Anda di halaman 1dari 94

Latar Belakang

1. Mewujudkan stabilitas pembangunan daerah


1. Bangunan gedung sebagai tempat dengan cara meminimalisir nilai potensi
manusia beraktivitas dan kerugian yang diderita akibat bahaya
melakukan kegiatannya kebakaran
mempunyai peranan penting Pemenuhan 2. Menarik investor agar berinvestasi di daerah
dalam membentuk karakter dan kebutuhan penduduk tersebut karena adanya rasa aman terhadap
jatidiri manusia itu sendiri dalam penyediaan aset investasi dari bahaya kebakaran
disamping juga menentukan sarana prasarana 3. Menyusun suatu landasan kebijakan peraturan
tingkat produktivitasnya kebakaran dalam skala kab/kota yang terintegrasi sebagai
2. Perlu penyediaan sarana masterplan rencana program dan tindakan
prasarana proteksi kebakaran dalam penyelenggaraan proteksi kebakaran
termasuk payung hukumnya 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terkait
dengan risiko kebakaran dan antisipasinya

• UU RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


• UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• UU RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang
Menjamin
PENYUSUNAN • PPRI No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
keandalan
RISPK Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
bangunan
Gedung
gedung dan
• Permen PU Nomor 25/PRT/M/2008 tentang Penyusunan
lingkungannya
Rencana Induk Sistem Kebakaran
terhadap
• Permen PU Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Perencanaan Spesifik bencana
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
dalam DED model kebakaran
bangunan pos Lingkungan
• Permen PU Nomor 20/PRT/M/2009 tentang Ketentuan Teknis
pemadam kebakaran
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
Maksud, Tujuan dan Sasaran

maksud “ Sebagai pedoman bagi pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat dalam


menyelenggarakan kegiatan proteksi kebakaran untuk mewujudkan
keselamatan dan keamanan terhadap bahaya kebakaran di perkotaan “

tujuan Terwujudnya implementasi dari dokumen RISPK sehingga mampu


meningkatkan kesiapan, kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola
bangunan, serta dinas terkait dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran, serta bencana lainnya

sasaran Penyusunan perencanaan strategis dibidang sistem proteksi kebakaran di


wilayah Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur untuk masa 10 (sepuluh)
tahun kedepan.
Permasalahan

Permasalahan
1. Kejadian kebakaran yang terus meningkat
2. Luasnya wilayah Kabupaten Ponorogo.
3. Sarana dan prasarana Damkar yang terbatas dan berusia tua.
4. Faktor iklim dan cuaca yang mendukung (Kering dan berangin kencang)

1 2

Penyebab
Belum memiliki payung hukum peraturan Akibat
daerah dan peraturan pelaksanaan yang Penurunan citra kota sehingga
lengkap dalam bidang penyelenggaraan mempengaruhi dalam menarik investor
bangunan gedung, khususnya yang karena kurangnya proteksi aset investasi
berkaitan dengan proteksi terhadap bahaya dari bahaya kebakaran
kebakaran
Ruang Lingkup RISPK

11 Pengumpulan data primer dan sekunder untuk kepentingan identifikasi risiko kebakaran
Pengumpulan data primer dan sekunder untuk kepentingan identifikasi risiko kebakaran

22 Analisis data sekunder dan primer


Analisis data sekunder dan primer

33 Penyusunan Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran (RSCK)


Penyusunan Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran (RSCK)

44 Penyusunan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran (RSPK)


Penyusunan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran (RSPK)

55 DED model bangunan pos pemadam kebakaran di wilayah manajemen kebakaran beserta
DED model fasilitas
kelengkapan bangunan pos pemadam kebakaran di wilayah manajemen kebakaran beserta
pendukungnya
kelengkapan fasilitas pendukungnya
PETA BATAS ADMINISTRASI
Tahap Pekerjaan
• Pengadaan peta situasi
• Peta tataguna lahan dan topografi berdasarkan RTRW Kabupaten
Ponorogo
Persiapan • Data kependudukan Kabupaten Ponorogo LAPORAN
perencanaan • Data kondisi eksisting pengelolaan Kabupaten Ponorogo PENDAHULUAN
• Studi-studi perencanaan yang ada
• PERDA terkait kebakaran

• Persiapan survey instansional dan lapangan


• Identifikasi permasalahan
• Orientasi lokasi DED lokasi Pos Pemadam Kebakaran
Survey • Identifikasi Jalur transportasi dan pola angkutan umum LAPORAN
lapangan dan • Identifikasi aspek lingkungan, sosial dan pemanfaatan lahan ANTARA
instansional • Survey topografi lokasi Pos Pemadam Kebakaran
• Survey Hidrogeologis dan geoteknis
• Analisis gambaran DED

• Penentuan daerah pelayanan


• Membuat perencanaan detail sarana dan prasarana yang dibutuhkan
• Membuat rencana pengoperasian
Perencanaan • Membuat jadwal pembangunan KONSEP
Teknis • Membuat rancangan Pos Pemadam Kebakaran dengan output
LAPORAN AKHIR
gambar rencana, spesifikasi teknis, bill of quantity dan rencana
anggaran biaya
• Membuat biaya investasi dengan memasukan dumping fee

LAPORAN AKHIR
2.2.1 | Demografi Kependudukan
JumlahPenduduk (Jiwa) Persentase
No Kec
Luas jumlah Penduduk
Wilayah 2009 2010 2011 2012 2012 (%)
2009 2010 2011 2012
1 Ngrayun 18.476 57.858 55.416 55.729 55.530 6,47
2 Slahung 9.034 52.859 49.267 49.543 49.416 5,76 899,328
3 Bungkal 5.401 36.237 34.240 34.435 34.370 4,01
4 Sambit 5.983 38.149 35.566 35.767 35.680 4,16
5 Sawoo 12.471 60.242 54.696 55.004 54.883 6,40
6 Sooko 5.533 23.070 21.767 21.889 21.845 2,55
7 Pudak 4.892 8.652 8.893 8.943 8.916 1,04
860,093 857,623
8 Pulung 12.755 48.573 45.993 46.253 46.106 5,38 855,281
9 Mlarak 3.720 37.592 36.138 36.347 36.194 4,22
10 Siman 3.795 42.511 41.655 41.890 41.755 4,87
11 Jetis 2.241 31.400 29.049 29.212 29.135 3,40
12 Balong 5.696 44.740 41.565 41.797 41.694 4,86
13 Kauman 3.661 44.815 40.015 40.239 40.124 4,68 2009 2010 2011 2012
14 Jambon 5.748 41.583 38.929 39.148 38.998 4,55
15 Badegan 5.235 30.784 29.082 29.236 29.129 3,40
16 Sampung 8.061 39.182 35.845 36.048 35.981 4,20
Jumlah penduduk mengalami
17 Sukorejo 5.958 51.106 49.564 49.846 49.713 5,80 pertumbuhan secara fluktuatif dimana
18 Ponorogo 2.231 75.443 74.379 74.795 74.569 8,69 terjadi penurunan pada tahun 2010 dan
19 Babadan 4.393 61.979 62.615 62.968 62.775 7,32 2012. Pada tahun 2012 jumlah penduduk
20 Jenangan 5.944 52.673 51.508 51.798 51.659 6,02 terbesar terdapat di Kecamatan
21 Ngebel 5.950 19.880 19.099 19.206 19.151 2,23 ponorogo (8,69 %) dan terendah
Jumlah 137.178 899.328 855.281 860.093 857.623 100
terdapat di Kecamatan Pudak (1,04 %).
2.2.2 | Topografi dan Hidrologi

Topografi
Terbagi kedalam tiga klasifikasi topografi yaitu < 100 mdpl, 600-1000 mdpl, > 1000 mdpl. Klasifikasi
topografi < 100 mdpl terdapat di pusat Kabupaten Ponorogo yang merupakan dataran rendah.
Klasifikasi topografi 600-1000 mdpl terdapat di wilayah perbatasan dengan kabupaten lainnya.
Sedangkan klasifikasi topografi > 1000 mdpl terdapat di bagian timur wilayah Kabupaten Ponorogo
meliputi Kecamatan Pudang, Kecamatan Ngebel dan kecamatan Pulung.

Curah Hujan
Terbagi kedalam tiga klasifikasi topografi yaitu < 100 mdpl, 600-1000 mdpl, > 1000 mdpl. Klasifikasi
topografi < 100 mdpl terdapat di pusat Kabupaten Ponorogo yang merupakan dataran rendah.
Klasifikasi topografi 600-1000 mdpl terdapat di wilayah perbatasan dengan kabupaten lainnya.
Sedangkan klasifikasi topografi > 1000 mdpl terdapat di bagian timur wilayah Kabupaten Ponorogo
meliputi Kecamatan Pudang, Kecamatan Ngebel dan kecamatan Pulung.
2.2.4 | Curah Hujan

Curah Hujan
Terbagi kedalam tiga klasifikasi topografi yaitu < 100 mdpl, 600-1000 mdpl, > 1000 mdpl. Klasifikasi
topografi < 100 mdpl terdapat di pusat Kabupaten Ponorogo yang merupakan dataran rendah.
Klasifikasi topografi 600-1000 mdpl terdapat di wilayah perbatasan dengan kabupaten lainnya.
Sedangkan klasifikasi topografi > 1000 mdpl terdapat di bagian timur wilayah Kabupaten Ponorogo
meliputi Kecamatan Pudang, Kecamatan Ngebel dan kecamatan Pulung.

Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Kabupaten Ponorogo terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu jalan kolektor, jalan lokal
dan jalan lingkungan. Jalan kolektor berpusat di Kecamatan Ponorogo dimana terdapat dua cabang
jalan pada arah utara dan selatan. Di arah utara jalan kolektor mengarah ke Kecamatan Babadan
dan Kecamatan Sukorejo. Sedangkan jalan kolektor bagian selatan mengarah ke Kecamatan Jetis
dan Kecamatan Balong sedangkan sebaran jalan lokal di Kabupaten Ponorogo terdapat di setiap
kecamatan.
Sumber : Kabupaten Ponorogo DalamAngka
Jarak
Keterangan Kode
: 10 : Ngrayun 70 : Pulung 140 : Badegan
10 20 80
30 :40 50 60 61 70 80 150
90 : Sampung
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
Antar 20Kecamatan
: Slahung Mlarak
30 : Bungkal 90 : Siman 160 : Sukorejo
Kecamatan 40 : Sambit 10 0 10 100
10 :26
Jetis33 60 63 50 26 170
26 : Ponorogo
20 18 50 55 48 53 37 30 36 48 58
(Km) 50 : Sawoo 20 10 0 110
8 :24 31 58 61
Balong 48 20 180
24 : Babadan
23 9 48 51 46 51 35 28 34 10 48
60 : Sooko 30 10 8 120
0 :12 23 48 51
Kauman 37 13 190
13 : Jenangan
10 10 28 32 35 50 34 18 24 35 47
61 : Pudak
40 26 24 12 0   :45 130 Jambon
48 35 4 11 6 200 21 : Ngebel
37 40 33 38 32 16 22 35 47
50 33 31 23 9 0 28 31 43 12 20 13 28 33 38 41 46 40 25 27 46 53
60 60 58 48 45 28 0 3 10 18 26 40 48 40 47 48 53 47 30 36 28 40
61 63 61 51 48 31 3 0 7 21 29 43 51 43 50 51 56 50 33 39 31 37
70 50 48 37 35 43 10 7 0 11 16 30 38 30 36 38 43 37 20 26 18 32
80 26 20 13 4 12 18 21 11 0 11 5 25 35 41 35 33 32 15 21 32 45
90 26 24 13 11 20 26 29 16 11 0 6 22 14 20 14 22 21 4 10 22 34
100 20 23 10 6 13 40 43 30 5 6 0 16 30 36 30 28 27 10 16 28 40
110 18 9 10 21 28 48 51 38 25 22 16 0 28 33 28 36 35 18 24 32 48
120 50 48 28 37 33 40 43 30 35 14 30 28 0 6 13 6 6 10 16 28 40
130 55 51 32 40 38 47 50 36 41 20 36 33 6 0 6 10 8 8 14 31 48
140 48 46 35 33 41 48 51 38 35 14 30 28 13 6 0 10 14 18 24 32 48
150 53 51 50 38 46 53 56 43 33 22 28 36 6 10 10 0 16 23 29 41 53
160 37 35 34 32 40 47 50 37 32 21 27 35 6 8 14 16 0 17 23 35 47
170 30 28 18 16 25 30 33 20 15 4 10 18 10 8 18 23 17 0 6 18 30
180 36 34 24 22 27 36 39 26 21 10 16 24 16 14 24 29 23 6 0 10 24
190 48 10 35 35 46 28 31 18 32 22 28 32 28 31 32 41 35 18 10 0 12
200 58 48 47 47 53 40 37 32 45 34 40 48 40 48 48 53 47 30 24 12 0
2.2.5 | Penggunaan Lahan

Sawah
Sawah Pekarangan
Tegal/ Hutan Hutan Perke- Lain- Penggunaan lahan
Kecamatan Tadah &
Irigasi
Hujan Bangunan
Ladang Negara Rakyat bunan nya yang mendominasi di
Ngrayun 546 771 1.156 6.358 9.376 - - 269 Kabupaten Ponorogo
Slahung 2.153 13 1,29 2,45 2.847 - - 281 adalah penggunaan
Bungkal 1.712 - 1.022 964 1.587 - - 116
Sambit 902 218 698 1.761 2.308 - 60 36 lahan hutan negara
Sawoo 1.277 67 1.92 4.583 4.421 - - 203 (46.940 Ha) dimana
Sooko 942 113 924 1.087 2.317 - 95 55
Pudak 213 - 427 843 3,37 - - 38
luas terbesar terdapat
Pulung 2.392 - 1.505 1.727 7.062 - - 69 di Kecamatan Ngrayun
Mlarak 1.338 23 825 812 596 - - 126 (9376 Ha). Sedangkan
Siman 1.539 23 1.108 87 956 - - 82
Jetis 1.423 6 276 90 - - - 446 penggunaan lahan
Balong 2.332 70 992 1.067 1.165 - - 70 yang memiliki luas
Kauman 2.105 - 575 844 - - - 137
Jambon 1.348 65 1.006 2.132 1.073 - - 124
terkecil yaitu jenis
Badegan 854 37 671 1.355 2.069 - - 249 penggunaan lahan
Sampung 1.808 102 1.273 1.059 3.764 - - 55 hutan rakyat (108 Ha)
Sukorejo 3.374 22 1.584 66 671 - - 241
Ponorogo 972 - 908 296 - - - 55 dengan luas lahan
Babadan 2.957 103 874 277 - - - 182 terkecil terdapat di
Jenangan 2.491 223 1.395 995 524 58 45 213 Kecamatan Ngebel (50
Ngebel 266 - 1.225 1.417 2.833 50 - 159
Jumlah 32.944 1.856 21.654 30.270 46.940 108 200 3.206 Ha).
2.3.1 | Instansi Pemadam Kebakaran
2.3.1.1 Kelembagaan

Dalam struktur kelembagaannya, instansi pemadam kebakaran termasuk kedalam struktur


kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo sebagai UPT (Unit Pelaksana Teknis)
Pemadam Kebakaran. Dibawah naungan Dinas Pekerjaan Umum, UPT Pemadam Kebakaran memiliki
tujuan, sasaran, serta strategi yang perlu dicapai yaitu :

Tujuan : Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Bahaya Kebakaran


Sasaran : Meningkatnya Pengamanan Kebakaran
Strategi : meningkatnya kinerja pemadam kebakaran melalui percepatan respon terhadap
penanganan bencana dan penyediaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran.
Program pembangunan yang ditetapkan untuk mencapai sasaran tersebut adalah
program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Selain dalam struktur organisasi kelembagaan Dinas Pekerjaan Umum, dalam lingkup wilayah
Kabupaten Ponorogo UPT Pemadam Kebakaran memiliki MOU dengan UPT Pemadam Kebakaran di
wilayah sekitar Kabupaten Ponorogo. Hal ini merupakan “Back up” bantuan antisipasi
penanggulangan kebakaran di “Unprotected Area” yang tak terjangkau oleh unit pemadam kebakarn
di Kabupaten Ponorogo.
2.3.1 | Instansi Pemadam Kebakaran
2.3.1.2 Sarana dan Prasarana

Klasifikasi Keterangan
Jenis PMK UPT
Lokasi Jl. Alun-Alun Utara No.9 Komp. Perkantoran
Pemda Ponorogo Kec. Ponorogo, Kab.
Ponorogo
Struktur Pos Pemadam Kebakaran (PPK)
Organisasi
Jumlah 35 Org (Sistem sif)
Personil - Shift Pagi 07.00-14.00 WIB (7 org)
- Shift Siang 14.00-21.00 WIB (7 org)
- Shift Malam 21.00-07.00 WIB (7 org
Ketersediaan - 3 Unit Mobil Pemadam
Peralatan - 1 Unit Mobil Patroli
- 2 Unit Sepeda Motor
- 7 Pcs Baju Anti Panas
- 7 Pcs Sepatu Anti Panas
- 2 Unit Breathing Apparatus
- 12 Unit Selang 20 meter
2.3.1.2 Sarana dan Prasarana

Terdapat 10 buah hydrant yang


tersedia, berikut merupakan
lokasi detail hydrant :
• Jalan Sinduro / Ahmad yani (1
hidran aktif)
• Jalan Kesatrian (1 hidran aktif)
• Jalan Sultan Agung (1 hidran
aktif)
• Jalan Batoro Katong ( 2 hidran
aktif)
• Jalan Semeru (1 hidran aktif)
• Pasar Songgolangit (2 hidran
aktif)
• Pasar Legi (1 hidran aktif)
• Alun – Alun Kota (1 hidran aktif)
PMK Kabupaten Ponorogo melayani
seluruh kabupaten Ponorogo yang
tercakup dalam WMK. Pelayanan PMK
Ponorogo sebagian besar di Kota
Ponorogo sendiri. Kecamatan Radius 7,5
Km yang dapat di tempuh dalam tempo
waktu 15 menit adalah Kecamatan Jetis,
Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman,
Kecamatan Babadan, Kecamatan
Sukorejo, dan Kecamatan Kauman.
Sisanya adalah wilayah unprocted area.
2.3.2 | Identifikasi Kebakaran
2.3.2.1 Sejarah Kebakaran

Jumlah Kejadian (Frekuensi)


No Kecamatan Frekuensi
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Ngrayun                         0
2 Slahung           1   1         2
3 Bungkal   1 2         1         4
4 Sambit     1               2   3
5 Sawoo                       1 0
6 Sooko                         0
7 Pudak     1                   1
8 Pulung               1       1 1
9 Mlarak     1 2   3   1   2 1 2 12
10 Siman     2 2 1     2 1 2   1 11
11 Jetis   1   1 1   1 1   1 2 1 9
12 Balong     1 1     1 1   1 1   6
13 Kauman             3     2     5
14 Jambon         1               1
15 Badegan             1           1
16 Sampung 1                   2   3
17 Sukorejo               1         1
18 Ponorogo 4 4 8 6 4 3 4 10   4 4 4 55
19 Babadan 2   1 2   1 1   2 2 2   13
20 Jenangan 1   1   1       1   1   5
21 Ngebel     1   1               2
Total (12 Tahun) 135
2.3.2 | Identifikasi Kebakaran
2.3.2.1 Sejarah Kebakaran

Jumlah Jumlah Kejadian


25

22
20
19

16
15
14 Jumlah Kejadian

11
10 10
9 9
8 8
7
5
4

Tahun
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Dari informasi sejarah kebakaran diketahui bahwa grafik sejarah kebakaran di Kabupaten Ponorogo
memiliki angka yang fluktuatif. Jumlah kejadian kebakaran tertinggi terdapat di Tahun 2004 yaitu
sebanyak 22 kejadian kebakaran. Prediksi angka kejadian kebakaran di Kabupaten Ponorogo dihitung
berdasarkan rata-rata angka kejadian dari tahun 2002-2013, rata-rata kejadian kebakaran di Kabupaten
Ponorogo adalah sebanyak 11 kejadian kebakaran.
2.3.2 | Identifikasi Kebakaran
2.3.2.2 Kerugian Akibat Kebakaran

Dari tabel diatas, dari data histori kebakaran selama 12 tahun, angka tertinggi kerugian pada 2009 yakni Rp. 50.002.802.310.000,-. Angka
kerugian yang terbesar yang terjadi pada kantor pemda Kabupaten Ponorogo sebesar Rp 50.000.000.000.000,-. Kerugian yang terjadi adalah
kerusakan terhadap arsip-arsip penting pemerintahan dan properti penting pemerintahan yang memuat data-data penting sehingga
kerugian yang terjadi mencapai angka tersebut. Selain itu, kejadian tersebut terjadi pada musim kemarau sehingga angin menjadi faktor
utama cepatnya api menjalar.

No Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Kerugian
1 Ngrayun                          
20.000.00
2 Slahung             75.000.000         95.000.000
0
11.000.00 111.000.00
3 Bungkal           50.000.000       172.000.000
0 0
207.500.00
4 Sambit     25.000.000                 232.500.000
0
5 Sawoo                       25.000.000 25.000.000
6 Sooko                          
7 Pudak     23.000.000                   23.000.000
8 Pulung               40.000.000       75.000.000 115.000.000
21.000.00 200.000.00 220.000.00
9 Mlarak     50.000.000 15.000.000     1.000.000   32.000.000 539.000.000
0 0 0
40.000.00
10 Siman     2.000.000 7.500.000     1.050.000.000 1.000.000 11.500.000   75.000.000 1.187.000.000
0
10.000.00
11 Jetis     5.000.000 1.000.000   4.000.000 25.000.000   15.000.000 25.000.000 30.000.000 115.000.000
0
12 Balong     15.000.000 25.000.000     30.000.000 70.000.000   1.500.000 26.000.000   167.500.000
13 Kauman             15.000.000     39.000.000     54.000.000
14 Jambon                          
15 Badegan             75.000.000           75.000.000
16 Sampung 75.000.000                   44.000.000   119.000.000
17 Sukorejo               50.000.000         50.000.000
40.350.00 13.500.00 30.600.00 105.000.00 50.002.350.000.00 111.000.00 50.002.802.310.00
18 Ponorogo 20.060.000 21.500.000 45.800.000   60.500.000 4.000.000
0 0 0 0 0 0 0
19 Babadan 15.500.000   15.000.000 52.000.000   500.000 50.000.000   1.350.000 5.000.000 90.000.000   229.350.000
10.000.00 350.000.00
20 Jenangan     10.000.000   1.500.000           371.500.000
0 0
250.000.00
21 Ngebel                       250.000.000
0
110.560.00 61.350.00 522.500.00 150.300.00 56.000.00 72.100.00 279.000.00 50.003.711.000.00 12.350.00 164.500.00 946.500.00 536.000.00 50.006.622.160.00
Total Kerugian
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : UPTD Pemadam Kebakaran Kabupaten Ponorogo, 2013
2.3.3 | Potensi Bahaya Kebakaran
2.3.3.1 Identifikasi Kegiatan
Dari keempat jenis
kegiatan ini kawasan
dengan potensi
bahaya kebakaran
terbesar adalah
kawasan industri
yang tersebar di
Kecamatan Pulung
dan Kecamatan
Sooko. Hal ini
dikarenakan tipologi
bangunan (bahan
pendiri) yang
cenderung mudah
terbakar. Selain dari
pada itu, elemen
didalam kawasan
industri juga
menjadi pemicu
terjadi kebakaran
salah satunya
adalah zat-zat kimia
yang digunakan
dalam proses
kegiatan industri.
2.3.3 | Potensi Bahaya Kebakaran
2.3.3.2 Kawasan Permukiman

Jumlah Rumah Lahan Dimana wilayah dengan kawasan


No. Kecamatan
(unit) permukiman (ha) permukiman terluas yaitu Kecamatan Sawoo
1. Ngrayun 14.640 1.156 seluas 1.920 Ha, sedangkan kecamatan yang
2. Slahung 21.499 1.290 tingkat penggunaan lahannya terkecil untuk
3. Bungkal 9.760 1.022
4. Sambit 4.880 698
permukiman adalah Kecamatan Jetis dengan
5. Sawoo 19.520 1.920 luas permukiman mencapai 276 Ha.
6. Sooko 3.586 924
7. Pudak 1.294 427
8. Pulung 14.640 1.505
9. Mlarak 9.760 825
10. Siman 11.583 1.108
11. Jetis 11.744 276
12. Balong 9.455 992
13. Kauman 11.744 575
14. Jambon 16.624 1.006
15. Badegan 9.783 671
16. Sampung 9.792 1.273
17. Sukorejo 14.688 1.584
18. Ponorogo 27.027 908
19. Babadan 16.656 874
20. Jenangan 9.792 1.395
21. Ngebel 4.896 1.225
Jumlah 253.363 21.654
2.3.3 | Potensi Bahaya Kebakaran
2.3.3.3 Kondisi Bangunan

Kondisi bangunan kabupaten ponorogo dijelaskan berdasarkan persebaran dan tipologi


bangunan. Persebaran bangunan di Kabupaten Ponorogo mayoritas memenuhi pusat dari
Kabupaten yaitu Kecamatan Ponorogo. Berdasarkan kerapatannya, hasil survey
mengidentifikasikan bahwa kerapatan bangunan di Kabupaten Ponorogo cenderung agak rapat.
Hal ini merupakan salah satu hal yang menjadi penyebab kebakaran dimana bangunan dengan
kerapatan tinggi mempermudah bagi kobaran api untuk menyebar. Sedangkan berdasarkan
tipologi, khususnya material pendiri bangunan, rata-rata bangunan di Kabupaten Ponorogo
merupakan bangunan permanen dengan tembok semen. Selain itu, range tinggi lantai dari
bangunan di Kabupaten Ponorogo yaitu 4-5 lantai untuk bangunan dengan lantai tertinggi.
Bangunan ini diantaranya adalah bangunan perniagaan (mall, pusat perbelanjaan) sebanyak 3
unit, gedung pemerintahan dan rumah sakit. Dari ketiga jenis gedung ini ditemukan telah
memiliki sistem proteksi kebakaran yang mampu dioperasikan dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
2.3.3 | Potensi Bencana Alam

Potensi bencana alam


yang berpotensi terjadi
di Kabupaten
Ponorogo adalah
bencana alam banjir
dan erosi.
2.3.4 | Sumber Air
4.1 | Analisis Peraturan Kebakaran
Terdapat peraturan yang mendukung implementasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran

Lingkup Nasional Lingkup Kabupaten

Turunan dari Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun


2005 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 3
Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung
Pembahasan fungsi bangunan gedung, persyaratan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan
tentang Bangunan Gedung
gedung, peran masyarakat, pengawasan dan sanksi
terhadap pelanggaran.
Kelemahan : pengamanan bangunan terhadap
kebakaran hanya ditujukan pada bangunan
tertentu.
Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 16
Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu
Membahas sebagian kecil yaitu mengenai tata
carai perizinan dalam penyelenggaraan suatu
bangunan gedung
4.2 | Analisis Kelembagaan
Berdasarkan program peningkatan
kinerja pemadam kebakaran melalui
percepatan respon terhadap
penanganan bencana dan penyediaan
sarana dan prasarana pemadam
kebakaran, pemadam kebakaran dalam
posisi UPT memiliki kesulitan dalam
merealisasikan program tersebut

Posisi UPT
Pemadam Kebakaran
4.3 | Analisis Kependudukan
4.3.1 Jumlah Penduduk
JumlahPenduduk (Jiwa)
No Kecamatan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Ngrayun 56.490 56.865 57.240 57.615 57.990 58.364 58.739 59.114 59.489 59.864 60.238
2 Slahung 50.804 51.427 52.050 52.672 53.295 53.918 54.541 55.164 55.787 56.410 57.033
3 Bungkal 35.117 35.451 35.786 36.120 36.454 36.789 37.123 37.458 37.792 38.126 38.461
4 Sambit 36.674 37.121 37.569 38.016 38.464 38.912 39.359 39.807 40.254 40.702 41.150
5 Sawoo 57.032 58.037 59.042 60.046 61.051 62.056 63.060 64.065 65.070 66.074 67.079
6 Sooko 22.336 22.556 22.775 22.995 23.214 23.434 23.654 23.873 24.093 24.312 24.532
7 Pudak 9.073 9.138 9.204 9.270 9.336 9.402 9.468 9.534 9.600 9.666 9.732
8 Pulung 47.111 47.534 47.958 48.381 48.804 49.227 49.651 50.074 50.497 50.921 51.344
9 Mlarak 36.779 36.992 37.205 37.418 37.631 37.844 38.057 38.270 38.483 38.696 38.909
10 Siman 42.074 42.162 42.249 42.336 42.423 42.510 42.598 42.685 42.772 42.859 42.946
11 Jetis 30.048 30.461 30.875 31.289 31.702 32.116 32.529 32.943 33.357 33.770 34.184
12 Balong 42.920 43.475 44.030 44.585 45.141 45.696 46.251 46.806 47.361 47.916 48.471
13 Kauman 42.013 42.894 43.775 44.656 45.538 46.419 47.300 48.182 49.063 49.944 50.826
14 Jambon 40.056 40.506 40.957 41.407 41.857 42.307 42.758 43.208 43.658 44.109 44.559
15 Badegan 29.808 30.091 30.375 30.658 30.942 31.225 31.509 31.792 32.076 32.359 32.643
16 Sampung 37.261 37.861 38.461 39.061 39.660 40.260 40.860 41.460 42.060 42.659 43.259
17 Sukorejo 50.282 50.492 50.703 50.913 51.124 51.334 51.545 51.755 51.966 52.176 52.387
18 Ponorogo 74.946 75.011 75.077 75.142 75.208 75.274 75.339 75.405 75.470 75.536 75.602
19 Babadan 63.456 63.708 63.960 64.213 64.465 64.717 64.969 65.221 65.474 65.726 65.978
20 Jenangan 52.077 52.209 52.342 52.474 52.606 52.738 52.870 53.002 53.134 53.266 53.398
21 Ngebel 19.448 19.567 19.686 19.804 19.923 20.041 20.160 20.279 20.397 20.516 20.634
Jumlah 875.804 883.560 891.316 899.072 906.828 914.584 922.340 930.096 937.852 945.608 953.364
Sumber : Hasil Analisis, 2013
4.3 | Analisis Kependudukan
4.3.1 Jumlah Penduduk

980,000

960,000 953,364
945,608
940,000 937,852
930,096
922,340
920,000 914,584
906,828
899,072
900,000
891,316
883,560
880,000 875,804

860,000

840,000

820,000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Dalam penyusunan RISPK ini, proyeksi penduduk dilakukan dalam kurun waktu 10 tahun. Metode yang digunakan dalam
memproyeksi jumlah penduduk adalah metode analisis regresi linier, menimbang pertumbuhan penduduknya yang
cenderung rendah dan stabil. terjadi peningkatan jumlah penduduk yang stabil sampai dengan tahun 2024. Jumlah
penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Ponorogo dengan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2024 adalah sebesar
75.602 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kecamatan Pudak dengan proyeksi jumlah
penduduk pada tahun 2024 sebesar 9.732 jiwa.
4.3 | Analisis Kependudukan
4.3.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
Luas Wilayah
No Kecamatan
(Ha) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Ngrayun 18.476 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Slahung 9.034 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
3 Bungkal 5.401 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
4 Sambit 5.983 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7
5 Sawoo 12.471 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 Sooko 5.533 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 Pudak 4.892 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Pulung 12.755 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 Mlarak 3.720 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10 Siman 3.795 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
11 Jetis 2.241 13 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15
12 Balong 5.696 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9
13 Kauman 3.661 11 12 12 12 12 13 13 13 13 14 14
14 Jambon 5.748 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8
15 Badegan 5.235 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
16 Sampung 8.061 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 Sukorejo 5.958 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9
18 Ponorogo 2.231 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34
19 Babadan 4.393 14 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
20 Jenangan 5.944 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
21 Ngebel 5.950 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jumlah 137.178 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7
Sumber : Hasil Analisis, 2013
4.4 | Analisis Kebutuhan Air Minum
Air minum merupakan kebutuhan utama bagi manusia, hal ini merupakan dasar pertimbangan bahwa analisis kebutuhan air
minum di masa yang akan datang merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Analisis kebutuhan air minum Kabupaten
Ponorogo dihitung berdasarkan jumlah penduduk dimana asumsi kebutuhan air minum per orang adalah sebanyak 60
liter/hari.
Kebutuhan Air (Liter/Hari)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 Ngrayun 3.355.620 3.389.424 3.411.912 3.434.400 3.456.888 3.479.376 3.501.864 3.524.352 3.546.840 3.569.328 3.591.816 3.614.304
2 Slahung 2.980.200 3.048.222 3.085.596 3.122.970 3.160.344 3.197.718 3.235.092 3.272.466 3.309.840 3.347.214 3.384.588 3.421.962
3 Bungkal 2.070.000 2.107.008 2.127.072 2.147.136 2.167.200 2.187.264 2.207.328 2.227.392 2.247.456 2.267.520 2.287.584 2.307.648
4 Sambit 2.151.240 2.200.416 2.227.272 2.254.128 2.280.984 2.307.840 2.334.696 2.361.552 2.388.408 2.415.264 2.442.120 2.468.976
5 Sawoo 3.307.500 3.421.926 3.482.208 3.542.490 3.602.772 3.663.054 3.723.336 3.783.618 3.843.900 3.904.182 3.964.464 4.024.746
6 Sooko 1.315.980 1.340.160 1.353.336 1.366.512 1.379.688 1.392.864 1.406.040 1.419.216 1.432.392 1.445.568 1.458.744 1.471.920
7 Pudak 538.200 544.350 548.304 552.258 556.212 560.166 564.120 568.074 572.028 575.982 579.936 583.890
8 Pulung 2.784.000 2.826.654 2.852.052 2.877.450 2.902.848 2.928.246 2.953.644 2.979.042 3.004.440 3.029.838 3.055.236 3.080.634
9 Mlarak 2.189.940 2.206.740 2.219.520 2.232.300 2.245.080 2.257.860 2.270.640 2.283.420 2.296.200 2.308.980 2.321.760 2.334.540
10 Siman 2.521.500 2.524.464 2.529.696 2.534.928 2.540.160 2.545.392 2.550.624 2.555.856 2.561.088 2.566.320 2.571.552 2.576.784
11 Jetis 1.757.340 1.802.868 1.827.684 1.852.500 1.877.316 1.902.132 1.926.948 1.951.764 1.976.580 2.001.396 2.026.212 2.051.028
12 Balong 2.514.000 2.575.206 2.608.512 2.641.818 2.675.124 2.708.430 2.741.736 2.775.042 2.808.348 2.841.654 2.874.960 2.908.266
13 Kauman 2.421.240 2.520.750 2.573.628 2.626.506 2.679.384 2.732.262 2.785.140 2.838.018 2.890.896 2.943.774 2.996.652 3.049.530
14 Jambon 2.357.820 2.403.354 2.430.372 2.457.390 2.484.408 2.511.426 2.538.444 2.565.462 2.592.480 2.619.498 2.646.516 2.673.534
15 Badegan 1.760.580 1.788.462 1.805.472 1.822.482 1.839.492 1.856.502 1.873.512 1.890.522 1.907.532 1.924.542 1.941.552 1.958.562
16 Sampung 2.166.900 2.235.672 2.271.660 2.307.648 2.343.636 2.379.624 2.415.612 2.451.600 2.487.588 2.523.576 2.559.564 2.595.552
17 Sukorejo 2.998.740 3.016.914 3.029.544 3.042.174 3.054.804 3.067.434 3.080.064 3.092.694 3.105.324 3.117.954 3.130.584 3.143.214
18 Ponorogo 4.501.200 4.496.736 4.500.672 4.504.608 4.508.544 4.512.480 4.516.416 4.520.352 4.524.288 4.528.224 4.532.160 4.536.096
19 Babadan 3.789.600 3.807.360 3.822.492 3.837.624 3.852.756 3.867.888 3.883.020 3.898.152 3.913.284 3.928.416 3.943.548 3.958.680
20 Jenangan 3.116.220 3.124.638 3.132.564 3.140.490 3.148.416 3.156.342 3.164.268 3.172.194 3.180.120 3.188.046 3.195.972 3.203.898
21 Ngebel 1.155.660 1.166.904 1.174.020 1.181.136 1.188.252 1.195.368 1.202.484 1.209.600 1.216.716 1.223.832 1.230.948 1.238.064
Jumlah 51.753.480 52.548.228 53.013.588 53.478.948 53.944.308 54.409.668 54.875.028 55.340.388 55.805.748 56.271.108 56.736.468 57.201.828
Sumber : Hasil Analisis, 2013
4.5 | Analisis Permasalahan
Faktor Faktor Faktor Faktor Faktor Luas Faktor Sarana
Penggunaan Pemadam
Lahan Penduduk Lingkungan Kebijakan Wilayah Kebakaran
Di Kabupaten Kawasan Lingkungan yang Lemahnya luas wilayah Kabupaten
ponorogo permukiman semakin buruk implementasi yang besar Ponorogo hanya
terdapat 3 jenis padat penduduk merupakan kebijakan belum didukung memiliki 1
penggunaan merupakan salah satu faktor sebagai salah dengan bangunan PMK
lahan yang suatu kawasan terjadinya satu pedoman penyediaan dengan status
berpotensi yang perlu bencana alam dalam sarana yang sektor pemadam
untuk terjadinya diperhatikan yang ada seperti mencegah dan mempermudah kebakaran pada
kebakaran yaitu kondisinya bencana banjir, menanggulangi pencegahan dan dasarnya masih
hutan, dalam erosi dan potensi penanggulangan belum
permukiman dan menghadapi longsor yang kebakaran kebakaran. Hal memenuhi
perdagangan. kemungkinan merupakan tiga ini tentu menjadi kapasitas
Kabupaten terjadinya potensi bencana hambatan ketika kebutuhan
Ponorogo kebakaran alam di luas cakupan Kabupaten
memiliki Kabupaten layanannya Ponorogo yang
dominasi Ponorogo. memiliki luas seharusnya telah
penggunaan yang besar. memiliki
lahan kawasan bangunan
hutan yang luas dengan status
yakni 46.940 Ha. wilayah
pemadam
kebakaran.
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
4.6.1 Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran (ARK)
Dominasi
No Kecamatan % Luas Bobot
Landuse klasifikasi ARK yang digunakan dalam analisis :
1 Ngrayun Hutan Negara 51% 5 - Sawah Irigasi (Bobot = 1)
2 Slahung Hutan Negara 54% 5 - Tegal/Ladang (Bobot = 3)
3 Bungkal Sawah Irigasi 32% 1
4 Sambit Hutan Negara 39% 5
- Hutan Negara (Bobot = 5)
5 Sawoo Tegal/Ladang 43% 3
6 Sooko Hutan Negara 42% 5 Hutan negara memiiki potensi yang tinggi
7 Pudak Tegal/Ladang 55% 3 dalam mengalami kebakaran, terutama pada
8 Pulung Hutan Negara 55% 5
musim kemarau. Bobot tinggi diberikan pada
9 Mlarak Sawah Irigasi 36% 1
10 Siman Sawah Irigasi 41% 1 kecamatan yang dominasi penggunaan
11 Jetis Sawah Irigasi 63% 1 lahannya hutan.
12 Balong Sawah Irigasi 41% 1
13 Kauman Sawah Irigasi 57% 1
14 Jambon Tegal/Ladang 37% 3
15 Badegan Hutan Negara 40% 5
16 Sampung Hutan Negara 47% 5
17 Sukorejo Sawah Irigasi 57% 1
18 Ponorogo Sawah Irigasi 44% 1
19 Babadan Sawah Irigasi 67% 1
20 Jenangan Sawah Irigasi 42% 1
21 Ngebel Hutan Negara 48% 5
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
4.6.2 Angka Klasifikasi Konstruksi Resiko Kebakaran (AKK)

Klasifikasi AKK yang digunakan dalam analisis :


- Konstruksi Tahan Api (AKK = 0,5)
- Konstruksi Kayu Berat/Tidak Mudah Terbakar (AKK = 0,8)
- Konstruksi Biasa, Berdinding Bata (AKK = 1,0)
- Konstruksi Kerangka Kayu (AKK = 1,0)
- Konstruksi dengan luas lebih besar dari 10 m dalam jarak tidak lebih dari 15 M (AKK = 1,5)
Berdasarkan klasifikasi konstruksi dan survey yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
mayoritas bangunan yang terdapat di Kabupaten Ponorogo memiliki kontruksi biasa dengan
dinding bata. Berdasarkan kondisi tersebut, maka angka klasifikasi konstruksi yang sesuai
dengan bangunan di Kabupaten Ponorogo adalah nilai 1,0.
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
4.6.3 Rasio Luas Wilayah Terbangun

Jumlah Lahan Kepadatan


klasifikasi rasio luas terbangun adalah
No Kecamatan Rumah permukiman Permukiman Bobot sebagai berikut:
(unit) (ha) (unit/ha) - Kepadatan Bangunan 3-11 unit/ha
1 Ngrayun 14.640 1.156 13 2 (Bobot = 1)
2 Slahung 21.499 1.290 17 2 - Kepadatan Bangunan 12-19 unit/ha
3 Bungkal 9.760 1.022 10 1
4 Sambit 4.880 698 7 1
(Bobot = 2)
5 Sawoo 19.520 1.920 10 1
- Kepadatan Bangunan 20-27 unit/ha
6 Sooko 3.586 924 4 1 (Bobot = 3)
7 Pudak 1.294 427 3 1 - Kepadatan Bangunan 28-35 unit/ha
8 Pulung 14.640 1.505 10 1 (Bobot = 4)
9 Mlarak 9.760 825 12 1 - Kepadatan Bangunan 35-43 unit/ha
10 Siman 11.583 1.108 10 1
(Bobot = 5)
11 Jetis 11.744 276 43 5
12 Balong 9.455 992 10 1
13 Kauman 11.744 575 20 3 Terdapat dua bobot tinggi klasifikasi
14 Jambon 16.624 1.006 17 2 rasio luas wilayah terbangun pada dua
15 Badegan 9.783 671 15 2 wilayah Kecamatan. Klasifikasi sangat
16 Sampung 9.792 1.273 8 1 tinggi (bobot 5) terdapat di Kecamatan
17 Sukorejo 14.688 1.584 9 1
Jetis dengan kepadatan permukimas
18 Ponorogo 27.027 908 30 4
19 Babadan 16.656 874 19 2
sebesar 43 unit/ha. Klasifikasi tinggi
20 Jenangan 9.792 1.395 7 1 (bobot 4) terdapat di Kecamatan
21 Ngebel 4.896 1.225 4 1 Ponorogo dengan kepadatan
Jumlah 253.363 21.654 12   permukiman 30 unit/ha.
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
4.6.4 Kepadatan Penduduk

Luas Jumlah Kepadatan kasifikasi pembobotan kepadatan


No Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk Bobot
(Ha) Tahun 2012 (Jiwa/Ha) penduduk berkaitan dengan potensi
1 Ngrayun 18.476 55.530 3 1 kebakaran :
2 Slahung 9.034 49.416 5 1 - Kepadatan Penduduk 2-12 Jiwa/Ha
3 Bungkal 5.401 34.370 6 1 (Bobot = 1)
4 Sambit 5.983 35.680 6 1 - Kepadatan Penduduk 13-23 Jiwa/Ha
5 Sawoo 12.471 54.883 4 1
(Bobot = 3)
6 Sooko 5.533 21.845 4 1
- Kepadatan Penduduk 23-33 Jiwa/Ha
7 Pudak 4.892 8.916 2 1
8 Pulung 12.755 46.106 4 1 (Bobot = 5)
9 Mlarak 3.720 36.194 10 1
10 Siman 3.795 41.755 11 1 Wilayah kepadatan penduduk tinggi
11 Jetis 2.241 29.135 13 3 dengan bobot 5 yaitu Kecamatan
12 Balong 5.696 41.694 7 1
Ponorogo. Wilayah kepadatan
13 Kauman 3.661 40.124 11 1
14 Jambon 5.748 38.998 7 1
penduduk sedang dengan bobot 3
15 Badegan 5.235 29.129 6 1 meliputi Kecamatan Jetis dan
16 Sampung 8.061 35.981 4 1 Kecamatan Babadan.
17 Sukorejo 5.958 49.713 8 1
18 Ponorogo 2.231 74.569 33 5
19 Babadan 4.393 62.775 14 3
20 Jenangan 5.944 51.659 9 1
21 Ngebel 5.950 19.151 3 1
Jumlah 137.178 857.623    
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
4.6.5 Histori Kebakaran
No Kecamatan Frekuensi Bobot klasifikasi frekuensi kebakaran yang digunakan dalam
1 Ngrayun 0 1 analisis :
2 Slahung 2 2 - Frekuensi kebakaran sangat tinggi, kejadian
3 Bungkal 4 3 kebakaran pada suatu lokasi >10 kejadian/tahun
4 Sambit 3 2
(Bobot = 5)
5 Sawoo 0 1 - Frekuensi kebakaran tinggi, kejadian kebakaran pada
6 Sooko 0 1
suatu lokasi 7-10 kejadian/tahun (Bobot = 4)
7 Pudak 1 2
- Frekuensi kebakaran sedang, kejadian kebakaran pada
8 Pulung 1 2
9 Mlarak 12 5 suatu lokasi 4-6 kejadian/tahun (Bobot = 3)
- Frekuensi kebakaran rendah, kejadian kebakaran pada
10 Siman 11 5
11 Jetis 9 4 suatu lokasi 1-3 kejadian/tahun (Bobot = 2)
12 Balong 6 3 - Frekuensi kebakaran sangat rendah, tidak ada
13 Kauman 5 3 kejadian kebakaran pada suatu lokasi (Bobot = 1)
14 Jambon 1 2
15 Badegan 1 2 Berdasarkan hasil analisis, didapatkan beberapa
16 Sampung 3 2 kecamatan yang memiliki frekuensi kebakaran sangat
17 Sukorejo 1 2 tinggi yaitu Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman,
18 Ponorogo 55 5 Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan babadan.
19 Babadan 13 5 Kecamatan Ponorogo merupakan kecamatan yang
20 Jenangan 5 3 mengalami kejadian kebakaran tertinggi, dimana telah
21 Ngebel 2 2 terjadi kebakaran selama 55 kali dalam kurun waktu 11
  Total 135   tahun.
4.6 | Analisis Potensi Kebakaran
Rasio Luas Klasifikasi wilayah potensi
Kepadatan Histori Total Bobot
No Kecamatan ARK AKK Wilayah
Penduduk Kebakaran Bobot Akhir
Kebakaran adalah sebagai
Terbangun berikut :
1 Ngrayun 5 1 2 1 1 10 2 - Nilai 1,00 s/d 1,80
2 Slahung 5 1 2 1 2 11 2,2 dikategorikan sebagai
3 Bungkal 1 1 1 1 3 7 1,4 wilayah yang aman
4 Sambit 5 1 1 1 2 10 2 - Nilai 1,81 s/d 2,60
5 Sawoo 3 1 1 1 1 7 1,4 dikategorikan sebagai
6 Sooko 5 1 1 1 1 9 1,8 wilayah yang agak aman
7 Pudak 3 1 1 1 2 8 1,6 - Nilai 2,61 s/d 3,40
8 Pulung 5 1 1 1 2 10 2 dikategorikan sebagai
9 Mlarak 1 1 1 1 5 9 1,8 wilayah agak rawan
10 Siman 1 1 1 1 5 9 1,8 - Nilai 3,41 s/d 4,20
11 Jetis 1 1 5 3 4 14 2,8 dikategorikan sebagai
12 Balong 1 1 1 1 3 7 1,4 wilayah rawan
13 Kauman 1 1 3 1 3 9 1,8 - Nilai 4,21 s/d 5,00
14 Jambon 3 1 2 1 2 9 1,8 dikategorikan sebagai
15 Badegan 5 1 2 1 2 11 2,2 wilayah sangat rawan
16 Sampung 5 1 1 1 2 10 2
17 Sukorejo 1 1 1 1 2 6 1,2 Terdapat 2 kecamatan yang
18 Ponorogo 1 1 4 5 5 16 3,2 termasuk kedalam wilayah agak
19 Babadan 1 1 2 3 5 12 2,4 rawan kebakaran yaitu
20 Jenangan 1 1 1 1 3 7 1,4 Kecamatan Jetis dan
21 Ngebel 5 1 1 1 2 10 2 Kecamatan Ponorogo.
4.7 | Analisis WMK
Berikut ini kriteria yang menjadi dasar analisis
WMK :
- WMK dibentuk oleh pengelompokan hunian WMK Radius Lingkup Kecamatan
yang memiliki kesamaan kebutuhan proteksi WMK 2,5 km Kecamatan Ponorogo
kebakaran dalam batas wilayah yang 1 7,5 km Kecamatan Babadan
ditentukan secara alamiah maupun buatan. Kcamatan Sukorejo
- Wilayah manajemen kebakaran ditentukan Kecamatan Bauman
pula oleh ”waktu tanggap“ dari pos WMK 2,5 km Kecamatan Jetis
pemadam kebakaran yang terdekat 2 7,5 km Kecamatan Mlarak
- Daerah layanan dalam setiap WMK tidak Kecamatan Siman
melebihi dari radius 7,5 km. Di luar daerah WMK 2,5 km Kecamatan Jambon
tersebut dikategorikan sebagai daerah yang 3 7,5 km Kecamatan Kauman
tidak terlindungi (unprotected area). Daerah Kecamatan Badegan
yang sudah terbangun harus mendapat Kecamatan Balong
perlindungan oleh mobil kebakaran yang pos WMK 2,5 km Kecamatan Pulung
terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km dan 4 7,5 km Kecamatan Jenangan
berjarak 3,5 km dari sektor. Kecamatan Sooko
WMK 2,5 km Kecamatan Slahung
Berdasarkan analisis, terdapat 5 WMK makro di 5 7,5 km Kecamatan Brungkal
Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngrayun
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.1 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Analisis kebutuhan sarana dan prasarana pemadam kebakaran disesuaikan dengan penentuan wilayah
manajemen kebakaran (WMK) Kabupaten Ponorogo.

KebutuhanBangunan Pemadam Kebakaran


WMK
(Berikut Sarana dan Prasarana Pelengkap)
WMK 1 Bangunan Wilayah Pemadam Kebakaran :
Kecamatan Membutuhkan lahan 1.600 m2 dan meliputi kebutuhan ruang untuk:
Ponorogo  Ruang siaga untuk 4 regu,
 Ruang administrasi,
 Ruang tunggu,
 Ruang rapat,
 Ruang komando,
 Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),
 Gudang peralatan dan bahan pemadam yang mampu menampung garasi untuk 2 mobil pompa
4.000 liter, 1 mobil tangga 17 m, 3 mobil tangga > 30 m, 2 mobil rescue/ambulans, 2 mobil pemadam
khusus, 2 mobil alat bantu pernafasan, 2 perahu karet.
 Tandon air 24.000 liter,
 Halaman tempat latihan rutin.
Bangunan perbengkelan *
Bangunan Asrama
Bangunan Pendidikan dan Latihan
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.1 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana
KebutuhanBangunan Pemadam Kebakaran
WMK
(Berikut Sarana dan Prasarana Pelengkap)
WMK 2 Bangunan Pos Pemadam Kebakaran (PPK) :
Kecamatan Jetis Bangunan Pos untuk Pemadam Kebakaran minimal membutuhkan lahan 200 m2 dan meliputi kebutuhan ruang
WMK 3 untuk :
Kecamatan  Ruang siaga untuk 2 regu (1 regu = 6 orang),
Jambon  Ruang administrasi,
 Ruang tunggu,
 Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),
 Gudang peralatan, yang mampu menampung garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter,
 Tandon air 12.000 liter,
 Halaman untuk latihan rutin.
WMK 4 Bangunan sektor pemadam kebakaran (SPK) :
Kecamatan Minimal membutuhkan lahan 400 m2 dan meliputi kebutuhan ruang untuk:
Pulung  Ruang siaga untuk 4 regu,
WMK 5  Ruang administrasi,
Kecamatan  Ruang tunggu,
Slahung  Ruang rapat,
 Ruang ganti pakaian dan kotak penitipan (locker),
 Gudang peralatan dan bahan pemadam kebakaran yang mampu menampung garasi untuk 2 mobil pompa 4.000
liter, 1 mobil tangga 17m, 2 mobil tangga > 30m, 2 mobil rescue/ambulans, 1 mobil pemadam khusus, 1 mobil alat
bantu pernafasan, 2 perahu karet,
 Tandon air 24.000 liter,
 Halaman tempat latihan rutin.
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.2 Analisis Laju Penerapan Air

Sumber daya air yang dibutuhkan dapat diambil dari 3 sumber yaitu sumur bor Ponorogo, mata air
Manuk dan mata air Ronowijayan. Ketiga sumber daya air ini ditentukan berdasarkan jarak terhadap
wilayah perencanaan.

Laju Pengiriman
Sumber Jarak Tempuh Waktu Tempuh
air
Sumur Bor + 5 km 15 menit > 40 lt/detik
Ponorogo
Mata Air Manuk + 10 km > 15 menit 20 lt/detik
Mata Air + 10 km > 15 menit 5 lt/detik
Ronowijayan
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.3 Analisis Kebutuhan Pasokan Air

No Kecamatan V ARK AKK FB Pasokan Air Total (m3) kebutuhan pasokan air total di Kabupaten
1 Ngrayun 96000 5 1 1,5 109 Ponorogo dalam mengantisipasi bahaya
2 Slahung 16000 5 1 1,5 18 kebakaran adalah sebanyak 3.861 m3.
3 Bungkal 48000 1 1 1,5 273 Kebutuhan tertinggi terdapat di Kecamatan
4 Sambit 48000 5 1 1,5 55 Siman dan Sukorejo (545 m3) sedangkan
5 Sawoo 16000 3 1 1,5 30
kebutuhan terendah terdapat di Kecamatan
6 Sooko 48000 5 1 1,5 55
7 Pudak 16000 3 1 1,5 30
Slahung (18 m3)
8 Pulung 96000 5 1 1,5 109
9 Mlarak 48000 1 1 1,5 273
10 Siman 96000 1 1 1,5 545
11 Jetis 16000 1 1 1,5 91
12 Balong 48000 1 1 1,5 273
13 Kauman 48000 1 1 1,5 273
14 Jambon 48000 3 1 1,5 91
15 Badegan 48000 5 1 1,5 55
16 Sampung 96000 5 1 1,5 109
17 Sukorejo 96000 1 1 1,5 545
18 Ponorogo 48000 1 1 1,5 273
19 Babadan 48000 1 1 1,5 273
20 Jenangan 48000 1 1 1,5 273
21 Ngebel 96000 5 1 1,5 109
Total         3.861
Keterangan :
V = Volume total bangunan dalam (m3)
ARK = Angka Klasifikasi Resiko Bahaya Kebakaran
AKK = Angka Klasifikasi Konstruksi Resiko Kebakaran
FB = Faktor Bahaya dari bangunan yang berdekatan
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.3 Analisis Kebutuhan Pasokan Air
Kebutuhan Air (m3)
No WMK Kecamatan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Ponorogo 272 273 273 273 273 274 274 274 274 275 275
WMK Babadan 274 275 276 277 278 279 281 282 283 284 285
1
1 Sukorejo 549 551 553 556 558 560 563 565 567 569 572
Kauman 284 290 296 302 308 314 320 326 332 338 343
Total WMK 1 3393 3404 3414 3425 3435 3446 3458 3468 3478 3489 3499
Jetis 93 95 96 97 98 100 101 102 104 105 106
WMK
2 Mlarak 275 276 278 280 281 283 284 286 288 289 291
2
Siman 546 547 548 549 551 552 553 554 555 556 557
Total WMK 2 914 918 922 926 930 935 938 942 947 950 954
Jambon 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
WMK
3 Badegan 55 56 56 57 58 58 59 59 60 60 61
3
Balong 279 283 287 290 294 297 301 305 308 312 315
Total WMK 3 427 433 438 443 449 453 459 464 469 474 479
Pulung 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
WMK
4 Jenangan 273 274 275 276 276 277 278 278 279 280 280
4
Sooko 56 56 57 57 58 58 59 59 60 60 61
Total WMK 4 440 442 445 447 449 451 454 455 458 460 462
Slahung 19 19 19 19 20 20 20 20 20 21 21
WMK
5 Bungkal 278 280 283 286 288 291 293 296 299 301 304
5
Ngrayun 110 111 112 112 113 114 115 115 116 117 118
Total WMK 5 407 410 414 417 421 425 428 431 435 439 443

Berdasarkan hasil analisis pasokan air WMK didapat bahwa kebutuhan pasokan air tertinggi terdapat di WMK 1
Kecamatan Ponorogo yang menaungi Kecamatan Babadan, Sukorejo dan Kauman. Sedangkan kebutuhan pasokan
air terendah yaitu WMK 5 Kecamatan Slahun yang menaungi Kecamatan Bungkal dan Kecamatan Ngrayun
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.4 Analisis Kebutuhan Personil

Kebutuhan personil pada wilayah manajemen kebakaran ditentukan berdasarkan kriteria dengan
memperhatikan tingkatan bangunan pemadam kebakaran yang akan disediakan berdasarkan hasil
analisis sebelumnya
Jumlah Personil
Teknis Total
WMK Hirarki
Fungsional Regu Satuan Personil Jumlah WMK

WMK 1 Pencegahan 2 1 6 12
Kecamatan Wilayah 24
Ponorogo Pemadaman 2 1 6 12
WMK 2
Kecamatan Pos Pemadaman 2 1 6 12 12
Jetis
WMK 3
Kecamatan Pos Pemadaman 2 1 6 12 12
Jambon
WMK 4 Pencegahan 1 1 6 6
Kecamatan Sektor 24
Pulung Pemadaman 3 1 6 18

WMK 5 Pencegahan 1 1 6 6
Kecamatan Sektor 24
Slahung Pemadaman 3 1 6 18
4.8 | Analisis Kebutuhan IPK
4.8.5 Analisis Kebutuhan Hydrant Kebakaran

Kebutuhan hydrant disesuaikan dengan wilayah manajemen kebakaran (WMK) yang telah dianalisis.

Pada pusat Kabupaten (WMK 1) : dibutuhkan pengaktifan seluruh hydrant yang tersedia. Dari 10
buah hydrant, terdapat 6 buah hydrant yang belum aktif.

WMK lingkup mikro (radius 2,5 km) : penyediaan 1-2 hydrant meliputi Kecamatan Sampung,
Kecamatan Badegan, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan
Kauman, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan,
Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pudak, Kecamatan Sooko,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Sambit,
Kecamatan Balong, Kecamatan Brungkal dan Kecamatan
ngrayun maka dibutuhan hydrant sebanyak 15 hydrant.

Pada WMK lingkup makro : dibutuhkan 3 unit hydrant yang tersebar 1 unit pada radius 2,5 km dan
2 unit pada radius 7,5 km. Sehingga pada 4 WMK dibutuhkan minimal
12 unit hydrant. Meliputi WMK 2 Kecamatan Jetis, WMK 3 Kecamatan
Jambon, WMK 4 Kecamatan Pulung dan WMK 5 Kecamatan Slahung
4.9 | Analisis Response Time
dari Pos Kecamatan Ponorogo

Waktu
Waktu Waktu Waktu Waktu
WMK Pemberang- Total
Laporan Tempuh Akses Penyiapan
katan
WMK 1
1 menit 3 menit 5 menit 2 menit 2 menit 13 menit
Kecamatan Ponorogo
WMK 2
1 menit 3 menit 7 menit 2 menit 2 menit 15 menit
Kecamatan Jetis
WMK 3
1 menit 3 menit 10 menit 2 menit 2 menit 18 menit
Kecamatan Jambon
WMK 4
1 menit 3 menit 10 Menit 2 menit 2 menit 18 menit
Kecamatan Pulung
WMK 5
1 menit 3 menit 10 menit 2 menit 2 menit 18 menit
Kecamatan Slahung

Waktu tercepat dalam tanggap kebakaran yaitu selama 13 menit dengan tujuan yaitu WMK 1 Kecamatan Ponorogo.
Hal ini dikarenakan WMK ponorogo merupakan lokasi dimana pos pemadam kebakaran berada, sehingga
membutuhkan waktu yang cepat dalam mencapai lokasi kebakaran. Sedangkan waktu tanggap yang memakan
waktu cukup lama yaitu dalam pencapaian WMK 3 (Jambon), WMK 4 (Pulung) dan WMK 5 (Slahung). Hal ini
dikarenakan lokasi 3 WMK ini yang cukup jauh dari lokasi PMK yang terdapat di Kecamatan Ponorogo.
4.9 | Analisis Response Time
dari Pos Kecamatan Siman

Jarak Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu


WMK Tempuh Total
Laporan Pemberangkatan Tempuh Akses Penyiapan
WMK 1
4 Km 1 menit 3 menit 4 menit 2 menit 2 menit 12 menit
Kecamatan Ponorogo
WMK 2
Kecamatan Jetis 6 Km 1 menit 3 menit 6 menit 2 menit 2 menit 14 menit
WMK 3
Kecamatan Jambon 20 Km 1 menit 3 menit 16 menit 2 menit 2 menit 24 menit
WMK 4
Kecamatan Pulung 16 Km 1 menit 3 menit 12 menit 2 menit 2 menit 20 menit
WMK 5
Kecamatan Slahung 24 Km 1 menit 3 menit 20 menit 2 menit 2 menit 28 menit

Waktu tanggap WMK 1 Kecamatan Ponorogo selama 12 menit dan WMK 2 Kecamatan Jetis dengan waktu tanggap
14 menit. Sedangkan, terdapat 3 WMK yang memiliki waktu tanggap lebih dari 15 menit yaitu WMK 3 Kecamatan
Jambon (24 menit), WMK 4 Kecamatan Pulung (20 menit) dan WMK 5 Kecamatan Slahung (28 menit). Waktu
tanggap dari Kecamatan Siman menuju 3 WMK merupakan suatu kerugian dalam proses pemadaman kebakaran.
Dengan lamanya waktu tempuh 3 WMK tersebut, maka pada ketiga WMK tersebut perlu dilakukan penanganan
utama dalam pembangunan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
4.10 | Analisis Kerjasama
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Ponorogo telah melakukan perjanijan kerjasama dengan wilayah-wilayah yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Ponorogo, yaitu :
1. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Karanganyar
2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri
3. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen
4. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magetan
5. Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Pacitan
6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi

Perjanjian kerjasama yang tertuang dalam Mou Nomor 134.4/834/405.14/2013 tentang perjanjian kerjasama bidang
pemadam kebakaran KARISMAPAWIGORO secara umum memiliki ruang lingkup dalam bidang :
a. Pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran;
b. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan di bidang pemadam kebakaran;
c. Pemeriksaan dan pengujian alat proteksi kebakaran;
d. Komunikasi dan informasi dibidang pemadam kebakaran;
e. Pemeliharaan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
4.11 | Analisis SWOT
Potensi dan Masala Kebakaran
strength
1. Wilayah Manajemen Kebakaran Kabupaten Ponorogo terbagi weakness
kedalam 5 WMK. 16 Kecamatan terlayani. 5 kecamatan lain diarahkan 1. Beberapa peraturan daerah yang ada masih belum mendukung
kepada pelatihan SATLAKAR. kegiatan proteksi kebakaran secara mendetail, diantaranya :
2. Terdapat perjanjian kerjasama dalam pencegahan dan - Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung
penanggulangan Kebakaran antara Kabupaten Ponorogo dengan - Perda Nomor 16 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tertentu
Kabupaten yang berbatasan yang tergabung kedalam 1. Posisi pemadam kebakaran, sebagai UPTD dalam Dinas Pekerjaan
KARISMAPAWIGORO. Umum menjadi salah satu bagi instasi pemadam kebakaran dalam
mengembangkan sarana dan prasarana kebakaran.
2. Kebutuhan air minum untuk masyarakat perlu dilayani oleh PDAM
Kabupaten Ponorogo.
3. Penggunaan lahan hutan dan permukiman merupakan kawasan
potensi kebakaran. Kabupaten Ponorogo didominasi dengan
kawasan hutan rakyat.
4. Permukiman padat penduduk di Kabupaten Ponorogo memiliki
potensi tinggi terhadap terjadinya kebakaran.
5. Terdapat kawasan dengan potensi banjir yaitu Kecamatan Ponorogo,
Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Jetis.
6. Kabupaten Ponorogo memiliki luas wilayah yang besar, cakupan
layanan PMK juga besar.
7. Sarana pemadam kebakaran yang tersedia masih berstatus Sektor.
8. Tidak tersedia sarana pemadam pendukung pemadam kebakaran di
pusat Kabupaten Ponorogo.
9. Terdapat dua kecamatan yang termasuk kedalam wilayah agak rawan
kebakaran yitu Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Jetis.
10. WMK 3, 4 dan 5 memiliki waktu tanggap lebih dari 15 menit,

opportunity threat
1. Dibutuhkan 5 bangunan sarana pemadam kebakaran padan 5 WMK di 1. Jumlah penduduk kabupaten ponorogo yang diproyeksikan terus
Kabupaten Ponorogo. mengalami pertumbuhan menjadi salah satu hal potensi kebakaran
4.11 | Analisis SWOT
Strategi Penanganan Masalah Kebakaran
weakness strategi penyelesaian masalah
1. Beberapa peraturan daerah yang ada masih belum mendukung 1. Dilakukan penyusunan peraturan daerah mengenai sistem proteksi
kegiatan proteksi kebakaran secara mendetail, diantaranya : kebakaran.
- Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Bangunan Gedung Dilakukan evaluasi sistem proteksi kebakaran dalam peraturan
- Perda Nomor 16 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Tertentu daerah bangunan gedung.
2. Posisi pemadam kebakaran, sebagai UPTD dalam Dinas Pekerjaan 2. Pengembangan lembagan instansi pemadam kebakaran
Umum menjadi salah satu bagi instasi pemadam kebakaran dalam (membentuk badan sendiri atau bergabung dengan BPBD
mengembangkan sarana dan prasarana kebakaran. Kabupaten Ponorogo).
3. Kebutuhan air minum untuk masyarakat perlu dilayani oleh PDAM 3. Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat, namun
Kabupaten Ponorogo. pemenuhan kebutuhan air WMK dari sumber air alami.
4. Penggunaan lahan hutan dan permukiman merupakan kawasan 4. Dilakukan sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di
potensi kebakaran. Kabupaten Ponorogo didominasi dengan kawasan hutan dan permukiman dengan menyediakan prasarana
kawasan hutan rakyat. pemadam kebakaran.
5. Permukiman padat penduduk di Kabupaten Ponorogo memiliki 5. Membentuk SATLAKAR agar secara mandiri mampu tanggap dalam
potensi tinggi terhadap terjadinya kebakaran. pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
6. Terdapat kawasan dengan potensi banjir yaitu Kecamatan 6. Memberikan pelatihan dalam evakuasi bencana banjir dan longsor.
Ponorogo, Kecamatan Kauman, dan Kecamatan Jetis.
7. Kabupaten Ponorogo memiliki luas wilayah yang besar, cakupan 7. Secara bertahap disediakan pos pemadam kebakaran berdasarkan
layanan PMK juga besar. WMK yang telah ditentukan.
8. Sarana pemadam kebakaran yang tersedia masih berstatus Sektor.
8. Dilakukan pembangunan sarana wilayah pemadam kebakaran
(WPK) di Kecamatan Siman.
9. Tidak tersedia sarana pemadam pendukung pemadam kebakaran di 9. Secara bertahap disediakan pos pemadam kebakaran berdasarkan
pusat Kabupaten Ponorogo. WMK yang telah ditentukan.
10. Terdapat dua kecamatan yang termasuk kedalam wilayah agak 10. Termasuk kedalam kecamatan dengan waktu tanggap yang cepat
rawan kebakaran yitu Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Jetis. sehingga masih dapat diatasi.
11. WMK 3, 4 dan 5 memiliki waktu tanggap lebih dari 15 menit, 11. Membentuk SATLAKAR pada masing-masing WMK.
Menyediakan hydrant di masing-masing WMK.
Secara bertahap melakukan pembangunan pos pemadam
kebakaran di masing-masing WMK.
4.11 | Analisis SWOT
No Analisis Penjabaran Posisi
Faktor Kebijakan Terdapat kebijakan yang mendukung sistem proteksi kebakaran di Kabupaten
Ponorogo. Strength
 
- Perda No 3 Tahun 2009 (Kekuatan)
-Perda No 16 Tahun 2011
Faktor Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo memiliki luas wilayah yang besar, cakupan layanan PMK juga Weakness
 
besar. (Kelemahan)
Faktor Sarana Pemadam Weakness
  Sarana pemadam kebakaran yang tersedia masih berstatus Sektor.
Kebakaran (Kelemahan)
Tidak tersedia sarana pemadam pendukung pemadam kebakaran di pusat Weakness
   
Kabupaten Ponorogo. (Kelemahan)
6 Analisis Potensi Kebakaran Terdapat dua kecamatan yang termasuk kedalam wilayah agak rawan kebakaran Weakness
yitu Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan Jetis. (Kelemahan)
7 Analisis Wilayah Wilayah Manajemen Kebakaran Kabupaten Ponorogo terbagi kedalam 5 WMK. 16 Strength
Manajemen Kebakaran Kecamatan terlayani. 5 kecamatan lain diarahkan kepada pelatihan SATLAKAR. (Kekuatan)
8 Analisis Kebutuhan Instansi Dibutuhkan 5 bangunan sarana pemadam kebakaran padan 5 WMK di Kabupaten Opportunities
Pemadam Kebakaran Ponorogo. (Peluang)
9 Analisis Response Time Weakness
WMK 3, 4 dan 5 memiliki waktu tanggap lebih dari 15 menit,
(Kelemahan)
10 Analisis Kerjasama Terdapat perjanjian kerjasama dalam pencegahan dan penanggulangan Kebakaran
Strengths
antara Kabupaten Ponorogo dengan Kabupaten yang berbatasan yang tergabung
(Kekuatan)
kedalam KARISMAPAWIGORO.
5.1 | Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran
RSCK
5.1.1 Rencana Program Kebijakan Pencegahan Kebakaran dan Bencana Alam
Ketentuan umum pelaksanaan rencana program kebijakan pencegahan kebakaran dan bencana alam
adalah dengan terlibatnya seluruh elemen yang berhubungan dengan bahaya kebakaran, yaitu :

a
Peraturan
Peraturan adalah, elemen kebijakan yang memuat aturan-aturan yang perlu diperhatikan oleh
masyarakat untuk turut serta dalam pencegahan kebakaran dan bencana alam di Kabupaten
Ponorogo. Peraturan Daerah disini mencakup sistem proteksi kebakaran termasuk dalam
bangunan gedung.

b
Sumber Daya Manusia
SDM yang turut serta dalam program penegakan kebijakan pencegahan kebakaran ini adalah
seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo meliputi masyarakat sipil, pemerintahan terutama
instansi pemadam kebakaran.

c
Program Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi sangat diperlukan guna mendukung implementasi kebijakan pencegahan
kebakaran di Kabupaten Ponorogo. Sosialisasi ini sebaiknya dilakukan pada lingkup wilayah
tertentu (Desa, Kecamatan etc)

d
Peralatan
Peralatan yang mampu membantu masyarakat untuk memahami bagaimana langkah yang harus
dilakukan dalam mendukung serta mengimplementasikan kebijakan.
5.1 | Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran
RSCK
5.1.2 Rencana Penguatan Kelembagaan Pemadam Kebakaran
Rencana yang dapat diterapkan pada pemadam kebakaran yakni dengan membentuk kelembagaan yang berdiri
sendir diluar sistem organisasi Dinas Pekerjaan Umum. Hal ini dilakukan untuk mempermudah segala pelayanan
dan peningkatan dari pemadam kebakaran.
Terdapat juga alternatif lain yakni dengan bergabungnya pemadam kebakaran dengan BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah). Alternatif ini diberikan menimbang kecenderungan tupoksi yang sejalan dari
pemadam kebakaran dan BPBD dimana keduanya turut mengatasi segalah bahaya bencana di Kabupaten
Ponorogo.

5.1.3 Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat (Public Education)


Sistem pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan pengadaan SATLAKAR dengan proses pembinaan dan
kaderisasi oleh pemerintah. Terdapat tahap yang dapat dilakukan dalam pembinaan dan kaderisasi.

A. Mendorong dan memperkuat seksi kesekretariatan dalam menyusun rencana bulanan atau tahunan untuk
kegiatan-kegiatan yang sifatnya reguler. Contohnya dengan membantu menyusun tingkatan kegiatan,
seperti :
• menyusunkan kegiatan regu-regu Penyuluhan Dalam Pencegahan Kebakaran yang dapat dilakukan di
lingkungan RW-RW melalui kerjasama dengan ketua BALAKAR .
• menyusunkan kegiatan Rekruitmen Reguler atau pilihan disesuaikan dengan kebutuhan personel di
lingkungan RW-RW.
• menyusun Pelatihan-pelatihan, seperti pemadaman dengan alat tradisional ataupun
• alat modem, pengenalan dan pengoperasian alat pemadam kebakaran yang dapat dilakukan
bekerjasama dengan Dinas Pemadam Kebakaran.
• Seksi kesekretariatan sebaiknya didorong atau dimotivasi untuk
5.1 | Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran
(RSCK)
5.1.3 Rencana Program Pemberdayaan Masyarakat (Public Education)
• menjalankan tugas-tugas sebagai berikut : Struktur
- Penyuluhan Pencegahan Kebakaran Organisasi
- Rekruitmen reguler – optional SATLAKAR
- Pelatihan - pelatihan regular
• Susunan Organisasi tersebut (disamping) dapat
dijadikan bagian dari kegiatan kelurahan dan
dalam pembinaan seksi Pemberdayaan
Masyarakat

B. Memperkuat pola hubungan pembinaan


SATLAKAR dengan cara menghubungkan
tingkatan kegiatan tertentu dengan institusi
penyelenggara tertentu, contohnya :
• tingkatan kegiatan untuk pelatihan sektor
Pemadam Kebakaran dapat berkoordinasi
dengan kecamatan atau instansi Dinas
Kebakaran.
• tingkatan kegiatan untuk satuan peleton dapat
berkoordinasi dengankoordinator SKLK (Sistem
Ketahanan Lingkungan Kebakaran) di tingkat
kelurahan.
• tingkatan kegiatan untuk regu-regu P3K,
Evakuasi, Penyuluhan, dan sejenisnya dapat
berhubungan dengan RW-RW setempat atau
dengan ketua SATLAKAR, Palang Merah Remaja Pola Hubungan Pembinaan SATLAKAR
dan sejenisnya.
5.1.4 Rencana Penentuan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas proteksi kebakaran tersebar sebanyak 5 kecamatan, yakni Kecamatan


Ponorogo, Kecamatan Jetis, Kecamatan Jambon, Kecamatan Slahung, Kecamatan
Pulung.. Kawasan prioritas proteksi kebakaran ini yang nantinya akan menjadi titik-titik
pembangunan sarana dan prasarana proteksi kebakaran.
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.1 Rencana Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

WMK Radius Lingkup Kecamatan Dalam mewujudkan rencana wilayah manajemen


WMK 1 2,5 km Kecamatan Ponorogo kebakaran di Kabupaten Ponorogo terdapat
7,5 km Kecamatan Babadan program-program yang dapat dilakukan lebih
Kcamatan Sukorejo dulu guna mendukung penanggulangan
Kecamatan Kauman
kebakaran. Program tersebut diantaranya adalah
WMK 2 2,5 km Kecamatan Jetis :
7,5 km Kecamatan Mlarak • Peningkatan kualitas aksesibilitas pada 5
Kecamatan Siman WMK terutama mnuju pusat WMK yang
WMK 3 2,5 km Kecamatan Jambon terdapat di Kecamatan Ponorogo
7,5 km Kecamatan Kauman • Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana
Kecamatan Badegan prasarana penanggulangan kebakaran yang
Kecamatan Balong dibutuhkan pada skala WMK (hydrant)
WMK 4 2,5 km Kecamatan Pulung • Pelaksanaan pelatiahan dan/atau sosialisasi
7,5 km Kecamatan Jenangan mengenai pencegahan dan penanggulangan
Kecamatan Sooko kebakaran pada setiap WMK.
WMK 5 2,5 km Kecamatan Slahung
7,5 km Kecamatan Brungkal
Kecamatan Ngrayun
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.2 Rencana Prasarana dan Sarana Proteksi Kebakaran
5.2.2.1 Rencana Peningkatan Sarana Proteksi Kebakaran
1. Peningkatan sarana bangunan pemadam kebakaran di Kabupaten Ponorogo dari bangunan sektor

menjadi bangunan wilayah Pemadam Kebakaran (WPK) di WMK 1 Kecamatan Ponorogo

2. Penyediaan bangunan Sektor Pemadam Kebakaran (SPK) dan pos pemadam kebakaran guna
mendukung Pemadam kebakaran yang ada di pusat kabupaten. Rencana yang akan dilakukan yakni
penyediaan sarana bangunan sektor pemadam kebakaran pada WMK yang memiliki jarak yang
cukup jauh dari bangunan pusat. Berdasarkan hal tersebut, direncanakan penyediaan sarana
bangunan sektor pemadan kebakaran di WMK 4 Kecamatan Pulung, dan WMK 5 Kecamatan
Slahung.

3. Penyediaan bangunan Pos Pemadam Kebakaran (PPK) di WMK yang belum disediakan
pemadam kebakaran. WMK 2 Kecamatan Jetis dan WMK 3 Kecamatan Jambon merupakan wilayah
manajemen kebakaran yang perlu disediakan pos pemadam kebakaran.
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.2 Rencana Prasarana dan Sarana Proteksi Kebakaran
5.2.2.2 Rencana Penyediaan Pasokan Air
1. Rencana pasokan air untuk mengatasi bahaya kebakaran Kabupaten Ponorogo pada tahun
rencana 2014-2024 adalah sebesar 3.907-4.193 m 3. Penyediaan pasokan air ini harus didukung dari
beberapa sumber, yang pertama adalah sumber air alami. Bagi pusat WMK, di Kecamatan
Ponorogo terdapat beberapa sumber air alami yang dapat digunakan, rencana penyediaan
sumber alami pasokan air di Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
Sumber Jarak Tempuh Waktu Tempuh Laju Pengiriman air
Sumur Bor Ponorogo + 5 km 15 menit > 40 lt/detik
Mata Air Manuk + 10 km > 15 menit 20 lt/detik
Mata Air Ronowijayan + 10 km > 15 menit 5 lt/detik
Sumber : Hasil Rencana,2013
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.2 Rencana Prasarana dan Sarana Proteksi Kebakaran
5.2.2.3 Rencana Penyediaan Hydrant
1. Pada WMK pusat di Kecamatan Ponorogo telah tersediahydrant dengan jumlah yang cukup

banyak, maka program yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengaktifan beberapa

hydrant yang belum aktif serta merawat hydrant yang tersedia.


2. WMK lainnya dibutuhkan pengadaan hydrant pada masing-masing WMK baik pada WMK dengan
radius 2,5 km maupun 7,5 km.
WMK Kecamatan Hydrant WMK Kecamatan Hydrant
WMK 2 Kecamatan Jetis 1 unit WMK 4 Kecamatan 1 unit
Pulung
Kecamatan 2 unit   Kecamatan 2 unit
Mlarak Jenangan
Kecamatan Siman Kecamatan
Sooko
WMK 3 Kecamatan 1 unit WMK 5 Kecamatan 1 unit
Jambon Slahung
Kecamatan 2 unit   Kecamatan 2 unit
Kauman Brungkal
Kecamatan Kecamatan
Badegan Ngrayun
Kecamatan
Balong
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.3 Rencana Peningkatan Personil (SDM)
5.2.2.3 Rencana Peningkatan Kuantitas Personil
1. Rencana peningkatan personil di Kabupaten Ponorogo dilakukan pada kebutuhan personil di
setiap WMK yang berada di Kabupaten Ponorogo
Jumlah Personil
Teknis Total
WMK Hirarki
Fungsional Regu Satuan Personil Jumlah WMK

WMK 1 Pencegahan 2 1 6 12
Kecamatan Wilayah 24
Ponorogo Pemadaman 2 1 6 12
WMK 2
Kecamatan Pos Pemadaman 2 1 6 12 12
Jetis
WMK 3
Kecamatan Pos Pemadaman 2 1 6 12 12
Jambon
WMK 4 Pencegahan 1 1 6 6
Kecamatan Sektor 24
Pulung Pemadaman 3 1 6 18

WMK 5 Pencegahan 1 1 6 6
Kecamatan Sektor 24
Slahung Pemadaman 3 1 6 18
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.3 Rencana Peningkatan Personil (SDM)
5.2.2.3 Rencana Peningkatan Kualitas Personil
PERENCANAAN Sumber Daya Manusia
1. Setiap unit kerja proteksi kebakaran di perkotaan harus membuat perencanaan SDM.
2. Perencanaan SDM sebagaimana yang dimaksud terdiri dari rencana kebutuhan pegawai dan
pengembangan jenjang karir.
3. Edukasi jenjang karir diperlukan agar dapat memberikan motivasi, dedikasi, dan disiplin.
4. Penerimaan jumlah pegawai disesuaikan dengan kebutuhan atas Wilayah Manajemen Kebakaran
(WMK) dan bencana lainnya yang mungkin terjadi pada wilayahnya dan juga memenuhi
persyaratan kesehatan, fisik, dan psikologis.
5. Penerapan Standarisasi dan program sertifikasi.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (Diklat)


Jenis Diklat Pemadam Kebakaran antara lain terdiri dari:
1. Diklat Pemadam Kebakaran Tingkat Dasar,
2. Diklat Pemadam Kebakaran Tingkat Lanjut,
3. Diklat Perwira Pemadam Kebakaran,
4. Diklat Inspektur Kebakaran,
5. Diklat Instruktur Kebakaran,
6. Diklat Manajemen Pemadam Kebakaran, dll.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan standarisasi diklat, kualifikasi instruktur dan spesifikasi
bangunan serta sarana diklat diatur dalam peraturan tersendiri, dengan tetap menerapkan
standarisasi dan program sertifikasi.
5.2 | Rencana Sistem Penanggulangan
Kebakaran (RSPK)
5.2.4 Skenario Evakuasi Kebakaran

1. Skenario evakuasi kebakaran merupakan skenario waktu dan cara yang dilakukan oleh
pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran di suatu lokasi. Waktu yang digunakan unit
pemadam kebakaran dalam mencapai lokasi kebakaran adalah waktu tanggap atau response
time.
2. Sedangkan dari sisi penggunaan jalan raya, diskenariokan bahwa unit pemadam kebakaran
diarahkan untuk melalui jalan dengan jarak tempuh terpendek sehingga mampu memenuhi
waktu tanggap penanggulangan dan pencegahan kebakaran.
Program Non Fisik merupakan program yang bersifat kebijakan dan kelembagaan

Tahap Pelaksanaan
5 Tahun 5 Tahun
Pertama Kedua Sumber
No Indikasi Program Lokasi Pelaksana
Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Non Fisik                        
Dinas Pekerjaan
1 Penyusunan peraturan daerah mengenai sistem Kabupaten                     Umum APBD Kab/
proteksi kebakaran Ponorogo Kab/Provinsi Provinsi

Sosialisasi peraturan daerah mengenai sistem Dinas Pekerjaan APBD Kab/


2 5 WMK                     Umum
proteksi kebakaran Kab/Provinsi Provinsi

Dinas Pekerjaan APBD Kab/


3 Evaluasi sistem proteksi kebakaran dalam Kabupaten                     Umum
peraturan daerah bangunan gedung Ponorogo Provinsi
Kab/Provinsi
Dinas Pekerjaan
Pengembangan Lembaga Instansi Pemadam Kabupaten APBD Kab/
4 Kebakaran Ponorogo                     Umum Provinsi
Kab/Provinsi

Implementasi Wilayah Manajemen Kebakaran Dinas Pekerjaan APBD Kab/


6 5 WMK                     Umum
(WMK) di Kab. Ponorogo Provinsi
Kab/Provinsi
Instansi
Pelaksanaan dan pelatihan program SATLAKAR APBD Kab/
5 untuk masyarakat Kab. Ponorogo 5 WMK                     Pemadam Provinsi
Kebakaran
Sumber : Hasil Rencana, 2013
Tahap Pelaksanaan
5 Tahun 5 Tahun Sumber
No Indikasi Program Lokasi Pertama Kedua Pelaksana
Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Non Fisik                        
Instansi
Kabupaten APBD Kab/
6 Perekrutan Personil Pemadam Kebakaran                     Pemadam
Ponorogo Provinsi
Kebakaran
Pendidikan dan Pelatihan Personil Kebakaran Kabupaten Dinas Pekerjaan APBD Kab/
7                     Umum
(Diklatsar) Ponorogo Kab/Provinsi Provinsi
Sumber : Hasil Rencana, 2013
Program Fisik merupakan program pengembangan kebutuhan pemadam kebakaran dalam bentuk fisik baik

Tahap Pelaksanaan
5 Tahun 5 Tahun
Sumber
No Indikasi Program Lokasi Pertama Kedua Pelaksana Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Fisik                        
Pembangungan pos wilayah Instansi Pemadam APBD
1 Kecamatan Siman                     Kab/
pemadam kebakaran Kebakaran Provinsi
2 Pembangunan sarana sektor Kecamatan Pulung APBD
pemadam kebakaran                     Instansi Pemadam Kab/
(WMK 4) Kebakaran
Provinsi
Kecamatan Slahung APBD
Instansi Pemadam
                    Kebakaran Kab/
(WMK 5) Provinsi
3 Pembangunan sarana pos Kecamatan Jetis APBD
pemadam kebakaran                     Instansi Pemadam Kab/
(WMK 2) Kebakaran
Provinsi
Kecamatan Jambon APBD
Instansi Pemadam
                    Kebakaran Kab/
(WMK 3) Provinsi
APBD
Pelengkapan prasarana Instansi Pemadam
4 pemadam kebakaran Kecamatan Siman                     Kebakaran Kab/
Provinsi
5 Penyediaan pasokan air APBD
Mata Air Manuk dan Dinas Pekerjaan
dengan memanfaatkan                     Kab/
sumber air alami Ronowijayan Umum Kab/Provinsi Provinsi

Sumber : Hasil Rencana, 2013


Tahap Pelaksanaan
5 Tahun 5 Tahun
No Indikasi Program Lokasi Pertama Kedua Pelaksana Sumber
Dana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program Fisik                        
6 Penyediaan pasokan air dari Bekerja sama
sumber air buatan dengan Perusahaan APBD
5 WMK                     Daerah Air Minum Kab/
(PDAM) Kab. Provinsi
Ponorogo
7 Penambahan jumlah hydrant -    WMK 2
di 4 WMK APBD
(Kec. Jetis : Kec.                     Instansi Pemadam Kab/
Mlarak dan Siman) Kebakaran
Provinsi
Jumlah : 2 unit
-    WMK 3
(Kec Jambon : Kec. APBD
Kauman, Badegan dan                     Instansi Pemadam Kab/
Kebakaran
Balong) Provinsi
Jumlah : 2 unit
-    WMK 4
(Kec.Pulung : Kec. APBD
                    Instansi Pemadam Kab/
Jenangan dan Sooko) Kebakaran Provinsi
Jumlah : 2 unit
-    WMK 5
(Kec. Slahung : Kec. APBD
                    Instansi Pemadam Kab/
Brungkal dan Ngrayun) Kebakaran
Provinsi
Jumlah : 2 unit
8 Perbaikan jalan dari APBD
Dinas Pekerjaan
Kecamatan Ponorogo (WMK                       Umum Kab/Provinsi Kab/
Pusat) menuju WMK lainnya. Provinsi
Sumber : Hasil Rencana, 2013

Anda mungkin juga menyukai