan yang dijadikan program rencana kawsan
permukiman (RKP) ini yang mempunyai karakteristik permukiman yang
beragam misalnya permukiman yang terbangun diatas air, permukiman
yang terbangun di sempadan laut, kawasan permukiman yang terbangun di
dataran dan permukiman yang sedikit berbukit sehingga dalam
penanganannya disesuaikan dengan karakteristik permukiman. Sesuai
dengan amanat dari UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab
melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat
tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh
wilayah Indonesia, serta diperkuat kembali dengan PP No 14 tahun 2016
pasal 59 bahwa muatan Rencana Kawasan Permukiman yang terdiri dari:
Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman
Rencana lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan yang meliputi
perencanaan pengembangan lingkungan hunian
perkotaan/perdesaan, rencana pembangunan hunian baru,
perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian
perkotaan/perdesaan
keterpaduan prasarana, sarana dan utilitas (PSU)
Indikasi program pembangunan dan pemanfaatan dan pemanfaatan
kawasan perencanaan
Adanya kawasan permukiman kumuh merupakan potret belum
tersedianya permukiman yang layak huni bagi masyarakat baik di kota
maupun di kawasan perkotaan. Berdasarkan hasil identifikasi kawasan
permukiman kumuh yang telah dimutakhirkan hingga tahun 2014 oleh
Direktorat Pengembangan Permukiman, telah didapatkan jumlah luasan
kawasan permukiman kumuh di Indonesia sebesar 37.407 Ha. Luasan
tersebut menjadi baseline data yang telah disepakati antara Pemerintah
dan Pemda untuk ditangani menjadi nol luasan kumuh hingga tahun
2019. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan dan
keterpaduan penanganan dari berbagai pemangku kepentingan termasuk
peran serta kelompok swadaya masyarakat. Rencana Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan disusun dalam pemenuhan beberapa
unsur sebagai berikut :
1. Percepatan penanganan permukiman kumuh perkotaan secara
menyeluruh dan tuntas bagi kawasan kumuh perkotaaan yang telah
disepakati dalam SK Kumuh Bupati dan Walikota.
2. Terwujudnya rencana dan strategi penanganan melalui pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.
3. Keterpaduan program/kegiatan dalam penyelesaian permasalahan
permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke-Cipta
Karya-an
4. Meningkatkan kesadaran, pemahaman dan komitmen bersama
tentang tugas dan wewenang masing-masing pemangku kepentingan
dalam upaya melakukan pengurangan luasan kawasan permukiman
kumuh perkotaan.
5. Perkuatan pemerintah kabupaten/kota melalui pelibatan aktif dalam
proses penanganan permukiman kumuh guna mewujudkan
permukiman yang layak huni magi masyarakat.
6. Peningkatan kapasitas bagi komunitas permukiman kumuh (kelompok
masyarakat KSM/CBO’s/BKM) untuk dapat lebih terlibat dan
memampukan diri dalam menangani permukiman kumuh di
lingkungannya melalui pola aksi partisipatif (community action
plan/CAP).
7. Keberlanjutan penanganan kawasan kumuh perkotaan yang dapat
diselenggarakan sendiri oleh kelompok swadaya masyarakat bersama
dengan pemerintah kabupaten/kota setempat baik dalam skala
lingkungan/kawasan dan skala kota.
Kegiatan Perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan ini perlu
disusun dengan menempatkan prinsip peningkatan kapasitas pada tataran
operasional/implementasi melalui cara pemberdayaan/perkuatan yang
lebih komprehensif dan terintegrasi kepada seluruh pelaku (stakeholders),
dengan tetap mengacu pada beberapa dokumen perencanaan dan studi
terkait penanganan kawasan permukiman kumuh yang telah dihasilkan
oleh Pemda, seperti Dokumen SPPIP/ RP2KP dan RPKPP.
3. SASARAN
Sasaran dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
1) Tersedianya Dokumen Perencanaan Kawasan Kumuh Perkotaan sebagai
acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi
seluruh pelaku (stakeholders) pelaksanaan penyelenggaran
penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang menyeluruh,
tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).
2) Tersedianya strategi penanganan kumuh secara spatial dan tipologi
kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh
perkotaan oleh seluruh pelaku.
3) Tersedianya Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action
plan) sebagai bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota
dan kelompok masyarakat (komunitas masyarakat/BKM/KSM/CBO’s)
untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di
lingkungannya.
4) Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) yang mengacu
pada RP2KP dan RPKPP, Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000,
Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan,
serta DED rencana penanganan kumuh kegiatan tahun pertama (1:100,)
9. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
a. Dokumen Perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan yang
berisikan strategi penanganan kumuh secara spatial dan tipologi
kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh
perkotaan oleh seluruh pelaku, strategi pendanaan/investasi dan nota
kesepakatan bersama bagi semua pelaku dalam pengendalian
pembangunan bersama selama jangka waktu berjalan (2019-2024).
b. Dokumen Rencana Aksi Penanganan Permukiman Kumuh (Action
Plan) yang mengacu pada RP2KP/ SPPIP dan RPKPP, termasuk
Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan),
c. Dokumen SK Penetapan Kawasan Kumuh Perkotaan disertai
dengan profil dan basis data informasi (file shp) yang sesuai dengan
pedoman.
d. Masterplan/ Desain umum penanganan kawasan beserta jadwal,
skenario pelaksanaan dan rumusan tahapan kegiatan
e. Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan
Visualisasi 3 dimensi, Dokumen Perencanaan (film, Clip/dokumenter).
f. DED Penataan Kawasan Permukiman dengan desain/ rancangan rinci
tiap komponen infrastruktur (1:200, 1:100, 1:50), spesifikasi teknis
serta RAB untuk kegiatan yang siap dilelangkan pada tahun pertama
2. Laporan Antara,
Laporan Antara dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar dan diserahkan 3
(tiga) bulan setelah penerbitan SPMK. Laporan ini berisikan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan yang mencakup hasil kompilasi data yang telah
didapatkan dari pelaksanaan survei lapangan, hasil analisis sesuai
dengan tujuan dan sasaran pekerjaan, rumusan rencana aksi program
dan skegiatan serta draft awal Dokumen Perencanaan Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan dan DED penanganan kawasan
permukiman.
Pada tahap laporan antara ini akan dilakukan diskusi pembahasan
bersama tim teknis dengan mengundang beberapa pihak lain yang
terkait dan diharapkan dapat diperoleh satu kesepakatan mengenai hasil
kompilasi dan analisis data. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk satu
berita acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan
berikutnya. Penyerahan finalisasi dokumen laporan antara kepada
Pemberi Tugas dilakukan segera setelah memasukkan hasil
kesepakatan diskusi pembahasan tersebut ke dalam laporan.
3.Laporan Akhir,
Laporan akhir, berisikan bentuk akhir dari keseluruhan rangkaian
pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan diserahkan pada akhir pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap laporan akhir ini akan dilakukan diskusi pembahasan
bersama tim teknis dengan mengundang beberapa pihak lain yang
terkait untuk memperoleh masukan lain/tambahan untuk
penyempurnaan hasil akhir dari pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga
dapat diperoleh satu kesimpulan yang mampu menampung banyak
kepentingan terkait. Penyerahan finalisasi dokumen laporan akhir
kepada Pemberi Tugas dilakukan segera setelah memasukkan hasil
kesepakatan diskusi pembahasan tersebut ke dalam laporan.