I. Latar Belakang
Lingkungan hidup di Indonesia saat ini masih menunjukkan penurunan kondisi, seperti
terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan, penurunan ketersediaan dibandingkan
kebutuhan sumber daya alam, maupun bencana lingkungan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa aspek lingkungan hidup belum sepenuhnya diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan upaya untuk mencari terobosan
dan memastikan bahwa pada tahap awal penyusunan kebijakan, rencana dan/atau
program prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan. Makna
strategis mengandung arti perbuatan atau aktivitas sejak awal proses pengambilan
keputusan yang berakibat signifikan terhadap hasil akhir yang akan diraih. Dalam
konteks KLHS perbuatan dimaksud adalah suatu proses kajian yang dapat menjamin
dipertimbangkannya hal-hal yang prioritas dari aspek pembangunan berkelanjutan
dalam proses pengambilan keputusan pada kebijakan, rencana dan/atau program sejak
dini.
Kawasan perkotaan Ranomeeto pada tahun 2014 telah disusun Rencana Detail Tata
Ruangnya namun belum dapat diperdakan karena belum tersedia rumusan kajian
lingkungan hidup strategis dan uji publik rencana program pemanfaatan ruang
kawasan perkotaan tersebut. Guna membantu mengupayakan perbaikan kualitas
rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis [KLHS] atau
Strategic Environmental Assessment [SEA] dan uji publik menjadi salah satu pilihan alat
bantu melalui perbaikan kerangka pikir [framework of thinking] perencanaan tata
ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.
KLHS sendiri diartikan rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
Hasil KLHS menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan
dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya
tampung sudah terlampaui, maka;
Analisis penapisan KRP ini bertujuan untuk memilih dan memilah KRP-KRP yang
dianggap berpotensi menimbulkan dampak terhadap aspek lingkungan sehingga bisa
menghambat perwujudan pembangunan berkelanjutan. Dasar penapisan dilakukan
dengan memperkirakan jenis kegiatan yang ada di dalam program-program yang
diprediksi akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Penapisan dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
a. Penapisan berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan, dimana KRP ditapis
berdasarkan ada/tidaknya dampak lingkungan yang ditimbulkan;
b. Penapisan berdasarkan isu lingkungan, dimana KRP yang sudah tersaring
berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan, kemudian ditapis/disaring lagi
berdasarkan isu lingkungan yang terdapat di lokasi KRP. Sebagaimana diketahui
bahwa isu lingkungan di lokasi KRP meliputi:
Alih fungsi lahan pertanian lahan basah/sawah menjadi kawasan budidaya
banjir lokal yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran air akibat pengelolaan
sampah kota dan drainase yang kurang optimal.
Penyediaan fasilitas sanitasi lingkungan masih relatif terbatas (perkembangan
permukiman memberikan dampak negatif lingkungan dengan meningkatnya
produksi sampah masyarakat)
Tabel 4.2 Proses Penapisan KRP BWP Ranomeeto Berdasarkan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan
XI. Kajian Lingkungan Hidup Atas KRP RDTR Kawasan Perkotaan Ranomeeto
XIII. Rekomendasi Perbaikan Kebijakan Strategis Untuk KRP Penataan Ruang BWP
Kota Ranomeeto
Berikut adalah rekomendasi perbaikan kebijakan strategis untuk BWP Kota
Ranomeeto. Rekomendasi ini difokuskan pada:
Pengelolaan persampahan;
Pengelolaan limbah cair domestik;
Pengelolaan limbah khusus (limbah medis, dan limbah industri);
Pengelolaan tanah yang tererosi (eroded soil).