Anda di halaman 1dari 56

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)

PENYUSUNAN BASELINE DATA


100 - 0 - 100

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN (P2KP)






PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB)

PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100


PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN
(P2KP)









Diterbitkan Oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 i


DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN | 1

II. TUJUAN | 2
III. METODOLOGI | 2
III.1 Data | 3
III.2 Metode Pendataan |3
III.3 Lokasi Sasaran | 4
III.4 Jadwal | 4
IV. KELUARAN | 4
V. PRINSIP-PRINSIP | 4
VI. ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN | 5
VII. MATRIK PERAN PELAKU | 7
VIII. LANGKAH-LANGKAH | 8
A. Persiapan | 8
B. Pelaksanaan Pendataan 100 0 100 | 12
C. Tahap Penyusunan Profil 100-0-100 | 14

LAMPIRAN-LAMPIRAN | 20
Lampiran-1
Tatacara Penyelenggaraaan Workshop Dan Sosialisasi Tingkat Kota/Kab, Desa/Kel | 21
Lampiran-2
Penyiapan Peta Dasar Dan Peta Rona (Eksisting) | 29
Lampiran-3
FGD Penggalian Gagasan Pencegahan Dan Penanganan Kumuh | 35

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 iii

GAMBAR DAN TABEL


Gambar 1 Kedudukan Pendataan 100-0-100 Dalam Siklus Pembangunan Partisipatif | 2
Gambar 2: Diagram Alir Proses Penyusunan Data 100 0 100 | 6
Gambar 3: Contoh Peta Rencana Kegiatan | 18
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Pendataan 100 - 0 100 | 4
Tabel 2. Matriks Peran Pelaku Pendataan 100 0 100 | 7
Tabel 3 Kebutuhan Peta Dan Data Tingkat Desa/Kelurahan | 10
Tabel 4 Contoh Matrik Permasalahan | 16
Tabel 5 Contoh Matrik Analisi Permasalahan tingkat Desa/Kelurahan | 17
Tabel 6 Daftar Indikasi Kegiatan Penanganan Kawasan Permukiman Kel, Kec Kota/Kab | 18


.

iv

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

I. PENDAHULUAN
Pemerintah Indonesia melalui RPJMN III 2015-2019 telah menetapkan target
pencapaian akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan
menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia pada akhir
tahun 2019, target pencapaian tersebut dinamai dengan Gerakan 100 - 0 - 100.
Berdasarkan perkiraan maju hingga tahun 2015, Pemerintah optimistis target
Millennium Development Goals (MDGs) untuk sektor air minum sebesar 68,87%
dapat tercapai, dan target akses sanitasi MDGs sebesar 62,4% penduduk yang
diperkirakan juga dapat terwujud pada tahun 2015. Oleh karenanya bila perkiraan
tersebut benar, maka pada akhir tahun 2015 masih ada sekitar 31,13% masyarakat
yang belum memiliki akses yang baik terhadap penyediaan air minum dan sekitar
37,6% masyarakat yang belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak dan
sehat.
Untuk mewujudkan gerakan 100 - 0 - 100 tersebut bukanlah hal yang mudah, perlu
upaya yang keras dan kolaborasi semua pihak yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota,
masyarakat, swasta dan kelompok peduli lain, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan sampai dengan implementasi dan evaluasi programnya.
Pelaksanaan kolaborasi gerakan 100 - 0 - 100 di setiap Pemerintah Kabupaten/Kota
akan menunjukan seberapa baiknya daerah melayani kebutuhan mendasar
masayarakat khususnya dibidang infrastruktur permukiman ini.
Sebagai tahap awal yang penting dalam kolaborasi tersebut maka perlu dilakukan
Pendataan 100 - 0 - 100 di lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan dalam P2KP
(Program Peningkatan Kualitas Permukiman). Melalui Survey Baseline ini,
diharapkan diperoleh data 100 - 0 - 100 seluruh lokasi yang akan menjadi tolok ukur
pencapaian target pada akhir tahun 2019.
Pendataan 100 - 0 - 100 ini pada prinsipnya merupakan pengayaan dari Pemetaan
Swadaya yang selama ini dilakukan oleh masyarakat khususnya melalui PNPM
Mandiri, yang fokusnya pada penggalian data 100 - 0 - 100 dan juga kumuh yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta
Karya. Data 100 - 0 - 100 ini nantinya diharapkan akan dipergunakan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota dan di evaluasi pencapaiannya secara periodik sampai
dengan tenggat waktu Tahun 2019.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 1

Untuk kebutuhan itulah maka perlu disusun Prosedur Operasional Baku (POB)
Penyusunan Pendataan 100 - 0 - 100 sebagai petunjuk bagi semua pelaku
khususnya masyarakat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
pendataan 100 - 0 - 100.

II. TUJUAN
Tujuan dari Pelaksanaan pendataan 100 - 0 - 100 ini adalah:
1. Membantu Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan data 100 - 0 - 100 di
wilayahnya;
2. Mengumpulkan data 100 - 0 - 100 dan menyusun profil kawasan permukiman ;
3. Melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat sesuai persoalan kualitas
permukiman berdasarkan data 100 - 0 - 100.

III. METODOLOGI
Secara umum metodologi utama pendataan 100 - 0 - 100 ini adalah dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan masyarakat di dalam seluruh
rangkaian proses.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

III.1 Data
Data dimaksud adalah data 100 - 0 - 100 yaitu data yang terkait akses air minum
(100 kiri), pengurangan luasan kawasan kumuh (0) dan data yang terkait dengan
akses sanitasi yang layak (100 kanan). Data tersebut terdiri dari data fisik dan non
fisik antara lain:
1. Data fisik yang terkait dengan 7 indikator kumuh yaitu:
a. Kondisi bangunan hunian:
i. Keteraturan Bangunan
ii. Kepadatan Bangunan
iii. Kondisi Fisik Bangunan
b. Jalan Lingkungan
c. Drainase Lingkungan
d. Pembuangan air Limbah
e. Penyediaan Air Bersih & Air Minum
f. Pengelolaan Persampahan
g. Pengamanan Bahaya Kebakaran
2. Data non fisik yang terkait dengan infrastruktur permukiman, antara lain:
a. Legalitas pendirian bangunan
b. Kepadatan penduduk
c. Mata pencarian penduduk
d. Penggunaan Daya Listrik
e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
f. Fasilitas Pelayanan Pendidikan
Seluruh data tersebut akan dijadikan sebagai data 100 - 0 - 100 yang nantinya
dapat diukur secara periodik pencapaiannya sampai dengan tahun 2019 oleh
pemerintah Kabupaten/Kota.
III.2 Metode Pendataan
Untuk menggali data khususnya di tingkat masyarakat, akan menggunakan 3
metode kajian yaitu:
1. FGD : Digunakan pada saat penggalian data awal di tingkat desa/kelurahan
yang melibatkan unsur masyarakat di desa/kelurahan tersebut. FGD lebih detil
juga akan dilakukan di tingkat basis (komunitas terkecil) untuk menggali data
utama.
2. Wawancara : Digabungkan dengan teknik FGD, dimana prosesnya dilakukan
dengan wawancara khususnya kepada warga dan informan kunci yang berada
di tingkat basis (komunitas terkecil)
3. Transek: Akan dilakukan terutama untuk verifikasi dan klarifikasi data hasil FGD
tingkat basis, terutama secara visual maupun verbal kepada masyarakat
langsung atau lokasi sasaran.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 3

III.3 Lokasi Sasaran


Lokasi sasaran untuk pelaksanaan pendataan 100 - 0 - 100 akan dilakukan di lokasi
Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP).

III.4 Jadwal
Pelaksanaan Penyusunan data 100 - 0 - 100 ini akan dilakukan dalam kurun waktu lebih
kurang 6 (enam) bulan, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Pendataan 100 - 0 - 100


No

Aktifitas

Juni

Juli

Agust

Sept

ToT

Pelatihan Fasilitator

Workshop tkt Kota

Sosialisasi desa/kel

Pelatihan TIPP

Proses Pendataan 100 - 0


- 100

Persiapan Aplikasi Report

Rekap dan profil Kawasan


Permukiman
Kota/Kabupaten

Rekap Nasional

Okt

Nov

Des

X
X

IV. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan adalah:
1. Rumusan persoalan kualitas permukiman termasuk 7 indikator Kumuh
2. Data 100 - 0 - 100 dan profil kawasan permukiman tingkat kelurahan/desa
3. Indikasi kegiatan untuk mencapai target 100 - 0 - 100.

V. PRINSIP-PRINSIP
Adapun prinsip yang harus dipegang dalam pelaksanaan pendataan 100 - 0 - 100
ini adalah sebagai berikut :
a. Prinsip keadilan
Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memiliki akses
yang sama terhadap terhadap pelayanan air minum, permukiman yang layak

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

dan sanitasi yang baik, sebagai kebutuhan mendasar di bidang infrastruktur


permukiman.
b. Prinsip kolaborasi
Prinsip dasar kolaborasi adalah kerjasama dan kesetaraan (esensi dasar),
kebersamaan, berbagi tugas, tanggung jawab, dan tanggung gugat untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai, menentukan indikator keberhasilan,
menggali data dan informasi serta berbagi peran dalam setiap prosesnya.
c. Prinsip akurasi dan kehati-hatian
Mengingat bahwa data ini akan digunakan terus menerus sebagai alat untuk
mengukur pencapaian program, maka data-data yang diperoleh harus akurat dan
valid dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun juga secara
sosial.
d. Prinsip keberlanjutan
Bahwa data ini harus dapat dipergunakan secara periodik mulai dari data awal,
evaluasi maupun juga paska pelaksanaan program, dan terutama dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan-pengambilan keputusan penting dalam
peningkatan kualitas permukiman baik di tingkat pusat maupun di daerah.

VI. ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN


Alur Pelaksanaan Kegiatan pendataan 100 - 0 - 100 dibagi dalam 3 (tiga) tahapan
yaitu:
A. Tahap Persiapan
B. Tahap Pelaksanaan Pendataan
C. Tahap Penyusunan Profil Kawasan Permukiman
Secara lebih lengkap dideskripsikan melalui alur sebagai berikut:

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 5

KEGIATAN

A. PERSIAPAN

A.1. Workshop Persiapan


Pendataan 100-0-100
Tingkat Kab/Kota

A.2. Sosialisasi di tingkat


Desa/Kel

A.3. Penyiapan Peta Dasar


& Peta Rona Awal

B. PELAKSANAAN PENDATAAN

A.4. Pembekalan Tim Inti


Perencanaan Partisipatif
(TIPP)

B. PENYUSUNAN PROFIL &


INDIKASI KEGIATAN

OUTPUT (KELUARAN)

Data Sekunder Desa/Kel


Data Monografi Desa/Kel
Jadwal Pendataan

Peta Dasar Kel/Desa


Peta Rona Awal

TIPP memahami POB


TIPP siap memfasilitasi
pendataan 100-0-100
RKTL

B.1. RPK Persoalan


Permukiman & Pemetaan
Awal Masalah Kel/Desa

B.2. Pendataan 100-0-100 tkt RT/


RW/Dusun :
Diskusi 100-0-100 Rumah
Tangga & Lingkungan
Transek & Observasi

B.3. Konsolidasi & Analisis Data


Tingkat Kel/Desa

C.1. Penyusunan Profil 100-


0-100/Profil Kumuh Kel/
Desa dan Indikasi
Program/Kegiatan

C.2. Workshop
Penyepakatan Profil
Kawasan Permukiman
Tingkat Kab/Kota

Data Sekunder
Peta Dasar Kel/Desa
Kesamaan orientasi 7 Indikator
Kumuh & Data 100-0-100
Kesepakatan konsep, Metode &
Jadwal

Ciri & Karakteristik Permukiman


Kumuh
Harapan masyarakat untuk
menyelesaikan persoalan
permukiman
Peta awal persoalan
permukiman
RKTL Transek & Observasi

Tabel persoalan permukiman


Rekap Data 100-0-100 Rumah
Tangga & Lingkungan
Peta Tematik Permasalahan
permukiman RT/RW/Dusun

Peta Tematik tingkat Kel/Desa


Rekap Data Rumah Tangga &
Lingkungan tingkat Kel/Desa

Profil 100-0-100/Profil Kumuh


Kel/Desa
Indikasi Program/Kegiatan
Pencegahan/Peningkatan
Kualitas Permukiman Kel/Desa

Profil 100-0-100/Profil Kumuh


Kab/Kota
Indikasi Program/Kegiatan
Pencegahan/Peningkatan
Kualitas Permukiman Kab/
Kota

Peta skenario Penanganan

Gambar 2: Diagram alir Proses Penyusunan data 100 0 100

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

VII. MATRIK PERAN PELAKU


Proses pendataan ini perlu didukung oleh seluruh pelaku yang terkait dengan persoalan
kualitas permukiman. Akan tetapi tidak seluruh pelaku terlibat dalam setiap proses, oleh
karenanya perlu dijelaskan pembagian peran pelaku melalui matrik sebagai berikut:
Tabel 2. Matriks Peran Pelaku Pendataan 100 0 - 100

No

Kegiatan

KMW

Korkot

Tim
Faskel

Pemda
/ Pokja
PKP

Lurah/
Kades

BKM/
LKM

RT/
RW/
Dusun

TIPP Masy

Pelatihan Fasilitator

Workshop tkt Kota

Sosialisasi desa/kel

Penyiapan Peta
Dasar & Peta Rona
Awal

Pembekalan TIPP

RPK Persoalan
Permukiman &
Pemetaan Awal
Masalah

Pendataan 100-0100 tingkat RT

Konsolidasi dan
Analisis data tingkat
Kel/Desa

Penyusunan profil
tingkat Kel/Desa dan
Indikasi
Program/Kegiatan

10

11

Workshop
penyepakatan profil
Kawasan
Permukiman tingkat
Kab/Kota

Sosialisasi hasil profil


Kel/Desa & Kab/Kota

Keterangan Simbol :
@
: Pelaksana/Penyelenggara

: Pemandu

: Pengendali

: Peserta

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 7

VIII. LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sebagaimana deskripsi alur kegiatan pada
gambar 2, akan dijelaskan secara lengkap dalam uraian dibawah ini.
A. PERSIAPAN
A.1 Workshop Penyiapan Pendataan 100 - 0 - 100 tingkat Kota/Kabupaten
a. Uraian

Merupakan proses untuk membangun kesamaan


pandang tentang konsep atau target 100 - 0 - 100
Mengingatkan kembali tentang komitmen terhadap
pencapaian target 100 - 0 - 100
Membangun pemahaman terhadap konsep dan metode
Survey Baseline
Membangun komitmen pemanfaatan data
Penting ditekankan disini syarat kolaborasi adalah
dengan mendorong peran pemda lebih besar untuk
menggalang
pihak
yang
terkait.
Sehingga
diupayakan Penyelenggaraan Workshop ini atas
inisiatif Pemda sendiri.

b. Pelaksana

Bappeda/Pokja PKP

c. Fasilitator

Tim Korkot

d. Peserta

Walikota/Bupati, BAPPEDA, SKPD terkait, Swasta dan


kelompok peduli lain

e. Output

Diperolehnya data-data sekunder yang dibutuhkan


Diperolehnya peta dasar kelurahan/desa, peta
penggunaan lahan/zonasi
Kesamaan orientasi tentang 7 Indikator kumuh dan data
100 - 0 - 100
Kesepakatan konsep dan metode pendataan
Kesepakatan Jadwal

f. Langkah-langkah

1. Pemaparan tentang Konsep Peningkatan Kualitas


Permukiman, Indikator dan target 100 - 0 - 100 dan
Konsep dan Metode Pendataan 100 - 0 - 100
2. Diskusi kelompok tentang :
a. Indikator dan target 100 - 0 - 100 dan
b. Konsep
serta
metode
Pendataan
tingkat
desa/kelurahan
3. Penyepakatan tentang Jadwal Pelaksanaan Pendataan
serta pembagian tugas monitoring pelaksanaan kegiatan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

survey
4. Pengumpulan data-data sekunder yang dibutuhkan
termasuk peta-peta desa/kelurahan (peta tersebut
diutamakan yang memiliki skala minimal 1:5000)
Lebih lengkap tentang tatacara pelaksanaan workshop
akan diuraikan di dalam lampiran I
A.2 Sosialisasi Di Tingkat Kelurahan/desa
a.

Uraian

Proses
koordinasi
dan
sosialisasi
dengan
pihak
kelurahan/desa terkait Pendataan 100 - 0 - 100 kawasan
permukiman.
Proses survey data sekunder yang dibutuhkan di tingkat
kelurahan
Proses membangun komitmen untuk kegiatan Pendataan 100
- 0 - 100

b.

Pelaksana

Aparat desa/kelurahan

c.

Fasilitator

Fasiltator Kelurahan

d.

Peserta

Lurah/Kepala desa, BKM, UP-UP, Relawan, TIPP, Perwakilan


masyarakat lain

e.

Output

f.

Langkah-langkah

Diperolehnya data-data sekunder tingkat kelurahan/desa


Data Monografi Kelurahan/Desa
Jadwal pelaksanaan pendataan
Melakukan pertemuan untuk koordinasi dengan pihak
kelurahan
2. Pemaparan
tentang
Konsep
Peningkatan
Kualitas
Permukiman, Indikator dan target 100 - 0 - 100 dan Konsep
dan Metode Pendataan 100 - 0 - 100
3. Pengumpulan data-data sekunder dan peta-peta yang
dibutuhkan
4. Mengidentifikasi data Rumah Tangga/KK tiap RT/RW/Dusun
5. Menemukenali dan menggalang key persons untuk membantu
kelancaran pendataan
6. Memahami kondisi awal kawasan (sosial masyarakat, kegiatan
ekonomi dan lingkungan)
7. Kompilasi data sekunder dan informasi serta Penyiapan peta
dasar (diutamakan yang memiliki skala 1:5000 dan skala
1:1000)
Untuk melengkapi, tatacara proses sosialisasi tingkat
desa/kelurahan lihat lampiran 1

1.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 9

Tabel 3 Kebutuhan Peta dan data tingkat desa/kelurahan


No

DATA

SUMBER DATA

Peta Kondisi eksisting

Data monografi kelurahan/desa


Data profil rumah tangga tentang
pelayanan air minum dan Sanitasi

INSTANSI
Kantor Kelurahan/Desa

Podes 2014

A.3 Penyiapan Peta dasar dan Peta Rona


a. Uraian

Pada tahap ini TIPP didampingi oleh Tim Fasilitator


harus menyiapkan peta dasar kelurahan/desa dan Peta
Rona (Kondisi eksisting).
Penyiapan Peta memiliki tingkat kesulitan tersendiri,
untuk kota-kota besar pada umumnya sudah memiliki
peta yang berskala
Bila tidak memungkinkan cukup dengan menggunakan
Peta eksisting desa/kelurahan yang telah ada bangunan
maupun infrastruktur (Sketsa) untuk proses survey
Penggunaan Peta berskala akan sangat diperlukan pada
saat Proses Perencanaan Teknis.

b. Pelaksana

Aparat Desa/kel/TIPP

c. Fasilitator

Tim Faskel

d. Peserta

BKM,RT/RW dan perwakilan masyarakat.

e. Output
f. Langkahlangkah

:
:

Peta rona (Kondisi eksisting) kelurahan/desa


Gunakan
Peta
dasar
yang
diperoleh
dari
kelurahan/desa, bila tidak ada peta yang dimaksud,
maka dapat dilakukan dengan cara Digitasi peta Google
Earth (jika peta yang tersedia diterbitkan lebih dari satu
tahun) atau menggunakan peta dari RTPLP/PJM
Pronangkis yang ada
Penyepakatan kode-kode/simbol-simbol legenda yang
akan digunakan dalam menandai peta survey (mengacu
pada ketentuan simbol/legenda standar PU)
Peta rona (eksisting) kelurahan/desa diperbanyak untuk
peta tematik sesuai kebutuhan.
Tatacara pembuatan peta dasar dan peta rona dijelaskan
dalam lampiran 2

10

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

A.4 Pembekalan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)


1. Uraian

Dilakukan pembekalan terhadap TIPP agar mampu


melakukan fasilitasi penyusunan data 100 - 0 - 100
dengan baik.

2. Pelaksana

Aparat desa/kel

3. Fasilitator

Tim Korkot & Faskel

4. Peserta

Tim Penyusunan data 100 - 0 - 100

5. Alat & Bahan

6. Media Bantu

7. Output

8. Langkahlangkah

Peta Dasar & peta rona


Spidol
Plester
Kertas Plano
Dll
Modul Pelatihan/Pembekalan TIPP :
o Konsep P2KP dan POB Pendataan 100 - 0 - 100
o Film Tutorial Pendataan 100 - 0 - 100 P2KP

TIPP memahami POB


TIPP siap memfasilitasi pendataan 100 - 0 - 100
RKTL
Penjelasan Konsep P2KP
Penjelasan POB Pendataan 100 - 0 - 100
Praktek atau Simulasi Tahapan Pendataan 100 - 0 100
Penjelasan mengenai Pokja dan tupoksinya

Pembagian peserta menjadi pokja-pokja terutama ,


sekurang-kurangnya terdiri dari:
i.

ii.

iii.

Pokja Survey data tingkat Rumah tangga (Air


minum, Sanitasi, kondisi dan keteraturan
bangunan) yang akan menggunakan panduan
kuisioner untuk penggaliannya
Pokja Survey data tingkat lingkungan (Kepadatan
bangunan, Sampah, Jalan, Drainase dan
kebakaran) yang terdiri dari tim:
a. FGD
b. Transek
Lainnya apabila diperlukan
RKTL

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 11

B. Pelaksanaan Pendataan 100 0 100


B.1 Refleksi Perkara Kritis (RPK) Persoalan Permukiman & Pemetaan awal
masalah desa/kelurahan
a. Uraian

Diskusi penggalian gagasan peningkatan kualitas


permukiman dilakukan di tingkat kelurahan untuk
membangun kesadaran kritis peserta (masyarakat) dan
mendapatkan data awal persoalan permukiman dengan
metode FGD.

b. Pelaksana

TIPP

c. Fasilitator

Tim Faskel

d. Peserta
e. Alat & Bahan

f. Media Bantu
g. Output

h. Langkah-langkah

Masyarakat dan RT/RW


Kertas Plano
Spidol warna
Dll
Panduan FGD
Peta dasar dan Peta rona
: Ciri dan karakteristik permukiman kumuh
Harapan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan
kualitas permukiman
Peta Awal Persoalan permukiman
Rencana Transek dan Pendataan (Observasi Lapangan)
: Lebih lengkap dilihat di panduan FGD di lampiran 3

B.2. Survey data tingkat basis/RT


B.2.1 Pendataan 100 0 100 rumah tangga dan masalah 100 0 100 lingkungan
a. Uraian

Diskusi di tingkat Basis (Lingkungan/RT) dilaksanakan


untuk mendapatkan data utama terkait 100 - 0 - 100 di
tingkat rumah tangga maupun di tingkat lingkungan.
Pemilihan sampel dipilih berdasarkan proksi yang tepat,
dalam hal ini adalah perwakilan masyarakat RT yang
dianggap memiliki pemahaman yang cukup tentang warga
maupun lingkungannya.
Metode yang digunakan adalah FGD

b. Pelaksana

TIPP

c. Fasilitator

Faskel

d. Peserta

masyarakat RT

e. Alat & Bahan

12

Kertas Plano

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Spidol
Hasil FGD
Instrumen Kuisioner dan tabel masalah 100 - 0 - 100
tingkat Rumah tangga
Instrumen Kuisioner dan tabel masalah 100 - 0 - 100. Dll

f. Media Bantu

g. Output

Rekapitulasi data 100 - 0 - 100 rumah tangga


Rekapitulasi data 100 - 0 - 100 lingkungan

h. Langkah-langkah

Lebih lengkap kegiatan ini dijelaskan secara khusus dalam


Suplemen POB tentang Tatacara Pendataan 100 0 - 100
tingkat desa/kelurahan bagian D2

B.5.2 Observasi Lapangan (Transek)


a. Uraian
: Pada tahap ini TIPP didampingi Tim Fasilitator melakukan
observasi lapangan yang tujuannya untuk mendapatkan
informasi kondisi persoalan permukiman dan potensi yang
ada terutama untuk melakukan cek dan re-cek hasil FGD
basis.
b. Pelaksana
: TIPP dan RT/RW
c. Peserta
: Warga Masyarakat, RW, RT
d. Alat & Bahan
: Kamera
Spidol Warna
Meteran/ laser measure / GPS
e. Media Bantu
: Peta hasil FGD
Rekap data 100 - 0 - 100 rumah tangga hasil FGD basis
Rekap data 100 - 0 - 100 lingkungan hasil FGD basis
f. Output
: Data permasalahan permukiman dan rinciannya di lokasi
setempat.
Peta tematik permasalahan permukiman
g. Langkah-langkah
: Lebih lengkap kegiatan ini dijelaskan secara khusus dalam
Suplemen POB tentang Tatacara Pendataan 100 - 0 - 100
tingkat desa/kelurahan bagian D3.
B.3. Konsolidasi dan Analisis data tingkat desa/kelurahan
a. Uraian
: Setelah proses pendataan, (FGD, Transek, Obesrvasi
lapang, dll) seluruh hasilnya dikonsolidasikan. Kegiatan
ini dilakukan terutama untuk mengolah hasil Pendataan
baik melalui FGD, Pemetaan maupun transek ke dalam
tabel dan matrik dari seluruh RT di tingkat
Desa/kelurahan Hasil konsolidasi data adalah baseline
data dan profil kawasan permukiman.
Untuk kawasan kumuh yang sudah ditetapkan oleh
Walikota/Bupati, delineasi kawasan lebih bersifat
verifikasi profil tanpa mengubah lokasi yang sudah

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 13

b.
c.
d.
e.

ditetapkan.
: TIPP
: Faskel
: Anggota TIPP
Kertas Plano
Spidol
Dll
Hasil pendataan tingkat basis

Pelaksana
Fasilitator
Peserta
Alat & Bahan

f. Media Bantu
g. Output

Peta Tematik tingkat Kel/Desa


Rekap Data Rumah Tangga & Lingkungan tingkat
Kel/Desa

h. Langkah-langkah

Lebih lengkap kegiatan ini dijelaskan secara khusus dalam


Suplemen POB tentang Tatacara Pendataan 100 - 0 - 100
tingkat desa/kelurahan bagian D4.

C. Tahap Penyusunan Profil 100-0-100


C.1 Penyusunan Profil 100-0-100 dan Indikasi Program/Kegiatan
a. Uraian

b.
c.
d.
e.

Pelaksana
Fasilitator
Peserta
Alat & Bahan

:
:
:
:

f. Media Bantu

g. Output

Pada tahap ini TIPP menyusun profil 100 - 0 - 100


berdasarkan data dan informasi hasil rekap konsolidasi
data tingkat desa/kelurahan.
Dan juga menyusun indikasi kegiatan khusus di
kawasan prioritas (terdelineasi) dengan terlebih dahulu
melihat dokumen perencanaan yang sudah ada (RPJM
des/RKP
kel/PJM
Pronangkis/RTPLP/dll),
untuk
sinkronisasi kegiatan yang sesuai dengan indikator 100
0 100
TIPP
Faskel
Anggota BKM/LKM, Kelurahan/Desa, RW, RT
Kertas Plano
Spidol
Catatan,dll
Rekap data 100 - 0 - 100 tingkat desa/kelurahan
PJM Ponangkis, RTPLP, RPJM, Renstra,dll
Profil 100 - 0 - 100 /Profil Kumuh Kel/Desa
Indikasi Program/Kegiatan Pencegahan/Peningkatan
Kualitas Permukiman Kel/Desa

h. Langkah-langkah

14

1. Lebih lengkap kegiatan penyusunan profil ini dijelaskan


secara khusus dalam Suplemen POB tentang Tatacara

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Pendataan 100 - 0 - 100 tingkat desa/kelurahan


bagian D4.
2. Setelah profil tingkat desa/kelurahan tersusun, maka
selanjutnya disusun indikasi kegiatan, terutama untuk
perencanaan pembangunan yang terkait dengan
peningkatan kualitas permukiman di lokasi tersebut,
prosesnya lebih kurang sebagai berikut:
a.

Menuangkan profil desa/kelurahan tersebut kedalam


matrik permasalahan. (Tabel 4)

b.

Menyusun matrik analisis seperti pada tabel (Tabel


5), gunakan data profil kualitas permukiman untuk
mengisi kolom uraian masalah, dan gunakan hasil
FGD awal, maupun transek untuk mengisi kolom,
penyebab, akibat, potensi untuk penyelesaian dan
juga usulan upaya yang dapat dilakukan

c.

Matrik analisis ini didiskusikan dan disepakati di


tingkat desa/kelurahan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100 15

Tabel 4
Contoh Matrik Permasalahan
Kabupaten
Kecamatan
Desa/kelurahan
No

: ..................................
: ..................................
: ..................................

indikator
Keteraturan Bangunan

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

16

Kepadatan Bangunan

sumber
informasi
Hasil kompilasi
data rumah
tangga &
lingkungan

Kondisi Fisik Bangunan


Jalan Lingkungan

FGD dan transek

Drainase Lingkungan

FGD dan transek

Uraian Masalah
(kondisi saat ini)

Lokasi

60 % membelakangi
sungai
40 % dikemiringan diatas
15 %
100 unit / Ha

RT 01

60 % kondisi hunian semi


permanen

RT 01

Dimensi
(Ukuran)

RT 01

tinggi genangan 50 cm
selama 4 jam

Pembuangan air Limbah


Penyediaan Air Bersih &
Air Minum
Pengelolaan
Persampahan
Mata pencaharian
Masalah Fasilitas
kesehatan
Masalah Fasilitas
Pendidikan
Masalah penguasanan
bangunan dan status
lahan
Dst

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Jml KK

Matrik permasalahan (tabel 5) tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk menyusun


Indikasi Kegiatan Penanganan Permasalahan Kawasan Permukiman terkait indikator /
kriteria 100 - 0 - 100 untuk periode waktu tahun 2016 sampai dengan 2019 (sesuai
kebutuhan). Adapun prosesnya lebih kurang sebagai berikut:
1)

2)
3)

Mengidentifikasi Usulan Kegiatan / penyelesaiaan permasalahan terkait indicator


/ criteria Kekumuhan berdasarkah hasil analisis permasalahan / Matrik Hasil FGD
Tematik D Tingkat Komunitas, terutama dari kolom upaya-upaya yang dapat
dilakukan
Menginput usulan kegiatan dari setiap kriteria / indikator ke dalam format daftar
indikasi kegiatan yang telah disediakan (lihat tabel 6);
Dan kemudian menggambarkannya dalam peta rencana (gambar 3)

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 17

Tabel 6

a. MENYUSUN PETA RENCANA


Menyusun Peta Indikasi Kegiatan: kegiatan kegiatan yang ada dalam daftar
indikasi kegiatan disajikan dalam peta. (lihat contoh peta indikasi kegiatan)

18

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Gambar 3: Contoh Peta Rencana Kegiatan

C.2 Workshop Penyepakatan Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100) tkt
Kota/kabupaten
a. Uraian
: Konsultasi hasil perumusan indikasi program dengan
pemerintah kota/kabupaten dan stakeholder merupakan
kegiatan untuk mensikronkan hasil penyusunan data 100 0 - 100 dengan perencanaan dan kebijakan kota serta
memperoleh masukan dari berbagai pihak.
b. Pelaksana
: Pemerintah kota/kabupaten
c. Fasilitator
: Tim Korkot
d. Peserta
: Fasilitator, Lurah/Kades, TIPP/Anggota LKM, SKPD terkait,
perguruan tinggi, swasta dll
e. Media Bantu
Rekap data 100 - 0 - 100 seluruh desa/kelurahan
Peta Persoalan seluruh desa/kelurahan
Draft Indikasi program peningkatan kualitas permukiman
f. Output
: Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100)
tingkat kota/kab
Indikasi program/kegiatan pencegahan/peningkatan
kualitas permukiman tingkat Kab/Kota

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 19

g. Langkah-langkah

20

Peta skenario rencana penanganan


Lebih lengkap penjelasan tentang workshop penyepakatan
Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100) tingkat
kota/kabupaten di lampiran 1

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 21

Lampiran-1
TATACARA PENYELENGGARAAAN WORKSHOP DAN SOSIALISASI TINGKAT
KOTA/KAB DAN DESA/KELURAHAN
A. WORKSHOP PENYIAPAN PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 - 0 - 100 TINGKAT
KOTA/KABUPATEN
Workshop Penyiapan Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 harus dilaksanakan dengan tujuan
sebagai berikut:

Untuk membangun kesamaan pandang tentang konsep atau target 100 - 0 - 100

Membahas kondisi permukiman, rencana pembangunan kota, legalitas lahan, tata


guna lahan dan lain-tentang komitmen lain terhadap pencapaian target 100 - 0 - 100

Membangun pemahaman terhadap konsep dan metode Survey Baseline

Membangun komitmen pemanfaatan data


Dari sisi teknis, pelaksanaan Workshop Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 akan bertumpu
pada peran Pemda. Korkot dalam hal ini yang akan memfasilitasi, harus memahami dengan
baik alur pelaksanaan Workshop agar pelaksanaannya berjalan baik dan bisa menghasilkan
keluaran (output) sesuai harapan. Tahapan pelaksanaan Workshop Penyusunan Baseline
100-0-100 terdiri dari tiga yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Hasil Akhir (Output)

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PELAPORAN

Penjelasan dari masing-masing tahapan dan apa yang harus dilakukan tersaji pada
penjelasan berikut ini.
TAHAP PERSIAPAN

1. Korkot melakukan pembicaraan awal tentang rencana pelaksanaan Workshop


Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 dengan pihak Pemerintah kota/Kabupaten.
2. Korkot berkoordinasi dengan Tenaga Ahli Sosialisasi atau Tenaga Ahli LG Provinsi
untuk berkoordinasi hasil pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
3. Korkot bersama Pemerintah Kabupaten/Kota membahas detail teknis kegiatan
Workshop di antaranya tentang:
a. Waktu dan lokasi kegiatan Workshop
b. Penentuan peserta yang akan diundang
c. Penentuan narasumber yang diminta memberikan materi dalam Workshop

22

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

d. Pengaturan jadwal kegiatan Workshop


4. Melaporkan kesiapan penyelenggaraan Workshop kepada OSP Provinsi masingmasing.
TAHAP PELAKSANAAN
1. Melakukan pengecekan akhir kesiapan penyelenggaraan Workshop. Adapun hal
teknis yang harus dipastikan adalah:
a. Kesiapan tempat penyelenggaraan Workshop
b. Kesiapan perlengkapan pendukung untuk kegiatan Workshop
c. Kesiapan pemandu acara atau master of ceremony
d. Kesiapan materi yang akan dibagikan kepada peserta
e. Kepastian kehadiran para peserta
f. Kepastian kehadiran narasumber
2. Materi minimal yang harus disampaikan oleh para Nara Sumber yang berkompeten
adalah;
a. Konsep Peningkatan Kualitas Permukiman,
b. Indikator dan target 100 - 0 - 100
c. Konsep dan Metode Survey Baseline 100 - 0 - 100
3. Lakukan diskusi kelompok dengan cara membagi peserta menjadi 3-4 Kelompok
dengan Topik:
a. Indikator dan target 100 - 0 - 100 dan
b. Konsep serta metode Survey Baseline tingkat desa/kelurahan
4. Hasil diskusi Kelompok dipaparkan dan disepakati bersama, Kesepakatan minimal
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Data-data sekunder yang dibutuhkan
b. Cara memperolepetadasar kelurahan/desa, petapenggunaanlahan/zonasi
c. Indikator dan target pencapaian 100 - 0 - 100
d. Konsep dan metode Survey Baseline
e. Jadwal
5. Seluruh proses pelaksanaan Workshopdicatat untuk dijadikan laporan
TAHAP PELAPORAN
1. Menyajikan laporan akhir pelaksanaanWorkshop Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100
dalam bentuk tertulis
2. Menulis hasil kegiatan Workshop dalam bentuk berita untuk ditayangkan di website
P2KP
3. Menyajikan RKTL dari kegiatan Workshop Penyusunan Baseline 100 - 0 100

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 23

B. SOSIALISASI PENYUSUNAN BASELINE 100-0-100 TINGKAT DESA/KELURAHAN


Sosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 harus dilaksanakan dengan tujuan sebagai
berikut:

Untuk membangun kesamaan pandang tentang konsep atau target 100 - 0 - 100

Membahas kondisi permukiman, rencana pembangunan kelurahan, legalitas lahan,


tata guna lahan dan komitmen lain terhadap pencapaian target 100 - 0 - 100

Membangun pemahaman terhadap konsep dan metode Survey Baseline

Membangun komitmen pemanfaatan data


Dari sisi teknis, pelaksanaan sosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 akan bertumpu
pada peran Tim Fasilitator. Untuk itulah Tim Fasilitatorharus memahami dengan baik alur
pelaksanaan sosialisasi agar pelaksanaannya berjalan baik dan bisa menghasilkan keluaran
(output) sesuai harapan. Tahapan pelaksanaan sosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 100 terdiri dari tiga yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Hasil Akhir (Output)

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PELAPORAN

Penjelasan dari masing-masing tahapan dan apa yang harus dilakukan tersaji pada
penjelasan berikut ini.
TAHAP PERSIAPAN

1. Senior Fasilitator/Tim Fasilitator melakukan pembicaraan awal tentang rencana


pelaksanaan sosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100 dengan pihak BKM
danPemerintah Kelurahan.
2. Senior Fasilitator berkoordinasi dengan Koordinator Kota atau Askorkot untuk
berkoordinasi hasil pertemuan dengan BKM danPemerintah Kelurahan.
3. Tim Fasilitator bersama BKM danPemerintah Kelurahan membahas detail teknis
kegiatan sosialisasi di antaranya tentang:
a. Waktu dan lokasi kegiatan sosialisasi
b. Penentuan peserta yang akan diundang
c. Penentuan narasumber yang diminta memberikan materi dalam sosialisasi
d. Pengaturan jadwal kegiatan sosialisasi
4. Melaporkan kesiapan penyelenggaraan sosialisasi kepada Korkotmasing-masing.

24

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

TAHAP PELAKSANAAN
1. Melakukan pengecekan akhir kesiapan penyelenggaraan sosialisasi. Adapun hal
teknis yang harus dipastikan adalah:
a. Kesiapan tempat penyelenggaraan sosialisasi
b. Kesiapan perlengkapan pendukung untuk kegiatansosialisasi
c. Kesiapan pemandu acara atau master of ceremony
d. Kesiapan materi yang akan dibagikan kepada peserta
e. Kepastian kehadiran para peserta
f. Kepastian kehadiran narasumber
2. Materi minimal yang harus disampaikan oleh para Nara Sumber yang berkompeten
adalah;
a. Konsep Peningkatan Kualitas Permukiman,
b. Indikator dan target 100 - 0 - 100
3. Konsep dan Metode Survey Baseline 100 - 0 - 100 Lakukan diskusi kelompok
dengan cara membagi peserta menjadi 3-4 Kelompok dengan Topik:
a. Indikator dan target 100 - 0 - 100 dan
b. Konsep serta metode Survey Baseline tingkat desa/kelurahan
4. Hasil diskusi Kelompok dipaparkan dan disepakati bersama, Kesepakatan minimal
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Data-data sekunder yang dibutuhkan
b. Cara memperolehpetadasar kelurahan/desa, petapenggunaanlahan/zonasi
c. Indikator dan target pencapaian 100 - 0 - 100 Konsep dan metode Survey
Baseline
d. Jadwal
5. Seluruh proses pelaksanaan sosialisasidicatat untuk dijadikan laporan
TAHAP PELAPORAN
1. Menyajikan laporan akhir pelaksanaansosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100
dalam bentuk tertulis
2. Menulis hasil kegiatan sosialisasi dalam bentuk berita untuk ditayangkan di website
P2KP (praktik baik salah satu kelurahan)
3. Menyajikan RKTL dari kegiatan sosialisasi Penyusunan Baseline 100 - 0 - 100

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 25

C. LOKAKARYA PENYEPAKATAN BASELINE DATA 100 - 0 - 100 DAN PROFIL


KAWASAN PERMUKIMAN TINGKAT DESA/KELURAHAN
LokakaryaPenyepakatanBaselinedanProfil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100)
harus dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
Penyepakatan baseline 100 - 0 - 100
Penyepakatan Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100)
PenyepakatanDaftar Kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan terkait 100 - 0 - 100
PenyepakatanPetaDasardanPetaTematik
Dari sisi teknis, pelaksanaan lokakarya Penyepakatan Baseline 100 - 0 - 100 danProfil
Kawasan Permukiman akan bertumpu pada peran Tim Fasilitator. Untuk itulah Tim Fasilitator
harus memahami dengan baik alur pelaksanaan lokakarya agar pelaksanaannya berjalan
baik dan bisa menghasilkan keluaran (output) sesuai harapan. Tahapan pelaksanaan
lokakarya Penyepakatan Baseline 100 - 0 - 100 danProfilKawasanPermukiman terdiri dari
tiga yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Hasil Akhir (Output)

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PELAPORAN

Penjelasan dari masing-masing tahapan dan apa yang harus dilakukan tersaji pada
penjelasan berikut ini.
TAHAP PERSIAPAN

1. Tim Fasilitator, TPP dan BKM melakukan pembicaraan awal tentang rencana
pelaksanaan Lokakarya Penyepakatan Baseline dan Profil 100 - 0 - 100 dengan
Pemerintah Kelurahan.
2. Senior Fasilitator berkoordinasi dengan KorkotdanAskot untuk berkoordinasi hasil
pertemuan dengan TPP, BKM danPemerintah Kelurahan.
3. Tim Fasilitator bersama BKM danPemerintah Kelurahan membahas detail teknis
kegiatan lokakarya diantaranya tentang:
a. Waktu dan lokasi kegiatan lokakarya
b. Penentuan peserta yang akan diundang
c. Penentuan narasumber yang diminta memberikan materi dalam lokakarya
d. Pengaturan jadwal kegiatan lokakarya
4. Melaporkan kesiapan penyelenggaraan lokakarya kepada Korkot masing-masing.

26

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

TAHAP PELAKSANAAN
1. Melakukan pengecekan akhir kesiapan penyelenggaraan lokakarya. Adapun hal
teknis yang harus dipastikan adalah:
a. Kesiapan tempat penyelenggaraan lokakarya
b. Kesiapan perlengkapan pendukung untuk kegiatan lokakarya
c. Kesiapan pemandu acara atau master of ceremony
d. Kesiapan materi yang akan dibagikan kepada peserta
e. Kepastian kehadiran para peserta
f. Kepastian kehadiran narasumber
2. Materi minimal yang harus disampaikan oleh para Nara Sumber yang berkompeten
adalah;
a. Pemaparan proses pelaksanaan survey dan FGD baseline 100 - 0 - 100,
b. Penyusunan Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100)
c. Pembahasan Peta Dasar dan Peta Tematik
3. Lakukan proses konfirmasikepadapesertadifasilitasi TPP dengan cara menampilkan:
a. Daftar kegiatan berdasarkan rekap data dan analisis masalah yang sudah
dilakukan dengan terlebih dahulu meninjau tentang program / kegiatan yang ada
di dalam PJM Pronangkis, Renta, Renstra, RPJM
b. Peta dasar dan peta tematik yang telah diperoleh dalam kegiatan survey
baseline data
4. Hasil konfirmasi dipaparkan dan disepakati bersama, kesepakatan yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
e. Baseline 100 0 100 tingkat kelurahan
a. Profil Kawasan Permukiman
b. Peta Dasar dan Peta Tematik
c. Daftar kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan terkait 100 - 0 - 100
5. Seluruh proses pelaksanaan lokakarya dicatat untuk dijadikan laporan
TAHAP PELAPORAN
1. Menyajikan laporan akhir pelaksanaanl okakarya Penyepakatan Baseline dan Profil
Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100) dalam bentuk tertulis
2. Menulis hasil kegiatan lokakarya dalam bentuk berita untuk ditayangkan di website
P2KP (Praktik baik salah satu kelurahan)
3. Menyajikan dokumenkesepakatan dari kegiatan lokakarya Penyepakatan Baseline
100 - 0 - 100 danProfil Kawasan Permukiman

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 27

D. WORKSHOP PENYEPAKATAN BASELINE 100 - 0 - 100 DAN PROFIL KAWASAN


PERMUKIMAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN
Workshop Penyepakatan Baseline 100 - 0 - 100 dan Profil Kawasan Permukiman harus
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
Penyepakatan Baseline 100 - 0 - 100
Penyepakatan Profil Kawasan Permukiman (terkait 100 - 0 - 100) tingkat kota/kab
Dari sisi teknis, pelaksanaan Workshop Penyusunan Baseline 100 - 0 100 akan bertumpu
pada peran Koordinator Kota (Korkot). Untuk itulah Korkot harus memahami dengan baik
alur pelaksanaan Workshop agar pelaksanaannya berjalan baik dan bisa menghasilkan
keluaran (output) sesuai harapan. Tahapan pelaksanaan Workshop Penyusunan Baseline
100 0 100 terdiri dari tiga yaitu:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Hasil Akhir (Output)

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PELAPORAN

Penjelasan dari masing-masing tahapan dan apa yang harus dilakukan tersaji pada
penjelasan berikut ini.
TAHAP PERSIAPAN

1. Korkot melakukan pembicaraan awal tentang rencana pelaksanaan Workshop


Penyepakatan Baseline dan Profil Kawasan Permukiman (100 - 0 - 100) dengan
pihak Pemerintah Kota/Kabupaten.
2. Korkot berkoordinasi dengan Tenaga Ahli Sosialisasi atau Tenaga Ahli LG Provinsi
untuk berkoordinasi hasil pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota .
3. Korkot bersama Pemerintah Kabupaten/Kota membahas detail teknis kegiatan
workshop di antaranya tentang:
a. Waktu dan lokasi kegiatan Workshop
b. Penentuan peserta yang akan diundang
c. Penentuan narasumber yang diminta memberikan materi dalam Workshop
d. Pengaturan jadwal kegiatan Workshop
4. Melaporkan kesiapan penyelenggaraan Workshop kepada OSP Provinsi masingmasing.

28

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

TAHAP PELAKSANAAN
1. Melakukan pengecekan akhir kesiapan penyelenggaraan Workshop. Adapun hal
teknis yang harus dipastikan adalah:
a. Kesiapan tempat penyelenggaraan Workshop
b. Kesiapan perlengkapan pendukung untuk kegiatan Workshop
c. Kesiapan pemandu acara atau master of ceremony
d. Kesiapan materi yang akan dibagikan kepada peserta
e. Kepastian kehadiran para peserta
f. Kepastian kehadiran narasumber
2. Materi minimal yang harus disampaikan oleh para Nara Sumber yang berkompeten
adalah;
a. Informasi pelaksanaan kegiatan baseline data 100 0 100
b. Baseline data 100 0 100
c. Profil Kawasan Permukiman 100 0 100
3. Lakukan proses tanya jawab terhadap kegiatan pada point 2
4. Pembacaan kesepakatan, minimal yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Verifikasi Data 100 0 100
b. Profil Kawasan Permukiman 100 0 100
c. Komitmen pemanfaatan baseline dan Profil Kawasan Permukiman (terkait 100
0 100)
5. Seluruh proses pelaksanaan Workshop dicatat untuk dijadikan laporan
TAHAP PELAPORAN
1. Menyajikan laporan akhir pelaksanaan Workshop Penyepakatan Baseline 100 0
100 dan Profil Kawasan Permukiman dalam bentuk tertulis
2. Menulis hasil kegiatan Workshop dalam bentuk berita untuk ditayangkan di website
P2KP
3. Menyajikan hasil kesepakatan dari kegiatan Workshop Penyepakatan Baseline 100
0 100 dan Profil Kawasan Permukiman

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 29

Lampiran-2
PENYIAPAN PETA DASAR DAN PETA RONA (EKSISTING)
A. PENYIAPAN PETA DASAR
Uraian : Peta dasar adalah peta awal sebagai peta kerja dimana kondisi awal/rona
awal/eksisting dapat digambarkan atau dipetakan.
Tahapan penyiapan peta dasar
1) Identifikasi dan pengumpulan berbagai peta yang dapat digunakan untuk menyusun Peta
Dasar. TPP bersama Aparat Desa/Kelurahan berkoordinasi dengan berbagai dinas dan
lembaga/instansi terkait untuk identifikasi dan mengumpulkan berbagai peta yang belum
baku untuk dikonversikan menjadi Peta Dasar
Sebagai acuan pembuatan peta dasar dapat menggunakan:
Foto udara dari Google Earth terkini
Untuk memperolehnya dapat berkoordinasi dengan :
Pemerintah Kota/Kabupaten, atau
Bakorsutanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional), atau
BPN (Badan Pertanahan Nasional), atau
BRR (Bidang Grafik Information System) dan Proyek RALAS/BPN, khusus untuk
wilayah NAD. (saat ini semua lokasi bencana di NAD telah memiliki foto udara
dengan skala 1 : 2000), atau
Peta dari BPN, atau
Peta yang telah ada yang dibuat oleh lembaga lain, atau
Peta-peta lain yang layak untuk menjadi acuan
Contoh foto udara/Google Earth lihat di bawah ini

Contoh:
Foto Udara : Desa Gampong Baro
Banda Aceh

30

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

2) Aparat Desa/Kelurahan/TPP kemudian membuat peta dasar dari foto udara yang telah
didapat.
Setelah peta peta yang dibutuhkan terkumpul maka dirangkum dan dikonversikan
menjadi Peta Dasar dalam bentuk peta garis. Upayakan agar gambar peta dasar ini
seakurat mungkin, dengan skala peta 1 : 1000.
Penggambaran peta dasar dapat dilakukan dengan cara:
a. Menggambar dengan menggunakan computer (Auto CAD, atau software lainnya).
b. Menggambar secara manual langsung dalam bentuk hardcopy.
Contoh:
Pembuatan Peta Dasar dengan
memakai Foto Udara/Google
Earth

Peta dasar harus memuat hal-hal sebagai berikut :


a. Jaringan
Jaringan jalan dan batas-batasnya
Jaringan pola aliran air (spt selokan, sungai, dsb)
b. Hamparan
Batas-batas tanah/persil
Batas-batas hutan, sawah atau pepohonan.
Batas-batas bukit, danau, sungai, jurang.
Batas-batas dataran rendah atau tanah yang terendam air.
Batas-batas kawasan khusus (kuburan, lindung, dsb)
c. Bangunan
Bangunan rumah yang masih berdiri.
Bangunan khusus (mesjid, gereja, kantor kelurahan/desa, dsb)
3) Tuliskan nama tiap benda yang ada dalam peta dasar (nama jalan yang ada sesuai
nama aslinya, hutan/sawah, gedung, dsb). Penamaan ini boleh dalam bentuk
kode/simbol pada gambar lalu menuliskan keterangan/nama pada kolom legenda
disamping gambar

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 31

Contoh:
Foto Udara/Google Earth yg
telah diubah menjadi peta garis
sebagai Peta Dasar

B. PENYUSUNAN PETA RONA AWAL


Uraian : Peta Rona Awal adalah Peta Dasar yg telah dilengkapi dengan berbagai data dan
informasi terkini. Data dan informasi ini diperoleh dari survei swadaya yang telah dilakukan
sebelumnya (melalui PPK/P2KP) dan bila dianggap perlu dapat dilakukan survei ulang.
Untuk menyusun Peta Rona Awal ada tiga langkah utama yang harus dilakukan sebagai
berikut :
1) Survei lapangan (ground survey); untuk mengumpulkan semua data dan informasi terkini
dari kondisi lapangan
2) Melengkapi Peta Dasar dengan data dan informasi terkini, untuk menjadikan Peta Dasar
memenuhi syarat sebagai Peta Rona Awal
3) Verifikasi lapangan, untuk mencocokkan sekali lagi calon Peta Rona Awal dengan
kondisi lapangan dan sekaligus mencek apakah semua kondisi lapangan telah
tergambarkan dalam Peta Rona Awal
Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan dgn baik dan benar maka siaplah Peta Rona Awal
Langkah 1 : Survei Lapangan
Faskel bersama-sama dengan Tim (Inti) Perencanaan Partisipatif kemudian melakukan
survei lapangan untuk melengkapi berbagai data dan informasi yang tidak secara ekplisit
atau jelas terekam melalui foto udara.

Untuk melakukan survei lapangan ini sebaiknya TIPP mengajak juga warga masyarakat yang berminat
Dalam kasus PPK/P2KP dimana dimungkinkan data-data atau informasi-informasi telah diperoleh melalui
Pemetaan swadaya (PS) termasuk gambar-gambar yang telah dibuat masyarakat atau pihak-pihak lain
yang disepakati masyarakat maka TIPP dapat langsung melengkapi Peta Dasar dengan data dan informasi
tersebut, dimana pemutakhiran dapat dilakukan pada langkah ke 3 : Verifikasi.

Data dan informasi tersebut adalah:


a. Data dan informasi mengenai kependudukan, sosial dan ekonomi penduduk dan
kawasan
b. Peta situasi gampong/kelurahan/desa yang pernah dibuat masyarakat saat
melaksanakan pemetaan swadaya/sosial yang didalamnya memuat antara lain:
Peta Peruntukkan Lahan (land use)

32

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Peta Persil/Tapak Perpetakan Lahan


Peta Perletakan Rumah
Peta Jaringan Jalan
Peta Jaringan Transport dan Simpul-simpul Perhentian/Halte
Peta Jaringan Drainasi/Pematusan dan arah aliran air (sungai)
Peta Jaringan Saluran Limbah Rumah Tangga
Peta Jaringan Pengelolaan Sampah
Peta Jaringan Air Bersih
Peta Jaringan Listrik, dll
c. Data dan informasi dari dokumen perencanaan seperti PJM Pronangkis-P2KP atau
RJMPD-PPK atau rencana tata ruang yg pernah ada (RTRW, dsb).
d. Keterangan/gambar lain yang menunjukkan kondisi eksisting desa/kelurahan.

Langkah 2 : Melengkapi Peta Dasar dgn Data/Informasi Terkini.


1) Faskel bersama-sama dengan Tim Inti Perencanaan Partisipatif kemudian melengkapi
Peta Dasar yang telah tersedia sebelumnya dengan berbagai data dan informasi yang
diperoleh melalui survei lapangan atau dari data dan informasi yang telah diperoleh
melalui survei swadaya sebelumnya yang dilakukan oleh PNPM MP termasuk gambargambar yang telah dibuat masyarakat atau pihak-pihak lain yang disepakati masyarakat.
2) Peta Dasar yang telah dilengkapi dengan data dan informasi terkini tersebut selanjutnya
disebut sebagai rancangan Peta Rona Awal (draft). Lihat contoh di bawah ini
Contoh:
Peta Dasar yang telah dilengkapi
dengan informasi hasil survei
swadaya yang terkini sehingga peta
tersebut kemudian disebut sebagai
draft Peta Rona Awal

Langkah 3 : Verifikasi Lapangan


1) Faskel bersama-sama dengan TIPP (Tim Inti Perencanaan Partisipatif) melakukan
verifikasi/peninjauan lapangan terhadap rancangan Peta Rona Awal (Peta Dasar yg telah
dilengkapi) untuk memastikan akurasi informasi yang dicantumkan dan melengkapi
informasi lain yang belum ada tetapi diperlukan. Hasil peninjauan lapangan ini kemudian
dituangkan
ke
dalam
rancangan
Peta
Rona
Awal
untuk
menambah
kelengkapan/menyempurnakan data dan informasi yang sudah ada. Kegiatan peninjauan
lapangan ini sebaiknya dilakukan bersama dengan warga dan para relawan peserta
survei pemetaan swadaya.
Tujuan dari kegiatan peninjauan/verifikasi lapangan ini adalah:
a. Pemutakhiran data dan informasi
Untuk melihat apakah peta telah sesuai dengan kondisi lapangan.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 33

Untuk menandai secara lebih akurat kondisi-kondisi yang tidak terekam dari foto
udara, peta google atau data-data gambar sebelumnya.
b. Melengkapi rancangan Peta Rona Awal untuk menjadi Peta Rona Awal yang definitif.
c. Untuk mendata kondisi lingkungan yang diperlukan dalam penyusunan Profil
kawasan kumuh.

Aspek-aspek yang harus diverifikasi terkait dengan rencana pembangunan prasarana


dan sarana lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi jalan (ukur dimensi panjang, lebar, dan catat bagaimana kondisinya saat ini).

Contoh:
Kondisi salah satu ruas jalan di kelurahan Kamal Jakarta Barat

b. Kondisi drainasi/selokan saat ini (ukur panjang, lebar, dalam, dan catat bagaimana
kondisinya saat ini).

Contoh:
Kondisi salah satu ruas jalan dengan drainase di kelurahan Kamal Jakarta Barat

34

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

c. Kondisi prasarana dan sarana lainnya yang masih ada, Catat jenis, ukuran/dimensi,
dan kondisinya saat ini

Contoh:
Kondisi salah Prasarana penyediaan dan pengelolaan Air Minum di kelurahan Kamal Jakarta Barat

d. Kondisi pengelolaan persampahan

Contoh:
Kondisi salah satu pengelolaan Persampahan di kelurahan Kamal Jakarta Barat

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 35

e. Luas dan kondisi tanah-tanah tergenang/terendam (apakah sudah ada sebelum atau
sesudah gempa/tsunami, kedalamannya, jenis airnya apakah tawar, payau atau asin,
apakah bersampah, berlumpur atau tidak, dll)

Contoh:
Kondisi wilayah yang tergenang di kelurahan Kamal Jakarta Barat

f. Kawasan yang rawan terhadap bahaya kebakaran


g. Kawasan yang rawan dan berbahaya, seperti: rawan hantaman air sungai atau laut
atau rawan longsor
h. Kawasan yang tercemar akibat bencana, seperti: terkena limbah kimia, limbah
organik berbahaya, dll.
2) Setelah hasil peninjauan lapangan dituangkan untuk menyempurnakan rancangan Peta
Rona Awal, dengan demikian kelurahan/desa tersebut telah memiliki Peta
Eksisting/Rona Awal kelurahan/desa yang definitif. Selanjutnya TIPP (Tim Inti
Perencanaan Partisipatif) dengan didampingi oleh Faskel membuat rekapitulasi informasi
dasar kelurahan/desa.

36

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Lampiran-3
FGD Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh
I. Pengantar
Dalam penggalian gagasan Pencegahan dan Penanganan permukiman kumuh,
banyak metoda yang bisa digunakan diantaranya, Wawancara Semi Terstruktur,
Observasi lapangan, dll, namun dalam KAK ini difokuskan pada metoda Fokus Grup
Diskusi. Fokus Grup Diskusi ini untuk melihat kenyataan yang sebenarnya terkait 7
indikator kumuh yang hanya bisa dilakukan dengan suatu proses analisis sosial yang
kritis.
Membuat analisa sosial kritis, artinya mencari secara kritis hubungan sebab akibat,
sampai halhal yang paling dalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahan yang
sebenarnya.
Untuk membuat analisa sosial kepadatan,kekumuhan dan kemiskinan setiap kondisi,
baik itu eksternal maupun internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan
sebab akibatnya dalam suatu kerangka yang logis sehingga dapat ditemukan
masalahmasalah pokok dalam masyarakat tersebut.
Dalam melakukan proses analisa kritis bersama masyarakat, seperti layaknya seorang
dokter dalam mendiagnosa pasiennya, Tim FGD Penggalian Gagasan Pencegahan
dan Penanganan Kumuh harus mempunyai panduanpanduan pertanyaan kritis yang
dapat menggerakan diskusi sehingga masalah yang muncul bukan hanya gejala
masalahnya saja tetapi lebih dalam dari kondisi yang bisa kasat mata dilihat oleh kita.
II. Pemahaman penggalian gagasan Pencegahan dan Penanganan kumuh
FGD Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh adalah suatu bentuk
pendalaman mengenai suatu topic dengan melibatkan mental, rasa dan karsa secara
terstruktur untuk membangun kesadaran kritis peserta (masyarakat) mengenai 7
indikator kumuh serta kaitannya dengan pola prilaku dan pola pikir sehari-hari
masyarakat setempat.
Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah 7
Indikator kumuh. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali
dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai objek seringkali
masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa
mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya (masalah dirumuskan oleh
Orang Luar). Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat
hanya sekedar melaksanakan kehendak Orang Luar atau karena tergiur dengan
iming iming bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar benar
menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah
mereka.
Kesadaran ini penting sebelum akhirnya masyarakat menyepakati bagaimana
sebaiknya Pencegahan dan Penanganan kumuh dilaksanakan, serta menyepakati
bagaimana mendorong keterlibatan masyarakat sasaran bersama komponen

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 37

masyarakat lainnya dalam memanfaatkan akses peluang yang ada untuk mendukung
Pencegahan dan Penanganan kumuh yang akan mereka lakukan.
1. Substansi Pesan Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh
a. Masyarakat belajar mengetahui, memahami dan merumuskan masalah 7
indikator kumuh menurut versi mereka sendiri;
b. Masyarakat belajar memahami akar penyebab 7 indikator kumuh yang utama
adalah perilaku/sikap ;
c. Pembelajaran masyarakat bahwa memudarnya kepedulian dan kesatuan
sosial, serta berkembangnya paham individualisme dan kepentingan sepihak
merupakan salah satu diantara penyebab masalah 7 indikator kumuh di
wilayahnya;
d. Mendorong Masyarakat untuk saling percaya satu sama lain;
2. Tujuan Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh
a. Memberikan pemahaman masyarakat tentang Pencegahan dan Penanganan
kumuh sebagai pembelajaran prinsip dan nilai pada pelaksanaan kegiatan
merumuskan bersama Penataan lingkungan di wilayahnya;
b. Membuka akses bagi masyarakat sasaran di kawasan target untuk
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Pencegahan dan Penanganan sejak
tahap awal;
c. Mewujudkan rasa memilik masyarakat sasaran dan kepedulian masyarakat
lainnya terhadap upaya-upaya Pencegahan dan Penanganan kumuh;
d. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat, khususnya masyarakat sasaran
mengenai bagaimana sebaiknya Pencegahan dan Penanganan kumuh di
laksanakan di kelurahannya;
e. Masyarakat memahami bahwa kepadatan, kekumuhan dan kemiskinan bukan
hanya tanggung jawab pemerintah atau masyarakat kawasan saja, melainkan
tanggung jawab bersama;
f. Mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat bahwa upaya Pencegahan dan
Penanganan kekumuhan harus dimulai dari diri sendiri melalui perubahan
mental dan prilaku serta kerja keras
III. Operasional Kegiatan
1. Penanggung Jawab
Penanggung jawab kegiatan Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan
Kumuh adalah relawan yang tergabung dalam Tim Perencanaan Partisipatif, yang
difasilitasi oleh Tim Fasilitator.
2. Perlengkapan
1. Peta eksisting/rona dan peta dasar (7 Peta Tematik)
2. Pertanyaan-pertanyaan kunci terkait isu yang digali
3. Tabel atau matrik untuk mempermudah klasifikasi hasil diskusi
4. Berita acara pelaksanaan
5. Alat tulis, Alat Ukur, Kamera

38

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

1. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan FGD adalah saat pelaksanaan pemetaan masyarakat,
sebagai berikut:
a. FGD dilevel Kelurahan; untuk mendapatkan gambaran awal mengenai, data /
informasi dan gagasan awal pencegahan dan penanganan kumuh.
b. FGD dilevel Basis/target sasaran; untuk mendapatkan kondisi dan situasi lebih
detil mengenai data/informasi dan gagasan konkrit pencegahan dan
penanganan kumuh
2. Keluaran
a. Persepsi mengenai Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan
Kumuh menurut versi masyarakat
b. Akar Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh sesuai
dengan tipologi yang dirumuskan;
c. Hasil-hasil diskusi masyarakat berdasar Penggalian Gagasan Pencegahan dan
Penanganan Kumuh baik dilevel kelurahan sebagai data dan informasi awal
maupun dilevel basis sebagai data dan informasi yang lebih detil dalam bentuk
; Matrik dan peta tematik
d. Rumusan kebutuhan tenaga Ahli pendukung
e. Catatan hasil FGD tingkat kelompok/komunitas/kawasan dan berita acara hasil
FGD tingkat Kelurahan.

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 39

40

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 41

42

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 43

Contoh ; Hasil Awal FGD Penggalian gagasan Pencegahan dan Penanganan kumuh
Tingkat Kelurahan
Desa/kelurahan
Kecamatan
Kota/Kabupaten

: ________________________
: ________________________
: ________________________

Berikut ini adalah hasil FGD Penggalian Gagasan Pencegahan dan Penanganan Kumuh
yang diselenggarakan oleh masyarakat serta perangkat kelurahan pada hari ____________
tanggal ___________ jam____s/d___bertempat di_____________ yang dihadiri oleh
_____peserta (terlampir)
Kawasan
Permukiman
Kumuh
(Ciri Umum)

Uraian profil
Permukiman kumuh
setempat menurut
masyarakat
(penyebab, ciri, dll)
7 indikator yang ada
sesuai karakteristik lokal

Aspirasi dan Harapan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan


Pencegahan dan Penanganan kumuh di Kelurahannya
Penyebab

Akar
Permasalahan

Harapan Warga

Dengan hasil FGD Penggalian gagasan Pencegahan dan Penanganan kumuh ini dibuat
untuk dijadikan dasar pertimbangan dan landasan utama dalam pelaksanaan Pencegahan
dan Penanganan kumuh di wilayah kami.
Tim Pemandu FGD
Nama / wakil dari

Tanda Tangan

1..............(..)
2..............(..)
3..............(..)
4..............(..)
5..............(..)
Mengetahui,
Kelurahan/Desa

( ... )

44

Koordinator BKM

( ... )

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

Lampiran;
1. Hasil FGD Kelompok Keteraturan Bangunan
2. Hasil FGD Kelompok Jaringan/Kondisi Jalan/Gank
3. Hasil FGD Kelompok Jaringan/Kondisi Sungai & Drainase
4. Hasil FGD Kelompok Sanitasi
5. Hasil FGD Kelompok Persampahan
6. Hasil FGD Kelompok Bahaya Kebakaran
7. Hasil FGD Kelompok Air Bersih
8. Hasil nonfisik lain

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) DATA BASELINE 100 0 100 45

Contoh-contoh Peta hasil FGD awal des/kelurahan

Contoh Peta tematik hasil FGD kelompok


Pengelolaan sampah di Kel batu tulis Bogor

Contoh Peta tematik hasil FGD kelompok akses


jalan lingkungan

Contoh Peta tematik hasil FGD kelompok air


minum di Kel batu tulis Bogor

Contoh Peta tematik hasil FGD sanitasi di Kel


batu tulis Bogor

46

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PENYUSUNAN BASELINE DATA 100 0 100

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT - DIRJEN CIPTAKARYA


Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110
www.pu.go.id | www.p2kp.org

Anda mungkin juga menyukai