Anda di halaman 1dari 281

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)

KOTA BUKITTINGGI

Bab I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai Millenium


Development Goals (MDGs), yaitu meningkatnya jumlah penduduk yang mempunyai
akses air minum sebesar 80 % pada tahun 2015. Berdasarkan UU No.32/2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemeritah Daerah, maka pemerintah daerah bertanggungjawab
penuh untuk memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat di daerahnya masing-
masing, termasuk pelayanan air minum. Namun demikian, bagi daerah - daerah dengan
wilayah pedesaan relatif luas, berpenduduk miskin relatif tinggi dan mempunyai kapasitas
fiskal rendah, pada umumnya kemampuan mereka sangat terbatas, sehingga
memerlukan dukungan finansial untuk membiayai investasi yang dibutuhkan dalam
rangka meningkatkan kemampuan pelayanannya kepada masyarakat, baik untuk
investasi fisik dalam bentuk sarana dan prasarana, maupun investasi non-fisik yang terdiri
dari manajemen, teknis dan pengembangan sumber daya manusia.

Penyediaan air bersih merupakan salah satu masalah yang sangat penting
keberadaannya untuk dipenuhi karena menyangkut kebutuhan pokok dari kehidupan.
Tanpa tersedianya air, masyarakat akan kesulitan untuk melangsungkan hidupnya. Bagi
manusia, masalah keberadaan air tersebut tidak terlepas dari tata kehidupan, apakah
untuk keperluan rumah tangga, fasilitas sosial ekonomi ataupun untuk keperluan lainnya.
Disadari bahwa air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dimana
kebutuhannya akan semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan dinamika
perkembangan jumlah penduduk. Hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan konsumsi air
bersih semakin meningkat.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya keadaan


ekonomi sosial dan kepadatan suatu masyarakat, maka akan terjadi peningkatan
kebutuhan terhadap air, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Alternatif terbaik saat ini

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih adalah menggunakan air yang diproduksi
oleh perusahaan air minum.

Kota Bukittinggi dikenal sebagai salah satu kota pariwisata yang menarik di Sumatera
Barat dan Indonesia. Sebagai kota yang sedang berkembang, saat ini Kota Bukittinggi
sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk Kota Bukittinggi sendiri maupun
pembangunan fasilitas penunjang kota pariwisata. Salah satu fasilitas yang saat ini perlu
dilakukan pengembangan adalah sistem penyediaan air minum yang layak dari segi
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.

Untuk merealisasikan rencana tersebut Pemerintah Kota Bukittinggi memerlukan


perencanaan sistem penyediaan air minum terpadu melalui penyusunan Rencana Induk
Sistem Pelayanan Air Minum (RISPAM) yang didasarkan pada tata guna lahan serta tata
ruang wilayah. Adapun kajian Rencana Induk SPAM tersebut, selain membahas
perencanaan kedepan, juga akan menyajikan alternatif SPAM regional dan kondisi sistem
penyediaan air minum eksisting.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan ini secara umum dimaksudkan untuk menjadikan Dokumen
RISPAM dan rencana teknik kawasan prioritas sebagai acuan operasional dalam
Pengembangan Air Minum di Kota Bukittinggi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:

a. Terlaksananya telahaan, review dan optimalisasi dokumen Master Plan Air


Bersih/Rencana Induk Sistem Air Minum Kota Bukittinggi Tahun 2010-2024.

b. Tersedianya Dokumen Rencana Induk Pengembangan SPAM, yang dapat menjadi


pedoman pengembangan SPAM di Kota Bukittinggi

c. Tersedianya Pra rencana teknis (Pra DED) pengembangan SPAM pada lokasi yang
telah ditunjuk yang siap untuk diimplentasikan dalam dokumen DED dan Bentuk Fisik.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

1.3. Ruang Lingkup Pekerjaan

Mengacu pada penjelasan yang disebutkan dalam KAK, bahwa Ruang lingkup kegiatan
“Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi”
Tahun Anggaran 2015 ini terdiri atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan.

1.3.1 Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah kegiatan penyusunan RISPAM Kota Bukittinggi adalah Kota
Bukittinggi (gambar 1.1) dan kawasan/daerah sumber air baku didalam ataupun diluar
wilayah administrasi Kota Bukittinggi.

1.3.2 Lingkup Kegiatan

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan “Penyusunan Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi Tahun Anggaran 2015 ini
terdiri dari :

- Optimalisasi Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota
Bukittinggi;

- Penyusunan Pra Rencana Teknis (Pra DED) Pengembangan SPAM, kawasan


prioritas (Ngarai Sianok).

Secara Umum tata cara penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota
Bukittinggi mengacu kepada Permen PU No. 18 Tahun 2007, tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Beberapa hal yang dipersiapkan dalam
kegiatan ini adalah:

1. Persiapan
Pekerjaan pada tahapan ini meliputi: penyusunan team pelaksana, pembuatan desain
strategi pekerjaan dan rencana operasionalisasi pekerjaan.

2. Inventarisasi Data
Meliputi: pengumpulan data-data primer dan sekunder penunjang pelaksanaan
pekerjaan. Pada tahapan ini juga dilakukan filterisasi terhadap data-data yang
berhasil dikumpulkan untuk digunakan dalam tahapan pekerjaan berikutnya.
Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi
yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima)-10 (Sepuluh)
tahun terakhir (tahun 2014/2015), dengan kedalaman data setingkat kelurahan.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 1.1

PETA ADMINISTRASI WILAYAH KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Data berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran


perubahan apa yang terjadi pada kondisi wilayah dan pelayanan air minum yang ada.
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan dan kondisi air minum dilakukan
pengumpulan data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer setingkat kelurahan dilakukan melalui:

a. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran


angket, temu wicara, wawancara orang perorang, dan lain sebagainya; dan/atau

b. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi secara langsung melalui kunjungan
ke semua bagian dari wilayah kota.

3. Pengolahan Data

Data-data primer dan sekunder yang digunakan meliputi data-data yang didapat dari
hasil survey lapangan dan survey instansi yang relevan dengan pokok pekerjaan.

4. Survey

a. Informasi yang didapatkan benar-benar akurat dan reliable berdasarkan kondisi


sebenarnya di lapangan sehingga informasi yang dihasilkan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi. Selain itu survey juga dilakukan guna mengumpulkan
data-data lapangan yang digunakan sebagai input dalam proses analisis
pekerjaan ini.

b. Sebagai alat bantu survey lapangan dapat menggunakan peta Citra Kota
bukittinggi, namun tetap dilakukan peninjauan dan pengukuran kelapangan,
sehingga data yang didapat benar-benar data yang terbaru, terkini. Pelaksanaan
survey berdasarkan inventarisasi data data yang dibutuhkan diatas, dalam artian
bahwa data-data yang dihasilkan adalah data yang terbaru.

c. Seluruh kebutuhan data (dalam point inventarisasi data) harus diambil dan
dicocokan kembali ke lapangan, sehingga data-data yang tersedia betul-betul data
terbaru.

d. Jika data-data yang dibutuhkan tidak tersedia/tidak dimiliki oleh pengguna jasa,
maka penyedia jasa harus mengumpulkan dan menydiakan dengan pelaksanaan
survey ini.

e. Sebelum pelaksanaan survey, penyedia jasa harus terlabih dahulu berkonsultasi


dan menyediaan form terhadap data-data yang akan dibutuhkan.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

5. Pekerjaan Analisis

Meliputi penilaian terhadap fakta-fakta di lapangan yang dilakukan berdasarkan


prinsip-prinsip, pendekatan dan metode serta teknik analisis perencanaan yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun secara praktis. Pekerjaan ini
meliputi penilaian terhadap dokumen RISPAM terdahulu, yang dicocokkan dengan
penilaian terhadap kondisi saaat ini.

6. Pekerjaan Perencanaan

Merupakan pekerjaan yang dihasilkan dari berbagai konsep dan analisisis serta
kesepakatan sehingga menghasilkan dokumen yang mampu menjadi acuan dalam
pengembangan air minum dan implementasi fisik dari rencana teknis yang dibuat.

Secara umum hasil dari perencanaan penyusunan Rencana Induk Sistem


Penyediaan Air Minum Kota Bukittinggi adalah evaluasi dan optimalisasi dari
dokumen sebelumnya, yang terdiri atas dokumen sebagai berikut:

1. RISPAM Kota Bukittinggi

- Rencana Umum, terdiri dari evaluasi kondisi Kota Bukittinggi yang bertujuan
untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional
Kota Bukittinggi, evaluasi kondisi eksisting Sistem Penyediaan Air Minum yang
dilakukan dengan menginventarisir peralatan dan perlengkapan sistem
penyediaan air minum eksisting.

- Rencana Jaringan, meliputi perencanaan sistem transmisi dan distribusi.

- Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana induk,


yakni: identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan
kebutuhan air dan identifikasi sumber air baku.

- Kriteria dan standar pelayanan, mencakup: kriteria teknis yang dapat


diaplikasikan dalam perencanaan umum yang sudah digunakan, namun jika
ada data hasil survey maka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar
pelayanan ditentukan sejak awal seperti tingkat pelayanan yang diinginkan,
cakupan pelayanan, dan yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini
direalisasikan.

- Rencana Sumber dan alokasi air baku (yang ada dan yang akan
direncanakan), dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala
prioritas penggunaan sumber air tersebut. Kebutuhan kapasitas air baku yang

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

dibutuhkan untuk sistem penyediaan air minum yang direncanakan.


Kebutuhan kapasitas sumber air baku ditentukan berdasarkan kebutuhan air.

- Rencana keterpaduan dengan sarana dan prasarana sanitasi yang meliputi


identifikasi potensi pencemar air baku, identifikasi area perlindungan air baku,
dan proses pengolahan buangan dari IPA.

- Rencana Program dan kegiatan serta pembiayaan dan pola investasi, berupa
indikasi pembiayaan yang merupakan perhitungan biaya tingkat awal yang
diperlukan guna memperkirakan besaran investasi secara keseluruhan yang
dibutuhkan. Indikasi biaya mencakup seluruh komponen pekerjan fisik, jasa
konsultan, pajak, pembebasan tanah dan perijinan, yang terlihat selama tahun
perencanaan yang akan di breakdown pada tiap tahun pelaksanaan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah Kota Bukittinggi.

- Rencana Pengembangan Kelembagaan

- Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur organisasi dan penempatan


tenaga kerja sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu pada
peraturan perudang-undangan yang berlaku.

7. Penyediaan Peta GIS

Pengolahan dan penyajian data spasial dapat dilakukan dengan memanfaatkan


sistem informasi geografis yang disesuaikan dengan kaidah Kartografi dan
Geospasial. Oleh karena itu, Sistem Informasi Geografis dalam kegiatan ini berfungsi
sebagai alat bantu dan basis data perencanaan. Sistem informasi geografis terdiri dari
3 (tiga) komponen dasar yang dapat digunakan untuk memasukkan data, proses
manipulasi/analisa data, dan keluaran data. Penggunaan sistem informasi geografis
memungkinkan pemrosesan data dan analisis data keruangan secara efisien, dan
sistem keluaran dapat menayangkan informasi ataupun hasil analisis data geografis
secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Penyusunan SIG dimulai dengan melakukan evaluasi terhadap sistem informasi


geografis yang telah ada terutama mengenai interpretasi penggunaan lahan, batas
delineasi dan kesesuaian peta rencana terhadap substansi revisi rencana tata ruang.
Sistem yang diperbaharui harus diujicoba di lapangan dan diteruskan dengan
updating sistem. Identifikasi terhadap kondisi obyektif dilakukan dengan survey primer
dan survey sekunder.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8. Konsultasi Publik

Rencana induk pengembangan SPAM ini wajib disosialisasikan oleh penyelenggara


bersama dengan pemerintah terkait melalui konsultasi publik untuk menjaring
masukan dan tanggapan masyarakat sebelum ditetapkan oleh kepala daerah
bersangkutan.

- Konsultasi publik harus dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali.

- Dihadiri oleh masyarakat di wilayah layanan dan masyarakat di wilayah yang


diperkirakan terkena dampak.

- Mengundang tokoh masyarakat, LSM, perguruan tinggi.

9. Pekerjaan Penyusunan Naskah Ranperda/Perwako Rencana Induk Sistem


Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi.

Kegiatan penyusunan naskah raperda merupakan proses penuangan materi teknis ke


dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan
perundang-undangan.

1.4. Keluaran/Output Kegiatan

Semua hasil kajian dalam kegiatan ini akan dituangkan ke dalam beberapa laporan,
sehingga akan dapat membantu para pembuat keputusan dan pihak-pihak berwenang
untuk dapat membuat suatu kebijakan yang mendalam terkait dengan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi. Adapun output kajian yang
akan dihasilkan dari kegiatan ini terdiri dari beberapa jenis laporan yang harus diserahkan
kepada pengguna jasa antara lain adalah:

a) Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi.

Dokumen RISPAM Kota Bukittinggi memuat substansi antara lain:

- Rencana Umum, terdiri dari evaluasi kondisi Kota Bukittinggi yang bertujuan untuk
mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional, nasional, Kota
Bukittinggi, evaluasi kondisi eksisting Sistem Penyediaan Air Minum yang
dilakukan dengan menginventarisir peralatan dan perlengkapan sistem
penyediaan air minum eksisting.

- Rencana Jaringan, meliputi perencanaan sistem transmisi dan distribusi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

- Program dan kegiatan pengembangan dalam penyusunan rencana induk, yakni:


identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan, perkiraan kebutuhan air
dan identifikasi sumber air baku.

- Kriteria dan standar pelayanan, mencakup: kriteria teknis yang dapat diaplikasikan
dalam perencanaan umum yang sudah digunakan, namun jika ada data hasil
survey maka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan
sejak awal seperti tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan
yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.

- Rencana Sumber dan alokasi air baku (yang ada dan yang akan direncanakan),
dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala prioritas penggunaan
sumber air tersebut. Kebutuhan kapasitas air baku yang dibutuhkan untuk sistem
penyediaan air minum yang direncanakan. Kebutuhan kapasitas sumber air baku
ditentukan berdasarkan kebutuhan air.

- Rencana keterpaduan dengan sarana dan prasarana sanitasi yang meliputi


identifikasi potensi pencemar air baku, identifikasi area perlindungan air baku, dan
proses pengolahan buangan dari IPA.

- Rencana Program dan kegiatan serta pembiayaan dan pola investasi, berupa
indikasi pembiayaan yang merupakan perhitungan biaya tingkat awal yang
diperlukan guna memperkirakan besaran investasi secara keseluruhan yang
dibutuhkan. Indikasi biaya mencakup seluruh komponen pekerjan fisik, jasa
konsultan, pajak, pembebasan tanah dan perijinan, yang terlihat selama tahun
perencanaan yang akan di breakdown pada tiap tahun pelaksanaan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah Kota Bukittinggi.

- Rencana Pengembangan Kelembagaan

- Kelembagaan penyelenggara meliputi struktur organisasi dan penempatan tenaga


kerja sesuai dengan latar belakang pendidikannya mengacu pada peraturan
perudang-undangan yang berlaku.

b) Dokumen Pra DED

Perencanaan teknis terinci pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut sebagai


perencanaan teknis adalah suatu rencana rinci pembangunan sistem penyediaan air
minum yang meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan.

1.5. Otorisasi

LAPORAN AKHIR HALAMAN I-9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Lokasi pelaksanaan kegiatan berada di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat dengan
seluruh tahapan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) yang dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) bulan terhitung sejak ditetapkannya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Adapun pengguna jasa dalam pekerjaan RISPAM ini
adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi dengan Nomor Kontrak;
03.I/PPK_DPU/VI-2015 tanggal 8 Juni 2015.

1.6. Landasan Hukum

Pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum


(RISPAM) Kota Bukittinggi akan mengacu pada peraturan perundang-undangan, norma,
standar, pedoman dan manual (NSPM) yang dikeluarkan oleh Pemerintah,, khususnya
yang berkaitan dengan ”Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota
Bukittinggi antara lain:

1. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana


diubah keduakalinya dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008;

3. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan;

5. Peraturan Pemerintah N0. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Badan


Layanan Umum

6. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum (SPAM).

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Air

8. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan


Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

9. Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Program Jangka Menengah
Nasional (RPJMN)

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan
Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;

13. Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan SPAM.

14. Permen PU 20/PRT/M/2007 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM.

15. Perda Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030.

16. Perda Kota Bukittinggi Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Jangka Menengah
Daerah Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015.

1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan antara pekerjaan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) di Kota Bukiitinggi Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 5 (lima) bab yaitu
secara terperinci dapat dilihat dalam uraian, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran,
keluaran pelaksanaan pekerjaan, lingkup kegiatan, lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan, landasan hukum, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BUKITTINGGI


Kondisi umum daerah Kota Bukittinggi menguraikan tentang karakteristik fisik
dasar meliputi letak geografis, kondisi iklim, kemiringan lereng, morfologi/bentuk
lahan, geologi, hidrogeologi, penggunaan lahan, kondisi sarana dan prasarana,
kependudukan, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya, Produk Domistik Regional
Bruto (PDRB), sarana kesehatan lingkungan, tata ruang, serta kondisi keuangan
daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.

BAB III KONDISI SPAM EKSISTING


Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai kondisi SPAM di Kota Bukittinggi
saat ini ditinjau dari aspek teknis dan non teknis serta kendala dan
permasalahannya.

BAB IV STANDAR / KRITERIA PERENCANAAN SPAM

LAPORAN AKHIR HALAMAN I - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai kriteria perencanaan meliputi unit
air baku, unit transmisi, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan.
Selanjutnya di bahas pula standar kebutuhan air yaitu kebutuhan domestik dan
kebutuhan non domestik. Periode perencanaan dan kriteria daerah pelayanan.

BAB V PROYEKSI KEBUTUHAN AIR


Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai arah perkembangan kota,
rencana daerah pelayanan, proyeksi jumlah penduduk, dan proyeksi kebutuhan
air minum.

BAB VI POTENSI AIR BAKU


Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai potensi sumber air baku yang
terdiri dari sumber air permukaan, sumber air tanah, neraca air, perizinan
pengambilan air tanah.

LAPORAN AKHIR HALAMAN I - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab II
GAMBARAN UMUM KOTA BUKITTINGGI

2.1 Kondisi Fisik Dasar

2.1.1 Letak Geografis dan Administratif Wilayah

Secara geografis Kota Bukittinggi terletak antara 100°20' - 100°25' Bujur Timur dan
antara 00°16' - 00° 20' Lintang Selatan dengan batas-batas :

 Sebelah Utara : Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang


Kabupaten Agam;

 Sebelah Selatan : Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam;

 Sebelah Timur : Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat


Kabupaten Agam;

 Sebelah Barat : Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto
Kabupaten Agam;

Luas Kota Bukittinggi adalah ± 25,239 Km² (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas
Propinsi Sumatera Barat. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi 3 (tiga)
kecamatan dan meliputi 24 kelurahan, yaitu:

1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 %
dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan.

2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha)
atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan.

3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau
24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-1 dan gambar 2.1 peta administrasi Kota
Bukittinggi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-1.
Jumlah Kelurahan, Luas dan Persentase Luas Keamatan Terhadap luas
Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah Luas Luas
No Kecamatan
Kelurahan (km2) Kecamatan (%)

1 Guguk Panjang 7 6,831 27,07

2 Mandiangin Koto Selayan 9 12,156 48,16

3 Aur Birugo Tigo Baleh 8 6,252 24,77


Kota Bukittinggi 24 25,239 100

Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014

2.1.2 Kondisi Topografi dan Fisiografi

Kota Bukittinggi secara umum berada pada ketinggian antara 780 - 950 mdpl. Kota
Bukittinggi dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur dan barat, serta
pegungungan di sebelah selatan. Dengan kondisi demikian, maka Kota Bukittinggi
menjadi perlintasan sistem sungai regional, yang mengalir dari hulu di selatan ke arah
hilir di utara.
Kondisi topografi Kota Bukittinggi pada umumnya bergelombang dan berbukit, dengan
kemiringan lereng sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar,
berbukit-bukit, dan terjal.
Wilayah yang terjal berada di kawasan Ngarai Sianok (15,38%), sementara daerah
perbukitan (9,64%) berada di sekitar ngarai, Kawasan Gulai Bancah, Campago Ipuh,
Campago Guguk Bulek, Benteng Pasar Atas, serta Kubu Tanjung. Lahan yang memiliki
kemiringan relatif datar (74,98%) terdapat sebagian besar di Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh bagian Barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian Barat dan Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur. Untuk lebih Jelasnya Kondisi
Topografi dan Kemiringan Lahan Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-2 dan
gambar 2.2 dan gambar 2.3.
Tabel II-2
Kemiringan Lahan/Lereng Kota Bukittinggi
Kecamatan Jumlah
No. Lereng %
ABTB (ha) % GP (ha) % MKS (ha) % (ha)
1 0–2% 430,22 68,81 369,77 54,313 584,27 49,06 1.384,26 54,59
2 3–8% 88,57 14,17 96,70 14,16 71,47 5,88 256,74 9,79
3 9 – 15 % 25,60 4,09 52,95 7,75 180,63 14,86 259,18 10,60
4 16 – 25% 9,73 1,56 23,66 3,46 94,74 7,79 128,13 5,27
5 26 – 40 % 4,86 0,78 29,93 4,38 73,75 6,07 108,54 4,37
6 > 40 % 66,22 10,59 110,09 16,12 210,75 17,34 387,05 15,38
Jumlah 625,20 100 683,10 100 1.215,60 100 2.523,90 100
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.2. Peta Topografi Kota Bukittinggi Berdasarkan Ketinggian

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.3 Peta Kemiringan Lahan Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.1.3 Kondisi Geologi

a. Geomorfologi
Kota Bukittinggi terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 800 – 1000
meter dari permukaan laut. Perbukitan umumnya ke arah Barat Laut Tenggara.
Pola perbukitan ini searah dengan arah umum aliran sungai utama di daerah ini
yaitu Batang Sianok. Perbukitan bisa dikelompokkan kedalam kelompok relief
sedang sampai rendah. Pola perbukitan di daerah ini pembentukan dikendalikan
oleh sesar Sumatera yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera dengan arah
North-West-South-East (NW-SE).

b. Stratigrafi
Batuan yang menyusun daerah Kota Bukittinggi umumnya terdiri dari endapan
vulkanik Kuarter. Namun di bagian Timur dan Barat dari daerah ini juga ditemukan
yang berumur Tertier dan Pratertier yang terdiri dari batu pasir, batu bata, serpih
granit, sekis, batu gamping. Pada batuan pratertier dan tertier ini sesar bisa
dipetakan.Batuan vulkanik kuarter yang diketemukan di daerah Bukittinggi
dikelompokkan dalam batuan tufa berbatu apung. Kelompok ini terdiri dari tufa yang
mengandung batu apung, dan serabut geas, tidak ditemukan mineral mafik.
Ditemukan juga di beberapa tempat lapisan pasir kwarsa, lapisan kerikil, kerikil yang
banyak mengandung kwarsa. Batuan yang segar terlihat agak kompak dan keras.
Batuan yang lapuk menjadi lunak dan rapuh, lepas dan lolos air.

c. Struktur Geologi
Struktur geolgi yang berkembang adalah struktur kekar dan sesar. Struktur ini hanya
ditemukan pada batuan tertier dan pratertier. Batuan vulkanik yang diendapkan
pada dinding struktur sesar Sumatera yang membentuk dinding terjal pada Ngarai
Sianok. Disamping sesar Sumatera yang mendasari batuan tertier masih terdapat
sesar lain yang juga berpengaruh pada batuan vulkanik ini. Sesar ini hanya bisa
diperkirakan yaitu dengan cara menarik pelurus dari sesar yang ada pada batuan
tertier. Arah sesar pada batuan yan lebih tua adalah NW-SE, NE-SW, E-W dan N-S.

Berdasarkan tinjauan kondisi geologi Kota Bukittinggi, kondisi saat ini didominasi
oleh kelompok batuan beku yang berasal dari aktifitas Gunung Marapi, Gunung
Singgalang dan Gunung Tandikek serta dari kaldera Danau Maninjau. Umumnya
batuan tersebut bersifat andestis. Untuk lebih jelasnya geologi kondisi Kota
Bukittinggi dapat dilihat apada Gambar 2.4 peta sebaran geologi permukaan Kota
Bukittinggi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.4. Peta Geologi Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.1.4 Kondisi Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi


2.1.4.1 Hidrologi

Kota Bukittinggi dialiri sungai kecil, yaitu Batang Tambuo di sebelah timur dengan lebar
5 – 7 m, Batang Sianok di sebelah Barat dengan lebar 12 – 15 m dan Batang Agam di
wilayah kota dengan lebar 5 - 7 m sebagaimana Gambar 2.5.

Sepanjang perbatasan sebelah Barat Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam


membentang Ngarai yang disebut dengan Ngarai Sianok yang dibawahnya mengalir
Sungai Batang Sianok.
Kota Bukittinggi terletak di dalam dua Wilayah Aliran Sungai (WAS), yaitu WAS
Masanghulu yang berada di bagian Barat dan mengalir ke arah Samudera Indonesia,
dan WAS Batang Agam yang mengalir ke arah bagian Timur.

a. Air Permukaan

Sungai-sungai yang relatif lebar di Kota Bukittinggi merupakan sungai-sungai dengan


lebar 6 meter sampai 12 meter, serta terdapat juga sungai-sungai kecil (raven) yang
merupakan tempat aliran air permukaan menuju ke pola aliran sungai. Sungai-sungai
yang relatif besar di Kota Bukittinggi Batang Sianok dengan lebar 12 meter, Batang
Tambuo dengan lebar 7 meter, Batang Agam dengan lebar 6 meter.
Kota Bukittinggi dilewati oleh Batang Tambuo dan Batang Sianok. Batang Tambuo
memiliki lebar lembah 7 meter dan melalui Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dan
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan. Sedangkan Batang Sianok memiliki lebar
lembah yang lebih besar yaitu 12 meter dan melewati Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan, Aur Birugo Tigo Baleh dan Kecamatan Guguk Panjang. Kemudian
terdapat juga beberapa sungai yang secara tidak langsung mengalir dalam wilayah
Kota Bukittinggi tetapi masih dalam lingkup WAS Masanghulu dan Batang Agam,
yaitu Sungai Batang Air Katiak, Sungai Batang Sarasah dan Sungai Batang Agam.

b. Air Tanah
Karakteristik air tanah wilayah Bukittinggi mengacu kepada peta Hidrologi Lembar
Padang Propinsi Sumatera Barat yang dipublikasikan oleh Direktorat Tata
Lingkungan dan Geologi, menjelaskan bahwa aquifer dengan aliran melalui ruang
antar butir dan tekanan batuan/ tanah. Potensi air tanah termasuk dalam klasifikasi
sedang sampai dengan tinggi. Tingkat serahan air tanah dapat mencapai 5 – 10
L/detik. Kedalaman air tanah dangkal lebih kurang 3 meter, sedangkan air tanah
dalam/ artesis mencapai kedalaman 100 meter.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.5. Peta Hidrogeologi Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.1.4.2 Klimatologi

Kondisi iklim Kota Bukittinggi termasuk tropis basah dengan kelembaban minimum 82%
dan maksimum 90%, suhu udara minimum 16,1ºC dan maksimum mencapai 24,9ºC dan
tekanan udara berkisar antara 22º – 25º C. Data curah hujan di Kota Bukittinggi dari
tahun 2010 s/d tahun 2015 menunjukkan bahwa kota ini mengalami musim penghujan
pada akhir tahun. Selama 6 (enam) tahun terakhir 2010 s/d 2015 Curah hujan tertinggi
terjadi pada tahun 2014 di bulan Nopember sebesar 469 mm, sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 2012 di bulan Juni, yaitu sebesar 80 mm. Untuk lebih
jelasnya mengenai keadaan curah hujan dapat dilihat pada Tabel II-3.

Tabel II-3
Jumlah Curah Hujan Kota Bukittinggi Tahun 2010 s/d 2015
Jumlah Curah Hujan (mm)
No. Bulan
Thn.2010 Thn.2011 Thn.2012 Thn.2013 Thn.2014 Thn.2015
1 Jan 280.9 157 93 99 133 241
2 Feb 277 154.2 375 242 103 114
3 Mar 356.4 209.2 182 445 140 273
4 Apr 373.6 370.4 259 317 267 350
5 Mei 109 275.2 134 109 303 317
6 Jun 218.6 80.2 80 83 244 115
7 Jul 140.5 74.8 190 178 52 91
8 Ags 206.4 298.2 268 215 333 257
9 Sep 281.6 299.8 83 191 171 X
10 Okt 145.4 273.8 554 263 299 X
11 Nop 309.6 491.4 284 413 469 X
12 Des 109.4 X 212 269 249 X
Sumber : BMKG Stasiun Pengamatan Sicincin Tahun 2015

Gambar 2.6. Grafik Curah Hujan Bulanan Kota Bukittinggi Dari Tahun 2005 s/d 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2 Aspek Prasarana dan Sarana

2.2.1 Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah Kota Bukittinggi saat ini masih bersifat on site (setempat)
yang terdiri dari sistem individu dan komunal, dan saat sekarang ada sarana yang bersifat
off site (terpusat) sebagai percontohan yaitu terdapat di Kel. Belakang Balok. Umumnya
saat ini Air limbah bekas cuci dan mandi, umumnya dibuang ke saluran yang bersatu
dengan saluran drainase. Sedangkan untuk penanganan untuk air limbah faecal (tinja)
sebagian ada yang memakai tangki septik (septic tank), selebihnya langsung ke drainase.

Beberapa tangki septik yang dibangun oleh masyarakat juga masih banyak yang tidak
memenuhi kriteria dan spesifikasi teknis, sehingga fungsinya menjadi cubluk, yang
apabila jaraknya terhadap air tanah/ sumur terlalu dekat, rembesan dari limbah tersebut
dapat mencemari air tanah/ sumur yang berbahaya bagi kesehatan penduduk. Disamping
sistem individu, Pemerintah Kota Bukittinggi juga telah menyediakan sarana dan
prasarana dengan sistem komunal berupa WC/toilet umum yang ditempatkan di lokasi
fasilitas umum seperti pasar, terminal, tempat hiburan dan lain-lain. Kondisi eksisting
pengelolaan air limbah ditampilkan pada -tabel berikut.

Tabel II. 4 Kapasitas Pelayanan Eksisting


Prasarana Sistem Lembaga Keterangan
dan Sarana Jumlah Kapasitas Pengolahan Pengelola Kondisi

Truk Tinja - - - Dinas LH Tidak tersedia


IPLT - - - Dinas LH Tidak tersedia
IPAL 1 300 SR - DPU Tersedia
Sumber : Dinas PU Kota Bukittinggi,Tahun 2013

Berdasarkan tabel 2.4 diatas terlihat bahwa saat sekarang ini Kota Bukittinggi tidak ada
truk tinja, dan pembangunan IPAL saat ini sedang berlangsung di Kelurahan belakang
Balok. IPAL dengan jumlah Sambungan Rumah (SR) direncanakan sebanyak 300 SR.

Tabel II. 5 Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat


Sistem
Dibangun Cakupan
No. Lokasi/ Tempat MCK/ IPAL Kondisi
Tahun Pelayanan
MCK Komunal

1. Kec. Mandiangin K.S. 2 Unit - 2010 Kel. Gulai Bancah Baik

2. Kec. Guguak Panjang 2 Unit - 2010 Kel. Kayu Ramang Baik


3. Kec. Guguak Panjang 2 Unit - 2010 Kel. Bukit Cangang Baik
4. Kec. Guguak Panjang 1 Unit - 2011 Kel. Kayu Kubu Baik

5. Kec. Mandiangin K.S 1 Unit - 2011 Kel. Manggis Gantiang Baik

Sumber : Dinas PU Kota Bukittinggi,Tahun 2013

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.2. Persampahan

Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-
hari guna memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara
2,75 - 3,25 lt/org/hari. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) tahun
2013, total timbulan sampah Kota Bukittinggi sebanyak 693 m3/hari atau 20.790
m3/bulan. Kemudian mengacu pada data UPTD TPA Sampah Regional Provinsi
Sumatera Barat, timbulan sampah Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA Regional
Payakumbuh tahun 2014 adalah 108 ton/hari, seperti yang dapat dilihat pada tabel II-6
berikut

Tabel II. 6
Rata-rata Berat Timbulan Sampah Kota Bukittinggi
di TPA Regional Payakumbuh Januari s/d November 2014

Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)

1 Januari 114
2 Februari 94
3 Maret 109

4 April 124

5 Mei 114

6 Juni 101

7 Juli 116

8 Agustus 109

9 September 90

10 Oktober 94

11 November 118

12 Mei 114

Rata-Rata 108

Sumber: UPTD TPA Sampah Regional Provinsi Sumatra Barat, 201

Sumber sampah di Kota Bukittinggi terdiri atas pemukiman/ domestik maupun non
pemukiman/ non domestik. Sumber sampah di Kota Bukittinggi rata-rata masih belum
melakukan pemilahan. Pewadahan yang disediakan oleh pemerintah berupa TPS

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

(Tempat Penampungan Sampah) berbahan plastik, kayu, batu dan kontainer. Hanya TPS
berbahan plastik yang menerapkan pemilahan sampah, yakni sampah organik/ sampah
basah maupun sampah anorganik/ sampah kering. Meskipun sudah dipisahkan
wadahnya, namun hasil pengamatan di lapangan melalui uji petik, sampah masih dalam
kondisi tercampur. Pewadahan serta volume wadah yang digunakan dalam pengelolaan
sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel II-7 berikut.

Tabel II-7
Jumlah dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis TPS Volume (m3) Jumlah (unit)
1 TPS Kembar Plastik 0,06 80
2 TPS Kayu 1 78
3 TPS Batu/ Beton 3 37
4 TPS Kontainer 6 13
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.7. Peta Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.3. Drainase

Pengelolaan Drainase di Kota Bukittinggi ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU)
Sub Dinas Prasarana Jalan dan Pengairan pada Seksi Pengairan dan Irigasi. Secara
umum, saluran drainase di Kota Bukittinggi telah menjangkau hampir seluruh wilayah
Kota.

Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Daerah yang
dilayani drainase terdiri dari 3 sub system yaitu Sub System Batang Agam, Batang
Tambuo dan Daujung (Buku Putih Sanitasi).

Dengan kondisi topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas
permukaan laut yang cukup tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi
pengaliran air pada sistem drainase sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke
dataran yang lebih rendah yaitu Batang Sianok dan Batang Tambuo.

Sistem drainase di Kota Bukittinggi secara umum dibagi dalam tiga sistem :

 Sistem Drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk
menampung dan mengendalikan air hujan.

 Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun
terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya
sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).

 Sistem drainase saluran tanah. Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat
bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat
menampung beban curah hujan yang cukup tinggi (contoh saluran di daerah Batang
Agam).

Kondisi saluran secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:


 Kondisi Saluran pada lingkungan perumahan dalam kota Bukittinggi pada umumnya
mengalir pada sisi jalan raya maupun jalan utama, dimana pada sisi jalan utama saat
ini mempunyai saluran drainase yang cukup baik sehingga baik pada musim hujan
maupun musim kemarau saluran drainase di lingkungan permukiman maupun di
jalan utama masih dapat mengatasi air masuk ke dalam saluran.
 Letak kota Bukittinggi yang konturnya berbukit, sehingga air mengalir memanfaatkan
gravitasi ke tempat yang lebih rendah.
 Drainase kota menggunakan saluran tertutup, bagian atas tutup saluran dijadikan site
walk/trotoar, ± 25 m diberi manhole untuk mengetahui kelancaran aliran air.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-8
Nama dan Panjang Drainase di Kota Bukittinggi
Panjang
Jenis
No. Nama Ruas Saluran
Saluran
(m)
1. Drainse Birugo Bungo ke Tugu Adipura 2.765 Sekunder
2. Drainase Belakang Ambun Suri ke Tugu Adipura 1.298 Sekunder
3. DrainaseTengah Jua Ke Batang Tambuo 5.445 Sekunder
4. Drainase Depan SD Belakang Balok ke SMP I 1.106 Sekunder
5. Drainase Bt.Kota Taluak Jl.Havid Jalil ke Jembatan Besi 1.500 Sekunder
6. Drainase Bt.Kapalo Koto ke Jembatan Parit Antang 1.500 Sekunder
7. Drainase birugo Puhun ke Ladang Kubu 500 Sekunder
8. Drainase Depan PGSD Jl.Bt.Masang ke Jl.Ombilin 600 Sekunder
9. Sungai Batang Tambuo 5.100 Primer
10. Banda Kubu/Banda Daujung 1.500 Sekunder
11. Riol Belakang Pos Siskamling Jl.Perawat Blik E Belakang 35 Sekunder
12. Balok 326 Sekunder
13. Riol Depan Masjid Jamik Togo Baleh 600 Sekunder
14. Siol Kapalo Koto ke Belakang Masjid Jamik Togo Baleh 2.892 Sekunder
15. Drainase Birugo Puhun ke Bendung Rumah Potong 961 Sekunder
16. Drainase Depan PLN ke Bendung Rumah Potong 2.900 Primer
17. Drainase Samping DPR ke Samsat dan Simpang Jirek 894 Sekunder
18. Drainase Simpang Banto Laweh (Jl.Biruang) ke Ngarai 400 Primer
19. Drainase Pincuran Gaung 300 Sekunder
20. Drainase Bukit Apit ke Kabun Pulasan 1.400 Sekunder
21. Drainase Jl.Parak Kubang-Jl.By pass ke Bandar Surian 162 Sekunder
22. Drainase Jl.Diponegoro - Sekunder
23. Drainase Jl.Panganak 7.900 Sekunder
24. Drainase Batang Sianok 90,6 Sekunder
25. Riol Jenjang 40 ke Pasar Banto 635 Sekunder
26. Riol Samping Bank BPD ke Simpang Tembok 400 Sekunder
27. Riol Komplek Pasar Banto 600 Sekunder
28. Riol Komplek Pasar Bawah 500 Sekunder
29. Riol Komplek Pasar Atas 350 Sekunder
30. Riol Simpang Jl.Angku Basa ke Bukit Pauh 520 Sekunder
31. Riol Simpang Aur Kuning ke Simpang Tarok 350 Sekunder
32. Riol Simpang Aur Kuning ke Jl.Parak Kubang 500 Sekunder
33. Riol Sawah Paduan ke Pustaka Indonesia 450 Sekunder
34. Riol Komplek Pasar Aur Kuning 300 Sekunder
35. Riol Pasar Atas ke Pasar Lereng 100 Sekunder
36. Riol Kampung Jawa Lama dan Benteng ke Jl.Teuku Umar 150 Sekunder
37. Riol Air Limbah Perumahan Belakang TMSBK ke Jl.A.Yani 131,5 Sekunder
38. Riol Jl.Barumbuang III ke Jl.Mandailing 400 Sekunder
39. Riol Jl.Nawawi ke Depan Stasiun 1.000 Sekunder
40. Drain. Simpang Inkorba Jl.Abd.Manan ke Jl.By Pass dan 509,6 Sekunder
41. Btg. Agam 500 Sekunder
42. Drainase Samping Pengadilan ke Batang Agam 600 Sekunder
43. Drainase Depan Masjid Garegeh ke Batang Tambuo 200 Sekunder
44. Drainase Simpang Guguk Bulek ke Guguk Randah 850 Sekunder
45 Drainase Jl.A.K.Gani 590 Sekunder
46 Drainase simpang Inkorba ke Batang Agam
47. Riol Pasar Banto ke Simpang Mandiangin
Sumber : Dinas PU Kota Bukittinggi, 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.8. Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.4. Sarana Pendidikan

Pada tahun 2013 jumlah sekolah di wilayah Kota Bukittinggi terdiri dari Taman kanak-
kanak sebanyak 38 unit, SD sebanyak 56 unit, SMP 11 unit, SMA sebanyak 11 unit,
kemudian Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 2 unit dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak
3 unit. Berdasarkan tabel II-9 dapat dilihat sebaran sarana pendidikan di Kota Bukittinggi
mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA sudah merata ke seluruh wilayah kecamatan
yang ada, sebagian besar sarana pendidikan berada di Kecamatan Guguk Panjang.
Jumlah dan penyebaran sarana pendidikan di Kota Bukittinggi selengkapnya di tampilkan
pada tabel II-9.
Tabel II-9
Jumlah dan Sebaran Sarana Pendidikan Di Kota Bukittinggi Tahun 2013

Jumlah Sekolah (Unit)


No. Kecamatan
TK SD SMP SMA MI MA
1 Guguak Panjang 14 21 8 5 - 2
2 Mandiangin Koto Selayan 11 21 2 3 2 1
3 Aur Birugo Tigo Baleh 13 14 1 3 - -
Jumlah 38 56 11 11 2 3
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014

2.2.5 Sarana Kesehatan

Kota Bukittinggi telah memiliki berbagai sarana kesehatan seperti Rumah Sakit (RS)
jumlahnya sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 19 uniit, Apotek sebanyak 49 unit,
Puskesmas sebanyak 14 unit, Pustu sebanyak 14 unit, Poskeskel sebanyak 24 unit, RS
Bersalin 5 unit, dan tempat praktek Dokter. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana kesehatan
di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-10.

Tabel II-10
Jumlah Sarana Kesehatan Di Kota Bukittinggi Tahun 2013

Jumlah Sarana Kesehatan (Unit)


No. Tahun Rumah Toko Rumah
Apotik Puskesmas Pustu Poskeskel
Sakit obat Bersalin
1 2013 6 19 49 14 14 26 5
2 2012 5 10 47 14 14 - 5
3 2011 5 16 45 14 14 - 4
4 2010 5 13 47 12 14 - 4
5 2009 5 21 44 12 14 - 4

Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.6. Sarana Peribadatan


Sarana peribadatan di Kota Bukittinggi terdiri dari Mesjid, Mushola, dan gereja, Sebaran
sarana peribadatan umat muslim terutama mesjid dan mushola sebagian besar berada di
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu Mesjid sebanyak 17 unit, Mushola 35 unit.
Sarana peribadatan non muslim seperti gereja protestan dan gereja katolik terdapat di
Kecamatan Guguak Panjang jumlahnya masing-masing 1 unit. Untuk lebih jelasnya
jumlah sarana peribadatan di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-11.

Tabel II-11
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan
Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Gereja Gereja
No. Kecamatan Mesjid Mushola
Protestan Katolik
1 Guguk Panjang 17 24 1 1
2 Mandiangin Koto Selayan 18 15 - -
3 Aur Birugo Tigo Baleh 9 11 - -
Jumlah 2013 44 50 1 1
2012 44 52 - 1
2011 44 52 - 1
2010 42 52 - 1
2009 43 90 1 1
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014

2.2.7. Sarana Transportasi

A. Jaringan Jalan

Secara umum, jaringan jalan di Kota Bukittinggi terdiri atas jaringan jalan arteri
primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, dan jalan lokal. Jalan arteri primer di Kota
Bukittinggi merupakan akses keluar-masuk Kota Bukittinggi dari utara, timur dan
selatan. Jalan arteri sekunder menjadi penghubung jalan arteri primer ke pusat-pusat
kegiatan di Kota Bukittinggi.

Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kota Bukittinggi terdiri dari jalan
beraspal, jalan kerikil dan jalan tanah, menurut kondisinya terdiri dari jalan kondisi
baik, buruk, sedang dan rusak serta rusak berat. Untuk lebih jelas, kondisi jaringan
jalan di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-12 berikut.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-12
Sistem Jaringan Jalan Di Kota Bukittinggi
Fungsi
Deskripsi Nama Jalan
Jalan
Jalan arteri primer di Kota Bukittinggi Jl. Soekarno-Hatta
merupakan akses langsung Kota Bukittinggi Jl. By Pass
dengan lingkup regionalnyasehingga
memiliki keterkaitan dengan sistem jaringan
Jalan Arteri jalan lintas Sumatera. Dalam konteks sistem
Primer jaringan jalan Pulau Sumatera, jalan arteri
primer di Kota Bukittinggi merupakan
penghubung Kota Bukittinggi dengan kota
yang berada pada orde di atasnya maupun
di bawahnya.
Jl. Veteran
Jl. Sudirman
Jalan arteri sekunder di Kota Bukittinggi Jl. Panorama
Jalan Arteri
menghubungkan jalan arteri primer dengan Jl. Dr. A. Rivai
Sekunder
pusat-pusat kegiatan di Kota Bukittinggi Jl. Pemuda
Jl. Perintis Kemerdekaan
Jl. Diponegoro
Jalan kolektor sekunder di Kota Bukittinggi Jl. Sutan Syahrir
menghubungkan jalan arteri dengan pusat Jl. Panorama Baru
kegiatan sekunder, atau menghubungkan Jl. Panganak Ateh
antarpusat sekunder maupun antara pusat Jl. Pintu Kabun
sekunder dengan pusat lingkungan. Jl. H. Miskin
Jalan
Kolektor Jl. Abdul Manan
Jalan kolektor sekunder juga berfungsi Jl. Mr. Asaat
Sekunder
sebagai penghubung pusat kegiatan Jl. Panganak
sekunder kota dengan lingkup regional. Jl. Kabun Pulasan
Jalan kolektor yang menghubungkan Jl. Jl. Marapi
kawasan dengan lingkup regional Jl Tigo Baleh
diantaranya Jl. Diponegoro dan Jl. Mr Asaat. Jl Nawawi
Jalan lokal di Kota Bukittinggi merupakan Keseluruhan jaringan jalan di
penghubung antara blok kawasan dengan Kota Bukittinggi yang tidak
Jalan Lokal blok kawasan lainnya. Pada umumnya termasuk pada jaringan jalan
menghubungkan jalan kolektor dengan arteri dan koletor.
pusat kegiatan tersier kawasan.
Sumber: Kota Bukittinggi dalam Angka, 2014

Tabel II-13
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Kondisi Jalan (Km)
No. Tahun
Beraspal Kerikil Tanah
1 2013 197,51 0,26 0,16
2 2012 197,39 0,26 0,15
3 2011 197,39 0,26 0,15
4 2010 186,86 2,15 -
5 2009 186,17 1,85 6,21
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

B. Terminal dan Moda Angkutan

Pergerakan regional dilayani oleh terminal regional di Kota Bukittinggi, yaitu Terminal
Aur Kuning. Keberadaan Terminal Aur Kuning di Jalan Arteri Primer
berfungsisebagaipergantian moda dari transportasi regional ke transportasi lokal
(kota), sehingga para pelaku pergerakan regional melalui Terminal Aur Kuning dapat
berganti moda ke transportasi lokal (angkutan umum kota) untuk melakukan
pergerakan internal. Selain Terminal Aur Kuning terdapat pula terminal-terminal
bayangan (terminal angkutan umum kota) seperti Terminal Pasar Bawah, Pasar
Banto, Depan Jogja dan Surau Gonjong.

Moda angkutan yang digunakan di Kota Bukittinggi terdiri atas angkutan pribadi dan
angkutan umum. Angkutan umum untuk pelayanan kota berupa MPU dan mini bus.
Moda angkutan pariwisata umumnya berupa bus wisata yang memiliki pergerakan
regional dan mendapatkan izin khusus untuk kepentingan pergerakan di dalam kota.
Kondisi saat ini, angkutan umum di Kota Bukittinggi sudah dapat melayani
keseluruhan wilayah Kota Bukittinggi, bahkan melayani wilayah hinterland.
Tabel II-14
Trayek Angkutan Umum di Kota Bukittinggi
No Nama Trayek Kode Jarak Jumlah
Trayek (Km) (unit)
1. Pasar Bawah – Terminal Simpang Aur A001 7 77
2. Pasar Bawah – Tigo Baleh A002 8 138
3. Pasar Bawah – Aur Atas A003 7 15
4. Pasar Bawah – Koto Selayan via Garegeh A004 6 13
5. Pasar Bawah – Kubu Tanjung A005 8 14
6. Pasar Bawah – Garegeh A008 7 13
7. Pasar Bawah – Simpang Kapau B001 6 32
8. Pasar Bawah – Koto Selayan via Simpang Ganting B002 6 7
9. Pasar Bawah – Gulai Bancah / Balaikota B003 4 13
10. Pasar Bawah – Panorama Baru C001 8 12
11. Pasar Bawah – Bukiit Apit / Simpang Ranjau C002 6 31
12. Simpang Taluak – Bukit Ambacang C006 6 20
13. Pasar Bawah – Tabek Gadang 13 7 11
14. Pasar Bawah – Jambu Air 14 7 63
15. Pasar Bawah – Belakang Balok 15 6 24
16. Pasar Bawah – Bukit Ambacang 16 6 9
17. Pasar Bawah – INKORBA / STAIN 17 6.5 17
18. Pasar Bawah – Parit Antang via SMKN 1 18 6.5 6
19. Pasar Bawah – Simpang Aur via Tanah Jua 19 7 16
20. Gulai Bancah – Belakang Pasar Aur D001 5 15
21. Pasar Bawah – Talao / Pasar Ternak D002 7
22. Pasar Bawah – Simpang Jambu Air via A. Yani D003 7 12
23. Pasar Bawah – Panganak / Pintu Kabun D004 6 7
24. Pasar Bawah – Bukit Apit / Simpang Ranjau D005 6 5
Jumlah 24 Trayek 570

Sumber : Bukittinggi Dalam Angka, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.9 Peta Jaringan Jalan Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.8. Sarana Listrik

Kondisi sistem pelayanan energi listrik di Kota Bukittinggi saat ini dilayani oleh unit PLN
sektor Bukittinggi. Sumber pembangkit tenaga listrik berasal dari PLTA Maninjau dan
PLTA Agam, Daya terpasang saat ini sebesar 253,5 Kwh dan produktivitas sumber listrik
sebesar 1093.861.227 Kwh. Kebutuhan energi lisrik sebagian besar digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, fasilitas sosial, ekonomi, dan industri. Untuk lebih jelasnya
jumlah pelanggan PLN di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-15.

Tabel II-15
Jumlah Kwh Terjual Listrik PLN Sektor Bukittinggi Tahun 2013
Jumlah Kwh
No. Tahun Rumah Penerangan
Toko,Hotel,Kantor Badan/Lembaga
Tangga Jalan
1 2013 57.127.241 34.051.320 5.277.439 3.125.357
2 2012 54.288.879 34.848.302 4.941.621 3.250.266
3 2011 39.213.201 25.019.022 5.278.741 2.116.992
4 2010 37.111.093 23.351.985 3.492.823 3.370.804
5 2009 39.252.810 22.053.982 3.169.208 2.085.685
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014

2.2.9. Sarana Telekomunikasi

Sarana telekomunikasi di Kota Bukittinggi khususnya jaringan telepon pada saat ini sudah
hampir seluruh kelurahan terjangkau jaringan telepon. Jaringan telepon yang ada di Kota
Bukittinggi pada saat ini dilayani oleh PT Telkom menggunakan jaringan PSTN ( Telepon
Kabel), pelayanan lainnya dlayani oleh provider telepon seluler melalui saluran GSM dan
CDMA. Jumlah Pelanggan telepon dan sistem jaringan telepon kabel di Kota Bukittinggi
dapat dilihat pada tabel II-16 dan gambar 2.8.

Tabel II-16
Jumlah Pelanggan Telepon Kota Bukittinggi Tahun 2013
Jumlah Pelanggan
No. Tahun Non Bisnis Jumlah
Bisnis
dan Sosial
1 2013 10400 2801
2 2012 10211 2793 13004
3 2011 9147 2300 11447
4 2010 9030 2190 11220
5 2009 9132 2213 11345

Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 23


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.10 Peta Jaringan Telekomunikasi Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 24


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.10. Air Bersih

Kondisi eksisting prasarana air minum di Kota Bukittinggi saat ini dilayani oleh PDAM
Tirta Jam Gadang. Sumber Air baku PDAM berasal dari Mata Air Sungai Tanang, Mata
Air Cingkaring, Sumur Bor Tabek Gadang, Sumur Bor Birugo, Sumur Bor Palolok, Sumur
Dangkal Kubang Putih.

Secara umum, distribusi air minum di Kota Bukittinggi menggunakan sistem gravitasi,
namun setiap sumber air memiliki cara pendistribusian masing-masing hingga sampai ke
daerah pelayanan. Hingga saat ini wilayah pelayanan air minum hampir memenuhi
keseluruhan wilayah perencanaan walaupun terdapat beberapa kelurahan yang berlum
terlayani oleh pelayanan air minum oleh PDAM. Guna mendukung pendistribusian air,
saat ini telah dibangun beberapa reservoar dengan total kapasitas sebesar 3.180 m3.
Namun karena keterbatasan produksi maka tidak semua reservoar tersebut berfungsi.

Berdasarkan data laporan kinerja PDAM tahun 2014 (non audit), jumlah pelanggan
PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi sebanyak 9.154 unit sambungan (yang terdiri
dari sambungan domestik maupun sambungan non domestik). Cakupan pelayanan baru
dapat melayani sekitar 52.525 jiwa atau sekitar 42,56 % dari total jumlah penduduk Kota
Bukittinggi sebanyak 123.410 jiwa (data tahun 2014) dengan asumsi setiap rumah tangga
dihuni oleh 5 jiwa dan setiap kran umum dipakai oleh 50 jiwa. Untuk lebih jelasnya tingkat
pelayanan air minum di Kota Bukuttinggi dapat dilihat pada tabel II-17.
Tabel II-17
Tingkat Pelayanan Air Minum
PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah
Jumlah
No. Jenis Palayanan Orang
Pelanggan (Jiwa)
Terlayani
1 Rumah Tangga 7.175 5 35.875
2 Niaga Besar 77 10 770
3 Industri Besar 2 10 20
4 Niaga kecil 1.050 6 6.300
5 Industri Kecil 30 7 210
6 Hotel 71 50 3.550
7 Kantor 91 5 455
8 Sekolah 76 5 380
9 Rumah Sakit 15 10 150
10 Sosial 75 5 375
11 KU, MCK, WC, HU 44 50 2.200
12 Pemda 18 5 90
13 ABRI Dinas 14 5 70
14 ABRI Umum 416 5 2.080
Jumlah 9.154 52.525
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 (non audit)

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 25


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.11 Peta Jaringan Air Minum Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 26


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.3 Aspek Ekonomi dan Budaya

2.3.1 PDRB

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perkembangan nilai nominal
PDRB yang merupakan perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan perkembangan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terdiri dari dua kategori, yakni atas dasar
harga berlaku (adhb) dan atas dasar harga konstan tahun 2000 (adhk). Nilai PDRB Kota
Bukittinggi dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2011 tercatat nilai PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 2,44 triliun rupiah, kemudian 2012 naik menjadi 2,71 triliun
rupiah dan 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 14,39 persen, yaitu menjadi 3,10
triliun. Nilai PDRB 2013 atas dasar harga konstan tercatat sebesar 1,24 trilyun rupiah, jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terdapat kenaikan yang cukup berarti.
Pada 2012 nilai PDRB ADHK adalah sebesar 1,16 trilyun rupiah. Pada tahun 2013 terjadi
kenaikan menjadi sebesar 1,23 trilyun.

Sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota
Bukittinggi adalah Sektor Jasa-jasa, yakni sebesar 800.167,80 Milyar, kemudian Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, yaitu sebesar 756.067,86 milyar serta sektor
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 639.037,36 milyar. Sementara Sektor yang
paling kecil kontribusinya adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 76,82
milyar.

Pertumbuhan perekonomian Kota Bukittinggi secara umum dapat dilihat pada tabel II-18
dan tabel II-19, yaitu PDRB Kota Bukittinggi ADHB dan ADHK, di tahun 2010-2013.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 27


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-18
PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2010-2013
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 PERTANIAN 53 189,64 58 412,71 62 383,09 68 506,20


a. Tanaman Bahan Pangan 24 603,98 25 125,05 27 309,34 29 844,94
b. Tanaman Perkebunan 759,97 725,21 719,79 804,44
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 21 302,49 25 317,90 26 776,04 29 732,49
d. Perikanan 6 523,20 7 244,55 7 577,92 8 124,33
2 PERTAMBANGAN & GALIAN 66,81 69,34 72,01 76,82
a. Penggalian 66,81 69,34 72,01 76,82
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 218 446,49 232 525,59 246 069,55 268 803,30
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Non Migas 218 446,49 232 525,59 246 069,55 268 803,30
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 45 947,30 49 314,84 53 478,89 59 991,29
a. Listrik 39 205,93 42 479,06 46 481,19 52 495,31
b. Air Bersih 6 741,37 6 835,77 6 997,70 7 495,98
5 BANGUNAN DAN KONSTRUKSI 98 546,18 107 857,80 124 699,02 136 156,44
PERDAGANGAN, HOTEL DAN
6 488 738,44 559 262,44 631 980,14 756 067,86
RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan Eceran 406 420,66 461 390,53 514 414,40 610 043,41
b. Hotel 46 171,48 56 645,04 72 205,78 92 288,97
c. Restoran 36 146,30 41 226,87 45 359,96 53 735,48
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 480 603,36 517 359,97 560 284,54 639 037,36
a. Angkutan Jalan Raya 275 318,76 292 088,02 313 499,92 367 437,08
b. Jasa Penunjang Angkutan 24 663,62 26 512,92 28 182,54 31 156,51
c. Komunikasi 180 620,98 198 759,03 218 602,08 240 443,77
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN
8 258 739,40 288 273,02 322 380,48 373 873,18
JASA PERUSAHAAN
a. Bank 102 341,56 114 869,68 126 037,52 151 940,97
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 46 912,35 56 374,46 67 252,86 76 165,67
c. Sewa Bangunan 102 606,28 109 564,67 120 764,85 136 652,66
d. Jasa Perusahaan 6 879,21 7 464,21 8 325,24 9 113,88
9 JASA-JASA 537 479,90 633 139,92 709 811,25 800 167,80
a. Pemerintahan Umum 284 437,30 348 730,58 399 099,49 450 320,59
b. Swasta 253 042,60 284 409,34 310 711,77 349 847,21
1. Sosial Kemasyarakatan 101 906,60 115 514,48 129 318,46 148 982,50
2. Hiburan dan Rekreasi 22 308,10 24 655,06 26 558,55 30 655,95
3. Perorangan dan Rumah Tangga 128 827,90 144 239,80 154 834,76 170 208,76
PDRB 2.181.757,52 2.446.215,63 2.711.158,97 3.102.680,25
Sumber: Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 28


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-19
Perkembangan PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2010-2013
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 PERTANIAN 19 235,87 19 093,54 19 400,75 19 329,03


a. Tanaman Bahan Pangan 8 871,71 8 169,16 8 404,53 8 167,52
b. Tanaman Perkebunan 277,30 245,88 235,34 243,62
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 8 450,43 8 972,03 9 015,67 9 144,59
d. Perikanan 1 636,43 1 706,47 1 745,21 1 773,30
2 PERTAMBANGAN & GALIAN 23,05 22,73 22,22 21,98
a. Penggalian 23,05 22,73 22,22 21,98
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 105 148,85 108 697,49 112 740,18 116 505,70
a. Industri Migas ,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Non Migas 105 148,85 108 697,49 112 740,18 116 505,70
4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 21 496,67 22 667,76 24 467,26 25 557,28
a. Listrik 18 685,70 19 850,66 21 606,36 22 604,43
b. Air Bersih 2 810,97 2 817,10 2 860,90 2 952,85
5 BANGUNAN DAN KONSTRUKSI 36 698,74 37 584,35 41 082,99 41 806,05
PERDAGANGAN, HOTEL DAN
6 219 488,09 235 785,32 255 165,22 277 289,82
RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan Eceran 178 655,41 190 464,53 203 851,61 219 670,49
b. Hotel 24 647,48 27 920,42 32 969,41 37 348,99
c. Restoran 16 185,20 17 400,37 18 344,20 20 270,34
7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 248 375,53 262 782,32 278 665,13 294 943,28
d. Angkutan Jalan Raya 135 693,49 140 749,30 147 991,49 155 775,84
e. Jasa Penunjang Angkutan 13 332,65 14 088,61 14 803,04 15 467,70
f. Komunikasi 99 349,39 107 944,41 115 870,60 123 699,74
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN
8 105 477,26 110 518,31 117 506,56 127 552,56
JASA PERUSAHAAN
a. Bank 36 358,95 38 929,53 41 864,48 47 479,34
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 19 132,79 20 818,39 22 759,94 23 976,40
c. Sewa Bangunan 47 625,22 48 286,17 50 304,53 53 409,53
d. Jasa Perusahaan 2 360,30 2 484,22 2 577,61 2 687,29
9 JASA-JASA 272 979,23 296 101,02 314 090,24 332 493,69
a. Pemerintahan Umum 136 982,79 150 786,44 160 362,30 168 237,73
b. Swasta 135 996,44 145 314,59 153 727,94 164 255,96
1. Sosial Kemasyarakatan 49 836,79 53 425,04 57 061,30 61 825,92
2. Hiburan dan Rekreasi 10 156,92 10 931,44 11 481,79 12 457,80
3. Perorangan dan Rumah Tangga 76 002,73 80 958,11 85 184,85 89 972,24
PDRB 1.028.923,29 1.093.252,84 1.163.140,55 1.235.499,39
Sumber: Bukittinggi Dalam Angka, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 29


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.3.2 Aspek Sosial Budaya Masyarakat

Kota Bukittinggi merupakan bagian dari bekas Kerajaan Minangkabau yang terkenal
dengan sebutan RanahMinang. Masyarakatnya terkenal dengan tata kehidupan yang
mencerminkan sistem Matrilineal dengan adat istiadatnya yang unik. Dalam sistem ini
harta pusaka, gelar, dan nama suku, diturunkan menurut silsilah garis keturunan ibu.

Mayoritas penduduk Kota Bukittinggi adalah pemeluk agama Islam yang taat dan
pemegang adat yang kuat. Karakter masyarakatnya yang mandiri, dinamis, kritis dan
unggul dalam mengembangkan kewirausahaan. Kaidah-kaidah agama danadat terpadu
secara serasi di dalam tata kehidupan.

Dalam perspektif sejarah permukiman masyarakat Minangkabau asli, Kota Bukittinggi


bermula dari suatu perkampungan awal (Koto Jolang, pusat pertumbuhan awal), yang
berada di Jorong Tigo Baleh. Daerah ini merupakan daerah awal dari perintisan daerah
baru yang dilakukan oleh para perintis (peneruka) yang berasal dari Pariaman, Padang
Panjang yang kemudian berkembang menjadi nagari, yaitu Nagari Kurai. Pada tahap
perkembangan berikutnya, terbentuk struktur ruang yang terdiri dari lima jorong,
menunjuk kepada beberapa elemen ruang yang menjadi cikal bakal perkampungan
awal yang dapat dikembangkan menjadi sebuah nagari, seperti peirnukiman penduduk,
mesjid, balai adat dan pasar. Elemen-elemen permukiman ini pada perkembangan
berikutnya akan menjadi elemen pembentuk ruang Nagari Kurai Lima Jorong, dimana
masing-masing jorong dilihat dari perkembangan sosial budaya yang dapat disetarakan
dengan nagari di wilayah lain di luar Kota Bukittinggi.

Walaupun sampai saat ini Kota Bukittinggi telah menjadi kawasan urban, namun secara
budaya masyarakat Bukittinggi masih memegang teguh adat-istiadat yang dilaksanakan
dari kehidupan sehari-hari dimana prinsip utama masayarakat Minangkabau ”Adaik
basandi syarak, Syarak basandi kitabullah” sangat menonjot. Kaitan agama dan budaya
dapat juga dilihat dari ungkapan "syarak mangato adaik mamakai".

Saat ini dengan adanya gerakan kembali ke Nagari, hal ini akan berimbas pada
kehidupan sosial budaya masyarakat yang berlandaskan agama akan semakin menguat.
Karakteristik tatanan kehidupan masyarakat Kurai Limo Jorong yang menjadi dasar
filosofis budaya Kota Bukittinggi dapat digambarkan dengan adanva :
- Nilai-nilai adat istiadat yang terintegrasi dengan nilai agama yang disebut dengan
ungkapan Sarak Mangato Adaik Mamakai.

- Pola kepemimpinan informal yang disebut dengan Tali Tigo Sapilin dan Tungku Tigo
Sajarangan yaitu ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 30


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

- Adanya sistem pemerintahan adat (struktur keruangan dan kelembagaan nagari yang
masih hidup) yang secara hirarkis terlihat dari adanya Penghulu Pucuak yang dikenal
dengan Panghulu Pucuak Nan Duo Puluh Anam, Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari
serta Ninik Mamak Saratuih.
- Alim ulama sebagai unsur pimpinan masyarakat yang mempunyai perana dalam
mengendalikan dan meningkatkan pemahaman dan pengamalan niiai-nilai agama.
Lembaga keagamaan yang utama di Kota Bukittinggi yaitu terdapat 8 sidang Mesjid
sebagai bentuk pilar lembaga keagamaan, dalam hal ini Agama Islam.
- Sistem matriarchat yang menempatkan keberadaan Bundo Kanduang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat sebagai tumpuan sistem keturunan dan pewarisan.
- Semangat dan jiwa kewirausahaan yang telah tumbuh dan berkembang sampai saat
ini.
- Nilai dan semangat kebersamaan serta kegotongroyongan yang diliputi oleh suasana
keakraban yang tinggi dan pembauran antara masyarskat asli dan masyarakat
pendatang

Disamping hal di atas, aspek sosial budaya lainnya yang berpengaruh terhadap
pengembangan Kota Bukittinggi ke depan adalah keberadaan tanah-tanah ulayat/adat
dimana dalam hal pengembangan pada tanah ulayat ini perlu dilakukan musyawarah
warga. Hal ini sebagai bagian dari kearifan lokal dalam menunjang pengembangan
kawasan. Hasil diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat disampaikan bahwa agar
keberadaan tanah ulayat tidak hilang, maka pengembangan tanah ulayat dapat dilakukan
dengan sistem sewa untuk dalam jangka waktu dan pola kerjasama yang saling
menguntungkan anara masyarakat selaku pemilik tanah dan investor sebagai pihak yang
mengembangkan diatasnya.

2.4 Aspek Penataan Ruang dan Lahan


2.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah

Struktur ruang Kota Bukittinggi eksisting sebagian besar terbentuk dari kegiatan-
kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan yang
merupakan lahan-lahan pertanian serta kegiatan kepariwisataan dan jaringan jalan kota.
Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa
fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas perkantoran/
pemerintahan, sedangkan kegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi memiliki
tingkat pelayanan internasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 31


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

akomodasi (hotel berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa kepariwisataan yang


mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam kota ataupun yang terletak di
luar kota dan daerah lain di provinsi Sumatera Barat.

Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti
sekarang berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar Atas
dan Pasar Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti pola
jaringan jalan utama yaitu poros jalan Medan – Bukittinggi – Padang dan poros jalan
Bukittinggi – Pekanbaru. Struktur Kota Bukittinggi yang bersifat konsentrik cenderung
mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang jelas batas-
batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan,
perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan dan kesehatan dengan
konsentrasi tinggi pada pusat kota.

Dari pengamatan fisik dapat diindikasikan struktur ruang kota Bukittinggi dalam kategori
komponen kegiatan fungsional kota, yaitu :

a. Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan jasa,


pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan
lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini
berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kayu
Kubu, Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok, Birugo serta Aur
Kuning.

b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari
Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.

c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah
pusat kota. Bagian timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan
permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung, Ladang
Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.

d. Kawasan Pertanian yang berkembang pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang
besaran lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan
permukiman.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 32


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.12 Peta Struktur Ruang Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 33


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.4.2 Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kota Bukittinggi saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan
yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan
pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai
jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas
kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran
dan/atau pemerintahan. Sedangkankegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi
memiliki tingkat pelayanan intemasional, nasional maupun regional antara lain berupa
fasilitas akomodasi (hotel berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa
kepariwisataan yang mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam kota
ataupun yang terletak di luar kota dan daerah lain di provinsi Sumatera Barat.

Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Bukittinggi dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,


pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan
lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran. Kegiatan ini
berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Kayu
Kubu, Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok, Birugo, serta Aur
Kuning.

b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari
Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.

c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah
pusat kota. Bagian Timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan
permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung, Ladang
Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.

d. Kawasan Pertanian pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan permukiman.
Tabel II-20
Luas Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi
Luas Persen Luas
No. Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) (%)
1 Hutan Primer 104,694 3,89%
2 Hutan Sekunder 1,887 0,07%
3 Hutan 222,937 8,28%
4 Kebun Campuran 247,569 9,19%
5 Kolam 2,792 0,10%

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 34


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Luas Persen Luas


No. Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) (%)
6 Ladang 301,561 11,20%
7 Sawah 700,982 26,02%
8 Semak Belukar 156,823 5,82%
9 Lapangan Olahraga & Rekreasi 9,913 0,37%
10 Permukiman 737,561 27,38%
11 Perdagangan dan Jasa 98,899 3,67%
12 Fasilitas Pendidikan 52,027 1,93%
13 Fasilitas Kesehatan 5,797 0,22%
14 Fasilitas Peribadatan 1,712 0,06%
15 Fasilitas Sosial Budaya 3,827 0,14%
16 Pekantoran 18,986 0,70%
17 Pemerintahan 7,447 0,28%
18 Militer 11,584 0,43%
19 Industri 6,71 0,25%
Sumber: Kota Bukittinggi Dalam Angka 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 35


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.13 Peta Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 36


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.4.3 Rencana Pengembangan Kota

Rencana pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan di Kota Bukittinggi dimaksudkan untuk


menggambarkan peran dan fungsi dari setiap kawasan di Kota Bukittinggi dalam
pengembangan Kota Bukittinggi secara keseluruhan. Penetapan tersebut selain
didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana pengembangan
kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Pengembangan pusat-pusat pelayanan di Kota Bukittinggi dirumuskan sebagai berikut:


 Pengembangan Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Primer, yaitu pusat pelayanan yang
jangkauan pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota dan/atau regional. Pada Kota
Bukittinggi, maka pengembangan pusat pelayanan kota ini akan dikembangkan di
Kawasan Pasar Atas yang telah menjadi sentra perekonomian regional serta di
kawasan Aur Kuning yang direncanakan akan menjadi pusat utama transportasi Kota
Bukittinggi dan kawasan di sekitar Kota Bukittinggi.
 Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Sekunder, yaitu pusat pelayanan yang jangkauan
pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota Bukittinggi. Pada Kota Bukittinggi, maka
pengembangan pusat pelayanan kota ini akan dikembangkan di Kawasan Gulai
Bancah dan Kawasan Belakang Balok yang saat ini telah menjadi pusat
pemerintahan Kota Bukittinggi.
 Pengembangan sub pusat pelayanan kota, yang melayani sub wilayah kota. Pada
Kota Bukittinggi pengembangan sub pusat pelayanan kota ini akan dikembangkan di
Kawasan Campago Ipuh, Kawasan Garegeh, dan Kawasan Ladang Cakiah.
 Pengembangan pusat lingkungan, yang melayani pada skala lingkungan wilayah
kota. Pusat-pusat lingkungan ini di Kota Bukittinggi akan dikembangkan secara
menyebar untuk melayani lingkup skala lingkungan pada kawasan-kawasan yang
letaknya relatif berjauhan dan tidak terlayani secara langsung dengan pusatpusat
pelayanan besar yang telah direncanakan di atas.

A. Fungsi Pelayanan Kota Fungsi Primer


Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Primer akan dikembangkan di dua lokasi yaitu di Kawasan
Pasar Atas dan di Kawasan Aur Kuning.

a) Kawasan Pasar Atas


Kawasan Pasar Atas adalah merupakan kawasan yang telah tumbuh dan menjadi
ciri khas tersendiri di Kota Bukittinggi. Fungsi yang akan dikembangkan pada
kawasan ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala kota hingga regional, antara
lain:

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 37


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;


 Kawasan perumahan kepadatan tinggi;
 Ruang terbuka hijau skala perkotaan dalam bentuk taman kota dan jalur hijau
jalan.

b) Kawasan Aur Kuning


Kawasan Aur Kuning adalah merupakan kawasan yang akan ditumbuhkembangkan
di Kota Bukittinggi sebagai counter magnet terhadap perkembangan kegiatan yang
saat ini masih terkonsentrasi di Kawasan Pasar Atas. Fungsi yang akan
dikembangkan pada kawasan ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala kota
hingga regional, antara lain: Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;
Pusat pergerakan regional;

B. Pusat Pelayanan Kota – Fungsi Sekunder


Penetapan pusat pelayanan kota - fungsi sekunder perlu dilakukan karena pada beberapa
kawasan yang ditetapkan termasuk dalam sistem pusat perkotaan di Kota Bukittinggi, ternyata
memiliki fungsi yang menjangkau seluruh kota akan tetapi apabila ditetapkan sebagai pusat
pelayan kota ada perbedaan fungsi jangkauan pelayanan. Untuk pusat pelayanan kota dengan
fungsi sekunder maka jangkauan pelayanannya adalah untuk skala Kota Bukittinggi. Pada Kota
Bukittinggi pusat pelayanan kota-fungsi sekunder ditetapkan di Kawasan Gulai Bancah dan
Kawasan Belakang Balok.

a) Kawasan Gulai Bancah


Kawasan Gulai Bancah merupakan kawasan pusat pemerintahan baru yang dilalui
oleh dua jalan arteri (primer dan sekunder) serta memiliki keterhubungan langsung
dengan kawasan pusat kota Benteng Pasar Atas. Pengembangan baru pusat
perkantoran pemerintah Kota Bukittinggi pada kawasan ini menjadikan kawasan ini
sebagai salah satu kawasan yang memiliki prospek pengembangan di masa
mendatang.Fungsi yang telah berkembang di kawasan ini
 Kawasan Pusat pemerintahan kota
 Kawasan sosial budaya yang dengan keberadaan gedung perpustakaan Bung
Hatta
 Ruang terbuka hijau berbentuk pemakaman untuk skala kota
 Kawasan perumahan kepadatan sedang beserta fasilitas pendukungnya

b) Kawasan Belakang Balok


Kawasan Belakang Balok merupakan kawasan yang berada pada pintu gerbang
Kota Bukittinggi dari arah selatan serta terhubung langsung dengan Kawasan Pusat
Kota Benteng Pasar Atas oleh jaringan jalan arteri sekunder, sehingga memiliki

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 38


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

hubungan kuat dengan pusat kota. Saat ini Kawasan Belakang Balok telah
berkembang sebagai pusat pemerintahan kota, pusat pendidikan, kesehatan, serta
terdapat permukiman berikut fasilitas pendukungnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Kawasan Belakang Balok telah menjadi pusat aktifitas penduduk kota dan telah
menunjukkan karakter sebagai pusat pelayanan. Dengan kondisi yang ada maka
Kawasan Belakang Balok di masa mendatang memiliki peluang pengembangan
sebagai pusat pelayanan sekunder sekaligus dapat berperan mengurangi beban
pelayanan pusat kota sebagai kawasan yang menghasilkan tarikan yang cukup
besar.

Fungsi yang diarahkan pada kawasan ini adalah sebagai berikut:


 Kawasan Perkantoran Pemerintahan skala kota.
 Kawasan Pusat Pelayanan Pendidikan menengah dan tinggi serta Pusat
pelayanan kesehatan skala kota.
 Kawasan Perumahan berikut fasilitas pendukungnya.
 Kawasan Perdagangan dan jasa skala kota.
 Pengembangan Ruang Terbuka hijau skala kota

C. Sub Pusat Pelayanan Kota


Sub Pusat Pelayanan Kota akan dikembangkan pada beberapa lokasi kawasan yaitu :
Kawasan Campago Ipuh, Kawasan Garegeh dan Kawasan Ladang Cakiah.

a) Kawasan Campago Ipuh


Kawasan Campago Ipuh merupakan kawasan pengembangan baru yang berfungsi
untuk menarik perkembangan kota ke arah utara sehingga mengurangi beban
pelayanan Kawasan Pusat Kota, terlebih akses dari kawasan pusat kota ke kawasan
ini relative sangat mudah. Selain itu, pengembangan pusat pemerintahan baru yang
relatif tidak terlalu jauh dari kawasan ini juga akan menstimulasi perkembangan
kawasan ini, yang nantinya akan diikuti dengan pengembangan pusat pelayanan
umum dan sosial serta kawasan pusat olahraga. Dengan kondisi dan peluang
pengembangan yang ada maka hal tersebut akan mendukung pengembangan
kawasan sebagai sub pusat pelayanan kota di masa mendatang. Fungsi yang
diarahkan pada Kawasan Campago Ipuh adalah sebaagi berikut:
 Pusat Pelayanan Umum dan Sosial, meliputi pendidikan menengah, rekreasi skala
sub wilayah kota.
 Perdagangan dan Jasa Koridor skala sub wilayah kota.
 Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 39


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.


 Ruang Terbuka Hijau rekreasi.

b) Kawasan Garegeh
Kawasan Garegeh merupakan kawasanyang beradadi Jalan Sukarno Hatta serta
terletakpada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur laut Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Penetapan sub
pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat
pelayanan lingkungan yang berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-
kawasan permukiman yang ada serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota
Bukittinggi pada bagian timur lautnya.

Kawasan ini memiliki letak yang strategis bagi permukiman di sekitarnya sehingga
diarahkan sebagai sub pusat pelayanan Kota Bukittinggi dan dapat menjadi orientasi
bagi pusat-pusat lingkungan yang berada di bawahnya. Fungsi yang diarahkan pada
kawasan ini adalah:
 Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
 RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
 Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
 Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
 Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.

c) Kawasan Ladang Cakiah


Kawasan Ladang Cakiah merupakan kawasanyang beradadi Jalan Tigo Baleh serta
terletakpada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Tidak jauh
berbeda dengan Kawasan Garegeh, Penetapan sub pusat pelayanan kota pada
kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat pelayanan lingkungan yang
berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-kawasan permukiman yang ada
serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota Bukittinggi pada bagian timurnya.
Fungsi yang akan dikembangkan di kawasan ini antara lain adalah sebagai berikut:
 Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
 RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
 Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
 Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
 Perumahan berkepadatan rendah dan fasilitas pendukungnya

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 40


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.14 Peta Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 41


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.4.4 Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas

Penjelasan lebih lanjut tentang Kawasan Strategis Kota Bukittinggi, sebagai berikut:

A. Kawasan Ngarai Sianok dan Sempadan Ngarai Sianok

Kawasan ini menjadi khusus dan strategis karena rawan bencana longsor dan
gempa bumi. Kawasan Ngarai Sianok merupakan kawasan yang memiliki kekhasan
tersendiri dan perlu dijaga kelestariannya. Sedangkan Kawasan Sempadan Ngarai
Sianok merupakan kawasan dengan kerawanan tertinggi terhadap bahaya longsor
dan gempa bumi. Kondisi ini sudah ditunjukkan oleh kejadian gempa beberapa waktu
terakhir dimana longsornya Ngarai sangat membahayakan bagi kegiatan budidaya
yang ada di sempadannya. Penetapan kawasan ini sebagai kawasan strategis agar
pengelolaan dan kebijakan yang diambil untuk kawasan ini dapat menjadi prioritas
untuk menghindari terjadinya korban yang tidak diharapkan akibat bencana yang
mungkin terjadi.

B. Kawasan Jam Gadang dsk sebagai Kawasan Pedestrian City


Kawasan Jam Gadang dan sekitarnya merupakan landmark dari Kota Bukittinggi.
Menjaga kondisi dan citra kawasan ini merupakan upaya utama mempertahankan
fungsi sebagai kota wisata. Dengan merevitalisasi kawasan ini sebagai kawasan
pedestrian city maka diharapkan citra Kota Bukittinggi sebagai kota wisata dapat
dijaga. Saat in kawasan ini merupakan simpul berbagai kegiatan di Kota Bukittinggi,
simpul pergerakan, serta mengemban berbagai fungsi kota utama. Dengan upaya
segregasi fungsi kota, dimana beberapa fungsi utama seperti fungsi pusat
perdagangan dipindahkan ke pusat primer Simpang Aur, fungsi pusat prasarana
wisata dipindahkan ke Kawasan Panorama Baru, maka diharapkan citra Kota Wisata
dapat diwujudkan di kawasan ini.

C. Kawasan Bersejarah di Koridor Jalan Sudirman dan Sekitarnya


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya lebih ditekankan pada upaya pelestarian dan pemugaran objek-objek yang
dianggap suatu benda mati atau terkait dengan bangunan-bangunan. Upaya
pelestarian dan pemugaran kawasan perlu ditangani dan pelaksanaannya perlu
memberikan masukan balik untuk diciptakan aturan terhadap kawasan preservasi
dan konservasi. Bangunan maupun lingkungan/kawasan bersejarah merupakan
salah satu potensi peninggalan sejarah yang mencirikan kota Bukittinggi. Upaya
mempertahankan kawasan Kawasan Kota bersejarah di koridor Jalan Sudirman dan

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 42


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.4.5 Kawasan lindung

Berdasarkan Penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah


disebutkan bahwa pada dasarnya kelompok utama dari kawasan lindung adalah sebagai
berikut:
a. Kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain,
kawasan hutan lindung,kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain,kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut danperairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam,cagar alam, suaka margasatwa, serta
kawasa cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasanrawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempabumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawangelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan ini ditujukan memiliki fungsi sebagai kawasan pemeliharaan kelestarian


kawasan lindung itu sendiri. Pada kawasan perencanaan, kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan perlindungan setempat adalah Kawasan Ngarai Sianok yang
membentang pada batas barat kawasan perencanaan. Kawasan yang diarahkan sebagai
kawasan yang memberikan perlindungan setempat di Kota Bukittinggi adalah Kawasan
Ngarai Sianok yang terletak di batas barat, utara dan timur laut Kota Bukitinggi, adapun
luas Kawasan Ngarai Sianok yang ditetapkan untuk berfungsi lindung di Kota Bukittinggi
adalah ± 263,19 hektar.

2.5 Aspek Kependudukan

Pada tahun 2014, penduduk Kota Bukittinggi berjumlah 121.814 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk adalah 2,92%. Laju pertumbuhan penduduk ini sedikit menurun
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 3,25%. Perkembangan dan dinamika kondisi
demografis Kota Bukittinggi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Berdasarkan data BPS bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan


Mandiangin Koto Selayan sebesar 48.461 jiwa, karena banyaknya pembangunan

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 43


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

perumahan baru baik dibangun oleh pengembangan perumahan maupun oleh


perorangan. Namun demikian Kecamatan Guguk panjang merupakan Kecamatan paling
padat penduduknya yaitu 6.362 jiwa per km², diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo baleh
sebanyak 4.213 jiwa per km² dan Kecamatan mandiangin Koto Selayan sebanyak 3.987
jiwa per km².

Disamping penduduk tetap yang berdomisili dan ber KTP Bukittinggi sebagaimana
diuraikan di atas, ada situasi yang menarik dari demografis Kota Bukittinggi. Tingkat
mobilitas penduduk cukup tinggi antara Kota Bukittinggi sebagai pusat kegiatan lokal dan
regional yang mempunyai daya tarik (magnitude) terhadap daerah commutter dan
hinterlandnya, maka proyeksi penduduk Kota Bukittinggi pada siang hari di perkirakan
mencapai 350.000 jiwa. Migrasi penduduk sementara ke dalam Kota Bukittinggi pada
tahun 2007 mengindikasikan kecenderungan meningkat antara lain disebabkan
banyaknya bermunculan pedagang kaki lima musiman, meningkatnya pelayanan
kesehatan, pendidikan serta kunjungan lain seperti : studi banding, seminar/ konferensi,
serta kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Tabel II-21
Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
Jumlah Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun
Penduduk Jiwa Persen
1 2005 101.276 0 0
2 2006 102.228 952 0.93
3 2007 104.278 2,050 1.97
4 2008 106.045 1,767 1.67
5 2009 107.805 1,760 1.63
6 2010 111.312 3,507 3.15
7 2011 113.569 2,257 1.99
8 2012 114.415 846 0.74
9 2013 118.260 3,845 3.25
10 2014 121.814 3,554 2.92
Jumlah 20,538 18.24
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 44


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.15. Trend Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bukittingi

Tabel di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Bukittinggi dalam
kurun waktu 2005 – 2014 rata-rata 2,03% pertahun. Pertumbuhan jumlah penduduk juga
diikuti dengan meningkatnya kepadatan penduduk di Kota Bukittinggi, sebagaimana
terlihat pada tabel berikut :

Tabel II-22
Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi

JUMLAH KEPADATAN
LUAS WILAYAH
No. TAHUN PENDUDUK PENDUDUK
(km2)
(jiwa) (jiwa)

1. 2010 25,239 111.312 4.410

2. 2011 25,239 113.569 4.500

3. 2012 25,239 114.415 4.533

4. 2013 25,239 118.260 4.607

5. 2014 25,239 121.814 4.826

Sumber : Bukittinggi Dalam Angka, 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 45


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 2.16
Grafik Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tabel II-23
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2013
Luas Rumah Jumlah Kepadatan
No. Kecamatan/Kelurahan wilayah Tangga Penduduk Penduduk
(km2) (KK) (Jiwa) (jiwa/km2)
1 Guguk Panjang 6.831 10.712 43.457 6,362
1. Bukit Camang K. Ramang 0.470 624 2.407 5,121
2. Tarok Dipo 1.480 4.331 17.450 11,791
3. Pakan Kurai 0.870 1.496 6.369 7,321
4. Aur Tajungkang T. Sawah 0.690 1.821 7.480 10,841
5. Benteng Pasar Atas 0.560 359 1.271 2,270
6. Kayu Kubu 0.910 899 3.606 3,963
7. Bukit Apit Puhun 1.851 1.182 4.874 2,633

2 Mandiangin Koto Selayan 12.156 11.418 48.461 3,987


1. Pulai Anak Air 0.882 1.167 5.018 5,689
2. Koto Selayan 0.730 297 1.320 1,808
3. Geregeh 0.650 563 2.453 3,774
4. Manggis Ganting 0.651 1147 4.848 7,447
5. Campago Ipuh 1.393 2.332 9.747 6,997
6. Puhun Tembok 0.710 1.605 6.506 9,163
7. Puhun Pintu Kabun 3.610 1460 6.425 1,780
8. Kubu Gulai Bancah 1.810 1.356 5.477 3,026
9. Campago Guguk Bulek 1.720 1.491 6.667 3,876

3 Aur Birugo Tigo Baleh 6.252 6.486 26.342 4,213


1. Belakang Balok 0.504 702 2.937 5,827
2. Sapiran 0.257 869 3.227 12,556
3. Birugo 0.940 1.517 6.102 6,491

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 46


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4. Aur Kuning 0.900 1.663 6.832 7,591


5. Pakan Labuah 1.180 713 2.832 2,400
6. Kubu Tanjung 0.911 333 1.338 1,469
7. Ladang Sakiah 0.740 395 1.786 2,414
8. Parit Antang 0.820 294 1.288 1,571
Jumlah 25.239 28.616 118.260 4,686
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka tahun 2014

2.6 Keuangan Daerah

Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kota Bukittinggi tidak terlepas dari kebijakan
yang ditempuh, baik dari sisi efektifitas pengelolaan penerimaan pendapatan yang
dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan
efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja langsung maupun tidak langsung. Ada tiga
sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah di Kota
Bukittinggi, diantaranya adalah :

a. Anggaran Pedapatan Belanja Daerah Kota Bukittinggi

b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat ; dan

c. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang didalamnya terakomodasi dana


dekonsentrasi dan dana pinjaman luar negeri.

Penerimaan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Bukittinggi diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dari Pendapatan Asli
Daerah, berupa sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pajak dan retribusi daerah,
bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, dana perimbangan berupa Dna Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan penerimaan lain-lain yang sah. Dari semua
penerimaan tersebut yang memberikan kontribusi yang cukup besar berasal dari instansi
yang lebih tinggi atau bantuan dari Pemerintah Pusat, sedangkan suber penerimaan
daerah yang berasal dari Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) masih terlalu kecil
dibandingkan dengan bantuan pusat.

Berikut ini adalah perkembangan pendapatan daerah Kota Bukittinggi Tahun 2010-2014,
Tabel II.24.

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 47


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-24
Realisasi Keuangan Daerah Kota Bukittinggi Tahun Anggaran 2010-2014
No. TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. PENDAPATAN DAERAH 325,409,425,033.00 338,421,473,678.21 104.00 406,051,172,188.00 401,417,194,463.00 98.86 465,266,259,329.00 461,396,488,849.00 99.17

1.1 Pendapatan Asli Daerah 42,193,150,511.00 33,847,174,752.21 80.22 45,023,938,692.00 42,223,418,002.00 93.78 49,310,208,409.00 45,076,555,841.00 91.41

1.1.1 Hasil Pajak Daerah 13,518,500,000.00 11,728,705,362.00 86.76 17,168,500,000.00 17,461,926,058.00 101.71 20,502,492,642.00 19,848,460,300.00 96.81

1.1.2 Hasil Retrebusi Daerah 12,933,515,675.00 12,609,831,129.00 97.50 16,806,931,722.00 14,019,848,821.00 83.42 17,279,641,811.00 14,748,993,711.00 85.35

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,773,664,928.00 1,829,523,928.00 103.15 3,038,188,054.00 3,038,188,054.00 100.00 3,248,073,956.00 2,892,369,763.00 89.05

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 13,967,469,908.00 7,679,114,333.21 54.98 8,010,318,916.00 7,703,455,069.00 96.17 8,280,000,000.00 7,586,732,067.00 91.63

1.2 Dana Perimbangan 279,495,071,950.00 279,481,878,176.00 100.00 307,380,094,536.00 305,965,314,648.00 99.54 365,081,903,351.00 365,938,810,846.00 100.23

1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,001,331,950.00 18,988,138,176.00 99.93 11,205,676,536.00 15,621,671,648.00 139.41 18,280,327,351.00 24,281,551,846.00 132.83

1.2.2 Dana Alokasi Umum 242,306,440,000.00 242,306,440,000.00 100.00 272,853,718,000.00 272,853,718,000.00 100.00 326,224,306,000.00 326,224,306,000.00 100.00

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 18,187,300,000.00 18,187,300,000.00 100.00 23,320,700,000.00 17,489,925,000.00 75.00 20,577,270,000.00 15,432,953,000.00 75.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang


1.3 3,721,202,572.00 25,092,420,750.00 674.31 53,647,138,960.00 53,228,461,813.00 99.22 50,874,147,569.00 50,381,122,162.00 99.03
S ah
1.3.1 Pendapatan Hibah 21,202,572.00 - 26,136,000.00 100.00 - - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
1.3.3 3,100,000,000.00 9,110,622,360.00 293.89 12,309,163,960.00 11,633,826,985.00 94.51 11,834,224,569.00 10,859,729,931.00 91.77
Pemerintah Daerah lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 10,021,975,000.00 10,112,825,000.00 100.91 - - -
Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau
1.3.5 600,000,000.00 307,600,000.00 51.27 589,200,000.00 589,200,000.00 100.00 - - -
Pemerintah Daerah lainnya
1.3.6 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 15,674,198,390.00 100.00 30,726,800,000.00 30,866,473,828.00 100.45 39,039,923,000.00 39,521,392,231.00 101.23

JUMLAH PENDAPATAN 325,409,425,033.00 338,421,473,678.21 104.00 406,051,172,188.00 401,417,194,463.00 98.86 465,266,259,329.00 461,396,488,849.00 99.17

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 48


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 12 13 14 15 16 17 15 16 17

1. PENDAPATAN DAERAH 538,696,842,640.00 527,475,062,408.00 97.92 595,530,789,650.00 595,424,983,587.00 99.98 608,081,589,103.00 - -

1.1 Pendapatan Asli Daerah 54,646,355,950.00 55,203,591,605.00 101.02 60,578,297,922.00 61,613,681,043.00 101.71 63,089,666,112.00 - -

1.1.1 Hasil Pajak Daerah 24,182,218,901.00 22,560,666,814.00 93.29 26,982,218,901.00 27,314,135,978.00 101.23 27,855,512,078.00 -

1.1.2 Hasil Retrebusi Daerah 19,020,690,049.00 16,593,461,861.00 87.24 20,500,506,821.00 18,043,436,304.00 88.01 20,372,528,431.00 -

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 3,234,547,000.00 3,691,819,262.00 114.14 3,452,740,700.00 3,452,740,700.00 100.00 4,172,921,853.00 -

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 8,208,900,000.00 12,357,643,668.00 150.54 9,642,831,500.00 12,803,368,061.00 132.78 10,688,703,750.00 -

1.2 Dana Perimbangan 418,375,949,090.00 408,814,962,363.00 97.71 453,440,696,539.00 452,713,545,419.00 99.84 462,733,357,991.00 - -

1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,250,694,090.00 18,143,222,363.00 89.59 16,006,279,539.00 15,279,128,419.00 95.46 18,247,026,991.00 -

1.2.2 Dana Alokasi Umum 368,311,195,000.00 368,311,195,000.00 100.00 404,285,567,000.00 404,285,567,000.00 100.00 408,640,651,000.00 -

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 29,814,060,000.00 22,360,545,000.00 75.00 33,148,850,000.00 33,148,850,000.00 100.00 35,845,680,000.00 -

Lain-lain Pendapatan Daerah yang


1.3 65,674,537,600.00 63,456,508,440.00 96.62 81,511,795,189.00 81,097,757,125.00 99.49 82,258,565,000.00 - -
S ah
1.3.1 Pendapatan Hibah - - - - - - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
1.3.3 12,191,866,000.00 12,218,976,000.00 100.22 17,677,717,189.00 17,263,679,125.00 97.66 16,849,992,000.00 -
Pemerintah Daerah lainnya
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 49,740,773,000.00 49,740,773,000.00 100.00 61,623,658,000.00 61,623,658,000.00 100.00 65,408,573,000.00 -
Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau
1.3.5 3,741,898,600.00 1,496,759,440.00 40.00 2,210,420,000.00 2,210,420,000.00 100.00 - #DIV/0!
Pemerintah Daerah lainnya
1.3.6 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - - - - - - - -

JUMLAH PENDAPATAN 538,696,842,640.00 527,475,062,408.00 97.92 595,530,789,650.00 595,424,983,587.00 99.98 608,081,589,103.00 - -

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 49


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2. BELANJA DAERAH 433,240,982,933.00 363,236,193,806.00 83.84 469,253,354,207.00 405,420,576,374.00 86.40 522,203,826,129.00 447,442,753,557.54 85.68

2.1 BELANJA TIDAK LANGS UNG 250,941,832,476.00 232,783,921,527.00 92.76 269,745,449,708.00 260,866,438,337.00 96.71 310,499,295,539.00 289,830,843,899.00 93.34

2.1.1 Belanja Pegawai 216,582,568,767.00 209,549,305,264.00 96.75 242,758,810,024.00 243,442,955,461.00 100.28 288,545,271,889.00 270,874,433,012.00 93.88

2.1.2 Belanja Bunga 60,000,000.00 - - 60,000,000.00 - - - - -

2.1.4 Belanja Hibah 13,284,778,000.00 8,897,878,673.00 66.98 12,539,044,400.00 5,978,878,028.00 47.68 16,054,683,000.00 15,749,150,310.00 98.10

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 16,334,485,709.00 13,328,869,690.00 81.60 13,249,196,140.00 10,916,510,148.00 82.39 3,046,140,000.00 1,968,440,000.00 64.62
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
2.1.7 Provinsi/ Kabupaten/ Kota Dan 1,200,000,000.00 - - - - 551,521,298.00 551,521,298.00 100.00
Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 3,480,000,000.00 1,007,867,900.00 28.96 1,138,399,144.00 528,094,700.00 46.39 2,301,679,352.00 687,299,279.00 29.86

2.2 BELANJA LANGS UNG 182,299,150,457.00 130,452,272,279.00 71.56 199,507,904,499.00 144,554,138,037.00 72.46 211,704,530,590.00 157,611,909,658.54 74.45

2.2.1. Belanja Pegawai 37,350,294,793.00 29,824,976,178.00 79.85 42,280,654,478.00 33,546,024,904.00 79.34 45,537,278,200.00 37,427,444,376.00 82.19

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 73,268,757,277.00 52,709,480,286.00 71.94 82,569,449,035.00 60,550,867,273.00 73.33 91,984,011,370.00 69,449,826,690.54 75.50

2.2.3 Belanja Modal 71,680,098,387.00 47,917,815,815.00 66.85 74,657,800,986.00 50,457,245,860.00 67.58 74,183,241,020.00 50,734,638,592.00 68.39

JUMLAH BELANJA 433,240,982,933.00 363,236,193,806.00 83.84 469,253,354,207.00 405,420,576,374.00 86.40 522,203,826,129.00 447,442,753,557.54 85.68

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 50


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI %
1 2 12 13 14 15 16 17 15 16 17
2. BELANJA DAERAH 590,656,144,731.91 504,110,258,149.60 85.35 641,272,623,131.51 526,273,212,645.83 82.07 683,314,294,234.48 307,742,269,352.00 45.04

2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 319,043,551,748.00 292,653,417,491.00 91.73 361,045,093,852.83 307,742,269,352.00 85.24 387,666,757,085.48 307,742,269,352.00 79.38

2.1.1 Belanja Pegawai 306,652,090,450.00 284,139,179,620.00 92.66 336,743,703,072.00 301,399,665,287.00 89.50 366,699,510,167.48 -

2.1.2 Belanja Bunga - - - - - - -

2.1.4 Belanja Hibah 5,028,300,000.00 4,406,252,136.00 87.63 19,614,840,000.00 18,619,220,084.00 94.92 18,106,524,820.00 -

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5,051,640,000.00 3,594,680,177.00 71.16 3,249,036,000.00 3,249,026,000.00 100.00 1,442,903,430.00 -
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
2.1.7 Provinsi/ Kabupaten/ Kota Dan 501,521,298.00 501,521,298.00 100.00 549,978,535.50 443,827,273.00 80.70 617,818,668.00 -
Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1,810,000,000.00 11,784,260.00 0.65 887,536,245.33 - - 800,000,000.00 -

2.2 BELANJA LANGSUNG 271,612,592,983.91 211,456,840,658.60 77.85 280,227,529,278.68 218,530,943,293.83 77.98 295,647,537,149.00 - -

2.2.1. Belanja Pegawai 53,323,399,095.00 45,311,233,704.00 84.97 47,027,483,450.00 40,703,304,450.00 86.55 52,517,660,250.00 -

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 118,900,843,652.91 89,852,281,671.60 75.57 132,516,098,371.68 101,276,088,207.83 76.43 158,365,278,389.00 -

2.2.3 Belanja Modal 99,388,350,236.00 76,293,325,283.00 76.76 100,683,947,457.00 76,551,550,636.00 76.03 84,764,598,510.00 -

JUMLAH BELANJA 590,656,144,731.91 504,110,258,149.60 85.35 641,272,623,131.51 526,273,212,645.83 82.07 683,314,294,234.48 307,742,269,352.00 45.04

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 51


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel Lanjutan

No. TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012


URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
3 PEMBIAYAAN DAERAH 90,817,992,100.00 90,438,297,347.24 99.58 61,089,182,019.00 63,310,978,879.45 103.64 54,567,566,800.00 56,937,566,800.45 104.34

3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 92,959,676,600.00 90,458,297,347.24 97.31 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
3.1.1 90,459,676,600.00 90,458,297,347.24 100.00 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
Tahun Sebelumnya
Hasil Penjualan Kakayaan Daerah yang
3.1.3 - - - - - - - - -
Dipisahkan
3.1.6 Penerimaan piutang daerah 2,500,000,000.00 - - - - - - - -
JUMLAH PENERIMAAN
92,959,676,600.00 90,458,297,347.24 97.31 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
PEMBIAYAAN

3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 2,141,684,500.00 20,000,000.00 0.93 4,534,395,200.00 2,311,546,513.00 50.98 4,740,000,000.00 2,370,000,000.00 50.00

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - -


Penyertaan Modal (investasi)
3.2.2 1,000,000,000.00 - - 2,113,000,000.00 2,112,881,898.00 99.99 2,370,000,000.00 2,370,000,000.00 100.00
Pemerintah Daerah
Inv estasi Saham pada Bank Nagari Sumatera
1,000,000,000.00 2,113,000,000.00 2,370,000,000.00
Barat
Inv estasi pada Perusahaan Air Minum Daerah

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 141,684,500.00 20,000,000.00 14.12 308,395,200.00 198,664,615.00 64.42 - - -
JUMLAH PENGELUARAN
2,141,684,500.00 20,000,000.00 0.93 4,534,395,200.00 2,311,546,513.00 50.98 4,740,000,000.00 2,370,000,000.00 50.00
PEMBIAYAAN

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 52


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel Lanjutan

No. TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015


URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI %
1 2 12 13 14 15 16 17 15 16 17
3 PEMBIAYAAN DAERAH 48,027,302,091.91 51,960,029,222.91 108.19 41,158,833,481.31 45,741,136,518.31 111.13 66,349,705,131.48 - -

3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 - -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
3.1.1 70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 -
Tahun Sebelumnya
Hasil Penjualan Kakayaan Daerah yang
3.1.3 - - - - - - - -
Dipisahkan
3.1.6 Penerimaan piutang daerah - - - - - - - -
JUMLAH PENERIMAAN
70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 - -
PEMBIAYAAN

3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 22,864,000,000.00 18,932,000,000.00 82.80 34,166,000,000.00 29,583,000,000.00 86.59 32,766,000,000.00 - -

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 100.00 25,000,000,000.00 25,000,000,000.00 100.00 15,000,000,000.00 -
Penyertaan Modal (investasi)
3.2.2 3,932,000,000.00 3,932,000,000.00 100.00 4,583,000,000.00 4,583,000,000.00 100.00 8,883,000,000.00 -
Pemerintah Daerah
Inv estasi Saham pada Bank Nagari Sumatera 6,383,000,000.00
3,932,000,000.00 4,583,000,000.00
Barat
Inv estasi pada Perusahaan Air Minum Daerah 2,500,000,000.00

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang - - - - - - - -


JUMLAH PENGELUARAN
22,864,000,000.00 18,932,000,000.00 82.80 34,166,000,000.00 29,583,000,000.00 86.59 32,766,000,000.00 - -
PEMBIAYAAN

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 53


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN AKHIR HALAMAN II - 54


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab III
KONDISI SPAM EKSISTING

3.1 Aspek Teknis


Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Bukittinggi terdiri dari sistem perpipaan
dan non perpipaan. Sistem penyediaan air minum perpipaan yang ada saat ini dikelola
oleh pemerintah daerah melalui PDAM, sedangkan sistem non perpipaan pada
umumnya dilaksanakan secara individu dan kelompok oleh masyarakat.
PDAM Bukittinggi pertama kali didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat II
Bukittinggi No.3 Tahun 1975 tanggal 31 Juli 1975, dengan melebur seksi air minum dinas
usaha daerah tingkat II Bukittinggi dan mengalihkan bentuknya menjadi perusahaan
daerah air minum Kota Madya Bukittinggi.
Pembentukan PDAM disyahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat
dengan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat
No.26/GSB/1976 tanggal 6 Pebruari 1976.
Selanjutnya Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi Nomor 3 Tahun
1975 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Bukittinggi telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi
Nomor 3 Tahun 1990 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bukittinggi Nomor 3 Tahun 1975 tentang Pendirian Perusahaan Daerah
Air Minum Bukittinggi serta Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian PDAM, tidak sesuai lagi dengan kondisi dan
perkembangan saat ini. Pada tahun 2014 ditetapkan Peraturan Daerah Kotamadya
Bukittinggi No.4 Tahun 2014 tentang PDAM dan namanya di ubah menjadi PDAM Tirta
Jam Gadang Kota Bukittinggi.
Sumber air baku PDAM berasal dari mata air Sungai Tanang dengan kapasitas produksi
± 132,00 l/dt (tahun 2014). Kapasitas distribusi 122,00 l/dt. Sumber air baku lainnya
adalah mata air Cingkaring dengan kapasitas produksi ± 9,67 l/dt dan kapasitas distribusi
6,58 l/dt, sumur bor Birugo kapasitas produksi 1,83 l/dt dan kapasitas distribusi 1,83 l/dt,
sumur dangkal Kubang Putih kapasitas produksi 4,50 l/dt dan kapasitas distribusi 2,42
l/dt, WTP Tabek Gadang 10 l/dt dengan kapasitas produksi 5 l/dt dan kapasitas distribusi
5 l/dt. WTP tabek Gadang 20 l/dt dengan kapasitas produksi 18,33 l/dt dan kapasitas

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

distribusi 18,33 l/dt. Dengan demikian total kapasitas produksi mencapai 171,33 l/dt dan
kapasitas distribusi 156,17 l/dt.

Tabel III-1
Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Operasi
Sumber Air PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014
Kapasitas (l/dt) Rata-rata
No. Sumber Air Jam Keterangan
Produksi Distribusi
Operasi
1 Mata Air Sungai Tanang 132,00 122,00 24 Gravitasi
2 Mata Air Cingkariang 9,67 6,58 24 Gravitasi
3 Sumur Dangkal Kubang Putih 4,50 2,42 14 Pompanisasi
4 Sumur Bor Birugo 1,83 1,83 24 Pelay. Tangki
5 WTP Tabek Gadang Kap,10 l/dt 5,00 5,00 14 Pompanisasi
6 WTP Tabek Gadang Kap.20 L/dt 18,33 18,33 16
Jumlah 171,33 156,17 -
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 (non audit)

1) Daerah dan Tingkat Pelayanan


Dari keseluruhan luas daerah Kota Bukittinggi yaitu seluas 25.239 Km² yang telah
mendapat pelayanan air bersih PDAM adalah seluas 18.929 Km², atau sekitar ± 75
% dari luas wilayah Kota Bukittinggi.
Berdasarkan data laporan kinerja PDAM Kota Bukittingi tahun 2014 (non audit)
cakupan pelayanan baru dapat melayani sekitar 52.525 jiwa atau sekitar 42,56 % dari
total jumlah penduduk Kota Bukittinggi sebanyak 123.410 jiwa dengan asumsi setiap
rumah tangga dihuni oleh 5 jiwa dan setiap kran umum dipakai oleh 50 jiwa. Jumlah
pelanggan PDAM di Kota Bukuttinggi dapat dilihat pada tabel III-2.
Tabel III-2
Jumlah Pelanggan PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014
Tahun
No. Klasifikas/Pelanggan Keterangan
2014
1 Rumah Tangga 7.175 sambungan
2 Niaga Besar 77 sambungan
3 Industri besar 1.713 sambungan
4 Niaga Kecil 2 sambungan
5 Industri Kecil 1.050 sambungan
6 Hotel 30 sambungan
7 Kantor 71 sambungan
8 Sekolah 91 sambungan
9 Rumah Sakit 76 sambungan
10 Sosial 15 sambungan
11 KU, MCK, WC, HU 75 sambungan
12 Pemda 44 sambungan
13 ABRI Dinas 18 sambungan
14 ABRI Umum 14 sambungan
Jumlah 9.154 Sambungan
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 (non Audit)

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3.1.1 SPAM Jaringan Perpipaan (JP)

(1) Unit Air Baku

Unit air baku adalah merupakan sarana pengambilan dan/atau penyedia air baku terdiri
dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa
serta perlengkapannya.

Sumber air baku PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukttinggi saat ini bersumber dari 3 (tiga)
jenis yaitu dari mata air, air permukaan, dan air tanah. Sumber air baku yang di ambil
dari mata air yaitu mata air Sungai Tanang dan mata air Cingkaring. Dari air permukaan
yaitu diambil dari sungai Batang Tambuo. Dari air tanah yaitu dari sumur bor Birugo dan
sumur dangkal Kubang Putiah.

Tabel III-3
Kapasitas dibangun, Produksi dan Kapasitas Distribusi Sumber Air Baku
Kapasitas
No Sumber Air Baku
Dibangun Produksi Distibusi
l/dt (M3) l/dt (M3) l/dt (M3)
1 Mata Air Sungai Tanang 160 4.976.640 132 4.158.777 122 3.843.417

2 Mata Air Cingkariang 10 311.040 9,67 306.367 6.58 207.618

3 Sumur Dankal Sungai Putiah 6 108.864 4,50 81.850 2.42 43.948

4 Sumur Bor Birugo 3 93.312 1,83 57.627 1,83 57.627

5 WTP Tabek Gadang Kap.10 l/dt 10 168.480 5,00 97.452 5,00 95.670

6 WTP Tabek Gadang Kap.20 l/dt 20 622.080 18.33 395.615 18,33 387.703

Jumlah 209 6.280.416 171.33 5.097.688 156 4.635.983

Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi tahun 2014 (non audit)

a. Mata Air Sungai Tanang

Mata air Sungai Tanang terletak di sebelah selatan Kota Bukittinggi tepatnya di kaki
Gunung Singgalang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Agam, berada
pada ketinggian 998 meter dari permukaan laut (mdpl).

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Dari segi kualitas, mata air sungai tanang memenuhi standar kualitas air bersih dan
dari segi kuantitas masih mempunyai overflow yang cukup besar, masyarakat di
sekitar mata air sungai tanang memanfaatkan kapasitas yang overflow tersebut.

Dari mata air ini dialirkan secara grafitasi melalui pipa transmisi selama 24 jam aliran
dengan menggunakan 4 (empat) pipa transmisi. 3 (tiga) pipa masuk ke
brondcaptering dan 1 (satu) pipa di cabang diluar broncapetring.

Kapasitas produksi pada lokasi mata air


Sungai Tanang yaitu 132 l/dt, sedangkan
kapasitas distribusi sat ini ± 122 l/dt. Hal ini
disebabkan adanya pengaturan air masuk ke
pipa PDAM agar masyarakat disekitar sumber
air juga dapat memanfaatkan sumber air yang
ada.
Dokumentasi Broncaptering Sungai Tanang

Bangunan penangkap mata air (broncaptering) yang ada merupakan bangunan beton
yang dibangun sejak jaman Pemerintahan Belanda. Untuk kedepannya diperlukan
upaya pelestarian daerah tangkapan airnya (catchment area) dikarenakan beberapa
tahun ini kuantitas airnya cenderung mengalami penurunan.

Tabel III-4
Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Sungai Tanang
Jenis & Menghubungkan Panjang
No Tahun
Diameter Pipa Dari Ke (m)

1 DN 300 (ACP) Brouncaptering Sei. Tanang Reservoar Benteng 6812 1978

DN 250 (ACP) Brouncaptering Sei. Tanang Reservoar Bengkawas 2100 1988

DN 250 (ACP) Simpang Kangkung Reservoar Mandiangin 2160 1988

2 DN 250 Brouncaptering Sei. Tanang Tri Arga 6100 1960

3 DN 250 (GI) Brouncaptering Sei. Tanang Reservoar Birugo 4400 1960

Sumber : Data pipa transmisi PDAM Kota Bukittinggi, kondisi September 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

b. Mata Air Sungai Cingkariang


Mata air Cingkariang terletak di sebelah
selatan Kota Bukittinggi, tepatnya
dipinggir jalan raya Bukittinggi-Padang
Panjang, berada pada ketinggian 1035,6
(mdpl). Saat ini di lokasi mata air
Cingkariang sudah dipasang meter induk
dan bak pembubuh disinfeksi. Broncaptering Sungai Cingkariang

Kapasitas terpasang pada lokasi mata air ini yaitu 10 l/dt dengan kapasitas produksi
9,67 l/dt dan kapasitas distribusi 6,58 l/dt, dialirkan secara gravitasi dengan jam aliran
selama 24 jam.

Dari segi kualitas, mata air ini memenuhi standar kualitas air bersih, dan dari segi
kuantitas mata air ini juga saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lokasi mata
air.
Tabel III-5
Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Cingkariang

Jenis & Menghubungkan Panjang


No Tahun
Diameter Pipa Dari Ke (m)

1 DN 150 (PVC) Brouncaptering Cingkariang Birugo 4500 1993

Sumber : Data pipa transmisi PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014

c. Air Permukaan

Air permukaan yang digunakan sebagai


sumber air baku berasal dari Sungai
Batang Tambuo yang terletak di Tabek
Gadang, Kelurahan Aur Kuning,
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh,
lokasinya berada pada ketinggian 936
mdpl.

Dari segi kuantitas, debit air sungai ini


cenderung stabil baik pada musim hujan
maupun pada musim kemarau. Kapasitas
yang sudah dimanfaatkan (berdasarkan kapasitas pompa) untuk WTP Tabek Gadang
I kapasitas terpasang 10 l/dt, sedangkan kapasitas produksi ± 5 l/dt dan kapasitas

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

distribusi 5 l/dt (pompa intake sudah tidak maksimal) dan untuk WTP Tabek Gadang
II kapasitas terpasang 20 l/dt, kapasitas produksinya 18,33 l/dt dan kapasitas
distribusi 18,33 l/dt.

Kedua WTP tersebut dibangun oleh WKE masing-masing tahun 2009 dan tahun
2012. Instrumen yang ada antara lain pembubuhan kimia, mechanikal/elektrikal yang
ditunjang oleh bangunan lengkap seperti rumah jaga, rumah pompa, ruang
pembubuhan kimia. Sedangkan untuk water meter induk tidak ada, untuk sementara
kapasitas berdasarkan kapasitas pompa yang digunakan. Untuk WTP Tabek Gadang
kapasitas 20 l/dt pada tahun 2014 beroperasi selama 16 jam/hari, dipompakan ke
Reservoar Palolok pada malam hari untuk didistribusikan ke daerah layanan,
sedangkan pada siang hari didistribusikan untuk membantu ke beberapa lokasi
pelanggan di beberapa daerah pelayanan.

Sedangkan untuk WTP Tabek Gadang kapasitas 10 l/dt, beroperasi selama 14


jam/hari, didistribusikan ke pelayanan daerah sekitar sumber dan beberapa daerah
pelayanan lainnya.

d. Air Tanah

Sumber air baku yang berasal dari air


tanah dalam saat ini yaitu berasal dari
satu sumur bor Birugo, yang digunakan
untuk membantu dalam pelayanan air
tangki. Untuk sumber air baku yang
berasal dari air tanah dangkal adalah
Kubang Putiah yang diperuntukan
khusus untuk pelanggan yang berada
disekitar daerah sumber Kubang Putiah
tersebut. Dokumentasi Sumur Bor Birugo

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

(2) Unit Produksi

Unit produksi merupakan prasarana dan sarana


yang dapat digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi,
dan/atau biologi dapat berupa bangunan
pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan
pemantau serta bangunan penampungan air.
Dokumentasi WTP Tabek Gadang

PDAM Kota Bukittinggi memiliki 1 (satu) Instalasi Pengolahan Air (IPA) lengkap yaitu IPA
Tabek Gadang. Unit produksi IPA Tabek Gadang merupakan IPA lengkap terbuat dari
baja dengan kapasitas terpasang 10 lt/dt dan 20 l/dt. Sedangkan untuk unit produksi
lainnya hanya melalui proses desinfeksi dengan sumber dari sumur dangkal, sumur bor
dan mata air.
Tabel III-6
Data Teknis Unit Produksi PDAM Kota Bukittinggi
Sistem Sumber Tahun
No Unit Produksi Kondisi Umum
Pengolahan Air Baku Pemanfaatan
1 Mata Air Sungai Tanang Disinfeksi Mata Air 1977 Broncaptering Bocor
Atap Broncaptering
2 Mata Air Cingkariang Disinfeksi Mata Air 1977
Rusak
Sumur Dangkal
3 Disinfeksi Mata Air 1988 Bronjong Baik
Kubang Putiah
Air Tanah
4 Sumur Bor Birugo Disinfeksi 1997 Baik
Dalam
5 WTP Tabek Gadang IPA Lengkap Air Permukaan 2009 Baik
6 WTP Tabek Gadang IPA Lengkap Air Permukaan 2012 Baik
Sumber : PDAM Bukittinggi 2015

1. Unit Produksi Mata Air Sungai Tanang

Unit produksi Mata Air Sungai Tanang dimanfaatkan oleh PDAM pada tahun 1977
dengan jenis unit pengolahan berupa Broncaptering. Sumber air baku bersumber dari
Mata Air Sungai Tanang kapasitas terbangun sebesar 160 lt/dtk, kapasitas produksi
132,00 lt/dt dan kapasitas distribusi 122,00 l/dt. Sistem pengolahan yang digunakanan
adalah sistim pengolahan disinfeksi.

2. Unit Produksi Mata Air Cingkariang

Unit produksi Mata Air Cingkariang dimanfaatkan oleh PDAM pada tahun 1977
dengan Jenis unit pengolahan berupa Broncaptering. kapasitas terbangun sebesar 10
l/dt, kapasitas produksi 9,67 l/dt dan kapasitas distribusi 6,58 l/dt. Sistim pengolahan

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

yang digunakanan adalah sistim pengolahan disinfeksi dengan sistem distribusi


gravitasi.

(3) Unit Distribusi

Distribusi air bersih dari reservoar distribusi maupun dari reservoar produksi dialirkan
selama 24 jam, namun yang diterima konsumen hanya sebagian yang kontinu
sedangkan sebagian lagi menerima air secara bergiliran (tidak kontinu). Hal ini
disebabkan terbatasnya ketersediaan air.

Air didistribusikan secara gravitasi kecuali dari sumur Kubang Putih dan sumur bor
Palolok didistribusikan dengan cara pemompaan ke konsumen. Untuk
menyimpan/menampung air hasil olahan maupun kelebihan pemakaian pada
pemakaian minimum terdapat 11 unit reservoar dengan total kapasitas 3.191 m3, dari
11 unit tersebut terdapat 2 reservoar yang belum digunakan yaitu reservoar
panorama baru I dan II karena masih kekurangan kapasitas. Untuk lebih jelasnya
jumlah dan kapasitas reservoar dapat dilihat pada tabel 3-7

Tabel III-7
Data Unit Distribusi PDAM Kota Bukittinggi

No. Nama Reservoar Kapasitas Tahun WMI


(M3) Operasi
1 Res. Mandangin 750 1988 Ada
2 Res. Bengkawas 750 1988 Ada
3 Res. Benteng 350 1936 Tidak Ada
4 Res. Birugo 1 250 1977 Ada
5 Res. Birugo 2 250 1977 Ada
6 Res .Panorama Baru I 150 Belum Tidak ada
7 Res .Panorama Baru II 150 Belum Tidak ada
8 Res. Palolok I 148 2004 Tidak ada
9 Res. Palolok II 288 2008 Tidak ada
10 Res. Tabek Gadang I 65 2002 Tidak ada
11 Res. Tabek Gadang II 40 2003 Tidak ada
Total 3.191
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi tahun 2014 (non audit)

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi memiliki 11 (sebelas) unit reservoar, yang
aktif 9 (sembilan) unit reservoar dari 11 (sebelas) yang dimiliki, yaitu reservoar
Mandiangin kapasitas 750 m³, reservoar Bengkawas kapasitas 750 m³, reservoar
Benteng kapasitas 350 m³, resrvoar Birugo
sebanyak 2 unit dengan total kapasitas 500
m³, reservoar Palolok sebanyak 2 unit
dengan total kapasitas 436 m³. reservoar
tabek gadang sebanyak 2 unit total
kapasitas 105 m³, reservoar panorama
baru I dan II total kapasitas 300 m³, Untuk
lebih jelasnya berikut dibawah ini dijelaskan
uraian tentang kondisi reservoar yang
dimiliki PDAM Kota Bukittinggi. Dokumentasi Reservoar Tabek Gadang

1. Reservoar Mandiangin
Reservoi Mandiangin disuplai dengan menggunakan pipa diameter 250 mm (ACP)
yang merupakan cabang pipa induk transmisi dengan diameter 300 mm dari mata
air Sungai Tanang ke reservoar Benteng. Aliran rata-rata selama 24 jam adalah
18,8 l/dt pada saat water meter induk di reservoar tersebut berfungsi dengan baik.

Dimensi bangunan reservoar Mandiangin adalah ukuran panjang 15 m, lebar 7m,


dan tinggi 7 m, terdiri dari 1 (satu) unit.

2. Reservor Bengkawas
Reservoar Bengkawas saat ini disuplai dari pipa diameter 250 mm/ACP langsung
dari mata air Sungai Tanang. Aliran air rata-rata selama 24 jam pada meter induk
adalah 69,4 l/dt dengan fluktuasi aliran sekitar 1,5 l/dt. Reservoar ini mempunyai
elevasi 975 mdpl. Dimensi bangunan reservoar panjang 15 m, lebar 7m dan tinggi
7 m.

3. Reservoar Benteng
Reservoar Benteng disuplai dengan pipa transmisi diameter 300 mm (ACP),
sumber air dari mata air Sungai Tanang. Kondisi normal pada malam hari
reservoar ini penuh dan air langsung masuk pipa distribusi sedangkan pada siang
hari reservoar langsung kosong. Aliran rata-rata selama 24 jam adalah 15,7 l/dt
pada saat water meter induk. Reservoar tersebut masih berfungsi dengan baik.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4. Reservoar Birugo
Reservoar Birugo terdiri dari 2 unit, reservoar ini disuplai dengan menggunakan
pipa transmisi dengan diameter 150 mm (PVC) dari sumber mata air Cingkariang
dan pipa diameter 250 (GI) dari Sungai Tanang. Dimensi bangunan reservoar ini
adalah panjang 9,72 m, lebar 9,72 m, tinggi 7 m. Kondisi saat ini reservoar
Birugo masih digunakan untuk mendistribusikan air bersih namun kondisi pipa 250
(GI) dari sungai tanang banyak yang bocor sehingga debit air yang masuk tidak
konstan.

5. Reservoar Palolok
Reservoar Palolok di suplai dengan menggunakan pipa transmisi diameter 200
mm HDPE dari sumber air WTP Tabek Gadang. Dibangun pada tahun 2011, total
kapasitas ± 426 m³. Reservoar ini digunakan untuk daerah pelayanan Palolok,
Pintu Kabun, Panganak Ateh, Medan Lamo dan Pakoan Indah Gulai Bancah.

6. Reservoar Tabek Gadang


Reservoar tabek gadang terdiri dari 2 unit yaitu reservoar tabek gadang I dan
reservoar tabek gadang II dengani total kapasitas ± 105 m³, bangunannya terbuat
dari beton bertulang kapasitas 65 M³ dan plat baja kapasitas 40 M³. Rerservoir ini
difungsikan untuk melayani daerah pelayanan Tigo Baleh, Mangkuto Ameh,
Jl.Kurai, Sebagian Jl. Soekarno Hatta, Jl. Mister Asaat, Tanah Jua, Aur kuning dan
mensuplai air ke reservoar Palolok.

(4) Unit Pelayanan

Pelayanan air minum PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi mencakup 3
kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi. Berdasarkan data jumlah pelanggan PDAM
pada tahun 2014 dari 24 kelurahan yang ada, terdapat 1 kelurahan tidak ada
pelanggannya yaitu Kelurahan Kubu Tanjung. Kondisi ini disebabkan pendistribusian
air ke daerah tersebut mengalami penurunan tekanan air sehingga air tidak sampai
ke pelanggan. Pada akhirnya masyarakat menggunakan sumur bor pribadi sebagai
sumber airnya. Jumlah pelanggan air minum di Kota Bukittinggi lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel III-8.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel III-8
Jumlah Pelanggan Aktif PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah Jumlah Tingkat
Jumlah Ket.
No. Kecamatan dan Kelurahan Penduduk Pelanggan Jiwa Pelayanan
Terlayani
(Jiwa) (Unit) (%)
I Kec. Guguk Panjang 43.457 4.389 21.945 50
1. Bukit Cangang K.Ramang 2.407 339 1.695 70
2. Tarok Dipo 1.745 1.056 5.280 303
3. Pakan Kurai 6.369 421 2.105 33
4. Aur Tajungkang T.Sawah 748 870 4.350 582
5. Benteng pasar Atas 1.271 798 3.990 314
6. Kayu Kubu 3.606 451 2.255 63
7. Bukit Apit Puhun 4.874 454 2.270 47
II Kec. Mandi Angin Koto Selayan 48.461 2.512 12.560 26
1. Pulau Anak Air 5.018 495 2.475 49
2. Koto Selayan 132 14 70 53
3. Garegeh 2.453 15 75 3
4. Manggis Ganting 4.848 21 105 2 Tidak Aktif
5. Campago Ipuh 9.747 426 2.130 22
6. Puhun Tembok 6.506 832 4.160 64
7. Puhun Pintu Kabun 6.425 539 2.695 42
8. Kubu Gulai Bancah 5.477 190 950 17
9. Campago Guguk Bulek 6.667 30 150 2
III Kec. Aur Birugo Tigo Baleh 26.342 2.077 10.385 39
1. Belakang Balok 2.937 501 2.505 85
2. Sapiran 3.227 111 555 17
3. Birugo 6.102 650 3.250 53
4. Aur Kuning 6.832 390 1.950 29
5. Pakan Labuah 2.832 425 2.125 75
Tdk ada
6. Kubu Tanjung 1.338 - - -
Pelanggan
7. Ladang Cakiah 1.786 7 35 2
8. Parit Antang 1.288 35 175 14
Jumlah 118.260 9.154 45.770 39
Sumber : PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2015

(5) Tingkat Kehilangan Air


Produksi dan didtribusi air minum PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi
mengalami turun naik dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh adanya kebocoran
pada pipa transmisi yang sudah usang umurnya melebihi usia produktif dan adanya
korosi pada bagian dalam dan luar pipa. PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittingi
telah berusaha menangani kebocoran tersebut dengan melakukan perbaikan
kebocoran pipa transmisi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Pada tahun 2014 produksi air PDAM Kota Bukittinggi mencapai 5.097.688 M³,
kemudian air yang di distribusikan sebanyak 4.635.983 M³, dan air yang terjual
mencapai 3.052.844 M³. Berdasarkan data tersebut diketahui tingkat kehilangan air
mencapai 31,06 % atau 1.583.139 M³ (yaitu selisih antara jumlah produksi dengan
jumlah air terjual). Tingkat kehilangan air PDAM Kota Bukittinggi tersebut disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- Adanya kebocoran pada pipa transmisi yang disebabkan oleh kondisi jaringan
pipa yang sudah usang umurnya melebihi usia produktif sehingga mengalami
korosi.
- Masih banyaknya water meter pelanggan yang berusia diatas 5 tahun.
- Masih banyaknya katup-katup yang tertimbun sehingga sulit untuk mendeteksi
apabila terjadi kebocoran pada katup-katup tersebut.
- Akurasi water meter yang masih rendah.

Utuk lebih jelasnya pada tabel III-9 berikut disajikan data tingkat kehilangan air PDAM
Kota bukittinggi tahun 2009 sampai dengan 2014.

Tabel III-9
Produksi, Distribusi dan Tingkat Kebocoran Air Tahun 2009-2014
Tahun
No. Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Produksi (M³) 5,505,544 5,413,163 5,082,951 5,161,976 5,146,506 5,097,688


2 Distribusi (M³) 5,091,036 5,071,883 4,767,159 4,748,658 5,093,200 4,635,983
3 Terjual (M³) 3,348,942 3,334,349 3,136,357 3,122,666 3,362,946 3,052,844
4 Kehilangan Air (M³) 1,742,094 1,737,534 1,630,802 1,625,992 1,730,254 1,583,139
5 Kehilangan Air (%) 31.64 32.10 32.08 31.50 33.62 31.06
Sumber : Laporan kinerja PDAM Kota Bukittinggi tahun 2014

(6) Data Pipa Transmisi, Pipa Distribusi dan Pipa Tertier Dinas

Kondisi jaringan pipa PDAM berdasarkan data tahun 2014 terdiri dari pipa transmisi total
panjang 25.032 meter, umur pipa sampai saat ini telah mencapai 28 tahun. Pipa distribusi
utama total panjang 56.498 meter yang terdiri dari pipa distribusi DN 300 mm total
panjang 910 meter, pipa DN 200 mm total panjang 5.180 meter, pipa DN 150 mm total
panjang 5.540 meter, pipa DN 125 mm total panjang 9500 meter. Pipa DN 100 total
panjang 35.368 meter. Unttuk lebih jelasnya data jaringan pipa PDAM Kota Bukittinggi
dapat dilihat apada tabel III-10.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel III-10
Data Kondisi Jaringan Pipa Transmisi, Distribusi dan Tertier Dinas S/D September 2014

JENIS & PANJANG UMUR


NO. LOKASI TAHUN KETERANGAN
DIAMETER PIPA (M) PIPA/2014

I PIPA TRANSMISI
1 DN 300 ( ACP ) Brouncaptering Sei Tanang - Reservoar Benteng 6812 1978 36 Sudah diganti PVC
1710 Tahun 2009
2 DN 250 ( ACP ) Brouncaptering Sei Tanang - Reservoar Bengkawas 2100 1988 26
Sudah diganti HDPE 1269 M
3 DN 250 ( ACP ) Simpang Kangkung - Reservoar Mandiangin 2160 1988
Thn 2010

Data awal 6100 M Sei Tanang-


4 DN 250 ( GI ) Brouncaptering Sei Tanang - Reservoar Birugo 4400 1960 54 Tri Arga,sudah diganti 1177 M
dengan PVC tahun 2009.

5 DN 150 ( PVC ) Brouncaptering Cingkariang - Reservoar Birugo 4500 1993 21


Sudah dipakai/belum serah
6 DN 200 ( HDPE ) WTP Tabek Gadang - Reservoar Palolok 5060 2011 3
terima
Panjang Pipa Transmisi dan umur rata - rata .................. 25,032 28
II PIPA DIST.UTAMA
1 DN 300 ( ACP ) Reservoar Mandiangin - Simpang Ipuah Mandiangin 910 1987 27
Jumlah Pipa Distribusi Utama DN 300 mm dan umur rata - rata ..... 910 27
1 DN 200 ( ACP ) Reservoar Bengkawas - Simpang POM 2615 1988 26
2 DN 200 ( ACP ) Lokasi Jangkak Simpang - Mandiangin 1865 1988
3 DN 200 ( GIP ) Simpang DPR - Reservoar Benteng 700 1932 82
Panjang Pipa Distribusi Utama DN 200 mm dan umur rata - rata ....... 5,180 54
1 DN 150 ( PVC ) Reservoar Birugo - Simpang Ateh Ngarai 2300 1976 38
2 DN 150 ( GIP ) Jl. Yos Sudarso 500 1972 42
3 DN 150 ( Besi Baja ) Jl. Ahmad Yani 450 1950 64 ?

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4 DN 150 ( PVC ) Jl. Angku Basa 2290 1988 26


Panjang Pipa Distribusi Utama DN 150 mm dan umur rata - rata ... 5,540 43
1 DN 125 ( Besi Baja ) Belakang Gedung Triarga - Reservoar Benteng 2000 1960 54 ?
2 DN 125 ( Besi Baja ) Jl. Syech M.Jamil Djambek 500 1994 20
3 DN 125 ( Besi Baja ) Reservoar Birugo - Depan POM 800 1944 70
4 DN 125 ( Besi Baja ) Jl. Cindua Mato 250 1954 60
5 DN 125 ( Besi Baja ) Reservoar Benteng - Simpang Angku Basa 750 1954
6 DN 125 ( Besi Baja ) Mandiangin 600 1956 58
7 DN 125 ( Besi Baja ) Reservoar Birugo - Simpang Tembok 2500 1952 62
8 DN 125 ( Besi Baja ) Kantor POM - Rel KA. Tarok 500 1974 40
9 DN 125 ( Besi Baja ) Jl. Sutan Syahriri 500 1956 58
10 DN 125 ( Besi Baja ) Jl. Sukarno Hatta 500 1956
11 DN 125 ( Besi Baja ) Simpang Tembok - Jl Kesehatan 600 1956
Panjang Pipa Distribusi Utama DN 125 mm dan umur rata - rata ..... 9,500 53
1 DN 100 ( PVC ) Jl. Puding Mas Tabek Gadang 180 2004 10
2 DN 100 ( GIP ) Lokasi Tabek Gadang 36 2004
3 DN 100 ( PVC ) Jl. Puding Mas Tabek Gadang 276 2008 6
4 DN 100 ( PVC ) Simpang Ateh Ngarai - RSAM 650 1976 38
5 DN 100 ( PVC ) Reservoar Birugo - Jam Gadang 1500 1973 41
6 DN 100 ( PVC ) B. Puhun, B. Balok, Adinegoro, Hamka 2850 1973
7 DN 100 ( PVC ) Jl. Veteran - Bukit Ambacang 512 1988 26
8 DN 100 ( PVC ) Jl. Adinegoro 900 1986 28
9 DN 100 ( PVC ) Simpang Jambu Air Taluak - Jl Diponegoro 1600 1983 31
10 DN 100 ( PVC ) Balairuang Sari - Simpang Garegeh 2000 1988
11 DN 100 ( PVC ) Jl Minang Kabau - Jl Pemuda 800 1973 41
12 DN 100 ( PVC ) Reservoar Bengkawas - Simpang Taluak 900 1988
13 DN 100 ( PVC ) Jl Sutan Syahrir 528 1995 19

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

14 DN 100 ( GIP ) Jl Kurai Tigo Baleh 588 2005 9


15 DN 100 ( GIP ) Jl. Palolok 588 2007 7
16 DN 100 ( PVC ) Jl. Palolok 330 2003 11
Panjang Pipa Distribusi Utama DN 100 mm dan umur rata - rata ........ 127,234 22
II PIPA DIST.CABANG
tidak aktif saat pek.cross
1 DN 75 ( GIP ) Simpang Jembes - Simpang KA Tarok 500 1975 39
drainase 27 okt 2014
2 DN 75 ( GIP ) Jl Nawawi 350 1975
3 DN 75 ( GIP ) Jl H Agus Salim 250 1944 70 ?
4 DN 75 ( GIP ) Jl Tengku Nan Renceh 250 1944
5 DN 75 ( GIP ) Jl Kabun Pulasan 200 1970 44
6 DN 75 ( PVC ) Depan Reservoar Birugo - Depan DPR 1150 1976 38 ?
7 DN 75 ( PVC ) Jl. Hafiz Abdul Djalil 2250 Sebelum Thn 1990
8 DN 75 ( GIP ) Jl. Thamrin 300 1954 60
9 DN 75 ( GIP ) Jl Cindua Mato 200 1954
10 DN 75 ( Besi Baja ) Jl Sutan Syarir 300 1956 58
11 DN 75 ( GIP ) Jl Angku Basa 350 1960 54
12 DN 75 ( GIP ) Jl Veteran - PGA Jirek 400 1960
13 DN 75 ( GIP ) Jl Angku Basa - Veteran 300 1992 22
14 DN 75 ( PVC ) Veteran Atas 350 1978 36
15 DN 75 ( PVC ) Depan PGA - Simpang Jirek 400 1978
16 DN 75 ( PVC ) Jl Angku Basa 350 1990 Sebelum Thn 1990
17 DN 75 ( GIP ) Simpang Tarok - Simpang Lambau 1500 1974 40
18 DN 75 ( PVC ) Birugo Bungo 100 1980 34
19 DN 75 ( PVC ) Simpang Surau Gadang - Puskesmas 260 1995 19
20 DN 75 ( PVC ) Jl Melati/ WR Supratman 500 1975 39
21 DN 75 ( PVC ) Jl Tigo Baleh - Ladang Cakiah 1800 1993 21
22 DN 75 ( GIP ) Jl. Angku Basa 150 1986 28

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

23 DN 75 ( PVC ) Jl Mr Assaat 1100 1990 24 Sebelum Thn 1990


24 DN 75 ( PVC ) Jl H Miskin - Jl H.Abdul Manan 1200 Sebelum Thn 1990
25 DN 75 ( PVC ) Jl Kusuma Bhakti 2740 Sebelum Thn 1990
26 DN 75 ( PVC ) Jl Luak Anyia 526 Sebelum Thn 1990
27 DN 75 ( PVC ) Jl Kinantan 969 Sebelum Thn 1990
28 DN 75 ( PVC ) Jl Panganak Atas 700 Sebelum Thn 1990
29 DN 75 ( PVC ) Jl Tabek Tuhua 750 Sebelum Thn 1990
30 DN 75 ( PVC ) Jl Kabun Pulasan 800 Sebelum Thn 1990
31 DN 75 ( PVC ) Jl Bukit Apik - Bukit Sangkut 1000 Sebelum Thn 1990
32 DN 75 ( PVC ) Jl Koto Selayan - Jl DT Mangkuto Ameh 1400 Sebelum Thn 1990
33 DN 75 ( PVC ) Jl Balairuang Sari 1650 Sebelum Thn 1990
34 DN 75 ( PVC ) Jl Saaddudin Djambek 680 Sebelum Thn 1990
35 DN 75 ( PVC ) Jl Panorama Baru 3070 1993 21 Mati /debit kurang
36 DN 75 ( GIP ) Jl Tengah Sawah 1100 Sebelum Thn 1990
37 DN 75 ( Besi ) Tarok Depan Rmh 50 400 1956 58
38 DN 75 ( GIP ) Jl Stasiun 400 1944 70
39 DN 75 ( PVC ) B. Apit, B. Sangkut, Ranjau, Panganak, P. Kabun, 21100 1988 26
K. Bhakti, Sarojo, Mr. Asa'at, Balerong Sari,
Pulai, dan Garegeh
40 DN 75 ( PVC ) Jl M Yamin - ST Syahrir Tarok 3500 1981 33
41 DN 75 ( PVC ) Jl Khusuma Bhakti 2740 Sebelum Thn 1990
42 DN 75 ( PVC ) Jl Luak Anyia 526 Sebelum Thn 1990
43 DN 75 ( PVC ) Jln Hamka 1200 1944
44 DN 75 ( PVC ) Jln Mandiangin 580 1944
45 DN 75 ( PVC ) Jl Sukarno Hatta Gregeh 700 1995 19
46 DN 75 ( PVC ) Reservoar Bengkawas - Batas Kota 1600 1995
47 DN 75 ( PVC ) Simpang DPR - Simpang Tembok 1800 1995

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

48 DN 75 ( PVC ) Belakang Aur Kuning 2061 1995


49 DN 75 ( PVC ) Kubang Putuih 1398 1996 18
50 DN 75 ( PVC ) Kubang Putuih 42 1997 17
Panjang Pipa Distribusi Utama DN 75 mm dan umur rata - rata ....... 67,942 34
51 DN 50 ( GIP ) Jln Karullah 600 1944 70
52 DN 50 ( GIP ) Jln Parak Kopi 250 1954 60
53 DN 50 ( GIP ) Jln Kampung Baru 200 1990 24 Sebelum Thn 1990
54 DN 50 ( GIP ) Jln Kesehatan 400 1970 44
55 DN 50 ( GIP ) Jln Bagindo Azizkhan 200 1956 58
56 DN 50 ( GIP ) Jln Mandiangin 300 1975 39
57 DN 50 ( Besi ) Jln 32 B.Balok 750 1963 51
58 DN 50 ( Besi ) Jln 32 B.Balok 675 1973 41
59 DN 50 ( Besi ) JLn Bukit Apit 400 1991 23
60 DN 50 ( Besi ) Jln Kabun Pulasan 400 Sebelum Thn 1990
61 DN 50 ( Gip ) Jln 32 B.Balok - Depan RS Yarsi 400 1972 42
62 DN 50 ( PVC ) Jln Dt.Bandaro, Tamrin,A.Yani, M.Kabau,Blk Pasar 4000 1979 35
63 DN 50 ( GIP ) Jln Bukit Canggang 144 1994 20
64 DN 50 ( Besi ) Jln Angku Basa 300 1960 54
65 DN 50 ( GIP ) PGA Jirek - Jl Pintu Kabun 300 Sebelum Thn 1990
66 DN 50 ( GIP ) Simpang Tarok - Simpang Lanbaw 1500 1974 40
67 DN 50 ( GIP ) Jl Syech Bantam 150 1954 60
68 DN 50 ( PVC ) Jl Panganak Atas 1700 Sebelum Thn 1990
69 DN 50 ( PVC ) Jl Tengah Sawah 650 1980 34
70 DN 50 ( GIP ) Jl Syech M Jamil Jambek 500 1944
71 DN 50 ( PVC ) Jl Syech M Jamil Jambek 800 Sebelum Thn 1990
72 DN 50 ( GIP ) Jl Syech M Jamil Jambek 576 1994 20
73 DN 50 ( GIP ) Jl Ahmad Yani 600 1950 64

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

74 DN 50 ( PVC ) Jl Kumango 150 1976 38


75 DN 50 ( GIP ) Bawah Pasar 150 1979 35
76 DN 50 ( GIP ) Jl Kabun Pulasan - Jl Pintu Kabun 700 1954 60
77 DN 50 ( Besi ) Jl Lurah Kandang 400 Sebelum Thn 1990
78 DN 50 ( Besi ) Sumpang Tengku Nan Renceh 475 Sebelum Thn 1990
79 DN 50 ( GIP ) Jl Banto Laweh 120 Sebelum Thn 1990
80 DN 50 ( Besi ) Blk B.Balok - Ex DPRD Agam 120 1974
81 DN 50 ( PVC ) Jl Kayu Gadih 450 Sebelum Thn 1990
82 DN 50 ( PVC ) Inkorba (Perumahan Inkorba) 1500 Sebelum Thn 1990
83 DN 50 ( GIP ) Jl Batang Sianok - Jl Prof Hazairin 1150 1991 23
84 DN 50 ( PVC ) Jl Tigo Baleh - Jl Parit Antang 240 Sebelum Thn 1990
85 DN 50 ( GIP ) Jl Mandiangin 300 1956 58
86 DN 50 ( PVC ) Jln Dt Bagindo, Tamrin, A.Yani, M.Kabau, Blk Pasar 4000 1978 36
87 DN 50 ( PVC ) Jl Mr Assaat ( Guguak Buleh ) 660 Sebelum Thn 1990
88 DN 50 ( PVC ) Jl Gajah Tongga 600 Sebelum Thn 1990
89 DN 50 ( PVC ) Jl Parak Kopi 300 Sebelum Thn 1990
90 DN 50 ( PVC ) Jl Mushola Firdaus 180 Sebelum Thn 1990
91 DN 50 ( PVC ) Jl Sarojo 600 Sebelum Thn 1990
92 DN 50 ( PVC ) Jl Raflesia 150 Sebelum Thn 1990
93 DN 50 ( PVC ) Jl Bermawi St Rajo Ameh 650 Sebelum Thn 1990
94 DN 50 ( PVC ) Jl Kurai 850 1994 20
95 DN 50 ( PVC ) Jl Tengah Sawahg 515 Sebelum Thn 1990
96 DN 50 ( PVC ) Jl Setia Budi 240 Sebelum Thn 1990
97 DN 50 ( PVC ) Jl Tangah Jua 2000 Sebelum Thn 1990
98 DN 50 ( PVC ) Jl Batang Sinamar 935 Sebelum Thn 1990
99 DN 50 ( PVC ) Blk Balok,T.Sawah, Aur Kuning Sy Jambek 3100 Sebelum Thn 1990
100 DN 50 ( PVC ) Jl Bahder Djoha 900 Sebelum Thn 1990

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

101 DN 50 ( PVC ) Sudirman, Birugo Puhun, Tarok Dalam, Sanjai, 7322 Sebelum Thn 1990
Raflesia,B.Apik,Blk Aur,Adinegoro,H.Jalil Sebelum Thn 1990
102 DN 50 ( GIP ) Aur Kuning 450 Sebelum Thn 1990
103 DN 50 ( GIP ) Komplek Pertanian 450 Sebelum Thn 1990
104 DN 50 ( GIP ) Gantiang Permai - Mahkota Mas 500 Sebelum Thn 1990
105 DN 50 ( PVC ) Jl Pintu Kabun 350 1996 18
106 DN 50 ( PVC ) Jl Tangah Jua 350 Sebelum Thn 1990
107 DN 50 ( GIP ) Perumahan Kubang Putih 36 Sebelum Thn 1990
108 DN 50 ( GIP ) Gang Swadaya 108 1997 17
109 DN 50 ( GIP ) Asrama Polres 12 Sebelum Thn 1990
110 DN 50 ( GIP ) Belakang Balok 204 1997
111 DN 50 ( GIP ) Jl Kubu Ateh 300 1997
112 DN 50 ( GIP ) Jl Sumarapak 48 1997
113 DN 50 ( PVC ) Jl Tangah Jua 150 1999 15
114 DN 50 ( GIP ) Jl Khusuma Bhakti 372 2001 13
115 DN 50 ( GIP ) By Pass Gulai Bancah 270 2001
116 DN 50 ( GIP ) Jl Kehakiman 300 2001
117 DN 50 ( GIP ) Pasar Konveksi Aur Kuning 240 2004 10
118 DN 50 ( GIP ) Jl Mr Assaat 378 2005 9
119 DN 50 ( GIP ) Belakang RSAM 432 2006 8
120 DN 50 ( GIP ) Jl Diponegoro 618 2007 7
121 DN 50 ( PVC ) Jl Kabun Pulasan 654 2008 6
122 DN 50 ( PVC ) Jl Parak Kopi 714 2008
123 DN 50 ( PVC ) Tabek Gadang 288 2008
124 DN 50 ( PVC ) Jl Ujung Bukit - STM Negeri 348 2009 5
125 DN 50 ( PVC ) Jl Puding Mas - Kantor Camat ABTB 204 2009
126 DN 50 ( GIP ) Jl Stasiun 90 2009

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

127 DN 50 ( GIP ) Reservoar Benteng - Bawah Pasar 102 2009


128 DN 50 ( PVC ) Reservoar Benteng - Bawah Pasar 204 2009
129 DN 50 ( PVC ) Perumahan Gita Permai Tigo Baleh 78 2012 2
Panjang Pipa Distribusi Cabang DN 50 mm dan umur rata - rata ...... 52,802 32
III PIPA TERTIER DINAS
130 DN 1½ ( GIP ) Simpang Tembok - Jl Pemuda 100 1954 60
131 DN 1½ ( GIP ) Jl Bukit Apik 400 1970 44
132 DN 1½ ( GIP ) Jl Bukit Cangang 78 1994 20
133 DN 1½ ( GIP ) Jl Tengku Umar 400 1993 21
134 DN 1½ ( GIP ) Jl Pintu Kabun 240 1992 22
135 DN 1½ ( GIP ) Perumnas Kubang Putiah 60 1996 18
136 DN 1½ ( GIP ) Jl Veteran 1050 1997 17
137 DN 1½ ( GIP ) Gang Swadaya 348 1997
138 DN 1½ ( GIP ) Jl Bahar Kamil 270 1997
139 DN 1½ ( GIP ) Aur Kuning 216 1997
140 DN 1½ ( GIP ) Jl Hafiz Abdul Djalil 108 1998 16
141 DN 1½ ( GIP ) Peruahan Gita Permai Tigo Baleh 144 2012 2
Panjang Pipa Tertier Dinas DN 1 1/2" dan umur rata - rata ........ 3,414 24
142 DN 1¼ ( GIP ) Jl Lurah Kandang 400 1972 42
143 DN 1¼ ( GIP ) Asrama Polres 294 1996 18
144 DN 1¼ ( GIP ) Aur Kuning 354 1997 17
145 DN 1¼ ( GIP ) Asrama Polres 120 1997
146 DN 1¼ ( GIP ) Komp LPM lama 84 1997
147 DN 1¼ ( GIP ) Perumahan Guntur Primavera 348 1997
Panjang Pipa Tertier Dinas DN 1 1/4" dan umur rata - rata .............. 1,600 26
148 DN 1 ( GIP ) Jenjang 40 200 1980 34
149 DN 1 ( GIP ) Asrama Polres 18 1997 17

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

150 DN 1 ( GIP ) Perumahan Gita Permai Tigo Baleh 66 2012 2


151 DN 1 ( GIP ) Jl H Miskin 312 2013 1
152 DN 1 ( GIP ) Jln Tanjung Alam ( Jambu Air ) 36 2014 0
Panjang Pipa Tertier Dinas DN 1" dan umur rata - rata ................. 632 11
TOTAL PANJANG PIPA TRANSMISI,DISTRIBUSI dan PIPA TERTIER DINAS .. 299,786

Sumber : PDAM Kota Bukittinggi 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.1 Peta Jaringan Pipa PDAM Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.2 Peta Jaringan Pipa Transmisi PDAM

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 23


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.3 Peta Jaringan Pipa Distribusi PDAM

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 24


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 3.4 Peta Jaringan Pipa Tersier PDAM

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 25


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3.1.2 Kondisi SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

Sistem penyediaan air minum bukan jaringan perpipaan yang selanjutnya disebut SPAM
BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan
sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang unit
distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak termasuk
dalam SPAM. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 01/PRT/M/2009).

SPAM BJP sebagaimana dimaksud pada permen PU tersebut terdiri dari: 1). hidran
umum; 2). terminal air; 3). mobil tangki air; 4). penampungan air hujan; 5). perlindungan
mata air; 6). sumur dalam; 7). sumur pompa tangan; 8). sumur gali; 9). Modul instalasi
pengolahan air minum sederhana; 10). saringan rumah tangga; 11). destilator surya atap
kaca; dan 12). instalasi pengolahan air minum dengan reverse osmosis.

Data kondisi Eksisting SPAM bukan jaringan perpipaan (BJP) di Kota Bukittinggi
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi tahun 2014 terdiri dari sumur gali
terlindungi, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindungi, dan
penampungan air hujan. Pendataan dilakukan berdasarkan data tiap puskesmas di tiap
kecamatan. Pada tabel III-11 ditampilkan data SPAM BJP Kota Bukittinggi tahun 2014.

Tingkat pelayanan untuk SPAM non perpipaan komunal adalah sebesar 11,59 % dari
total penduduk Kota Bukittinggi. Pada dasarnya sistem non perpipaan yang bersifat
komunal ini dikelola bersama dimanfaatkan bersama. Secara konkrit pengelola belum
ada.

SPAM sistem non perpipaan individu ini berupa sumur gali, sungai dan mata air yang
tidak terlindungi, dimana pengelolaannya langsung oleh individu. Tingkat kebutuhan yang
tercapai untuk SPAM non Perpipaan individu adalah sebesar 45,85% dari total penduduk
Kota Bukittinggi.

3.1.3 Kondisi SPAM Perpipaan Non PDAM

SPAM perpipaan non PDAM ini difasilitasi oleh pemerintah daerah dengan melibatkan
masyarakat dalam pengelolaannya. Jumlah sambungan rumah yang dilayani dengan
sistem perpipaan non PDAM ini yaitu sebanyak 572 unit SR terdiri dari 245 unit SR di
Panorama Baru, 77 unit SR di Kayu Kubu, 150 unit SR di Labuah Batu dan 100 unit SR di
Bukit Apit. Tingkat pelayanan SPAM sistem perpipaan non PDAM adalah 2,4% dari total
jumlah penduduk Kota Bukittinggi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 26


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel III-11
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) Kota Bukittinggi

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN


SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA
MEMENUHI MEMENUHI

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT

SARANA

SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK
(Jiwa)

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 6,148 6,148 1599 1599 0 0 0 0
Perkotaan Rasimah
17,874 312 312 80 80 0 0 0 0
Ahmad

2 Aur Birugo Tigo Baleh Tigo Baleh 26,954 11,282 11,282 4698 4698 0 0 0 0

3 Mandiangin Koto Selayan Mandiangin 16,455 3,662 3,662 1995 1995 1 0 0 0


Nilam Sari 13,832 6,086 6,086 84 84 0 0 0 0
Gulai Bancah 5,496 300 300 262 262 0 0 0 0
PUS Mandiangi 12,979 800 800 49 49 0 0 0 0
JUMLAH 120,491 28,590 28.590 8767 8767 1 0 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 27


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Lanjutan Tabel III-11


BUKAN JARINGAN PERPIPAAN
SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR
MEMENUHI MEMENUHI

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT

SARANA

SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA
(Jiwa)

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH
1 2 3 4 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 7194 7194 760 760 0 0 0 0
Perkotaan Rasimah
17,874 85 85 85 85 0 0 0 0
Ahmad

2 Aur Birugo Tigo Baleh Tigo Baleh 26,954 472 472 430 430 0 0 0 0

3 Mandiangin Koto Selayan Mandiangin 16,455 3380 3380 1907 1907 0 0 0 0


Nilam Sari 13,832 3990 3990 16 16 0 0 0 0
Gulai Bancah 5,496 1946 1946 1240 1240 0 0 0 0
PUS Mandiangi 12,979 541 541 319 319 0 0 0 0
JUMLAH 120,491 17608 17.608 4757 4757 0 0 0 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 28


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Lanjutan Tabel III-11


BUKAN JARINGAN PERPIPAAN
MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN
MEMENUHI MEMENUHI

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT

SARANA

SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA
(Jiwa)

SARANA

SARANA
JUMLAH

JUMLAH
1 2 3 4 21 22 23 24 25 26 27 28
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 467 467 16 16 105 105 16 16
Perkotaan Rasimah
17,874 12 12 12 12 685 685 307 307
Ahmad

2 Aur Birugo Tigo Baleh Tigo Baleh 26,954 34 34 0 0 29 29 0 0

3 Mandiangin Koto Selayan Mandiangin 16,455 56 56 43 43 75 75 43 43


Nilam Sari 13,832 54 54 0 0 258 258 0 0
Gulai Bancah 5,496 0 0 0 0 949 949 0 0
PUS Mandiangi 12,979 0 0 0 0 1682 1682 0 0
JUMLAH 120,491 623 623 71 71 3783 3783 366 366

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 29


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3.2 Aspek Non Teknis


3.2.1 Aspek Kelembagaan

(1) Struktur Organisasi


Sturktur organisasi PDAM Kota Bukittinggi diatur dengan Keputusan Direktur tanggal
31 Desember 2014. Susunan organisasi PDAM terdiri dari ; Dewan Pengawas,
Direktur, Kabag Teknik, Kabag administrasi dan Keuangan, Kasubag, dan Staf.
(gambar3.3).

Tata kerja PDAM, Dewan Pengawas (BP) diangkat dan bertanggung jawab kepada
Walikota sesuai Surat Keputusan Walikota Bukittinggi. Direktur PDAM diangkat oleh
Walikota Bukittinggi, dalam melaksanakan tugasnya Direktur bertanggung jawab
kepada Walikota melalui Dewan Pengawas, dan Kabag. Administrasi dan Keuangan
serta Kabag. Teknik bertanggung jawab kepada Direktur. Pejabat setingkat Kepala
Bagian, Kepala Sub Bagian, Kaur dan staf diangkat oleh Direktur Utama. Dalam
melaksanakan tugasnya Kepala Sub Bagian, Kaur dan staf bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian sebagai atasan langsung, dan Kepala Kaur bertanggung
jawab kepada Kepala Sub Bagian serta staf betanggung jawab kepada Kepala Kaur
sebagai atasannya langsung.
Gambar 3.5
Struktur Organisasi PDAM Kota Bukittinggi

Walikota
Dewan Pengawas
Direktur

Kabag. Adm & Keuangan Kabag. Teknik

Kasubag. Kasubag. Adm Kasubag. Kasubag. Kasubag. Kasubag.


Keuangan Umum/Person Hublang Perencanaan Produksi Trans &
alian Distribusi
&Keuangan
Plt. Kaur Plt. Kaur Adm Plt. Kaur Baca Plt. Kaur Plt. Kaur Kaur
Akutansi Umum & Meter Pengawasan Labor & IPA P.Sambung &
Inventaris dan litbang P.Baru

Kaur. Kas & Plt. Kaur Adm Plt. Kaur


Penagihan & Personalia Rekening Plt. Kaur Plt. Kaur Kaur Distr.&
Survey & Sumber Air & Pemeliharaan
Angaran Mobil Tangki
Plt. Kaur Pembelian
Plt. Kaur
Hublang &
Plt. Kaur Gudang Humas

STAF

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 30


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

(2) Sumber Daya Manusia


Jumlah seluruh pegawai PDAM Kota Bukittinggi saat ini adalah 55 orang, ditambah 2
orang cleaning service. Berdasarkan status kepegawaian terdiri dari Direktur 1 orang
pegawai tetap 51 orang, pegawai honor 1 orang, pegawai kontrak 2 orang, cleaning
service 2 orang. Berikut ini pada tabel III-10 diuraikan jumlah karyawan PDAM
berdasarkan pengelompokkan status pegawai (data bulan Juli tahun 2015).

Tabel III-12
Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi
Berdasarkan Status Kepegawaian

No. Status Pegawai Jumlah Prosentase (%)

1 Direktur 1 1,78
2 Pegawai Tetap 51 89,28
3 Pegawai Honor 1 1,78
4 Pegawai Kontrak 2 3,57
5 Cleaning Service 2 3,57
Total 57 100
Sumber : Bagian Umum PDAM Kota Bukittinggi, kondisi bulan Juli 2015

Berdasarkan tingkat penddikan mayoritas pegawai tetap PDAM Kota Bukittinggi yaitu
sekitar 62,96 % atau sebanyak 34 orang berpendidikan SMA, Pendidikan SMP
sebanyak 4 orang atau 7,41 %, Sarjana Muda D3/ sebanyak 2 orang atau 3,70 %
dan yang berpendidikan S1/s2 sebanyak 10 orang atau sekitar 18,52 %, dan terakhir
pegawai dengan pendidikan SD ada 4 orang atau sekitar 7,41 %. Lebih jelasnya
jumlah pegawai PDAM Kota Bukittinggi berdasarkan Pendidikan dapat dilihat pada
tabel III-11 dibawah ini.
Tabel III-13
Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 SD 4 7,41
2 SMP 4 7,41
3 SMA 35 62,96
4 Sarjana Muda/D3 2 3,70
5 Sarjana (S1/S2) 10 18,52
Total 55 100
Sumber PDAM Kota Bukittinggi, Juli 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 31


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3.2.2 Aspek Pengaturan


Aspek Pengaturan memaparkan peraturan daerah (perda) yang ada kaitannya dengan
ketentuan umum pengelolaan SPAM, perda mengenai pembentukan institusi formal
SPAM (PDAM), kebijakan penggajian, dan peraturan daerah dalam pembentukan
struktur tarif air minum.

Bahwa dengan semakin dituntutnya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam


penyediaan dan pemenuhan kebutuhan pokok air minum yang memenuhi syarat kualitas,
kuantitas dan kontinuitas harus didukung dengan manajemen dan pengelolaan
perusahaan yang lebih baik sehingga diperlukan penataan kembali terhadap Organ dan
Kepegawaian PDAM agar lebih berdaya guna dan berhasil guna secara efektif dan
efisien.

Dengan pertimbangan tersebut diatas, sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap


perubahan regulasi, maka Pemerintah Kota Bukittinggi perlu untuk membentuk dan
menetapkan kembali Peraturan Daerah Kota Bukittinggi tentang Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Bukittinggi.

Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bukittinggi No,24 tahun 2014 tentang Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Bukittinggi, berisikan ketentuan-ketentuan umum dalam
pengelolaan PDAM Kota Bukittinggi. Terkait dengan pengelolaan SPAM Kota Bukittinggi
di dalam PERDA tersebut terdapat pasal yang mengatur masalah tarif air minun seperti
tertuang dalam Bab VI pasal 8 berbunyi;

(1) Tarif ditetapkan oleh Walikota berdasarkan usulan Direktur setelah mendapatkan
persetujuan Dewan Pengawas.

(2) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(3) Tarif dasar air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau ulang 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

3.2.3 Aspek Keuangan

1. Kinerja/Tingkat Kesehatan

Data kinerja/tingkat kesehatan PDAM Kota Bukittinggi Berdasarkan laporan


keuangan untuk tahun 2013 kinerjanya jika dinilai berdasarkan Kepmendagri No. 47
tahun 1999 tentang pedoman penilain kinerja PDAM dengan nilai “baik” dan menurut
indikator-indikator yang ditetapkan BPPSPAM dengan kondisi “sehat”.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 32


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Berdasarkan laporan kinerja PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi tahun 2013
penilaian kinerja PDAM Kota Bukittinggi sesuai hasil audit BPKP tahun 2014
berdasarkan kepmendagri No.47 tahun 1999 dengan aspek nilai “Cukup” dan
menurut penilaian indikator yang di tetapkan BPPSPAM dengan kondisi “Sehat”.
Berikut dibawah ini disajikan tabel penilaian kinerja PDAM Kota Bukittinggi sampai
dengan kondisi tahun 2014.

Tabel III-14
Penilaian Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Dari Tahun 2008 s/d Tahun 2013
Tahun
No. Uraian
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kepmendagri No.47
tahun 1999
1
- Nilai 55,52 57,43 55,49 60,41 53,21 58,87 55,45
- Klasifikasi Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup
Kurang
2 BPPSPAM Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Sehat
Opini Audit
3 WTP : Wajar Tanpa WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Pengecualian
4 Efektifitas 92,79 81,84 73,60 77,20 80

Sumber Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi tahun 2014

2. Neraca
Laporan neraca komparatif PDAM Kota Bukittinggi dari tahun 2008 s/d tahun 2014
dapat dilihat pada tabel III-13.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 33


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel III-15
Laporan Neraca PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2008 s/d Tahun 2013
TAHUN
NO. KETERANGAN
2008 2009 2010 2011 2012 2013
I. AKTIVA LANCAR 3.009.460.198,50 3.165.350.721,50 3.864.862.441,04 5.000.533.202,05 3.986.063.864,60 4.190.661.560,89

II. AKTIVA TETAP

Harga Perolehan 10.557.284.903,00 11.483.123.547,49 11.828.966.648,73 12.246.081.365,92 12.536.869.354,62 12.676.054.993,28

Akumulasi Penyusutan (7.398.208.818,31) (7.904.355.192,63) (8.414.621.023,03) (8.881.077.449,21) (9.332.284.465,92) (9.770.792.693,36)


Akumulasi Penurunan Nilai Aktiva tetap 0,00 0,00 0,00 (242.658.601,39) (242.658.601,39) 0,00

Nilai Buku Aktiva Tetap 3.159.076.084,69 3.578.768.354,86 3.414.345.625,70 3.122.345.315,32 2.961.926.287,31 2.905.262.299,92

III. AKTIVA LAIN-LAIN 875.468.387,24 793.801.934,08 829.944.460,97 80.000.000,00 80.000.000,00 80.000.000,00

IV. JUMLAH AKTIVA 7.044.004.670,43 7.537.921.010,44 8.109.152.527,71 8.202.878.517,37 7.027.990.151,91 7.175.923.860,81

V. KEWAJIBAN LANCAR 1.368.482.200,75 1.490.276.846,89 1.683.876.438,38 1.596.752.393,34 356.886.320,00 357.807.524,25

VI. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 11.695.060,09 9.356.048,07 0,00 0,00


Pinjaman Luar Negeri 341.343.180,85 273.043.292,73 204.743.480,60 163.794.784,48 0,00 0,00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 341.343.180,85 273.043.292,73 216.438.540,69 173.150.832,55 0,00 0,00

VII. KEWAJIBAN LAIN-LAIN 1.700.339.309,25 1.946.653.349,90 3.922.831.902,66 0,00 0,00 1.944.798.062,26

VIII. MODAL DAN CADANGAN 3.633.839.979,58 3.827.947.520,92 2.286.005.645,98 6.432.975.291,48 6.671.103.831,91 4.873.318.274,30

IX. JUMLAH PASIVA 7.044.004.670,43 7.537.921.010,44 8.109.152.527,71 8.202.878.517,37 7.027.990.151,91 7.175.923.860,81

Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 34


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3. Penilaian Rasio Keuangan


Tabel III-16
Laporan Rugi/Laba Komperatif PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2008 s/d Tahun 2013
TAHUN
NO. KETERANGAN
2008 2009 2010 2011 2012 2013
I. PENDAPATAN USAHA
Pendapatan Penjualan Air 4.664.648.880,00 5.512.753.680,00 6.166.799.940,00 6.416.002.140,00 6.383.367.900,00 6.983.688.100,00
Pendapatan Non Air 731.135.175,00 664.855.880,00 727.691.875,00 426.319.000,00 549.474.200,00 664.372.950,00
Jumlah Pendapatan Usaha 5.395.784.055,00 6.177.609.560,00 6.894.491.815,00 6.842.321.140,00 6.932.842.100,00 7.648.061.050,00
II. BIAYA LANGSUNG USAHA
Biaya Sumber Air 522.262.062,43 520.008.414,00 530.027.883,06 496.013.027,00 476.032.217,30 541.554.087,15
Biaya Pengolahan Air 711.535.118,52 850.861.411,06 932.155.944,88 982.111.060,78 1.004.251.964,38 1.022.952.255,50
Biaya Transmisi dan Distribusi Air 1.450.660.941,71 1.627.420.580,63 1.677.310.875,38 1.690.863.420,90 1.685.722.773,93 1.807.320.000,33
Jumlah Biaya Langsung 2.684.458.122,66 2.998.290.405,69 3.139.494.703,32 3.168.987.508,68 3.166.006.955,61 3.371.826.342,98

III LABA/RUGI KOTOR USAHA 2.711.325.932,34 3.179.319.154,31 3.754.997.111,68 3.673.333.631,32 3.766.835.144,39 4.276.234.707,02
IV. BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI 2.492.931.032,88 2.990.851.442,44 3.279.688.336,07 3.271.073.254,58 3.288.693.913,14 3.713.959.479,46
V. LABA/RUGI USAHA 218.394.899,46 188.467.711,87 475.308.775,61 402.260.376,74 478.141.231,25 562.275.227,56
VI. PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN
Pendapatan lain-lain 169.598.021,66 229.750.833,40 182.829.664,54 234.716.114,03 184.529.185,18 190.218.018,09
Biaya Lain-Lain 16.810.000,00 21.475.000,00 25.088.500,00 17.244.959,49 18.806.000,00 14.571.000,00
Jumlah Pendapatan dan Biaya lain-lain 152.788.021,66 208.275.833,40 157.741.164,54 217.471.154,54 165.723.185,18 175.647.018,09

VII. LABA/RUGI SEBELUM POS LUAR BIASA 371.182.921,12 396.743.545,27 633.049.940,15 619.731.531,28 643.864.416,43 737.922.245,65
VIII. KEUNTUNGAN/KERUGIAN LUAR BIASA
Jumlah Keuntungan/Kerugian Luar Biasa
IX. LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 371.182.921,12 396.743.545,27 633.049.940,15 619.731.531,28 643.864.416,43 737.922.245,65
X. PAJAK PENGHASILAN BADAN 127.693.592,00 113.362.061,91 162.419.000,00 107.456.000,00 125.089.000,00 193.111.000,00
XI. LABA (RUGI) SETELAH PAJAK 243.489.329,12 283.381.483,36 470.630.940,15 512.275.531,28 518.775.416,43 544.811.245,65

Sumber ; PDAM Kota Bukittingg 2015

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 35


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3.3 Permasalahan SPAM Kota Bukittingi

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa permasalahan yang dihadapi pada
sistem perpipaan PDAM Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bukittinggi untuk saat ini
masih rendah, yaitu baru 42,56%. Sementara menurut Standar Pelayanan Bidang Air
Minum Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2004 untuk Kota
Bukittinggi (kategori Kota Sedang) tingkat pelayanannya adalah 80%. Walaupun
tingkat pelayanan yang digunakan adalah 80%, namun tingkat pelayanan dapat
disesuaikan dengan rumusan MDG pada Tahun 2019 yaitu penambahan sebesar
37,44% dari sisa yang belum mendapat akses pelayanan.

2. Cakupan pelayanan PDAM Kota Bukittinggi masih ada sebagian daerah di beberapa
kelurahan yang belum terlayani.

3. Kontinuitas pelayanan yang diberikan PDAM Kota Bukittinggi kepada pelanggan


masih belum memadai, jumlah jam pelayanan PDAM belum melayani 24 jam/hari.

4. Tingkat kehilangan air air PDAM Kota Bukittinggi masih tinggi, yaitu rata-rata 34,15
%. Kehilangan ini bersifat teknis yaitu terdapat kebocoran pada jaringan pipa
transmisi dan katup-katup jaringan pipa serta adanya kerusakan pada pipa dinas
pelanggan.

5. Tekanan air pada pipa PDAM sering tidak mencukupi untuk beberapa daerah tertentu
terutama yang terletak pada ketinggian, sehingga menyebabkan penduduk tidak
mendapat suplai air minum.

6. Jumlah pegawai PDAM Kota Bukittinggi pada kondisi saat ini dapat dikatakan masih
kurang jumlahnya, rasionya masih jauh dibawah jumlah standar pegawai yang
ditetapkan menurut Kepmendagri No.47 tahun 1999 dimana setiap 10 (sepuluh)
pegawai sekurang-kurangnya dapat melayani 1000 pelanggan.

7. Tarif air minum PDAM Kota Bukittingi relatif, Berdasarkan hasil survey kepuasan
pelanggan.

LAPORAN AKHIR HALAMAN III - 36


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab IV
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN SPAM

4.1. Kriteria Perencanaan


4.1.1. Unit Air Baku

Dalam merencanakan unit air baku mengacu kepada kaidah teknis berikut :
a. Proyeksi penduduk, harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan untuk perhitungan kebutuhan domestic
b. Identifikasi jenis penggunaan nondomestik sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang
Tata Cara Perencanaan Plambing
c. Pemakaian air untuk setiap jenis penggunaan sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2
tentang Tata Cara Perencanaan Plambing
d. Perhitungan kebutuhan air domestil dan nondomestik berdasarkan perhitungan butir
a, b dan c
e. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 15% dengan komponen utama penyebab
kehilangan atau kebocoran air sebagai berikut:
- Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk
- Kebocoran dan luapan pada tangki reservoir
- Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan

Sedangkan kehilangan nonteknis dan konsumsi resmi tak berekening diminiminalkan


hingga mendekati nol.

Kebutuhan air baku rata-rata dihitung berdasarkan jumlah perhitungan kebutuhan air
domestik, non domestik dan air tak berekening. Rencana alokasi air baku dihitung 130%
dari kebutuhan air baku rata-rata.

Unit Air Baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan /
penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pengadaan, dan/atau
sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia air baku

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Ketentuan Teknis

1) Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan

2) Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku :


a) Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas air,
pemanfaatan.
b) Perhitungan debit sumber air baku
1. Pengukuran debit mata air, menggunakan:
a. Pengukuran debit dengan pelimpah.
Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan. Alat ukur Thomson berbentuk V
dengan sudut celah 30º, 45º, 60º, 90º.
Alat ukur Thomson sudut celah 90º dengan rumus:

Q = 1,417. H 3/2

dimana:
Q = debit aliran (m³/detik)
H = tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)

b. Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t) air
mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:

Volume penampungan
Debit air (Q)  ( L / det ik )
t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan
yang mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat
dihitung :
H xA
Debit (Q)  ( L / det ik )
t
2. Potensi Air Tanah
a) perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei
terhadap 10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal
di desa tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

3. Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:


a) Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan
kecepatan rata-rata alirannya, dengan rumus:

Q  A .V

V  C . R. S
dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope

157,6
C  koefisien Chezy 
m
1
R
m = koefisien Bazin

Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air
maksimum.

b) Perhitungan debit air danau


Perhitungan debit air danau dilakukan berdasarkan pengukuran langsung.
Cara ini dilakukan dengan pengamatan atau pencatatan fluktuasi tinggi
muka air selama minimal 1 tahun. Besarnya fluktuasi debit dapat diketahui
dengan mengalikan perbedaan tinggi air maksimum dan minimum dengan
luas muka air danau.

Pengukuran ini mempunyai tingkat ketelitian yang optimal bila dilakukan


dengan periode pengamatan yang cukup lama. Data-data di atas dapat
diperoleh dari penduduk setempat tentang fluktuasi yang pernah terjadi
(muka air terendah).

c) Perhitungan debit embung


Pengukuran debit yang masuk ke dalam embung dapat dilakukan pada
saat musim penghujan, yaitu dengan mengukur luas penampang basah
sungai/parit yang bermuara di embung dan dikalikan dengan kecepatan
aliran.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Sedangkan volume tampungan dapat dihitung dengan melihat volume


cekungan untuk setiap ketinggian air. Volume cekungan dapat dibuat pada
saat musim kering (embung tidak terisi air) yaitu dari hasil pemetaan
topografi embung dapat dibuat lengkung debit (hubungan antara tinggi air
dan volume).

3) Persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan:

a) Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang


disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain);
b) Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-
lain);
c) Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai,
terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-lift);
d) Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem
gravitasi dalam pengoperasiannya;
e) Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan maksimum
harian;
f) Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi ketinggian
muka air;
g) Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik
sumber air baku;
h) Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime)
minimal 25 tahun;
i) Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material
lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.

4) Tipe Bangunan Pengambilan Air Baku


a) Sumber air baku mata air
Bangunan Pengambilan air baku untuk mata air secara umum dibedakan menjadi
bangunan penangkap dan bangunan pengumpul atau sumuran:
1. Bangunan penangkap
a. Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap adalah pemunculan mata
air cenderung arah horisontal dimana muka air semula tidak berubah, mata
air yang muncul dari kaki perbukitan; apabila keluaran mata air melebar

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

maka bangunan pengambilan perlu dilengkapi dengan konstruksi sayap


yang membentang di outlet mata air.

b. Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air


bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan lain-
lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit,
konstruksi penahan erosi, lubang periksa (manhole), saluran drainase
keliling, pipa ventilasi.
2. Bangunan pengumpul atau sumuran
a. Pertimbangan pemilihan bangunan pengumpul adalah pemunculan mata
air cenderung arah vertikal, mata air yang muncul pada daerah datar dan
membentuk tampungan, apabila outlet mata air pada suatu tempat maka
digunakan tipe sumuran, apabila outlet mata air pada beberapa tempat
dan tidak berjatuhan maka digunakan bangunan pengumpul atau dinding
keliling.

b. Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air


bersih, outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan lain-
lain), peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit,
konstruksi penahan erosi, lubang periksaan (manhole), saluran drainase
keliling, pipa ventilasi.

b) Sumber Air Baku Air Tanah


Pemilihan bangunan pengambilan air tanah dibedakan menjadi sumur dangkal
dan sumur dalam
1. Sumur dangkal
a. Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum kebutuhan
air di daerah perencanaan kecil; potensi sumur dangkal dapat mencukupi
kebutuhan air bersih di daerah perencanaan (dalam kondisi akhir musim
kemarau/kondisi kritis).

b. Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali,


meliputi: ring beton kedap air, penyekat kontaminasi dengan air
permukaan tiang beton, ember/pompa tangan. Sedangkan perlengkapan
sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan (SPT) meliputi pipa
tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer.

2. Sumur dalam

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

a. Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum kebutuhan air


di daerah perencanaan cukup besar; di daerah perencanaan potensi
sumur dalam dapat mencukupi kebutuhan air minum daerah perencanaan
sedangkan kapasitas air dangkal tidak memenuhi.

b. Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak (pipa
hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa benam
(submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang, saringan, pipa
observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup sumur, batu kerikil.

c. Sumber air baku air permukaan

Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi :

a. Bangunan penyadap 1. Pertimbangan pemilihan bangunan


(Intake) bebas penyadap (intake) bebas adalah fluktuasi
muka air tidak terlalu besar, ketebalan air
cukup untuk dapat masuk inlet.
2. Kelengkapan bangunan pada bangunan
penyadap (intake) bebas adalah saringan
sampah, inlet, bangunan pengendap,
bangunan sumur
b. Bangunan penyadap 1. Pertimbangan pemilihan bangunan
(Intake) dengan penyadap (intake) dengan bendung adalah
bendung ketebalan air tidak cukup untuk intake
bebas.
2. Kelengkapan bangunan penyadap (intake)
dengan bendung adalah saringan sampah,
inlet, bangunan sumur, bendung, pintu bilas.
c. Saluran Resapan 1. Pertimbangan pemilihan saluran resapan
(Infiltration galleries) (Infiltration galleries) adalah ketebalan air
sangat tipis, sedimentasi dalam bentuk
lumpur sedikit, kondisi tanah dasar cukup
poros (porous), aliran air bawah tanah cukup
untuk dimanfaatkan, muka air tanah terletak
maksimum 2 meter dari dasar sungai.
2. Kelengkapan bangunan pada saluran
resapan (Infiltration galleries) media infiltrasi:
pipa pengumpul berlubang, sumuran.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Kualitas Air Baku

Persyaratan kualitas air digunakan untuk menjamin bahwa air bersih yang dihasilkan dari
suatu sistem penyediaan air bersih adalah nyaman, hygenis dan baik serta dapat
dimanfaatkan sesuai keperluan tanpa kemungkinan dapat menginfeksi pemakai air
tersebut. Perencanaan sistem penyediaan air bersih harus bebas dari kemungkinan
pengotoran dan kontaminasi bakteri patogen dan material berbahaya. Di Indonesia air
yang diproduksi untuk didistribusikan ke konsumen harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh pemerintah. Standar kualitas air minum yang berlaku sekarang ini adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/2002 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk kualitas air baku yang
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk di olah sebagai kebutuhan air minum
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.

Tabel. IV-1
Kriteria Mutu Air Kelas I (satu)
Kadar
No. Parameter Satuan Keterangan
Izin
A. Fisika
oC Deviasi temperatur dari keadaan
1. Temperatur Deviasi 3
sebenarnya
2. Residu terlarut mg/l 1000
Bagi pengolahan air minum secara
3 Residu tersuspensi mg/l 50 konvensional, residu tersuspensi  5000
mg/l
B. Kimia Anorganik
Apabila secara alamiah di luar rentang
1. pH 6–9 tersebut, maka ditentukan berdasarkan
kondisi alamiah
2. BOD mg/l 2
3. COD mg/l 10
4. DO mg/l 6 Angka batas minimum
5. Total fosfat sbg P mg/l 0,2
6. NO3 sebagai N mg/l 10
7. NH3 sebagai N mg/l 0,5
8. Arsen mg/l 0,05
9. Kobalt mg/l 0,2
10. Barium mg/l 1
11. Boron mg/l 1
12. Selenium mg/l 0,01
13. Kadmium mg/l 0,01
14. Khrom (VI) mg/l 0,05
15. Tembaga mg/l 0,02 Bagi pengolahan air minum secara

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Kadar
No. Parameter Satuan Keterangan
Izin
konvensional, Cu  1 mg/l
Bagi pengolahan air minum secara
16. Timbal mg/l 0,03
konvensional, Pb  0,1 mg/l
17. Besi mg/l 0,3
18. Mangan mg/l 0,1
19. Air raksa mg/l 0,001
Bagi pengolahan air minum secara
20. Seng mg/l 0,05
konvensional, Zn  5 mg/l
21. Khlorida mg/l 600
22. Sianida mg/l 0,02
23. Fluorida mg/l 0,5
Bagi pengolahan air minum secara
24. Nitrit sebagai N mg/l 0,06
konvensional, NO2_N  1 mg/l
25. Sulfat mg/l 400
26. Khlorin bebas mg/l 0,03 Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Belerang sebagai Bagi pengolahan air minum secara
28. mg/l 0,002
H2S konvensional, S sebagai H2S < 0,1 mg/l
C. Mikrobiologi
Bagi pengolahan air minum secara
jml/100
1. Fecal coliform 100 konvensional, fecal coliform  2000
ml
jml/100 ml
Bagi pengolahan air minum secara
jml/100
2. Total coliform 1000 konvensional, total coliform  10000
ml
jml/100 ml
D. Radioaktivitas
1. Gross – A Bq/l 0,1
2. Gross – B Bq/l 1
E. Kimia Organik
1. Minyak dan lemak g/l 1000
Detergen sebagai
2.
MBAS g/l 200
3. Senyawa fenol g/l 1
4. BHC g/l 210
5. Aldrin/ Dieldrin g/l 17
6. Chlordane g/l 3
7. DDT g/l 2
9. Lindane g/l 56
10. Methoxyclor g/l 35
11. Endrin g/l 1
12. Toxaphan g/l 5
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001

4.1.2. Unit Transmisi

 Perencanaan teknis unit transmisi  mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoir).

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

─ Karena transmisi distribusi  debit aliran untuk kebutuhan jam puncak,


sedangkan pipa transmisi air baku  kebutuhan maksimum harian.

─ Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sesuai harapan.

─ Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada
bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah
horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam
pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan
pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.

 Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan


pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

 Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar dari
diameter nominal ND-600 mm sampai dengan ND-1000 mm perlu dilengkapi dengan
aksesoris dan perlengkapan pipa yang memadai.

Perlengkapan Penting Dan Pokok Dalam Sistem Transmisi Air Baku Air Minum

1. Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam
pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara dalam
pipa akan terjadi.

2. Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih
yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.

3. Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur atau
pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah dalam
setiap segmen pipa transmisi.

4. Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna
menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif atau
kondisi vakum udara.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel IV-2
Kriteria Pipa Transmisi
No Uraian Notasi Kriteria
1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum
Q max = F max x Q rata-rata
2 Faktor hari maksimum F.max 1,10 – 1,50
3 Jenis saluran - Pipa atau saluran terbuka*
4 Kecepatan aliran air dalam pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3-0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
- Pipa PVC V.max 3,0-4,5 m/det
- Pipa DCIP V.max 6,0 m/det
5 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum H min 1 atm
b) Tekanan maksimum
- Pipa PVC H maks 6-8 atm
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 MPa
- Pipa PE 80 9.0 MPa
6 Kecepatan saluran terbuka
a) Kecepatan minimum V.min 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum V.maks 1,5 m/det
7 Kemiringan saluran terbuka S (0,5 – 1 ) 0/00
8 Tinggi bebas saluran terbuka Hw 15 cm( minimum)
9 Kemiringan tebing terhadap - 45  ( untuk bentuk trapesium)
dasar saluran
* Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku

Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari
maksimum. Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.

Tabel 3 Jumlah dan Debit Pompa Sistem Transmisi Air Minum


Tabel IV-3
Besar Debit dan Jumlah Pompa

Debit (m3/hari) Jumlah Pompa Total Unit

Sampai 2.800 1 (1) 2

2.500 s.d. 10.000 2 (1) 3

Lebih dari 90.000 Lebih dari 3 (1) Lebih dari 4

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel IV-4 Ketentuan Teknis Pipa Transmisi

Perencanaan jalur pipa Penentuan dimensi Bahan Pipa(SNI)


transmisi pipa

1. Jalur pipa sependek 1. Pipa harus direncanakan 1. Spesifikasi pipa PVC


mungkin; untuk mengalirkan debit mengikuti standar SNI 03-
maksimum harian; 6419-2000 tentang Spesifikasi
2. Menghindari jalur yang
Pipa PVC bertekanan
mengakibatkan konstruksi 2. Kehilangan tekanan
berdiameter 110-315 mm
sulit dan mahal; dalam pipa tidak lebih air
untuk Air Bersih dan SK SNI
30% dari total tekanan
3. Tinggi hidrolis pipa minimum S-20-1990-2003 tentang
statis (head statis) pada
5 m diatas pipa, sehingga Spesifikasi Pipa PVC untuk Air
sistem transmisi dengan
cukup menjamin operasi air Minum.
pemompaan. Untuk
valve;
sistem gravitasi, 2. SNI 06-4829-2005 tentang
4. Menghindari perbedaan kehilangan tekanan Pipa Polietilena Untuk Air
elevasi yang terlalu besar maksimum 5 m/1000 m Minum;
sehingga tidak ada atau sesuai dengan
3. Standar BS 1387-67 untuk
perbedaan kelas pipa. spesifikasi teknis pipa
pipa baja kelas medium.
4. Fabrikasi pipa baja harus
sesuai dengan AWWA C 200
atau SNI-07-0822-1989 atau
SII 2527-90 atau JIS G 3452
dan JIS G 3457.
5. Standar untuk pipa ductile
menggunakan standar dari
ISO 2531 dan BS 4772.

4.1.3. Unit Produksi

Unit produksi direncanakan berdasarkan kebutuhan kebutuhan hari puncak yang


besarnya berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata. Penyusunan perencanaan teknis unit
produksi didasarkan pada kajian kualitas air yang akan diolah (kondisi rata-rata dan
terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses
pengolahan air  dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum (output).

Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu
untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses
netralisasi dan proses desinfeksi.

Unit produksi dapat terdiri dari :

 Unit koagulasi

 Unit flokulasi

 Unit sedimentasi

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Unit filtrasi

 Unit netralisasi

 Unit desinfeksi

Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:

 SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;

 SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;

 SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan
Air.

Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi

Tabel IV-5
Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi
SURVEI DAN PENGKAJIAN PERHITUNGAN GAMBAR
1. penyelidikan tanah Perhitungan mengacu 1. gambar jaringan pipa
pada tata cara transmisi
2. survei dan pengkajian lokasi
perancangan teknis unit
IPA 2. gambar lokasi/tata letak IPA
produksi
3. survei dan pengkajian 3. gambar lokasi reservoir
topografi
4. gambar detail konstruksi
4. survei dan pengkajian
• pipa transmisi
ketersediaan bahan
konstruksi • reservoir
5. survei dan pengkajian • IPA
ketersediaan peralatan
elektro
6. survei dan pengkajian
sumber daya energi

Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan pada kajian kualitas air yang
akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan
dalam penetapan proses pengolahan air  dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air
minum (output).

Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu
untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses
netralisasi dan proses desinfeksi.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Unit produksi dapat terdiri dari :

 Unit koagulasi

 Unit flokulasi

 Unit sedimentasi

 Unit filtrasi

 Unit netralisasi

 Unit desinfeksi

Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:

 SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;

 SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;

 SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan
Air.

4.1.4. Unit Distribusi

Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar
115%-300% dari kebutuhan rata-rata. Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung
dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai
penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun baik dengan
konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.

Jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup
(loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau
kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah
pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem


distribusi adalah sebagai berikut:

 Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah


pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan;

 Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,


diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);

 Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan
dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi
kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.

Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi


a. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula:

Q = VxA

A = 0,785 D2

Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)

b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.

c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel IV-6
Kriteria Pipa Distribusi

Pipa Distribusi

1. Denah (Lay-out) Jaringan Pipa Distribusi


Perencanaan denah (lay-out) jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan
pertimbangan:

a. Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan; jalan-jalan yang tidak saling


menyambung dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling
berhubungan membentuk jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem
tertutup, kecuali bila konsumen jarang

b. Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out)
pipa berbentuk cabang

c. Keadaan topografi dan batas alam wilayah pelayanan

d. Tata guna lahan wilayah pelayanan

2. Komponen Jaringan Distribusi


Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan
pengendalian kehilangan air

(a) Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan
dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

utama (distribusi primer). Pembentukan zona distribusi didasarkan pada batas


alam (sungai, lembah, atau perbukitan) atau perbedaan tinggi lebih besar dari 40
meter antara zona pelayanan dimana masyarakat terkonsentrasi atau batas
administrasi. Pembentukan zona distribusi dimaksudkan untuk memastikan dan
menjaga tekanan minimum yang relatif sama pada setiap zona. Setiap zona
distribusi dalam sebuah wilayah pelayanan yang terdiri dari beberapa Sel Utama
(biasanya 5-6 sel utama) dilengkapi dengan sebuah meter induk.

(b) Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa
distribusi yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM.

(c) Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.

(d) Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.

(e) Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi
pembagi dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa
pelayanan dilakukan melalui Clamp Sadle.

(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona
distribusi dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang
membentuk suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa
Sel Dasar dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila
jumlah sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.

3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang
Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang
berlaku.

4. Diameter Pipa Distribusi


Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak
dengan sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan
pipa mampu mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran
kebakaran masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah
penduduk wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel
dibawah ini :

Tabel IV-7 Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi

Tabel IV-8 Diameter Pipa Distribusi

Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.

2. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams :

Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L

Kecepatan aliran dengan rumus:

V = 0,38464 C.D 0,63 I 0,54

Debit aliran dihitung dengan rumus:

Q = 0,27853 C.D 2,63 I 0,54

Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

L = panjang pipa (m)


V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A = luas penampang pipa (m³)

Perlengkapan Jaringan Pipa Distribusi :

a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang pada:
 lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
 setiap percabangan;
 pipa outlet pompa;
 pipa penguras atau wash out

Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup Gerbang
(Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).

b. Katup penguras (Wash Out/Blow Off)


Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa, ujung jalur
pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan

c. Katup Udara (Air Valve)


Dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa dengan
perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus setiap jarak
tertentu.

d. Hidran Kebakaran
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum tidak
boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil

e. Bak Pelepas Tekan (BPT)


Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada jaringan
transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang
terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan pipa pecah.

f. Jembatan Pipa
 Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang
sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.
 Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja
atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
 Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik
masuk jembatan pipa.

g. Syphon
 Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang di
bawah dasar sungai/saluran.
 Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).
 Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa transmisi
atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi blok beton penahan
sebagai pondasi.
 Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran harus
diberi pelindung.

h. Manhole
 Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap perlengkapan-
perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.
 Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan katup, dan
sebagainya.

i. Thrust Block
 Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee,
Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.
 Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu pada:
 Belokan pipa.
 Persimpangan/percabangan pipa.
 Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.
 Perletakan valve/katup.
 Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.

4.1.5. Unit Pelayanan

Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air

1) Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya,
dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari
sambungan rumah adalah:

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;


 untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen.

Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:


 bagian penyadapan pipa;
 meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;
 katup pembuka/penutup aliran air;
 pipa dan perlengkapannya.

2) Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran
air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan
pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil
yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak
pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya,
pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
 lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
 saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
 KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”

3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.

Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:


 Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
 Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.

Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
 Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Badan hidran
 Kepala hidran
 Katup hidran
Standar Kualitas Air yang dapat didistribusikan ke pelangga bersarkan pada adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/200.

Tabel. IV-9
Standar kebutuhan air minum berdasarkan Permenkes Nomor
907/MenKes/SK/VII/20
No Parameter Satuan Kadar Max izin Ket
1 2 3 4 5
A BAKTERIOLOGIS
1 Air minum
a. E coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
2 Air yang masuk sistem disrtibusi
a. E. coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
b. Total bakteri coliform Jlh/100 ml sampel 0
3 Air pada sistem distribusi
a. E coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
b. Total bakteri coliform Jlh/100 ml sampel
B KIMIAWI
B.1 Bahan kimia yang memiliki langsung pengaruh langsung terhadap kesehatan
1 Bahan Anorganik
Antimon Mg/l 0,005
Air raksa Mg/l 0,001
Arsen Mg/l 0,01
Barium Mg/l 0,7
Boron Mg/l 0,3
Kadmium Mg/l 0,003
Kromium ( valensi 6 ) Mg/l 0,05
Tembaga Mg/l 2
Sianida Mg/l 0,07
Flourida Mg/l 1,5
Timbal Mg/l 0,01
Molybdenum Mg/l 0,07
Nikel Mg/l 0,02
Nitrat (sebagai NO3 ) Mg/l 50
Nitrit ( sebagai NO2) Mg/l 3
Selenium Mg/l 0,01
2 Bahan Organik
Chlorinated alkanes
a. Carbon tetrachloride g/l 2
b. Dichloromethane g/l 20
c. 1.2-dichloroethane g/l 30
d. 1,1,1- trichloroethane g/l 2000
Chlorinated ethenes

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

No Parameter Satuan Kadar Max izin Ket


1 2 3 4 5
a. Vinyl chloride g/l 5
b. 1,1- dichloroethene g/l 30
c. 1,2- dichloroethene g/l 50
d. trichloroethene g/l 70
e. tetrachloroethene g/l 40
Aromatic hyfrocarbons
a. benzen g/l 10
b. toluen g/l 700
c. Xylenes g/l 500
d. benzo[a]pyrene g/l 0,7
Chlorinated benzenes
a. monochlorobenzene g/l 300
b. 1,2- dichlorobenzene g/l 1000
c. 1,4 – dichlorobenzene g/l 300
d. Tricholobenzenes (total) g/l 20
Lain –lain
a. Di(2-ethylhexyl)adipate g/l 80
Sambungan Tabel 7.2
1 2 3 4 5
b. Di(2- ethylhexyl)phthalate g/l 8
c. Acrymide g/l 0,5
d. Epichlorohydrin g/l 0,4
e. Hexachlorobutadiene g/l 0,6
f. Edetic acid (EDTA) g/l 200
g. Tributyltin oxide g/l 2
3 Pestisida
Alachlor g/l 20
Aldicrab g/l 10
Aldrin/dieldrin g/l 0,03
Atrazine g/l 2
Bentazone g/l 30
Carbofuran g/l 5
Chlordane g/l 0,2
Chlorotoluron g/l 30
DDT g/l 2
1,2-dibromo-3-chloropane g/l 1
2,4-D g/l 30
1,2-dichloropropene g/l 20
1,3-dichloropropane g/l 20
Heptachlor and heptachlor
epixide g/l 0,03
Hexachlorbenzene g/l 1
Isoproturon g/l 9
Lindane g/l 2
MCPA g/l 2
Methoxychlor g/l 20
Metolachor g/l 10

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

No Parameter Satuan Kadar Max izin Ket


1 2 3 4 5
Sambungan Tabel 7.2
1 2 3 4 5
Molinate g/l 6
Pendimethalin g/l 20
Permethrin g/l 20
Propanil g/l 20
Pyridate g/l 100
Simazine g/l 2
Trifluralin g/l 20
Chorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA
Dicholoprop g/l 100
Fenoprop g/l 9
Mecoprop g/l 10
2,4,5-T g/l 9
4 Desinfektan dan hasil sampingannya
Monochloroamine Mg/l 3
Chlorine (Cl2 ) Mg/l 5
Bromate g/l 25
Chlorite g/l 200
Chlorophenol
a. 2,4,6-trichlorophenol g/l 200
Formaldehyde g/l 900
Trihalomethanes
a. Bromoform g/l 100
b. Dibromochloromethane g/l 100
c. Bromodichloromethanel g/l 60
d. Chloroform g/l 200
Chlorinated acetic acids
a. Dichloroacetic acid g/l 50
b. trichloroacetic acid g/l 100
Chloral hydrate
( Trichloroacetaldehyde ) g/l 10
Halogenated acetonitriles
a. Dichloroacetonitrile g/l 90
b. Dibromoacetonitrile g/l 100
c. Trichloracetonitrile g/l 1
Cyanogen chloride
( sebagai CN ) g/l 70
B.2 Bahan kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen
1 Bahan anorganik
Ammonia Mg/l 1,5
Alumunium Mg/l 0,2
Klorida Mg/l 250
Tembaga Mg/l 1
Kesadahan Mg/l 500
Hidrogen sulfida Mg/l 0,05

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 23


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

No Parameter Satuan Kadar Max izin Ket


1 2 3 4 5
Besi Mg/l 0,3
Mangan Mg/l 0,1
PH Mg/l 6,5-8,5
Sodium Mg/l 200
Sulfat Mg/l 250
Total zat padat terlarut Mg/l 1000
Seng Mg/l 3
2 Bahan organik
a.Toluen g/l 24-170
b.Xylene g/l 20-1800
c. Ethylbenzene g/l 4-2600
d. Styrene g/l 10-120
e. Monochlorobenzen g/l 1-10
f. 1,2-dichlorobenzen g/l 0,3-30
g. 1,4- dichlorobenzen g/l 5-50
h. Deterjen g/l 50
Desinfektan dan hasil sampingannya
a. Chlorine g/l 600-1000
b. 2-chlorophenol g/l 0,1-10
c. 2,4-dischlorophenol g/l 0,3-40
d. 2,4,6-trichlorophenol g/l 2-300

C RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1

D FISIK
Warna TCU 15
Tidak berbau
Rasa dan bau - - dan tidak
berasa
Suhu udara ±
Temperatur oC 3oC
Kekeruhan NTU 5

4.2. Standar Kebutuhan Air

Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 24


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:

a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.

b. Kebutuhan maksimum (Qmax)


Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari
lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan
untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan
Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai
1,5 (Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana
Induk SPAM Kota Bukittinggi, faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai
kriteria desai adalah 1,2.

c. Kebutuhan Puncak (Qpeak)


Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut
mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk
dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin
beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk,
maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum
dalam Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar
antara 1,15 – 3. Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Bukittinggi, faktor jam
puncak (fp) yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.

Kebutuhan air ditentukan berdasarkan:

 Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan

 Pemakaian air (L/o/h)


Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun

 Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 25


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4.2.1. Kebutuhan Domestik

Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestic ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi ipemakaian air domestic dapat dilihat dari
Tabel 4.8.

Tabel IV-10
Tingkat konsumsi/pemakaian air rumah tangga sesuai kategori kota
Tingkat Pemakaian
No. Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem
Air
1. Kota Metropolitan >1.000.000 Non Standar 190
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170
3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5. Kota kecamatan <20.000 Standar IKK 100
6. Kota Pusat Pertumbuhan <3.000 Standar DPP 60
Sumber: SK-SNI Air minum 2001

Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk
tahun perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan
sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah
domestic ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Kebutuhan air = % pelayanan x a x b

Dimana:

a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)

b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)

4.2.2. Kebutuhan Non Domestik

Kegiatan non domestic adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil
berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit
dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestic didasarkan pada faktor
jumlah penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan
tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan kebutuhan
air nnon domestic di Kabupaten Tanjung Jabung Timur diasumsikan sebesar 15-20%.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 26


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4.3. Periode Perencanaan

Untuk periode perencanaan dalam penyusunan RISPAM di ikuti pedoman yang di atur
dalam Permen PU no. 18 Tahun 2007 , yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel IV-11
Periode Perencanaan

Sumber: Permen PU no. 18 Tahun 2007

4.4. KRITERIA DAERAH PELAYANAN

Penetapan wilayah Pelayanan

Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis
kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan ketersediaan sumber air. Wilayah
pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil
kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang

pembangunan sistem penyediaan air minum.

Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada


pertimbangan teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut. Cantumkan hasil
pertimbangan teknis dalam bentuk tabel tabel dan buatlah dalam bentuk peta.

a. Bentuk Wilayah Pelayanan


Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah perkembangan kota dan kawasan di
dalamnya.

b. Luas Wilayah Pelayanan


Luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan survei dan pengkajian sehingga
memenuhi persyaratan teknis.

c. Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan


Pertimbangan teknis dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak
dibatasi oleh:
 kepadatan penduduk

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 27


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 tingkat kesulitan dalam memperoleh air


 kualitas sumber air yang ada
 tata ruang kota
 tingkat perkembangan daerah
 dana investasi, dan
 kelayakan operasi

d. Komponen Wilayah Pelayanan


Komponen wilayah pelayanan adalah:
 Kawasan permukiman
 Kawasan perdagangan
 Kawasan pemerintahan dan pendidikan
 Kawasan industri
 Kawasan pariwisata
 Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

Penetapan Wilayah Studi


Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada ketentuan
umum dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Menguraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut tata
ruang kota yang sudah disetujui.
 Menguraikan komponen-komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan
proyeksi pada masa mendatang.
 Menggambarkan dan menempatkan lokasi sumber air alternatif yang telah dikunjungi
dan alternatif jalur pipa transmisi air baku.
 Membuat batas wilayah meliputi seluruh alternatif sumber dan wilayah yang menjadi
kesepakatan dan koordinasi pihak terkait.

Penetapan Wilayah Proyek


Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup semua
tahapan pengembangan sistem penyediaan air minum.kemudian menggambarkan
alternatif terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah proyek, dan lengkapi dengan
keterangan sistem yang mencakup:
a. lokasi sumber air baku dan pengembangannya,
b. lokasi instalasi pengolahan dan pengembangannya,
c. lokasi reservoir distribusi dan pengembangannya,
d. wilayah pelayanan dan pengembangannya.

LAPORAN AKHIR HALAMAN IV - 28


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab V
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM

5.1 Arah Perkembangan Kota

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030,
arah perkembangan Kota Bukittinggi direncanakan sebagai berikut :

(1) Rencana Pusat-Pusat Pelayanan

Rencana pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan di Kota Bukittinggi dimaksudkan


untuk menggambarkan peran dan fungsi dari setiap kawasan di Kota Bukittinggi
dalam pengembangan Kota Bukittinggi secara keseluruhan. Penetapan tersebut
selain didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana
pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun
mendatang.

Dasar pertimbangan yang digunakan dalam penetapan pusat-pusat pelayanan di Kota


Bukittinggi adalah :
a. Penentuan hirarki pusat pelayanan disesuaikan dengan perkembangan yang
adapada kondisi eksisting dengan tetap memperhatikan kawasan-kawasan
yangmemiliki potensi pengembangan di masa mendatang yang tinggi.
b. Sub pusat pelayanan akan dibentuk dengan merencanakan pengelompokan
fasilitas yang memiliki skala peyananan blok rencana, tidak hanya fasilitas
pelayanan namun juga fasilitas pelayanan lainnya.
c. Fungsi dan peran Kota Bukittinggi terhadap wilayah sekitar Kota Bukittinggi dalam
pengembangan sektor pariwisata.
d. Fungsi dan peran kawasan perencanaan dalam struktur fisik dan fungsional
KotaBukittinggi.

Pengembangan pusat-pusat pelayanan di Kota Bukittinggi dirumuskan sebagai


berikut:
- Pengembangan Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Primer, yaitu pusat pelayanan yang
jangkauan pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota dan/atau regional. Pada
Kota Bukittinggi, maka pengembangan pusat pelayanan kota ini akan

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

dikembangkan di Kawasan Pasar Atas yang telah menjadi sentra perekonomian


regional serta di kawasan Aur Kuning yang direncanakan akan menjadi pusat
utama transportasi Kota Bukittinggi dan kawasan di sekitar Kota Bukittinggi.
- Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Sekunder, yaitu pusat pelayanan yang jangkauan
pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota Bukittinggi. Pada Kota Bukittinggi,
maka pengembangan pusat pelayanan kota ini akan dikembangkan di Kawasan
Gulai Bancah dan Kawasan Belakang Balok yang saat ini telah menjadi pusat
pemerintahan Kota Bukittinggi.
- Pengembangan sub pusat pelayanan kota, yang melayani sub wilayah kota. Pada
Kota Bukittinggi pengembangan sub pusat pelayanan kota ini akan dikembangkan
di Kawasan Campago Ipuh, Kawasan Garegeh, dan Kawasan Ladang Cakiah.
- Pengembangan pusat lingkungan, yang melayani pada skala lingkungan wilayah
kota.

a. Pusat-Pusat Pelayanan Kota – Fungsi Primer


Pusat Pelayanan Kota-Fungsi Primer akan dikembangkan di dua lokasi yaitu di
KawasanPasar Atas dan di Kawasan Aur Kuning.

1) Kawasan Pasar Atas


Kawasan Pasar Atas adalah merupakan kawasan yang telah tumbuh dan
menjadi cirikhas tersendiri di Kota Bukittinggi. Fungsi yang akan
dikembangkan pada kawasan ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala
kota hingga regional, antara lain:
1) Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;
2) Kawasan perumahan kepadatan tinggi;
3) Ruang terbuka hijau skala perkotaan dalam bentuk taman kota dan
jalurhijaujalan.

2) Kawasan Aur Kuning


Kawasan Aur Kuning adalah merupakan kawasan yang akan ditumbuh
kembangkan di Kota Bukittinggi sebagai counter magnet terhadap
perkembangan kegiatan yang saat ini masih terkonsentrasi di Kawasan Pasar
Atas. Fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan ini adalah fungsi-fungsi
pelayanan dalam skala kota hingga regional, antara lain:
1) Kawasan perdagagan dan jasa skala kota dan regional;
2) Pusat pergerakan regional;

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

b. Pusat Pelayanan Kota – Fungsi Sekunder


Penetapan pusat pelayanan kota - fungsi sekunder perlu dilakukan karena pada
beberapa kawasan yang ditetapkan termasuk dalam sistem pusat perkotaan di
Kota Bukittinggi, ternyata memiliki fungsi yang menjangkau seluruh kota akan
tetapi apabila ditetapkan sebagai pusat pelayan kota ada perbedaan fungsi
jangkauan pelayanan. Untuk pusat pelayanan kota dengan fungsi sekunder maka
jangkauan pelayanannya adalah untuk skala Kota Bukittinggi. Pada Kota
Bukittinggi pusat pelayanan kota-fungsi sekunder ditetapkan di Kawasan Gulai
Bancah dan Kawasan Belakang Balok.

1) Kawasan Gulai Bancah


Kawasan Gulai Bancah merupakan kawasan pusat pemerintahan baru yang
dilalui oleh dua jalan arteri (primer dan sekunder) serta memiliki
keterhubungan langsung dengan kawasan pusat kota Benteng Pasar Atas.
Pengembangan baru pusat perkantoran pemerintah Kota Bukittinggi pada
kawasan ini menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan yang
memiliki prospek pengembangan di masa mendatang. Fungsi yang telah
berkembang di kawasan ini
- Kawasan Pusat pemerintahan kota
- Kawasan sosial budaya yang dengan keberadaan gedung perpustakaan
Bung Hatta
- Ruang terbuka hijau berbentuk pemakaman untuk skala kota
- Kawasan perumahan kepadatan sedang beserta fasilitas pendukungnya

2) Kawasan Belakang Balok


Kawasan Belakang Balok merupakan kawasan yang berada pada pintu
gerbang Kota Bukittinggi dari arah selatan serta terhubung langsung dengan
Kawasan Pusat Kota Benteng Pasar Atas oleh jaringan jalan arteri sekunder,
sehingga memiliki hubungan kuatdengan pusat kota. Saat ini Kawasan
Belakang Balok telah berkembang sebagai pusat pemerintahan kota, pusat
pendidikan, kesehatan, serta terdapat permukiman berikut fasilitas
pendukungnya. Hal ini menunjukkan bahwa Kawasan Belakang Balok telah
menjadi pusat aktifitas penduduk kota dan telah menunjukkan karakter
sebagai pusat pelayanan. Dengan kondisi yang ada maka Kawasan Belakang
Balok di masa mendatang memiliki peluang pengembangan sebagai pusat
pelayanan sekunder sekaligus dapat berperan mengurangi beban pelayanan

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

pusat kota sebagai kawasan yang menghasilkan tarikanyang cukup besar.


Fungsi yang diarahkan pada kawasan ini adalah sebagai berikut:
- Kawasan Perkantoran Pemerintahan skala kota.
- Kawasan Pusat Pelayanan Pendidikan menengah dan tinggi serta Pusat
pelayanan kesehatan skala kota.
- Kawasan Perumahan berikut fasilitas pendukungnya.
- Kawasan Perdagangan dan jasa skala kota.
- Pengembangan Ruang Terbuka hijau skala kota

(2) Rencana Sub Pusat Pelayanan Kota


Sub Pusat Pelayanan Kota akan dikembangkan pada beberapa lokasi kawasan yaitu :
Kawasan Campago Ipuh, Kawasan Garegeh dan Kawasan Ladang Cakiah.

a. Kawasan Campago Ipuh


Kawasan Campago Ipuh merupakan kawasan pengembangan baru yang
berfungsi untukmenarik perkembangan kota ke arah utara sehingga mengurangi
beban pelayanan Kawasan Pusat Kota, terlebih akses dari kawasan pusat kota ke
kawasan ini relatif sangat mudah. Selain itu, pengembangan pusat pemerintahan
baru yang relatif tidak terlalu jauh dari kawasan ini juga akan menstimulasi
perkembangan kawasan ini, yang nantinya akan diikuti dengan pengembangan
pusat pelayanan umum dan sosial serta kawasan pusat olahraga.

Dengan kondisi dan peluang pengembangan yang ada maka hal tersebut akan
mendukung pengembangan kawasan sebagai sub pusat pelayanan kota di masa
mendatang. Fungsi yang diarahkan pada Kawasan Campago Ipuh adalah sebaagi
berikut:
- Pusat Pelayanan Umum dan Sosial, meliputi pendidikan menengah, rekreasi
skala sub wilayah kota.
- Perdagangan dan Jasa Koridor skala sub wilayah kota.
- Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota.
- Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.
- Ruang Terbuka Hijau rekreasi.

b. Kawasan Garegeh
Kawasan Garegeh merupakan kawasan yang berada di Jalan Sukarno Hatta serta
terletak pada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur laut Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Penetapan
sub pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

pelayanan lingkungan yang berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-


kawasan permukiman yang ada serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland
Kota Bukittinggi pada bagian timur lautnya.

Kawasan ini memiliki letak yang strategis bagi permukiman di sekitarnya sehingga
diarahkan sebagai sub pusat pelayanan Kota Bukittinggi dan dapat menjadi
orientasi bagi pusat-pusat lingkungan yang berada di bawahnya. Fungsi yang
diarahkan pada kawasan ini adalah:
- Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
- RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
- Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
- Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
- Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.

c. Kawasan Ladang Cakiah


Kawasan Ladang Cakiah merupakan kawasanyang beradadi Jalan Tigo Baleh
serta terletak pada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Tidak jauh
berbeda dengan Kawasan Garegeh, Penetapan sub pusat pelayanan kota pada
kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat pelayanan lingkungan yang
berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-kawasan permukiman yang ada
serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota Bukittinggi pada bagian
timurnya. Fungsi yang akan dikembangkan di kawasan ini antara lain adalah
sebagai berikut:
- Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
- RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
- Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
- Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
- Perumahan berkepadatan rendah dan fasilitas pendukungnya.

(3) Rencana Pusat Lingkungan


Pusat pelayanan unit lingkungan dikembangkan sebagai pusat pelayanan yang
menjadi orientasi kegiatan sosial budaya di tingkat lingkungan bagi permukiman yang
berada disekitarnya. Pusat pelayanan lingkungan di Kota Bukittinggi dikembangkan
pada beberapa titik utama sebagai upaya untuk menarik perkembangan Kota
Bukittinggi menuju ke arah selatan dan timur.

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Fungsi yang diarahkan pada pusat pelayanan unit lingkungan adalah fasilitas-
fasilitaslingkungan untuk melayani kawasan perumahan antara lain:
- Pendidikan tingkat dasar;
- Kesehatan: balai pengobatan;
- Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman lingkungan / olahraga lingkungan;
- Fasilitas peribadatan skala lingkungan;
- Fasilitas perdagangan skala lingkungan.

Pusat Pelayanan Lingkungan akan dikembangkan pada beberapa lokasi kawasan


yaitu:
- Kecamatan Aur Birugo Tiga Baleh, dengan 2 pusat pelayanan lingkungan
beradapada Kel. Pakan Labuah dan Kel. Birugo
- Kecamatan Guguak Panjang, dengan 2 pusat pelayanan lingkungan berada
padaKel. Tarok Dipo dan Kel. Pakan Kurai
- Kecamatan Mandiangin Koto Selatan, dengan 4 pusat pelayanan
lingkunganberada pada Kel. Puhun Pintu Kabun, Kel. Campago Guguak Bulek,
Kel. PulauAnak Air, dan Kel. Kuto Selayan

Rencana pusat-pusat pelayanan di Kota Bukittinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 5.1 berikut :

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

5.2 Rencana Daerah Pelayanan

Pegembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Bukittinggi yang diarahkan dari
studi ini ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk serta
mendukung aktifitas pelayanan sesuai arah perkembangan kota. Direncanakan untuk
meningkatlan cakupan pelayanan air bersih dari PDAM saat ini sehingga akan lebih
banyak lagi masyarakat yang akan terlayani air bersih PDAM. Selain itu juga diupayakan
agar sistem pelayanan dapat mensuplai kebutuhan air bersih selama 24 jam sehari serta
dengan kualitas air bersih yang didistribusikan memenuhi syarat.

Di dalam memenuhi kebutuhan air bersih, Kota Bukittinggi telah melakukan berbagai
upaya pelayanan dengan cara sebagai berikut :

1. Melakukan peningkatan dan optimasi serta pengembangan sistem jaringan


perpipaan dengan cara meningkatkan pelayanan dan peningkatan debit air untuk
jaringan perpipaan yang sudah ada dengan menggunakan kapasitas distribusi yang
masih tersisa baik itu untuk jaringan perpipaan yang berupa sambungan langsung
(SL) maupun yang berupa kran umum (KU), menekan tingkat kebocoran pipa sampai
10% pada jaringan perpipaan serta meningkatkan kualitas pelayanan;

2. Peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan sistem jaringan yaitu dengan


peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan, dengan cara cepat tanggap terhadap
kebocoran pada pipa distribusi eksisting sehingga kehilangan air akibat kebocoran
dapat ditanggulangi secepatnya serta melakukan optimasi sistem non perpipaannya.

Berdasarkan RTRW Kota Bukittinggi, kebutuhan air bersih di Kota Bukittinggi dilayani
melalui:
 Sumber air diarahkan pada pemanfaatan air tanah dengan intake di mata air terdekat
yang potensial.
 Untuk kawasan permukiman perkotaan diarahkan penyediaan air bersih melalui
jaringan perpipaan dengan memanfaatkan air baku dari mata air/air tanah.
Diprioritaskan pengembangan ini berpusat pada kawasan perkotaan.
 Untuk kawasan permukiman perdesaan dapat dikembangkan sistem air bersih
perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada seperti mata air, sumur
bor, air tanah dan air sungai (sistem jaringan air perpipaan perdesaan).

Sistem jaringan prasarana air bersih yang dikembangkan di Kota Bukittinggi adalah
sebagai berikut:
 Sistem jaringan primer, yang dikembangkan dalam rangka membangun sistem dan
distribusi air bersih di Kota Bukittinggi;
LAPORAN AKHIR HALAMAN V-8
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

 Sistem jaringan sekunder dikembangkan sebagai media transmisi dari jaringan primer
terhadap jaringan tersier/lokal;
 Sistem jaringan tersier dikembangkan dalam rangka melayani pusat-pusat kegiatan
utama, dengan prioritas pengembangan pelayanan di kawasan perkotaan, komersial
dan fasilitas pemerintahan. Pelayanan penyediaan air bersih di Kota Bukittinggi
dilakukan melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan memanfaatkan air baku
dari mata air /air tanah, prioritas pengembangan jaringan ini di arahkan pada
kecamatan yang mempunyai perkembangan yang cukup pesat ke arah kegiatan
perkotaan.

Dalam menentukan daerah pelayanan Sistem penyediaan Air Minum di Kota Bukittinggi,
perlu juga memperhatikan tingkat kerawanan sumber air. Secara umum pemanfaatan air
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat cenderung menggunakan sumber air
dari sungai, mata air, sumur gali, sumur bor pompa listrik.

5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk di masa datang.


Perhitungan proyeksi jumlah penduduk sangat penting dilakukan untuk memprediksikan
kebutuhan air minum Kota Bukittinggi dalam kurun waktu perencanaan. Dalam
melakukan perhitungan harus memperhatikan perkembangan jumlah penduduk masa
lampau, kecenderungannya, arahan tata guna lahan, dan ketersediaan lahan untuk
menampung perkembangan jumlah penduduk.

5.3.1 Metode Proyeksi

Berikut ini ada beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk memprediksi laju
pertumbuhan penduduk:

1. Metode Aritmatik

Metode aritmatik atau metode rata-rata hilang biasanya digunakan apabila laju
pertumbuhan populasi penduduk relatif konstan setiap tahun. Kondisi ini dapat terjadi
pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah,
dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Secara matematis, metode ini dapat
dituliskan sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR HALAMAN V-9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

dimana: Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;


Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
Tn = tahun ke n;
To = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik;
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I;
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir;
T1 = tahun ke I yang diketahui;
T2 = tahun ke II yang diketahui.

2. Metode Geometrik (Bunga Berganda)


Metode geometrik digunakan bila data jumlah pendudukmenunjukkan peningkatan
yang pesat dari waktu ke waktu. Secaramatematis, metode ini dapat dituliskan
sebagai berikut :

dimana: Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;


Po = jumlah penduduk pada tahun dasar;
r = laju pertumbuhan penduduk;
n = jumlah interval

3. Metode Regresi Linier (Least Square)

Metode regresi linear (least Square) dapat dirumuskan dalam suatu


persamaanmatematika, yaitu sebagai berikut:

dimana: Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi;


X = variabel independen;
a = kotanta;
b = koefisien arah regresi linear

Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain, yaitu:

4. Metode Eksponensial

Metode eksponensial dapat dirumuskan dalam suatu persamaanmatematika, yaitu :

5. Metode Logaritmik

Metode logaritmik dapat dirumuskan dalam suatu persamaanmatematika, yaitu :

Dari kelima metode yang tersedia untuk memproyeksikan jumlah penduduk, harus dipilih
satu metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di Kota Bukittinggi. Untuk
menentukan metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di Kota
Bukittinggi, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi, dankeadaan
perkembangan kota di masa yang akan datang.

Perhitungan faktor korelasi dan standar deviasi dapat dilakukan dengan menganalisa dan
membandingkan data kependudukan yang tersedia dengan data penduduk dari
perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Persamaan faktor korelasi dapat
dirumuskan melalui persamaan matematis berikut :

dimana :
r² = Faktor korelasi

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n


Pr = Rata-rata jumlah penduduk dari data yang diketahui
P= Estimasi jumlah penduduk berdasarkan perhitungan metode regresi yang dilakukan

Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :

 r< 0, Kedua data memiliki korelasi yang kuat tetapi bernilai negatif dan memiliki
hubungan berbanding terbalik satu sama lain.

 r = 0, Kedua data tidak berkorelasi

 r> 0, Kedua data memiliki korelasi kuat dan memiliki hubungan positif yang
berbanding lurus satu sama lain.

Sedangkan persamaan standar deviasi dirumuskan melalui persamaan matematis


berikut:

dimana : STD = Standar deviasi dari data yang diketahui


n = Jumlah data yang diketahui

Metode proyeksi penduduk yang dipilih adalah metode yang memiliki nilai faktor korelasi
paling besar (paling mendekati 1) dan nilai standar deviasi paling kecil.

Pola perkembangan kota Bukittinggi sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga
bisa dijadikan salah satu pertimbangan untuk memilih metode proyeksi penduduk yang
akan digunakan. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan
pertambahan penduduk dimasa mendatang.

5.3.2 Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air minum bagi penduduk yang akan dilayani, maka
perlu dihitung terlebih dahulu proyeksi jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan.
Dalam Perencanaan SPAM Kota Bukittinggi ini direncanakan untuk memenuhi Program
pemerintah yaitu “Milenium Development Gold” di mana target yang harus dicapai pada
sistem penyediaan air minum pada tahun 2015 adalah 80% penduduk harus dapat
terlayani oleh sistim penyediaan air minum. Dalam perhitungan proyeksi jumlah
penduduk, diperlukan data – data jumlah penduduk pada tahun – tahun sebelumnya.

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-1
Data Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2008-2014
Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun Jumlah Penduduk
Jiwa (%)
1 2008 106.045 1.767 1,67
2 2009 107.805 1.760 1,63
3 2010 111.312 3.507 3,15
4 2011 113.569 2.257 1,99
5 2012 114.415 846 0,74
6 2013 118.260 3.845 3,25
7 2014 121.814 3.554 2,92
Jumlah 17.536 15,35
Rata-rata 2,2

Bertolak dari data penduduk Kota Bukittinggi tahun 2014 dapat dihitung kembali jumlah
penduduk pertahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dengan menggunakan
metode artimetik, geometrik dan last square.

Tabel V-2
Perhitungan Statistik Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
PERHITUNGAN STATISTIK JUMLAH PENDUDUK
TAHUN KE PENDUDUK
TAHUN
(X) JIWA (Y) XY X^2
2008 1 106,045 106,045 1
2009 2 107,805 215,610 4
2010 3 111,312 333,936 9
2011 4 113,569 454,276 16
2012 5 114,415 572,075 25
2013 6 118,260 709,560 36
2014 7 121,814 852,698 49
JUMLAH 28 793,220 3,244,200 140
Sumber : Hasil perhitungan

Dengan menggunakan rumus 3 (tiga) metode seperti yang dibahan pada sub bab 5.3.1
maka besarnya nila a dan b adalah sebagai berikut :
a = 103.129
b =2.547
Hasil perhitungan mundur jumlah penduduk Kota Bukittinggi selengkapnya adalah
sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-3
Hasil Perhitungan Mundur Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
JUMLAH
TAHUN HASIL PERHITUNGAN MUNDUR
PENDUDUK
(X) (Y) ARITHMATIK GEOMETRIK LEAST SQUARE
2008 106,045 107,156 103,602 103,129
2009 107,805 109,599 106,436 105,676
2010 111,312 112,042 109,348 108,223
2011 113,569 114,485 112,339 110,770
2012 114,415 116,928 115,413 113,317
2013 118,260 119,371 118,570 115,864
2014 121,814 121,814 121,814 118,411
JUMLAH 793.220

Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang pali mendekati kebenaran maka
terlebih dahulu dilakukan perhitungan standar deviasi dari hasil perhitungan ketiga
metode yang dihitung pada tabel diatas. Hasil perhitungan nilai standar deviasi dari ketiga
metode perhitungan tersebut ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel V-4
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Arithmatik

TABEL STANDAR DEVIASI METODA ARITHMATIK


TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
KE
TAHUN
(X) (Y) (Yi) (Yi - Y MEAN) (Yi - Y MEAN)^2

2008 1 106,045 107,156 -6,161 37,959,681

2009 2 107,805 109,599 -3,718 13,824,586

2010 3 111,312 112,042 -1,275 1,625,989

2011 4 113,569 114,485 1,168 1,363,890

2012 5 114,415 116,928 3,611 13,038,289

2013 6 118,260 119,371 6,054 36,649,186

2014 7 121,814 121,814 8,497 72,196,581

JUMLAH 28 793,220 176,658,204

Y MEAN 113,317

STANDAR DEVIASI 5,024

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-5
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Geometrik

TABEL STANDAR DEVIASI METODA GEOMETRIK

TAHUN KE JUMLAH PENDUDUK


TAHUN
(X) (Y) (Yi) (Yi - Y MEAN) (Yi - Y MEAN)^2

2008 1 -9,715 94,387,684


106,045 103,602
2009 2 -6,881 47,348,632
107,805 106,436
2010 3 -3,969 15,754,520
111,312 109,348
2011 4 -978 955,893
113,569 112,339
2012 5 2,096 4,391,712
114,415 115,413
2013 6 5,253 27,594,634
118,260 118,570
2014 7 8,497 72,196,581
121,814 121,814
JUMLAH 28
793,220 262,629,657
Y MEAN
113,317
STANDAR DEVIASI
6,125

Tabel V-6
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Least Square

TABEL STANDAR DEVIASI METODA LEAST SQUARE

TAHUN KE JUMLAH PENDUDUK


TAHUN (Yi - Y MEAN) (Yi - Y MEAN)^2
(X) (Y) (Yi)

2008 1 -10,189 103,806,988


106,045 103,129
2009 2 -7,641 58,391,431
107,805 105,676
2010 3 -5,094 25,951,747
111,312 108,223
2011 4 -2,547 6,487,937
113,569 110,770
2012 5 0 0
114,415 113,317
2013 6 2,547 6,487,937
118,260 115,864
2014 7 5,094 25,951,747
121,814 118,411
JUMLAH 21
793,220 227,077,786
Y MEAN
113,317
STANDAR DEVIASI
5,696

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Hasil perhitungan standar deviasi memperlihatkan angka yang berbeda dari ke tiga
metode proyeksi, angka standar deviasi terkecil adalah perhitungan dengan
menggunakan metode proyeksi airthmatik.

Hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Bukittinggi dirinci per kercamatan dan
perdesa/kelurahan sampai akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2035 dengan
menggunakan metode arithmatik sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka hasilnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Tabel. V-7
Proyesi Penduduk Kecamatan Aur Birugo Tiga Baleh Tahun 2015-2035

Tahun (Proyeksi)
Nama Desa

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Belakang
1 3,096 3,175 3,254 3,333 3,413 3,492 3,571 3,651 3,730 3,809 3,889 3,968 4,047 4,126 4,206 4,285 4,364 4,444 4,523 4,602 4,682
Balok
2 Sapiran 3,401 3,488 3,576 3,663 3,750 3,837 3,924 4,011 4,098 4,185 4,273 4,360 4,447 4,534 4,621 4,708 4,795 4,882 4,970 5,057 5,144

3 Birugo 6,432 6,596 6,761 6,926 7,091 7,255 7,420 7,585 7,750 7,914 8,079 8,244 8,409 8,573 8,738 8,903 9,068 9,232 9,397 9,562 9,727

4 Aur Kuning 7,201 7,385 7,570 7,754 7,939 8,123 8,308 8,492 8,677 8,861 9,046 9,230 9,414 9,599 9,783 9,968 10,152 10,337 10,521 10,706 10,890

5 Pakan Labuah 2,985 3,061 3,138 3,214 3,291 3,367 3,444 3,520 3,597 3,673 3,750 3,826 3,902 3,979 4,055 4,132 4,208 4,285 4,361 4,438 4,514

6 Kubu Tanjung 1,473 1,511 1,549 1,587 1,624 1,662 1,700 1,738 1,775 1,813 1,851 1,889 1,926 1,964 2,002 2,040 2,077 2,115 2,153 2,191 2,228

7 Ladang Cakiah 1,882 1,931 1,979 2,027 2,075 2,124 2,172 2,220 2,268 2,316 2,365 2,413 2,461 2,509 2,558 2,606 2,654 2,702 2,750 2,799 2,847

8 Parit Antang 1,358 1,392 1,427 1,462 1,497 1,531 1,566 1,601 1,636 1,671 1,705 1,740 1,775 1,810 1,844 1,879 1,914 1,949 1,984 2,018 2,053

Jumlah 27,828 28,541 29,253 29,966 30,679 31,392 32,105 32,818 33,531 34,243 34,956 35,669 36,382 37,095 37,808 38,521 39,233 39,946 40,659 41,372 42,085

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Tabel. V-8
Proyesi Penduduk Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Tahun 2015-2035

Tahun (Proyeksi)
Nama Desa

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Pulau Anak
1 5,289 5,424 5,560 5,695 5,831 5,966 6,102 6,237 6,373 6,508 6,644 6,779 6,915 7,050 7,186 7,321 7,457 7,592 7,728 7,863 7,999
Air
Koto
2 1,391 1,427 1,463 1,498 1,534 1,569 1,605 1,641 1,676 1,712 1,748 1,783 1,819 1,855 1,890 1,926 1,962 1,997 2,033 2,068 2,104
Selayan
3 Garegeh 2,585 2,652 2,718 2,784 2,850 2,917 2,983 3,049 3,115 3,182 3,248 3,314 3,380 3,446 3,513 3,579 3,645 3,711 3,778 3,844 3,910

Manggis
4 5,110 5,241 5,372 5,502 5,633 5,764 5,895 6,026 6,157 6,288 6,419 6,550 6,681 6,811 6,942 7,073 7,204 7,335 7,466 7,597 7,728
Ganting
Campago
5 10,273 10,537 10,800 11,063 11,326 11,589 11,852 12,116 12,379 12,642 12,905 13,168 13,431 13,695 13,958 14,221 14,484 14,747 15,010 15,274 15,537
Ipuh
Puhun
6 6,857 7,033 7,209 7,384 7,560 7,736 7,911 8,087 8,263 8,438 8,614 8,790 8,965 9,141 9,317 9,492 9,668 9,844 10,019 10,195 10,371
Tembok
Puhun Pintu
7 6,772 6,945 7,119 7,292 7,466 7,639 7,813 7,986 8,160 8,333 8,507 8,680 8,854 9,027 9,201 9,374 9,548 9,721 9,895 10,068 10,241
Kabun
Kubu Gulai
8 5,773 5,921 6,069 6,216 6,364 6,512 6,660 6,808 6,956 7,104 7,252 7,399 7,547 7,695 7,843 7,991 8,139 8,287 8,435 8,582 8,730
Bancah
Campago
9 Guguk 7,027 7,207 7,387 7,567 7,747 7,927 8,107 8,287 8,467 8,647 8,827 9,007 9,187 9,367 9,547 9,727 9,907 10,087 10,267 10,447 10,627
Bulek
Jumlah 51,078 52,386 53,695 55,003 56,312 57,620 58,620 60,237 61,545 62,854 64,162 65,471 66,779 68,088 69,396 70,705 72,013 73,321 74,630 75,938 77,247

Sumber Hasil Perhitungan

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel. V-9
Proyesi Penduduk Kecamatan Guguk Panjang Tahun 2015-2035

Tahun (Proyeksi)
Nama Desa
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Bukit Cangang
1
K.Ramang 2,537 2,602 2,667 2,732 2,797 2,862 2,927 2,992 3,057 3,122 3,187 3,252 3,317 3,382 3,447 3,512 3,577 3,642 3,707 3,772 3,837

2 Tarok Dipo
18,392 18,863 19,335 19,806 20,277 20,748 21,219 21,690 22,162 22,633 23,104 23,575 24,046 24,517 24,988 25,460 25,931 26,402 26,873 27,344 27,815

3 Pakan Kurai
6,713 6,885 7,057 7,229 7,401 7,573 7,745 7,917 8,089 8,261 8,433 8,605 8,776 8,948 9,120 9,292 9,464 9,636 9,808 9,980 10,152

4 Aur Tanjungkang
7,884 8,086 8,288 8,490 8,692 8,894 9,096 9,298 9,500 9,702 9,904 10,105 10,307 10,509 10,711 10,913 11,115 11,317 11,519 11,721 11,923
Benteng Pasar
5
Atas 1,340 1,374 1,408 1,443 1,477 1,511 1,546 1,580 1,614 1,648 1,683 1,717 1,751 1,786 1,820 1,854 1,889 1,923 1,957 1,992 2,026

6 Kayu Kubu
3,801 3,898 3,995 4,093 4,190 4,288 4,385 4,482 4,580 4,677 4,774 4,872 4,969 5,066 5,164 5,261 5,359 5,456 5,553 5,651 5,748

7 Bukit Apit Puhun


5,137 5,269 5,400 5,532 5,664 5,795 5,927 6,058 6,190 6,322 6,453 6,585 6,716 6,848 6,980 7,111 7,243 7,374 7,506 7,638 7,769

Jumlah 45,804 46,977 48,150 49,324 50,497 51,670 52,844 54,017 55,190 56,364 57,537 58,710 59,884 61,057 62,230 63,404 64,577 65,750 66,924 68,097 69,270

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi tersebut maka pada akhir tahun perencanaan yaitu
tahun 2035 jumlah penduduk Kota Bukittinggi diperkirakan mencapai 188.602

5.4 Proyeksi Kebutuhan Air Minum

Untuk memproyeksikan kebutuhan air minum Kota Bukittinggi, diperlukan hasil proyeksi
penduduk. Berikut ini akan dibahas proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan jenis
pemakaian air minum yaitu : pemakain untuk kebutuhan domestik/rumah tangga. Pemakain
untuk kebutuhan non domestik dan tingkat kehilangan/kebocoran air.

a) Standar Kebutuhan Air Minum


Terdapat beberapa standar kebutuhan air minum yang dikeluarkan oleh lembaga nasional
maupun lembaga internasional. Salah satu standar kebutuhan air minum dikeluarkan oleh
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel V-10.

Tabel V-10
Standar kebutuhan Air Minum
Kategori Kota berdasarkan Jumlah
Penduduk
No Uraian Satuan
Kota Sedang Kota Kecil Pedesaan
100000-500000 20000-100000 3000-20000
1 Konsumsi Unit Samb. Rumah liter/org/h 100-150 100-130 90-100
2 Konsumsi Unit Hidran Umum liter/org/h 30 30 30
Konsumsi Unit Non Domestik
3 % 25-30 20-25 10-20
terhadap Konsumsi Domestik
4 Kehilangan Air % 15 – 20 15 – 20 15 – 20
5 Faktor hari maksimum 1,1 - 1,25 1,1 - 1,25 1,1 – 1,25
6 Faktor jam puncak 1,5 - 2,0 1,5 - 2,0 1,5 – 2,0
7 Jumlah jiwa per SR Jiwa 6 6 6
8 Jumlah jiwa per HU Jiwa 100 – 200 100 – 200 100 – 200
9 Jam operasi Jam 24 24 24
10 SR/KU % 80 – 20 70 – 30 70 – 30
Sumber : Kimpraswil, 2003

b) Kebutuhan Air Domestik


Pemakian air untuk kebutuhan air domestik merupakan pemakaian untuk aktivitas rumah
tangga. Pemenuhan kebutuhan air domestik dilakukan dengan dua cara, yaitu sambungan
rumah dan hidran umum.

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Proyeksi kebutuhan air domestik ini dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, skenario
dari penduduk terlayani dan komsumsi air harian. Berdasarkan konsep penyusunan standar
pelayanan bidang air minum. Departemen permukiman dan prasarana wilayah tahun 2003
maka ditentukan bahwa konsumsi air harian untuk setiap rumah tangga sebesar 120
liter/orang/hari.

Berdasarkan Tingkat konsumsi air di Kota Bukittinggi cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari air
PDAM yang terjual sebesar 3.052.844 m3 dari hasil air produksi 5.097.688 m3 (berdasarkan
laporan kinerja PDAM non audit tahun 2014) dengan jumlah sambungan 9.154 sambungan
rumah dan jumlah jiwa yang terlayani 52.525 jiwa (data laporan kinerja PDAM tahun 2015).
Maka tingkat konsumsi air = 3.052.844 m3/9154 SR/12 bulan = 27 ,79 m3/SR/bln = 185
liter/org/hari.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka ditentukan konsumsi air harian untuk Kota
Bukittinggi sebesar 185 lt/org/hari .

c) Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik merupakan air yang digunakan oleh fasilitas umum dan sosial
yaitu : Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Peribadatan, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Perdagangan
dan Jasa, Fasilitas Umum dan Rekreasi, Fasilitas Olahraga, Kegiatan Industri. Kabutuhan air
non domestik berdasarkan standar adalah 30 % dari total kebutuhan air domestik.

d) Tingkat Kehilangan Air


Tingkat kebocoran atau kehilangan air disebabkan oleh aspek teknis dan non teknis.
Berdasarkandata-data dari PDAM Kota Bukittinggi, tingkat kebocoran pada tahun 2014
mencapai 34,15 %. Sedangkan menurut standar Kimpraswil tahun 2003, kehilangan air untuk
kota berskala sedang adalah 15-20%. Hal ini berarti tingkat kehilangan air yang dialami PDAM
Kota Bukittinggi berada di atas batas yang diperuntukan untuk kota sedang. Penyebab
terjadinya kehilangan air adalah adanaya kebocoran/kerusakan pada sistem jaringan
perpipaan (pipa transmisi sudah tua umurnya menyebabkan korosi bagian dalam dan luarnya).

5.5 Perhitungan Kebutuhan Air Minum


Perhitungan kebutuhan air dilakukan secara bertahap.Untuk jangka pendek direncanakan
selama 5 tahun pertama. Kebutuhan jangka pendek ini digunakan untuk pengoptimalan,
revitalisasi, perbaikan terhadap kapasitas sumber dan sistem eksisting serta penambahan unit
pengolahan pada daerah rawan air. Untuk jangka panjang selain melanjutkan kebutuhan
jangka pendek juga dilakukan penambahan sistem baru.

Perhitungan proyeksi kebutuhan air minum untuk Kota Bukittinggi tahun 2015 – 2035
selengkapnya dapat dilihat pada tabel V-11

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-11

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-12

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Tiap-Tiap Per Kecamatan

Guguk Panjang

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 23


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Sambungan Tabel V-13

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Tiap-Tiap Per Kecamatan


Mandiangin Koto Selayan

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 24


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel V-14

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Tiap-Tiap Per Kecamatan


Aur Birugo Tigo Baleh

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 25


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Tabel V-15
Rekapitulasi Kebutuhan Air Kota Bukittinggi
2015
Uraian Sat 2016 2017 2018 2019 2020 2035
Existing
Jumlah Penduduk Administrasi Jiwa 124,709 127,904 131,099 134,293 137,488 140,682 188,602
Penduduk terlayani Jiwa 53,076 63,952 78,659 94,005 109,990 140,682 188,602
Tingkat Pelayanan % 43 50 60 70 80 100 100
Kebutuhan Air Domestik lt/det 98 118 145 174 203 260 525
Kebutuhan Air Non Domestik lt/det 29 35 44 52 61 78 157
Tingkat Kehilangan Air % 34.15 34 33 33 32 32 24
Kebutuhan Rata-rata lt/det 153 184 226 271 317 405 819
Kebutuhan Air Maksimum lt/det 176 212 260 311 364 466 942
Kapasitas Produksi lt/det 171.33 215 260 315 365 470 945
Surflus/ Defisit (thdp keb.Air mak lt/det -4 3 0 4 1 4 3
Kapasitas Reservoar m³ 3.191 3.191 3.191 3.191 3.191 3.191 3.191
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015

Dari hasil perhitungan kebutuhan air Kota Bukittinggi sebagaimana di tampilkan pada tabel
V-11 di atas, maka dapat disimpulkan pada akhir tahun perencanaan 2035 diproyeksikan
kebutuhan air sebesar 942 lt/det.

Gambar : V-2
Grafik Perbandingan Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Air Maksimum
Kota Bukittinggi

1000
900
800
700
600
lt/det

500
400
300
200
100
0
Existing
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2035
Kapasitas Produksi 171.33 215 260 315 365 470 945
Kebutuhan Air Maksimum 176 212 260 311 364 466 942

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 26


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Existing
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2035
Kapasitas Air Baku (lpd) 171.33 215 260 315 365 470 945
Kapasitas Produksi (lpd) 1

LAPORAN AKHIR HALAMAN V - 27


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab VI
POTENSI AIR BAKU

6.1 Potensi Air Permukaan

Potensi air permukaan diperoleh dari Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan areal
tangkapan air hujan dan pengaliran air permukaan berlangsung. Karakteristik DAS sangat
berpengaruh terhadap aliran permukaan. Laju dan Volume air permukaan akan makin
bertambah dengan bertambahnya luas DAS. Apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
sebagai jumlah total dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume persatuan luas
besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas DAS. Semua ini berkaitan dengan
waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik kontrol atau
sering disebut dengan waktu konsentrasi, dan juga penyebaran dan intensitas hujannya.

Selain luas DAS, bentuk DAS juga berpengaruh terhadap aliran permukaan. Bentuk DAS
memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran yang lebih kecil dibandingkan
dengan DAS berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi
untuk DAS memanjang lebih lama dari pada DAS melebar. Dengan kata lain akibat hujan
di hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol, ketika aliran di hilir sudah habis
atau mengecil. Sehingga laju aliran secara keseluruhan mengecil. Untuk Kota Bukittinggi
yang termasuk bentuk DAS memanjang, adalah Sub DAS Batang Agam dan Sub DAS
Batang Sianok, yang termasuk ke dalam dua Wilayah Aliran Sungai (WAS), yaitu WAS
Masanghulu yang berada di bagian Barat dan mengalir ke arah Samudera Indonesia, dan
WAS Batang Agam yang mengalir ke arah bagian Timur.

Dalam suatu DAS terdapat jaringan sungai yang memiliki potensi sebagai sumber air
baku. Sungai di Wilayah Kota Bukittnggi dan sekitarnya yang memiliki potensi sebagai
sumber air permukaan adalah:

1. Batang Agam dengan panjang aliran 7.900 m . Debit maksimum pada musim hujan
adalah 41,351 m3/s dan debit minimum pada musim kemarau adalah 3,867 m3/s.

2. Batang Sianok dengan panjang aliran 4.771 m. Debit maksimum pada musim hujan
adalah 2,033 m3/s dan debit minimum pada musim kemarau adalah 0,584 m3/s.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

6.2 Potensi Air Tanah

Karakteristik air tanah wilayah Bukittinggi mengacu kepada peta Hidrogeologi Lembar
Padang Propinsi Sumatera Barat yang dipublikasikan oleh Direktorat Tata Lingkungan
dan Geologi, termasuk wilayah air tanah perbukitan ini dibangun oleh endapan-endapan
gunung api antara lain berupa endapan lahar, tufa andesit, tufa kristal, lava, agglomerat ,
breksi vulkanik dan endapan-endapan koluvium hasil rombakan batuan andesit dan
sedikit batuan malihan berupa fillt, batu lanau meta, batupasir meta dan batu gamping
meta dan sangat baik sebagai batuan penyusun aquifer produktif tinggi.

Berdasarkan Gambar 6.1 Kondisi Hirdogeologi Kota Bukitinggi terlihat, aquifer produktif
tinggi tersebar pada bahagian tengah ota (warna biru), untuk aquifer produktif sedang
(warna kuning) tersebar pada bagian Barat dan Timur kota.

Potensi air tanah pada aquifer produktif tinggi. Tingkat serahan air tanah dapat mencapai
5 – 10 L/detik. Kedalaman air tanah dangkal lebih kurang 3 meter, sedangkan air tanah
dalam/ artesis mencapai kedalaman 100 meter. Daerah yang mempunyai aquifer
produktif tinggi terdapat pada Kelurahan: Gulai Bancah, Campago Guguak Bulek,
Campago Ipuh, Manggis Ganting, Garegeh, Pulai Anak Air, Pulai Anak Air, Pakan Kurai,
Tarok Dipo, Sapiran, Birugo dan Aur Kuning.

Pemunculan air tanah (mata air) yang berasal dari satuan tufa batu apung banyak
terdapat di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, yaitu di daerah dataran Selatan
dan Tenggara Kota Bukittinggi, diantaranya mata air Sungai Tanang (150 L/s) dan mata
air Bulan Gadang (150 L/s).

Lapisan-lapisan pembawa air aquifer produktif sedang di wilayah ini mempunyai


keterusan (permeability) yang pada umumnya rendah dengan sumur kecil dari 2 L/s.
Muka air tanah umumnya dalam hingga sangat dalam terutama di musim kemarau. Mata
air yang keluar di wilayah ini berdebit kurang dari 2 L/s dan kualitas airnya umumnya baik.
Daerah yang mempunyai aquifer produktif sedang tersebar pada Kelurahan: Puhun Pintu
Kabun , Bukit Apit Puhun, Parit Antang, Ladang Cakiah, Pakan Labuah, dan Kubu
Tanjuang.

Daerah perbukitan ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi sistem hidrogeologi,
dimana daerah perbukitan ini berperan sebagai daerah tangkapan air (catchment area)
dan daerah imbuh (recharge area) terhadap cekungan air tanah di bagian Utara dan
Timurlaut kota Bukittinggi. Kelestarian hutan di daerah perbukitan ini perlu dipelihara
secara berkesinambungan dimana hutan yang lebat sangat berpotensi untuk menahan air
di dalam tanah.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 6.1 Peta Kondisi Hirdogeologi Kota Bukitinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

6.3 Neraca Air


Cekungan Air Tanah (CAT) adalah daerah aliran air tanah yang didefinisikan sebagai
suatu wilayah yang dibatasi oleh penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan
batuan pada lapisana kerak bumi atau tempat semua kejadian hidrogeologis seperti
proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Sehubungan
dengan pengelolaan potensi air tanah maka perlu di jelaskan mengenai CAT Bukittinggi.
Sesuai dengan PP No. 26 tahun 2011 mengenai penetapan cekungan air tanah maka
kota Bukittinggi termasuk cekungan air tanah (CAT) Bukittinggi yang meliputi Kota
Bukittinggi, sebahagian Kabupaten Agam dan sebahagian Kabupaten Tanah Datar.
Katagori CAT Bukittinggi termasuk katagori CAT lintas daerah kabupaten dan kota
dengan Luas CAT 296 km2. CAT Bukittinggi terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer)
dan akuifer tertekan (confined aquifer). Akuifer bebas merupakan akuifer jenuh air
(saturated). Lapisan pembatasnya, yang merupakan aquitard, hanya pada bagian
bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas
berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air
tanah. Sedangkan akuifer tertekan merupakan akuifer jenuh air yang dibatasi oleh lapisan
atas dan lapisan bawah yang kedap air (aquiclude) dan tekanan airnya lebih besar dari
tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir, akuifer tertekan
adalah akuifer yang batas lapisan atas dan lapisan bawah adalah formasi tidak tembus
air, muka air akan muncul di atas formasi tertekan bawah. Akuifer ini bisa ada atau tidak
pada bawah permukaan tanah. Seperti yang ditampilkan pada Gambar 6.2.

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Gambar 6.2 Sketsa Akuifer Tertekan Dan Bebas

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 6.3 Peta CAT Kota Bukitinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel VI-1
Debit Harian Maksimum

Debit Maksimum Debit Minimum


No Tahun
3
(m /s) (m3/s)

1 2004 21,95 2,82


2 2005 23,23 2,50
3 2006 39,27 2,50
4 2007 28,66 2,82
5 2008 52,29 2,61
6 2009 22,15 2,61
7 2010 39,20 4,66
8 2011 49,00 3,04
9 2012 78,00 4,08
10 2013 49,90 3,89
11 2014 51,21 11,00
Sumber : Hasil Analisis
Tabel VI-2
Debit Harian Rata-rata Maksimum

No Tahun Debit (m3/s)


1 2004 12,03
2 2005 8,60
3 2006 18,67
4 2007 9,26
5 2008 12,72
6 2009 12,37
7 2010 28,00
8 2011 26,80
9 2012 33,80
10 2013 16,60
11 2014 26,33
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan metode Basic Year diperoleh debit andalan untuk Batang Agam sebagai
berikut:
Tabel VI-3
Debit Andalan Batang Agam

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Debit
9,1 7,09 5,88 12,03 4,53 6,95 6,85 7,97 7,49 7,41 3,2 9,28
(m3/s)

Sumber : Hasil Analisis

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

6.4 Alternatif Sumber Air Baku

Selain menggunakan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air baku PDAM Kota
Bukittinggi, perlu dipertimbangkan juga keberadaan sumber air baku lainnya yang ada di
sekitar/luar Kota Bukittinggi. Berdasarkan hasil survey dan analisa pada kajian
sebelumnya, diperoleh alternatif sumber air baku, yaitu :

1) Sumber Air Sugai Balingka

2) Sumber Air Sungai Sutijo

3) Sumber Mata Air Pancuran Gadang

4) Sumber Mata Air Sarik

5) Sumber Mata Air Bulakan Gadang

6) Sumber Mata Air Galuang

6.4.1 Sumber Air Balingka

Sumber air Sungai Balingka secara geografis terletak pada koordinat 0°20'24.07"LS,
100°18'40.80"BT serta terletak pada elevasi +1.135 m, secara administratif termasuk
Nagari Balingka, Kecamatan Koto IV, Kabupaten Agam. Secara hidrologi termasuk Sub
Das Masang bagian hulu (WS Masang Pasaman), Luas Daerah Tangkapan Air di lokasi
rencana intake 24,9 km2. Kemiringan lereng 5 - 70 %. Penggunaan lahan sebagian besar
merupakan hutan lindung. Curah hujan pada daerah tangkapan air > 4500 mm/tahun
tanpa bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A).

Berdasarkan hasil survai pada bulan Juli 2014 (Musim kemarau) , debit Sungai Balingka
tersebut sekitar 600 l/dtk. Menurut keterangan penduduk setempat, debit yang terukur
pada bulan tersebut merupakan debit rata rata serta sungai tersebut selalu mengalir
sepanjang musim, meskipun pada kemarau panjang debit sungai menurun hingga sekitar
300 l/detik. Kualitas air berwarna jenih, tak berasa dan berbau. Namun saat musim
penghujan air agak keruh akibat adanya erosi dibagian hulu sungai.

6.4.2 Sumber Air Sungai Sutijo

Sumber air Sungai Sutijo secara geografis terletak pada koordinat 0°18'39.50” LS;
100°20'31.82" BT, elevasi + 836 m. Secara administrasi termasuk Kecamatan Matur –
Kabupaten Agam. Sedangkan secara hidrologi termasuk Sub Das Masang bagian hulu
(WS Masang Pasaman). Luas Daerah Tangkapan Air di lokasi rencana intake 24,9 km2.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Kemiringan lereng 5 - 70 %. Penggunaan lahan Penggunaan lahan pemukiman , kebun ,


pesawahan dan semak belukar. Curah hujan pada daerah tangkapan air Curah hujan
2500-3500 mm/tahun , dengan 2 bulan. Berdasarkan hasil survai pada bulan Juli 2014
(Musim kemarau) , debit Sungai Sutijo tersebut sekitar 900 l/dtk. Kualitas air berwarna
jenih, tak berasa dan berbau. Namun saat musim penghujan air agak keruh akibat
adanya erosi dibagian hulu sungai serta pencemaran limaah rumah tangga dan pertaniah
pada daerah tangkapan air .

6.4.3 Sumber Mata Air Pancuran Gadang

Sumber mata air Pancuran Gadang secara geografis terletak pada koordinat
0°23'59.58"LS, BT serta terletak pada elevasi +1.138 m, secara administratif termasuk
Kabupaten Tanah Datar. Secara hidrologi terletak pada perbatas WS Akuman dan WS
Masang Pasaman. Berdasarkan hasil survai pada bulan Juli 2014 (Musim kemarau) ,
debit mata air tersebut sebesar 60 l/detik.

6.4.4 Sumber Mata Air Sarik

Sumber mata air Sarik secara geografis terletak pada koordinat 0°65'63.02" LS -
99°59'85.30" BT, berada di Nagari Sarik secara administratif masuk Kabupaten Agam.
Debit mata air Sarik sebesar 80 l/detik.

6.4.5 Sumber Mata Air Bulakan Gadang

Sumber mata air Bulakan Gadang secara geografis terletak pada koordinat
0°65'54.69"LS, 99°61'07.70" BT, berada di Nagari Galuang secara administratif termasuk
Kabupaten Agam. Debit mata air Bulakan Gadang sebesar 20 l/detik.

6.4.6 Sumber Mata Air Tambuo

Sumber mata air Tambuo secara geografis terletak pada koordinat 0°65'60.26"LS,
99°60'88.80" BT, berada di Nagari Galuan secara administratif termasuk Kabupaten
Agam. Debit mata air tersebut sebesar 20 l/detik.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 6.4 Peta Lokasi Sumber Air Baku Alternatif

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

6.5 Perizinan
6.5.1 Perizinan Pengambilan Air Tanah

Izin Pengambilan Air Tanah adalah izin untuk mengambil air tanah untuk keperluan
industri, pertambangan, usaha di bidang perkebunan, perikanan, peternakan, air minum,
penelitian ilmiah dan usaha jasa lainnya. Hingga saat Pemerintah Kota Bukittinggi belum
mempunyai Perda Perijinan Pengambilan Air Permukaan Dan Air Tanah Di Wilayah Kota
Bukittinggi. Yang ada saat ini adalah Perda N0. 2 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.
Oleh karena itu dimasa mendatang perlu disusun perda tentang perijian pengambilan air
tanah dan air permukaan. Undang undang dan peraturan yang dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan perda perijinan sumber daya air, secara ringkas adalah sebagai
berikut:

- Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam
segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air.

- Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.

A. PP No. 42/2008 tentang Pengelolaan SDA

 Pasal 95 (Perizinan)

Perizinan dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan

untuk kegiatan :

a. pelaksanaan konstruksi pada sumber air;

Yang dimaksud dengan “konstruksi pada sumber air” adalah konstruksi yang
berada pada sumber air termasuk pada sempadan sumber air, misalnya,
konstruksi jembatan, jaringan perpipaan, dan jaringan kabel listrik/telepon.

b. penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu;

c. modifikasi cuaca

 Pasal 96 (Pemberi Izin)

1) Izin pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 huruf a

yang dilakukan pada sumber air permukaan diberikan oleh

a. bupati/walikota untuk wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

b. gubernur untuk wilayah sungai lintas kabupaten/kota; atau

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

c. menteri untuk wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara,
atau wilayah sungai strategis nasional.

2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


mempertimbangkan rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air pada
wilayah sungai bersangkutan.

 Pasal 101 (Penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu)

1. Penggunaan sumber daya air untuk tujuan tertentu sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 95 huruf b meliputi penggunaan sumber daya air untuk pemenuhan

a) kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat yang dilakukan dengan


cara mengubah kondisi alami sumber air; Yang dimaksud dengan
“mengubah kondisi alami sumber air”, misalnya, dengan mempertinggi,
memperendah permukaan air, dan/atau membelokkan aliran air pada
sumber air.

b) kebutuhan pokok sehari-hari yang dilaksanakan oleh kelompok orang dan


badan sosial;

c) keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada;
dan/atau

d) kegiatan usaha yang menggunakan sumber daya air.

2. Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
sumber daya air permukaan wajib mendapat izin dari

 bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai


dalam satu kabupaten/kota;

 gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; atau

 menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional.

B. Tata Cara Perizinan

Perizinan air tanah ditetapkan untuk 2 kegiatan, yaitu pemakaian air tanah dan
pengusahaan air tanah. Sekilas mengenai izin dapat di lihat pada gambar 6.3 berikut.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 6.5 Diagram Alir Perizinan Air Tanah (PP No 43/2008).

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah diberikan untuk setiap
titik sumur produksi. Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan
air tanah, pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati/walikota
dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur.

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat diterbitkan
oleh bupati/walikota dengan ketentuan (PP No.43/2008, Pasal 68, Ayat (1):
1. Pada setiap CAT lintas provinsi dan lintas negara setelah memperoleh rekomendasi
teknis dari Menteri.
2. Pada setiap CAT lintas kabupaten/kota setelah memperoleh rekomendasi teknis dari
gubernur.
3. Pada setiap CAT dalam wilayah kabupaten/kota berdasarkan zona konservasi air
tanah dan/atau zona pemanfaatan air tanah.

Rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah berisi:
1. lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah,
2. jenis dan kedalaman akuifer yang disadap,
3. debit pengambilan air tanah,

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4. kualitas air tanah,


5. peruntukan penggunaan air tanah.

Informasi yang harus dilampirkan pada saat mengajukan permohonan izin:


1. peruntukan dan kebutuhan air tanah yang akan diambil,
2. rencana pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah,
3. upaya pengelolaan lingkungan (UKL) atau upaya pemantauan lingkungan (UPL) atau
analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.

Izin pemakaian air tanah harus memuat paling sedikit:


1. nama dan alamat pemohon,
2. titik lokasi rencana pengeboran atau penggalian,
3. debit pemakaian atau pengusahaan air tanah,
4. ketentuan hak dan kewajiban.

Pemegang izin wajib memberitahukan kepada bupati/walikota tentang


rencana pelaksanaan konstruksi sumur produksi dan uji pemompaan dan pelaksanaan-
nya harus disaksikan oleh petugas yang berwenang. Untuk memperoleh izin pemakaian
air tanah atau izin pengusahaan air tanah, pemohon dikenakan biaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan. Untuk kegiatan pengambilan air
tanah dalam jumlah besar, yaitu lebih dari 2 liter per detik, wajib melakukan eksplorasi air
tanah terlebih dahulu. Hasil eksplorasi air tanah digunakan sebagai dasar perencanaan:
1. Kedalaman pengeboran atau penggalian;
2. Penempatan saringan pada pekerjaan konstruksi;
3. Debit dan kualitas air tanah yang akan dimanfaatkan.

Kegiatan pengeboran eksploitasi air tanah tidak memerlukan izin bila :


1. Dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi di bidang air
tanah.
2. Dilaksanakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam jumlah
pengambilan tertentu yang tidak didistribusikan

Pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat
melakukan pengeboran atau penggalian di lokasi yang telah ditetapkan, dan hanya dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah, perorangan atau badan usaha yang memenuhi
kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah.
Kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah dapat
diperoleh melalui:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

1. sertifikasi instalasi bor air tanah; dan


2. sertifikasi keterampilan juru pengeboran air tanah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan dan rekomendasi teknis serta kualifikasi
dan klasifikasi pengeboran atau penggalian air tanah diatur dalam peraturan Menteri.

C. Jangka Waktu Izin

Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya berlaku selama 3
tahun, namun izin tersebut dapat diperpanjang. Perpanjangan izin hanya dapat diberikan
oleh bupati/walikota, setelah memperoleh rekomendasi teknis, dan selama air tanah
masih tersedia dan dapat diambil tanpa menyebabkan kerusakan kondisi dan
lingkungan air tanah.
Masa berlakunya izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah selama 3 tahun, setelah habis masa berlakunya dapat dilakukan perpanjangan.
Namun sebelum masa berlakunya habis, izin tersebut juga bisa dicabut apabila tidak
mematuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam izin dan tidak memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan serta tidak mampu memperbaiki kinerjanya sesuai
batas waktu yang diberikan setelah ada peringatan tertulis dari pemberi izin. Berakhirnya
izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah tidak membebaskan kewajiban
pemegang izin untuk memenuhi kewajiban yang belum terpenuhi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah juga dapat dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan untuk
mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada CAT. Ketentuan mengenai evaluasi
izin diatur oleh bupati/walikota. Setelah kegiatan pengeboran atau penggalian air
tanah selesai dilakukan, bupati/walikota wajib melakukan evaluasi terhadap debit dan
kualitas air tanah yang dihasilkan guna menetapkan kembali sumur produksi mana yang
akan dipakai atau diusahakan lagi, sebagaimana yang tercantum dalam izin.

D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada
CAT. Evaluasi debit dan kualitas air tanah dilakukan berdasarkan laporan pelaksanaan
pengeboran atau penggalian air tanah.
Laporan pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah paling sedikit
memuat (PP No.43/2008, Pasal 75 Ayat (3)):
1. Gambar penampang litologi dan penampangan sumur;

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Penampangan sumur menunjukkan jenis, sifat fisik setiap lapisan batuan, dan
kedalaman batuan yang mengandung air tanah sehingga dapat ditentukan jenis dan
posisi saringan.
2. Hasil analisis fisika dan kimia air tanah;
Hasil analisis fisika dan kimia akan menunjukkan kualitas atau mutu air tanah.

3. Hasil analisis uji pemompaan terhadap akuifer yang disadap;


Hasil analisis uji pemompaan akan menunjukkan debit air tanah yang dapat diambil
secara optimal dari sumur tersebut.
4. Gambar konstruksi sumur berikut bangunan di atasnya;
Gambar konstruksi sumur akan menunjukkan posisi saringan dan kerikil pembalut.

E. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin


Hak setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah adalah untuk memperoleh hak guna pakai atau hak guna usaha air dari
pemanfaatan air tanah .
Sedangkan kewajiban setiap pemegang izin pemakaian air tanah atau
pengusahaan air tanah (PP No.43/2008, Pasal 77):
1. Menyampaikan laporan hasil kegiatan pengeboran atau penggalian air tanah serta
debit pemakaian atau pengusahaan air tanah setiap bulan kepada Pemerintah.
2. Memasang meteran air pada setiap sumur produksi dalam pemakaian atau
pengusahaan air tanah.
3. Membangun sumur resapan di lokasi yang ditentukan oleh bupati/walikota.
4. Berperan serta dalam menyediakan sumur pantau air tanah, seperti memberikan
tempat untuk pembuatan sumur pantau di lokasi lahannya.
5. Melakukan upaya konservasi air tanah.
6. Melaporkan kepada bupati/walikota apabila dalam pelaksanaan pengeboran,
penggalian air tanah, serta pemakaian dan pengusahaan air tanah ditemukan hal-hal
yang dapat membahayakan lingkungan.
7. Wajib memberikan air sekurang-kurangnya 10% dari batasan debit pemakaian atau
pengusahaan air tanah yang ditetapkan dalam izin, untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari masyarakat di sekitar lokasi pengusahaan air tanah.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VI - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab VII
RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

7.1 Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

Pola pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di Kota Bukittinggi dirumuskan


berdasarkan pertimbangan:

- Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi
Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.
- Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan untuk
berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.
- Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
- Penggunaan lahan eksisting serta kecenderungan perkembangannya.
- Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan.
- Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya.

Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang Kota Bukittinggi
meliputi alokasi pemanfaatan ruang:

a. Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian


lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya binaan, nilai
sejarah, dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.

b. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan,
dan sumberdaya manusia.

7.1.1 Kawasan Lindung

Berdasarkan Penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah


disebutkan bahwa pada dasarnya kelompok utama dari kawasan lindung adalah sebagai
berikut:
a. kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain, kawasan
hutan lindung,kawasan bergambut, dan kawasan resapan air;

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

b. kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai,


kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain,kawasan suaka alam, kawasan
suaka alam laut danperairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau,taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam,cagar alam, suaka margasatwa,
serta kawasan cagarbudaya dan ilmu pengetahuan;
d. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasanrawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempabumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawangelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
e. kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagarbiosfer, kawasan perlindungan
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang.

Terkait dengan penggolongan tersebut, maka di Kota Bukittinggi terdapat beberapa


kawasan yang termasuk dalam kawasan dengan fungsi lindung, antara lain :
1. kawasan perlindungan setempat;
2. ruang terbuka hijau, dan

3. kawasan cagar budaya;

A. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan ini ditujukan memiliki fungsi sebagai kawasan pemeliharaan kelestarian


kawasan lindung itu sendiri. Pada kawasan perencanaan, kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan perlindungan setempat adalah Kawasan Ngarai Sianok yang
membentang pada batas barat kawasan perencanaan.

Kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberikan perlindungan setempat di


Kota Bukittinggi adalah Kawasan Ngarai Sianok yang terletak di batas barat, utara dan
timur laut Kota Bukitinggi, adapun luas Kawasan Ngarai Sianok yang ditetapkan untuk
berfungsi lindung di Kota Bukittinggi adalah ± 263,19 hektar.

Penetapan kawasan ini sebagai kawasan lindung didasarkan pada kondisi fisik dasarnya
yang unik dan rentan/rawan bencana alam longsor dan gempa, serta kekhasan alamnya
yang memiliki nilai yang sangat tinggi baik keindahannya maupun keunikannya. Selain
hal tersebut, kawasan ini juga menjadi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya
karena karakteristik kawasan ini memiliki kelerengan melebihi 40% serta dengan daya
resapnya yang tinggi dengan vegetasi alami yang dimilikinya. Kondisi inilah yang akan
dijaga kelestariannya dengan penetapan kawasan lindung ini.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Peruntukan penggunaan lahan pada kawasan ini adalah dengan mempertahankan fungsi
hijau kawasan berupa kawasan hutan dan fungsi hijau lainnya yang mendukung fungsi
lindung. Adapun dalam hal adanya kawasan budidaya didalamnya didorong untuk dapat
menunjang fungsi lindung seperti perkebunan diarahkan untuk tanaman keras yang
berfungsi lindung. Untuk persawahan diupayakan untuk tidak menambah luasan yang
ada saat ini. Sedangkan untuk kawasan pemukiman diupayakan dipindahkan dengan
pendekatan insentif disinsentif.

B. Ruang Terbuka Hijau Kota

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan
oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi :


- bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan
- bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan
olah raga, pemakaman,

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasikan menjadi :


- bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan
- bentuk RTH jalur (koridor, linear),

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasikan menjadi :


- RTH kawasan perdagangan,
- RTH kawasan perindustrian,

- RTH kawasan permukiman,


- RTH kawasan pertanian, dan
- RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.

Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Proporsi ruang
terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas Kota
Bukittinggi, yang meliputi: 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10
(sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Berdasarkan kondisi penggunaan lahan Kota Bukittinggi eksisting tahun 2010, yang dapat
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau hanya sebesar 7% dari luas kota Bukittinggi. Untuk
mampu mewujudkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas Kota Bukittinggi, maka
arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan antara lain adalah:

A. RTH Taman

RTH Taman adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau
bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan
minimal RTH 80% - 90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.
- Pemanfaatan RTH pada lingkungan permukiman yang berdasarkan jenis dan
fungsinya adalah RTH Taman RT, RTH Taman RW, RTH Taman Kelurahan, RTH
Taman per kecamatan di Ktoa Bukittinggi.
- Selain RTH taman yang dapat dimiliki oleh public atau private, juga dikembangkan
Taman Kota.

Taman kota yang dikembangkan sebagai RTH berada di utara Kota Bukittinggi.
Penetapan ini dilakukan karena pada kawasan tersebut memiliki kondisi kerentanan
sedang terhadap pergerakan tanah yang berada di Kelurahan Pohon Pintu Kabun dan
Kelurahan Bukik Apik Puhun. Selain taman kota ini dapat dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi dan olah raga, dan kompleks olahraga.

Pengembangan kawasan ini dilakukan di satu sisi untuk melindungi keberlangsungan


kawasan tersebut dari pemanfaatan kegiatan budidaya yang bersifat masif serta untuk
melindungi masyarakat Kota Bukittinggi dari kerawanan bencana yang dimungkinkan
timbul. Terkait dengan penetapan kawasan ini, maka pemanfaatan sebagai kegiatan
pariwisata dapat berbentuk:
- ruang terbuka yang berfungsi memberikan fasiiltas rekreasi pasif bagi masyarakat
yang tidak mengganggu fungsi kawasan itu sendiri sebagai ruang terbuka hijau,
serta berorientasi pada pengembangan kawasan sebagai bagian dari kawasan
pariwisata alam.
- ruang terbuka hijau berupa kawasan pertanian yang berfungsi selain sebagai
lahan produktif juga sebagai media rekreasi alam bagi masyrakat, yang
dikembangkan secara terintegrasi bersama fasiltias pariwisata alam lainnya.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

B. RTH Jalur Hijau Jalan dan Jalur Pejalan Kaki

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya.

a. RTH jalur hijau jalan Kota Bukittinggi diarahkan pada ruas jaringan jalan arteri
primer, arteri sekunder, dan kolektor sekunder.

b. RTH jalur pejalan kaki diarahkan pada kawasan :

- Kawasan pariwisata yang terletak pada kawasan Jam Gadang dan sekitarnya;
- Simpul transportasi, meliputi: Terminal Tipe A Aur Kuning, Stasiun KA
Bukittinggi
- Kawasan perumahan yang memiliki akses dengan simpul transportasi

C. RTH Fungsi Tertentu


Arahan RTH fungsi tertentu di Kota Bukittinggi meliputi : RTH Sempadan Sungai, RTH
Pemakaman, dan Sempadan Ngarai Sianok.

1) RTH Sempadan Sungai


Sempadan sungai merupakan jalur hijau yang terletak di bagian kiri dan kanan
sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai
gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.

Berdasarkan Permen PU Nomor:05/PRT/M/2008, dan mengingat bahwa kondisi


sungai di Kota Bukittinggi merupakan sungai tidak bertanggul, maka ketentuan
yang berlaku adalah sebagai berikut :
a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan;
b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu
ditetapkan.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Sesuai Keppres No 32 Tahun 1990, pada sepanjang sungai – sungai tersebut


perlu ditetapkan sebagai kawasan sempadan sungai di wilayah permukiman
berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi.

Sungai-sungai utama di Kota Bukittingi adalah sungai: Batang Sianok, Batang


Tambuo, Batang Agam dan sungai kecil lainnya.

2) RTH Pemakaman, kebutuhan lahan Tempat Pemakaman Umum berdasarkan


hasil analisis, didasarkan pada beberapa aspek antara lain :
- Jumlah penduduk Kota Bukittinggi dan tingkat mortalitas rata-rata.
- Ketersediaan lahan pada masing-masing kecamatan.
- Alokasi lahan pemakaman umum dilakukan dengan mempertimbangkan
radius pelayanan dengan asumsi setiap wilayah kecamatan minimal dilayani
oleh 1 (satu) lahan TPU.

Untuk pengaturan lebih-lanjut tentang mekanisme pengelolaan lahan TPU yang


dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, perlu dilakukan studi khusus dalam
bentuk penyusunan masterplan penyediaan dan pengelolaan TPU, sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap daerah, dan terlebih lagi, dapat mengatasi
kendala ketersediaan lahan.

3) Sempadan Ngarai Sianok.


Penetapan kawasan sempadan Ngarai Sianok sebagai kawasan RTH
dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan terhadap keberadaan Ngarai Sianok
yang memiliki potensi geologis yang perlu untuk dikonservasi. Kawasan
sempadan Ngarai Sianok ditetapkan sepanjang 100 m dari bibir ngarai baik atas
maupun bawah. Namun pada beberapa titik lokasi ditetapkan sempadan ngarai
lebih rendah dari 100 m, yaitu pada ruang-ruang sempadan yang telah terbangun
saat ini, untuk meminimalisasi kemungkinan dilakukannya pembongkaran
bangunan. Selain itu pemunduran sempadan ngarai juga diterapkan pada
beberapa ruang yang memiliki potensi view ke arah ngarai sehingga dapat
dikembangkan kegiatan pada ruang tersebut.

C. Kawasan Cagar Budaya

Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota yang memiliki warisan budaya berupa
arsitektur bangunan yang khas yang tidak ditemukan di kota lain. Sebagai tindak lanjut
Undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya, Pemerintah menetapkan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Peraturan Menteri Kebudayaan & Pariwisata Nomor : PM.05/PW.007/MKP/2010 ttg


Penetapan situs dan bangunan tinggalan sejarah dan purbakala Provinsi Sumatera Barat
sebagai Cagar Budaya, Situs atau Kawasan Cagar Budaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, situs dan bangunan tinggalan sejarah yang
ditetapkan bangunan cagar budaya, situs atau kawasan cagar budaya di Kota Bukittinggi,
antara lain :

1) Gedung Sekolah Rajo (SMU 2) 2) Jam Gadang


3) Gedung Kantor Depdikbud 4) Rumah Kelahiran Bung Hatta
5) Kompleks Kantor Polres Agam 6) Wisma Anggrek
7) Kompleks Kantor Kodim Agam 8) Villa Merdeka
9) Tugu Manggopoh 10) Makam Tuanku Syechk Imam Jirek
11) Gedung SMP 1 12) Benteng Fort De Kock
13) Gereja Katholik 14) Eks BNI 46 Bukit Tinggi
15) Rumah Bekas Kepala Stasiun Kereta Api 16) Cerobong Asap No. 101 B
17) Gereja Protestan 18) Rumah Gadang Engku Palo (Suku Tanjung)
19) Villa Oepang-Oepang 20) Rumah Tinggal Di Jalan DR A Rivai No.38
21) Hotel Centrum (Pos dan Giro) 22) Pasar Lorong Saudagar
23) Istana Bung Hatta 24) Lembaga Pemasyarakatan Bukit Tinggi

7.1.2 Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untnuk


dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan.
Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman
dan industri.
Pengembangan kawasan budidaya di Kota Bukittinggi pada dasarnya bergantung pada
arahan kepadatan Kota Bukittinggi, dimana arahan kepadatan tersebut ditetapkan
sebagai kawasan kepadatan tinggi, kawasan kepadatan sedang, serta kawasan
kepadatan rendah. Adapun gambaran serta arahan umum lebih lanjut dari masing-
masing kawasan-kawasan budidaya yang berada di Kota Bukittinggi adalah sebagai
berikut :

A. Kawasan Perumahan
Arahan peruntukan kawasan perumahan di Kota Bukittinggi terdiri dari 3 (tiga)
kategori , yaitu :

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

- Kawasan perumahan kepadatan tinggi. Fungsi ini ditetapkan di wilayah pusat


kota sampai Jalan By Pass. Kawasan ini merupakan kawasan yang sudah
berkembang dengan sangat intensif, sehingga arah kepadatan disesuaiakan
dengan kondisi saat ini. Arahan kepadatan penduduk pada kawasan ini pada
akhir tahun rencana adalah dapat menampung hingga lebih dari 250 jiwa/ha.
Terkait dengan pembentukan kawasan kepadatan tinggi tersebut maka
pembangunan perumahan dan permukiman pada kawasan ini dapat dilakukan
dengan KDB hingga 70% serta pengembangan rumah susun diutamakan
dikembangkan pada kawasan permukiman ini. Total luas lahan untuk peruntukan
pemukiman kepadatan tinggi ini adalah 284,87 hektar.
- Kawasan perumahan kepadatan sedang. Peruntukan ini dikembangkan pada ring
kedua kota. Arahan kepadatan penduduknya adalah 150 – 250 jiwa/ha dan
terkait dengan pembentukan kawasan kepadatan sedang maka pembangunan
perumahan dan permukiman pada kawasan ini dapat dilakukan dengan KDB
hingga 50%. Total luas lahan untuk peruntukan pemukiman kepadatan sedang ini
adalah 457,24 hektar.
- Kawasan perumahan kepadatan rendah. Peruntukan ini dikembangkan pada ring
ketiga kota, yang dikembangkan pada kawasan-kawasan yang akan
dikonservasikan ataupun dimanfaatkan sebagai pencadangan pengembangan
perkotaan. Arahan kepadatan penduduk di kawasan ini adalah < 150 jiwa/ha
bahkan pada beberapa kawasan dapat hingga kurang dari 50 jiwa/ha terkait
dengan fungsi kawasan tersebut. Untuk dapat membentuk dan menjaga kawasan
ini hingga 20 tahun mendatang maka pembangunan perumahan dan
permukiman pada kawasan ini dibatasi dengan dengan penetapan KDB
maksimal sebesar 30%. Total luas peruntukan lahan untuk kawasan ini adalah
sebesar 225,98 hektar.

B. Kawasan Perdagangan dan Jasa


Arahan peruntukan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Bukittinggi yaitu pada
kawasan-kawasan berikut:
- Kawasan Pasar Atas dan sekitarnya di pusat kota. Peruntukan ini berdasarkan
pada kondisi eksisting, artinya dengan tidak merubah fungsi yang ada saat ini.
- Kawasan Aur Kuning dan sekitarnya. Pasar Aur Kuning yang ada saat ini
dikembangkan dan didorong perkembangan dengan kawasan komersial koridor

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Jl Diponegoro. Kawasan ini diharapkan menjadi pusat bagi pengembangan


kawasan baru ke bagian timur kota.
- Kawasan perdagangan dan jasa koridor arteri primer dan arteri sekunder.
Peruntukan didasarkan pada kecenderungan perkembangan saat ini. Peruntukan
komersial koridor ada pada sepanjang jalan-jalan arteri primer dan arteri
sekunder di kota Bukittinggi.
- Kawasan perdagangan dan jasa berfungsi wisata. Pengembangan kawasan ini
dialokasikan sebagai pusat pengembangan kawasan wisata di wilayah Kota
Bukittingi bagian utara (Kelurahan Pohon Pintu Kabun). Kawasan ini diharapkan
menjadi semacam pusat wisata, baik sebagai pusat pelayanan jasa wisata
maupun komersial wisata seperti toko-toko souvenir, agen-agen perjalanan,
restoran, kafe dan pusat penyewaan sarana penunjang wisata.

C. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran di kota Bukittinggi terdiri atas perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta. Arahan pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan
adalah sebagai berikut:
- Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan lama pada kawasan yang telah
berkembang saat ini yaitu di kawasan Belakang Balok dengan meningkatkan
pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan tersebut;
- Pengembangan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka hijau non kota pada
kawasan pemerintah baru di Kawasan Gulai Bancah sebagai bentuk percontohan
pengembangan ruang terbuka,
- Pengembangan kawasan perkantoran baru di Kelurahan Manggis Ganting
dengan pengembangan yang mengoptimalisasikan pengembangan ruang
terbuka hijau dan non hijau pada kawasan perkantoran tersebut.

D. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kota Bukittinggi pada dasarnya akan terbagi
dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu pengembangan kawasan wisata yang telah ada
dan pengembangan kawasan wisata baru.

Pengembangan kawasan wisata lama pada dasarnya dilakukan untuk lebih


meningkatkan kualitas lingkungan dari kawasan-kawasan wisata yang telah ada saat
ini, terutama pada kawasan-kawasan wisata yang berada di pusat kota seperti
kawasan Jam Gadang, Goa Jepang, Taman Margasatwa, Fort de Kock, dan lainnya

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

seperti yang telah diuraikan pada bagian gambaran umum pariwisata Kota
Bukittinggi di bagian 1. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka menjaga
keberlanjutan dari kawasan yang telah ada agar dapat tetap menjadi salah satu ciri
khas Kota Bukittinggi.

Penetapan peruntukan kawasan wisata baru adalah dalam rangka mengurangi


beban pusat kota yang terlalu banyak fungsinya, serta sesuai dengan arahan
RIPPDA yaitu klaster pengembangan baru, yaitu dalam bentuk pusat pelayanan
wisata baru, kegiatan wisata alam dan wisataagro. Arahan lokasinya adalah di
kawasan Bukik Apik Puhun sampai panorama baru dengan luas peruntukannya
adalah 291,41 hektar. Pada kawasan ini fungsi-fungsi pemukiman dikembangkan
secara sangat terbatas untuk mengakomodasi permukiman yang telah ada saat ini
sertauntuk menahan perkembangan kawasan permukiman yang lebih besar di masa
mendatang, sedangkan fungsi-fungsi budidaya pertanian dan perkebunan didorong
untuk dapat menunjang fungsi wisatanya.

Penetapan kawasan pariwisata Kota Bukittinggi, terdiri atas:

4) Kawasan Pariwisata dengan Daya Tarik Wisata Alam


(a) Taman Panorama, berlokasi dipinggir Jl. Panorama pusat kota, dengan
daya tarik pemandangan yang indah terutama Ngarai Sianok dengan latar
belakang Gunung Singgalang.
(b) Lubang Jepang, Berlokasi di dalam Taman Panorama, daya tariknya adalah
Panjang  1400 m berkelok-kelok dengan lebar  2 meter
(c) Ngarai Sianok, berlokasi di Kelurahan Kayu Kubu Kecamatan Guguk
Panjang yang terdapat di pinggir Kota Bukittinggi yang memisahkan
Bukittinggi dengan Gunung Singgalang, daya tarik dari Ngarai Sianok
merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur. Didasarnya mengalir
sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing yang berwarna warni
(d) Panorama Baru, berlokasi di Kelurahan Puhun Pintu Kabun Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan, daya tariknya adalah pemandangan alam yang
indah ke arah Ngarai Sianok dilatarbelakangi oleh Gunung Merapi, Gunung
Singgalang dan Gunung Sago.

5) Kawasan Pariwisata dengan Daya Tarik Wisata Buatan


Daya tarik wisata buatan Kota Bukittinggi, terdiri dari:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

(a) Janjang Seribu, berlokasi di Kelurahan Bukit Apit Puhun Lintasan jalan kaki
menuruni dan menaiki tebing Ngarai Sianok. Daya tariknya adalah
pemandangan ke Gunung Merapi dan Singgalang dari tempat
peristirahatan.
(b) Kolam Renang Bantola, berlokasi di Jl. Dr. Rivai Kelurahan Kayu Kubu
Kecamatan Guguk Panjang, daya tariknya adalah kolam renang untuk
rekreasi
(c) Kawasan Wisata Agro. Arahan lokasinya adalah di kawasan Bukik Apik
Puhun sampai panorama baru dengan luas peruntukannya adalah 291,41
hektar

6) Kawasan Pariwisata dengan Daya Tarik Wisata Budaya


Daya tarik wisata budaya Kota Bukittinggi dikembangkan dengan memanfaatkan
beberapa bangunan cagar budaya yang akan diarahkan menjadi kawasan cagar
budaya, antara lain:
(a) Rumah Kelahiran Bung Hatta, Jl. Soekarno-Hatta Kelurahan Aur
Tajungkang Tengah Sawah
(b) Tugu Pahlawan Tak Dikenal, Lokasi Taman Lenggogeni
(c) Monumen Bung Hatta, Bagian dari Istana Bung Hatta
(d) Perpustakaan Umum Bung Hatta, Jl. Dr. A. Rivai Kelurahan Kayu Kubu
Kecamatan Guguk Panjang
(e) Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Bukit Gulai Bancah
(f) Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Jl. Cindua Mato Kelurahan
Benteng Pasar Atas Kecamatan Guguk Panjang
(g) Museum Tridaya Eka Dharma, Jl. Panorama

E. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)


Definisi dari RTNH adalah “ruang terbuka di bagian perkotaan yang tidak termasuk
dalam kategori ruang terbuka hijau, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa
badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman
atau berpori” (Permen PU No. 12/PRT/M/2009).

Penyediaan RTNH di Kota Bukittinggi akan diatur sebagai berikut:

(1) RTNH Pekarangan. Penyediaan RTNH pekarangan dilakukan pada masing-


masing pekarangan (lahan di luar bangunan) baik untuk pekarangan permukiman

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

ataupun non permukiman. Besaran dari RTNH pekarangan ini sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur pada Permen PU No. 12/PRT/M/2009 dengan
rumusan umum:

RTNH = (100% - KDH) X Luas RT

Ket: RTNH : Ruang Terbuka Non Hijau; KDH : Koefisien Dasar Hijau; Luas
RT (Ruang Terbuka) : ruang yang terbentuk dari selisih luas lahan dengan
luas bangunan

Selanjutnya juga diatur dalam Permen PU No. 12/PRT/M/2009, bahwa luas


minimal RTNH pada bangunan privat adalah sebesar 10% dari luas lahan
bangunan privat tersebut.

(2) RTNH Wilayah Kota. Penyediaan RTNH untuk wilayah kota dapat dilakukan
melalui penyediaan alun-alun kawasan pemerintahan, plasa bangunan ibadah,
dan plasa monumen. Termasuk dalam RTNH tipe adalah plasa Jam Gadang
dan ruang-ruang plasa di tempat ibadah (masjid, gereja, vihara) yang berada di
Kota Bukittinggi.

F. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana

Kota Bukittinggi yang memiliki morfologi permukaan yang berbukit serta berada pada
jalur patahan sesar Semangko mengakibatkan Kota ini memiliki kerentanan terhadap
bencana alam gempa bumi dan longsor. Adapun arahan lokasi ruang evakuasi
bencana di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel VII-1
Arahan Lokasi Ruang Evakuasi Bencana Kota Bukittinggi
Luas
Nama Lokasi
(Ha)
1. Lap. Pacuan Kuda Bukit Ambacang Kel. Gulai Bancah 4,25

2. Lap. Bola Inkorba Kel. Campago Guguk Bulek 0,61

3. Lahan Terbuka Belakang Pasar Banto Kel. Pakan Kurai 0,94

4. Lapangan Kantin Kel. Sapiran 1,81

5. Lahan Parkir Terminal Aur Kuning Kel. Tarok Dipo 1,26

Sumber: RTRW Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.1

Peta Rencana Pola Ruang Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.2 Rencana Sistem Pelayanan

Rencana pengembangan SPAM Kota Bukittinggi dibagi menjadi 6 zona pelayanan


reservoar (Sesuai ketetapan PDAM Tirta Jam Gadang). Yaitu:

1) Zona Pelayanan Bangkawas; Jl.Kapeh Panji, Jl.Taluak, Jl.M.Yamin, Jl.Dipenogor,


Jl.Parak Kubang, Jl.Iskandar Teja Sukmana, Jl.Adinegoro, Jl.Tangah Jua, Jl.Hafis
Abdul Jalil, Jl.Birugo Puhun, Jl.Belakang Balok, Jl.Sudirman, Jl.Padang Gamuak, Jl.
Dt.Majo Basa Nan Kuniang.

2) Zona Pelayanan Birugo; Jl.Urip Sumoharjo, Jl.St.Syahrir, Jl.Nawawi, Jl.Syech Ibrahum


Musa, Jl.Prof.DR.Hamka, Jl.Situpo raya, Jl.Pincuran Gauang, Jl.Soekarno Hatta,
Jl.Perintis kemerdekaan, Jl.Mandiangin, Jl.Ipuah Loweh/gg.Firdaus, Jl.Pemuda,
Jl.Syech.S.Arrasulli, Jl.Kampuang Tarandam, Jl.Melati, Jl. Syech Jamil Jambek,
Komplek Pertanian Sawah Panduan.

3) Zona Pelayanan Benteng; Jl. Yos Sudarso, Jl. Teku Umar, Jl.Setia Budi, Kampuang
Baru, Jl. Tengku Rao, Jl.Tengku Kurai, Jl.Agus Salim, Jl. Istana, Jl.Ahmad Karim,
Jl.Ahmad Yani, Jl. Minang Kabau, Pasar Atas, Pasar Lereng, Blk Pasar, Bawah Pasar,
Jjg.Pasanggrahan, Jjg.Gudang, Jl.Bukik Apik, Jl. Pemuda, Jl.Panorama, Jl.perintis
Kemerdekaan.

4) Zona Pelayanan Mandiangin; Jl. Kampuang Pulasan, Jl. Tabek Tahua, Jl. Bukik
Sangkuik, Jl.Bukik Apik, Jl.Soekarno Hatta. Jl.Mr.Asaat, Guguak Randah, Komplek
Kehakiman, Jl.Abdul Manan, Jl.Kusuma Bhakti, Komplek Gulai Bancah, Jl.Luluak
Anyia, Jl.Veteran, Jl.Kinantan.

5) Zona Pelayanan Palolok; Jl.Kusuma Bhakti, Komplek PEMDA Gulai Bancah, JL.Luluak
Anyia, Jl.Veteran. Jl.Kinantan, Jl.Guru Tuo, Jl.Bukik Umpang-Umpang, Jl.Panganak
Ateh, Jl.Panorama Baru.

6) Zona Pelayanan Tabek Gadang; Jl.Tigo Balrh, Jl.Kurai, Jl. Bermawi, Pulai, Jl. Parik
Antang, Jl.Ladang Cakiah, Jl.Kubu Tanjuang, Jl.Paninjauan, Komplek Mahkota Mas,
Jl.Parak Kubang, Jl. Dt Mangkuto Ameh, Tangah Jua (dibantu) Aua Kuning.

Pembagian daerah pelayanan/zonasi SPAM Kota Bukittinggi berdasarkan perencanaan


PDAM Tirta Jam Gadang, dapat dilihat pada gambar 7.2.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.2 Zona Pelayanan Air Minum PDAM Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.3 Zona Pelayanan Reservoar Bengkawas

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.4 Zona Pelayanan Reservoar Birugo

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.5 Zona Pelayanan Reservoar Benteng

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.6 Zona Pelayanan Reservoar Tabek Gadang

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.7 Zona Pelayanan Reservoar Mandiangin

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.8 Zona Pelayanan Reservoar Palolok

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 21


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.3 Rencana Pengembangan SPAM

Dasar pertimbangan rencana pengembangan sistem pelayanan air minum Kota


Bukittinggi adalah:

1) Kondisi SPAM Kota Bukittingi , baik berupa sistem perpipaan PDAM, sistem perpipaan
non-PDAM, serta sistem non-perpipaan (sumur gali, sumur bor, mata air langsung, dll).

2) Kondisi pelayanan air minum dari PDAM saat ini dimana sebanyak 42,56% penduduk
Kota Bukittinggi telah terlayani air minum dari PDAM.

3) Hasil survey kuisioner ke beberapa responden di Kota Bukittinggi yang menyangkut


tingkat kesulitan mendapatkan sumber air bersih, tingkat sosial ekonomi masyarakat
dan potensi daerah.

4) Pengembangan potensi daerah, khusus yang menunjang pertumbuhan perekonomian


daerah sesuai Perda No. 6..Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bukitinggi 2010 - 2030, khususnya dalam pengembangan kawasan strategis.

5) Peningkatan sosial ekonomi masyarakat pada masa mendatang.

Dengan dasar pertimbangan seperti tersebut di atas, skenario pengembangan air minum
Kota Bukittinggi direncanakan seperti berikut:

1) Memanfaatkan Mata Air Sungai Tanang (Kabupaten Agam), Mata Air Cingkaring,
Sumur Dangkal Kubang Putiah , Sumur Bor Birugo, WTP Tabek Gadang , dan
Batang Sianok sebagai sumber air baku baru, juga dari Sungai Balingka (Kabupaten
Agam ) sebagai sumber air alternatif.

2) Pelayanan sistem perpipaan PDAM diharapkan masih akan berlangsung sampai akhir
periode Rencana Induk SPAM (s/d 2035), dengan cakupan pelayanan yang
sekurang-kurangnya sama dengan kondisi saat ini (cakupan pelayanan rerata
sebesar 42,56 % penduduk).

3) Wilayah pelayanan di masing-masing Zona seperti saat ini, yaitu Zona Pelayanan
Bangkawas, Zona Pelayanan Birugo, Zona Pelayanan Benteng, Zona Pelayanan
Mandiangin, Zona Pelayanan Palolok dan Zona Pelayanan Tabek Gadang.

4) Pentahapan pelaksanaan program yang tertuang dalam Rencana Induk SPAM Kota
Bukittinggi ini dipisahkan menjadi beberapa tahap, yaitu:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 22


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

a. Tahap Mendesak (2016 dan 2017):


Kegiatan prioritas pada tahap mendesak adalah bersifat optimalisasi kinerja
semua infrastruktur eksisting termasuk pengamanan broncaptering/intake,
penyediaan pompa, revitalisasi/penggantian/perbaikan jaringan pipa eksisting,
Selain itu pada Tahap Mendesak juga akan dilakukan pengembangan kapasitas
dan pemanfaatan air permukan Batang Sianok, dan Sungai Balingka serta
Sungai Sutijo sebagai sumber air baku alternatif. Rincian kegiatan pada tahap ini
selengkapnya dapat dilihat pada tabel VIII-1. Output dari kegiatan tahap
mendesak ini adalah meningkatnya kapasitas produksi dan distribusi air minum
sehingga target pemenuhan kebutuhan air minum sebanyak 942 l/dtk sampai
akhir tahun perencanaan dapat terpenuhi.

b. Tahap Jangka Pendek (2018 sd 2022):


Kegiatan Tahap Jangka Pendek bersifat optimalisasi kinerja infrastruktur
eksisting, utamanya kecukupan Reservoar, serta penyempurnaan sistem
sambungan (Sambungan Rumah dan atau Hidran Umum) beserta kelengkapan
instrumen pengukur. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan
sosialisasi sistem tarif serta pengembangan perangkat hukum (misal Peraturan
Walikota), dlsb.

c. Tahap Jangka Menengah (2023-2027):


Kegiatan pada Tahap Jangka Menengah akan berisi kegiatan yang bersifat
pengembangan sumberdaya manusia, baik secara kuantitas (penambahan
sumberdaya manusia) ataupun kualitas (pembangunan kapasitas sumberdaya
manusia). Kegiatan pada tahap ini juga akan diisi dengan program perkuatan
kelembagaan pengelola SPAM, baik PDAM maupun non-PDAM.

d. Tahap Jangka Panjang (2028-2035):


Kegiatan pada Tahap Jangka Panjang akan berupa usaha pemeliharan
keberlanjutan program Rencana Induk SPAM dengan memperhatikan dinamika
pembangunan infrastruktur yang terkait dengan pengembangan potensi
ketersediaan air baku.

Proses implementasi Rencana Induk SPAM sesusungguhnya sangat dinamis yang


sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor internal (lembaga pengelola SPAM yang ada
saat ini atau yang akan dikembangkan), maupun faktor eksternal (pemangku kepentingan
di tingkat pemerintah Kota Bukittinggi). Oleh sebab itu pelaksanaan program seperti
tersebut di atas perlu dipantau dan dievaluasi secara terus menerus.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 23


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

SPAM Kota Bukittinggi saat ini melayani di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Guguk
Panjang, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dan Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
juga terdapat pelayanan di luar wilayah administratif Kota Bukitinggi. Rencana
pengembangan SPAM disusun dengan basis Zona Pelayanan Reservoar yaitu Zona
Pelayanan Reservoar Bangkawas, Zona Pelayanan Reservoar Birugo , Zona Pelayanan
Reservoar Benteng, Zona Pelayanan Reservoar Mandiangin, Zona Pelayanan Reservoar
Palolok dan Zona Pelayanan Reservoar Tabek Gadang, dengan beberapa strategi
utama berupa meningkatkan kinerja SPAM yang telah ada, baik di tingkat penyediaan air
baku, sistim pengolah dan reservoar, sistem jaringan distribusi, sistim sambungan, serta
sistim operasional (kontinyuitas, kuantitatas, dan kualitas). Apabila usaha meningkatkan
kinerja sistem yang ada kurang optimal, berhubung keterbatasan sumberdaya (fisik,
lahan, sumberdaya manusia, dll), maka perlu dipikirkan adanya pembukaan SPAM baru.
Peningkatan kinerja SPAM juga termasuk memperbaiki posisi aspek legal organisasi
pengelola SPAM, baik SPAM PDAM, maupun SPAM Non PDAM.

Untuk mempermudah dalam pengembangan sistem pada studi ini dibuat menjadi 4
(empat) skenario pentahapan, Skenario- skenario pentahapan tersebut antara lain :
a. Tahap I Mendesak 1 – 2 tahun dari tahun 2016 -2017
b. Tahap II Jangka Pendek 5 tahun ,Tahun 2018 – 2022
c. Tahap II jangka Menengah 5 tahun , Tahun 2023 – 2027
d. Tahap IV Jangka Panjang 10 tahun , Tahun 2027 – 2035

Potensi pengembangan sistem penyediaan air minum pada kajian ini ditujukan untuk
melayani kebutuhan air bersih di wilayah Kota Bukittinggi sampai tahun 2035.

7.4 Kapasitas Sistem

Sesuai dengan skenario pentahapan pengembangan sistem yang dibagi 4 tahap, maka
kapasitas sistem masing –masing tahapan sebagai berikut :

a. Tahap I Mendesak tahun 2016-2017 penambahan kapasitas sumber air baku dari
Batang Sianok, pengembangan dibagi 2 tahap yaitu tahap 1 sebesar 50 lt/det, tahap 2
sebesar 500 lt/det.

b. Tahap II Jangka pendek tahun 2018-2022 penambahan kapasitas sumber air baku
dari Sungai Balingka sebesar 300 lt/det dan Sungai Sutijo sebesar 400 lt/det.

Untuk lebih jelasnya skenario pentahapan pengembangan SPAM Kota Bukittinggi dapat
dilihat pada gambar skema berikut ini :

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 24


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.9
Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittingi
Kapasitas 550 lt/det Sumber Air Dari Batang Sianok

Gambar 7.10
Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittingi
(Kapasitas 700 lt/det) Sumber Air Dari Balingka dan Sutijo

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 25


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.5 Perkiraan Kebutuhan Biaya

Kebutuhan investasi baru untuk mendukung program pengembangan SPAM di Kota


Bukittinggi berupa penambahan kapasitas air baku dari Batang Sianok dengan kapasitas
sebesar 50 dan 500 liter/detik, dimana pembangunan sarana dan prasarananya dalam 2
tahap. Dengan nilai investasinya adalah sebagai berikut :

Tabel VII-2
Rencana Anggaran Biaya Penyediaan Air Minum Kota Bukittinggi
(Kapasitas 50 dan 500 lt/det) Sumber Air Dari Batang Sianok
Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume
(Rp) (Rp)
I Pekerjaan Bendung dan Intake
1 Pekerjaan Intake Unit 1 384,729,803 384,729,803
2 Pekerjaan Bendung Unit 1 3,273,025,720 3,273,025,720
3 Bangunan Rumah Pompa m² 16 5,000,000 80,000,000
4 Bangunan Rumah Turbin Unit 16 5,000,000 80,000,000
5 Bangunan Rumah Jaga Unit 1 270,000,000 270,000,000
Jumlah 4,087,755,523
II Pekerjaan Pemasangan Pompa
1 Pengadaan Pompa Sentrifugal 91,50 kW Unit 1 168,400,000 168,400,000
2 Pengadaan Pipa 4 inchi meter 800 151,000 120,800,000
3 Pengadaan Pipa DN 1000 mm GI meter 280 11,550,000 3,234,000,000
4 Pengadaan Pipa DN 800 mm GI meter 420 7,700,000 3,234,000,000
5 Pengadaan Pipa DN 600 mm GI meter 700 4,400,000 3,080,000,000
6 Pengadaan Pipa DN 250 mm GI meter 1400 1,405,360 1,967,504,000
7 Pengadaan Pipa DN 200 mm GI meter 260 719,583 187,091,580
8 Pemasangan Pompa dan Pipa paket 1 125,000,000 125,000,000
Jumlah 12,116,795,580
III Pekerjaan PemasanganTurbin dan WTP
1 Pengadaan Turbin dan Kelengkapan Unit 1 1,650,000,000 1,650,000,000
2 Pengadaan WTP kapasitaa 0,040 m³/dtk Unit 1 3,750,000,000 3,750,000,000
Jumlah 5,400,000,000
Total Biaya 21,604,551,103
PPN 10 % 2,160,455,110
RAB Pembangunan Unit Air Baku Ngarai
23,765,006,213
Sianok
Sumber : Hasil Perhitungan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 26


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 7.11 Peta Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 27


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.6 Rencana Penurunan Tingkat Kebocoran Air Minum

A. Kehilangan Air

Pada awalnya, istilah yang digunakan adalah Unaccounted for Water (UFW). Istilah
Unaccounted for Water (UFW) pada masa lalu telah dipakai secara luas. Secara
sederhana UFW juga diartikan sebagai Kehilangan Air. Tidak ada yang mendefinisikan
UFW secara detil sehingga pemahaman pelaku air minum mengenai UFW menjadi
sangat luas dan beragam. Istilah UFW kemudian digantikan oleh NRW yaitu Non-
Revenue Water atau dapat di Bahasa Indonesiakan sebagai Kehilangan Air.
Pengindonesiaan ini dipilih karena definisi dari Kehilangan Air (Water Losses) adalah
selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan jumlah air yang
dikonsumsi.

Kehilangan air = Jumlah Air Yang Dipasok – Jumlah Air Yang Dikonsumsi

Tingkat Kehilangan Air adalah persentase perbandingan antara kehilangan air dan jumlah
air yang dipasok ke dalam jaringan perpipaan air.

Kehilangan Air
Tingkat Kehilangan air = ________________________ X 100 %
Jumlah Air yang Dipasok

Dengan demikian, dapat dikatakan NRW mencakup pemahaman kehilangan air dan
tingkat kehilangan air. Pergantian peristilahan dari UFW ke NRW terjadi mulai tahun
2000, ketika istilah NRW direkomendasikan oleh International Water Association (IWA)
pada Tahun 2000 melalui Manual of Best Practice: Performance Indicators for Water
Supply Services yang diterbitkan oleh IWA Publishing Tahun 2000.

B. Kebocoran Air

Kehilangan air atau NRW berbeda dengan Kebocoran Air (Water Leakage). Pengertian
kebocoran air dapat dikatakan lebih sempit dari kehilangan air. Dari referensi (text book )
penulis sering menjumpai istilah water leakage, yang diartikan kebocoran air dan
biasanya istilah water leakage sering diilustrasikan dengan gambar pipa bocor. Oleh
sebab itu water leakage atau kebocoran air lebih tepat digunakan untuk kehilangan air
secara fisik/teknis saja. Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis
kehilangan air, yaitu:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 28


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

1) Kehilangan air pada sistim distribusi, termasuk di dalamnya kebocoran pipa, joint,
fitting, kebocoran pada tangki dan reservoir, air yang melipah keluar dari reservoir,
dan open-drain atau sistem blow-offs yang tidak memadai. Kehilangan ini disebut
sebagai real losses (Thornton, dkk, 2008,5) atau disebut sebagai kehilangan teknis.
Kehilangan teknis difahami sebagai kehilangan air secara fisik dari sistem yang
bertekanan, sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume kehilangan tahunan
berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah dan limpasan tergantung pada
frekuensi, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. Dengan catatan, meskipun
kehilangan air secara fisik yang terjadi setelah meter air pelanggan adalah tidak
termasuk dalam perhitungan Kehilangan Air Teknis, namun tetap berarti, sehingga
perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebutuhan air.

2) Kehilangan non fisikal, yang berakibat kepada kehilangan penerimaan atas


pengelolaan air, termasuk di dalamnya meteran yang tidak akurat hingga penggunaan
air secara tidak sah atau ilegal, kehilangan ini disebut sebagai apparent losses
(Thornton, dkk., 2008,5) atau kehilangan air komersial. Kehilangan air komersial
difahami sebagai perhitungan untuk semua tipe dari ketidak akuratan termasuk meter
air produksi dan meter air pelanggan, ditambah konsumsi tidak resmi (pencurian atau
penggunaan air illegal). Dengan catatan , bahwa pencatatan pada meter air produksi
yang lebih rendah dari yang sebenarnya, dan pencatatan pada meter air pelanggan
yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, menyebabkan perhitungan kehilangan air
lebih rendah dari yang sebenarnya. Sebaliknya pencatatan pada meter air produksi
yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan pencatatan pada meter air pelanggan
yang lebih rendah dari yang sebenarnya, menyebabkan perhitungan kehilangan air
lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Dengan demikian kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara volume yang
masuk ke dalam sistem dan konsumsi resmi dengan volume air yang ditagihkan kepada
pelanggan. Kehilangan air harus benar-benar dipertimbangkan sebagai bagian dari
volume total untuk semua sistem, atau untuk sebagian sistem seperti pipa induk air baku,
transmisi dan distribusi. Pada setiap kasus, komponen perhitungan akan disesuaikan
dengan kebutuhan. Mengacu pada dua jenis kehilangan air tersebut di atas, real losses
disebut sebagai kehilangan teknis atau technical losses atau NRW teknis, sementara
apparent losses disebut sebagai kehilangan komersial atau commercial losses atau NRW
komersial. NRW merupakan leveraging factor tertinggi di dalam penyelenggaraan
pelayanan air, karena memberikan kontribu si secara komprehensif. Mulai dari kontribusi
kepada pelanggan, kepada pendapatan usaha, kepada konservasi lingkungan, hingga

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 29


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

penerimaan publik, dan akhirnya m emberikan sebuah kinerja dari pelayanan penyediaan
air yang aman dan terjamin. Tantangan kedepan adalah kesediaan meletakkan NRW
sebagai isu utama dalam kinerja pelayanan air PAM di Indonesia. Sebuah model analisis
kualitas kesehatan pelayanan PDAM dengan melihat dari tingkat kehilangan airnya,
sebagai berikut:
Tabel VII-3
Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PAM dari Indikator NRW
Model Firdaus Ali (2009)
Tingkat Kehilangan Air
Kondisi Kesehatan Tindakan “Medis” Diperlukan
(NWR)
0 % - 10% Sehat Hidup Seperti Bias
10 % – 15% Kurang Sehat Hati-hati. Pola Makan harus Diatur
15 % - 20 % Tidak Sehat Berobat ke dokter
20 % - 25 % Sakit Rawat Inap
Di atas 25% Stroke ICCU

Model di atas sebenarnya dapat digunakan untuk menilai sejauh mana kualitas
kesehatan pelayanan dari PDAM. Mengapa demikian? Alasan pertama, untuk bisnis
private goods, maka toleransi yang tertinggi akan business loss adalah 10% dari total
produksi. Sama seperti hitungan untuk biaya tidak terduga. Untuk bisnis yang public
goods, khususnya pelayanan air PDAM, maka toleransi tertinggi adalah 20%, dan
toleransi ekstrem adalah 25%. Untuk 25% pun masih dapat didetilkan, di mana 15%
adalah kebocoran teknis dan 10% adalah kebocoran komersial. Lebih dari toleransi itu,
maka publik dibebani oleh biaya inefisiensi bisnis yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan, baik secara moral maupun secara proses bisnis yang wajar dan bertanggung
jawab.

Berdasarkan asumsi teori economic stock con trol (Fan tozzi dan Lam bert, 2005), maka
frekuensi tindakan pengendalian kebocoran yang ekonomis dicapai bila biaya tindakan
secara penuh (termasuk perbaikan sama besar dengan harga air yang hilang sebelum
tindakan. Untuk itu perlu dikaji sejauh mana level kebocoran yang ingin dicapai masih
cukup layak secara ekonomi. Target kebocoran dapat ditetapkan berdasarkan economic
level of leakage, yang merupakan nilai terendah dari total biaya kehilangan air (biaya
produksi air yang hilang) dan biaya pengendalian kebocoran secara aktif (ALC). Tingkat
kebocoran yang ekonomis.

Dari deskripsi singkat di atas, pembangunan sistem zona dan sub zona (District Meter
Area DMA) dan improvement kondisi yang di bangun, merupakan satu diantara upaya

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 30


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

penting dalam menurunkan kehilangan air di PDAM Kota Bukittinggi. Secara menyeluruh,
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara berurut disajikan dibawah ini.

Gambar 7.12
Tingkat Kebocoran Yang Ekonomis

7.6.1 Penurunan Kebocoran Teknis

Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air
secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal,
dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang
b. Menjaga meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik
c. Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan
d. Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan
kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan
e. SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan
perpipaan
f. SOP untuk O&M perpipaan

7.6.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis

Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 31


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

a. Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian


airnya

b. Data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan,


informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan

c. Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur

7.6.3 Program Rehabilitas Dan Perluasan Jaringan

Program rehabilitasi dan program perluasan jaringan dalam zona pelayanan yang masih
kosong merupakan dua program yang saling berkaitan erat, karena air yang dihemat dari
program rehabilitasi dapat segera disalurkan ke konsumen baru di sekitarnya tanpa
membangun jaringan distribusi lagi. Di PDAM Kota Bukittinggi, program penurunan angka
kebocoran perlu ditekan sampai dengan nilai di 24 %. Diakhir perencanaan tahun 2035.
Program pengendalian kehilangan air dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan
hingga akhir perencanaan jangka panjang tahun 2035, dengan kegiatan antara lain :
1) Pemantapan data jaringan distribusi primer, skunder dan tersier.
2) Pemantapan data sambungan pelanggan.

3) Pemasangan meter induk pada reservoar distribusi.


4) Pembentukan zona dan pemasangan katup.
5) Pemantauan kehilangan air melalui zona.
6) Rehabilitasi dan rasionalisasi jaringan pipa distribusi.
7) Pemutusan penyadapan air langsung dari pipa transmisi ke pelanggan.
8) Optimaslisasi pipa transmisi sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi.
9) Penambahan sambungan pelayanan baru dari hasil penurunan kehilangan air dan
optimaslisasi kapasitas produksi.

Kegiatan yang dilakukan untuk program pengendalian kehilangan air berupa :

1) Survey jaringan
Dalam kegiatan survey jaringan, kegiatan yang dikerjakan antara lain :
a. Menginventarisasi seluruh dokumen jaringan pipa yang ada di PDAM (termasuk
didalamnya jaringan pipa transmisi)
b. Membuat penomoran yang sistematis untuk semua junction dan node yang ada
dalam jaringan pipa

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 32


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

c. Melakukan survey lapangan terhadap seluruh jaringan pipa dilapangan termasuk


didalamnya junction pipe
d. Melakukan survey terhadap acessories yang terpasang (gate valve, air valve,
jembatan pipa, wash out, fire hidrant dan lain-lain)
e. Mencatat dan menggambar seluruh hasil survey yang ditemui dilapangan
f. Penggambaran hasil survey dalam peta

2) Pembentukan zona pelayanan


Untuk memudahkan pengendalian kehilangan air dan memudahkan dalam
mengontrol dan mengelola jaringan pipa distribusi, perlu dibentuk zona-zona
pelayanan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Tekanan air minimum kurang lebih 1,5 atm
b. Zona pelayanan dapat diisolasi dari zona pelayanan lain disekitarnya, dengan
memasang katup-katup pembatas.
c. Penambahan meter induk pada zona pelayanan yang belum terpasang.

Dalam pembentukan zona pelayanan seringkali harus dipasang jalur pipa baru untuk
pemerataan tekanan dan normalisasi junction. Normalisasi junction dilakukan setelah
ada temuan dalam jaringan dan hasil survey jaringan.

3) Survey Teknis Konsumen


Survey konsumen dilakukan terhadap seluruh konsumen dan dilakukan secara
simultan terhadap seluruh zona pelayanan guna mendapatkan kondisi eksisting
terbaru dari sambungan pelanggan. Dari hasil survey teknis konsumen yang
dihasilkan, disusun daftar sambungan konsumen (besarnya konsumsi pemakaian air
dan golongan tarif pelanggan). Daftar pelanggan dikelompokkan berdasar zona-zona
yang telah ditentukan.

4) Perbaikan Sambungan Konsumen


Perbaikan sambungan konsumen dilakukan berdasarkan temuan-temuan dari survey
konsumen dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang ada, termasuk
didalamnya pemasangan meter air untuk konsumen yang belum ada meter airnya.

5) Pemasangan Alat Ukur/Meter air


Pemasangameter air/alat ukur dilakukan baik untuk produksi dan pengembangan
zona-zona pelayanan. Meter induk zona pelayanan dipasang pada pipa sekunder
yang langsung di tapping dari pipa primer. Pemasangan meter induk di unit produksi
untuk mengetahui jumlah air yang diproduksi, sedang pemasangan meter induk di

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 33


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

zona pelayanan untuk memantau jumlah air yang mengalir dan dimanfaatkan di
masing-masing zona pelayanan.

6) Deteksi Kehilangan Air


Dalam kegiatan ini, zona pelayanan dioperasikan melalui meter induk zona dan
diisolasi dari zona lain disekitarnya. Dalam mengisolasi jaringan seluruh konsumen
dalam zona pelayanan yang sedang dipantau maupun zona pelayanan lainnya harus
tetap mendapatkan pasokan air yang cukup. Untuk mengetahui terisolasinya zona
pelayan dilakukan dengan memantau aliran wash out yang ada dalam zona
pelayanan tersebut. Pada saat semua pipa input untuk zona pelayanan tersebut
ditutup dan tidak ada lagi air yang keluar dari wash out, maka zona pelayanan
tersebut dinyatakan telah terisolasi.

Besarnya kehilangan dari di zona tersebut dapat dihitung degan membandingkan


debit yang masuk apda zona dengan total konsumsi konsumen. Apabila nilai
kehilangan air zona pelayanan tersbut cukup besar (melebihi nilai kehilangan air yang
diijinkan), maka dilanjutkan dengan mendeteksi kehilangan air pada jaringan IPA
secara visual. Semua titik-titik kebocoran harus diinventarisir dan kemudian dibuat
daftar prioritas berdasarkan kondisi, umur pipa, banyaknya titik kehilangan air dalam
satu jalur pipa dan panjang pipa.

7) Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan berdasarkan daftar yang disusun pada saat deteksi kehilangan
air dan program perbaikan kebocoran pipa dilaksanakan. Pelaksanaan perbaikan
kebocoran harus menggunakan fitting yang tepat. Rehabilitasi dilakukan untuk jalur-
jalur pipa yang nilai dan titik kebocorannya cukup besar dan dominan, serta tingkat
kerusakan pipa yang lebih parah.

8) Monitoring Secara Berkala


Beberapa zona pelayanan dapat dimonitor secara bersamaan, setelah zona-zona
tersebut memenuhi syarat batas maksimum kehilangan air yang diijinkan, dengan
cara membandingkan seluruh debit air yang masuk dalam zona-zona tersebut
terhadap jumlah pemakaian air dari seluruh konsumen bulanan berdasar data
pencatat meter.
Deteksi kehilangan air dilakukan setelah rehabilitasi jaringan, dan dilakukan bilamana
ada yang dicurigai memiliki kehilangan air yang meningkat, dan mendekati/melebihi
ketentuan yang telah ditetapkan.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 34


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

9) Pemeliharaan Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi


Pemeliharaan jaringan pipa transmisi dan distribusi dapat dilakukan dengan cara
melakukan penggelontoran secara berkala, pembukaan blow off, pemeriksaan air
valve dan mereparasi dan melakukan kalibrasi meter air pelanggan secara berkala.
Untuk melakukan kegiatan reparasi dan kaliberasi metera air pelanggan, perlu adanya
bengkel meter air.

Selain itu program yang dapat dilakukan dalam pengendalian kehlangan air adalah
membuat pilot project dengan membentuk satgas penanggulangan kebocoran dengan
kegiatan :

a. Melaksanakan program produksi kehilangan air baik didalam maupun diluar pilot
project, yang meliputi seluruh wilayah pelayanan PDAM

b. Pembentukan dan pengisolasian distrik pilot project untuk melakukan penurunan


kehilangan, dipakai cara meterisasi distrik dan meterisasi kebocoran.

c. Sebelum melakukan kegiatan survey pelanggan di lokasi proyek, terlebih dahulu


dilakukan pengumuman ke para pelanggan

d. Pemesanan/persiapan peralatan untuk pengujian bertahap, harus disiapkan dahulu


sebelum pekerjaan di lapangan dilakukan

e. Melakukan survey lapangan konsumen dengan tujuan mendata kondisi


sambungan rumah, perpipaan, meter air, pemakaian air baik kuantitas maupun
kualitasnya juga tekanan air dalam pipa

f. Mendeteksi lokasi kebocoran pada suatu jalur perpipaan dengan alat deteksi
kebocoran

g. Melakukan perbaikan kebocoran;

h. Membuat analisa terhadap kebocoran dan membuat biaya penurunan kebocoran

7.6.4 Program Pemasaran Dan Komunikasi Massa

7.6.4.1 Bidang Pemasaran

Untuk mencapai sasaran penambahan pelanggan, volume dan pendapatan penjualan


air, sesuai dengan target tahun 2016, 2022, 2027 dan 2035 PDAM akan meningkatkan
organisasi dan pendekatan dalam pemasaran sambungan pelayanan. Hal ini dilakukan
dengan:
1). Pengembangan organisasi bidang pemasaran meliputi:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 35


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

a. Memperbaiki organisasi pemasaran, ketrampilan staf dan apresiasi terhadap


strategi dan isu-isu pemasaran.
b. Melakukan pengumpulan data dan informasi yang akurat menganai calon
pelanggan dan potensi pasar.
c. Melakukan program pelatihan untuk meningkatkan apresiasi bagian pemasaran
terhadap strategi dan teknik pemasaran.

2). Pengembangan media pemasaran meliputi kegiatan:

a. Membuat modul-modul pemasaran.

b. Melakukan kegiatan pemasaran kepada calon pelanggan melalui penerbitan brosur


pelayanan PDAM, promosi melalui media (radio, surat kabar dan pameran-
pameran).

c. Memberi akses bagi pelanggan untuk memperoleh informasi mengenai rekening


dengan mudah melalui media elektronik.

d. Melakukan publikasi PDAM secara lebih luas, melalui pameran-pameran terkait


dengan air minum.

7.6.4.2 Peningkatan Komunikasi Pelanggan

Pelanggan adalah bagian penting dari PDAM, karena itu PDAM harus meningkatkan
komunikasi yang baik dengan pelanggan sehingga PDAM mengetahui opini pelanggan
dan pelanggan juga mengetahui gambaran yang jelas mengenai dukungan yang perlu
mereka berikan kepada PDAM, misalnya:
1) Kepuasan pelanggan atas pelayanan, baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitas
2) Keterjangkauan harga air bagi pelanggan dan alasan penetapan tarif
3) Pelayanan administrasi yang mudah baik dalam pembayaran rekening maupun dalam
proses penyambungan baru
4) Respon yang cepat dalam menangani keluhan yang disampaikan oleh pelanggan baik
yang bersifat teknis maupun admintrasi.

Program peningkatan komunikasi pelanggan dapat dilakukan dengan kegiatan sebagai


berikut:
a. Meningkatkan pelayanan pelanggan khususnya komunikasi dengan pelanggan dan
calon pelanggan melalui kotak saran di kantor PDAM
b. Melakukan survey kepuasan pelanggan di seluruh wilayah pelayanan PDAM,
dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan yang independen
c. Inisiatif pembentukan forum/asosiasi pelanggan air minum PDAM

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 36


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.6.5 Program Bidang Organisasi dan Sumberdaya Manusia

A. Penerapan Sistem Manajemen Terpadu

Penerapan sistem manajemen mutu terpadu (Total Quality Manajemen,TQM) bertujuan


untuk memperbaiki pelayanan secara substansial kepada pelanggan. Secara umum
konsep ini bertumpu pada filosofi sebagai berikut :
1) Memfokuskan perhatian kepada konsumen, baik konsumen eksternal yaitu para
pelanggan maupun konsumen internal yaitu para karyawan dan bagian yang saling
berinteraksi dan saling menunjang dalam lingkungan perusahaan
2) Perhatian penuh kepada penyempurnaan berkelanjutan (kualitas selalu dapat
diperbaiki, tidak ada kata puas)
3) Penyempurnaan pada setiap aktivitas perusahaan
4) Penggunaan teknik-teknik statistika dalam mengukur setiap variabel utama dalam
operasi agar pengukuran dan pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
akurat
5) Pemberdayaan karyawan dengan melibatkan personil di semua lini dalam proses
penyempurnaan kualitas pelayanan

Pelaksanaan Sistem TQM melalui :


1) Sosialisasi dan pelatihan bagi seluruh Kepala Bagian dan Kepala Sub bagian
2) Pengembangan prosedur statistika untuk mengontrol kualitas air baku, kaulitas air
distribusi, tekanan di jaringan distribusi, zona pelayanan dan sambungan pelanggan
3) Pembentukan sejumlah gugus kendali mutu (GKM), keanggotaan gugus dapat
ditetapkan secara sukarela
4) Pengumpulan data primer melalui survey kepuasan pelanggan, survey potensi
pelanggan, survey pegawai, dan survey teknis lainnya dengan tujuan agar keputusan
dan tindakan yang diambil tidak didasarkan pada opini sejumlah orang baik di dalam
maupun di luar PDAM, namun juga berdasarkan data dan informasi lapangan.
5) Analisa jabatan untuk mempelajari sukses (best practise) yang dicapai
PDAM/perusahaan lain untuk bisa diadopsi di lingkungan PDAM.

B. Penyusunan Pedoman Kerja

PDAM dapat melengkapi dan menyempurnakan buku pedoman atau buku panduan agar
penanganan masalah-masalah operasional baik yang rutin maupun yang tidak rutin dapat
tertangani dengan baik, seragam dan konsisten tanpa menutup berkembanganya
kreativitas positif. Buku pedoman yang perlu disusun antara lain :
1) Pedoman Operasi dan Pemeliharaan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 37


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2) Pedoman Penyusunan Tarif Air Minum


3) Pedomana Pemasaran dan Kehumasan
4) Modul-modul Pelatihan Intern

7.6.6 Program Keuangan

Keuangan yang dapat menopang kegiatan operasional dan program-program investasi


dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang ditentukan sangat diperlukan sehingga target-
target yang ditetapkan seperti peningkatan pendapatan bisa sepenuhnya tercapai sesuai
rencana. Kegagalan dalam mencapai target-target investasi dan keuangan dapat
menyebabkan timbulnya beban keuangan dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang
tidak bisa ditutup oleh penerimaan yang dibawah target.
Program perbaikan manajemen keuangan dapat dilakukan dengan cara :
1) Meningkatkan prosedur keuangan internal, panduan staf, pengawasan ke dalam dan
pelatihan staf untuk meningkatkan lebih baiknya laporan keuangan melalui sistem
komputer keuangan.
2) Memperluas kesempatan untuk menjaring dana hibah atau bantuan untuk
pengembangan PDAM.
3) Penyusunan Finansial Recovery Action Plan (FRAP) dan penyesuaiannya sekali 5
tahun kedepan dari pengeluaran modal dan biaya operasional yang diperlukan dan
pendapatan yang ditargetkan untuk menutupi biaya.
4) Meningkatkan kesadaran biaya di seluruh jajaran PDAM dengan menekan biaya-
biaya yang tidak berhubungan langsung dengan biaya sumber, biaya produksi dan
biaya distribusi air.
5) Secara bertahap melakukan rasionalisasi terhadap sistem produksi untuk menghemat
biaya bahan kimia dan biaya listrik.
6) Meningkatkan upaya pencairan piutang tak tertagih.
7) Reklasifikasi tarif dan golongan pelanggan dan diversifikasi tarif serta penyesuaian
tarif.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VII - 38


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Bab VIII
RENCANA PENDANAAN/INVESTASI

8.1 Kebutuhan Investasi, Sumber Dan Pola Pendanaan

Kebutuhan investasi dalam upaya pengembangan air minum terkadang sulit untuk
didapat namun mutlak dan wajib dipenuhi. Sebagai perencana pengembangan
khususnya pengembangan air minum, perencanaan investasi juga perlu diupayakan lebih
awal tepatnya dalam studi Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (RIPSPAM), sesuai dengan pedoman dan arahan yang tertuang
dalam Permen PU No 18 Tahun 2007, agar suatu perencanaan pengembangan dapat
berjalan sempurna. Kebutuhan air minum adalah kebutuhan dasar setiap manusia yang
selayaknya harus dipenuhi. Kebutuhan investasi pengembangan air minum yang besar
tapi sulit untuk mendapatkan pendanaannya namun di lain pihak harus dipenuhi
mendorong seorang perencana RISPAM untuk mencari alternatif sumber pendanaannya
dengan tidak mengabaikan kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi apabila
sumber dana didapatkan dan dipakai dalam investasi air minum. Atas dasar pemikiran
tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber pendanaan diperlukan berbagai
kajian tentang sumber – sumber dana investasi dan alternatif – alternatif atau opsi –opsi
sumber pendanaan dengan mempertimbangkan aturan dan tata tertib yang ada, alternatif
sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah:

1. Internal Cash
Alternatif ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan didanai dengan
keuangan dari hasil operasional.

2. Menggunakan dana pinjaman dari bank komersial


Alternatif ini mengasumsikan bahwa kebutuhan inveestasi akan ditutup oleh pinjaman
komersial hingga kondisi keuangan internal cukup untuk membiayai kebutuhan
investasi tersebut. Pada simulasi pinjaman komersial ini, pinjaman diambil pada 5
(lima) tahun pertama, kebutuhan investasi selanjutnya dipenuhi oleh keuangan
internal, dengan asumsi kinerja teknis dan keuangan seperti di atas maka diharapkan
hasil operasional perusahaan cukup mampu untuk menutup kebutuhan biaya-biaya
tersebut. Persyaratan pinjaman komersial biasanya akan tergantung pada:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 1


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

- Tingkat suku bunga komersil per tahun


- Jangka waktu pembayaran, jangka waktu pendek termasuk masa tenggang 2
tahun, biasanya 8 – 10 tahun.

3. Menggunakan dana dengan penerbitan obligasi daerah.


Dengan alternatif penerbitan obligasi ini maka kebutuhan biaya investasi dipenuhi
oleh dana dari penjualan obligasi (dalam hal ini adalah penerbitan obligasi oleh
Pemerintah Kota Bukittinggi). Persyaratan penerbitan obligasi ini adalah:
- Tingkat bunga (kupon) persen per tahun (lebih tinggi tingkat bunga acuan)
- Adanya jatuh tempo pembayaran pokok (misalnya 8-10 tahun)

4. Mengundang investor untuk melakukan investasi dibawah program kemitraan di


kawasan potensial tertentu yang belum mampu untuk dilayani PDAM

5. Mengusahakan pinjaman lunak dengan jangka waktu pengembalian minimal 15 tahun


termasuk masa tenggang 5 tahun dari lembaga keuangan internasional melalu
pinjaman SLA atau rekening Pembangunan Daerah (RPD)

6. Hibah bantuan teknis bilateral atau multilateral melalui pemerintah pusat

7. Pinjaman komersial melalui lembaga keuangan nasional atau internasional dengan


atau tanpa jaminan donor dan/atau pemerintah pusat.

Alternatif-alternatif tersebut diperlukan dengan memperhitungkan keuntungan dan


kerugiannya. Alternatif pertama biasanya sulit/jarang terlaksana. Hal ini disebabkan
karena pada pengembangan SPAM cuukup tinggi. Demikian juga dengan penerbitan
obligasi oleh pemerintah daerah sulit dilaksanakan, mengingat beban operasional PDAM
pada umumnya cukup tinggi. Sehingga diperlukan juga tingkat kinerja tinggi, agar obligasi
pada rentang waktu hingga jatuh tempo pembayaran hanya membayar bunga saja.
Apabila terjadi penurunan jumlah kas, tidak membuat posisi kas menjadi negatif.

Pada intinya semua alternatif perlu dipertimbangkan, mengingat kondisi kinerja PDAM
sebagai operator dan daerah sebagai pemilik SPAM. Diperlukan juga pertimbangan
peraturan terkait, yaitu skema pendanaan sistem penyediaan air minum, dimana pola
investasi untuk pengembangan pada unit air baku sampai unit produksi didanai oleh
pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai oleh APBN pusat melalui Direktoran
Jenderal Sumber Daya Air, dan unit produksi melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Sedangkan unit distribusi didanai ioleh daerah, dimana dari distribusi utama/primer
sampai distribusi sekunder oleh APBD Provinsi dan dari distribusi sekunder sampai
tersier atau pelanggan oleh APBD Kabupaten/Kota dan atau swadaya. Secara skematik
dapat dilihat pada gambar berikut:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 2


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 3


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel VIII-1
Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi

Tahun Anggaran
Harga Satuan Jumlah Harga Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume 2016- 2021- 2026- 2031-
(Rp.) (Rp. ) Pendanaan
2020 2025 2030 2035
I OPTIMALISASI DAN REHABILITASI
A UNIT AIR BAKU
1 Pembangunan intake dan pengadaan pompa di Batang Paket
Ngarai Sianok 1 12,288,674,500 12,288,674,500 √ APBN

2 Pembangunan WTP Kapasitas 50 l/dt Paket 1 3,122,000,000 3,122,000,000 √ APBN


3 Pengadaan dan pemasangan pipa DN 250 mm HDPE dari Meter
WTP Ngarai Sianok-reservoar Benteng 1,762 972,262 1,713,126,000 √ APBN

4 Pembagunan intake Balingka 100 l/dt Paket 1 2,250,125,000 2,250,125,000 √ APBN


5 Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 50 l/dt Paket 1 4,250,000,000 4,250,000,000 √ APBN
6 Pengadaan dan pemasangan pipa DN 250 mm HDPE dari Meter
WTP Ballingka-reservoar Bengkawas 9,760 1,050,205 10,250,000,000 √ APBN

7 Pembagunan intake Balingka 300 l/dt Paket 1 3,125,450,000 3,125,450,000 √ APBN


8 Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 150 l/dt Paket 1 5,124,250,000 5,124,250,000 √ APBN
9 Penggantiap pipa transmisi DN 300 mm ACP dengan DN Meter
300 mm HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang- Simpang 2,253 1,446,160 3,258,198,480 √ APBN
Bengkawas
10 Penggantian pipa transmisi Utama DN 300 mm ACP-300 mm Meter
HDPE dari Simpang Kapela-reservoar Bengkawas 2,622 1,279,450 3,354,717,900 √ APBN

11 Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HPE-250 mm HDPE Meter


dari Broncaptering Sungai Tanang-jembatan pipa Sungai 736 911,400 670,790,400 √ APBN
Tanang
12 Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter
HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-reservoar 2,103 950,400 1,998,691,200 √ APBN
Bengkawas
13 Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter
HDPE dari Simoang tembok-reservoar Mandiangin 1,390 1,124,000 1,562,360,000 √ APBN

Jumlah Kebutuhan Biaya unit Air Baku 52,968,383,480

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 4


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

B UNIT PRODUKSI
1 Program optimalisasi unit produksi: rehabilitasi dan Paket 1
pemindahan IPA Belakang Balok kap.40 l/dt dan pembuatan
2,500,000,000 2,500,000,000 √ APBN
intake baru di tabek gadang

2 Pengadaan alat-alat laboratorium dan penyusunan SOP Paket 1


pemeriksaan kualitas air 10,000,000 1,000,000,000 √ APBN
3 penggantian meter induk dia 300 mm, 1 unit lokasi sumber Paket 1
mata air sungai tanang, dia 250 mm lokasi di sungai tanang,
2 unit dia 150 mm lokasi sungai tanang, 3 unit, dia 200 mm,
394,000,000 394,000,000 √ APBN
lokasi bukit mandiangin, benteng, bengkawas dantabek
gadang 4 uit dan 100 mm lokasi palolok dan tabek gadang, 2
unit.
4 Pengadaan water meter sistem ultrasonic Paket 1 400,000,000 400,000,000 √ APBN
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Produksi 4,294,000,000

C UNIT DISTRIBUSI
1 Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm GIP-150 mm Meter 7,394 703,954 5,205,035,000 √ APBN
HDPE dari Broncaptering sungai tanang-simpang atas
Ngarai
2 Meter 2,615 665,050 1,739,105,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP-200 mm
HDPE dari reservoar Bengkawas-simpang Kantor CPM
3 Meter 700 513,700 359,590,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP- 200
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
4 Meter 10,400 353,700 3,678,480,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm PVC-150 mm
HDPE dalam Kota Bukittinggi
5 Meter 4,550 230,600 1,049,230,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 100 mm PVC/GIP-DN
100 mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
6 Meter 36,828 330,000 12,153,240,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 75 mm GIP-DN 75
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
7 Meter 6,000 232,000 1,392,000,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi DN 53 mm GIP- DN 53mm
HDPE dalam Kota Bukittinggi
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Distribusi 25,576,680,000

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 5


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

D UNIT PELAYANAN
Unit 3,000 400,000 1,200,000,000 √ √ APBD
Penggantian water meter pelanggan yang rusak lokasi di
1
Kec.Guguk Panjang, Aur Birugo Tigo Baleh, Mandiangin)
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Pelayanan 1,200,000,000

TOTAL KEBUTUHAN BIAYA OPTIMALISASI DAN 84,039,063,480


REHABILITASI
II PELATIHAN
A MANAJEMEN
1 Pelatihan dan pendampingan dalam pengendalian kualitas air Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD
2 Pelatihan petugas penertiban rekening Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD
3 Penertiban sambungan liar Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD
4 Pelatihan petugas penera meter air Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD
5 Pelatihan Busines Plan Paket 1 80,000,000 80,000,000 √ APBD
6 Pelatihan manajemen pengelolaan asset Paket 1 65,000,000 65,000,000 √ APBD
7 Pelatihan pemeliharaan mekanikal dan elektrikal Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
8 Pelatihan operasional dan perawatan unit produksi Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
9 Pelatihan penanganan dan penurunan kebocoran Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
10 Pelatihan komputerisasi dan IT untuk teknk dan keuangan Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
11 Pelatihan manajem kualitas air Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
12 Pelatihan penyusunan laporan keuangan Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
13 Pelatihan pengawasan pipa Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD
14 pelatihan operator genset Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
15 Pelatihan teknik dan perencanaan Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
16 Pelatihan manajemen personalia dan SDM Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
17 Pelatihan operasi instalasi pengolahan Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
18 Pelatihan unit distribusi Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
19 Pelatihan unit produksi Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
20 Pelatihan pegawai administrasi dan keuangan Paket 1 20,000,000 20,000,000 √ APBD
TOTAL KEBUTUHAN BIAYA PELATIHAN 805,000,000

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 6


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.2 Dasar Penentuan Asumsi Keuangan

Salah satu kegunaan proyeksi keuangan adalah untuk memprediksi kondisi kinerja
keuangan suatu perusahaan/lembaga/swadaya masyarakat sebagai penerima dana
selama beberapa tahun ke depan, dengan memperhatikan aspek lain yang berkaitan
seperti aspek teknik ataupun aspek manajemen.

Proyeksi keuangan yang digunakan adalah proyeksi keuangan yang telah ditetapkan
untuk dapat digunakan suatu perusahaan/BUMD/PDAM dalam meningkatkan optimalisasi
dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Namun proyeksi keuangan juga
digunakan untuk melihat seberapa besar harga air didapat jika pendanaan dikeluarkan
pada suatu kelembagaan tersebut. Dengan kata lain, untuk melihat dampak penentuan
suatu harga yang akan ditetapkan terhadap kinerja keuangan pengelola yang
diberlakukan.

Proyeksi keuangan juga digunakan untuk melihat suatu nilai investasi dari proyek yang
bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan
terhadap investasi yang dikeluarkan, dengan melihat indikasi biaya dan pola investasi
yang dihitung dalam bentuk nilai sekaran (present value) dan harus dikonversikan
menjadi nilai masa datan (future value), berdasarkan metode analisis financial, serta
sudah menghitung kebutuhan biaya untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Dalam perhitungan proyeksi keuangan diperlukan asumsi-asumsi yang akan
berpengaruh langsung maupun tidak terhadap hasil perhitungan/analisis. Kelayakan
suatu proyek/investasi yang juga diperlukan sebagai gambaran dari dampak pengguna
sejumlah investasi. Dimana dengan melihat nilai IRR (Internal Rate Return) dan NPV (Net
Present Value) yang dibandingkan dengan Discount Factor (DF) atau tingkat bunga
acuan antar bank.

Asumsi-asumsi yang dipakai dalam analisa keuangan/financial adalah:


1. Porsi pinjaman yang paling mungkin ditawarkan adalah 70% pada unit produksi dan
75% pada unit distribusi
2. Jangka waktu pinjaman tidak melebihi jangka waktu perencanaan Rencana Induk
SPAM
3. Untuk menjaga intensitas air baku, masa kerja operasional pendistribusian (dalam hal
jaringan Distribusi Utama) adalah 8 (delapan) sampai 9 (Sembilan) jam per hari
4. Tingkat kebocoran sampai Jaringan Distribusi Utama tidak melebihi 20%
5. Persentasi Loan Disbursement adalah 2 (dua) tahap dalam 2 tahun
6. Masa tenggang pembayaran bunga dan cicilan adalah tahun ke-3 atau tahun ke-5
7. Tingkat suku bunga adalah 7% lebih tinggi dari tingkat bunga acuan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 7


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8. Discount Factor yang digunakan adalah sebesar 6,5%


9. Kenaikan harga air curah mengikuti penyesuaian kenaikan tariff yaitu 20% setiap 2
tahun, yang dimulai pada tahun 2016
10. Harga Pokok Produksi (HPP) tahun ke-1 antara Rp 1.100,- sampai dengan Rp 3.500,-
11. Tingkat penyesuaian harga pokok produksi (HPP) setiap 2 tahun diperhitungkan
sebesar 10%-20%
12. Harga air diperoleh per periode pentahapan yaitu per 5 tahunan

8.3 Analisis Kelayakan Keuangan

Analisis kelayakan keuangan dinilai dengan melihat kelayakan keuangan/finansial untuk


investasi pengembangan RISPAM jangka pendek/mendesak, yaitu dengan menghitung
PayBack Periode (PB), Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit
Cost Ratio (BCR) sensitivity analisis. Investasi disebut layak untuk diimplementasikan
apabila PB < nilai ekonomis; NPV bernilai positif; IRR>diskon faktor/Bank IndonesiaRate
dan BCR>1.

Program-program yang telah ditetapkan perlu dievaluasi kelayakannya dari sisi keuangan
agar bisa diperhitungkan bahwa secara finansial program -program tersebut akan mampu
dilaksanakan oleh perusahaan. Kelayakan pelaksanaan program diperhitungkan dengan
memasukkan anggaran masing-masing program dalam simulasi proyeksi keuangan.
Perhitungan secara detil dalam bentuk simulasi kronologis pembiayaan per tahun
disajikan pada bagian lampiran laporan ini.

Laporan ini mengilustrasikan dua skenario pembiayaan, yaitu skenario pertama,


pembiayaan yang investasi sepenuhnya dibiayai oleh dana APBN dan APBD, serta
skenario kedua investasi dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan modal dari PDAM.
Pada skenario pembiayaan pertama, berdasarkan hasil perhitungan Pay Back Periode
(PB) diperoleh kesimpulan bahwa, investasi akan dapat kembali nilai ekonomisnya dalam
jangka waktu 14 tahun 3 bulan. Dalam hal ini investasi tersebut akan dapat dinikmati
manfaatnya secara finansial pada tahun 2020. Berdasarkan hasil perhitungan internal
rate of returns (IRR) diperoleh kesimpulan bahwa nilai investasi tersebut adalah 8%,
berarti nilai proyek tersebut masih di atas nilai bunga Bank Indonesia (BI Rate) senilai
7,5% pada bulan November 2015. Berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value
(NPV) diperoleh nilai yang positif, yang menyatakan bahwa investasi tersebut layak untuk
diimplementasikan. Hasil perhitungan BCR diperoleh hasil yang marginal, dalam hal ini
BCR=1. Bagian selanjutnya menyajikan tabel-tabel yang menunjukkan hasil perhitungan
tersebut berdasarkan skenario pertama maupun kedua.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 8


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.1. Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

Tabel VIII-2
Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Cash In Cash Out
Tahun Tahun ke- Kas Bersih OPEX
Total Pendapatan HPP Kas Bersih
Kumulatif Investment APBD Pajak Total
2016 1 9.007.163.304 3.641.426.880 5.365.736.424 5.365.736.424 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2017 2 11.087.110.465 4.478.843.460 6.608.267.005 11.974.003.428 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2018 3 15.911.904.859 5.887.909.170 10.023.995.689 21.997.999.117 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2019 4 18.630.812.708 6.889.113.660 11.741.699.048 33.739.698.165 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2020 5 28.614.668.773 9.692.624.027 18.922.044.746 52.661.742.911 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2021 6 29.283.492.291 9.912.820.117 19.370.672.174 72.032.415.085 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2022 7 35.942.276.725 11.146.166.254 24.796.110.471 96.828.525.556 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2023 8 36.744.362.701 11.388.230.379 25.356.132.322 122.184.657.878 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2024 9 45.056.039.760 12.793.407.321 32.262.632.439 154.447.290.317 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2025 10 51.808.985.147 13.059.677.858 38.749.307.289 193.196.597.606 35.382.665.000 - 3.538.266.500 35.382.665.000
2026 11 63.471.131.579 14.658.634.938 48.812.496.641 242.009.094.247 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2027 12 64.771.480.981 14.951.624.232 49.819.856.749 291.828.950.996 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2028 13 79.286.196.460 16.769.074.878 62.517.121.581 354.346.072.577 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2029 14 80.846.127.348 17.091.262.229 63.754.865.119 418.100.937.696 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2030 15 98.888.442.030 19.155.016.457 79.733.425.572 497.834.363.268 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2031 16 100.759.773.023 19.509.311.583 81.250.461.440 579.084.824.708 - - -
2032 17 123.158.028.106 21.850.089.436 101.307.938.671 680.392.763.379 - - -
2033 18 125.405.735.161 22.240.180.242 103.165.554.919 783.558.318.298 - - -
2034 19 153.077.976.510 24.893.029.630 128.184.946.880 911.743.265.178 - - -
2035 20 155.760.445.608 25.321.995.255 130.438.450.353 1.042.181.715.531 - - -

Total 1.327.512.153.538 285.330.438.007 1.612.842.591.544 419.195.317.400 14.825.000.000 43.402.031.740 434.020.317.400


Payback Period= 14,25
14 Tahun 3 bulan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 9


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.2. Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-3
Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

Pendapatan DF 6,5% DF 7,5% (BI Rate) DF 8,5%


Tahun Total Pendapatan HPP
Bersih
DF Kas bersih DF Kas bersih DF Kas bersih
2016 9.007.163.304 3.641.426.880 5.365.736.424 0,938967136 5.038.250.163 0,930232558 4.991.382.720 0,921658986 4.643.548.537
2017 11.087.110.465 4.478.843.460 6.608.267.005 0,881659283 5.826.239.948 0,865332612 5.718.348.949 0,849455287 4.949.130.326
2018 15.911.904.859 5.887.909.170 10.023.995.689 0,827849092 8.298.355.727 0,80496057 8.068.921.278 0,782908098 6.496.849.902
2019 18.630.812.708 6.889.113.660 11.741.699.048 0,777323091 9.127.093.797 0,74880053 8.792.190.468 0,721574284 6.585.876.174
2020 28.614.668.773 9.692.624.027 18.922.044.746 0,729880837 13.810.837.848 0,696558632 13.180.313.610 0,665045423 9.184.834.503
2021 29.283.492.291 9.912.820.117 19.370.672.174 0,685334119 13.275.382.545 0,647961518 12.551.450.155 0,612945091 8.137.080.556
2022 35.942.276.725 11.146.166.254 24.796.110.471 0,643506215 15.956.451.192 0,602754901 14.945.977.110 0,564926351 9.014.219.743
2023 36.744.362.701 11.388.230.379 25.356.132.322 0,604231188 15.320.965.947 0,560702233 14.217.240.023 0,520669448 7.977.158.878
2024 45.056.039.760 12.793.407.321 32.262.632.439 0,567353228 18.304.308.653 0,521583473 16.827.655.873 0,479879675 8.783.865.693
2025 51.808.985.147 13.059.677.858 38.749.307.289 0,532726036 20.642.764.851 0,485193928 18.800.928.623 0,442285415 9.129.993.820
2026 63.471.131.579 14.658.634.938 48.812.496.641 0,50021224 24.416.608.281 0,451343189 22.031.187.903 0,407636327 9.953.096.523
2027 64.771.480.981 14.951.624.232 49.819.856.749 0,469682854 23.399.532.523 0,419854129 20.917.072.583 0,375701684 8.791.243.776
2028 79.286.196.460 16.769.074.878 62.517.121.581 0,441016765 27.571.098.697 0,390561981 24.416.810.842 0,346268833 9.547.012.177
2029 80.846.127.348 17.091.262.229 63.754.865.119 0,414100249 26.400.905.491 0,363313471 23.163.001.311 0,319141782 8.425.632.019
2030 98.888.442.030 19.155.016.457 79.733.425.572 0,388826524 31.002.470.747 0,337966019 26.947.188.432 0,294139891 9.119.063.368
2031 100.759.773.023 19.509.311.583 81.250.461.440 0,365095328 29.664.163.879 0,314386995 25.544.088.376 0,271096674 8.041.856.158
2032 123.158.028.106 21.850.089.436 101.307.938.671 0,342812515 34.729.629.211 0,292453018 29.627.812.429 0,249858686 8.677.499.503
2033 125.405.735.161 22.240.180.242 103.165.554.919 0,321889685 33.207.927.989 0,272049319 28.066.118.983 0,230284503 7.647.271.185
2034 153.077.976.510 24.893.029.630 128.184.946.880 0,302243836 38.743.110.037 0,253069134 32.439.653.520 0,212243781 8.222.984.176
2035 155.760.445.608 25.321.995.255 130.438.450.353 0,283797029 37.018.044.667 0,235413148 30.706.926.226 0,195616388 7.241.336.202

Total PV Kas Bersih 431.754.142.192 381.954.269.413 160.569.553.220


Nilai Investasi 271.855.277.086 271.855.277.086
NPV C1 (7,5%) 110.098.992.328 NPV C2 (8,5%) (111.285.723.866)
IRR= 8
Kesimpulan:
IRR lebih besar dari BI Rate, maka proyek dinyatakan layak

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 10


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.3. Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

Tabel VIII-4
Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Cash In Cash Out
Tahun Discount Factor OPEX Discount Factor
Total Pendapatan NPV Investment Pajak Total NPV
6,50% APBD HPP 6,50%
2016 9.007.163.304 0,938967136 8.457.430.332 39.206.698.480 2.005.000.000 3.641.426.880 4.121.169.848 40.731.955.512 0,938967136 38.245.967.617
2017 11.087.110.465 0,881659283 9.775.053.860 39.206.698.480 2.005.000.000 4.478.843.460 4.121.169.848 41.569.372.092 0,881659283 36.650.022.784
2018 15.911.904.859 0,827849092 13.172.655.986 39.206.698.480 2.005.000.000 5.887.909.170 4.121.169.848 42.978.437.802 0,827849092 35.579.660.701
2019 18.630.812.708 0,777323091 14.482.160.920 39.206.698.480 2.005.000.000 6.889.113.660 4.121.169.848 43.979.642.292 0,777323091 34.186.391.483
2020 28.614.668.773 0,729880837 20.885.298.381 39.206.698.480 2.005.000.000 9.692.624.027 4.121.169.848 46.783.152.659 0,729880837 34.146.126.598
2021 29.283.492.291 0,685334119 20.068.976.384 35.382.665.000 1.200.000.000 9.912.820.117 3.658.266.500 42.837.218.617 0,685334119 29.357.807.473
2022 35.942.276.725 0,643506215 23.129.078.448 35.382.665.000 1.200.000.000 11.146.166.254 3.658.266.500 44.070.564.754 0,643506215 28.359.682.311
2023 36.744.362.701 0,604231188 22.202.089.914 35.382.665.000 1.200.000.000 11.388.230.379 3.658.266.500 44.312.628.879 0,604231188 26.775.072.375
2024 45.056.039.760 0,567353228 25.562.689.591 35.382.665.000 1.200.000.000 12.793.407.321 3.658.266.500 45.717.805.821 0,567353228 25.938.144.702
2025 51.808.985.147 0,532726036 27.599.995.262 35.382.665.000 - 13.059.677.858 3.538.266.500 44.904.076.358 0,532726036 23.921.570.577
2026 63.471.131.579 0,50021224 31.749.036.898 9.249.700.000 - 14.658.634.938 924.970.000 22.983.364.938 0,50021224 11.496.560.457
2027 64.771.480.981 0,469682854 30.422.054.070 9.249.700.000 - 14.951.624.232 924.970.000 23.276.354.232 0,469682854 10.932.504.495
2028 79.286.196.460 0,441016765 34.966.541.847 9.249.700.000 - 16.769.074.878 924.970.000 25.093.804.878 0,441016765 11.066.788.641
2029 80.846.127.348 0,414100249 33.478.401.428 9.249.700.000 - 17.091.262.229 924.970.000 25.415.992.229 0,414100249 10.524.768.699
2030 98.888.442.030 0,388826524 38.450.449.222 9.249.700.000 - 19.155.016.457 924.970.000 27.479.746.457 0,388826524 10.684.854.308
2031 100.759.773.023 0,365095328 36.786.922.392 - - 19.509.311.583 19.509.311.583 0,365095328 7.122.758.514
2032 123.158.028.106 0,342812515 42.220.113.316 - - 21.850.089.436 21.850.089.436 0,342812515 7.490.484.105
2033 125.405.735.161 0,321889685 40.366.812.604 - - 22.240.180.242 22.240.180.242 0,321889685 7.158.884.615
2034 153.077.976.510 0,302243836 46.266.874.797 - - 24.893.029.630 24.893.029.630 0,302243836 7.523.764.760
2035 155.760.445.608 0,283797029 44.204.351.687 - - 25.321.995.255 25.321.995.255 0,283797029 7.186.307.020

564.246.987.340 NPV Cash Out Flows: 404.348.122.233


NPV> 0 159.898.865.106
Proyek dinyatakan Layak

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 11


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-5
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

Tahun
Tahun Investasi HPP Total Cost Benefit DF 6,5% PV Cost PV Benefit
ke-
2016 1 41.211.698.480 3.641.426.880 44.853.125.360 5.365.736.424 0,938967136 42.115.610.667 5.038.250.163
2017 2 41.211.698.480 4.478.843.460 45.690.541.940 6.608.267.005 0,881659283 40.283.490.436 5.826.239.948
2018 3 41.211.698.480 5.887.909.170 47.099.607.650 10.023.995.689 0,827849092 38.991.367.417 8.298.355.727
2019 4 41.211.698.480 6.889.113.660 48.100.812.140 11.741.699.048 0,777323091 37.389.871.967 9.127.093.797
2020 5 41.211.698.480 9.692.624.027 50.904.322.507 18.922.044.746 0,729880837 37.154.089.494 13.810.837.848
2021 6 36.582.665.000 9.912.820.117 46.495.485.117 19.370.672.174 0,685334119 31.864.942.321 13.275.382.545
2022 7 36.582.665.000 11.146.166.254 47.728.831.254 24.796.110.471 0,643506215 30.713.799.539 15.956.451.192
2023 8 36.582.665.000 11.388.230.379 47.970.895.379 25.356.132.322 0,604231188 28.985.511.087 15.320.965.947
2024 9 36.582.665.000 12.793.407.321 49.376.072.321 32.262.632.439 0,567353228 28.013.674.009 18.304.308.653
2025 10 35.382.665.000 13.059.677.858 48.442.342.858 38.749.307.289 0,532726036 25.806.497.262 20.642.764.851
2026 11 9.249.700.000 14.658.634.938 23.908.334.938 48.812.496.641 0,50021224 11.959.241.772 24.416.608.281
2027 12 9.249.700.000 14.951.624.232 24.201.324.232 49.819.856.749 0,469682854 11.366.947.045 23.399.532.523
2028 13 9.249.700.000 16.769.074.878 26.018.774.878 62.517.121.581 0,441016765 11.474.715.918 27.571.098.697
2029 14 9.249.700.000 17.091.262.229 26.340.962.229 63.754.865.119 0,414100249 10.907.799.006 26.400.905.491
2030 15 9.249.700.000 19.155.016.457 28.404.716.457 79.733.425.572 0,388826524 11.044.507.178 31.002.470.747
2031 16 - 19.509.311.583 19.509.311.583 81.250.461.440 0,365095328 7.122.758.514 29.664.163.879
2032 17 - 21.850.089.436 21.850.089.436 101.307.938.671 0,342812515 7.490.484.105 34.729.629.211
2033 18 - 22.240.180.242 22.240.180.242 103.165.554.919 0,321889685 7.158.884.615 33.207.927.989
2034 19 - 24.893.029.630 24.893.029.630 128.184.946.880 0,302243836 7.523.764.760 38.743.110.037
2035 20 - 25.321.995.255 25.321.995.255 130.438.450.353 0,283797029 7.186.307.020 37.018.044.667

Jumlah 434.554.264.132 431.754.142.192


Gross B/C Ratio: 0,993556335

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 12


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.5. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

Gambar 8.1.
Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 13


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 8.1. merupakan grafik biaya produksi air, pendapatan, dan investasi tahun 2016
– 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN dan APBD. Pada Gambar tersebut
dapat diketahui bahwa sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2030 merupakan periode
investasi dengan diawali investasi senilai Rp41.211.698.480 secara berturut-turut nilainya
mengecil pada tahun 2030 senilai Rp9.249.700.000. Pada tahun 2031-2035 tidak
terdapat investasi lagi dan diperkirakan proyek dapat berjalan normal sebagaimana yang
diharapkan. Pada tahun-tahun investasi tersebut nilai pendapatan semakin membaik,
bahkan meningkat secara signifikan setelah tahun 2023. Peningkatan ini dimungkinkan
karena seluruh instalasi proyek telah berjalan dengan baik setelah dilakukan berbagai
perbaikan jaringan, berupa perbaikan teknis (optimalisasi, rehabilitasi, dan ekspansi),
serta perbaikan unit produksi. Perbaikan teknis dan unit produksi tersebut juga
berdampak pada efisiensi biaya produksi yang cenderung stabil dari tahun ke tahun mulai
tahun 2016 sampai dengan 2035. Kenaikan biaya produksi yang terjadi sepanjang tahun
2016 sampai dengan 2035 diperkirakan terjadi sekitar 10% saja, yang merupakan nilai
yang wajar untuk mengantisipasi biaya kemahalan yang terjadi dari tahun ke tahun
sebagai dampak inflasi. Gambar 8.1. menunjukkan pergerakan biaya produksi air,
pendapatan, dan investasi sepanjang tahun 2016 sampai 2035 yang menunjukkan
program pendanaan yang layak.

Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang skenario pembiayaan kedua, dalam hal ini
investasi tahun 2016 – 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN dan APBD,
serta penyertaan modal dari PDAM. Pada skenario kedua ini tidak sepenuhnya
pendapatan dinikmati, namun sebagian disisihkan sebagai penyertaan modal sebesar
Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035. Berdasarkan skenario
kedua ini dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Pay Back Periode (PB) menunjukkan
investasi akan dapat kembali nilai ekonomisnya dalam jangka waktu 14 tahun 5 bulan.
Hasil ini menunjukkan periode pengumpulan nilai ekonomis yang dua bulan lebih panjang
ketimbang skenario pertama. Dalam hal ini investasi tersebut akan dapat dinikmati
manfaatnya secara finansial pada pertengahan tahun 2020. Berdasarkan hasil
perhitungan internal rate of returns (IRR) diperoleh kesimpulan bahwa nilai investasi
tersebut adalah 8%, berarti nilai proyek tersebut masih di atas nilai bunga Bank Indonesia
(BI Rate) senilai 7,5% pada bulan November 2015. Berdasarkan hasil perhitungan Net
Present Value (NPV) diperoleh nilai yang positif, yang menyatakan bahwa investasi
tersebut layak untuk diimplementasikan. Hasil perhitungan BCR diperoleh hasil yang
marginal dengan kualitas hasil yang sedikit lebih rendah, dalam hal ini BCR=0,95. Berikut
ini adalah tabel-tabel yang menggambarkan skenario kedua tentang pendanaan:

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 14


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.6. Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal

Tabel VIII-6
Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Cash In Cash Out
Tahun Tahun ke- Penyertaan Penyertaan
Total Pendapatan HPP Kas Bersih Kas Bersih Kumulatif Investment APBD Pajak Total
Modal Modal
2016 1 9.007.163.304 2.500.000.000 3.641.426.880 2.865.736.424 2.865.736.424 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2017 2 11.087.110.465 2.500.000.000 4.478.843.460 4.108.267.005 6.974.003.428 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2018 3 15.911.904.859 2.500.000.000 5.887.909.170 7.523.995.689 14.497.999.117 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2019 4 18.630.812.708 2.500.000.000 6.889.113.660 9.241.699.048 23.739.698.165 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2020 5 28.614.668.773 2.500.000.000 9.692.624.027 16.422.044.746 40.161.742.911 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2021 6 29.283.492.291 2.500.000.000 9.912.820.117 16.870.672.174 57.032.415.085 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2022 7 35.942.276.725 2.500.000.000 11.146.166.254 22.296.110.471 79.328.525.556 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2023 8 36.744.362.701 2.500.000.000 11.388.230.379 22.856.132.322 102.184.657.878 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2024 9 45.056.039.760 2.500.000.000 12.793.407.321 29.762.632.439 131.947.290.317 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2025 10 51.808.985.147 2.500.000.000 13.059.677.858 36.249.307.289 168.196.597.606 35.382.665.000 2.500.000.000 - 3.788.266.500 37.882.665.000
2026 11 63.471.131.579 2.500.000.000 14.658.634.938 46.312.496.641 214.509.094.247 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2027 12 64.771.480.981 2.500.000.000 14.951.624.232 47.319.856.749 261.828.950.996 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2028 13 79.286.196.460 2.500.000.000 16.769.074.878 60.017.121.581 321.846.072.577 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2029 14 80.846.127.348 2.500.000.000 17.091.262.229 61.254.865.119 383.100.937.696 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2030 15 98.888.442.030 2.500.000.000 19.155.016.457 77.233.425.572 460.334.363.268 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2031 16 100.759.773.023 2.500.000.000 19.509.311.583 78.750.461.440 539.084.824.708 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2032 17 123.158.028.106 2.500.000.000 21.850.089.436 98.807.938.671 637.892.763.379 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2033 18 125.405.735.161 2.500.000.000 22.240.180.242 100.665.554.919 738.558.318.298 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2034 19 153.077.976.510 2.500.000.000 24.893.029.630 125.684.946.880 864.243.265.178 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2035 20 155.760.445.608 2.500.000.000 25.321.995.255 127.938.450.353 992.181.715.531 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000

Total 1.327.512.153.538 285.330.438.007 1.612.842.591.544 419.195.317.400 50.000.000.000 14.825.000.000 48.402.031.740 484.020.317.400


Payback Period= 14,43
14 Tahun 5 bulan

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 15


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.7. Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Tabel VIII-6
Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal

Pendapatan DF 6,5% DF 7,5% (BI Rate) DF 8,5%


Tahun Total Pendapatan Penyertaan Modal HPP
Bersih
DF Kas bersih DF Kas bersih DF Kas bersih
2016 9.007.163.304 2.500.000.000 3.641.426.880 2.865.736.424 0,938967136 2.690.832.323 0,930232558 2.665.801.324 0,921658986 2.641.231.727
2017 11.087.110.465 2.500.000.000 4.478.843.460 4.108.267.005 0,881659283 3.622.091.741 0,865332612 3.555.017.419 0,849455287 3.489.789.127
2018 15.911.904.859 2.500.000.000 5.887.909.170 7.523.995.689 0,827849092 6.228.732.998 0,80496057 6.056.519.855 0,782908098 5.890.597.157
2019 18.630.812.708 2.500.000.000 6.889.113.660 9.241.699.048 0,777323091 7.183.786.069 0,74880053 6.920.189.143 0,721574284 6.668.572.376
2020 28.614.668.773 2.500.000.000 9.692.624.027 16.422.044.746 0,729880837 11.986.135.757 0,696558632 11.438.917.029 0,665045423 10.921.405.699
2021 29.283.492.291 2.500.000.000 9.912.820.117 16.870.672.174 0,685334119 11.562.047.248 0,647961518 10.931.546.359 0,612945091 10.340.795.684
2022 35.942.276.725 2.500.000.000 11.146.166.254 22.296.110.471 0,643506215 14.347.685.655 0,602754901 13.439.089.857 0,564926351 12.595.660.325
2023 36.744.362.701 2.500.000.000 11.388.230.379 22.856.132.322 0,604231188 13.810.387.978 0,560702233 12.815.484.440 0,520669448 11.900.489.793
2024 45.056.039.760 2.500.000.000 12.793.407.321 29.762.632.439 0,567353228 16.885.925.583 0,521583473 15.523.697.191 0,479879675 14.282.482.391
2025 51.808.985.147 2.500.000.000 13.059.677.858 36.249.307.289 0,532726036 19.310.949.762 0,485193928 17.587.943.802 0,442285415 16.032.539.919
2026 63.471.131.579 2.500.000.000 14.658.634.938 46.312.496.641 0,50021224 23.166.077.681 0,451343189 20.902.829.930 0,407636327 18.878.656.035
2027 64.771.480.981 2.500.000.000 14.951.624.232 47.319.856.749 0,469682854 22.225.325.387 0,419854129 19.867.437.259 0,375701684 17.778.149.871
2028 79.286.196.460 2.500.000.000 16.769.074.878 60.017.121.581 0,441016765 26.468.556.786 0,390561981 23.440.405.890 0,346268833 20.782.058.665
2029 80.846.127.348 2.500.000.000 17.091.262.229 61.254.865.119 0,414100249 25.365.654.870 0,363313471 22.254.717.635 0,319141782 19.548.986.798
2030 98.888.442.030 2.500.000.000 19.155.016.457 77.233.425.572 0,388826524 30.030.404.436 0,337966019 26.102.273.384 0,294139891 22.717.431.384
2031 100.759.773.023 2.500.000.000 19.509.311.583 78.750.461.440 0,365095328 28.751.425.558 0,314386995 24.758.120.890 0,271096674 21.348.988.155
2032 123.158.028.106 2.500.000.000 21.850.089.436 98.807.938.671 0,342812515 33.872.597.924 0,292453018 28.896.679.883 0,249858686 24.688.021.675
2033 125.405.735.161 2.500.000.000 22.240.180.242 100.665.554.919 0,321889685 32.403.203.776 0,272049319 27.385.995.685 0,230284503 23.181.717.262
2034 153.077.976.510 2.500.000.000 24.893.029.630 125.684.946.880 0,302243836 37.987.500.448 0,253069134 31.806.980.685 0,212243781 26.675.848.386
2035 155.760.445.608 2.500.000.000 25.321.995.255 127.938.450.353 0,283797029 36.308.552.095 0,235413148 30.118.393.356 0,195616388 25.026.857.590

Total PV Kas Bersih 404.207.874.074 356.468.041.015 315.390.280.019


Nilai Investasi 271.855.277.086 271.855.277.086
NPV C1 (7,5%) 84.612.763.930 NPV C2 (8,5%) 43.535.002.934
IRR= 8
Kesimpulan:
IRR lebih besar dari BI Rate, maka proyek dinyatakan layak

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 16


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.8. Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal

Tabel VIII-6
Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Cash In Cash Out
OPEX
Tahun Penyertaan Pendapatan Discount Factor Discount Factor
Total Pendapatan NPV Investment Penyertaan Pajak Total NPV
Modal Bersih 6,5% 6,5%
Modal APBD HPP
2016 9.007.163.304 - 9.007.163.304 0,938967136 8.457.430.332 39.206.698.480 - 2.005.000.000 3.641.426.880 4.121.169.848 40.731.955.512 0,938967 38.245.967.617
2017 11.087.110.465 2.500.000.000 8.587.110.465 0,881659283 7.570.905.653 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.478.843.460 4.371.169.848 43.819.372.092 0,881659 38.633.756.170
2018 15.911.904.859 2.500.000.000 13.411.904.859 0,827849092 11.103.033.257 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 5.887.909.170 4.371.169.848 45.228.437.802 0,827849 37.442.321.158
2019 18.630.812.708 2.500.000.000 16.130.812.708 0,777323091 12.538.853.193 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 6.889.113.660 4.371.169.848 46.229.642.292 0,777323 35.935.368.437
2020 28.614.668.773 2.500.000.000 26.114.668.773 0,729880837 19.060.596.289 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 9.692.624.027 4.371.169.848 49.033.152.659 0,729881 35.788.358.480
2021 29.283.492.291 2.500.000.000 26.783.492.291 0,685334119 18.355.641.087 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 9.912.820.117 3.908.266.500 45.087.218.617 0,685334 30.899.809.240
2022 35.942.276.725 2.500.000.000 33.442.276.725 0,643506215 21.520.312.911 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 11.146.166.254 3.908.266.500 46.320.564.754 0,643506 29.807.571.294
2023 36.744.362.701 2.500.000.000 34.244.362.701 0,604231188 20.691.511.945 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 11.388.230.379 3.908.266.500 46.562.628.879 0,604231 28.134.592.547
2024 45.056.039.760 2.500.000.000 42.556.039.760 0,567353228 24.144.306.521 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 12.793.407.321 3.908.266.500 47.967.805.821 0,567353 27.214.689.464
2025 51.808.985.147 2.500.000.000 49.308.985.147 0,532726036 26.268.180.173 35.382.665.000 2.500.000.000 - 13.059.677.858 3.788.266.500 47.154.076.358 0,532726 25.120.204.157
2026 63.471.131.579 2.500.000.000 60.971.131.579 0,50021224 30.498.506.298 9.249.700.000 2.500.000.000 - 14.658.634.938 1.174.970.000 25.233.364.938 0,500212 12.622.037.997
2027 64.771.480.981 2.500.000.000 62.271.480.981 0,469682854 29.247.846.934 9.249.700.000 2.500.000.000 - 14.951.624.232 1.174.970.000 25.526.354.232 0,469683 11.989.290.918
2028 79.286.196.460 2.500.000.000 76.786.196.460 0,441016765 33.863.999.935 9.249.700.000 2.500.000.000 - 16.769.074.878 1.174.970.000 27.343.804.878 0,441017 12.059.076.362
2029 80.846.127.348 2.500.000.000 78.346.127.348 0,414100249 32.443.150.806 9.249.700.000 2.500.000.000 - 17.091.262.229 1.174.970.000 27.665.992.229 0,414100 11.456.494.258
2030 98.888.442.030 2.500.000.000 96.388.442.030 0,388826524 37.478.382.911 9.249.700.000 2.500.000.000 - 19.155.016.457 1.174.970.000 29.729.746.457 0,388827 11.559.713.988
2031 100.759.773.023 2.500.000.000 98.259.773.023 0,365095328 35.874.184.072 - 2.500.000.000 - 19.509.311.583 250.000.000 21.759.311.583 0,365095 7.944.223.002
2032 123.158.028.106 2.500.000.000 120.658.028.106 0,342812515 41.363.082.029 - 2.500.000.000 - 21.850.089.436 250.000.000 24.100.089.436 0,342813 8.261.812.263
2033 125.405.735.161 2.500.000.000 122.905.735.161 0,321889685 39.562.088.391 - 2.500.000.000 - 22.240.180.242 250.000.000 24.490.180.242 0,321890 7.883.136.407
2034 153.077.976.510 2.500.000.000 150.577.976.510 0,302243836 45.511.265.208 - 2.500.000.000 - 24.893.029.630 250.000.000 27.143.029.630 0,302244 8.203.813.391
2035 155.760.445.608 2.500.000.000 153.260.445.608 0,283797029 43.494.859.115 - 2.500.000.000 - 25.321.995.255 250.000.000 27.571.995.255 0,283797 7.824.850.335

539.048.137.062 NPV Cash Out Flows: 427.027.087.484


NPV> 0 112.021.049.578
Proyek Dinyatakan Layak

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 17


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.9. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal

Tabel VIII-7
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal
Tahun Penyertaan
Tahun Investasi HPP Total Cost Benefit DF 6,5% PV Cost PV Benefit
ke- Modal
2016 1 38.711.698.480 2.500.000.000 3.641.426.880 44.853.125.360 2.865.736.424 0,93897 42.115.610.667 2.690.832.323
2017 2 38.711.698.480 2.500.000.000 4.478.843.460 45.690.541.940 4.108.267.005 0,88166 40.283.490.436 3.622.091.741
2018 3 38.711.698.480 2.500.000.000 5.887.909.170 47.099.607.650 7.523.995.689 0,82785 38.991.367.417 6.228.732.998
2019 4 38.711.698.480 2.500.000.000 6.889.113.660 48.100.812.140 9.241.699.048 0,77732 37.389.871.967 7.183.786.069
2020 5 38.711.698.480 2.500.000.000 9.692.624.027 50.904.322.507 16.422.044.746 0,72988 37.154.089.494 11.986.135.757
2021 6 34.082.665.000 2.500.000.000 9.912.820.117 46.495.485.117 16.870.672.174 0,68533 31.864.942.321 11.562.047.248
2022 7 34.082.665.000 2.500.000.000 11.146.166.254 47.728.831.254 22.296.110.471 0,64351 30.713.799.539 14.347.685.655
2023 8 34.082.665.000 2.500.000.000 11.388.230.379 47.970.895.379 22.856.132.322 0,60423 28.985.511.087 13.810.387.978
2024 9 34.082.665.000 2.500.000.000 12.793.407.321 49.376.072.321 29.762.632.439 0,56735 28.013.674.009 16.885.925.583
2025 10 32.882.665.000 2.500.000.000 13.059.677.858 48.442.342.858 36.249.307.289 0,53273 25.806.497.262 19.310.949.762
2026 11 6.749.700.000 2.500.000.000 14.658.634.938 23.908.334.938 46.312.496.641 0,50021 11.959.241.772 23.166.077.681
2027 12 6.749.700.000 2.500.000.000 14.951.624.232 24.201.324.232 47.319.856.749 0,46968 11.366.947.045 22.225.325.387
2028 13 6.749.700.000 2.500.000.000 16.769.074.878 26.018.774.878 60.017.121.581 0,44102 11.474.715.918 26.468.556.786
2029 14 6.749.700.000 2.500.000.000 17.091.262.229 26.340.962.229 61.254.865.119 0,41410 10.907.799.006 25.365.654.870
2030 15 6.749.700.000 2.500.000.000 19.155.016.457 28.404.716.457 77.233.425.572 0,38883 11.044.507.178 30.030.404.436
2031 16 - 2.500.000.000 19.509.311.583 22.009.311.583 78.750.461.440 0,36510 8.035.496.834 28.751.425.558
2032 17 - 2.500.000.000 21.850.089.436 24.350.089.436 98.807.938.671 0,34281 8.347.515.392 33.872.597.924
2033 18 - 2.500.000.000 22.240.180.242 24.740.180.242 100.665.554.919 0,32189 7.963.608.828 32.403.203.776
2034 19 - 2.500.000.000 24.893.029.630 27.393.029.630 125.684.946.880 0,30224 8.279.374.349 37.987.500.448
2035 20 - 2.500.000.000 25.321.995.255 27.821.995.255 127.938.450.353 0,28380 7.895.799.592 36.308.552.095

Jumlah 438.593.860.113 404.207.874.074


Gross B/C Ratio: 0,92160

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 18


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.5. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD
dan Penyertaan Modal

Gambar 8.2.
Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD,
dan Penyertaan Modal

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 19


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar 8.2. merupakan grafik biaya produksi air, pendapatan, dan investasi tahun 2016
– 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal.
Pada Gambar tersebut dapat diketahui bahwa sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2030 merupakan periode investasi dengan diawali investasi senilai Rp38.711.698.480
secara berturut-turut nilainya mengecil sehingga pada tahun 2030 menjadi senilai
Rp6.749.700.000. Pada tahun 2031-2035 tidak terdapat investasi lagi. PDAM melakukan
penyertaan modal sebesar Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2035. Dalam grafik nampak nilai penyertaan modal yang konstan sepanjang tahun 2016
sampai dengan 2035.

Pada tahun 2031-2035 diperkirakan proyek dapat berjalan normal sebagaimana yang
diharapkan. Hasil ini tidak berbeda secara signifikan dari hasil perhitungan pada skenario
pertama. Pada tahun-tahun investasi tersebut nilai pendapatan semakin membaik, dan
tetap meningkat secara signifikan setelah tahun 2023. Sebagaimana hasil perhitungan
pada skenario pertama, peningkatan ini dimungkinkan karena seluruh instalasi proyek
telah berjalan dengan baik setelah dilakukan berbagai perbaikan jaringan, berupa
perbaikan teknis (optimalisasi, rehabilitasi, dan ekspansi), serta perbaikan unit produksi.
Perbaikan teknis dan unit produksi tersebut juga berdampak pada efisiensi biaya produksi
yang cenderung stabil dari tahun ke tahun mulai tahun 2016 sampai dengan 2035.
Kenaikan biaya produksi yang terjadi sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035
diperkirakan terjadi sekitar 10% saja, yang merupakan nilai yang wajar untuk
mengantisipasi biaya kemahalan yang terjadi dari tahun ke tahun sebagai dampak inflasi.

Gambar 8.2. menunjukkan pergerakan biaya produksi air, pendapatan, dan investasi
sepanjang tahun 2016 sampai 2035 yang menunjukkan program pendanaan yang layak.
Dalam hal ini pendanaan dibiayai melalui investasi dari sumber dana APBN, APBD, dan
Penyertaan Modal. Hasil berdasarkan skenario pertama dan kedua tidak berbeda secara
ekonomis, namun pada skenario kedua, PDAM melakukan penyertaan modal dengan
cara menyisihkan sebagian pendapatannya untuk diikutsertakan dalam pembiayaan
proyek senilai Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035.
Keikutsertaan PDAM dalam penyertaan modal sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2035 lebih kepada memberikan kontribusi terhadap aset internal PDAM dan komitmen
terhadap pembangunan daerah dan masyarakat secara menyeluruh.

LAPORAN AKHIR HALAMAN VIII - 20


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Peta Administrasi Kota Bukittinggi .......................................................I-4


Gambar II.1 Peta Administrasi Kota Bukittinggi ...................................................... II-3
Gambar II.2 Peta Topografi Kota Bukittinggi ........................................................... II-4
Gambar II.3 Peta Kemiringan Lahan Kota Bukittinggi ............................................. II-5
Gambar II.4 Peta Sebaran Geologi Permukaan Kota Bukittinggi ............................ II-7
Gambar II.5 Peta Hidrogeologi Kota Bukittinggi ...................................................... II-9
Gambar II.6 Grafik Curah Hujan Bulanan Kota Bukittinggi dari Tahun 2005 s/d
2015.................................................................................................. II-10
Gambar II.7 Peta Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Kota Bukittinggi .. II-14
Gambar II.8 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Wilayah
Kota Bukittinggi ................................................................................. II-17
Gambar II.9 Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan di Kota Bukittinggi .................. II-22
Gambar II.10 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi
Kota Bukittinggi ................................................................................. II-24
Gambar II.11 Peta Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Kota Bukittinggi ................................................................................. II-26
Gambar II.12 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bukittinggi ................................. II-33
Gambar II.13 Peta Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi ......................................... II-36
Gambar II.14 Peta Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Kota di Kota
Bukittinggi ......................................................................................... II-41
Gambar II.15 Trend Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bukittinggi ........................ II-45
Gambar II.16 Grafik Jumlah dan Kepadatan Penduduk .......................................... II-46
Gambar III.1 Peta Jaringan Pipa PDAM Kota Bukittinggi ...................................... III-22
Gambar III.2 Peta Jaringan Pipa Transmisi PDAM Kota Bukittinggi ...................... III-23
Gambar III.3 Peta Jaringan Pipa Distribusi PDAM Kota Bukittinggi ...................... III-24
Gambar III.4 Peta Jaringan Pipa Tertier PDAM Kota Bukittinggi ........................... III-25
Gambar III.5. Struktur Organisasi PDAM Kota Bukittinggi...................................... III-30

LAPORAN AKHIR HALAMAN xi


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Gambar V.1. Peta Rencana Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Kota


Di Kota Bukittinggi.............................................................................. V-7
Gambar V.2. Grafik Perbandingan Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Air
Maksimum Kota Bukittinggi .............................................................. V-26
Gambar VI.1. Peta Hidrogeologi Kota Bukittinggi .................................................... VI-3
Gambar VI.2. Sketsa Akuifer Tertekan dan Bebas .................................................. VI-4
Gambar VI.3. Peta Cekungan Air Tanah Kota Bukittinggi ....................................... VI-5
Gambar VI.4. Peta Lokasi Sumber Air Baku Alternatif di Kota Bukittinggi ............... VI-9
Gambar VI.5. Diagram Air Perizinan Air Tanah ..................................................... VI-12
Gambar VII.1. Peta Rencana Pola Ruang Kota Bukititnggi ................................... VII-13
Gambar VII.2. Peta Zona Pelayanan Air Minum PDAM Kota Bukittinggi ............... VII-15
Gambar VII.3. Peta Zona Pelayanan Reservoar Bangkaweh ................................ VII-16
Gambar VII.4. Peta Zona Pelayanan Reservoar Birugo ........................................ VII-17
Gambar VII.5. Peta Zona Pelayanan Reservoar Benteng ..................................... VII-18
Gambar VII.6. Peta Zona Pelayanan Reservoar Tabek Gadang ........................... VII-19
Gambar VII.7. Peta Zona Pelayanan Reservoar Mandiangin ................................ VII-20
Gambar VII.8. Peta Zona Pelayanan Reservoar Palolok ....................................... VII-21
Gambar VII.9. Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi Kapasitas
550 l/dt Sumber Air Dari Batang Sianok ......................................... VII-25
Gambar VII.10 Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi (Kapasitas
700 l/dt) Sumber Air Dari Balingka dan Sutijo ................................ VII-25
Gambar VII.11 Peta Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi .................. VII-27
Gambar VII.12 Tingat Kebocoran Yang Ekonomis ................................................. VII-31
Gambar VIII.1. Skema Pendanaan SIstem Penyediaan Air Minum ......................... VIII-3
Gambar VIII.2. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun
2016-2035 Pada SKenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN dan
APBD ............................................................................................ VIII-13
Gambar VIII.3. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun
2016-2035 Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN,
APBD dan Penyertaan Modal ....................................................... VIII-19
Gambar IX.1. Struktur Organisasi PDAM TIrta Jam Gadang Kota Bukittinggi ....... IX-11

LAPORAN AKHIR HALAMAN xii


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... I


DAFTAR ISI .................................................................................................................. II
DAFTAR TABEL .........................................................................................................VI
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................X

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... I-1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... I-1


1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................................. I-2
1.2.1 Maksud ..................................................................................... I-2
1.2.2 Tujuan....................................................................................... I-2
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan .................................................................... I-3
1.3.1 Lingkup Wilayah ....................................................................... I-3
1.3.2 Lingkup Kegiatan ...................................................................... I-3
1.4 Keluaran/Output Kegiatan .................................................................... I-8
1.5 Otorisasi ............................................................................................. I-10
1.6 Landasan Hukum ............................................................................... I-10
1.7 Sistematika Penulisan Laporan .......................................................... I-11

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BUKITTINGGI ................................................. II-1

2.1 Kondisi Fisik Dasar.............................................................................. II-1


2.1.1 Letak Geografis dan Administratif Wilayah ............................... II-1
2.1.2 Kondisi Topografi dan Fisiografi ............................................... II-2
2.1.3 Kondisi Geologi........................................................................ II-6
2.1.4 Kondisi Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi ....................... II-8
2.2 Aspek Prasarana dan Sarana ........................................................... II-11
2.2.1 Air Limbah.............................................................................. II-11
2.2.2 Persampahan ........................................................................ II-12
2.2.3 Drainase ................................................................................ II-15

LAPORAN AKHIR HALAMAN ii


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

2.2.4 Sarana Pendidikan................................................................. II-18


2.2.5 Sarana Kesehatan ................................................................. II-18
2.2.6 Sarana Peribadatan ............................................................... II-19
2.2.7 Sarana Transportasi .............................................................. II-19
2.2.8 Sarana Listrik ......................................................................... II-23
2.2.9 Sarana Telekomunikasi.......................................................... II-23
2.2.10 Air Bersih ............................................................................... II-25
2.3 Aspek Ekonomi dan Budaya ............................................................. II-27
2.3.1 PDRB..................................................................................... II-27
2.3.2 Aspek Sosial Budaya Masyarakat .......................................... II-30
2.4 Aspek Penataan Ruang dan Lahan ................................................... II-31
2.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah ............................................... II-31
2.4.2 Penggunaan Lahan dan Tata Guna Lahan ............................ II-34
2.4.3 Rencana Pengembangan Kota .............................................. II-37
2.4.4 Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas ......................... II-42
2.4.5 Kawasan Lindung .................................................................. II-43
2.5 Aspek Kependudukan ....................................................................... II-43
2.6 Keuangan Daerah ............................................................................. II-47

BAB III KONDISI SPAM EKSISTING ...................................................................... III-3

3.1 Aspek Teknis...................................................................................... III-1


3.1.1 SPAM Jaringan Perpipaan (JP) .............................................. III-3
3.1.2 SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) ............................... III-26
3.1.3 Kondisi SPAM Perpipaan Non PDAM ................................... III-26
3.2 Aspek Non Teknis ........................................................................... III-30
3.2.1 Aspek Kelembagaan ............................................................. III-30
3.2.2 Aspek Pengaturan ................................................................ III-32
3.2.3 Aspek Keuangan................................................................... III-32
3.3 Permasalahan SPAM Kota Bukittinggi.............................................. III-36

BAB IV STANDAR/KRITERIA PERENCANAAN.................................................... IV-1

4.1 Kriteria Perencanaan ........................................................................ IV-1


4.1.1 Unit Air Baku .......................................................................... IV-1
4.1.2 Unit Transmisi ........................................................................ IV-8
4.1.3 Unit Produksi ....................................................................... IV-11

LAPORAN AKHIR HALAMAN iii


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

4.1.4 Unit Distribusi....................................................................... IV-13


4.1.5 Unit Pelayanan .................................................................... IV-19
4.2 Standar Kebutuhan Air .................................................................... IV-24
4.2.1 Kebutuhan Domestik ............................................................ IV-26
4.2.2 Kebutuhan Non Domestik .................................................... IV-26
4.3 Periode Perencanaan...................................................................... IV-27

BAB V PROYEKSI KEBUTUHAN AIR. ................................................................. V-1

5.1 Arah Perkembangan Kota .................................................................. V-1


5.2 Rencana Daerah Pelayanan .............................................................. V-8
5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk ................................................................ V-9
5.3.1 Metode Proyeksi ..................................................................... V-9
5.3.2 Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk ............................... V-12
5.4 Proyeksi Kebutuhan Air Minum ........................................................ V-20
5.5 Perhitungan Kebutuhan Air Minum ................................................... V-21

BAB VI POTENSI AIR BAKU. ............................................................................... VI-1

6.1 Potensi Air Permukaan...................................................................... VI-1


6.2 Potensi Air Tanah .............................................................................. VI-2
6.3 Neraca Air ......................................................................................... VI-4
6.4 Alternatif Sumber Air Baku ................................................................ VI-7
6.4.1 Sumber Air Balingka .............................................................. VI-7
6.4.2 Sumber Air Sungai Sutijo ....................................................... VI-7
6.4.3 Sumber Mata Air Pancuran Gadang ...................................... VI-8
6.4.4 Sumber Mata Air Sarik ........................................................... VI-8
6.4.5 Sumber Mata Air Bulakan Gadang ......................................... VI-8
6.4.6 Sumber Mata Air Tambuo ...................................................... VI-8
6.5 Perizinan ......................................................................................... VI-10
6.5.1 Perizinan Pengambilan Air Tanah ........................................ VI-10

BAB VII RENCANA PENGEMBANGAN SPAM. ................................................... VII-1


7.1 Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaat Ruang Wilayah ................. VII-1
7.1.1 Kawasan Lindung ................................................................. VII-1
7.1.2 Kawasan Budidaya ............................................................... VII-7

LAPORAN AKHIR HALAMAN iv


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

7.2 Rencana Sistem Pelayanan ........................................................... VII-14


7.3 Rencana Pengembangan SPAM .................................................... VII-22
7.4 Kapasitas Sistem ........................................................................... VII-24
7.5 Perkiraan Kebutuhan Biaya ............................................................ VII-26
7.6 Rencana Penurunan Tingkat Kebocoran Air Minum ....................... VII-28
7.6.1 Penurunan Kebocoran Teknis ............................................. VII-31
7.6.2 Penurunan Kebocoran Non Teknis ..................................... VII-31
7.6.3 Program Rehabilitasi dan Perluasan Jaringan .................... VII-32
7.6.4 Program Pemasaran dan Komunikasi Massa ..................... VII-35
7.6.5 Program Bidang Organisasi dan Sumberdaya Manusia ...... VII-37
7.6.6 Program Keuangan ............................................................. VII-38

BAB VIII RENCANA PENDANAAN/INVESTASI. ................................................. VIII-1


8.1 Kebutuhan Investasi, Sumber dan Pola Pendanaan........................ VIII-1
8.2 Dasar Penentuan Asumsi Keuangan ............................................... VIII-7
8.3 Analisis Kelayakan Keuagan ........................................................... VIII-8
8.3.1 Pay Back Periode Pada Skenario Pembiayaan oleh APBN
Dan APBD ........................................................................... VIII-9
8.3.2 Internal Rate of Returns Pada Skenario Pembiayaan
Dibiayai oleh APBN dan APBD ...........................................VIII-10
8.3.3 Net Present Value Pada SKenario Pembiayaan oleh APBN
Dan APBD ..........................................................................VIII-11
8.3.4 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Sensitivity analisys Pada
Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN dan APBD .......VIII-12
8.3.5 Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi
Tahun 2016-2035 Pada Skenario Pembiayaan oleh APBN
Dan APBD ..........................................................................VIII-13
8.3.6 Pay Back Periode Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai
Oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal .........................VIII-15
8.3.7 Internal Rate of Returns Pada Skenario Pembiayaan
Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal.............VIII-16
8.3.8 Net Present Value Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai
Oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal .........................VIII-17

LAPORAN AKHIR HALAMAN v


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

8.3.9 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Sensitivity Analysis Pada


Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN, APBD dan
Penyertaan Modal ...............................................................VIII-18
8.3.10 Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi
Tahun 2016-2035 Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai
Oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal .........................VIII-19

BAB IX RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN. ................................... IX-1


9.1 Lembaga Penyelenggaraan SPAM ................................................... IX-1
9.1.1 PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi.............................. IX-1
9.1.2 Kelompok Masyarakat ........................................................... IX-1
9.1.3 Kerjasama Antar Daerah (KSAD) Dalam Penyelenggaraan
Pengembangan SPAM .......................................................... IX-2
9.2 Struktur Organisasi............................................................................ IX-10
9.3 Kebutuhan SDM ................................................................................ IX-2
9.3.1 Pengelolaan SPAM Bukan Oleh PDAM ............................... IX-20
9.4 Rencana Pengembangan SDM ....................................................... IX-25

LAPORAN AKHIR HALAMAN vi


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Jumlah Kelurahan, Luas dan Persentase Luas Kecamatan


Terhadap Luas Kota Bukittinggi Tahun 2004 .................................. II-2
Tabel II-2 Kemiringan Lahan/Lereng Kota Bukittinggi ..................................... II-2
Tabel II-3 Jumlah Curah Hujan Kota Bukittinggi Tahun 2010 s/d 2015 ........... II-10
Tabel II-4 Kapasitas Pelayanan Exsisting ....................................................... II-11
Tabel II-5 Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat .. II-11
Tabel II-6 Rata-Rata Berat Timbulan Sampah Kota Bukittinggi di
TPA Regional Payakumbuh Januari s/d November 2014 ................ II-12
Tabel II-7 Jumlah dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi ................. II-13
Tabel II-8 Nama dan Panjang Drainase di Kota Bukittinggi ............................. II-16
Tabel II-9 Jumlah dan Sebaran Sarana Pendidikan Di Kota Bukittinggi
Tahun 2013 ................................................................................... II-18
Tabel II-10 Jumlah Sarana Kesehatan Di Kota Bukittinggi Tahun 2013 ............ II-18
Tabel II-11 Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peridabatan Di Kota Bukittinggi
Tahun 2013..................................................................................... II-19
Tabel II-12 Sistem Jaringan Jalan Di Kota Bukittinggi ....................................... II-20
Tabel II-13 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Bukittinggi
Tahun 2013..................................................................................... II-20
Tabel II-14 Trayek Angkutan Umum di Kota Bukittingi ...................................... II-21
Tabel II-15 Jumlah Kwh Terjual Listrik PLN Sektor Bukittinggi Tahun 2013 ...... II-23
Tabel II-16 Jumlah Pelanggan Telepon Kota Bukittinggi Tahun 2013 ............... II-23
Tabel II-17 Tingkat Pelayanan Air Minum PDAM Tirta Jam Gadang
Kota Bukittinggi Tahun 2014 ........................................................... II-25
Tabel II-18 PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2010-2013................................. II-28
Tabel II-19 Perkembangan PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)
2010- 2013 ...................................................................................... II-29

LAPORAN AKHIR HALAMAN vii


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel II-20 Luas Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi ...................................... II-34


Tabel II-21 Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi .................................................. II-44
Tabel II-22 Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi ............................................ II-45
Tabel II-23 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2013 .... II-46
Tabel II-24 Realisasi Keuangan Daerah Kota Bukittinggi Tahun
Anggaran 2010-2014 ...................................................................... II-48
Tabel III-1 Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Operasi Sumber Air PDAM
Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi Tahun 2014 ............................. III-2
Tabel III-2 Jumlah Pelanggan PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 ................. III-2
Tabel III-3 Kapasitas Dibangun, Produksi dan Kapasitas Distribusi
Sumber Air Baku ............................................................................. III-3
Tabel III-4 Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Sungai Tanang .............. III-4
Tabel III-5 Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Sungai Cingkariang ....... III-5
Tabel III-6 Data Teknis Unit Produksi PDAM Kota Bukittinggi .......................... III-7
Tabel III-7 Data Unit Distribusi PDAM Kota Bukittinggi..................................... III-8
Tabel III-8 Jumlah Pelanggan aktif PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 .......... III-11
Tabel III-9 Produksi, Distribusi dan Tingkat Kebocoran Air Tahun 2009-2014 .. III-12
Tabel III-10 Data Kondisi Jaringan Pipa Transmisi, Distribusi dan Tertier
Dinas s/d September 2014 .............................................................. III-13
Tabel III-11 Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
Kota Bukittinggi ............................................................................... III-27
Tabel III-12 Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi Berdasarkan Status
Kepegawaian .................................................................................. III-31
Tabel III-13 Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ...................................................................................... III-31
Tabel III-14 Penilaian Kinerja PDAM Kota Bukittinggi dari
Tahun 2008 s/d 2013 ...................................................................... III-33
Tabel III-15 Laporan Neraca PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2008 s/d
Tahun 2013..................................................................................... III-34
Tabel III-16 Laporan Rugi/Laba Komperatif PDAM Kota Bukittinggi
Tahun 2008 s/d Tahun 2013 ........................................................... III-35
Tabel IV-1 Kriteria Mutu Air Kelas I (Satu) ........................................................ IV-7
Tabel IV-2 Kriteria Pipa Transmisi .................................................................... IV-10
Tabel IV-3 Besar Debit dan Jumlah Pompa...................................................... IV-10
Tabel IV-4 Ketentuan Teknis Pipa Transmisi.................................................... IV-11
Tabel IV-5 Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi .................... IV-12

LAPORAN AKHIR HALAMAN viii


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel IV-6 Kriteria Pipa Distribusi ..................................................................... IV-15


Tabel IV-7 Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan Jaringan Pipa Distribusi ..... IV-17
Tabel IV-8 Diameter Pipa Distribusi.................................................................. IV-17
Tabel IV-9 Standar Kebutuhan Air Minum Berdasarkan Permenkes ................ IV-21
Tabel IV-10 Tingkat Konsumsi/pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai
Kategori Kota .................................................................................. IV-26
Tabel IV-11 Periode Perencanaan ..................................................................... IV-27
Tabel V-1 Data Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2008-2014 ......................... V-13
Tabel V-2 Perhitungan Statistik Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi ................ V-13
Tabel V-3 Hasil Perhitungan Mundur Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi ........ V-14
Tabel V-4 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Arithmatik ....... V-14
Tabel V-5 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Geometrik ...... V-15
Tabel V-6 Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Least Square .. V-15
Tabel V-7 Proyeksi Penduduk Kecamatan Aur Birugo Tiga Baleh
Tahun 2015-2035 ........................................................................... V-17
Tabel V-8 Proyeksi Penduduk Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
Tahun 2015-2035............................................................................ V-18
Tabel V-9 Proyeksi Penduduk Kecamatan Guguk Panjang tahun 2015-2035 . V-19
Tabel V-10 Standar Kebutuhan Air Minum ........................................................ V-20
Tabel V-11 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Bukittinggi ............................. V-22
Tabel V-12 Perhitungan Kebutuhan Air Tiap-Tiap Tahun Per Kecamatan
Kota Bukittinggi (Kecamatan Guguk Panjang) ................................ V-23
Tabel V-13 Perhitungan Kebutuhan Air Tiap-Tiap Tahun Per Kecamatan
Kota Bukittinggi (Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh) ...................... V-24
Tabel V-14 Perhitungan Kebutuhan Air Tiap-Tiap Tahun Per Kecamatan
Kota Bukittinggi (Kecamatan Mandiangin Koto Selayan)................. V-25
Tabel V-15 Rekapitulasi Kebutuhan Air Kota Bukittinggi ................................... V-26
Tabel VI-1 Debit Harian Maksimum .................................................................. VI-6
Tabel VI-2 Debit Harian Rata-Rata Maksimum ................................................. VI-6
Tabel VI-3 Debit Andalan Batang Agam ........................................................... VI-6
Tabel VII-1 Arahan Lokasi Ruang Evakuasi Bencana Kota Bukittinggi .............. VI-12
Tabel VII-2 Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM
Kota Bukittinggi ............................................................................... VI-26
Tabel VII-3 Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PDAM dan Indikator
NRW (Model Firdus Ali, 2009)......................................................... VI-30
Tabel VIII-1 Rencana Anggaran Biaya Pegembangan SPAM Kota Bukittinggi .. VIII-4

LAPORAN AKHIR HALAMAN ix


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

Tabel VIII-2 Pay Back Perode Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN
Dan APBD ...................................................................................... VIII-9
Tabel VIII-3 Internal Rate of Returns Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN dan APBD ............................................................................ VIII-10
Tabel VIII-4 Net Present Value Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN dan APBD ............................................................................ VIII-11
Tabel VIII-5 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Sensitivity Analysis Pada Skenario
Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN dan APBD .................................. VIII-12
Tabel VIII-6 Pay Back Perode Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-15
Tabel VIII-7 Internal rate of Returns Paa Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-16
Tabel VIII-8 Net Present Value Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-17
Tabel VIII-9 Benefit Ratio (B/C Ratio) Sensitivity Analysis Paa Skenario
Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal .... VIII-18
Tabel IX-1 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi
Kondisi Bula Juli 2015 ..................................................................... IX-13
Tabel IX-2 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi
Menurut Tingkat Pendidikan, Kondisi Bulan Juli 2015 ..................... IX-13
Tabel IX-3 Kebutuhan Karyawan Berdasarkan Pendidikam Unun .................... IX-14
Tabel IX-4 Usulan Kegiatan Pelatihan SDM ..................................................... IX-26

LAPORAN AKHIR HALAMAN x


RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI

KATA PENGANTAR

LAPORAN AKHIR ini merupakan laporan terakhir yang disampaikan berkaitan


dengan pelaksanaan kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota
Bukittinggi tahun anggaran 2015 yang dilaksanakan oleh CV. Hang Tuah Konsultan
dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi.

Laporan ini memuat keseluruhan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan
telah dibahas dalam beberapa kali pertemuan dengan Tim Teknis dan pihak terkait
lainnya. Diharapkan laporan ini menjadi salah-satu langkah untuk mewujudkan
penanggulangan kemiskinan daerah kota menjadi lebih baik.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Tim Teknis dan semua pihak yang telah
membantu proses pelaksanaan kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum Kota Bukittinggi ini.

Padang, November 2015.

Tim Penyusun,

LAPORAN AKHIR HALAMAN i


TABEL V-14
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR TIAP - TIAP TAHUN PER KECAMATAN
KOTA BUKIT TINGGI
(KECAMATAN MANDIANGIN KOTO SELAYAN)

NO URAIAN SATUAN 2015 2020 2025 2030 2035


2016 2017 2018 2019 2021 2022 2023 2024 2026 2027 2028 2029 2031 2032 2033 2034

PELAYANAN PENDUDUK
1. Jumlah Penduduk Jiwa 51,078 52,386 53,695 55,003 56,312 57,620 58,929 60,237 61,545 62,854 64,162 65,471 66,779 68,088 69,396 70,705 72,013 73,321 74,630 75,938 77,247
2. Penduduk Dilayani Jiwa 22,137 31,432 32,217 33,002 45,049 46,096 47,143 48,190 49,236 50,283 57,746 58,924 60,101 61,279 62,457 67,169 68,412 69,655 70,898 72,141 73,384
% 43.34 60 60 60 80 80 80 80 80 80 90 90 90 90 90 95 95 95 95 95 95
A PELAYANAN DOMESTIK
SAMBUNGAN RUMAH TANGGGA
1 Penduduk Terlayani Jiwa 12,561 26,717 27,384 28,052 38,292 39,182 40,071 40,961 41,851 42,741 49,084 50,085 51,086 52,087 53,088 60,452 61,571 62,690 63,809 64,927 66,046
% 0.57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Jumlah Sambungan Rumah Unit 2,512 5,343 5,477 5,610 7,658 7,836 8,014 8,192 8,370 8,548 9,817 10,017 10,217 10,417 10,618 12,090 12,314 12,538 12,762 12,985 13,209
3 Pemakaian Air Jiwa/Sambungan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
lt/org/hr 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 101 102 103 104 105 100 100 100
4 Kebutuhan Air lt/dt 15 31 32 32 44 45 46 47 48 49 57 58 59 61 63 72 74 76 74 75 76
m3/hr 1,256 2,672 2,738 2,805 3,829 3,918 4,007 4,096 4,185 4,274 4,908 5,009 5,109 5,261 5,415 6,227 6,403 6,582 6,381 6,493 6,605
B HIDRAN UMUM/KRAN UMUM

1 Penduduk Terlayani Jiwa 7,748 9,430 8,054 6,600 6,757 4,610 2,357 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Jumlah Sambungan HU/KU Unit 77 94 81 66 68 46 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Pemakaian Air Jiwa/Sambungan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
lt/dt 3 3 3 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kebutuhan Air m3/hr 232 283 242 198 203 138 71 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Kebutuhan Domestik lt/dt 17 34 34 35 47 47 47 47 48 49 57 58 59 61 63 72 74 76 74 75 76
Kebutuhan Non Domestik (20%) Domestik) lt/dt 3 7 7 7 9 9 9 9 10 10 11 12 12 12 13 14 15 15 15 15 15

TOTAL KEBUTUHAN AIR lt/dt 21 41 41 42 56 56 57 57 58 59 68 70 71 73 75 86 89 91 89 90 92


m3/hr 1,786 3,546 3,576 3,604 4,838 4,868 4,893 4,915 5,022 5,129 5,890 6,010 6,130 6,313 6,498 7,472 7,684 7,899 7,657 7,791 7,926

KEHILANGAN AIR % 34.1 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 22 23 24 25 20 21 22


lt/dt 34 8 8 8 11 11 11 11 12 12 14 14 14 15 15 17 18 18 18 18 18
m3/hr 357 709 715 721 968 974 979 983 1,004 1,026 1,178 1,202 1,226 1,263 1,300 1,494 1,537 1,580 1,531 1,558 1,585

KEBUTUHAN RATA-RATA lt/dt 55 49 50 50 67 68 68 68 70 71 82 83 85 88 90 104 107 110 106 108 110


m3/hr 4,737 4,255 4,291 4,325 5,806 5,841 5,872 5,898 6,027 6,155 7,068 7,212 7,356 7,576 7,798 8,966 9,221 9,479 9,188 9,350 9,511

KAPASITAS RESERVOAR m3 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191
Sumber : Hasil Analisis 2015
Tabel VIII.1
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGEMBANGAN SPAM KOTA BUKITTINGGI

Tahun Anggaran
Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp. ) Penanggung Jawab Keterangan
Pendanaan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
I. ASPEK TEKNIS (Optimalisasi, Rehabilitasi, ekspansi)
A UNIT AIR BAKU
1 Penambahan Kapasitas SumberAir Baku dari Batang Sianok

a Pembangunan intake, bendung, pengadaan pompa, dan Paket 1 5,906,155,523 5,906,155,523 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
turbin, Batang Ngarai Sianok
b Pembangunan IPA Ngarai Sianok Kapasitas 50 l/dt Paket 1 3,750,000,000 3,750,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
c Pembangunan IPA Kapasitas 2 x 250 l/dt Paket 1 12,925,000,000 12,925,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
d Pengadaan dan pemasangan pipa DN 100 mm GIP dari Meter 1,762 972,262 1,713,125,644 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
WTP Ngarai Sianok-Reservoar Panorama
2 Penambahan Kapasitas SumberAir Baku dari Sungai
Balingka (*)
a Pembangunan intake Balingka 100 l/dt Tahap I (*) Paket 1 2,250,125,000 2,250,125,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
b Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 50 l/dt (*) Paket 1 4,250,000,000 4,250,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
c Pengadaan dan pemasangan pipa DN 250 mm HDPE dari Meter 976 1,050,205 10,250,000,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
WTP Ballingka-reservoar Bengkawas (*)
d Pembagunan intake Balingka 300 l/dt Tahap II (*) Paket 1 3,125,450,000 3,125,450,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
e Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 150 l/dt (*) Paket 1 5,124,250,000 5,124,250,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
3 Penggantian pipa transmisi
a Penggantiap pipa transmisi DN 300 mm ACP dengan DN Meter 2,253 1,446,160 3,258,198,480 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
300 mm HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-
Simpang Bengkawas
b Penggantian pipa transmisi Utama DN 300 mm ACP-300 Meter 2,622 1,279,450 3,354,717,900 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
mm HDPE dari Simpang Kapela-reservoar Bengkawas

c Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HPE-250 mm Meter 736 911.4 670,790,400 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-jembatan pipa
Sungai Tanang
d Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter 2,103 950.4 1,998,691,200 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-reservoar
Bengkawas
e Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter 1,390 1,124,000 1,562,360,000 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Simpang tembok-reservoar Mandiangin

Jumlah Kebutuhan Biaya unit Air Baku 60,138,864,147


B UNIT PRODUKSI
1 Program optimalisasi unit produksi: rehabilitasi dan Paket 1 2,500,000,000 2,500,000,000 √ APBN DPU dan PDAM
pemindahan IPA Belakang Balok kap.40 l/dt dan
pembuatan intake baru di tabek gadang
2 Pengadaan alat-alat laboratorium dan penyusunan SOP Paket 1 10,000,000 1,000,000,000 √ APBN DPU dan PDAM
pemeriksaan kualitas air
3 penggantian meter induk dia 300 mm, 1 unit lokasi sumber Paket 1 394,000,000 394,000,000 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM
mata air sungai tanang, dia 250 mm lokasi di sungai
tanang, 2 unit dia 150 mm lokasi sungai tanang, 3 unit, dia
200 mm, lokasi bukit mandiangin, benteng, bengkawas dan
tabek gadang 4 uit dan 100 mm lokasi palolok dan tabek
gadang, 2 unit.
4 Pengadaan water meter sistem ultrasonic Paket 1 400,000,000 400,000,000 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Produksi 4,294,000,000
C UNIT DISTRIBUSI
1 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi
a Pengadaan dan pemasangan pipa distrubsi DN 2 Inchi Meter 1,080 178,571 192,857,000 √ APBD DPU dan PDAM
PVC di Nagari Karatau-Kapeh Panji
b Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi DN 3 Inchi di Meter 3,318 238,706 792,025,000 √ APBD APBD
lokasi BY Pass Tabek Gadang
2 Penggantian pipa distribusi
a Penggantian pipa distribusi ACP dengan pipa HDPE DN Meter 500 5,220,000 2,610,000,000 √ √ √
400 di lokasi dalam Kota Bukittinggi
b Penggantian pipa distribusi ACP dengan pipa HDPE DN Meter 4,500 2,715,556 12,220,000,000 √ √ √
350 di lokasi dalam Kota Bukittinggi
c Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm GIP-150 Meter 7,394 703,954 5,205,035,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dari Broncaptering sungai tanang-simpang
atas Ngarai
d Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP-200 Meter 2,615 665.05 1,739,105,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dari reservoar Bengkawas-simpang Kantor
CPM
Tahun Anggaran
Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp. ) Penanggung Jawab Keterangan
Pendanaan
d Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP-200 Meter 2,615 665.05 1,739,105,000 2016
√ 2017
√ 2018
√ 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dari reservoar Bengkawas-simpang Kantor
CPM
e Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP- 200 Meter 700 513.7 359,590,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
f Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm PVC-150 Meter 10,400 353,700 3,678,480,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
g Penggantian pipa distribusi utama DN 100 mm PVC/GIP- Meter 4,550 230,600 1,049,230,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
DN 100 mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
h Penggantian pipa distribusi utama DN 75 mm GIP-DN 75 Meter 36,828 330,000 12,153,240,000 √ √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
i Penggantian pipa distribusi DN 53 mm GIP- DN 53mm Meter 6,000 232,000 1,392,000,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
HDPE dalam Kota Bukittinggi
3 Revitalisasi Jaringan Komplek Polres Paket 1 191,680,000 191,680,000 √ APBD DPU dan PDAM
4 Revitalisasi Jaringan Pasar Bawah, Asrama Kodim, Ladang Paket 1 411,412,000 411,412,000 √ APBD DPU dan PDAM
anduang, Gang Swadaya.
5 Pemeliharaan/Perawatan Sumber Paket 1 200,000,000 200,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
6 Implementasi GIS untuk pemetaan jaringan pipa dan Paket 1 960,000,000 960,000,000 √ √ APBD DPU dan PDAM
pembacaan meter
7 Penyusunan Kajian Teknis Sistem Zonasi dan DMA untuk Paket 6 100,000,000 600,000,000 √ √ √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
wilayah pelayanan kota
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Distribusi 43,754,654,000
D UNIT PELAYANAN
1 Penggantian water meter pelanggan yang rusak lokasi di Unit 3,000 400,000 1,200,000,000 √ √ APBD DPU dan PDAM
Kec.Guguk Panjang, Aur Birugo Tigo Baleh, Mandiangin)

2 Pengembangan SPAM BJP (Pamsimas, lainnya) paket 20 250,000,000 250,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU Tentatif
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Pelayanan 1,450,000,000
TOTAL KEBUTUHAN BIAYA OPTIMALISASI DAN REHABILITASI 109,637,518,147
II. ASPEK NON TEKNIS
1 Legislasi dan sosialisasi
a Legislasi dan sosialisasi Perwako Bukittinggi tentang Paket 2 100,000,000 200,000,000 √ √ APBD Bagian Hukum dan DPU
RISPAM
2 Perencanaan -
a Studi Kelayakan, DED, perencanaan -
- Pengembangan SPAM Ngarai Sianok (FS, DED) Paket 1 750,000,000 750,000,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pemetaan potensi air tanah (geolistrik) (FS, DED) Paket 1 500,000,000 500,000,000 √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pemetaan JP PDAM dalam rangka revitalisasi Paket 1 750,000,000 750,000,000 √ √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pengembangan SPAM BJP (Pamsimas/program Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
lainnya)
b Penyususunan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL) Paket 4 250,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD BLH dan DPU Tentatif
Ngarai Sianok, dan lainnya
c Penyusunan Kebijakan Strategis Daerah (tindak lanjut Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ √ APBD DPU
RISPAM)
d Perizinan Paket 1 500,000,000 500,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU dan Badan Perizinan Tentatif
e Kerjasama antar daerah (KSAD)/kemitraan Paket 3 250,000,000 750,000,000 √ √ √ √ √ APBD Bagian Hukum dan DPU
f Penyusunan pengembangan kelembagaan dan SDM Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ APBD Bagian Organisasi, DPU dan
SPAM PDAM
3 Pembinaan, Fasilitasi, Diklat -
a Pembinaan/fasilitasi penyelenggaraan SPAM Paket 20 50,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU Tentatif
b Pelatihan dan pendampingan dalam pengendalian Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
kualitas air
c Pelatihan petugas penertiban rekening Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
d Penertiban sambungan liar Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
e Pelatihan petugas penera meter air Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
f Pelatihan Busines Plan Paket 1 80,000,000 80,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
g Pelatihan manajemen pengelolaan asset Paket 1 65,000,000 65,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
h Pelatihan pemeliharaan mekanikal dan elektrikal Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
i Pelatihan operasional dan perawatan unit produksi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
j Pelatihan penanganan dan penurunan kebocoran Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
k Pelatihan komputerisasi dan IT untuk teknk dan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
keuangan
l Pelatihan manajem kualitas air Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
m Pelatihan penyusunan laporan keuangan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
n Pelatihan pengawasan pipa Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
o pelatihan operator genset Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
p Pelatihan teknik dan perencanaan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
q Pelatihan manajemen personalia dan SDM Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
r Pelatihan operasi instalasi pengolahan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
Tahun Anggaran
Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp. ) Penanggung Jawab Keterangan
Pendanaan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
s Pelatihan unit distribusi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
t Pelatihan unit produksi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
u Pelatihan pegawai administrasi dan keuangan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
4 Monitoring dan Evaluasi
a Monitoring dan evaluasi RISPAM Paket 4 250,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ APBD Dinas PU dan PDAM
b Monitoring dan evaluasi SPAM Paket 20 50,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD Dinas PU dan PDAM
Jumlah Biaya Aspek Non Teknis 9,395,000,000
TOTAL KEBUTUHAN BIAYA I + II 119,032,518,147

Keterangan :
(*) = Usulan Program SPAM Regional

Anda mungkin juga menyukai