Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dan pertumbuhan penduduk memberikan pengaruh terhadap
berbagai sektor yang berhubungan dengan dengan pemenuhan kebutuhan penduduk.
Perkembangan yang mengikuti kejadian tersebut salah satunya adalah bertambahnya
timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk. Persampahan merupakan persoalan
yang semakin hari semakin kompleks disetiap daerah, hal ini disebabkan karena
persoalan sampah tidak saja meningkat sejalan dengan dinamika penduduk itu sendiri.
Hal ini ditambah lagi dengan kapasitas penanganan sampah oleh institusi daerah yang
relative sangat terbatas, akibatnya ketimpangan antara kebutuhan pelayanan dengan
kapasitas pelayanan semakin besar.
Cara pandang masyarakat terhadap persampahan saat ini tampaknya mengalami
pergeseran. Pada saat dahulu orang melihat sosok sampah hanya sebagai sesuatu yang
harus dibuang atau di singkirkan karena dianggap mengganggu estetika lingkungan,
namun sekarang sampah dapat menghasilkan uang. Pada saat krisis ekonomi melanda
Indonesia dimana jumlah pengangguran semakin banyak akibat di PHK oleh perusahaan
yang bangkrut, maka masyarakat mencari alternatif bagaimana mencari penghasilan
untuk keperluan hidupnya. Salah satunya mereka melirik terhadap potensi sampah
tersebut. Oleh karena itu tidak heran orang yang dulu suka mencari sampah itu adalah
pemulung tapi kini banyak pengusaha berdasi yang berdalih pada sampah sebagai lahan
bisnis. Bahkan di daerah tertentu terutama daerah perkotaan muncul mafia sampah yang
apabila dibiarkan tanpa terkendali dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap
perkembangan kota itu sendiri.
Pada umumnya, limbah industri dan medik yang dianggap sebagai potensi untuk
berbisnis, namun tidak demikian halnya dengan limbah pasar dan rumah tangga. Sampah
yang merupakan campuran bahan organik dan an-organik tersebut telah mengakibatkan
berbagai penyakit dan pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara) selain masalah
estetika (bau dan tidak sedap dipandang mata). Akibat tidak dikelola penumpukan
sampah di sejumlah TPA telah menyebabkan ledakan gunung sampah oleh karena kadar
gas metana yang melebihi ambang batas, contohnya di TPA Bandung dan Bantargebang
Bekasi, keadaan yang memprihatinkan ini perlu diantisipasi agar masalah-masalah
tersebut tidak terulang kembali ditempat lain.

Hal 1 dari 16
Fenomena lain dalam masalah persampahan yang dihadapi adalah sarana dan
prasarana pengangkutan yang belum memadai, lokasi TPA yang berada dekat dengan
pemukiman, adanya kecamatan-kecamatan yang belum terlayani dalam pengangkutan
sampah, sistem pengelolaan sampah yang kurang baik sehingga menimbulkan
pencemaran, frekuensi dan sistem pengangkutan sampah yang masih kurang.
Sudah saatnya, pembangunan daerah merujuk kepada konsep awal
pembangunan Indonesia, yaitu pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development). Dalam konsep tersebut semua daerah wajib memprihatinkan kelestarian
lingkungan dalam pembangunannya. Cara yang paling tepat untuk menanggulangi
pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan kaidah ”3R” (Reuse, Reduce, and
Recycle) selain menerapkan ”Prinsip Pencemar Membayar”.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud dari Masterplan Sistem Penanganan Sampah Terpadu adalah untuk
membentuk suatu daerah percontohan dalam sistem penanganan sampah, dimulai dari
tahap pengumpulan/pewadahan sampai pada tahap pengangkutan ke TPA, peningkatan
nilai tambah sampah untuk menunjang penyehatan lingkungan terutama di sekitar TPA
dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Tujuan dari masterplan ini adalah untuk mengidentifikasi potensi daerah
sehubungan dengan implementasi sistem penanganan sampah disetiap kawasan
pelayanan sehingga terbentuk suatu manajemen pengelolaan sampah yang efektif dan
efisien dengan melibatkan peran serta masyarakat.
Rencana Implementasi ini memiliki beberapa sasaran, yaitu :
1. Membentuk IKUD (Industri Kecil Daur Ulang) baik dalam pengawasan Pemda maupun
pihak swasta.
2. Membentuk proyek percontohan sebagai acuan bagi TPA-TPA yang belum terkelola
dengan baik.
3. Memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ada di daerah tersebut dan
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program tersebut dengan cara
memberikan contoh dengan tindakan sambil mengajak masyarakat.
4. Mengkaji kelayakan usaha sebagai bahan pertimbangan untuk para pemilik modal
yang berminat menanamkan modalnya dalam implementasi sistem penanganan
sampah ini.

Hal 2 dari 16
1.3 Ruang Lingkup
A. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup Wilayah Studi Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten
Sumedang Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Wilayah Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumedang meliputi
seluruh wilayah administrasi Kabupaten Sumedang terdiri dari 26 (dua puluh enam)
kecamatan 272 (dua ratus tujuh puluh dua) desa dan 7 (tujuh) kelurahan.
2. Wilayah dalam program pengembangan yang memerlukan penanganan khusus
meliputi :
a. Wilayah Metropolitan Bandung : Kecamatan Jatinangor, Cimanggung,
Tanjungsari, Pamulihan dan Sukasari.
b. Kawasan Perkotaan Sumedang dan Tomo
c. Kawasan Industri Ujungjaya

B. Ruang Lingkup Subtansi


Ruang lingkup Subtansi penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumedang
Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan persampahan (SWOT).
2. Mengidentifikasi kelayakan dan analisa terhadap sistem penanganan sampah yang
sudah berjalan, dan menganalisis sistem persampahan yang meliputi :
a. Sistem Pengelolaan Sampah
b. Sistem dan Manajemen Pengelolaan
c. Sarana dan Prasarana Persampahan
d. Analisis Dampak Lingkungan
e. Analisis Dampak Perekonomian Setempat
f. Analisis TPA Percontohan
3. Membuat desain rencana untuk implementasi program
4. Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan di lokasi
5. Membuat Proyek percontohan
6. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan meliputi tingkat dan
cakupan pelayanan, performa kelembagaan sumberdaya manusia dan keuangan.
7. Menghitung perkiraan timbulan sampah domestik dan non domestik
8. Menyusun rencana pembiayaan dan pola investasi berupa indikasi besar biaya
tingkat awal, sumber dan pola pembiayaan. Perhitungan biaya tingkat awal
mencakup seluruh komponen pekerjaan perencanaan

Hal 3 dari 16
1.4 Sumber Biaya
Biaya pelaksanaan pekerjaan Jasa Konsultansi Penyusunan Master Plan Persampahan
Kabupaten Sumedang Tahun Anggaran 2011 adalah dari APBD Kabupaten Sumedang
Tahun Anggaran 2011.

1.5 Pengguna Jasa


Pengguna jasa dari pekerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten
Sumedang Tahun Anggaran 2011 adalah Kepala Bidang Fisik Bappeda Kabupaten
Sumedang selaku Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan Penyusunan Penyusunan
Master Plan Persampahan Kabupaten Sumedang Tahun Anggran 2011.

1.6. Alih Pengetahuan


Penyedia jasa harus mengadakan diskusi/pembahasan dengan substansi pelaksanaan
pekerjaan ini dalam rangka alih pengetahuan kepada staf di lingkungan organisasi
pengguna jasa yang akan ditunjuk oleh pemberi tugas.

1.7. Dasar Hukum


Dasar hukum penyusunan Penyusunan Master Plan Air Bersih Kabupaten Sumedang
adalah :
1. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukiman;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 : Kebijakan dan Strategi
Nasional Sistem Pengembangan Pengelolaan Persampahan;
4. SNI S-04-1991-2003 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan
Sedang Indonesia;
5. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan;
6. SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan Komposisi Sampah Perkotaan;
7. SNI 19-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor : 2 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sumedang 2005 –
2025;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor : 13 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumedang 2005 –
2013.

Hal 4 dari 16
BAB II
BATASAN DAN GAMBARAN UMUM

2.1. Orientasi Wilayah


Wilayah Penyusunan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumedang meliputi seluruh
wilayah administrasi Kabupaten Sumedang terdiri dari 26 (dua puluh enam) kecamatan
272 (dua ratus tujuh puluh dua) desa dan 7 (tujuh) kelurahan memiliki luas 155.871,98 ha,
berbatasan langsung dengan:
- Sebelah utara : Kabupaten Indramayu
- Sebelah Selatan : Kabupaten Garut
- Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka
- Sebelah Barat : Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
Subang
Kondisi Kependudukan
Agregat jumlah penduduk Kabupaten Sumedang berdasarkan jumlah Jiwa, jumlah
penduduk sampai dengan 2010 adalah 1.150.187 jiwa

2.2. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam menyusun masterplan ini dengan melakukan analisa dari
aspek teknis, budaya dan kelembagaan.
a. Aspek teknis dilakukan analisa untuk mengevaluasi kondisi eksisting kebutuhan
penampung dan ruang yang dibutuhkan untuk saat ini dan mendatang dalam hal
penyediaan lahan.
b. Aspek budaya dilakukan analisa terhadap penempatan penampung dalam ruang
berdasarkan konsep-konsep tata ruang tradisionil budaya masyarakat sehingga
diperoleh kesesuaian ruang saat ini dan alternatif penempatan baik secara teknis
dan budaya.
c. Aspek kelembagaan dilakukan analisa terhadap kinerja dengan mendasarkan pada
sasaran National Action Planning bidang Persampahan.

Dalam Masterplan ini dilakukan beberapa pendekatan, diantaranya :


a. Pendekatan kepada masyarakat (community Approach) guna menggali aspirasi
yang berkembang di masyarakat. Aspirasi masyarakat ini diharapkan bisa menjadi
bahan pertimbangan Pemda dalam penanganan sampah.
b. Pendekatan literatur sebagai sumber dan action dalam membuat analisa
persampahan.

Hal 5 dari 16
c. Temu pakar, melalui pakar lingkungan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
serta pakar dalam masalah mendaur ulang sampah.

Pendekatan ini diupayakan untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama mengenal


(self-help-survey) permasalahan dan ’emas’ yang dapat digali, dan selanjutnya bersama-
sama (partisipatory planning) merencanakan pengelolaan ’emas’ yang ada di lingkungan
mereka. Pendekatan ini memberikan manfaat yang tergambar pada gambar berikut.

Bina Bina Usaha


Lingkungan

Peningkatan
Hidup

Bina
Manusia

Dalam metodologi ini juga dibahas mengenai metode pengumpulan data, metode analisis
dan metode pengambilan survey.

2.3. METODE ANALISIS


Metode yang digunakan dalam rencana implementasi ini adalah menggunakan analisis
kuantitatif dan analisa kualitatif. Analisis kuantitatif adalah menggunakan perhitungan
matematika untuk mencapai suatu hasil. Analisis kualitatif bertujuan untuk menerapkan
kebijaksanaan pemerintah dalam penanganan sampah yang harus bertitik tolak pada
prinsip tugas ”desentralisiasi”.
Analisis yang digunakan dalam penyusunan masterplan ini antara lain :
1. Analisis sistem pengelolaan persampahan.
2. Analisis lokasi TPA.
3. Analisis sarana dan prasarana.
4. Analisis kebijakan pemerintah daerah.
5. Analisis dampak lingkungan.
6. Analisis pemilihan TPA percontohan.

Hal 6 dari 16
2.4. Pendekatan dan Metodologi
Pendekatan dan Metodologi pekerjaan yang harus disusun oleh konsultan adalah
meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan
Untuk efisiensi waktu dan efektifitas kegiatan, perlu persiapan yang matang
dan pengenalan kondisi awal lapangan sehingga memudahkan dan
menyesuaikan dengan rencana kerja yang akan dilaksanakan serta kegiatan
pengumpulan data dasar perencanaan sebagai data penunjang, meliputi :
 Persiapan administrasi.
 Persiapan personil.
 Persiapan peralatan.
 Pengumpulan laporan hasil studi yang ada.

b. Pengumpulan Data Dasar Perencanaan dan Survey


 Identifikasi fungsi strategis kawasan (RTRW Kabupaten Sumedang).
 Data keadaan fisik dasar dan peta yang meliputi topografi, hidrologi,
geohidrologi, klimatologi, fisiografi.
 Data hasil pendugaan geolistrik berdasarkan korelasi geologi dan
geohidrologi.
 Penggunaan lahan dan rencana tata guna lahan.
 Data demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, penyebaran dan
kepadatan penduduk
 Data sosial ekonomi-karakteristik wilayah dan kependudukan ditinjau dari
aspek sosial ekonomi (meliputi : perkembangan PDRB, mata
pencaharian dan pendapatan, adat istiadat, tradisi dan budaya,
perpindahan penduduk dan pengaruhnya terhadap urbanisasi dan
kondisi ekonomi masyarakat).
 Sarana dan prasarana kota yang ada / infrastuktur (meliputi : air minum,
drainase, sanitasi / sampah / limbah, kawasan strategis / pariwisata /
industri).
 Survey kebutuhan nyata melalui penyebaran daftar pertanyaan yang
berstruktur atau kuesioner dan tata cara penyusunannya.
 Menyusun laporan pendahuluan dan memaparkan hasilnya.

Hal 7 dari 16
2.5. Analisis dan Pengolahan Data
a. Evaluasi kondisi kota/kawasan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan
konteks regional/nasional, kota/kawasan yang bersangkutan sehubungan
aspek-aspek tersebut sangat menentukan ke dalam kajian/investigasi yang
diperlukan.
Pada tahapan ini konsultan diharuskan mengumpulkan data dasar
perencanaan yang antara lain meliputi :
 fungsi strategis kota/kawasan yang tercakup dam Rencana Tata Ruang
 Peta topografi, foto udara skala 1 : 50.000
 Data dan peta gambaran umum hidrologi, topografi, fisiografi dan geologi
 Penggunaan lahan eksisting dan rencana
 Data demografi saat ini da 10 tahun terakhir, penyebaran penduduk dan
kepadatan penduduk.
 Data social ekonomi, karakteristik wilayah dan kependudukan ditinjau dari
aspek sosial ekonomi, seperti : perkembangan produk domestic regional
bruto (PDRB), mata pencaharian dan pendapatan, adat istiadat dan tradisi
budaya, perpindahan penduduk dan pengaruhnya terhada urbanisasi dan
kondisi ekonomi masyarakat
 Sarana dan prasarana kota yang ada (infrastruktur), seperti : air minum,
drainase, pembuangan limbah dan sampah, listrik, telepon, jalan dan sarana
transportasi, kawasan strategis (pariwisata dan industri).

b. Evaluasi kondisi system air bersih bersih eksisting


c. Pengolahan Hasil Survey kebutuhan nyata
Tujuan utama dilakukannya survey kebutuhan nyata, yaitu diantaranya adalah :
1. Penentuan keinginan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan sampah,
2. Penentuan standar timbulan sampah,
3. Penelitian tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah

2.6. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan


Berdasarkan analisa hasil ketiga aktivitas terdahulu, maka diidentifikasi baik
permasalahan, tantangan dan kebutuhan pengembangan system, meliputi :
2.6.1. Tingkat dan cakupan pelayanan yang ada
2.6.2. Performa pelayanan
2.6.3. Timbulan sampah
Hal 8 dari 16
2.6.4. Kebutuhan pengembangan system penyediaan sampah
2.6.5. Performa kelembagaan, sumberdaya manusia dan kelembagaan.

2.5. Proyeksi Volume Sampah


Prakiraan volume sampah harus didasarkan pada kondisi sosial ekonomi dan
survey kebutuhan nyata. Volume sampah harus diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas perkotaan/masyarakat, meliputi :
 Kegiatan rumah tangga
 Kegiatan komersil, perkotaan, fasilitas umum, industri.
 Volume sampah didasarkan pada hasil survey kebutuhan nyata.

2.6. Pengembangan alternative Pembuangan Sampah


 Pemanfaatan TPS dan TPA yang ada
 Pemanfaatan TPA eksisting

2.7. Pengembangan sistem penyediaan air bersih


Kegiatan ini meliputi :
 Penetapan tahapan pengembangan baik untuk jangka pendek, menengah dan
panjang
 Pembagian wilayah pelayanan dengan mempertimbangkan pertumbuhan kota
 Penentuan tingkat pelayanan
 Pembagian pengangkutan tiap zona pelayanan
 Penentuan alternatif sistem penanganan

2.8. Pra Kelayakan Sistem Yang dikembangkan


Untuk mendapatkan system pengelolaan sampah yang terbaik, maka konsultan
harus melakukan pra kelayakan yang didasarkan pada kajian teknis, keuangan dan
kelembagaan

Hal 9 dari 16
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian Pekerjaan


Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan secara kontraktual kepada konsultan perencana
Master Plan Persampahan dengan waktu 150 hari kalender (+ 5 bulan), adapun
pengawasan dan pengendalian pekerjaan dilaksanakan oleh pengguna jasa dalam hal ini
dilakukan oleh PPTK Kegiatan Master Plan Persampahan Kabupaten Sumedang.

3.2. Keluaran Yang Dihasilkan


1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan disusun paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Substansi materi teknis Laporan Pendahuluan meliputi antara lain :
a. Laporan memuat ; latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup,
fungsi dan manfaat, Metode pendekatan kerja dan Data Sekunder.
b. Laporan dipaparkan dalam rapat pembahasan yang menghadirkan narasumber,
tim teknis dan Dinas SKPD terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sumedang.

2) Laporan Antara (Fakta dan Analisis)


Laporan Antara (Fakta dan Analisis) disusun paling lama 100 (seratus) hari kalender
sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Substansi materi teknis Laporan Antara (Fakta dan Analisis) meliputi antara lain :
a. Laporan memuat ; Hasil kajian literature Kondisi eksisting persampahan dan
permasalahannya, dan kompilasi data hasil survey lapangan berikut analisisnya
yang meliputi analisa social, analisa ekonomi, analisa ekologi, Perkembangan kota
b. Laporan dipaparkan dalam rapat pembahasan yang menghadirkan narasumber,
tim teknis dan Dinas SKPD terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Sumedang.

3) Laporan Akhir
Laporan Akhir disusun paling lama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Substansi materi teknis Laporan Akhir meliputi antara lain :

Hal 10 dari 16
c. Laporan memuat ; kajian final tentang analisa sosial, analisa ekonomi, analisa
ekologi, studi-studi yang berhubungan, Proyeksi Penduduk, Daerah Pelayanan,
Volume timbulan sampah, Alternatif system penyediaan pembuangan sampah dan
gambar
d. Laporan dipaparkan dalam rapat pembahasan yang menghadirkan narasumber, tim
teknis dan Dinas SKPD terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumedang.

4) Album Peta;
Master Plan Persampahan Kabupaten berbentuk arahan-arahan yang menunjukan jalan,
Bangunan-bangunan, lapangan hijau, kawasan industri dan pertanian yang disusun
dalam peta wilayah studi digambarkan dengan skala peta 1 : 10.000 yang dirangkum
dalam album peta.

3.3. Jenis dan Jumlah Laporan


Tabel 3.2
Jenis dan Jumlah Laporan
Jenis Laporan Jumlah
1. Laporan Pendahuluan
a. Buku Laporan Pendahuluan 10 buku
b. Buku Draft Laporan Pendahuluan 5 buku
c. Handout 20 buku
d. CD Laporan Pendahuluan 10 buah
2. Laporan Antara
a. Buku Laporan Antara 15 buku
b. Buku Draft Laporan Antara 5 buku
c. Handout 40 buku
d. CD Laporan Antara 15 buah
4. Laporan Akhir/Buku Rencana
a. Buku Laporan Akhir 20 buku
b. Buku Draft Laporan Akhir 10 buku
c. Handout 40 buku
d. CD Laporan Akhir 15 buah
e. Executive Summary 10 buku
f. Album Peta
 Ukuran Ao
- Peta Tematik Warna Pengelolaan Persampahan 4 Album 16 Lembar
- Peta Tematik Kalkir Sistem Penyediaan Air Bersih 4 Album 16 Lembar
 Ukuran A3
- Peta Tematik Warna Sistem Penyediaan Air Bersih 4 Album 40 Lembar
- Peta Tematik Kalkir Sistem Penyediaan Air Bersih 4 Album 40 Lembar
g. Album foto kegiatan 2 Album
h. CD Hasil Kegiatan
 Album peta 20 buah
 Foto kegiatan 5 buah

Hal 11 dari 16
Teknik penyajian Buku Laporan hendak nya mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Pengetikan 1,5 spasi dengan kertas HVS ukuran A4 atau HVS (portrait/land scape).
b. Jilid buku hard/soft cover, warna putih dengan tulisan hitam atau sesuai kebutuhan.
c. Gambar dan peta yang disajikan dalam sebagian buku laporan dicetak berwarna dan
dalam sebagian buku laporan dicetak hitam putih.

3.4. Jangka waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai dengan selesai seluruh pekerjaan
adalah paling lambat selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender sejak dikeluarkannya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3.5. Kuallifikasi Tenaga Ahli


Kualifikasi tenaga ahli yang diperlukan dalam Masterplan Persampahan Kabupaten
Sumedang Tahun Anggaran 2011 terbagi atas Ketua Tim (Team Leader) dan Anggota
Tim dengan persyaratan:
A. Tenaga Ahli
1. Satu orang Ketua Tim/Ahli Planologi (team leader), dengan Pendidikan
minimal Sarjana Strata 2 (S2), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal
sebagai ahli atau yang berpengalaman minimal 8 tahun dan berpengalaman
sebagai team leader minimal 4 tahun.
2. Satu orang Tenaga Ahli Geologi, dengan Pendidikan minimal Sarjana
Strata 1 (S1), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal sebagai ahli atau yang
berpengalaman minimal 8 tahun.
3. Satu orang Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan, dengan Pendidikan
minimal Sarjana Strata 1 (S1), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal
sebagai ahli atau yang berpengalaman minimal 8 tahun.
4. Satu orang Tenaga Ahli Teknik Lingkungan, dengan Pendidikan minimal
Sarjana Strata 1 (S1), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal sebagai ahli
atau yang berpengalaman minimal 8 tahun.
5. Satu orang Tenaga Ahli Sipil, dengan Pendidikan minimal Sarjana Strata 1
(S1), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal sebagai ahli atau yang
berpengalaman minimal 8 tahun.
6. Satu orang Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat, dengan Pendidikan
minimal Sarjana Strata 1 (S1), yang mempunyai sertifikat keahlian minimal
sebagai ahli atau yang berpengalaman minimal 8 tahun.

Hal 12 dari 16
B. Tenaga Pendukung
1. Satu orang Asisten Tenaga Ahli Geologi, dengan Pendidikan minimal Diploma 3
(D3) yang berpengalaman.
2. Satu orang Asisten Tenaga Ahli Ekonomi Pembangunan, dengan Pendidikan
minimal Diploma 3 (D3) yang berpengalaman.
3. Satu orang Asisten Tenaga Ahli Planologi, dengan Pendidikan minimal Diploma 3
(D3) yang berpengalaman.
4. Satu orang Asisten Tenaga Ahli Sipil, dengan Pendidikan minimal Diploma 3
(D3) yang berpengalaman.
5. Satu orang Asisten Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat, dengan Pendidikan
minimal Diploma 3 (D3) yang berpengalaman.
6. Tiga orang Tenaga Drafter/ CAD Computer, dengan Pendidikan minimal Diploma
3 (D3) yang berpengalaman.
7. Lima orang Tenaga Surveyor, dengan Pendidikan minimal Diploma 3 (D3) yang
berpengalaman
8. Satu orang Tenaga Administrasi, dengan Pendidikan minimal Diploma 3 (D3) yang
berpengalaman.
9. Dua orang Tenaga Komputer, dengan Pendidikan minimal Diploma 3 (D3) yang
berpengalaman.

3.6. Pembahasan Pekerjaan


Dalam rangka meningkatkan efektifitas hasil pekerjaan dan merupakan salah satu proses
partisipasi stakeholders setiap proses dan hasil pekerjaan senantiasa dilakukan
pembahasan dengan melibatkan OPD terkait Kabupaten.
Adapun tahapan pembahasan adalah sebagai berikut :
 Laporan Pendahuluan
 Laporan Antara
 Laporan Akhir (Rencana)

3.7. Output Kegiatan


Adapun keluaran (output) yang dihasilkan dari pekerjaan ini meliputi :
1. Rencana pengembangan dan Pengelolaan sampah
2. Pentahapan pembangunan TPS, TPPS dan TPA
3. Rencana pembiayaan dan investasi
4. Rekomendasi langkah-langkah penguasaan dan pengamanan Timbulan sampah
5. Rencana pengelolaan sistem kelembagaan

Hal 13 dari 16
BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK KONSULTAN

4.1 Kewajiban Konsultan


a. Konsultan berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
pelaksanaan penyusunan masterplan Persampahan di Kabupaten Sumedang
berdasarkan pada ketentuan perjanjian kerjasama yang telah ditetapkan.
b. Konsultan berkewajiban menyediakan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan dan
kualifikasi personil.
c. Konsultan berkewajiban menyusun pemetaan, pendataan dan analisa
penyusunan masterplan Persampahan di Kabupaten Sumedang berdasarkan
ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja.
d. Dapat mengadakan rapat pembahasan dengan tim teknis untuk setiap laporan
yang telah dibuat.
e. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan dinyatakan berakhir sampai
tersusunnya masterplan Persampahan di Kabupaten Sumedang secara
keseluruhan dan lengkap serta dinyatakan diterima oleh pemberi pekerjaan.
f. Konsultan diwajibkan memaparkan/presentasi laporan pendahuluan, laporan
antara dan draft laporan akhir penyusunan masterplan Persampahan di
Kabupaten Sumedang yang disusun di dalam forum seminar yang dihadiri oleh
SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumedang , masyarakat, perguruan
tinggi dan stake holders lainnya.
g. Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan dapat meminta bantuan tim teknis
untuk memperoleh petunjuk dan pengarahan agar mencapai hasil yang optimal.
Tim teknis dapat pula diminta bantuan untuk memberikan data dan fasilitas lainnya
guna mendukung kelancaran kerja sejauh tidak membutuhkan biaya.
h. Menyampaikan seluruh laporan dan hasil studi lainnya sesuai jadual yang telah
ditentukan.
i. Setiap keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang diakibatkan oleh kelalaian
konsultan akan dikenakan denda sebesar yang ditetapkan dalam Surat Perjanjian
Pemborongan/Kontrak.
j. Konsultan berkewajiban mematuhi segala ketentuan lain sebagaimana telah diatur
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Surat Perjanjian Kerja.
k. Dalam hal Konsultan berpikiran perlu ada perubahan aspek apapun harus
dibicarakan dan dibahas bersama dan disetujui secara tertulis oleh Direksi yang
disetujui oleh Pemimpin Pelaksana Kegiatan (Pemberi Pekerjaan).

Hal 14 dari 16
3.8. Hak Konsultan
Konsultan berhak menerima pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan yang
terbagai dalam 3 (tiga) terminj

Hal 15 dari 16
Hal 16 dari 16

Anda mungkin juga menyukai