Anda di halaman 1dari 1

EXECUTIVE SUMMARY

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TENTANG


PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) merupakan provinsi


yang memiliki daya tarik multi dimensional dan permasalahan fundamental yang
multi dimensional pula. Dalam konteks perumahan dan permukiman kumuh di DKI
Jakarta, terdapat lima isu utama yang menjadi dasar urgensinya penyusunan
Raperda Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yaitu; 1) lahan, 2) sarana-prasarana, 3) tata kelola, 4)
ekonomi, dan 5) sosial-budaya.
Dari aspek lahan, sarana dan prasarana dan tata kelola menjadi faktor utama
tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Jakarta. Berdasarkan data BPS Provinsi DKI Jakarta tahun 2017, terdapat 445
(empat ratus empat puluh lima) Rukun Warga (RW) kumuh, dengan kategori: 1)
Kumuh Berat: 15 RW, 2) Kumuh Sedang: 99 RW, 3) Kumuh Ringan: 205 RW, dan
4) Kumuh Sangat Ringan: 126 RW. Dari sisi ekonomi dan bisnis, DKI Jakarta telah
terdapat banyak penanaman modal dalam negeri dan asing sehingga menjadi daya
tarik tersendiri. Dari sisi sosial, penduduk DKI Jakarta telah terjadi akulturasi
antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang dari luar DKI Jakarta, baik
itu karena motif ekonomi, bisnis dan pendidikan. Berdasar aspek ekonomi, bisnis
dan sosial tersebut, mengakibatkan kepadatan penduduk di DKI Jakarta sulit
dikendalikan. Kepadatan penduduk ini salah satu penyebab perumahan atau
permukiman menjadi kumuh.
Kelima isu utama yang menjadi faktor fundamental tersebut, menjadikan DKI
Jakarta sorotan utama dalam hal penataan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, sehingga perlu pencegahan dan peningkatan kualitas dengan
mempertimbangkan tata ruang, legalitas tanah/ alas hak yang jelas. Apabila
perumahan kumuh dan permukiman kumuh tersebut dibiarkan saja atau setidak-
tidaknya tidak cepat ditangani, maka DKI Jakarta akan menjadi ibukota yang
mencerminkan Indonesia yang tidak teratur, tertib, dan indah, sehingga jauh dari
kelayakan tempat untuk dihuni. Dampak yang besar lainnya adalah, hak warga DKI
Jakarta untuk mendapatkan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi
dan teratur menjadi harapan yang kian jauh untuk diakses dan diraih oleh warga
DKI Jakarta. Dan, apabila perumahan kumuh dan permukiman tidak segera
ditangani, berpotensi meningkat dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di DKI Jakarta. tentunya hal tersebut perlu dicegah dengan
tepat, cepat, dan terencana sebaik-baiknya melalui peraturan perundang-
undangan, dan memerlukan pendanaan yang cukup agar DKI Jakarta tidak
terdapat lagi perumahan kumuh dan permukiman kumuh, sehingga masyarakat
dapat menikmati perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi dan
teratur.
Bahwa isu perumahan kumuh dan permukiman ini secara yuridis, telah
diatur dalam UU Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Namun untuk
konteks DKI Jakarta, diperlukan peraturan perundang-undangan lainnya yang
terkait, karena kompleksitas permasalahan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, sehingga perlu dilakukan peninjauan berdasarkan rencana tata ruang
wilayah, zonasi, legalitas tanah di perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
tinjauan kepariwisataan, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat. Dalam
pelaksanaannya perlu melibatkan stakeholders lainnya, agar maksud dan tujuan
ini pengaturan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh berjalan dan
tercapai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai