1 Identifikasi
Identikasi Isu PB
Materi Muatan
4 KRP
2 Isu PB Yang Paling
Strategis
Materi Muatan KRP
3 Isu PB Prioritas yang berdampak
Konsultasi
Publik
5 Analisis Pengaruh
5
PEMBAHASAN
KLHS RDTR KAWASAN PERKOTAAN RANTEPAO
Isu Pembangunan Berkelanjutan
0 Berisi Jabaran Mengenai Isu PB, Isu Strategis, Isu Prioritas,
1 dan Resume Isu/Permasalahan
b.Melakukan diskusi intenal atau konsultasi publik untuk mengumpulkan dan 5. Limbah kotoran ternak Kecamatan Kesu, Sesean, Belum optimalnya penanganan limbah do-
Sopai, Tallunglipu, Tikala, Tod- mestik
menyajikan data berdasarkan informasi dan dokumen-dokumen yang ada, don
sehingga isu pembangunan berkelanjutan dapat dideskripsikan dengan jelas baik 6. Kotoran ternak dari usaha-usaha ternak Kecamatan Kesu, Sesean, Belum optimalnya penanganan limbah do-
rumahan yang mengalir ke Sungai Sopai, Tallunglipu, Tikala, Tod- mestik
secara spasial maupun nonspasial. Sumber informasi dapat berasal dari anggota don
pokja, peserta konsultasi publik atau hasil browsing di internet. 7. Pembuangan limbah ternak ke Sungai Kecamatan Kesu, Sesean, Belum optimalnya penanganan limbah do-
Sopai, Tallunglipu, Tikala, Tod- mestik
c.Menyusun daftar panjang isu-isu pembangunan berkelanjutan dan menentukan don
lokasi pasti isu bila memungkinkan (dapat dibuat peta lokasi sebaran isu 8 Lambatnya penanganan sampah Kec.Rantepao Belum optimalnya pengelolaan persampahan
pembangunan berkelanjutan). Selanjutnya isu-isu pembangunan berkelanjutan 10 Polulasi Anjing dan Kucing dalam Kec.Rantepao Belum optimalnya pengelolaan persampahan
tersebut ditentukan tema atau fokus isunya berdasarkan kesamaan substansi atau hubungannya dengan penyakit Rabies
muatan dari isu. 11 Lahan persawahan dari hari ke hari se- Kec.Kesu dan Kec.Rantepao Alih fungsi lahan pertanian
makin berkurang karena dialih fungsikan
jadi tempat tinggal
12 Pertambangan galian C Lembang Rindingbatu Keca- Kerusakan lingkungan akibat pertambangan
matan Kesu
17 Terbatasnya sarana dan prasarana per- Kecamatan Kesu, Sesean, Sopai, Tal- Belum optimalnya pengelolaan persampahan
sampahan lunglipu, Tikala, Toddon
18 Pembangunan liar di Sempadan Kecamatan Kesu, Sesean, Sopai, Tal- Pembangunan didaerah Sempadan Sungai
lunglipu, Tikala, Toddon
19 Kesadaran masyarakat rendah Kecamatan Kesu, Sesean, Sopai, Tal- Belum optimalnya pengelolaan persampahan
lunglipu, Tikala, Toddon
20 Drainase limbah domestik mengarah Sungai Kec.Rantepao Belum optimalnya penanganan limbah domestik
22 Akumulasi kegiatan dan tidak tersedianya la- Kec.Rantepao Kemacetan di daerah perkotaan
han parkir
23 Kerusakan sempadan Kecamatan Kesu, Sesean, Sopai, Tal- Kerusakan sempadan sungai
lunglipu, Tikala, Toddon
Sumber : Hasil Konsultasi Publik dengan Pokja KLHS RDTR Perkotaan Rantepao, 2019
Keterangan : (1) Karakteristik wilayah, (2) Potensi dampak, (3) Keterkaitan antar isu, (4) Keterkaitan dengan KRP,
(5) Keterkaitan dengan Muatan RPPLH, (6) Keterkaitan dengan KLHS.
Belum optimalnya
pengelolaan Alih fungsi lahan perta- Penyimpangan peman-
persampahan dan lim- nian faatan ruang
bah domestik
Pembangunan
Kurangnya RTH di
didaerah Sempadan
Perkotaan
Sungai
JABARAN ISU
PRIORITAS
Melalui proses analisis dan telaah isu
yang ada dilapangan
MATRIKS PENENTUAN ISU PB PRIORITAS
Isu PB Strategis DDDTLH Dampak LH Jasa Ekosistem Cakupan Bencana Mutu SDA Biodiversity Perubahan Iklim Masyarakat Kesehatan Hukum
Miskin Masyarakat Adat
Belum optimalnya Penurunan daya Meningkatnya Mengurangi jasa Tidak langsung Kerusakan Ancaman Peningkatan Rendahnya Sampah dan Tidak
pengelolaan per- tampung beban pencemaran ekosistem pen- terkait dengan ke- tanah akibat degradasi KE- emisi GRK dari pendidikan ak- limbah yang langsung
sampahan dan pencemaran lingkungan gendalian limbah jadian bencana pencemaran HATI akibat sampah dan lim- ibat kemiskinan tidak terkelola terkait
limbah domestik pencemaran bah menyebabkan memicu berba- dengan
sampah dan rendahnya ke- gai penyakit hukum
limbah sadaran men- berbasis vektor adat
gelola sampah
Skor = 35 5 5 3 1 3 4 5 3 5 1
Terbentuknya Penurunan daya Meningkatnya Mengurangi jasa Tidak langsung Kualitas air dan Ancaman Rentan bila ter- Umumnya di- Mendorong Tidak
permukiman ku- tampung beban pencemaran ekosistem pen- terkait dengan ke- tanah semakin degradasi KE- jadi perubahan huni oleh munculnya langsung
muh. pencemaran lingkungan gendalian limbah jadian bencana menurun HATI akibat iklim akibat kap- masyarakat berbagai terkait
kondisi asitas adaptasi miskin akibat macam dengan
lingkungan yg yang rendah ketidakmam- penyakit akibat hukum
tidak baik puan mengak- lingkungan yg adat
ses pemukiman tidak sehat
yg baik.
Skor = 38 5 5 3 2 4 4 5 4 5 1
Pembangunan di- Penurunan daya Meningkatnya Menurunkan Pemicu terjadinya Tidak Ancaman Masyarakat yang Umumnya di- Umumnya Tidak
daerah Sempadan dukung pencemaran dan kualitas jasa eko- abrasi dan banjir berfungsinya degradasi KE- tinggal didaerah huni oleh memiliki sani- langsung
Sungai. lingkunga akibat kerusakan DAS sistem penyedia daerah sem- HATI akibat alih sempadan masyarakat tasi yg tidak terkait
perubahan air dan pengatu- padan sungai fungsi penggu- rentan terhadap miskin memadai se- dengan
penggunaan la- ran tata aliran air naan lahan perubahan iklim. hingga menjd hukum
han sumber adat
penyakit
Skor = 34 4 5 2 5 2 3 5 3 4 1
Kurangnya RTH di Berkurangnya Meningkatnya Menurunnya Memicu terjadinya Rendahnya Berkurangnya Peningkatan Tidak terkait Menurunnya Tidak
Perkotaan daerah resapan pencemaran udara kualitas jasa eko- banjir atau genan- luas area KEHATI emisi GRK dari langsung den- kualitas udara langsung
air sehingga sistem pengatu- gan kawasan hijau khususnya ke- sektor trans- gan kemiskinan mengakibat terkait
mengurangi ran kualitas beradaan po- portasi dan ak- terjadinya dengan
ketersedian air udara hon tvitas manusia gangguan per- hukum
tanah napasan adat
MATRIKS PENENTUAN ISU PB PRIORITAS
Alih fungsi lahan Berkurangnya Berkurangnya Menurunnya luas Tidak terkait lang- Hilangnya la- Tidak terkait Terancamnya Hilangnya Tidak terkait Tidak
pertanian. daya dukung produksi pangan area jasa ekosis- sung dengan keja- han pertanian langsung den- ketersediaan sumber pen- langsung den- langsung
penyedia pan- tem penyedia dian bencana berkelanjutan gan KEHATI pangan khusus- dapatan bagi gan kesehatan terkait
gan pangan nya bila terjadi masyarakat dengan
perubahan iklim miskin hukum
adat
Skor = 28 4 3 3 2 4 2 3 5 1 1
Penyimpangan Berkurangnya Penataan ruang Berkurangnya Memicu terjadinya Terjadinya Ancaman ter- Meningkatkan Terbatasnya Menurunnya Konflik
pemanfaatan ru- daya dukung la- yang tidak nyaman jasa ekosistem bencana banjir dan kerusakan hadap KEHATI kerentanan ter- akses terhadap kualitas peman-
ang. han abrasi lingkungan hadap perubahn ruang yang lingkunga yang faatan
iklim nyaman dan dapat men- lahan
sehat ganggu kese- dengan
hatan kawasan
hukum
adat
Skor = 32 5 4 3 2 3 2 2 3 5 3
Pencemaran sun- Penurunan daya Meningkatnya Mengurangi jasa Tidak langsung Penurunan Ancaman Tidak terkait Tidak terkait Pencemaran Tidak
gai. tampung beban pencemaran ekosistem pen- terkait dengan ke- kualitas air degradasi KE- langsung dengan langsung den- sungai memicu langsung
pencemaran lingkungan gendalian limbah jadian bencana baku HATI akibat perubahan iklim gan kemiskinan berbagai terkait
pencemaran penyakit dengan
sampah dan berbasis vektor hukum
limbah adat
Skor = 27 5 4 2 1 4 3 1 1 5 1
3. Pembangunan didaerah
Sempadan Sungai
2. Belum optimalnya
pengelolaan persampahan
dan limbah domestik.
4. Kurangnya RTH di
Perkotaan
1. Terbentuknya permukiman
kumuh
5. Penyimpangan pe-
manfaatan ruang
Identifikasi Muatan KRP
KRP Yang Berdampak
Tahap 4 : Identifikasi Materi Muatan KRP Yang Berpotensi Menimbulkan Pengaruh
Pada Lingkungan Hidup
a. Sesuai pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh,
dampak dan/atau resiko lingkungan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dampak lingkungan yang meliputi :
1. Perubahan Iklim
2. Kehati
3. Intensitas dan Cakupan Bencana
4. Mutu SDA
5. Alih Fungsi Lahan
6. Kemiskinan
7. Kesehatan
b. Analisis muatan KRP yang berpotensi menimbulkan pengaruh, dampak dan/atau resiko lingkungan dilakukan dengan
mengidentifikasi (1) jenis (kualitatif) dan (2) besaran (kuantitatif) dampak berdasarkan pertimbangan profil lingkungan hidup
wilayah yang dikaji dan dilakukan melalui profesional adjustment. Untuk kriteria jenis dan besaran pengaruh terdiri dari :
8. Jenis pengaruh = Positif (+), Negatif (-), dan Netral (0)
9. Besaran pengaruh = Sangat besar (5), Besar (4), Sedang (3), Kecil (2), Sangat Kecil (1)
Melalui metode skoring dilakukan klasifikasi pengaruh dari tidak ada pengaruh menjadi pengaruh tinggi. Adapun pembagian
klasifikasi tersebut sebagai berikut :
Skor 0 1-6 7 - 14 15 - 35
Berpengaruh Positif
Pembangunan, peningkatan dan pemeliharanaan +4 +3 +4 +4 +3 0 +3 21
Tinggi
Pembangunan Taman Kelurahan
Berpengaruh Positif
Pembangunan, peningkatan dan pemeliharanaan +4 +3 +4 +4 +3 0 +3 21
Tinggi
Pembangunan Taman RW
Berpengaruh Positif
+3 +2 +3 +2 +3 0 +2 15
Pembangunan/Pengembangan Pemakaman Tinggi
Berpengaruh Positif
+4 +3 +4 +4 +3 0 +3 21
Program Pengembangan RTH Tinggi
1.3 Zona Cagar Budaya
Berpengaruh Positif
+4 +5 +4 +4 +4 0 +2 23
Pelestarian Zona Cagar Budaya Tinggi
1.4 Zona Badan Air
Berpengaruh Positif
+5 -4 +5 +4 +3 0 +4 17
Perlindungan dan pelestarian badan Air Tinggi
A. 2 Kawasan Budidaya
A.2.1 Perwujudan Zona Budi Daya
2.1 Zona Perkebunan Rakyat
Pengembangan dan pemantapan kawasan perke- Berpengaruh Negatif
-3 -2 -2 -3 -4 +4 +3 -7
bunan rakyat Sedang
Telaah KRP yang Berdampak/Berisiko Terhadap Lingkungan
Berpengaruh Negatif
Mengembangkan dan revitalisasi kawasan Pariwisata -2 0 0 0 -3 +4 0 -1
Rendah
Pengembangan potensi Sungai sebagai salah satu daya Berpengaruh Negatif
-2 -3 -2 -2 -3 +4 0 -8
tarik wisata alami Sedang
2.4 Zona Perumahan
Pembangunan dan pengembangan kawasan peruma- Berpengaruh Negatif
-5 0 -4 -4 -4 +4 +2 -11
han kepadatan Tinggi Sedang
Telaah KRP yang Berdampak/Berisiko Terhadap Lingkungan
Skor 0 1-6 7 - 14 15 - 35
A. 2 Kawasan Budidaya
A.2.1 Perwujudan Zona Budi Daya
2.1 Zona Perkebunan Rakyat
a.Sesuai pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Analisis pengaruh KRP Contoh Penentuan Tindaklanjut Muatan KRP
paling sedikit memuat kajian : Berdasarkan Pengaruh Terhadap Muatan KLHS
1. Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk Pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup.
Total Skor (Tanpa 0-5 6-10 11-15
3. Kinerja layanan dan jasa ekosistem. Besaran Dampak)
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.
24-46 47-70
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim Total Skor (Den-
gan Besaran
0-23
Untuk muatan KRP yang dapat memberikan informasi luasan yang berpengaruh atau
berdampak seperti rencana pola ruang, maka luasan area yang berpengaruh,
berdampak/berisiko juga perlu dipertimbangkan besarannya. Adapun kriteria besaran dampak
diperlihatkan pada tabel dibawah ini :
Kajian Daya Dukung &
Daya Tampung Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Terhadap Kemampuan Lahan
Kemampuan Lahan (Ha)
N0 KRP Berdampak Total (Ha) Dampak LH
II III IV V VI Vii VIII
7 Zona Pertahanan dan Keamanan 3,15 0,22 - - - - - 3,37 Kawasan berada pada
kemampuan lahan aman
4 Zona Perdagangan dan Jasa 84,22 71,64 0,87 156,74 Kawasan perncanaan berada pada
penutupan lahan yang aman
3,43 Ha (24,67%) Kawasan perncanaan
berada pada penutupan lahan sawah,
5 Zona Perkantoran 10,47 1,55 1,88 0,0018 13,90 pertanian lahan kering campur semak
dan semak belukar sehingga tidak
aman atau beresiko. Kawasan
berdampak kecil
39,29 Ha (12,60%) Kawasan
6 Zona Perkebunan Rakyat 2,27 119,32 33,57 39,29 117,30 311,75 perncanaan berada pada penutupan
lahan sawah sehingga tidak aman atau
beresiko. Kawasan berdampak kecil
1,72 Ha (50,97%) Kawasan
7 Zona Pertahanan dan Keamanan 1,50 0,15 1,72 3,37 perncanaan berada pada penutupan
lahan Sawah sehingga tidak aman atau
beresiko. Kawasan berdampak besar
52,57 Ha (4,70%) Kawasan
perencanaan berada pada penutupan
8 Zona Pertanian 47,60 296,22 767,92 4,97 2,09 1118,79 lahan semak belukar dan permukiman
sehingga tidak aman atau beresiko.
Kawasan berdampak sangat kecil
625,65 Ha (44,37%) Kawasan
perencanaan berada pada penutupan
9 Zona Perumahan 413,40 362,89 0,11 576,59 49,05 8,06 1410,11 lahan Sawah dan semak belukar
sehingga tidak aman atau beresiko.
Kawasan berdampak besar
10 Zona Peruntukan lainnya 0,35 0,35 Kawasan perncanaan berada pada
penutupan lahan yang aman
37 Ha (46,19%) Kawasan perencanaan
berada pada penutupan lahan Sawah,
11 Zona Sarana Pelayanan Umum 42,90 10,77 25,21 1,01 0,19 80,09 pertanian lahan kering campur semak
dan semak belukar sehingga tidak
aman atau beresiko. Kawasan
berdampak besar
5,37 Ha (86,38%) Kawasan
perencanaan berada pada penutupan
12 Zona Transportasi 0,85 5,37 6,22 lahan pertanian lahan kering campur
semak sehingga tidak aman atau
beresiko. Kawasan berdampak sangat
besar
Perumusan Alternatif
dan Rekomendasi
Tahap 7 : Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
a.Memanfaatkan hasil analisis pengaruh muatan KRP terhadap 6 muatan KLHS untuk
Contoh Hubungan Tindaklanjut Pengaruh KRP
merumuskan alternatif yang didasarkan pada tindaklanjut untuk setiap KRP yang
dengan Bentuk Alternatif
berpengaruh, berdampak dan/atau berisiko. Alternatif dapat berupa usulan-usulan
pengganti kebijakan/rencana/program untuk menghilangkan, meminimalkan atau
mengurangi pengaruh negatif yang diprediksi akan timbul dari hasil kajian untuk
penajaman rumusan rancangan awal KRP
b.Dalam perumusan alternatif pokja KLHS perlu mempertimbangkan seluruh pengaruh,
dampak dan/atau resiko muatan KRP terhadap lingkungan yang berdasarkan pada
hasil telaah sebelumnya. Rumusan alternatif disusun pada prinsipnya untuk mencegah
dan/atau mengurangi resiko atau dampak kerusakan lingkungan atau gangguan
terhadap daya dukung lingkungan. Selain itu rumusan alternatif diharapkan dapat
menyediakan upaya adaptasi dan mitigasi dari terjadinya perubahan kondisi
lingkungan akibat kegiatan pembangunan.
c. Pokja KLHS memilih rumusan alternatif yang akan diajukan sebagai rekomendasi
yang didasarkan pada :
1. Manfaat yang lebih besar.
2. Resiko yang lebih kecil.
3. Kepastian keselamatan dan kesejahteraan masyarakat yang rentan terkena
dampak.
4. Mitigasi dampak dan resiko yang lebih efektif.
5. Keterkaitan sebagai respon dan solusi atas Isu PB Perioritas.
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
A Perwujudan Pola Ruang
A1 Perwujudan Kawasan Budi Daya
1.1 Zona Badan Jalan Indikasi D3TLH belum 0,65 Ha (0,84%) Kawasan berada pada kemampuan lahan Menghindari pembangunan jalan pada daerah dengan kelerengan >30%,
terlampaui (Rekomendasi yang tidak aman atau berisiko. Kategori sangat kecil mencegah pergerakan tanah pada daerah kemampuan lahan VI - VIII pada
Tanpa Perbaikan KRP) saat pembangunan jalan, membuat dinding penahan sepanjang jalan untuk
menahan longsor
11,81 Ha (15,21%) Kawasan berada pada area rawan Konstruksi jalan harus lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan pembangunan
bencana banjir,longsor yang tidak aman atau berisiko. drainase di pinggir jalan sebelum pengembangan jalan
Kategori dampak kecil
2,02 Ha (2,60%) Kawasan rencana berada pada area JE Menghindari pengembangan jalan pada daerah sempadan sungai, Memasang
Penyedia air yang tinggi sehingga tidak aman atau berisiko. pagar pembatas pada pengembangan jalan sepanjang sempadan sungai
Kategori dampak sangat kecil.
26,68 (34,37%) Kawasan rencana berada pada area JE Menghindari pengembangan jalan pada sawah beririgasi teknis.Melakukan
Penyedia Pangan yang tinggi sehingga tidak aman atau pencetakan sawah pada daerah lain sebagai pengganti daerah sawah yang
berisiko. Kategori dampak cukup dilewati badan jalan
3,34 Ha (4,31%) Kawasan rencana berada pada area JE Mempertahankan tutupan vegetasi pada daerah di sekitar badan jalan
Pengaturan Iklim yang tinggi sehingga tidak aman atau
berisiko. Kategori dampak sangat kecil
4,75 Ha (6,11%) Kawasan rencana berada pada area JE Mempertahankan tutupan vegetasi pada daerah di sekitar badan jalan
Perlindungan Bencana Banjir yang tinggi sehingga tidak
aman atau berisiko. Kategori dampak sangat kecil
1,88 Ha (2,42%) Kawasan rencana berada pada area JE Mempertahankan tutupan vegetasi pada daerah di sekitar badan jalan
Perlindungan Bencana Longsor yang tinggi sehingga tidak
aman atau berisiko. Kategori dampak sangat kecil
1.2 Zona Campuran Indikasi D3TLH belum 1,03 Ha (1,09%) Kawasan berada pada kemampuan lahan Mempertahankan tutupan vegetasi di sekitarnya dan membuat konstruksi
terlampaui (Rekomendasi yang tidak aman atau berisiko. Kategori sangat kecil bangunan yang tahan dari resiko longsor
Tanpa Perbaikan KRP)
6,16 Ha (6,50%) Kawasan berada pada area rawan longsor Menghindari pengembangan kegiatan pada area yang rawan longsor. Bila
yang tidak aman atau berisiko. Kategori dampak sangat tetap akan dilakukan maka diperlukan upaya mempertahankan tutupan
kecil vegetasi di sekitarnya atau pembangunan tembok penahan
39,85 Ha (42,07%) Kawasan rencana berada pada area JE Mempertahankan penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian pada area
Penyedia Pangan yang tinggi sehingga tidak aman atau yang berada pada JE Penyedia pangan yang tinggi.
berisiko. Kategori dampak besar
21,79 Ha (22,97%) Kawasan rencana berada pada Meningkatkan kapasitas dengan penyediaan infrastruktur yang memadai
kerentanan sangat tinggi sehingga tidak aman atau seperti jalan, pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan, sarana air bersih,
berisiko. Kategori dampak kecil. dan sarana persampahan.
30,31 Ha (32%) Kawasan perncanaan berada pada Menghindari dan membatasi pengembangan zona campuran yang berada
penutupan lahan semak belukar dan pertanian lahan pada tutupan semak belukar, pertanian lahan kering dan sawah irigasi teknis,
kering campur semak tidak aman atau beresiko. Kawasan Bila tetap akan dilakukan maka perlu mempertimbangkan pengembangan
berdampak cukup RTH
Tahap 8 : Perumusan Rekomendasi
spasial, sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat yang 1. Zona kegiatan - Perubahan - -
campuran yang masuk Spasial
singkat dan operasional, setingkat dengan kebijakan, indikasi pada kelas lahan VI dan
VIII sebaiknya
Deleniasi
Zona
dimasukkan sebagai Kegiatan
program, arahan peraturan zonasi. RTH. Campuran
yang masuk
b.Pokja KLHS dapat menyepakati rumusan rekomendasi selain pada kelas
lahan VI dan
VIII menjadi
yang secara langsung dapat diintegrasikan dalam KRP, namun RTH
a. Hasil telaah terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan, isu-isu pembangunan berkelanjutan strategis dan isu-isu
pembangunan perioritas disepakati bahwa dalam pengembangan Kawasan Perkotaan Rantepao setidaknya harus
memperhatikan beberapa hal antara lain; belum optimalnya pengelolaan persampahan dan limbah domestik,
terbentuknya permukiman kumuh, pembangunan didaerah sempadan sungai, kurangnya RTH di perkotaan,
pencemaran sungai, alih fungsi lahan pertanian, penyimpangan pemanfaatan ruang. Terpilihnya isu-isu diatas
didasarkan pada pertimbangan kondisi geografis, pertumbuhan aktivitas perkotaan saat ini, dampaknya yang luas dan
diperkirakan akan semakin memburuk akibat perkembangan Kawasan Perkotaan Rantepao kedepannya.
b. Hasil kajian pengaruh materi muatan RDTR Kawasan Perkotaan Rantepao menunjukkan bahwa sejumlah muatan KRP
memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan di Kawasan Perkotaan Rantepao. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa Kawasan Perkotaan Rantepao direncanakan pada suatu kawasan yang kondisi topografinya
berada pada daerah yang miring s/d curam sekitar 40% dari total luas kawasan. Selain itu penutupan vegetasi pada
kawasan ini sekitar 19% adalah hutan dengan kerapatan tinggi dan 33,38% adalah sawah, sehingga pengembangan
kegiatan budidaya sebagai determinan kegiatan perkotaan akan memberikan pengaruh pada daya dukung lingkungan
khususnya pada jasa lingkungan dan peningkatan resiko longsor dan banjir.
Kesimpulan
c. Mengantisipasi pengaruh KRP RDTR Kawasan Perkotaan Rantepao terhadap kondisi lingkungan binaannya maka perlu dipertimbangkan
beberapa alternatif dan rekomendasi penting, diantaranya; Penetapan arahan zonasi pada beberapa Kawasan budidaya melalui
penyesuaian target kebutuhan pemukiman dengan proyeksi jumlah penduduk, dan pertimbangan kelas kemampuan lahan, perlindungan
jasa ekosistem tinggi dan penggunaan lahan sawah khusus kawasan LP2B. Untuk penyediaan air dilakukan penambahan pasokan air bersih
oleh PDAM, pemanfaatan air tanah secara terbatas, pembuatan irigasi dan pompanisasi. Untuk perlindungan dari resiko banjir dilakukan
pengembangan program konservasi air melalui pembuatan biopori dan sumur resapan, pembuatan folder untuk menampung limpasan air
hujan, menggiatkan program perbaikan drainase, serta pengembangan kontruksi bangunan yang dibuat lebih tinggi dari batas tinggi air
pada saat banjir. Untuk perlindungan dari resiko longsor Pengembangan Sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan
tanah pada lereng (Tembok/Dinding Penahan, Angkor, Paku Batuan (Rock Bolt), Tiang Pancang, Jaring Kawat Penahan Jatuhan Batuan,
Shotcrete, Bronjong). Perlindungan daerah yang memiliki jasa ekosistem penyedia pangan yang tinggi melalui pencegahan alih fungsi lahan
pertanian, Perlindungan daerah yang memiliki jasa ekosistem penyedia air yang tinggi melalui pembatasan daerah terbangun. Perlindungan
daerah yang memiliki jasa ekosistem pengatur tinggi yang tinggi melalui pembatasan area terbangun dan memperbanyak inflitrasi air
kedalam tanah. Perlindungan daerah yang memiliki jasa ekosistem pengatur iklim yang tinggi melalui pencegahan penebangan pohon dan
penanaman pohon pada daerah terbangun untuk menambah vegatasi. Perlindungan daerah yang memiliki jasa ekosistem pengatur mitigasi
perlindungan bencana banjir yang tinggi melalui pencegahan perubahan tutupan vegetasi dan pembatasan daerah terbangun.
Meningkatkan upaya penyediaan dan pengembangan infrastruktur dasar seperti air bersih, sanitasi dan pelayanan persampahan.
Sekian &
Terimakasih