Anda di halaman 1dari 40

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk di Kota Pemangkat yang begitu pesat memberikan
dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan dan
daya tampung lingkungan.
Dampak tersebut harus disikapi dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air
limbah domestik, oleh karenanya kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan
konsumsi pemakaian air minum/bersih yang berdampak pada peningkatan
jumlah air limbah.
Pembuangan air limbah domestik tanpa melalui proses pengelolaan akan
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya terjadinya
pencemaran pada sumber-sumber air baku untuk air minum, baik air permukaan
maupun air tanah.

Pengelolaan air limbah


Memerlukan prasarana dan sarana penyaluran, desain dan proses pengolahan.
Pengelolaan air limbah permukiman dapat ditangani melalui sistim setempat (on
site) ataupun melalui sistim terpusat (off site).
Pada beberapa wilayah di Kabupaten Sambas sudah memiliki sistim pengelolaan
air limbah secara terpusat. Namum masih terdapat berbagai kendala dalam
penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman, baik dalam aspek
peraturan perundangan, peran serta masyarakat, pembiayaan, institusi serta
aspek teknologi/ geografis.
waste water) merupakan salah satu hal penting yang menjadi perhatian nasional
bahkan internasional serta salah satu urusan wajib pemerintah dan pemerintah
daerah sehingga mendorong pemerintah daerah untuk menyusun rencana induk
sistem pengelolaan air limbah di kawasan perkotaan.

Maksud, Tujuan & Sasaran


Maksud
Maksud dilaksanakannya kegiatan Penyusunan Rencana Induk
Sistem Pengelolaan Air Limbah adalah agar proses dan produk
perencanaan prasarana dan sarana air limbah menjadi efektif,
efisien, terpadu, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Penyusunan Rencana Induk
Sistem Pengelolaan Air Limbah agar setiap
kabupaten/kota/kawasan perkotaan memiliki rencana induk
pengembangan prasarana dan sarana air limbah yang memiliki
kualitas perencanaan yang memenuhi standar nasional.

Sasaran
Sasaran yang diharapkan pada kegiatan Penyusunan Rencana
Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah agar setiap
kabupaten/kota/kawasan perkotaan memiliki rencana induk
pengembangan prasarana dan sarana air limbah yang
sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap kebutuhan
sesuai dengan karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi
daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan pemangku
kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha

Undang-Undang RI No. 7 Tahun


2004 tentang Sumber Daya Air
Undang-Undang RI No. 32
Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah
dalam Undang-Undang RI No.
12 Tahun 2008
Undang-Undang RI No. 32
Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Undang-Undang RI No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang RI No. 1 Tahun
2011 tentang Perumahan dan
Permukiman.

Dasar hukum
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian
PencemaranAir.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, beserta perubahannya
Permen PU No. 16/PRT/M/2008
tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah
Permukiman.
Permen PU No. 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan
Minimum Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang.

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air


Limbah

PENDAHULUAN

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air


Limbah (RI-SPAL) merupakan dokumen perencanaan
dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan
sarana dan prasarana air limbah untuk periode 20
tahun mendatang.
RI-SPAL memformulasikan:
Arah pengembangan
Strategi pengembangan
Prioritas-prioritas pengembangan prasrana dan
sarana air limbah untuk 20 tahun mendatang
Jangka Waktu Perencanaan
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (RISPAL)
harus
direncanakan
untuk
periode
perencanaan 20 tahun.

Evaluasi Rencana Induk


Rencana Induk Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air
Limbah (RI-SPAL) harus dievaluasi setiap 5 tahun
untuk disesuaikan dengan:
Perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan
perubahan rencana induk bidang sanitasi lainnya.
Perubahan tata ruang dan rencana induk SPAM
Perubahan strategi di bidang lingkungan (local
environment strategy)
Rekomendasi audit lingkungan kota yang terkait
dengan air limbah permukiman

Kedudukan Rencana Induk


Kedudukan RI-SPAL mengacu pada Rencana Jangka
Panjang Daerah (RJPD) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
Penyusunan program 5 tahunan bidang pengembangan sarana dan prasarana air limbah atau Renstra
Dinas, wajib mengacu pada RI-SPAL.
RI-SPAL disusun oleh instansi berwenang di masingmasing kota dengan melibatkan stakeholders dan
hasilnya disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Pengesahan RI-SPAL ditetapkan melalui Perda.

Pola Pikir Jangka Panjang


Visi

Survei dan Investigasi

Misi

Identifikasi
Permasalahan
Formulasi Arah dan
Strategi
Pengembangan

Penyusunan
Rencana Induk
Formulasi Program 5
Tahunan
Implementasi dan
Evaluasi Rencana
Induk

Audit Lingkungan/Kota

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air


Limbah

IDENTIFIKASI MASALAH

Sumber : Bappeda
Kab.Sambas

Hasil
Pengamatan
Arah
saluran

Pengertian Air Limbah

Air Limbah adalah semua air buangan yang berasal


dari kamar mandi, dapur, cuci dan kasus, serta air
limbah industri rumah tangga yang karakteristik air
limbahnya tidak jauh berbeda dengan air limbah
rumah tangga serta tidak mengandung Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3).

Asal Sumber Air Limbah

Air limbah permukiman


Air limbah dari daerah komersial dan institusional
Air limbah dari bangunan bertingkat tinggi (high
rise building)

Identifikasi Permasalahan

Identifikasi permasalahan pencemaran air limbah terhadap air


tanah dan badan air harus diformulasikan berdasarkan :
data-data yang lengkap (primer dan sekunder),
didukung oleh survei dan penyelidikan (lapangan dan
laboratorium) yang memadai, dan
dilengkapi dengan peta-peta identifikasi permasalahan.

Peta dasar dan identifikasi permasalahan yang


diperlukan:
Peta tata guna lahan saat ini
Peta kepadatan penduduk
Peta kualitas air tanah, sumur penduduk (dengan
parameter: e-coli)
Peta kualitas air sungai (parameter: e-coli dan BOD)
Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water)
(dengan parameter: e-coli dan BOD COD)
Peta water borne desease
Peta pelayanan PDAM
Peta fasilitas sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi, baik
on-ste maupun off-site

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air


Limbah

ARAH PENGEMBANGAN

Pilihan Arah Pengembangan

Piilihan arah pengembangan yang harus


dipertimbangkan:
Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah
berjalan
Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu
Mengembangkan sistem off-site skala kota
Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju

Metode Pemilihan arah pengembangan sarana dan


prasarana minimal dianalisis dengan SWOT:

Kekuatan (S)
Kelemahahan (W)
Peluang (O)
Ancaman (T)

Sanitasi sistem setempat


(on-site)
Sistem
dimana
fasilitas
pengolahan air limbah berada
dalam persil atau batas tanah yang
dimiliki
Fasilitas ini merupakan fasilitas
sanitasi
individual
seperti
septik tank atau cubluk

Sanitasi sistem terpusat


(off- site) atau sistem
sewerage
Sistem dimana fasilitas
pengolahan air limbah berada
diluar persil atau dipisahkan
dengan batas jarak atau tanah
yang menggunakan perpipaan
untuk mengalirkan air limbah dari
rumah-rumah secara bersamaan
dan kemudian dialirkan ke IPAL.

Pembagian Zona Perencanaan

Daerah perencanaan pengembangan Sarana dan


Prasarana Air Limbah (SPAL) pada daerah terbangun
dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan
sistem perencanaan dan pengembangan air limbah

Dasar-dasar pembagian zona perencanaan:


Keseragaman tingkat kepadatan penduduk
Keseragaman bentuk topografi kemiringan lahan
Keseragaman tingkat kepadatan bangunan
Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air
tanah dan permukaan
Kesamaan badan air penerima
Pertimbangan batas administrasi

Penetapan Arah Pengembangan


Metoda Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan alat bantu untuk menetapkan


arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah
mendatang.
Analisis SWOT mencakup:

Kondisi sistem penyediaan air minum


Kondisi tingkat pencemaran air tanah
Kondisi tingkat pencemaran badan air penerima (air baku)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Tingkat kesadaran membayar retribusi
Kondisi prasarana lingkungan lainnya (jalan, drainase, dll)
Proyeksi kapasitas pendanaan investasi dari APBD

Metoda Analisis SWOT

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran I

Kuadran IV

SWOT menggambarkan
posisi pengembangan
sarana dan prasarana
air limbah:
Posisi saat ini (A)
Posisi yang
diharapkan pada
20 tahun yad (B)

SWOT & Grand Strategy


Grand Strategy Kuadran I :
Optimasi Sistem On-Site
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja
melalui:
Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT
Pengembangan program SANIMAS (sanitasi berbasis masyarakat)
Grand Strategy Kuadran II :
Pengembangan Selektif Sistem On-Site
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja
melalui:
Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT
Pengembangan program SANIMAS (sanitasi berbasis masyarakat)
Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerahdaerah prioritas
Terjadi transformasi dari sistem setempat menjadi sistem
terpusat akan dimulai secara kawasan demi kawasan.

Grand Strategy Kuadran III:


Pengembangan Agresif Sistem Off-Site
Mengembangkan sarana dan prasarana air
limbah terpusat skala kota.
Strategi ini berarti sistem on-site akan
ditinggalkan
secara masif.
Grand Strategy Kuadran IV:
Pengembangan dengan Teknologi Maju
Arah pengembangan strategi ini merupakan
strategi pengembangan lebih maju (advance)
Arah pengembangan ini merupakan gambaran
kondisi permasalahan air limbah telah demikian
serius, sementara hambatan untuk mengembangkan
sarana dan prasarana konvensional sudah tidak
memungkinkan dan tidak efektif.

Strategi Transformasi
Sistem setempat menjadi sistem
Skala terpusat
Pelayanan
Kota
(offsite)
Kawasan
(off-site)
Rumah
Tangga
(onsite)
Individual

Lembaga 1
(Informal)

Lembaga 2
(Formal)

Lembaga
Pengelola

Penetapan Zona Prioritas


Pengembangan Sistem Terpusat

Zona Prioritas
Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat
penilaian utama diprioritaskan dibangun terlebih dahulu
dalam kurun waktu 20 tahun mendantang

Dasar penetapan Zona Prioritas:


Tingkat permasalahan pencemaran air limbah terhadap
air tanah dan badan air penerima
Tingkat kemudahan pelaksanaan
Tingkat kelayakan ekonomi
Tingkat kelayakan keuangan
Kelayakan lingkungan
Kelayakan pengembangan

1 3
2

Zona 1 : perdagangan dan jasa


Zona 2 : Perumahan 1
Zona 3 : perumahan 2

Arah Pengembangan SPAL


Pada Daerah Perumahan Baru

Pilihan Arah Pengembangan:


Mengembangkan Sistem Setempat (on-site)
Mengembangkan Sistem Terpusat skala kawasan sendiri
Mengintegrasikan dengan Sistem Terpusat yang sudah
terbangun

Penetapan Arah Pengembangan:


Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan
oleh developer wajib memiliki rencana induk air limbah
tersendiri
Rencana Induk Air Limbah kawasan permukiman baru
tersebut harus mengacu pada rencana induk air limbah
kota.

Diagram Alir Pemilihan Sistem

Alternatif Teknologi Sanitasi Sistem Setempat

Pada sistem on site ada dua jenis sarana yang


dapat diterapkan yakni :
sistem individual dan
sistem komunal.

Pada skala individual sarana yang digunakan adalah septik


dengan varian pada pengolahan lanjutan untuk efluennya
yakni :
dengan bidang resapan
dialirkan pada small bore sewer
dengan evapotranspirasi
menggunakan filter

Tinja dari septik tank akan


diangkut menggunakan truk penyedot tinja, kemudian
diolah di IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).

Skema Pengolahan Lumpur di


IPLT
IPLT sebagai pengolahan lumpur perlu:
Digester sebagai pengeram lumpur sampai tingkat
kompos dan pembentukan gas methan dan
membunuh bakteri bila mencapai kondisi temperatur
thermophilic
Pengeringan lumpur dgn menggunakan bak pasir
menyaring supernatan
Pengolahan supernatant dgn serial unit-unit Kolam
anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi. Dapat
juga dilakukan dgn alternatif pengolahan dalam unit
unit pengolahan aerobik dgn aerasi mekanik.
Pertimbangan alternatif atas dasar cost effektif.

Skema Pengolahan Lumpur IPLT

1= dig,esteJ
2= kobm aoaerobic

3= kobm fal-ultah.f

4= K.olam maturasL

5= ba.k pengerin
lumpur

6= badan air

Skema Pengolahan Air Limbah Pada


IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Pemilihan Sistem
Hal-hal yang harus dipertimbangkan

Kepadatan penduduk
Sumber air yang ada
Permeabilitas tanah
Kemiringan tanah
Kemampuan membiayai

Rencana Pengembangan Jaringan


Sistem Perpipaan Air Limbah
Rencana pengembangan jaringan system
perpipaan air limbah agak sulit
dikembangkan di kecamatan pemangkat
karena topografi dan kemiringan lereng
yang relative datar 0 2 %, selain itu
hanya berkisar 1 meter dpl, sehingga
tekanan air limbah secara grafitasi sulit
dikembangkan, membutuhkan system
pompa. Pada skala rumah tangga, tidak
memungkinkan.

Indikasi program
Program peningkatan kapasitas pengolahan melalui
pembangunan IPAL paket
Program peningkatan pelayanan Air Limbah melalui sistem
terpusat (sewerage) di perkotaan
Program pembinaan peningkatan peran pemerintah Provinsi,
Kota/Kab dalam pengembangan Prasarana dan Sarana Air Limbah
Program pembangunan Prasarana dan Sarana Air Limbah untuk
masyarakat berpenghasilan rendah
Program optimalisasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi PS Air Limbah
(IPAL dan IPLT)
Program pembinaan dan peningkatan kinerja PS Air Limbah
Program pembinaan dan peningkatan PS Air Limbah untuk daerah
tertentu : daerah endemi, daerah bencana, daerah terpencil,
pulau pulau kecil dan kawasan perbatasan
Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna
Program peningkatan pembiayaan pengelolaan Air Limbah

lanjutan
Program peningkatan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
dalam penyelenggaraan PS Air Limbah
Program Replikasi Sanimas
Program
sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan lingkungan
dan kepedulian lingkungan
Program Bantuan Teknis penyelengaraan kelembagaan PS Air Limbah
Program Bantuan Teknis pembentukan badan pengelola Air Limbah
Program peningkatan koordinasi dengan sektor lain
Program peningkatan kemauan politik (Political Will) dalam
penanganan Air Limbah
Program peningkatan pengawasan kualitas Air Limbah Permukiman
Program peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM (sumber daya
manusia)
Program pengembangan perangkat hukum antara lain : PP, Permen,
Standar, Pedoman dan Manual (SPM) dalam penyelenggaraan sistem
Air Limbah Permukiman
Program fasilitasi(BantuanTeknis) penyusunan Perda dalam
penyelenggaraan sistem Air Limbah Permukiman

TERIMA KASIH
atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai