a. LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia melalui RPJMN 2015-2019 telah menetapkan target
pencapaian 100-0-100, suatu terjemahan dari target untuk memberikan akses
air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan
akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2019.
Suatu target yang cukup ambisius akan tetapi juga bukan hal yang tidak
mungkin dapat dicapai.
Melalui Program Peningkatan Kualita Permukiman (P2KP) pada tahun 2015 dan
sekarang berubah menjadi Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku). Sebagai tahap
awal dilakukan Survey Baseline data 100-0-100 di lokasi-lokasi yang sudah
ditetapkan dalam P2KP (Program Peningkatan Kualitas Permukiman). Melalui
Survey Baseline ini, diperoleh data 100-0-100 seluruh lokasi yang akan menjadi
tolok ukur pencapaian target pada akhir tahun 2019.
Survey Baseline data 100-0-100 ini pada prinsipnya merupakan pengkayaan dari
Pemetaan Swadaya yang selama ini dilakukan oleh masyarakat khususnya
melalui PNPM Mandiri, yang fokusnya pada penggalian data 100-0-100 dan juga
kumuh yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman Ditjen
Cipta Karya.
Baseline data 100-0-100 ini kedepannya diharapkan bisa dipergunakan oleh
Pemerintah Kabupaten/ Kota dan di evaluasi pencapaiannya secara periodik
sampai dengan tenggat waktu Tahun 2019.
Kami mempunyai pengalaman lapangan dalam pekerjaan survey baseline data di
Provinsi Jawa Barat yang tersebar di 27 Kota/Kabupaten, 242 Kecamatan, 1.701
kelurahan/desa.
b.TUJUAN
Tujuan dari Pelaksanaan Survey Baseline data 100-0-100 ini adalah:
c. METODOLOGI
Secara umum metodologi utama survey baseline data 100 0 100 ini adalah
dengan Survey partisipatif, yaitu survey data yang melibatkan masyarakat di
dalam prosesnya. Dengan menggabungkan metode kuantitatif dan juga kualitatif
didalamnya
Untuk menggali data khususnya di tingkat masyarakat, menggunakan 3 metode
kajian yaitu:
FGD : Digunakan pada saat penggalian data awal di tingkat desa/kelurahan
yang melibatkan segenap unsur masyarakat di desa/kelurahan tersebut. FGD
lebih detil juga dilakukan di tingkat basis (komunitas terkecil) untuk menggali
data utama.
Wawancara : Digabungkan dengan teknik FGD, dimana prosesnya dilakukan
dengan wawancara khususnya kepada warga dan informan kunci yang berada
di tingkat basis (komunitas terkecil)
Transek: Dilakukan terutama untuk verifikasi dan klarifikasi data hasil FGD
tingkat basis, terutama secara visual maupun verbal kepada masyarakat
langsung atau lokasi sasaran.
d.PENGGALIAN DATA
Data yang di survey adalah data lingkungan permukiman masyarakat. Yang
dimaksud dengan data lingkungan permukiman masyarakat adalah data yang
terkait akses air minum (100 kiri), pengurangan luasan kawasan kumuh (0) dan
data yang terkait dengan akses sanitasi yang layak (100 kanan). Data tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Data utama yang terkait dengan 7 indikator kumuh Bangkim, yaitu:
1. Keteraturan Bangunan
2. Kepadatan Bangunan
3. Kondisi Fisik Bangunan
4. Jalan Lingkungan
5. Drainase Lingkungan
6. Pembuangan air Limbah
7. Penyediaan Air Bersih & Air Minum
8. Pengelolaan Persampahan
9. Pengamanan Bahaya Kebakaran
b) Data pendukung yang terkait dengan infrastruktur permukiman, antara lain:
1. Mata pencaharian
2. Penggunaan daya listrik
3. Fasilitas Pendidikan
4. Fasilitas Kesehatan
5. Aspek Legalitas lahan dan hunian
Seluruh data tersebut dijadikan baseline data 100 0 100 yang nantinya dapat
diukur secara periodik pencapaiannya sampai dengan tahun 2019.
e. LOKASI SASARAN
Lokasi pekerjaan adalah di Provinsi Jawa Barat yang tersebar di 27
Kota/Kabupaten, 224 Kecamatan, 1.701 kelurahan/desa.
f. PELAKSANA
Pelaksana survey, pengolahan hasil survey dan penyusunan profil permukiman
kelurahan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat melalui wadah organisasi
warga Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan pelaksananya membentuk
Tim Inti Perencanaan Partisipatf (TIPP).