Anda di halaman 1dari 28

Peta Jalan Penyelamatan

Ekosistem Sumatera
dalam Perpres
No. 13 Tahun 2012
tentang
RTR Pulau Sumatera
Penataan ruang Pulau Sumatera bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, keseimbangan, dan keserasian perkembangan kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan keamanan, lingkungan, dan infrastruktur wilayah
dalam satu ekosistem Pulau Sumatera dengan Pendekatan BIOREGION –
Kesatuan Ekosistem Pulau/Kepulauan

Bioregion: Kesatuan wilayah (daratan, laut, dan udara) geografi yang dapat mendukung
proses ekologi penting (rantai makanan, perpindahan, dan sirkulasi air) bagi keberadaan
manusia dan biodiversity, habitat, dan ekosistemnya sehingga memungkinkan terjaminnya setiap
elemen di atas untuk tetap eksis.
Rencana Jalan Penyelamatan Ekosistem (penting) Sumatera
Aspek yang diakomodasi dalam RTR Pulau Sumatera yaitu :
1.Ekologis (kawasan lindung),
2.Ekonomi (kawasan budidaya),
3.Sosial (permukiman),

Melalui:
(i) Penetapan kawasan berfungsi lindung seluas 40% dari luasan pulau,
berupa:
a) Hutan konservasi (32,2%) maupun
b) Hutan lindung sebagai bagian Jaringan ekosistem (7.8%),
Keduanya sekaligus berfungsi sebagai habitat bagi ekosistem penting
Sumatera (ekosistem gajah, harimau, orang utan, burung,
badak,) keanekaragaman hayati kunci, daerah aliran sungai, lahan
gambut.

(ii) Prinsip pembangunan berkelanjutan :


1. Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis sumberdaya alam
(40,1%)
2. Penetapan koridor penghubung berfungsi lindung antar kawasan
konservasi dengan fungsi untuk memberikan akses beraktifitas bagi
ekosistem penting di atas, bagian dari jaringan ekosistem (19,5%).
Pengaturan spesifik dalam RTR Pulau Sumatera terhadap koridor
penghubung antar kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut:
Koridor Aceh-Sumatera Utara yang
menghubungkan Taman Nasional Gunung
Leuser-Taman Hutan Raya Bukit Barisan
sebagai koridor satwa badak, gajah, orang
utan, harimau, dan burung

Koridor RIMBA yang menghubungkan


SM Bukit Rimbang-Bukit Baling, CA
Batang Pangean I- CA Batang Pangean II,
TN Kerinci Seblat, SM Bukit Tiga Puluh,
TN Berbak, CA Maninjau Utara, CA
Bukit Bungkuk, CA Cempaka, TWA
Sungai Bengkal, dan Tahura Thaha
Saifuddin sebagai koridor satwa gajah,
harimau, dan burung
Koridor Jambi-Sumatera Selatan yang
menghubungkan Taman Nasional Berbak-Taman
Nasional Sembilang sebagai koridor satwa burung
dan harimau

Koridor Jambi-Bengkulu-Sumatera Selatan


yang menghubungkan Taman Nasional Kerinci
Seblat dan Cagar Alam Bukit Kaba sebagai koridor
satwa burung, gajah, dan harimau

Koridor Bengkulu-Sumatera Selatan-


Lampung yang menghubungkan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan-Suaka Margasatwa Gunung
Raya sebagai koridor satwa harimau, badak, dan
burung
Kawasan Koridor Ekosistem Penting RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera
Barat)
Pengelolaan kawasan koridor RIMBA :
Salah satu rencana aksi dari Rencana Jalan Penyelamatan
Ekosistem Sumatera

Koridor kawasan koridor RIMBA ini terdiri dari


1.Kawasan Hutan Konservasi (TN Kerinci Seblat, TN Berbak, CA Maninjau
Utara, CA Pangean, CA Bukit Bungkuk, CA Cempaka, SM Bukit Rimbang
Baling, TWA Sungai Bengkal, TAHURA Taha Saiffudin),
2.Hutan Lindung, dan
3.Koridor Penghubungnya (hutan lindung dan kawasan budidaya).

Kawasan RIMBA ini meliputi :


1.18 kabupaten/kota dalam 3 provinsi (Riau, Jambi, dan Sumatera Barat),
dengan luas lebih dari 4 juta hektar.
2.Kawasan konservasi (suaka alam, cagar alam,dan taman nasional) = 1,2 jt
hektar, Hutan lindung = 0,61 juta hektar
Hutan produksi = 1,3 juta
Budidaya lainnya = 0,85 juta hektar
1. pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang
berkelanjutan;
2. swasembada pangan dan lumbung pangan nasional;
3. kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;
4. pusat industri yang berdaya saing;
5. pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);
6. kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40%
(empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
7. kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah;
8. kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;
9. pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera;
10. jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi
ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah; dan\
11. kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang
berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura,
dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan
dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.
Pusat Pengembangan Ekonomi Perkebunan, Perikanan, Serta Pertambangan Yang
Berkelanjutan

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3


pengembangan kaw peruntukan
Pengembangan perkebunan kelapa
pengembangan sentra perikanan serta pertambangan mineral, batubara,
sawit, karet, kopi, & tembakau serta
pengembangan kawasan perkotaan minyak & gas bumi, panas bumi serta
pengembangan kawasan perkotaan
nasional sebagai pusat industri pengembangan kawasan perkotaan
nasional sbg pusat industri
nasional sebagai pusat industri
STRATEGI STRATEGI STRATEGI

mengembangkan kaw peruntukan


mengembangkan kawasan agrobisnis
perikanan tangkap & perikanan budi mengembangkan kaw peruntukan
perkebunan kelapa sawit, karet, kopi,
daya dng memperhatikan potensi pertambangan mineral, batubara,
dan tembakau
lestarinya minyak & gas bumi serta panas bumi
dng memelihara kelestarian SDA dan
meminimalkan dampak negatif
mengembangkan industri pengolahan mengembangkan pusat industri
terhadap lingkungan
dan industri jasa hasil perkebunan pengolahan dan industri jasa hasil
perikanan yang ramah lingkungan
mengembangkan pusat industri
mengembangkan kaw perkotaan mengembangkan keterkaitan antara pengolahan hasil pertambangan yang
nasional sbg pusat penelitian & kawasan minapolitan dan PKN, PKW, didukung oleh pengelolaan limbah
pengembangan perkebunan serta PKSN industri terpadu
Swasembada Pangan Dan Lumbung Pangan Nasional

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3


pelestarian dan pengembangan kaw
pengembangan sentra pertanian tanaman pengembangan jaringan dan
pertanian pangan sawah beririgasi, rawa
pangan yg didukung dng industri pemertahanan prasarana sd air utk
pasang surut & lebak, serta sawah non
pengolahan dan industri jasa hasil meningkatkan luasan lahan pertanian
irigasi, termasuk lahan pertanian pangan
pertanian pangan tanaman pangan
berkelanjutan
STRATEGI STRATEGI STRATEGI

mempertahankan luasan kawasan


mengembangkan sentra pertanian peruntukan pertanian memelihara dan mengembangkan
tanaman pangan di kawasan andalan bendungan beserta waduknya dan
mengembangkan kawasan peruntukan jaringan irigasi
pertanian pangan sesuai kesesuaian
mengembangkan kaw perkotaan lahan
nasional sbg pusat industri pengolahan
dan industri jasa hasil pertanian mengendalikan alih fungsi lahan
tanaman pangan kawasan pertanian pangan sawah
beririgasi menjadi non sawah
mengembangkan kaw perkotaan
nasional sbg pusat penelitian dan mengendalikan perkembangan fisik
pengembangan pertanian tanaman kawasan perkotaan nasional untuk
pangan mempertahankan lahan pertanian
pangan berkelanjutan
Kemandirian Energi Dan Lumbung Energi Nasional Untuk Ketenagalistrikan

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2
pengembangan energi baru dan pengembangan interkoneksi jaringan
terbarukan transmisi tenaga listrik

STRATEGI STRATEGI

Mengembangkan PLTU, PLTG, dan PLTGU mengembangkan interkoneksi seluruh


Sumatera
Mengembangkan PLTA, PLTS, PLTB, dan
PLTP
mengembangkan interkoneksi antarpulau
Sumatera dengan Jawa
Pusat Industri Yang Berdaya Saing

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2
Peningkatan Fungsi Dan Pengembangan
pengembangan keterkaitan ekonomi antar
Kawasan Peruntukan Industri Yang Berdaya
pusat-pusat industri
Saing Di Kawasan Perkotaan Nasional

STRATEGI STRATEGI

merehabilitasi, meningkatkan fungsi, dan


mengembangkan kawasan peruntukan industri mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai
yang didukung prasarana dan sarana pusat industri yang didukung prasarana dan sarana

merehabilitasi dan mengembangkan kawasan


peruntukan industri yang bernilai tambah tinggi mengembangkan keterkaitan antarpusat kegiatan
dan ramah lingkungan industri dengan kawasan perkotaan nasional sebagai
pusat pengembangan kawasan andalan yang
mengembangkan kawasan perkotaan nasional terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan
untuk kegiatan industri kreatif dan/atau bandar udara
pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan MICE

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2
rehabilitasi & pengembangan kaw peruntukan pariwisata pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pariwisata bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
perjalanan insentif, konferensi, & pameran konferensi, dan pameran

STRATEGI STRATEGI
mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di
mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kawasan perkotaan nasional
kegiatan pariwisata ekowisata, bahari, cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan,
meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan,
merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran
bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang
terdegradasi meningkatkan keterkaitan antarPKN dan antarPKW di Pulau
Sumatera sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan
wisata
Kelestarian Kawasan Berfungsi Lindung Bervegetasi Hutan Tetap Paling Sedikit 40% (Empat
Puluh Persen) Dari Luas Pulau Sumatera Sesuai Dengan Kondisi Ekosistemnya

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3


pemertahanan luasan kawasan
pengendalian kegiatan budi daya yang pengembangan pengelolaan potensi
berfungsi lindung dan rehabilitasi
berpotensi mengganggu kawasan kehutanan dengan prinsip
kawasan berfungsi lindung yang
berfungsi lindung berkelanjutan
terdegradasi

STRATEGI STRATEGI STRATEGI

mempertahankan luasan kawasan menata kembali permukiman merehabilitasi kawasan peruntukan


bervegetasi hutan tetap masyarakat adat yang berada di hutan yang mengalami deforestasi dan
kawasan berfungsi lindung degradasi

menetapkan kawasan hutan paling sedikit


mengendalikan kegiatan pemanfaatan mengembangkan sentra kehutanan
30% (tiga puluh persen) dari luas Daerah
ruang di bagian hulu WS, kaw imbuhan pada kawasan andalan dengan
Aliran Sungai (DAS)
air tanah dan pelepasan air tanah pada memperhatikan daya dukung dan daya
daerah CAT, kaw hutan lindung, kaw tampung lingkungan hidup
memulihkan kawasan berfungsi resapan air, dan kaw konservasi
lindung yang terdegradasi
mengendalikan pemanfaatan ruang pada mengembangkan kawasan perkotaan
kawasan dengan kelerengan terjal nasional sebagai pusat industri
pengolahan dan industri jasa
Kelestarian Kawasan Yang Memiliki Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis
Basah

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

pelestarian dan pengembangan


pengembangan koridor ekosistem
keanekaragaman hayati hutan tropis basah
yang bernilai konservasi tinggi antarkawasan berfungsi konservasi

STRATEGI STRATEGI

melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan
hayati hutan tropis basah pelestarian alam

mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada


mengembangkan pusat penelitian koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi
keanekaragaman hayati hutan tropis basah
membatasi pengembangan kawasan permukiman pada koridor
ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi

mengembangkan prasarana yang ramah lingkungan pada koridor


ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi
kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan
adaptasi bencana

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

pengendalian perkembangan kawasan pengendalian perkembangan kawasan


perkotaan nasional yang menjalar (urban perkotaan nasional di kawasan rawan
sprawl) bencana

STRATEGI STRATEGI

mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan rawan bencana tsunami dan gempa bumi
nasional yang menjalar melalui optimalisasi wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor,
pemanfaatan ruang secara kompak, hemat energi gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi
dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi
lingkungan rawan banjir terutama di wilayah timur Pulau Sumatera

mengendalikan perkembangan kawasan wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang
perkotaan nasional yang berdekatan dengan pasang
kawasan lindung menetapkan zona-zona rawan bencana alam

mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan

membangun sarana pemantauan bencana


Pusat Pertumbuhan Baru Di Wilayah Pesisir Barat Dan
Wilayah Pesisir Timur Pulau Sumatera
KEBIJAKAN 1
pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di
wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup

STRATEGI

mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan perkebunan,


agropolitan, pariwisata, minapolitan, dan pertambanganuntuk pertumbuhan ekonomi wilayah

mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional
mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan
keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2
pengembangan jaringan transportasi untuk
pengembangan jaringan transportasi yg terpadu utk
meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara,
meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan
kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau
daya saing ekonomi wilayah
kecil

STRATEGI STRATEGI
mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan
mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan
sarana transportasi darat, laut, dan/atau udara yang
kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan
menghubungkan antarkawasan perkotaan, dan
negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-
memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera
pulau kecil
meningkatkan fungsi dan/atau mengembangkan
mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju
jaringan transportasi dengan memperhatikan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan
kawasan berfungsi lindung terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

mengembangkan dan memantapkan prasarana dan sarana


meliputi jalan, jalur kereta api, serta transportasi sungai,
danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan
kaw perkotaan nasional dng sentra produksi, bandar
udara, dan pelabuhan
Mewujudkan Kawasan Perbatasan Negara Sebagai Beranda Depan Dan Pintu Gerbang Negara Yang
Berbatasan Dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, Dan Negara
Vietnam Dengan Memperhatikan Keharmonisan Aspek Kedaulatan, Pertahanan Dan Keamanan Negara,
Kesejahteraan Masyarakat, Dan Kelestarian Lingkungan Hidup

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2
percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara
dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan pemertahanan eksistensi 34 (tiga puluh empat) pulau kecil terluar
keamanan negara, serta lingkungan hidup

STRATEGI STRATEGI
membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi
mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat
pelayaran
pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul
transportasi kawasan perbatasan negara
mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan

mempercepat pengembangan kawasan sentra produksi di membangun bandar udara untuk melayani angkutan udara perintis
kawasan perbatasan negara berbasis sumber daya alam yang
produktif menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk
pemenuhan kebutuhan air baku

mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan


mempercepat pengembangan kawasan pertahanan dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
keamanan negara sebagai perwujudan kedaulatan negara

mengembangkan jaringan telekomunikasi


Kawasan Peruntukan Kehutanan
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
STRATEGI
INSTANSI
INDIKASI PROGRAM LOKASI OPERASIONALISASI
PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
UTAMA PERWUJUDAN
2014 2019 2024 2027

 Pengendalian (sesuai lokasi kawasan Lampiran XIII Strategi Kemenhut,


perubahan Rimba , kawasan hutan Operasiona-lisasi Kemen LH,
peruntukan produksi antara lain : di Perwujudan Kawasan Kemen PU,
dan/atau fungsi Kab. Kampar, Kab. Budidaya yang Memiliki Nilai Pemda, dan
kawasan hutan Sawahlunto, Kab. Tanah Strategis Nasional di Pulau Swasta
sebagai upaya Datar, Kabupaten Sumatera (1)
untuk mewujudkan Kuantan Singingi, Kab. 1....
kawasan berfungsi Limapuluh Koto, Kab.
lindung yang Solok, Kab. 2. memanfaatkan ruang
bervegetasi hutan Dharmasraya, Kab. kawasan peruntukan
tetap paling sedikit Solok Selatan, Kab. hutan dengan prinsip-
40% dari luas Pulau Bungo, Kab. Merangin, prinsip pembangunan
Sumatera sesuai Kab. Sarolangun, Kab.
hutan lestari
dengan Indragiri Hulu, Kab. Tebo,
ekosistemnya Kab. Tanjung Jabung 3. mengendalikan
 Rehabilitasi Barat, Kab. Tanjung perkembangan kawasan
kawasan Jabung Timur, Kab. peruntukan hutan yang
peruntukan hutan Muaro Bungo berpotensi
yang mengalami
mengganggu fungsi
deforestasi dan
degradasi kawasan konservasi
dan kawasan hutan
lindung
4....
Kawasan Peruntukan Pertanian
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
STRATEGI
INSTANSI
INDIKASI LOKASI OPERASIONALISASI
PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN
2014 2019 2024 2027

 mengendalikan (sesuai lokasi Lampiran XIII Strategi Kemen PU,


pengembangan kawasan Rimba , Operasiona-lisasi Kementan,
kegiatan budi kawasan pertanian Perwujudan Kawasan Pemda, dan
daya di antara lain : di Kab. Budidaya yang Memiliki Nilai Swasta
kawasan Kampar, Kab. Strategis Nasional di Pulau
peruntukan Sawahlunto, Kab. Sumatera (2)
pertanian Tanah Datar,
pangan Kabupaten Kuantan
1. ....
berkelanjutan Singingi, Kab.
Limapuluh Koto, Kab. 2.mengendalikan
Solok, Kab. perkembangan kawasan
Dharmasraya, Kab. peruntukan pertanian yang
Solok Selatan, Kab. berada di sekitar
Bungo, Kab. kawasan hutan lindung
Merangin, Kab. dan kawasan hutan
Sarolangun, Kab. konservasi
Indragiri Hulu, Kab.
3.memanfaatkan ruang
Tebo, Kab. Tanjung
Jabung Barat, Kab. untuk permukiman petani
Tanjung Jabung terbatas dengan
Timur, Kab. Muaro kepadatan rendah
Bungo 4....
Kawasan Peruntukan Pertambangan WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
INDIKASI STRATEGI OPERASIONALISASI INSTANSI
LOKASI
PROGRAM PERWUJUDAN PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
UTAMA 2014 2019 2024 2027

 Pengembanga (sesuai lokasi Lampiran XIII Strategi Operasiona-lisasi Kemen


n dan kawasan Rimba, Perwujudan Kawasan Budidaya yang ESDM,
rehabilitasi kawasan Memiliki Nilai Strategis Nasional di Pulau Kemenhut,
kawasan pertambangan antara Sumatera (4) Kemen PU,
peruntukan lain : di Kab. Kampar, 1. .... Kemen LH,
pertambangan Kab. Limapuluh Koto, Pemda, dan
mineral, Kab. Sawahlunto,
2.mengembangkan kawasan Swasta
batubara, serta Kab. Tanah Datar, pertambangan dengan
minyak dan Kabupaten Kuantan memperhatikan keseimbangan
gas bumi yang Singingi, Kab. antara biaya dan manfaat serta
berdaya saing Dharmasraya, Kab. keseimbangan antara risiko dan
dan ramah Solok Selatan, Kab.
manfaat
lingkungan Bungo, Kab.
Merangin, Kab. 3.melarang bangunan lain di sekitar
Sarolangun, Kab. instalasi dan peralatan kegiatan
Indragiri Hulu, Kab. pertambangan yang berpotensi
Tebo, Kab. Tanjung menimbulkan bahaya dengan
Jabung Barat, Kab.
memperhatikan kepentingan daerah
Tanjung Jabung
Timur, Kab. Muaro 4.mengembangkan kegiatan
Bungo pertambangan yang ramah
lingkungan (green mining)
5....
JARINGAN JALAN
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
INDIKASI INSTANSI
LOKASI STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN
PROGRAM PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
UTAMA 2014 2019 2024 2027

 Jaringan : ... Solok- Lampiran IV Strategi Operasionalisasi Perwujudan Kemen


jalan Muaro Jaringan Jalan Nasional di Pulau Sumatera (III.2.) ESDM,
Kelaban 1. .... Kemenhut,
(Simancung) Kemen PU,
- 2.mengembangkan dan/atau memantapkan Kemen LH,
Dhamasraya jaringan jalan nasional dengan Pemda, dan
-Muara memperhatikan kawasan berfungsi Swasta
Bungo- lindung dan/atau penerapan prasarana dan
Bangko-
sarana yang ramah lingkungan
Sarolangun
... 3.mengendalikan dampak eksternalitas
negatif pengembangan jalan arteri primer
terhadap Cagar Alam di Melampahan
Panjang, Cagar Alam Batang Pangean dan
Hutan Lindung di Kab. Mandailing Natal,
Kab. Pasaman, Kab. Dharmasraya
4.menerapkan ketentuan pelarangan alih
fungsi lahan yang berfungsi lindung
antara lain di sepanjang sisi jalan arteri
primer
KERETA API
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
INDIKASI INSTANSI
LOKASI STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN
PROGRAM PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
UTAMA 2014 2019 2024 2027

 Jaringan Taluk Lampiran V Strategi Operasionalisasi Perwujudan Kemen PU,


Kereta Kuantan- Jaringan Jalur Kereta Api Nasional Di Pulau Sumatera Kemenhub,
Api Muara Pemda, dan
1....
Bungo- Swasta
Muara Tebo-
2.mengembangkan jaringan jalur kereta api
Muara dengan memperhatikan fungsi kawasan
Bulian- pertanian pangan berkelanjutan, kawasan
Jambi lindung, dan kawasan rawan bencana
3.memanfaatkan ruang di sepanjang sisi jaringan
jalur kereta api dilakukan dengan tingkat
intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya
dibatasi
4.membatasi pemanfaatan ruang yang peka
terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas
kereta api di sepanjang jalur kereta api
5.menetapkan garis sempadan bangunan di
sisi jaringan jalur kereta api dengan
memperhatikan dampak lingkungan dan
kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta
api
KORIDOR EKOSISTEM

WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
STRATEGI
INDIKASI SUMBER INSTANSI
LOKASI OPERASIONALISASI
PROGRAM PENDANAAN PELAKSANA 2011- 2015- 2020- 2025-
PERWUJUDAN
UTAMA 2014 2019 2024 2027

Pengembangan pengelolaan dan pemertahanan fungsi suaka margasatwa, cagar alam, taman
nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam, dan taman wisata alam laut (taman
wisata perairan)
Peningkatan  Koridor Aceh- Lampiran XII APBN, Kemenhut,
fungsi, Sumatera Utara, Strategi APBD, Kemen PU,
pelestarian,  Koridor RIMBA Operasionalisasi dan/atau KLH, Pemda,
dan (Riau-Jambi- Perwujudan sumber lain dan Swasta
pemertahanan Sumatera Barat), Pelestarian yang sah
dan koridor  Koridor Jambi- Kawasan Lindung
ekosistem Bengkulu- Nasional di Pulau
Sumatera Selatan, Sumatera (VI.5.)
 Koridor Jambi-
Sumatera Selatan,
dan
 Koridor Bengkulu-
Sumatera Selatan-
Lampung
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional
No. Kawasan Strategi Operasionalisasi
Lindung
1. Suaka a. melestarikan kawasan bagi habitat Harimau Sumatera dan Orang Utan
Margasatw b. memantapkan fungsi suaka margasatwa yang terdegradasi
a Bukit c. memanfaatkan ruang untuk penjagaan (pengawetan) habitat dan kahayati
Rimbang- d. memanfaatkan ruang terbatas selain untuk pengawetan, yakni untuk kegiatan penelitian,
Bukit pendidikan, dan wisata alam
Baling e. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan kegiatan selain berfungsi untuk
(Riau) penelitian, pendidikan dan wisata alam yang mengubah bentuk kawasan
f. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan penanaman tumbuhan dan pelepasan
satwa yang bukan merupakan tumbuhan dan satwa endemik kawasan
g. menerapkan ketentuan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang untuk zona
penyangga
2. Cagar Alam a. melestarikan kawasan bagi habitat Harimau Sumatera
Batang b. memantapkan fungsi cagar alam yang terdegradasi
Pangean I c. memanfaatkan ruang untuk penjagaan (pengawetan) habitat dan kahayati
(Sumatera d. memanfaatkan ruang terbatas selain untuk pengawetan, yakni untuk kegiatan
Barat) penelitian, pendidikan, dan wisata alam
e. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan kegiatan selain berfungsi untuk
penelitian, pendidikan dan wisata alam yang mengubah bentuk kawasan
f. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan penanaman tumbuhan dan pelepasan
satwa yang bukan merupakan tumbuhan dan satwa endemik kawasan
g. menerapkan ketentuan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang untuk zona
penyangga
h. mengendalikan perluasan permukiman masyarakat lokal yang berada di sekitar
kawasan cagar alam (enclave)
i. menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal
yang berada di zona penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional

No. Kawasan Strategi Operasionalisasi


Lindung
3. (KSN) a. memantapkan fungsi dan merehabilitasi kawasan yang memiliki kahayati dan
Taman ekosistemnya
Nasional b. melestarikan habitat badak, Harimau Sumatera dan gajah
Kerinci c. memanfaatkan ruang untuk pemertahanan fungsi dan pengembangan taman nasional
Seblat d. memanfaatkan ruang untuk wisata alam, penelitian, dan pengembangan tanpa mengubah
bentang alam
(Jambi,
e. memanfaatkan ruang untuk kegiatan budi daya diperbolehkan bagi penduduk asli di zona
Sumbar,
penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di
Bengkulu, bawah pengawasan ketat
dan Sumsel) f. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan kegiatan budi daya di zona inti
g. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan kegiatan budi daya yang berpotensi
mengurangi tutupan vegetasi di zona penyangga

4. Taman a. memantapkan fungsi dan merehabilitasi kawasan yang memiliki kahayati dan
Hutan Raya ekosistemnya
Thaha b. melestarikan dan mengembangkan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami serta asli
Saifuddin maupun bukan asli
(Jambi) c. memanfaatkan zona transisi untuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara
lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan
d. memanfaatkan ruang untuk wisata alam, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan
e. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan kegiatan selain berfungsi untuk penelitian,
pendidikan dan wisata alam
f. menerapkan ketentuan mengenai pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf d
g. menerapkan ketentuan mengenai pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada
huruf f
h. menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang
berada di zona penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan
Pengaturan spesifik dalam RTR Pulau Sumatera terhadap koridor
penghubung antar kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengendalikan
pemanfaatan ruang
kawasan budidaya yang
dilintasi koridor
penghubung;

2. Melarang keberadaan
dan pengembangan
kawasan permukiman
yang dilintasi koridor
penghubung;
3. Mengembangkan
infrastruktur hijau yang
dilintasi koridor
penghubung.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai