Disusun Oleh:
Dr. Ir. Fatma Djuwita, M.Si
HP 085281579297 (fdjuwita@gmail.com)
Kasubdit Pengembangan Kebijakan Lingkungan Hidup Wilayah dan Sektor
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan dan Kebijakan Wilayah dan Sektor
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
JENIS KRP YANG WAJIB KLHS:
RTRW Nasional; Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
RTR Pulau/Kepulauan;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional; Kabupaten/Kota;
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
Rencana Tata Ruang Laut Nasional;
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
beserta rencana rincinya;
1
Identikasi Isu PB Identifikasi Materi
4 Muatan KRP
2 Isu PB Yang Paling
Strategis
Materi Muatan KRP
3 Isu PB Prioritas yang berdampak
Konsultasi
Publik
5 Analisis Pengaruh
Pasal 12 : Bidang Lingkungan Hidup masuk dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar, yang menjadi kewenangan Daerah dalam Urusan Pemerintahan Konkuren.
• Lampiran UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
• MATRIKS PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN
DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
• K. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Halaman 44 Lampiran)
2. KLHS KLHS untuk kebijakan, rencana KLHS untuk KRP KLHS untuk KRP
dan/atau program (KRP) Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota
LAMP 1 dan Lamp 2:
PERMEN LHK RI NO. P.74/Menlhk/ Setjen/Kum.1/8/2016 ttg PEDOMAN NOMENKLATUR
PERANGKAT DAERAH PROV DAN KAB/KOTA YANG MELAKSANAKAN URUSAN
PEMERINTAHAN BIDANG LH DAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN
PEMBAGIAN TUGAS DAN FUNGSI UNIT KERJA PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI
I. IDENTITAS URUSAN
Nama Urusan Pemerintahan : Bidang Lingkungan 13) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup
Hidup Provinsi dan Kabupaten/kota Strategis Provinsi;
II. PENGELOMPOKAN TUGAS PERANGKAT DAERAH 14) Pengesahan Kajian Lingkungan Hidup
BERDASARKAN FUNGSI: Strategis;
A. Kelompok Bidan Fungsi 1 (Tata Lingkungan) 15) Fasilitasi keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan KLHS;
B. Melaksanakan fungsi:
16) Fasilitasi pembinaan penyelenggaraan
1) Inventarisasi data dan informasi sumberdaya KLHS ;
alam;
17) Pemantauan dan evaluasi KLHS;
2) dst …. 12) ….
SUSUNAN TIM POKJA KLHS
(LAMPIRAN 3 PERMEN LHK 69/2017)
• Ketua Kelompok Kerja : Kepala DLH Prov/Kab/Kota atau Kepala Dinas Penyusun KRP
Prov/Kab/Kota;
• Wakil Ketua Kelompok Kerja : Kepala Dinas Penyusun KRP apabila ketua Kelompok Kerja
dijabat oleh Kepala Dinas LH, atau sebaliknya.
• Sekretaris : Pejabat Eselon III/Kepala Bidang dari Dinas yang menyusun KRP.
Contoh:
- kepala bidang pada Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perencanaan
pembangunan daerah;
- kepala bidang pada Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang penataan ruang;
atau
- kepala bidang pada Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kelautan.
• Anggota yang berasal dari unsur Dinas.
• Anggota lain yang terdiri dari satu atau lebih tenaga ahli yang memiliki standar kompetensi KLHS
dan relevan terhadap isu dan/atau muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program.
SIAPA PENYUSUN KLHS?
UU No. 23/2014:
Permendagri 7/2018 Permen LHK 69/2017 Lampiran Matrik K
Sub Daerah Daerah
No Bidang Provinsi Kab/
KETUA POKJA PL: KETUA POKJA KLHS: KEPALA Kota
KEPALA BAPPEDA DLH ATAU KEPALA DINAS PENYUSUN
KRP PROV/KAB/KOTA KLHS KLHS
SEKRETARIS WAKIL KETUA :
2. KLHS untuk untuk
KEPALA SKPD LH KEPALA DINAS KRP KRP
SEKRETARIS
Penyusun KRP ATAU Provinsi Kab/
Eselon III Penyusun
KEPALA DLH Kota
KRP (KEBALIKAN KETUA)
ANGGOTA: Unsur Pemerintah & Non
Pemerintah yang memiliki (1)
ANGGOTA: unsur Perangkat Daerah terkait,
Kemampuan & Kopetensi; (2) Waktu
dan satu/lebih tenaga ahli yang memiliki
& Konsentrasi
standar kompetensi KLHS Permen LHK No. 74/2016:
Lampiran 1 dan 2:
Tugas DLH Prov/Kab/Kota:
Silahkan KONSULTASI ke Pakar Hukum: mau 13. Menyusun KLHS
Dasar Hukum UU atau Peraturan Menteri? 14. Dst ...
Bagaimana menyusun
KLHS RDTR?
DASAR HUKUM KLHS RDTR
1. UU No 32/2009 1. UU No 26/2007
2. PP No. 27/2012 2. PP No. 15/2010
3. PP No. 46/2016 3. PerMen ATR No. 20/2011
4. PerMeneg LH No. 4. PerMen ATR No. 6/2017
05/2012 5. PerMen ATR No. 8/2017
5. PerMen LHK No. 6. PerMen ATR No. 1/2018
69/2017
6. PerMen LHK No.
24/2018:
Pengecualian Amdal
PERMEN PU NO. 20/2011 : RDTR
BAB II RENCANA DETAIL
TATA RUANG, Pasal 3
(1)RDTR disusun untuk bagian dari wilayah :
a. kabupaten/kota yang merupakan kawasan
perkotaan dan/atau
b. kawasan strategis kabupaten atau kawasan
strategis kota.
(2)RDTR dilengkapi dengan peraturan zonasi.
(3)RDTR memuat:
a. tujuan penataan ruang bagian wilayah
perencanaan;
b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang
diprioritaskan penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi.
MANA YANG BISA DISUSUN RDTR-NYA?
1 2
1 1 2
2
3 4
3 4
3
4
PERMEN PU NO. 20/2011 : RDTR
BAB II RENCANA DETAIL
TATA RUANG, Pasal 3
(1)RDTR disusun untuk bagian dari wilayah :
a. kabupaten/kota yang merupakan kawasan
perkotaan dan/atau R-2
b. kawasan strategis kabupaten atau kawasan R-1
strategis kota.
(2)RDTR dilengkapi dengan peraturan zonasi.
(3)RDTR memuat:
R-3 R-
a. tujuan penataan ruang bagian wilayah 12 R-
perencanaan;
b. rencana pola ruang; 20
R-1
c. rencana jaringan prasarana; R-2
d. penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang R-3
diprioritaskan penanganannya; R-12
R-20
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi.
1.2 KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI
• Sesuai ketentuan Pasal 59 PP No. 15 Tahun 2010, setiap RTRW
Harus ditetapkan
kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah dalam RTRW-nya
kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
• Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut
merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis Harus mempunyai
kabupaten/kota. ciri KOTA atau
direncanakan
• Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila menjadi KOTA
merupakan:
a. kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau
direncanakan menjadi kawasan perkotaan; dan
b. memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang Harus TAU syarat2x
ditetapkan dalam pedoman ini. suatu KOTA
RDTR disusun apabila:
a. RTRW kabupaten/kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat ketelitian petanya belum mencapai 1:5.000;
dan/atau
b. RTRW kabupaten/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya.
Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tidak terpenuhi, maka dapat disusun
peraturan zonasi, tanpa disertai dengan penyusunan RDTR yang lengkap.
Wilayah perencanaan RDTR mencakup:
c. wilayah administrasi;
d. kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota;
e. bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan;
f. kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan; dan/atau
g. bagian dari wilayah kabupaten /kota yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan menjadi
kawasan perkotaan.
DEFINISI KOTA
UU No 22/ 1999 tentang Peraturan Mendagri RI No. 4/ • Kota: pusat permukiman dan
Otonomi Daerah 1980 kegiatan penduduk yang
dicirikan oleh batasan
• Kota : suatu wilayah yang administratif yang diatur
• Kawasan perkotaan
memiliki batasan administrasi dalam peraturan perundangan
adalah kawasan yang
wilayah seperti kotamadya serta didominasi oleh kegiatan
mempunyai kegiatan dan kota administratif. produktif bukan pertanian
utama bukan pertanian • Kota juga berarti suatu • perkotaan : satuan
dengan susunan fungsi lingkungan kehidupan permukiman bukan pedesaan
kawasan sebagai tempat perkotaan yang mempunyai yang berperan di dalam satuan
pelayanan jasa ciri non agraris, misalnya wilayah pengembangan dan
pemerintahan, ibukota kabupaten, ibukota atau wilayah nasional sebagai
pelayanan social dan kecamatan yang berfungsi simpul jasa, menurut
kegiatan ekonomi. sebagai pusat pertumbuhan. pengamatan tertentu
Peta rencana pola ruang (zoning map)
digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.rencana pola ruang a.cakupan rencana pola a. rencana pola ruang a.peta rencana pola ruang
ruang meliputi ruang dapat digambarkan harus sudah, zona/
digambarkan dalam
darat dan/atau ruang menunjukkan batasan persil
peta dengan skala ke dalam beberapa
laut dengan batasan 4 untuk wilayah yang sudah
atau tingkat lembar peta yang
(empat) mil laut yang terbangun.
diukur dari garis pantai
tersusun secara
ketelitian minimal b.Zona/ subzona/ sub subzona
wilayah beraturan mengikuti
1:5.000 dan memiliki luas minimum 5
kabupaten/kota atau ketentuan yang
mengikuti ketentuan (lima) hektar di dalam BWP.
sampai batas negara berlaku;
mengenai sistem yang disepakati secara c.Apabila luasnya kurang dari 5
b. peta rencana pola (lima) hektar subzona/ sub
informasi geografis internasional apabila
kabupaten/kota terkait
ruang juga berfungsi subzona dihilangkan dari
yang dikeluarkan sebagai zoning map klasifikasi zona dan
berbatasan laut
oleh kementerian/ dengan negara lain; bagi peraturan dimasukkan ke daftar
lembaga yang zonasi; dan kegiatan di dalam matriks
berwenang; ITBX.
Contoh Peta RDTR
(Bahan Workshop RDTR oleh Dr. Ir. Denny Zulkaidi, MUP)
Caranya?
Contoh standar yang dapat digunakan untuk Peraturan Zonasi , (Bahan Workshop RTDT oleh Dr. Ir. Denny Zulkaidi, MUP)
Sumber Standar
Keputusan Dirjenhubdar SK. 43/AJ 007/DRJD/97 Jenis, Kriteria, Fungsi, dan persyaratan umum fasilitas pejalan kaki,
Tentang Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Wilayah Persyaratan teknis trotoar (lebar, konstruksi, penempatan, dan sebagainya)
Kota Persyaratan teknis penyeberangan sebidang (zebracross, pelikan).
Persyaratan teknis penyeberangan tidak sebidang (jembatan penyeberangan, terowongan
penyeberangan).
Keputusan Dirjenhubdar no. 271/HK.105/DRJD/96 Jenis dan fasilitas Tempat Perhentian (halte dan Tempat perhentian bus/TPB)
Tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perencanaan TPB dan halte yang meliputi penentuan jarak, perhitungan teluk bus, dan perletakan.
Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Standar rancang bangun TPB dan halte.
Keputusan Dirjenhubdar no. 272/HK.105/DRJD/96 Jenis-jenis fasilitas parkir dan penempatannya.
Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Penentuan kebutuhan parkir, penentuan satuan ruang parkir.
Parkir Desain parkir pada badan jalan, dan tidak pada badan jalan.
Desain Gedung parkir.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Persyaratan umum: lokasi, kondisi geologi dan topografi
Umum Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Spesifikasi teknis perumahan di atas air
Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Tepi Air. Spesifikasi teknis sarana lingkungan: pendidikan, kesehatan, perniagaan dan industri
Spesifikasi teknis prasarana lingkungan: jalan, air bersih, persampahan dan air bersih
Spesifikasi teknis struktur, konstruksi, dan bahan bangunan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 486/KPTS/1998 Ketentuan penerapan pada bangunan umum dan lingkungan
Tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Ketentuan teknis aksesibilitas pada: jalur pejalan, area parkir, pintu, ramp, tangga, lift, kamar kecil,
Umum dan Lingkungan telepon umum, perabot, dan rambu.
Ketentuan teknis bahan dan tata letak jalur pemandu dan ukuran dasar ruang
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 640/KPTS/1986 Aturan rencana Kepadatan bangunan
Tentang Perencanaan Tata Ruang Kota Pengelompokan blok peruntukan bangunan
Instruksi Mendagri no.14 Tahun 1998 Tentang Penataan Lokasi-lokasi Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan Karakteristik vegetasi untuk tiap-tiap kawasan hijau
21
SNI Tata cara Penyusunan Tata Cara Perencanaan
perencanaan lingkungan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
perumahan di perkotaan mengacu:
berlaku untuk: 1. SNI 03-1728-1987, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung
2. SNI 03-1726-1989, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
a) perencanaan prasarana dan Rumah dan Gedung
sarana lingkungan 3. SNI 03-1730-1989, Tata Cara Perencanaan Gedung Sekolah Menengah
Umum
perumahan baru; 4. SNI 03-1726-1989, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
b) perencanaan penyediaan Rumah dan Gedung
5. SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
prasarana dan sarana
6. SNI 19-2454-1991, Tata Cara Pengolahan Teknik Sampah Perkotaan
lingkungan perumahan 7. SNI 03-2846-1992, Tata Cara Perencanaan Kepadatan Bangunan
yang telah berkembang Lingkungan, Bangunan Rumah Susun Hunian
secara terencana; dan 8. SNI 03-2845-1992, Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular
9. SNI 03-3647-1994, Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olah
c) perencanaan penyediaan Raga
prasarana dan sarana 10. SNI 03-3241-1994, Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
lingkungan perumahan yang Sampah
yang telah berkembang 11. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
secara tidak terencana 12. SNI 03-3242-1994, Spesifikasi Teknis Kawasan Permukiman Skala besar
Penyediaan sarana lingkungan, perencanaan bangunan-bangunan harus
memperhatikan persyaratan keamanan, keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan bagi penghuni dan/atau pemakainya, dengan mengacu
pada:
1. SNI 03-453-1987, Tata Cara Instalasi Petir Untuk Bangunan 1. SNI 03-2847-1992, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan dan Gedung
2. SNI 03-1727-1989, Tata Cara Perencanaan Pembebanan
2. SNI 03-1735-1993, Tata Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan
untuk Rumah dan Gedung Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan
3. SNI 03-1728-1989, Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Gedung
Bangunan Gedung 3. SNI 03-3985-1995, Tata Cara Perencanaan Pemasangan Sistem
Deteksi Alarm Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
4. SNI 03-1734-1989, Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang Rumah dan Gedung
dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung
4. SNI 03-6572-2001, Tata Cara Perencanaan Sistem Ventilasi dan
5. SNI 03-1736-1989, Tata Cara Perencanaan Struktur Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung
Bangunan Pencegah Bahaya Kebakaran pada Bangunan 5. SNI 03-2396-2001, Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Rumah dan Gedung Buatan pada Bangunan Gedung
6. SNI 03-1745-1989, Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran 6. SNI 03-6575-2001, Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan pada Bangunan Gedung
Rumah dan Gedung 7. SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung SNI 03-6806-2002, Tata Cara Perhitungan Beton
7. SNI 03-2397-1991, Tata Cara Perencanaan Rumah Tidak Bertulang Struktural
Sederhana Tahan Angin 8. SNI 03-6759-2002, Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi
Pada Bangunan Rumah dan Gedung
Apakah Pokja KLHS yang harus membuat hal tersebut? Sehingga
aturan-aturan tersebut harus diketahui?
Tidak, Pokja KLHS hanya mengevaluasi: apakah Materi Muatan RDTR
tersebut, sudah berada pada lokasi yang aman berdasarkan :
1. RTRW Kabupaten?
2. Rawan Bencana?
3. Jasa Ekosistem?
4. Potensi Sumber Daya Alam?
5. Penutupan Lahan?
6. Penunjukan Kawasan Hutan?
INI CONTOH KLHS APA???
Pedomani
Ada aturan
SNI
pewarnaan?
Perpetaan?
Terjadi Ini
perubahan apa?
Dari Apa
menjadi Apa?
Dasarnya
berubah
apa?
Sudah
dibahas
dalam
laporan?
Contoh Identifikasi Isu PB (Langkah 1)
melalui Konsultasi Publik
1
Daftar Isu: 6. Limbah Rumah Sakit
1. Banjir 7. Gelandangan
5 2. Longsor 8. Macet
3. Pencemaran sungai 9. Transportasi Umum
4. Intrusi Air Laut lama
2 3 5. Timbunan Sampah 10. Dll ..............
Contoh Identifikasi Isu PB Strategis (Langkah 2)
melalui Konsultasi Publik
2 3
Contoh Identifikasi Isu PB Prioritas (Langkah 3)
melalui Konsultasi Publik
2 3
Contoh Identifikasi Materi Muatan KRP (Langkah 4)
melalui FGD/Rapat Pembahasan Pokja KLHS
1. Pahami Materi Muatan RDTR:
a. tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan;
5 3 b. rencana pola ruang;
c. rencana jaringan prasarana;
d. penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
4 penanganannya;
e. ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. peraturan zonasi.
2. Tapis dengan Pasal 3 (2) PP 46/2016
1
5
Contoh Analisis Pengaruh (Langkah 5)
melalui FGD/Rapat Pembahasan Pokja KLHS
5 3
5
4
4
1
2
1 5
5
2 3
Contoh Analisis Muatan KLHS (Langkah 6)
melalui FGD/Rapat Pembahasan Pokja KLHS
5 3
5
4
4
1
2
1 5
5
2 3
Metode : B. Pelaksanaan : Metode (lanjutan) :
1. Identifikasi Isu PB, melalui Konsultasi c) Analisis ketersediaan Air tanah dan air
A. Persiapan: Publik, FGD atau lainnya? permukaan serta energi dengan trend
1. Pembentukan Pokja 2. Identifikasi Materi Muatan KRP, populasi selama masa berlakunya
melalui Bedah dokumen RDTR RDTR;
KLHS melalui Rapat Bab Struktur Ruang, Pola Ruang dan d) Overlay Peta Rawan Bencana (banjir,
Perangkat Daerah KSP, dst longsor, gempa, tsunami, dll) dan
3. Analisis Pengaruh, melalui Analisis analisis potensi sampah dan polusi
terkait, silang dengan pembobotan, hasil no lainnya, di wilayah RDTR, dimana akan
Hasil nya SK Walikota 1 dengan hasil no. 2 dibuang?
ttg Pokja KLHS RDTR 4. Analisis Muatan KLHS, melalui kajian e) Analisis Indeks Kualitas Lingkungan
lingkungan hidup: dengan trend populasi selama masa
2. Penetapan Tanaga Ahli a) Analisis kebutuhan lahan untuk berlakunya RDTR, Analisis Data SLHD
Pendamping, melalui Strukur (jalan, saluran irigasi, dengan trend populasi selama masa
listrik, dll sesuai arahan RDTR) dan berlakunya RDTR;
Rapat Pokja dan Tenaga Pola (pemukiman padat, sedang f) Overlay Kawasan Lindung (RTH,
Ahli Hasilnya SK dan rendah, dll sesuai arahan Sempadan Sungai/Danau/Pantai,
RDTR) Ruang wilayah kajian RDTR, Mata Air)
Walikota tentang Analisis Peta Existing RDTR terkait 5. Rumusan Alternatih, melalui analisis
Tenaga Ahli dengan trend populasi selama Pendekatan Faktor Pendukung dan
Pendamping masa berlakunya RDTR; Penghambat Hasil Kajian (dari butir 4)
b) Analisis kebutuhan air, terkait 6. Analisis Rekomendasi Perbaikan KRP,
3. Penyusunan KAK, dengan trend populasi selama melalui Pemilihan hasil dari Rumusan
melalui Rapat Pokja dan masa berlakunya RDTR; dan Alternatif
Overlay Peta Jasa Ekosistem
Tenaga Ahli hasilnya (penyedia air, pengatur air, dll
KAK terkait dengan muatan RDTR)
Overlay Peta RTRW
3 Overlay Peta:
5 1.Rawan Bencana
5
4 2.DDDT JE
4 3.Potensi SDA
4.Penutupan Lahan;
5.SIDIK;
6.Gambut;
7.Hutan Primer;
8.Penunjukan Kawasan
Hutan
1
2
Rumusan Alternatif
1 5
5
2 3 Rekomendasi Perbaikan
KRP
Peta
Tutupan
Lahan
Sumbar
DDDT Pengatur Air DDDT Penyedia Air
Kawasan
PIPIB SIDIK
Hutan
Rawan Bencana
Rumusan Alternatif dan Rekomendasi Perbaikan KRP
Rumusan Alternatif:
1. Rumah panggung;
5 3 2. Relokasi;
5 Hasil overlay Peta:
3. Dijadikan Ruang
1. Wilayah Perumahan Terbuka Hijau
4
4 sedang, kena Isu Banjir. (Kawasan Lindung);
2. Berada di daerah rawan 4. Diurug;
banjir, di Jasa Ekosistem
penyedia air tinggi,
tidak ada potensi SDA,
tutupan lahannya
Rekomendasi Perbaikan KRP:
areal gambut,
berada di luar Dengan Analisis Cost Benefit:
1 kawasan hutan 1. Relokasi;
2 2. Dijadikan RTH (Kawasan
Overlay Peta:
Lindung);
1. Rawan Bencana
1 5 2. DDDT JE
3. Potensi SDA
5 4. Penutupan Lahan;
5. SIDIK;
2 3 6. Gambut; Peta Pemukiman Sedang, dirubah
7. Hutan Primer;
8. Penunjukan menjadi RTH
Kawasan Hutan (Kawasan Lindung);
Perumusan Alternatif 7
Penyusunan Rekomendasi
Penyempurnaan KRP : Perbaikan : 8
Diumumkan
kepada
Masyarakat
KELENGKAPAN PERMOHONAN VALIDASI
Bertahap :
Tahap Akhir:
1. surat permohonan
1. surat permohonan
2. rancangan KRP;
2. rancangan KRP;
3. laporan KLHS sampai dengan
3. laporan KLHS sampai dengan
tahap pengkajian pengaruh KRP
tahap penjaminan kualitas KLHS;
terhadap kondisi Lingkungan
dan
Hidup dan Pembangunan
4. bukti pemenuhan standar
Berkelanjutan; dan
kompetensi Penyusun KLHS.
4. bukti pemenuhan standar
kompetensi Penyusun KLHS.
VALIDASI KLHS 11
Rekom
KLHS Integrasi KLHS ke Penjaminan
No KRP Perbaikan Validasi
(Pasal 13) KRP Kualitas
KRP
1 Pembangunan Apa hasil Apa yang • Apakah hasil • Apakah KLHS Menelaah :
Rumah Sakit kajian? diperbaiki? KLHS sudah di nya sudah dapat • Apakah Penjaminan
2 Pembangunan 1. DDDT, Integrasi-kan ke dinilai layak atau Kualitas sudah
Jalan 2. JE, Dari apa dalam KRP nya belum layak? menyatakan layak
3. Resiko, menjadi atau belum? atau belum.
3 Pembangunan Mall 4. PI, apa? • Apakah hasil • Apakah hasil
4 Pembangunan Rel 5. SDA, • KRP wajib KLHS sudah di KLHS sudah
KA 6. Kehati Dari luas diperbaiki sesuai Integrasikan diintegrasikan
berapa hasil KLHS. kedalam KRP? kedalam KRP.
5 Pembangunan menjadi luas • KRP sudah
Hotel berapa? • Pasal 17 UU No • Apakah hasil diperbaiki sesuai
32/2009 KLHS sudah hasil KLHS
menjadi dasar
perbaikan KRP?
VALIDASI KLHS DAPAT DILAKSANAKAN
• Bertahap;
1. Saat penjaminan kualitas telah dilakukan belum dapat digunakan
sampai dengan tahap pengkajian pengaruh untuk pengesahan KRP.
KRP terhadap kondisi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan;
2. Saat penjaminan kualitas telah dilakukan dapat digunakan untuk
sampai dengan tahap integrasi KLHS ke dalam pengesahan KRP.
KRP.
ITBX