PERKOTAAN SUKABUMI
1. IDENTIFIKASI MASYARAKAT DAN PEMANGKU KEPENTINGAN
Dari hasil pelingkupan berdasarkan kesamaan substansi di atas, lingkup isu pembangunan
berkelanjutan yang dilanjutkan ke tahap penapisan meliputi :
1. Pencemaran lingkungan
2. Krisis air bersih
3. Alih fungsi lahan
4. Persampahan
5. Kebencanaan
6. Kurangnya pelayanan infrastruktur dan kemacetan
7. Kerentanan sosial ekonomi
8. Pertanian
Dengan demikian, maka KRP yang diindikasikan berdampak terhadap lingkungan hidup dan akan
dilanjutkan ke tahap analisis berikutnya meliputi:
KRP 1. Pengembangan jalan tol
KRP 2. Peningkatan fungsi dan pengembangan jalan arteri primer yang menghubungkan Desa
Lembursawah, Desa Cijalingan, Desa Cisande, dan Desa Cibolang Kaler
KRP 3. Peningkatan fungsi dan Pengembangan jalan arteri primer yang menghubungkan Desa
Cibolang Kaler, Desa Cibatu, Desa Babakan, hingga batas Kota Sukabumi
KRP 4. Pengembangan jalan arteri sekunder yang menghubungkan Desa Cibolang Kaler, Desa
Cibatu, Desa Nagrak, Desa Sukamanah, Desa Cisaat, Desa Sukamantri, hingga Batas Kota
Sukabumi
KRP 5. Peningkatan fungsi dan Pengembangan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan Desa
Cimahi, Desa Padaasih, Desa Mangkalaya, Desa Cisaat
KRP 6. Peningkatan fungsi dan Pengembangan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan Desa
Sukamanah, Desa Gunungjaya
KRP 7. Pengembangan jalan lokal primer yang menghubungkan Desa Cijalingan, Desa Cijengkol
KRP 8. Pengembangan jaringan transportasi kereta api berupa pengembangan jalur kereta api
double track
KRP 9. Pengembangan kawasan exit tol
KRP 10. Pengembangan zona perumahan
KRP 11. Pengembangan dan penataan zona perdagangan dan jasa
KRP 12. Pengembangan zona industri
KRP 13. Zona Pertambangan
Hasil perhitungan:
DDLB < 1 : Daya dukung lahan terbangun terlampaui atau buruk
DDLB 1-3 : Daya dukung lahan terbangun bersyarat atau sedang
DDLB > 3 : Daya dukung lahan terbangun baik
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pada tahun 2015 daya dukung lahan bangunan di
Kawasan Perkotaaan Cisaat adalah sebesar 2,82 (sedang). Adapun pada tahun 2041 dengan rencana
pola ruang yang telah disusun, daya dukung lahan bangunan Kawasan Perkotaan Cisaat menurun
menjadi 0,92 (terlampaui). Hal ini menunjukkan bahwa rencana pola ruang yang telah disusun telah
berkontribusi dalam menurunkan daya dukung lahan bangunan. Untuk itu diperlukan langkah-
langkah perbaikan rencana pola ruang dengan menurunkan rencana luas lahan terbangun dan
meningkatkan rencana luas Kawasan tidak terbangun.
Berdasarkan hasil perhitungan, sebelum dilakukan perencanaan, pada tahun 2015 daya dukung
lindung sebesar 0,36 (dalam kategori rendah). Setelah dilakukan pengembangan rencana pola
ruang, diketahui bahwa terjadi penurunan nilai daya dukung lindung menjadi 0,25 (dalam kategori
rendah). Daya dukung lindung dapat ditingkatkan apabila luasan lahan-lahan terbuka hijau atau
lahan resapan ditingkatkan.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa menuju tahun 2041, dengan penerapan rencana
pola ruang, daya dukung pangan sudah menurun sejak 5 tahun pertama penerapan rencana pola
ruang. Daya dukung pangan dapat ditingkatkan kembali apabila luas lahan pertanian tanaman
pangan ditingkatkan kembali sehingga hasil produksi padi dapat meningkat.
Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air (SA) dan kebutuhan
air (DA).
Bila SA> DA, daya dukung air dinyatakan surplus.
Bila SA< DA, daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui
DDA = SA / DA
Keterangan :
DDA < 1 : Daya dukung air terlampaui atau buruk
DDA 1-3 : Daya dukung air bersyarat atau sedang
DDA > 3 : Daya dukung air aman atau baik
2. Peningkatan fungsi dan kurangnya pelayanan Daya Dukung Lahan Resiko : Rawan banjir kelas rendah, JE Penyedia pangan kelas Berdampak pada JE Pengaturan JE Pendukung
pengembangan jalan infrastruktur dan kelas II-IV sedang, tinggi. Perlu saluran rendah, sedang sangat tinggi SDA pertanian iklim rendah Biodiversitas
arteri primer yang kemacetan Pengembangan drainase untuk meminimalkan tidak banyak kemampuan tidak berdampak sedang – tinggi
menghubungkan Desa alih fungsi lahan, kelas IV potensi banjir ekosistem dalam penyediaan terjadinya berdampak
Lembursawah, Desa pencemaran lingkungan Pencermatan lanjut pangan; perubahan iklim pada penurunan
Cijalingan, Desa Cisande, mengenai kondii fisik Faktor pembatas: Kawasan sudah JE Penyedia air kelas rendah, keanekaragama
dan Desa Cibolang Kaler lahan dan tingkat berkembang sedang tidak banyak n hayati
kerawanan bencana mempengaruhi kemampuan
penyediaan air bersih;
Dampak: JE Pengaturan tata air dan
Alih fungsi lahan, potensi konflik banjir kelas tinggi ada
dengan masyarakat, pencemaran potensi terjadi banjir,
lingkungan kemacetan lalu lintas, diperlukan saluran drainase
kerusakan jalan eksisting dan di
sekitarnya akibat proses
pembangunan
3. Peningkatan fungsi dan kurangnya pelayanan Daya Dukung Lahan Rawan banjir kelas rendah, sedang, JE Penyedia pangan kelas Berdampak pada JE Pengaturan JE Pendukung
Pengembangan jalan infrastruktur dan kelas II-IV tinggi. Perlu saluran drainase untuk sangat tinggi SDA pertanian iklim rendah Biodiversitas
arteri primer yang kemacetan Pengembangan meminimalkan potensi banjir mempengaruhi kemampuan tidak berdampak sedang
menghubungkan Desa alih fungsi lahan, kelas IV ekosistem dalam penyediaan terjadinya berdampak
Cibolang Kaler, Desa pencemaran lingkungan Pencermatan lanjut Faktor pembatas: Kawasan sudah pangan perubahan iklim sedang pada
Cibatu, Desa Babakan, mengenai kondii fisik berkembang penurunan
3. Jalan Arteri • Daya Dukung Lahan kelas • Ada tantangan pengembangan Pemberian arahan atau rambu-
Primer Yang II-IV sebab kawasan sekitar sudah rambu untuk mempertahankan
Menghubungkan • JE Penyedia air, tata air dan terbangun atau meningkatkan fungsi
Desa Cibolang banjir, pengaturan iklim, • JE penyedia pangan ada yang ekosistem:
Kaler, Desa dan keanekaragaman hayati terletak pada kelas tinggi 1. Pengembangan jalur hijau
Cibatu, Desa kelas rendah sampai sedang sehingga pengembangan akan atau RTH sempadan jalan
Tabel 8 Integrasi KLHS ke Dalam Draft Raperda RDTR Kawasan Perkotaan Cisaat Kabupaten Sukabumi
Integrasi KLHS
No. Rekomendasi KRP Posisi
Bagian Isi
1. Penambahan muatan Sistem jaringan Draft Raperda Pasal 21 ayat (2) Pembangunan bendung untuk keperluan cadangan air
pembangunan bendung untuk sumber daya air huruf b poin 3.b) baku
cadangan air baku
2. Pengembangan IPLT pada Rencana Draft Raperda Pasal 24 ayat (1) subsistem pengolahan lumpur tinja
kawasan perumahan pengelolaan air huruf c
berkepadatan tinggi limbah
Pasal 24 ayat (4) Subsistem pengolahan lumpur tinja berupa IPLT
(Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) di perumahan
kepadatan tinggi
3. Pengembangan parkir dan Zona Perdagangan Draft Raperda Pasal 39 ayat (5) Huruf “a” menambahkan “….wajib memiliki tempat
bongkar muat off street dan Jasa parkir di dalam kaveling;
Huruf b “ pasar rakyat dan kegiatan toko dan/atau
pertokoan wajib memiliki ruang bongkar muat di dalam
kaveling”
4. Dilakukan pengembangan RTH Zona Industri Draft Raperda Pasal 42 ayat (3) Pengaturan kegiatan pergudangan meliputi:
dan jalur hijau
a. Kegiatan pergudangan wajib menyediakan ruang
Setiap kegiatan menyediakan
terbuka hijau;
sarana pendukung termasuk ruang
untuk parkir dan bongkar muat b. Kegiatan pergudangan wajib menyediakan sarana
serta sarana lainnya untuk parkir dan bongkar muat; dan
mengurangi dampak negative c. Kegiatan pergudangan wajib membangun sarana
yang ditimbulkan dari kegiatan pendukung lainnya yang dapat mengurangi dampak
kegiatan yang ditimbulkan.
Sumber: Rencana, 2019