Pengelolaan Persampahan
Kabupaten Maros
1.1.
Latar Belakang
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak
mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai yang negatif karena dalam
penanganannya, baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang
cukup besar.
Permasalahan sampah bukan lagi sekadar
masalah kebersihan dan lingkungan saja, tetapi
sudah menjadi masalah sosial yang mampu
menimbulkan konflik. Lebih parah lagi, hampir
semua kota di Indonesia, baik kota besar atau
kota kecil, tidak memiliki penanganan sampah
yang baik. Umumnya kota di Indonesia memiliki
manajemen sampah yang sama, yaitu dengan metode kumpul-angkut-buang. Sebuah
metode manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktek
pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi
yang sudah ditentukan (open dumping).
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di
kota/kabupaten di Indonesia, sebab apabila tidak dilakukan penanganan yang baik
akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan
atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan, baik terhadap tanah, air
dan udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan
penanganan dan pengendalian terhadap sampah.
Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan
semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan majunya
kebudayaan. Oieh karena itu penanganan sampah di perkotaan relatif lebih dibanding
sampah di desa-desa. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah adalah
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
Sebagai
akibat
biaya
operasional
yang
tinggi,
kebanyakan
mengenai
lingkungan
demi
menanggulangi
pencemaran
adanya
peraturan-peraturan
baru
mengenai
Lingkungan
Hidup
dan
Persampahan maka perlu dicari suatu cara pengelolaan sampah secara baik dan benar
melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam bentuk pengelolaan secara
terpadu.
1.2.
1.2.1 Maksud
Maksud dari Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan adalah
menyusun perencanaan pengelolaan persampahan mengenai aspek teknik, finansial,
kelembagaan, aturan atau hukum serta aspek peran serta masyarakat dalam
pengelolaan persampahan. Perencanaan didasarkan pada kaidah pengembangan sistem
pengelolaan sampah terpadu dengan pendekatan paradigma baru yaitu minimalisasi
sampah tertimbun di TPA.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini
adalah 1). Tersusunnya program dan rencana inventasi pembiayaan pengelolaan
persampahan, 2). Tersusunnya konsep efensiasi pembiayaan, 3). Tersusunnya reduksi
sampah dari sumber sehingga tidak diperlukan lahan besar untuk TPA, 4). Dapat
menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki
nilai ekonomis, 5). Tersusunnya konsep pengelolaan persampahan yang ekonomis dan
berwawasan lingkungan, 6). Dapat membuka lapangan pekerjaan melalui berdirinya
badan usaha yang mengelola sampah menjadi bahan yang bermanfaat, 7). Tersusunnya
konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, 8). Tersusunnya
konsep pemberdayaan kelembagaan, peraturan daerah dan investasi serta pembiayaan
pengelolaan persampahan.
1.2.3 Sasaran
Sasaran Kegiatan Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan ini adalah
meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih, berkurangnya konflik sosial
masyarakat dalam operasional pengelolaan persampahan, terbentuknya pengolahan
sampah dengan sistem 3R di sumber sampah, terbentuknya usaha daur ulang dan
composting, dan berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA.
1.3
Pengertian
Dalam Laporan Akhir ini dipergunakan beberapa istilah yang banyak dipergunakan.
Penting
dipaparkan
untuk
diketahui,
mengingat
perbedaan
penafsiran
akan
menimbulkan arti yang berlainan. Adapun istilah yang yang banyak dipergunakan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
2.
Sampah perkotaaan adalah sampah yang ditimbulkan dari aktifitas kota termasuk
didalamnya sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga.
3.
Sampah organik adalah sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas
makanan, bekas sayuran , kulit buah lunak, daun-daunan dan rumput.
4.
Sampah anorganik adalah sampah kering yang sukar atau tidak membusuk seperti
kertas, kardus, kaca/gelas, plastik, besi dan logam lainnya.
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang dan per
hari dalam satuan volume maupun berat.
6.
Sampah B3 Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari aktifitas RT,
mengandung bahan dan/atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya/ atau
beracun karena sifat kandungannya tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung
dapat
merusak
atau
mencemarkan
lingkungan
hidup
dan
atau
8.
9.
dibandingkan
terhadap
timbulan
sampah
organik
potensi
pengomposan.
23. Pembakaran Sampah adalah salah satu teknik pengolahan sampah dengan
membakar sampah secara terkendali, sehingga terjadi perubahan bentuk. Reduksi
dari sampah padat menjadi abu, gas dan cairan.
24. Pemadatan adalah uapaya mengurangi volume sampah dengan cara dipadatkan
baik secara manual maupun mekanis sehingga pembuangan ke tempat pembuangan
akhir lebih efisien.
25. Daur Ulang adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan produk
yang bermanfaat lagi.
26. Potensi Daur Ulang adalah sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali atau di
daur ulang.
27. Tingkat Daur Ulang adalah jumlah atau volume timbulan sampah anorganik yang
berhasil di daur ulang dari timbulan sampah anorganik potensi daur ulang.
28. Tingkat pelayanan adalah jumlah sampah yang berhasil dikelola baik dengan cara
konvensional (kumpul-angkut-buang) dan juga dengan pendekatan pengolahan dan
atau daur ulang.
29. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran-ulang, pengolahan, dan/atau pemrosesan akhir.
30. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir sampah.
31. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk pemrosesan akhir sampah
kota setelah direduksi melalui proses-proses di hulu.
1.4.
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Laporan Akhir terdiri dari 7 (tujuh) Bab, yang terdiri dari :
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Metodologi Kegiatan
Bab 3 Gambaran Umum Kabupaten Maros
Bab 4 Kondisi Pengelolaan Sampah Saat ini
Bab 5 Kriteria Perencanaan Dan Evaluasi Dampak TPA
Bab 6 Identifikasi Permasalahan dan Analisis
Bab 7 Perencanaan Pengelolaan Sampah Kabupaten Maros
2.1.
Umum
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan metode
pendekatan kajian. Disamping hal tersebut, konsultan akan mengumpulkan dan
mengevaluasi
data
sekunder/informasi
yang
ada
dari
semua
stakeholder/
2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka konsultan harus
melakukan survei yang terdiri dari survei primer, pengambilan foto yang dapat
menggambarkan situasi di lapangan.
Survei-survei
di
atas
didasarkan
terhadap
3. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dilakukan untuk menyusun Rancangan Teknis Pengelolaan
Sampah Kabupaten Maros.
4. Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk laporan hasil studi di setiap tahap laporan studi.
2.2.
Tahap
hal
yang
pengidentifikasian
eksisting,
antara
perlu
dilakukan
kondisi
lain
dalam
persampahan
identifikasi
terhadap
2.3
PROSES PERENCANAAN
data
berkaitan
dengan
perencanaan
sistem
pengelolaan
dll),
NSPM persampahan.
Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey pengamatan lapangan dan
lain-lain
2) Identifikasi Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem
pengelolaan sampah adalah sebagai berikut :
a. Data Kondisi Kota
Data fisik Kabupaten, meliputi luas wilayah
administrasi kota, luas wilayah urban,
topografi
wilayah,
tata
guna
lahan,
jaringan
jalan,
rencana
pengembangan
perumahan/
sampah
dari
sumber
sampai
TPA,
sarana/prasarana
kondisi pengumpulan
petugas dll),
pengangkutan
10
Pembiayaan,
operasi/pemeliharaan,
meliputi
tarif
biaya
retribusi,
investasi
realisasi
dan
penerimaan
biaya
retribusi
struktur
organisasi,
peningkatan
profesionalisasi
SDM,
11
baru,
yaitu
menerapkan
metode
pembatasan,
pengurangan
dan
sampah
yang
akan
dikelola
untuk
jangka
waktu
12
13
3.1.
Daerah
Perencanaan
14
3.2.
Aspek
Fisik Kabupaten
wilayah
Kabupaten
Maros
berdasarkan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50.000 edisi I Tahun 1991 yang
diterbitkan Bakosurtanal dan Peta Administrasi BPN Maros yaitu kurang lebih
213.188,69 Ha. Sedangkan menurut BPS Kabupaten Maros 2009 luas wilayah Kabupaten
Maros tercatat 1.619,12 Km, meliputi 14 kecamatan, dimana Kecamatan Tompobulu
dan Kecamatan Mallawa merupakan 2 (dua) kecamatan terluas dengan luas masingmasing adalah 287,66 Km dan 235,92 Km. Sedangkan wilayah kecamatan dengan luas
terkecil adalah Kecamatan Moncongloe dan Kecamatan Mandai dengan luas masingmasing adalah 46,87 Km dan 49,11 Km.
b. Ketersediaan Lahan
Kondisi
tata
guna
lahan
Kabupaten Maros
secara
umum
terdiri
atas:
15
Kecamatan
Jumlah (Ha)
Persentase (%)
Kampung
3.420.481
2,12
Tambak
8.018.885
4,96
Tegalan
2.662.311
1,65
Sawah
35.146.802
21,76
Kebun Campuran
30.063.912
18,61
17.472.039
10,82
Hutan Lebat
37.185.559
23,02
Hutan Belukar
17.746.132
10,99
Lahan Terbangun
333.872
0,21
10
Hutan Sejenis
5.564.755
3,44
11
Kebun Sejenis
Jumlah
3.922.949
161.537.697
2,42
100,00
16
17
18
No
Satuan
Geomorfologi
Pegunungan
Vulkanik
Luas
Daerah Sebaran Daerah
(%)
Utara, Tengah
Timur
Tersebar
Perbukitan
SetempatVulkanik,Intrusi
Setempat Tidak
dan Sedimen
Terkonsentrasi
Perbukitan
Karst
Pedataran
Alluvial
Tengah
dan Timur Laut
Bagian Barat
Dengan Arah
Penyebaran
Utara
Sampai Selatan
30
15
30
25
Ciri Morfologi
Relief Topografi
Tinggi Kemiringan
Lereng Terjal, Tekstur
Topografi Kasar
Perbukitan SetempatSetempat Kemiringan
Lereng Sedang
Relief Topografi
Kars Membentuk
Tower-Tower Dengan
Relief Yang Kasar
Topografi Datar, Relief
Rendah, Tekstur
Topografi Halus
Batuan
Penyusun
Batuan
Gunung
Api
Batuan
Vulkanik
Beku
(Intrusi)
dan
Sedimen
Batu
Gamping
(Batu
Kapur)
Endapan
Aluvial
d. Jenis Tanah
Hasil penelitian terdahulu berupa Pemetaan Geologi Lapangan dalam Skala 1:
250.000 yang dilakukan oleh Rab. Sukamto dan Supriatna (1982) berupa peta Geologi
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai diperoleh bahwa sifat fisik, tekstur, atau
ukuran butir, serta genesa dan batuan penyusunnya maka jenis tanah di Kabupaten Maros
diklasifikasikan dalam 4 (empat) tipe, yaitu:
1) Alluvial Muda, merupakan endapan aluvium (endapan aluvial sungai, pantai dan
rawa) yang berumur kuarter (resen) dan menempati daerah morfologi pedataran
dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan lereng <3%. Tekstur beraneka
mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan
tingkat kesuburan yang tinggi, luas penyebarannya sekitar 14,20% (229,91 km 2) dari
luas Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan
Turikale, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Moncongloe, Kecamatan Marusu,
Kecamatan Mandai, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan
Tanralili, dan Kecamatan Tompobulu.
19
beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan intrusi
dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng <70%. Kenampakan sifat fisik
berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempung lanauan, hingga pasir
lempungan, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, solum dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
Luas penyebarannya sekitar 37,60% (608,79 km2) dari luas Kabupaten Maros, meliputi
Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan
Cenrana, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Tanralili dan
Kecamatan Mandai.
4) Mediteran, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batugamping yang
menempati daerah perbukitan karst, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng >
70%. Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung
pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi,
tebal 0,1-1,5 m. Luas penyebarannya sekitar 21,70% (351,35 km) dari luas
Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Mallawa, Kecamatan Camba, Kecamatan
Bantimurung, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Simbang, Kecamatan Tompobulu, dan
Kecamatan Tanralili.
e. Hidrologi
Keadaan hidrologi Kabupaten Maros, berdasarkan hasil observasi lapangan
dibedakan: air permukaan (sungai, rawa dan sebagainya) dan air yang bersumber di bawah
permukaan (air tanah). Air di bawah permukaan yang merupakan air tanah merupakan
sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sumber air permukaan di wilayah Kabupaten Maros bersumber dari beberapa sungai
yang tersebar dibeberapa kecamatan, yang pemanfaatannya untuk kebutuhan rumah
tangga dan kegiatan pertanian. Sungai yang terdapat di Kabupaten Maros yakni; Sungai
Maros, Parangpaku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunuengasue, Bontotanga dan Tanralili.
20
air
tanah
dangkal
(air
permukaan
dan
air
tanah
dalam,
air
tanah
dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air
dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air
melalui pengeboran.
Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di suatu
daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya terbatas dan
kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek kesehatan. Meskipun demikian,
pengadaan air minum masih terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air
tanah dangkal, dalam (artesis), air permukaan dan mata air yang bersumber dari
pegunungan.
2) Peruntukan Air
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian (irigasi), dengan keberadaan
beberapa sungai menurut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Maros adalah Sungai
Maros, Parangpakku, Marusu, Pute, Borongkaluku, Batu Pute, Matturungeng, Marana,
Campaya, Patunungengasue, Bontotanga, dan Tanralili (BPS dan Dinas PU Pengairan
Kab. Maros). Pada kawasan perkotaan peruntukan air lebih difokuskan pada kebutuhan
air minum masyarakat perkotaan yang bersumber dari air tanah dangkal dan air tanah
dalam serta sumber air yang dikelolah oleh PDAM.
f. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang
dekat dengan khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60-82 %, curah hujan
tahunan rata-rata 347 mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur
udara rata-rata 290 C. Kecepatan angin rata-rata 2-3 knot/jam. Daerah Kabupaten
Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim. Menurut Oldment, tipe iklim
di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm) selama 23 bulan
berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 3 bulan berturut-turut. Beberapa
desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dalam priode bulan
AprilSeptember dan musim kemarau dalam bulan OktoberMaret.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
21
Table 3.3. Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan
Tahun 2011 di Kabupaten Maros
Bulan
Januari
864
24
Pebruari
502
20
Maret
576
27
April
395
26
Mei
206
15
Juni
Juli
Agusutus
September
Oktober
188
13
Nopember
470
20
Desember
772
28
331.9
15
Rata-rata Tahunan
22
23
3.3.
Aspek
Sosial Ekonomi
3.3.1. Penduduk
a. Jumlah Penduduk
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011 berjumlah
322.212 jiwa, yang tersebar di 14 Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni
41.735 jiwa yang mendiami Kecamatan Turikale. Secara keseluruhan, jumlah penduduk
yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin lakilaki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari 100. Namun di
Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin Laki-laki lebih besar dari
100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut lebih besar dari
penduduk perempuan. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan
Turikale, 1.380 jiwa/km2. Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km.
Secara umum kondisi kependudukan di Kabupaten Maros dapat dilihat pada penjelasan
Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Maros Dirinci
Menurut Kecamatan Tahun 2011
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Persentase (%)
Mandai
35,820
22,12
Moncongloe
17,314
10,69
Maros Baru
24,345
15,04
Marusu
25,485
15,74
Turikale
41,856
25,85
Lau
24,463
15,11
Bontoa
26,583
16,42
Bantimurung
28,181
17,41
Simbang
22,307
13,78
10
Tanralili
24,595
15,19
11
Tompobulu
14,214
8,78
12
Camba
12,575
7,77
13
Cenrana
13,711
8,47
14
Mallawa
10,763
6,65
322,212
100,00
Jumlah
24
b. Kepadatan Penduduk
Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Maros berdasarkan klasifikasinya dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu
kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan tertinggi berada di wilayah
Kecamatan Turikale dengan kepadatan penduduk sebesar 1.110 jiwa/km, kepadatan
penduduk terendah berada di Kecamatan Tompobulu dengan jumlah sebesar 49
jiwa/km2. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran penduduk terjadi secara
tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola penyebaran penduduk di
Kabupaten Maros secara umum terakumulasi di pusat kota dan pusat-pusat
pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk, dan kepadatan dirinci menurut
kecamatan di Kabupaten Maros pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Maros
Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2011
No
Kecamatan
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
1
1
Mandai
35,820
49,11
729
Moncongloe
17,314
46,87
369
Maros Baru
24,345
53,76
453
Marusu
25,485
53,73
474
Turikale
41,856
29,93
1,398
Lau
24,463
73,83
331
Bontoa
26,583
93,52
284
Bantimurung
28,181
173,70
162
Simbang
22,307
105,31
212
10
Tanralili
24,595
89,45
275
11
Tompobulu
14,214
287,66
49
12
Camba
12,575
145,36
87
13
Cenrana
13,711
180,97
76
14
Mallawa
10,763
235,92
46
322,212
1.619,12
199
Jumlah
25
3.3.2. Iklim
Iklim Kabupaten Maros tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan ratarata
331,9 mm setiap bulannya, dengan jumlah hari hujan berkisar 183 hari selama tahun 2011,
dengan ratarata suhu udara minimum 68,7 C dan ratarata suhu udara maksimum 89,3 C
Penyinaran matahari selama tahun 2011 ratarata berkisar 67% secara geografis daerah ini
terdiri dari 10% (10 desa) adalah pantai, 5% (5 desa) adalah kawasan lembah, 27% (28
desa) adalah lereng/bukit dan 5% (60 desa) adalah daratan.
Table 3.6. Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata-rata
Menurut Bulan Tahun 2011 di Kabupaten Maros
Bulan
Maksimum
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
Januari
23.9
29.8
26.0
Pebruari
23.9
30.3
26.2
Maret
24.0
30.0
26.1
April
24.5
30.5
26.7
Mei
24.7
31.6
27.5
Juni
23.3
31.2
26.6
Juli
22.4
31.2
26.1
Agusutus
22.8
32.9
27.1
September
23.6
33.3
27.8
Oktober
24.5
32.4
27.9
Nopember
24.8
31.4
27.3
Desember
24.6
29.6
26.4
23.9
31.2
26.8
(1)
3.3.3 Ketenagakerjaan
Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke
atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka
yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus
rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
26
Tabel 3.7. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas menurut Jenis Kegiatan Utama
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Maros, 2011
No
Laki Laki
Perempuan
Jumlah
Persentse
1.
Pertanian
22,316
11,405
33,722
25.38
Industri Pengolahan
9,876
2,750
12,626
9.50
13,879
16,892
30,771
23.16
Jasa Kemasyarakatan
17,703
15,254
32,957
24.81
Lainnya
20,544
2,232
22,776
17.14
27
2007
2008
2009
2010
2011*
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
600,374.81
675,283.94
268,271.42
247,02.70
37,102.59
831.30
269,466.80
299,886.27
27,945.29
43,046.91
925.94
303,476.53
758,355.39
339,079.11
30,285.36
47,762.02
1,031.41
890,948,67
404,302.19
33,554.44
53,090.87
1,209.72
1,063845.62
523,824.92
40,769.14
61,463.90
1,476.20
340,197.49
398,791.45
427,311.45
24,048.48
0.00
26,567.29
0.00
29,453.15
0.00
33,044.85
0.00
38,733.47
0.00
0.00
24,048.48
315,595.40
0.00
0.00
315,595.40
11,603.08
0.00
26,567.29
366,350.97
0.00
0.00
366,350.97
13,688.59
0.00
29,453.15
427,698.69
0.00
0.00
427,698.69
15,258.28
0.00
33,044.85
519,514.66
0.00
0.00
519,514.66
17,866.04
0.00
38,733.47
602,726.26
0.00
0.00
602,726.26
20,158.51
996.91
1,139.66
1,247.39
1,387.37
1,564.81
3,904.32
4,472.54
5,107.82
5,985.16
7,216.88
170.79
196.59
223.23
270.27
322.39
2,598.23
2,789.92
3,017.40
3,433.82
3,938.40
295,541.34
343,146.65
401,810.23
489,387.98
568,221.30
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
349.04
415.57
472.99
532.01
595.32
421.69
14,575.65
13,802.33
0.00
773.32
23,233.22
119,380.62
106,364.23
270.82
12,745,57
77,551.81
65,101.19
0.00
33,067.00
0.00
39.34
501.46
16,056.93
15,188.65
0.00
868.28
27,065.54
141,499.74
126,386.83
303.17
14,809.73
89,859.28
75,367.23
0.00
37,384.37
0.00
43.04
561.36
18,045.70
17.072.13
0.00
973.58
32,534.47
162,900.02
145,321.58
340.05
17,238.39
102,403.40
85,655.18
0.00
41,869.36
0.00
47.37
652.01
20,393.72
19,291.47
0.00
1,102.26
40,147.88
209,963.64
188,691.64
405.73
20,865.97
118,427.05
98,203.76
0.00
47,449.14
0.00
54.03
708.35
22,723.49
21,339.30
0.00
1,384.19
46,215.07
238,161.39
212,896.72
489.80
25,229.77
136,905.47
111,697.94
0.00
52,288.40
0.00
58.05
0.00
31,994.85
0.00
37,939.83
0.00
43,738.45
0.00
50,700.59
0.00
59,351.49
12,014.62
12,014.62
0.00
14,492.05
14,492.05
0.00
16,748.22
16,748.22
0.00
20,223.29
20,223.29
0.00
25.207.53
25.207.53
0.00
95,095.82
109,170.20
124,109.23
137,222.82
172,520.84
46,514.09
5,204.16
55,510.32
5,787.90
64,697.00
6,586.98
69,473.00
7,477.65
94,096.00
8,778.37
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
28
42,679.84
647.73
239,127.68
230,695.68
143.031.43
47,128.68
743.30
334,855.46
324,948.24
201,467.91
52,383.02
842.23
497,106.92
485,592.09
301,067.10
59,301,46
970.71
628,404.01
614,860.30
381,213.39
68.529.89
1,116.58
716,904.46
701,135.63
434,704.09
87,664.43
123,480.33
184,524.99
233,646.91
266,431.54
8,431.82
3,801.44
1,804.76
2,825.62
9,907.22
4,355.91
2,103.62
3,447.69
11,514.83
5,009.29
2,471.75
4,033.79
13,543.71
5,873.15
2,880.47
4,790.09
15,768.83
7,078.45
3,338,42
5,351.96
1,508,497.49
1,786,709.36
2,153,006.97
2,598,067.29
3,039,190.92
3.4.
Sarana
Tingkat Pendidikan
Sekolah
Guru
Murid
Rasio Murid
terhadap Guru
104
377
3.374
243
2.793
40.808
15
11
130
1.897
15
38
913
11.191
12
22
370
2.481
13
487
5.120
11
12
241
1.481
4
5
6
7
29
8
9
89
1.104
12
13
262
1.667
10
24
161
2.088
13
11
Madrasah Tsanawiyah(MTs)
36
396
3.820
10
12
24
248
2.283
(1)
Ruma
h
Sakit
(2)
2007
14
389
35
12
2008
14
392
34
27
2009
14
392
34
58
2010
14
392
34
61
2011
14
395
31
66
Tahun
Rumah
Bersalin
Puskes
mas
Posyandu
Klinik/Balai
Kesehatan
Pustu
Poskesdes
Polindes
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
30
Jumlah
Total
Besar
Menengah
Kecil
(2)
(3)
(4)
(5)
14
63
81
Moncongloe
10
Maros Baru
22
29
Marusu
12
36
54
Turikale
16
31
166
213
Lau
27
30
Bontoa
14
18
Bantimurung
10
11
Simbang
11
14
Tanralili
14
17
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
390
500
(1)
Mandai
Jumlah Total
30
80
Sumber : Maros Dalam Angka Tahun 2012
31
Mesjid
Musholla
Gereja
Pura
Vihara
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Mandai
55
Moncongloe
26
Maros Baru
43
Marusu
34
Turikale
46
Lau
49
Bontoa
40
Bantimurung
53
Simbang
47
Tanralili
46
Tompobulu
47
Camba
37
Cenrana
38
Mallawa
36
597
47
18
Jumlah Total
32
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sosial
149
158
169
181
181
186
Umum
50
50
50
50
50
50
Khusus
99
108
119
131
131
136
Non Niaga
6,291
6840
7734
8540
8916
9461
Rumah Tangga
6,210
6751
7636
8439
8811
9355
Instasi Perintah
81
89
98
101
105
106
Niaga
421
449
505
604
648
719
Kecil
419
447
503
602
646
716
Besar
Industri
20
25
28
49
53
53
Kecil
12
14
33
37
37
Besar
11
13
14
16
16
16
Khusus
Pelabuhan
Lainnya
Jumlah
6,885
7,477
8,441
9,375
9,803
10,424
33
(2)
(3)
(4)
(5)
Jalan Negara
87,960.00
87,960.00
87,960.00
87,960.00
Jalan Provinsi
75,531.00
75,531.00
75,531.00
75,531.00
Jalan Kabupaten
1,357.45
1,392.06
1,393.06
1,393.06
164,848.45
164,883.06
164,884.06
164,884.06
Jumlah Total
2008
2009
2010
2011
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Januari
407,388
401,859
463,083
602,049
Februari
346,035
376,140
423,889
531,451
Maret
389,519
408,566
517,942
597,503
April
361,579
368,767
515,097
573,684
Mei
394,384
415,997
539,249
601,372
Juni
394,456
421,948
531,289
614,197
Juli
418,373
456,088
619,450
679,527
Agustus
421,485
436,231
517,949
532,211
September
312,602
413,065
587,982
672,637
Oktober
410,927
490,163
612,070
688,325
Nopember
418,411
460,862
587,426
668,107
Desember
431,030
510,603
622,516
694,345
4,706,189
5,161,289
6,546,942
7,455,408
Jumlah Total
34
4.1.Umum
Salah
akan
menyebabkan
Pemprosesan
Akhir
(TPA)
Bonto
Ramba
35
berfungsi
melaksanakan
pengaturan/pengendaliaan
(Regulator).
Didalam
36
URAIAN TUGAS
1. Kepala Badan
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan dipimpin oleh Kepala Badan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan pertamanan berdasarkan asas desentralisasi
dan tugas pembantuan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok Kepala Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan Daerah mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup, Kebersihan dan
Pertamanan.
b. Pengkoordinasian
penyusunan
perencanaan
di
bidang
lingkungan
hidup,
37
starategis
serta
koordinasi
penyusunan
laporan
kinerja
instansi
Pemerintah.
f. Merumuskan kebijakan bidang lingkungan hidup kebersihan dan pertamanan.
g. Menyelenggarakan pengendalian dan pengawasan pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta kebersihan, pertamanan dan pemakaman.
h. Memfasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan
dan kebersihan.
i. Menyelenggarakan penataan dan penataan hukum lingkungan hidup, baik secara
administrasi, perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan perusakan
lingkungan
skema
insentif-disinsentif dan
pelayanan
Bidang
Lingkungan
Hidup,
Kebersihan
dan
38
2. Sekretariat
Sekretaris yang mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan kegiatan, memberikan
pelayanan teknis dan administrasi urusan umum dan kepegawaian, keuangan serta
penyusunan program dalam lingkungan badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretaris mempunyai fungsi:
a. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan.
b. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian dan umum.
c. Pengelolaan administrasi keuangan.
d. Pengkoordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan penyajian data.
e. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Uraian tugas Sekretaris sebagai berikut:
a. Merencanakan
operasional
kegiatan
sekretariat
sebagai
pedoman
dalam
pelaksanaan tugas.
b. Membagi tugas ke bawahan berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan
yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku agar terhindar dari kesalahan.
d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang
diharapkan.
e. Mengadakan koordinasi kepada seluruh bidang sesuai peraturan yang berlaku agar
pekerjaan berjalan lancar.
f. Melaksanakan koordinasi perencanaan dan perumusan kebijakan tehnis setiap
kegiatan sesuai peraturan yang berlaku agar pekerjaan berjalan lancar.
g. Mengkoordinir penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan
yang telah disusun oleh Kepala Sub Bagian.
h. Mengkoordinasikan pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) pada setiap bidang agar sesuai
dengan pelaksanaan kinerja masing-masing bidang.
i. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengolahan dan penyajian data dan
informasi sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
j. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pelayanan administrasi kepegawaian dan
umum untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
39
data dan
40
tugas
pokok
mengelola
administrasi
kepegawaian
melakukan
urusan
41
administrasi,
pengarsipan
naskah
dinas,
pengklafikasian
dan
pendistribusian surat masuk dan surat keluar menurut jenisnya sesuai ketentuan
yang berlaku agar memudahkan pencariannya kembali.
o. Menyiapkan
bahan dan
menyusun administrasi
pengadaan pendistribusian
42
43
dan
koordinasi
penyelesaian
konflik
dalam
pemanfaatan
keanekaragaman hayati.
44
45
penyiapan
bahan
perumusan
kebijaksanaan
teknis
penataan
lingkungan.
h. Melakukan penilaian penataan lingkungan Analisis Mengenai Dampak Alam
Lingkungan (AMDAL) bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup, sesuai dengan standar, norma, dan prosedur
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
i. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
dalam wilayah Kabupaten dalam rangka uji petik.
j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberian rekomendasi penataan
lingkungan yang dilakukan di wilayah Kabupaten.
k. Melakukan
46
47
48
koordinasi
dengan
instansi
terkait
dalam
rangka
penegakan
49
operasional
kegiatan
pelestarian
lingkungan
hidup
dan
50
51
52
53
pengawasan
dan
pengendalian
kegiatan
perencanaan
teknis
54
pembinaan
kepada
masyarakat
dan
dunia
usaha
untuk
permasalahan-permasalahan
dan
menyiapkan
data/bahan
55
lokasi
pewadahan
sampah,
baik
yang
diusahakan
oleh
jalan
dan
trotoar,
kompleks
pertokoan,
perumahan
kantor
56
kerjasama
dengan
instansi
atau
unit
kerja
terkait
untuk
penanggulangan limbah rumah tangga dan limbah industri dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang bahaya maupun mamfaat limbah/sampah.
i. Memantau
pelaksanakan
daur
ulang,
pengkomposan
sampah/limbah
yang
hasil pelaksanaan
tugas sub
57
permasalahan-permasalahan
dan
menyiapkan
data/bahan
58
laporan
hasil
pelaksanaan
tugas
sub
bidang
pengadaan
dan
pengadaan,
pemeliharaan
operasinal
sarana
dan
prasarana
59
60
61
62
pengumpulan,
pengolahan,
penganalisasian
data
tempat
dan
pemeliharaan makam.
i. Melakukan
pelayanan
penguburan,
pelayanan
mobil
jenasah,
pelayanan
63
KEPALA BADAN
A. DAVIED SYAMSUDDIN, S.STP, M.Si
SEKRETARIS
SUB BAGIAN
KEPEGAWAIAN DAN UMUM
RAMLAH Z, S.Sos, M.Si
MM
BIDANG PENAATAN DAN
PENGAWASAN LINGKUNGAN
HJ. NAJATI, S.Sos
RAMLAH Z,
BIDANG KEBERSIHAN
LINGKUNGAN
SUB BIDANG
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN
H. FAHRUL ISLAM, S.Sos
SUB BIDANG
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
Drs. M. THAMRIN
UPT BONTORAMBA
UPT LABORATORIUM
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
Drs. USMAN
64
FATIMA. P, ST.
HAIRUDDIN, S.Sos
4.2.2 Personalia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan
dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Maros didukung oleh 98 orang Komposisi
kepegawaian BLHKP Kabupaten Maros dapat diihat pada tabel 4.1. di bawah.
Untuk mendukung pelaksasanaan tugas pokok dan fungsi di BLHKP terdapat Tenaga
Petugas Kebersihan yang bekerja di lapangan, baik yang berada di Bidang Kebersihan,
UPTD TPA dan Pemakaman, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 230 orang.
Komposisi tenaga petugas kebersihan dan pemakaman dilihat pada tabel 4.1. di bawah.
5 orang
3 orang
- orang
Sumber: Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Maros 2010-2015
.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
65
Pembagian Tugas
Jumlah
15 Orang
2 Orang
2 Orang
48 Orang
2 Orang
Penyapu Jalan
45 Orang
Petugas Drainase
30 Orang
Petugas TPST
4 Orang
2 Orang
2 Orang
35 Orang
Petugas Taman
10 Orang
Petugas makam
3 Orang
Petugas Pasar
20 Orang
10 Orang
Jumlah
230 Orang
4.3.
Kondisi Eksisting
Permasalahan Persampahan
Maros
menggunakan
sampah
Kecamatan
untuk
di
masing-
Kabupaten
Maros
66
Kecamatan
Mandai
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
36,440
Timbulan Sampah *
( m/hari )
130
1
2
Moncongloe
17,614
63
Maros Baru
24,766
88
Marusu
25,926
93
Turikale
42,580
152
LAU
24,886
89
Bontoa
27,043
97
Bantimurung
28,669
102
Simbang
22,693
81
10
Tanralili
25,020
89
11
Tompobulu
14,460
52
12
Camba
12,793
46
13
Cenrana
13,948
50
14
Mallawa
10,949
39
327,787
1.171
TOTAL
pertokoan,
daerah
komersil,
perkantoran
di
sekitar
instansi
Pemerintahan. Sampah yang terkumpul ini meliputi sampah yang berasal dari daerahdaerah yang dapat dijangkau oleh motor dan truk
pengangkut sampah, belum mencapai semua wilayah
desa.
Berdasarkan hasil survey lapangan, tidak semua
wilayah Kabupaten Maros bisa dilayani dengan sistem
komunal sehingga mereka untuk mengelola sampahnya
secara
individual
dengan
cara
penimbunan
dan
pembakaran. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata rumah tangga memiliki persil
lahan yang cukup luas terutama di bagian belakang rumah.
67
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Mandai
Hasanuddin
Maros Baru
Baju Bodoa
Marusu
Marumpa
Turikale
Taroada
Adatongeng
Pettuadae
Boribellaya
Raya
Turikale
Alliritenggae
Lau
Allepolea
Maccini Baji
Bantimurung
Kalabirang
Jika dilihat dari daerah pelayanan persampahan di Kabupaten Maros saat ini maka
dapat disimpulkan tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Maros masih rendah (<
50%).
68
69
hal
penting
memperhatikan
kota
tersebut
secara
umum.
70
71
4.3.4 Pengangkutan
Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPS dan TPA dilakukan dengan
menggunakan berbagai kendaraan termasuk motor sampah, truk biasa, dump truk, dan
armroll truk dengan container terpisah. Sistem pengangkutan sampah di Kabupaten
Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPSTPS sampah yang ada,
kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah
atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya
dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah Dump
truck sebanyak 8 (delapan) unit, Motor Tiga Roda sebanyak 18 unit dan Kontainer
Sampah Tertutup 5 unit dilengkapi dengan Arm roll sebanyak 8 (delapan) unit dengan
kondisi layak operasional.
Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki
oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros dengan
serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Diangkut dengan dump truk
a. Volume dump truk = 5 M
b. Volume efektif = 6 M
c. Jumlah dump truk = 8 unit
d. Ritasi dump truk = 2-3 rit/hari/unit
2. Diangkut dengan Arm Roll
a. Volume container = 5 M
b. Volume efektif = 6 M
c. Jumlah kontainer = 25 unit
d. Jumlah Arm Roll = 8 unit
e. Ritasi Arm Roll = 2 - 3 rit/hari/unit
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
72
73
74
4.3.5 Pewadahan
Rumah Tangga : untuk pewadahan rumah tangga
biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang
di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong
kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini
sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara
organik dan an organik bahkan dengan sampah
beracun seperti battery misalnya. Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya
tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los
di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju
TPS pasar.
Komersial : Sedangkan dari daerah komersial
untuk pewadahan biasanya menggunakan bin/bak
sampah besar atau TPS.
Industri : Sampah industri dalam hal ini adalah
sampah
karyawan.
domestiknya
yaitu
Umumnya
sisa
kegiatan
pewadahannya
75
76
4.4.
Tempat
Pemprosesan
Akhir Sampah
Mandai. Dusun Bontoramba mulai dibangun tahun 1992 dan dioperasionalkan tahun
1993 dengan system open dumping pada areal 4 ha termasuk sarana dan
prasarananya.
Pengelolaan TPA dilaksanakan UPTD dibawah jalur koordinasi dengan Badan
Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Maros.
Spesifikasi TPA sampah saat ini :
1. Letak lokasi = Dusun Bontoramba, Desa Bonto Matene, Kec. Mandai
2. Luas areal = 4 ha
3. Jarak terhadap pemukiman = 1 km
4. Jarak terhadap pusat Kabupaten = 15 km
Masyarakat Kabupaten Maros yang belum mendapatkan pelayanan persampahan,
hingga saat ini masih membuang sampah dengan cara :
1. Ke sungai
2. Ke jalan dan tanah kosong
3. Ditimbun dalam tanah
4. Dibakar dan lain-lain
77
78
4.5.
Pembiayaan
Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan Kabupaten
Rp. 5.000.-/bulan
B. Perdagangan
1. Kios
Rp. 5.000,-/bulan
2. Ruko
Rp. 7.500,-/bulan
Rp. 3.000,-/bulan
C. Rumah Makan/Warung
1. Restoran
Rp. 15.000,-/bulan
2. Rumah Makan
Rp. 10.000,-/bulan
3. Warung
Rp. 5.000,-/bulan
D. Hotel/Penginapan/Losmen
1. Penginapan / Losmen
Rp. 20.000,-/bulan
2. Hotel Melati
Rp. 30.000,-/bulan
3. Hotel Berbintang
Rp. 100.000,-/bulan
Rp. 50.000,-/bulan
2. Puskesmas
Rp. 20.000,-/bulan
3. Rumah Bersalin
Rp. 20.000,-/bulan
79
Rp. 20.000,-/bulan
F. Perusahaan/Pabrik
1. Industri Kecil
Rp. 20.000,-/bulan
2. Industri Besar
Rp. 100.000,-/bulan
G. Kantor
Rp. 20.000,-/bulan
Rp. 50.000,-/kegiatan
2. Pertunjukkan
Rp. 50.000,-/kegiatan
3. Pameran
Rp. 50.000,-/hari
80
5.1.
Pengertian
81
5.2.
82
5.3.
Persyaratan
Lokasi TPA
Akhir
Sampah
dan
yang
diantaranya
dalam
kriteria
regional
dicantumakan:
1. Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan
gempa, dll)
2. Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kedalaman air tanah
kurang
3. Meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam
hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukkan teknologi)
4. Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)
5. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di bandara (jarak
minimal 1,5 3 meter)
6. Bukan daerah/kawasan yang dilindungi.
5.4.
Jenis
Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan
Prasarana dan sarana yang meliputi:
5.4.1 Prasarana Jalan
A. Jalan Masuk/Jalan Penghubung
Jalan masuk atau jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan lokasi
TPA dengan jaringan jalan kota (jalan utama). Prasarana dasar ini sangat
menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA
akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi
tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat
sehingga dikenel jalan TPA dengan konstruksi :
Hotmix
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
83
Beton
Aspal
Perkerasan sirtu
Kayu
Jalan masuk/akses yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah
tersedia.
Jalan penghubung yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain
dalam wilayah TPA.
Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas biasanya jalan
penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja (operasi).
kondisi
pondasi
dasar
jalan
masih
mengalami
penurunan
Kemiringan melintang 2%
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
84
85
Dinding saluran bersifat kedap air sehingga tidak terjadi infiltrasi ke arah
samping.
86
lindi
dapat
menerapkan
beberapa
metode
diantaranya:
Penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering, sirkulasi lindi
ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas
pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya pengolahan air limbah.
Dasar perencanaan bangunan pengolahan leachate ini, seperti dikemukakan di
atas adalah pertimbangan aspek ekonomi terhadap biaya investasi, operasi serta
pemeliharaan selain pertimbangan terhadap ketersediaan lahan untuk pembangunan
bangunan pengolahan leachate (BPL).
87
88
dan
penguraian
(pematangan)
senyawa
organik
dan
kandungan
89
90
5.4.11 Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk
beberapa
maksud
diantaranya
peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat
yang berlebihan. Untuk itu perencanaan daerah penghijauan ini perlu pertimbangan
letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (pemukiman, jalan raya, dll)
5.5.
Teknik
Operasional TPA
91
92
93
bertambah,
sementara
permukaan
yang
stabil
akan
sangat
mendukung
94
95
yang
berlubang/bergelombang
menyebabkan
96
efektif
saluran
drainase
secara
umum
sangat
mudah
dilakukan.
Pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu dilakukan untuk
menjaga agar tidak terjadi kerusakan saluran yang serius. Saluran drainase perlu
dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekali tumbuh akibat
tertinggalnya endapan tanah akibat erosi tanah penutup TPA di dasar saluran. TPA di
daerah bertopografi perbukitan juga sering mengalami erosi akibat aliran air yang
deras. Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak mudah
lepas oleh erosi air, sementara saluran tanah yang profilnya berubah akibat erosi perlu
segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan
baik.
E. Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Lindi
Kolam penampung dan pengolah lindi sering kali mengalami pendangkalan akibat
endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam
yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal yang akan berakibat pada rendahnya
efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu perlu diperhatikan agar kedalaman
efektif kolam dapat dijaga. Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif
kolam harus segera dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran
97
5.6.
98
mengetahui
efisiensi
pengolahan lindi
dan
potensi
pencemaran yang masih ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan kualitas
air lindi di laboratorium.
3. Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja
alat berat dan pemantau pemeliharaannya.
B. Pelaporan TPA
Data-data di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang
dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan
pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi
pengembangan TPA lebih lanjut.
lalat
dapat
terjadi
dengan
cepat
yang
umumnya
penyemprotan
insektisida
dengan
menggunakan
mistblower.
99
hal
ini
sangat
membantu
pencegahan
5.7.
lokasi
pengolahan
akhir
sampah.
Dengan
adanya
kegiatan
100
tadi
yang
menjadi
pengangguran
kalau
tenaganya
tidak
tertampung.
Persepsi Masyarakat
Lahan yang dibebaskan menjadi perhitungan untuk mendapatkan ganti
tempat tinggal yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Kata sepakat atas ganti rugi yang sesuai, ataupun kejelasan batas lahan yang
mereka
miliki
dapat
menimbulkan
keresahan
masyarakat
sehingga
101
dapat
memperoleh
mata
pencaharian
tambahan
dengan
dampak
turunan
(sekunder)
sebagai
akibat
terbukanya
sebagai tenaga
kerja
konstruksi dan
terbuka
102
jenis fauna
darat
sehingga keseimbangan
ekosistem
akan
terganggu.
b. Fauna Darat
Dampak kegiatan pembersihan lahan terhadap fauna darat merupakan
dampak turunan (sekunder) sebagai akibat hilangnya vegetasi/flora darat
yang merupakan habitat (tempat hidup) berbagai jenis satwa. Selain itu,
pematangan tanah yang menimbulkan bising akibat penggunaan mesinmesin berat akan mengganggu kehidupan satwa di sekitarnya.
c. Flora Perairan
Dalam kegiatan pembersihan lahan dan pematangan tanah terhadap flora
perairan (plankton) merupakan dampak turunan (sekunder) sebagai akibat
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
103
yang
dihasilkan
dari
kegiatan
pembersihan
lahan
dan
104
semen
dengan
menggunakan
alat-alat
berat
dapat
meningkatkan CO, Nox, Sox, serta debu di udara yang pada akhirnya dapat
menimbulkan dampak lanjutan berupa penurunan kesehatan para pekerja
dan kesehatan masyarakat.
b. Kebisingan
Kegiatan pembangunan pengolahan akhir sampah akan meningkatkan
kebisingan di dalam tapak proyek pada akhirnya akan berdampak pula
terhadap
kehidupan
fauna
darat,
kesehatan
karyawan,
kesehatan
terhadap
kuantitas
air
permukaan.
Adanya
bangunan
menyebabkan daerah resapan air akan berkurang. Pada saat hujan turun,
air larian yang timbul akan meningkat dan masuk ke badan air, sehingga
menimbulkan peningkatan kualitas air permukaan tersebut.
d. Kestabilan Lereng dan Erosi
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
105
106
penghijauan/landscaping
pada
tahap
konstruksi
proyek
di
dalam
tapak
proyek,
khususnya
jenis-jenis
hewan
yang
5.7.3
Tahap Operasional
107
dapat
memperoleh
mata
pencaharian
tambahan
dengan
108
pengolahan
sampah.
Kehadiran
pemulung
ini
perlu
109
110
mobilisasi
kendaraan
pengangkut
samah
tersebut
dapat
111
akibat
berkurangnya
kemungkinan
penurunan
kualitas
air
112
5.8.
5.8.3 Personalia
Kualitas personil pada tingkat pimpinan menunjukkan tingkat kemampuan
manajemen dan teknik. Perbandingan jumlah personil pengelola terhadap penduduk :
1. Pengumpulan, minimum 1 : 1000 penduduk.
2. Pengangkutan dan Pembuangan Akhir, minimum 1 : 1000 penduduk.
113
5.9.
Sistem
Pembiayaan
untuk
pengelolaan
persampahan/kebersihan
suatu
kota/kabupaten
besarnya 510% dari APBD. Diusahakan agar biaya pengelolaan sampah dapat
diperoleh dari masyarakat ( 50%), dan Pemerintah Daerah menyediakan 50%
untuk pelayanan umum antara lain penyapuan jalan, pembersihan saluran dan
tempat-tempat umum.
B. Struktur Pembiayaan
Biaya pengelolaan sampah berkisar antara Rp. 8.500,- s/d Rp. 15.000,- /m/hari.
Dengan struktur biaya operasional sebagai berikut:
1. Pengumpulan : 30% - 40%.
2. Pengangkutan : 45% - 50%.
3. Pembuangan Akhir : 10% - 15%.
C. Retribusi
Besarnya retribusi yang layak ditarik dari masyarakat adalah 1% dari penghasilan
per rumah tangga. Pengelolaan sampah diarahkan dapat mencapai Self Financing
(mampu membiayai sendiri) apabila perhitungan besar retribusi dilakukan dengan
cara klasifikasi dan prinsip "subsidi silang".
D. Pelaksanaan Penarikan Retribusi
Pelaksanaan penarikan retribusi diatur dalam suatu dasar hukum yang memenuhi
prinsip sebagai berikut:
1. Disusun sistem pengendalian yang efektif.
2. Dibagi dalam wilayah penagihan.
3. Didasarkan pada target (terutama yang sulit dikendalikan).
4. Penagihan mulai dilaksanakan setelah pelayanan berjalan teratur.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
114
dalam
Perda
perlu
dipublikasikan
secara
luas kepada
masyarakat.
5.10.
Dasar Hukum
Daerah
tentang
ketentuan-ketentuan
pembuangan
5.11.
Peran serta masyarakat yang telah ada perlu ditingkatkan karena hal ini akan
memudahkan dalam teknis operasional dan akan menurunkan biaya pengelolaan
kebersihan. Untuk itu diperlukan suatu program secara terpadu, teratur dan terus
menerus serta bekerja sama dengan organisasi masyarakat. Upaya yang dilakukan
antara lain penerangan/penyuluhan akan pentingnya pengelolaan kebersihan yang akan
meningkatkan kesehatan, serta menggugah peran serta masyarakat dan organisasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pola pendekatan untuk masyarakat di kota
kecil dapat dilakukan dengan pendekatan oleh tokoh masyarakat, sedangkan semakin
besar kota perlu adanya pendekatan institusi/hukum.
115
5.12.
NO
1.
2.
3.
JENIS PERALATAN
KAPASITAS
PELAYANAN
KETERANGAN
6 m
8 m
10 m
0,8-1 m
0,3-0,7 m
200 m
100 m
80 HP
80 HP
1 KK
150 KK
200 KK
250 KK
20-30 KK
200 KK
250 KK
15.000 KK
15.000 KK
Komunal
Komunal
Komunal
50 m
8 m
10 m
12 m
8 m
10 m
12 m
6 m
8 m
10-20 KK
300-400 KK
200-300 KK
100-200 KK
200 KK
250 KK
300 KK
200 KK
250 KK
1
1
1
1
1
1
1
1
1
40/60 L
10 m3
300 KK
150 KK
1 Ritasi
1 Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Ritasi
Sumber : SK SNI-T12-1991-03
116
battery.
Jumlah
Tempat
Pembuangan
6.1.2 Kelembagaan
Dari segi kelembagaan, pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros ditandai
dengan tingginya rasio beban tenaga kerja terhadap penduduk yang dilayani. Ini dapat
dilihat dari jumlah penduduk Kabupaten Maros yang sudah mendapat pelayanan
sebanyak 39.334 jiwa dengan tenaga operasional 230 petugas.
117
6.1.3 Pembiayaan
Sumber pembiayaan dari APBD kabupaten Maros sudah cukup baik, tetapi perlu
ditingkatkan saat ini baru mencapai 2% dari APBD Kabupaten Maros. Target pemasukan
dari penarikan retribusi perlu ditingkatkan (saat ini baru mencapai 8,3%), minimal
harus mencapai 20% dari biaya operasi dan pemeliharaan untuk 2 tahun ke depan, dan
akhirnya/diharapkan
akan
mencapai
mencapai
50%
dari
biaya
operasi
dan
pemeliharaan.
dikatakan
sangat
rendah.
Ini
terlihat
dari
sampah
anorganik
serta
masih
tingginya
6.2.
Analisis
118
koordinasi,
pengawasan
dan
pengendalian
kegiatan
penanganan,
119
pelayanan
pengelolaan
persampahan
persampahan
tersebut
pada
tahun
akan
2015.
dilakukan
Peningkatan
dengan
pelayanan
melaksanakan
120
daerah
pemukiman
pada
umumnya
(bin/tong
sampah),
gentong
keranjang
bekas,
layak
dipergunakan
selanjutnya,
akan
121
sampah
menguntungkan
sehingga
dalam
ini
sangat
pengumpulan.
Pola
122
4. Pemprosesan Akhir
Metode
yang
dipergunakan
dalam
pemprosesan
akhir
adalah
masih
mempergunakan open dumping, metode ini dipakai semenjak adanya TPA. Halhal yang dapat dianalisis dari proses pemprosesan akhir di TPA sampah, yaitu:
Sistem yang digunakan adalah controlled dan sanitary landfill, dimana dasar dari
TPA telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan
mencemari air tanah dan sungai yang terdekat. Ditinjau dari kapasitas TPA
sampah. Perlunya penanganan sampah dengan metode 3R, antara lain dengan
Pembuatan TPST dan Bank Sampah diperbanyak dan tersebar terutama untuk
daerah yang belum dilayani dan daerah yang rawan terhadap sampah seperti di
bataran sungai.
Peranan TPA Bontoramba sebagai tempat pemprosesan akhir Kabupaten Maros
masih tetap diperlukan, tetapi beban sampah yang dibuang ke TPA makin terus
direduksi sampai akhirnya fungsi TPA sebagai tempat pemprosesan akhir berubah
menjadi tempat komposting terintegrasi atau fungsi-fungsi lain yang lebih ramah
lingkungan. Selama masa transisi fungsi tersebut, maka perlu dilakukan langkahlangkah untuk mengoptimalisasi peranan sebelumnya. Beberapa hal dapat
dilakukan antara lain, melakukan pembenahan sistem pengangkutan menuju TPA
dan melakukan penyempurnaan pengolahan dan pengelolaan di TPA.
5. Kapasitas Kemampuan Operasional
Satuan timbulan sampah untuk permukiman Kabupaten Maros adalah 2,5
liter/orang/hari, sehingga jumlah total sampah Kabupaten Maros adalah 1.171
m/hari. Timbulan sampah untuk Kabupaten Maros akan selalu bertambah sesuai
dengan meningkatnya jumlah penduduk, perekonomian dan perkembangan kota.
Saat ini jumlah sampah yang diangkut oleh BLHKP baik terangkut di TPS maupun
di TPA sebesar 71 m/hari atau 33% dari total timbulan sampah, yang seharusnya
dapat dilayani >40% jika pengangkutan sampah dioptimalkan dengan ritasi lebih
dari 2-3 rit/mobil.
123
persampahan/kebersihan.
Besar
retribusi
ditentukan
dari
tingkat
penggunaan jasa yang diukur berdasarkan jenis dan atau volume sampah baik sampah
organik atau non organik berbahaya dan tidak berbahaya.
Struktur tarif digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan jenis serta volume
sampah yang dihasilkan dan kemampuan Masyarakat.
Besarnya tarif Retribusi yaitu sebagai berikut :
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
124
B. Perdagangan
1. Kios
2. Ruko
C. Rumah Makan/Warung
1. Restoran
2. Rumah Makan
3. Warung
D. Hotel/Penginapan/Losmen
1. Penginapan/Losmen
2. Hotel Melati
3. Hotel Berbintang
2. Puskesmas
3. Rumah Bersalin
F. Perusahaan/Pabrik
1. Industri Kecil
2. Industri Besar
G. Kantor
2. Pertunjukan
3. Pameran
125
ini
Pemerintah
Kabupaten
Maros
belum
serta
Masyarakat
persampahan
dalam
yang
ada
ini
dapat
dilihat
dari
realisasi
126
127
Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan
sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum
sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari
yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan Masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.
Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak
balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air,
mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau
mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas
sedikit lebih rendah dan lain-lain. Dari pengamatan terhadap komposisi
sampah di Kabupaten Maros, maka kegiatan daur ulang (recycle) yang layak
dilakukan adalah pembuatan kompos dan daur ulang lainnya (daur ulang
plastik, besi, kuningan, dan lain-lain), pelaksanaan daur ulang saat ini sudah
dilakukan di TPST. Untuk memperkenalkan dan menyakinkan Masyarakat agar
mau melaksanakan pembuatan kompos tersebut, maka pengelola kebersihan
kota Kabupaten Maros perlu melakukan proyek perintisan/percontohan
pembuatan kompos dan menjamin pembeliaan kompos yang dihasilkan oleh
masyarakat/LPM.
6.2.6
A. Sumber Sampah
Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah
paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
128
.....
sampah
dilakukan
akan
Pengumpulan
dilayani
dengan
oleh
cara
petugas.
individual
akan
129
Sampah yang diangkut oleh truck sampah dibuang di TPA yang terletak di
Kecamatan Mandai Kelurahan Borong Dusun Bontoramba yang berjarak 15 km dari Ibu
kota Kabupaten. Metoda pembuangan sampah yang dilakukan masih menggunakan
sistem open dumping. Lokasi yang digunakan untuk TPA saat ini merupakan tanah
kosong yang tidak produktif. Sedangkan daerah sekitarnya berupa areal perkebunan
dan pemukiman.
130
131
132
133
lokasi
layak
berdasarkan
aspek
bahaya
lingkungan
ialah
6.4.
waktu
pada
sampah
beban
saat ini sampai pada masa 5 dan 10 tahun mendatang. Sebagaimana ditetapkan dalam
strategi aspek operasional, bahwa beban pengelolaan sampah selama 10 tahun
mendatang terdiri atas dua cakupan yaitu:
1. Sebesar 32% penduduk, merupakan penduduk perkotaan yang akan dilayani
dengan pendekatan pelayanan teknis
134
135
7.1.
Perencanaan
Badan
Lingkungan
Hidup,
Kebersihan
dan
Pertamanan
harus
136
dan
B3
Rumah
Tangga.
Dalam
jangka
pendek,
pemilahan
sebagai
lokasi
pemprosesan
akhir
sampah,
sampah
Tahun
2023
137
bantuan
teknis
peralatan
pengelolaan
sampah.
Adapun
7.2.
Konsep pewadahan yang akan diterapkan adalah dengan sistem terpilah dalam 3 jenis,
yaitu : sampah organik, anorganik dan B3 Rumah Tangga. Akan tetapi pemilahan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
Pewadahan terpilah mencapai 50 % wilayah pelayanan, dalam 10 tahun
mendatang.
Jangka menengah (2013-2018), diorientasikan sebagai pengenalan pemilahan
kepada masyarakat umum, dengan memasang wadah sampah terpilah 3R, di
jalan protokol, taman kota, atau fasilitas umum lainnya, kantor- kantor
Pemerintah dan institusi pendidikan, pengenalan yang lebih intensif dengan
melakukan pembinaan di lingkungan permukiman yang menjadi sasaran
pengembangan sampah berbasis masyarakat. Dalam periode ini pula di cari
bentuk dan mekanisme pemilahan yang dapat diterima sesuai dengan tatanan
sosial budaya masyarakat di Kabupaten Maros.
Jangka Panjang (2018-2023), merupakan masa kampanye di seluruh wilayah
yang termasuk katagori pelayanan intensif, yaitu di 14 Kecamatan.
138
pengumpulan
disesuaikan
dengan
mempertimbangkan
jenis
alat
139
Gambar 7.1
Pola Operasi sistem door to door eksisiting
140
Gambar 7.2
Pola Baru Operasi Door to Door
141
Gambar 7.3
Pola Operasi Pengumpulan Sistem Individual Tidak Langsung
Model Terpilah
Model Tercampur
Gambar 7.4
Perubahan Pola Operasi Pengumpulan
Sistem Individual Tidak Langsung
142
Pool
Kendaraan
BLHKP
Gambar 7.5
Pola Operasi Sistem Komunal Langsung Eksisting
143
Model Terpilah
Model Tercampur
Gambar 7.6
Perubahan Operasi Pengumpulan Sistem Komunal Langsung
144
Gambar 7.7
Operasi Pengumpulan Sampah Pasar
145
frekuensi
pengangkutan
dan
besarnya
retribusi
yang
harus
dibayarkan.
Frekuensi pengangkutan minimal 2 shift dalam sehari, yaitu pagi dan siang atau
malam.
2) Institusi (perkantoran, sekolah) dan Hotel
Institusi/Hotel diwajibkan mengembangkan program minimisasi sampah di
dalam lingkungannya sendiri, sehingga mampu mereduksi timbulan sampah.
Pewadahan dilakukan dengan pemilahan antara 3 (tiga) jenis sampah yaitu
organik, anorganik dan B3.
Pengomposan dilakukan di lingkungan setempat dengan metoda sederhana.
Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan memberikan jasa
pengumpulan sampah anorganik dengan menyediakan sarana pengumpul berupa
Kontainer, dengan ketentuan :
o
Institusi/Hotel
gabungan,
berupa
kawasan
perkantoran/hotel
atau
3) T a m a n
Penanggung jawab pengelolaan di dalam taman adalah Bidang Pertamanan
Sampah dikumpulkan dengan proses penyapuan oleh Bidang Pertamanan,
Mengingat sampah taman didominasi oleh sampah organik compostable, maka
pewadahan dilakukan terpisah antara organik dan anorganik,
Sampah organik dikumpulkan ke TPS Kelurahan untuk dikomposkan,
Sampah anorganik diangkut ke TPS Kecamatan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
146
7.4
Perencanaan
Transfer (Pemindahan)
Tahap selanjutnya ketika sampah telah dikumpulkan, maka untuk sistem operasi
pengumpulan tidak langsung, diperlukan adanya proses pemindahan. Walau dengan
konsep pengolahan di TPS Kelurahan, dan kecamatan, pola operasi pengumpulan tidak
langsung akan menjadi sangat sedikit dilaksanakan. Namun demikian, akan ketika
masih belum bisa dibangun TPS Kelurahan dan menuju TPS Kecamatan masih terlalu
jauh, maka akan TPS atau tempat penampungan sementara masih diperlukan.
Target dari sistem pemindahan adalah terciptanya mekanisme pemindahan yang
praktis, memudahkan bagi para petugas pengumpul dalam memindahkan sampah dari
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
147
7.5
Perencanaan
Pengolahan
7.5.1 Pengomposan
Ketentuan Umum
Pengomposan sampah di Kabupaten Maros bertujuan mengurangi laju aliran
timbulan sampah ke TPA, disamping untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan. Karena
itu pengomposan harus dilakukan sedekat mungkin dengan sumber. Mengacu pada
strategi yang telah dikembangkan, dan berdasarkan alasan utama pengembangan
pengomposan di Kabupaten Maros, maka Prinsip dasar dalam Rencana Pengomposan
untuk 10 tahun adalah sebagai berikut :
1) Terintegrasi di dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Bahwa pengomposan sampah dimana pun dalam skala bagaimana pun harus
menjadi bagian dalam sistem pengelolaan sampah kota. Hal ini dilakukan agar
kinerja pengomposan akan menjadi bagian dari kinerja sistem kota, sehingga
kontribusi pengomposan terhadap beban pengelolaan sistem kota menjadi lebih
terukur dan signifikan.
2) Minimasi di sumber
Pengelolaan sampah di Kabupaten Maros, saat ini masih menganut pola
konvensional atau paradigma lama yaitu kumpul-angkut-buang. Pelaksanaan
pengomposan itu sendiri dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, dengan
sasaran pengurangan beban pengelolaan sampah kota yang terkait dengan
pengurangan kebutuhan area pembuangan akhir. Pelaksanaan teknis dengan
pendekatan ini yaitu seluruh sampah yaitu rumah tangga, pasar dan daerah
komersil, perkantoran dan sekolah, industri dan penyapuan jalan serta taman,
harus dikomposkan di lingkungannya sendiri. Namun demikian ada kalanya kendala
keberadaan lahan muncul, maka direncanakan TPS yang berfungsi untuk
mengomposkan dalam lingkup wilayah Kelurahan.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
148
149
150
Bangunan 150 m
151
Sampah)
atau
bahkan
incinerator
biasa.
Namun
demikian,
konsep
pengembangan
PLTSa
direncanakan
diintegrasikan
dengan
upaya
152
7.6
153
Pengelolaan
Berbasis
Masyarakat,
merupakan
suatu
proses
154
sampah
dan
mengajak
masyarakat
untuk
mencari
solusi
Kegiatan
atau
selayaknya
dikatakan
sebagai
proses
memang
berjalan
pada
arah
yang
benar,
mengidentifikasi
155
156
157
satu
aspek
yang
sangat
penting
untuk
diperhatikan
dalam
hal
158
pengembangan
Sistem
Pengelolaan
Berbasis
Masyarakat
maka
bekerjasama
dengan
pihak
ketiga
terutama
dalam
kerangka
159
Masyarakat,
Pemerintah
menanamkan
investasinya
diawal
7.8
160
161
hanya
diselenggarakan
oleh
lembaga
formal
Pemerintah.
Pelayanan
lembaga
dan
membangun
kemandirian
untuk
mampu
hidup
berkelanjutan.
3) Sumber Daya Manusia
Pemenuhan kebutuhan sumberdaya manusia untuk menyelenggarakan pelayanan
pengelolaan sampah, didasarkan kepada struktur organisasi yang digunakan dan
perkembangan beban kerja.
4). Mekanisme Koordinasi
Tujuan penyelenggaraan pelayanan pengelolaan sampah akan dapat tercapai
dengan baik apabila seluruh kegiatan dilaksanakan secara terkoordinasi baik dari mulai
perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pengawasan dan pengendalian.
pemenuhan
sistem
pengelolaan
sampah
dan
larangan
162
hukum
yang
mengatur
tentang
tata
cara
penyelenggaraan
163
wadah
sampah
yang
higienis
dan
mudah
dioperasikan/dikosongkan
Membersihkan halaman depan dan trotoar di depan usahanya
Tidak menyembunyikan makanan kedaluwarsa atau sampah lainnya
Membersihkan saluran drainase dan roil
Minimasi bungkus yang diberikan pada pembeli
c. Kewajiban institusi, komersial dan industri
Menjalankan kewajiban umum
Menyediakan wadah sampah untuk menampung sampah yang ditimbulkannya :
higienis, estetis, dan mudah dikosongkan.
Membayar jasa pelayanan yang ditetapkan/retribusi kebersihan
Menggunakan jasa cleaning service yang terdaftar
Menggunakan fasilitas TPA yang ditetapkan
Dilarang
membakar
sampah
di
tempat
tanpa
menggunakan
instalasi
164
165
166
sidang
tindak
pidana
ringan
terhadap
pelanggaran
peraturan
167
7.10
Masyarakat
168
169
harus didukung
dengan
dokumentasi
untuk
menjadikan gerakan program ini menjadi gerakan bersama yang didukung oleh
kebijakan. Adapun keluaran yang bisa diharapkan per tahapan adalah sebagai berikut :
1. Tahun pertama
170
3. Tahun ketiga
4. Tahun keempat
: terdokumentasikannya
praktek-praktek
baru
tersebut
: gerakan
bersama
komunitas
untuk
mengadvokasi
7.11
Perencanaan
171
172
173
Tarif retribusi tidak dihitung berdasarkan analisis biaya satuan sehingga tarif
retribusi terlalu rendah.
Untuk menentukan tarif retribusi dilakukan dengan cara subsidi silang antara kelompok
wajib retribusi. Perhitungan tarif retribusi dengan cara subsidi silang antar kelompok
wajib retribusi (KWR), selayaknya dilakukan dalam periode tertentu.
BLHKP | Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan & Pertamanan Kab. Maros
174
175
Kecamatan
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
Mandai
132
135
137
139
142
144
147
149
152
154
157
Moncongloe
64
65
66
67
69
70
71
72
73
75
76
Maros Baru
90
92
93
95
96
98
100
101
103
105
107
Marusu
94
96
97
99
101
103
104
106
108
110
112
Turikale
155
157
160
163
166
169
171
174
177
181
184
Lau
90
92
94
95
97
99
100
102
104
106
107
Bontoa
98
100
102
103
105
107
109
111
113
115
117
Bantimurung
104
106
108
110
112
113
115
117
119
122
124
Simbang
82
84
85
87
88
90
91
93
95
96
98
Tanralili
91
92
94
96
97
99
101
103
104
106
108
Tompobulu
53
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
Camba
46
47
48
49
50
51
52
52
53
54
55
Cenrana
51
52
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Mallawa
40
40
41
42
43
43
44
45
46
46
47
1.191
1.212
1.232
1.254
1.275
1.298
1.320
1.343
1.366
1.390
1.414
TOTAL
176
Sampah Terangkut
(Jiwa)
(m/hr)
Tingkat Pelayanan
Kecamatan
(%)
Mandai
37.070
13,70
10
Moncongloe
17.918
6,62
Maros Baru
25.195
9,31
26
Marusu
26.374
9,75
18
Turikale
43.317
16,01
95
Lau
25.317
9,36
17
Bontoa
27.511
10,17
Bantimurung
29.164
10,78
Simbang
23.085
8,53
Tanralili
25.453
9,41
Tompobulu
14.710
5,44
Camba
13.014
4,81
Cenrana
14.190
5,24
Mallawa
11.139
4,12
Kecamatan
177
12 %
Drum 50
liter
Gerobak
0,8 m
Kontainer
6 m
2013
750
10
25
Motor
Sampah 1
m
20
2014
8.500
80
81
2015
9.000
80
2016
9.000
2017
Dump Truck
6 m
Armroll
Truck 6 m
Bulldozer
Backhoe/Excavator
50
15
15
81
52
15
15
85
82
52
16
16
9.400
85
82
53
16
16
2018
9.400
90
83
54
17
17
2019
9.700
90
83
61
17
17
2020
9.700
104
83
61
18
18
2021
9.800
112
85
61
18
18
2022
9.950
112
85
65
19
19
2023
10.050
114
88
65
19
19
178
179
180
181
182
183