KOTA BUKITTINGGI
Bab I
PENDAHULUAN
Penyediaan air bersih merupakan salah satu masalah yang sangat penting
keberadaannya untuk dipenuhi karena menyangkut kebutuhan pokok dari kehidupan.
Tanpa tersedianya air, masyarakat akan kesulitan untuk melangsungkan hidupnya. Bagi
manusia, masalah keberadaan air tersebut tidak terlepas dari tata kehidupan, apakah
untuk keperluan rumah tangga, fasilitas sosial ekonomi ataupun untuk keperluan lainnya.
Disadari bahwa air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, dimana
kebutuhannya akan semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan dinamika
perkembangan jumlah penduduk. Hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan konsumsi air
bersih semakin meningkat.
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih adalah menggunakan air yang diproduksi
oleh perusahaan air minum.
Kota Bukittinggi dikenal sebagai salah satu kota pariwisata yang menarik di Sumatera
Barat dan Indonesia. Sebagai kota yang sedang berkembang, saat ini Kota Bukittinggi
sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk Kota Bukittinggi sendiri maupun
pembangunan fasilitas penunjang kota pariwisata. Salah satu fasilitas yang saat ini perlu
dilakukan pengembangan adalah sistem penyediaan air minum yang layak dari segi
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas.
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan ini secara umum dimaksudkan untuk menjadikan Dokumen
RISPAM dan rencana teknik kawasan prioritas sebagai acuan operasional dalam
Pengembangan Air Minum di Kota Bukittinggi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
1.2.2 Tujuan
c. Tersedianya Pra rencana teknis (Pra DED) pengembangan SPAM pada lokasi yang
telah ditunjuk yang siap untuk diimplentasikan dalam dokumen DED dan Bentuk Fisik.
Mengacu pada penjelasan yang disebutkan dalam KAK, bahwa Ruang lingkup kegiatan
“Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi”
Tahun Anggaran 2015 ini terdiri atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup kegiatan.
Ruang lingkup wilayah kegiatan penyusunan RISPAM Kota Bukittinggi adalah Kota
Bukittinggi (gambar 1.1) dan kawasan/daerah sumber air baku didalam ataupun diluar
wilayah administrasi Kota Bukittinggi.
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan “Penyusunan Rencana
Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi Tahun Anggaran 2015 ini
terdiri dari :
- Optimalisasi Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota
Bukittinggi;
Secara Umum tata cara penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota
Bukittinggi mengacu kepada Permen PU No. 18 Tahun 2007, tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Beberapa hal yang dipersiapkan dalam
kegiatan ini adalah:
1. Persiapan
Pekerjaan pada tahapan ini meliputi: penyusunan team pelaksana, pembuatan desain
strategi pekerjaan dan rencana operasionalisasi pekerjaan.
2. Inventarisasi Data
Meliputi: pengumpulan data-data primer dan sekunder penunjang pelaksanaan
pekerjaan. Pada tahapan ini juga dilakukan filterisasi terhadap data-data yang
berhasil dikumpulkan untuk digunakan dalam tahapan pekerjaan berikutnya.
Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi
yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima)-10 (Sepuluh)
tahun terakhir (tahun 2014/2015), dengan kedalaman data setingkat kelurahan.
Gambar 1.1
b. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi secara langsung melalui kunjungan
ke semua bagian dari wilayah kota.
3. Pengolahan Data
Data-data primer dan sekunder yang digunakan meliputi data-data yang didapat dari
hasil survey lapangan dan survey instansi yang relevan dengan pokok pekerjaan.
4. Survey
b. Sebagai alat bantu survey lapangan dapat menggunakan peta Citra Kota
bukittinggi, namun tetap dilakukan peninjauan dan pengukuran kelapangan,
sehingga data yang didapat benar-benar data yang terbaru, terkini. Pelaksanaan
survey berdasarkan inventarisasi data data yang dibutuhkan diatas, dalam artian
bahwa data-data yang dihasilkan adalah data yang terbaru.
c. Seluruh kebutuhan data (dalam point inventarisasi data) harus diambil dan
dicocokan kembali ke lapangan, sehingga data-data yang tersedia betul-betul data
terbaru.
d. Jika data-data yang dibutuhkan tidak tersedia/tidak dimiliki oleh pengguna jasa,
maka penyedia jasa harus mengumpulkan dan menydiakan dengan pelaksanaan
survey ini.
5. Pekerjaan Analisis
6. Pekerjaan Perencanaan
Merupakan pekerjaan yang dihasilkan dari berbagai konsep dan analisisis serta
kesepakatan sehingga menghasilkan dokumen yang mampu menjadi acuan dalam
pengembangan air minum dan implementasi fisik dari rencana teknis yang dibuat.
- Rencana Umum, terdiri dari evaluasi kondisi Kota Bukittinggi yang bertujuan
untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional nasional
Kota Bukittinggi, evaluasi kondisi eksisting Sistem Penyediaan Air Minum yang
dilakukan dengan menginventarisir peralatan dan perlengkapan sistem
penyediaan air minum eksisting.
- Rencana Sumber dan alokasi air baku (yang ada dan yang akan
direncanakan), dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala
prioritas penggunaan sumber air tersebut. Kebutuhan kapasitas air baku yang
- Rencana Program dan kegiatan serta pembiayaan dan pola investasi, berupa
indikasi pembiayaan yang merupakan perhitungan biaya tingkat awal yang
diperlukan guna memperkirakan besaran investasi secara keseluruhan yang
dibutuhkan. Indikasi biaya mencakup seluruh komponen pekerjan fisik, jasa
konsultan, pajak, pembebasan tanah dan perijinan, yang terlihat selama tahun
perencanaan yang akan di breakdown pada tiap tahun pelaksanaan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah Kota Bukittinggi.
8. Konsultasi Publik
Semua hasil kajian dalam kegiatan ini akan dituangkan ke dalam beberapa laporan,
sehingga akan dapat membantu para pembuat keputusan dan pihak-pihak berwenang
untuk dapat membuat suatu kebijakan yang mendalam terkait dengan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi. Adapun output kajian yang
akan dihasilkan dari kegiatan ini terdiri dari beberapa jenis laporan yang harus diserahkan
kepada pengguna jasa antara lain adalah:
a) Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Bukittinggi.
- Rencana Umum, terdiri dari evaluasi kondisi Kota Bukittinggi yang bertujuan untuk
mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks regional, nasional, Kota
Bukittinggi, evaluasi kondisi eksisting Sistem Penyediaan Air Minum yang
dilakukan dengan menginventarisir peralatan dan perlengkapan sistem
penyediaan air minum eksisting.
- Kriteria dan standar pelayanan, mencakup: kriteria teknis yang dapat diaplikasikan
dalam perencanaan umum yang sudah digunakan, namun jika ada data hasil
survey maka kriteria teknis menjadi bahan acuan. Standar pelayanan ditentukan
sejak awal seperti tingkat pelayanan yang diinginkan, cakupan pelayanan, dan
yang dapat ditawarkan ke pelanggan jika kegiatan ini direalisasikan.
- Rencana Sumber dan alokasi air baku (yang ada dan yang akan direncanakan),
dari sekian banyak sumber air baku yang ada, dibuat skala prioritas penggunaan
sumber air tersebut. Kebutuhan kapasitas air baku yang dibutuhkan untuk sistem
penyediaan air minum yang direncanakan. Kebutuhan kapasitas sumber air baku
ditentukan berdasarkan kebutuhan air.
- Rencana Program dan kegiatan serta pembiayaan dan pola investasi, berupa
indikasi pembiayaan yang merupakan perhitungan biaya tingkat awal yang
diperlukan guna memperkirakan besaran investasi secara keseluruhan yang
dibutuhkan. Indikasi biaya mencakup seluruh komponen pekerjan fisik, jasa
konsultan, pajak, pembebasan tanah dan perijinan, yang terlihat selama tahun
perencanaan yang akan di breakdown pada tiap tahun pelaksanaan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah Kota Bukittinggi.
1.5. Otorisasi
Lokasi pelaksanaan kegiatan berada di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat dengan
seluruh tahapan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) yang dilaksanakan dalam waktu 5 (lima) bulan terhitung sejak ditetapkannya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Adapun pengguna jasa dalam pekerjaan RISPAM ini
adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi dengan Nomor Kontrak;
03.I/PPK_DPU/VI-2015 tanggal 8 Juni 2015.
9. Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Program Jangka Menengah
Nasional (RPJMN)
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan
Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;
15. Perda Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030.
16. Perda Kota Bukittinggi Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Jangka Menengah
Daerah Kota Bukittinggi Tahun 2010-2015.
Sistematika penulisan laporan antara pekerjaan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) di Kota Bukiitinggi Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 5 (lima) bab yaitu
secara terperinci dapat dilihat dalam uraian, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran,
keluaran pelaksanaan pekerjaan, lingkup kegiatan, lokasi kegiatan dan waktu
pelaksanaan, landasan hukum, serta sistematika penulisan laporan.
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai kriteria perencanaan meliputi unit
air baku, unit transmisi, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan.
Selanjutnya di bahas pula standar kebutuhan air yaitu kebutuhan domestik dan
kebutuhan non domestik. Periode perencanaan dan kriteria daerah pelayanan.
Bab II
GAMBARAN UMUM KOTA BUKITTINGGI
Secara geografis Kota Bukittinggi terletak antara 100°20' - 100°25' Bujur Timur dan
antara 00°16' - 00° 20' Lintang Selatan dengan batas-batas :
Sebelah Barat : Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto
Kabupaten Agam;
Luas Kota Bukittinggi adalah ± 25,239 Km² (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas
Propinsi Sumatera Barat. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi 3 (tiga)
kecamatan dan meliputi 24 kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 %
dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan.
2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha)
atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan.
3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau
24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-1 dan gambar 2.1 peta administrasi Kota
Bukittinggi.
Tabel II-1.
Jumlah Kelurahan, Luas dan Persentase Luas Keamatan Terhadap luas
Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah Luas Luas
No Kecamatan
Kelurahan (km2) Kecamatan (%)
Kota Bukittinggi secara umum berada pada ketinggian antara 780 - 950 mdpl. Kota
Bukittinggi dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur dan barat, serta
pegungungan di sebelah selatan. Dengan kondisi demikian, maka Kota Bukittinggi
menjadi perlintasan sistem sungai regional, yang mengalir dari hulu di selatan ke arah
hilir di utara.
Kondisi topografi Kota Bukittinggi pada umumnya bergelombang dan berbukit, dengan
kemiringan lereng sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar,
berbukit-bukit, dan terjal.
Wilayah yang terjal berada di kawasan Ngarai Sianok (15,38%), sementara daerah
perbukitan (9,64%) berada di sekitar ngarai, Kawasan Gulai Bancah, Campago Ipuh,
Campago Guguk Bulek, Benteng Pasar Atas, serta Kubu Tanjung. Lahan yang memiliki
kemiringan relatif datar (74,98%) terdapat sebagian besar di Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh bagian Barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian Barat dan Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur. Untuk lebih Jelasnya Kondisi
Topografi dan Kemiringan Lahan Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-2 dan
gambar 2.2 dan gambar 2.3.
Tabel II-2
Kemiringan Lahan/Lereng Kota Bukittinggi
Kecamatan Jumlah
No. Lereng %
ABTB (ha) % GP (ha) % MKS (ha) % (ha)
1 0–2% 430,22 68,81 369,77 54,313 584,27 49,06 1.384,26 54,59
2 3–8% 88,57 14,17 96,70 14,16 71,47 5,88 256,74 9,79
3 9 – 15 % 25,60 4,09 52,95 7,75 180,63 14,86 259,18 10,60
4 16 – 25% 9,73 1,56 23,66 3,46 94,74 7,79 128,13 5,27
5 26 – 40 % 4,86 0,78 29,93 4,38 73,75 6,07 108,54 4,37
6 > 40 % 66,22 10,59 110,09 16,12 210,75 17,34 387,05 15,38
Jumlah 625,20 100 683,10 100 1.215,60 100 2.523,90 100
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka 2014
a. Geomorfologi
Kota Bukittinggi terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 800 – 1000
meter dari permukaan laut. Perbukitan umumnya ke arah Barat Laut Tenggara.
Pola perbukitan ini searah dengan arah umum aliran sungai utama di daerah ini
yaitu Batang Sianok. Perbukitan bisa dikelompokkan kedalam kelompok relief
sedang sampai rendah. Pola perbukitan di daerah ini pembentukan dikendalikan
oleh sesar Sumatera yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera dengan arah
North-West-South-East (NW-SE).
b. Stratigrafi
Batuan yang menyusun daerah Kota Bukittinggi umumnya terdiri dari endapan
vulkanik Kuarter. Namun di bagian Timur dan Barat dari daerah ini juga ditemukan
yang berumur Tertier dan Pratertier yang terdiri dari batu pasir, batu bata, serpih
granit, sekis, batu gamping. Pada batuan pratertier dan tertier ini sesar bisa
dipetakan.Batuan vulkanik kuarter yang diketemukan di daerah Bukittinggi
dikelompokkan dalam batuan tufa berbatu apung. Kelompok ini terdiri dari tufa yang
mengandung batu apung, dan serabut geas, tidak ditemukan mineral mafik.
Ditemukan juga di beberapa tempat lapisan pasir kwarsa, lapisan kerikil, kerikil yang
banyak mengandung kwarsa. Batuan yang segar terlihat agak kompak dan keras.
Batuan yang lapuk menjadi lunak dan rapuh, lepas dan lolos air.
c. Struktur Geologi
Struktur geolgi yang berkembang adalah struktur kekar dan sesar. Struktur ini hanya
ditemukan pada batuan tertier dan pratertier. Batuan vulkanik yang diendapkan
pada dinding struktur sesar Sumatera yang membentuk dinding terjal pada Ngarai
Sianok. Disamping sesar Sumatera yang mendasari batuan tertier masih terdapat
sesar lain yang juga berpengaruh pada batuan vulkanik ini. Sesar ini hanya bisa
diperkirakan yaitu dengan cara menarik pelurus dari sesar yang ada pada batuan
tertier. Arah sesar pada batuan yan lebih tua adalah NW-SE, NE-SW, E-W dan N-S.
Berdasarkan tinjauan kondisi geologi Kota Bukittinggi, kondisi saat ini didominasi
oleh kelompok batuan beku yang berasal dari aktifitas Gunung Marapi, Gunung
Singgalang dan Gunung Tandikek serta dari kaldera Danau Maninjau. Umumnya
batuan tersebut bersifat andestis. Untuk lebih jelasnya geologi kondisi Kota
Bukittinggi dapat dilihat apada Gambar 2.4 peta sebaran geologi permukaan Kota
Bukittinggi.
Kota Bukittinggi dialiri sungai kecil, yaitu Batang Tambuo di sebelah timur dengan lebar
5 – 7 m, Batang Sianok di sebelah Barat dengan lebar 12 – 15 m dan Batang Agam di
wilayah kota dengan lebar 5 - 7 m sebagaimana Gambar 2.5.
a. Air Permukaan
b. Air Tanah
Karakteristik air tanah wilayah Bukittinggi mengacu kepada peta Hidrologi Lembar
Padang Propinsi Sumatera Barat yang dipublikasikan oleh Direktorat Tata
Lingkungan dan Geologi, menjelaskan bahwa aquifer dengan aliran melalui ruang
antar butir dan tekanan batuan/ tanah. Potensi air tanah termasuk dalam klasifikasi
sedang sampai dengan tinggi. Tingkat serahan air tanah dapat mencapai 5 – 10
L/detik. Kedalaman air tanah dangkal lebih kurang 3 meter, sedangkan air tanah
dalam/ artesis mencapai kedalaman 100 meter.
2.1.4.2 Klimatologi
Kondisi iklim Kota Bukittinggi termasuk tropis basah dengan kelembaban minimum 82%
dan maksimum 90%, suhu udara minimum 16,1ºC dan maksimum mencapai 24,9ºC dan
tekanan udara berkisar antara 22º – 25º C. Data curah hujan di Kota Bukittinggi dari
tahun 2010 s/d tahun 2015 menunjukkan bahwa kota ini mengalami musim penghujan
pada akhir tahun. Selama 6 (enam) tahun terakhir 2010 s/d 2015 Curah hujan tertinggi
terjadi pada tahun 2014 di bulan Nopember sebesar 469 mm, sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada tahun 2012 di bulan Juni, yaitu sebesar 80 mm. Untuk lebih
jelasnya mengenai keadaan curah hujan dapat dilihat pada Tabel II-3.
Tabel II-3
Jumlah Curah Hujan Kota Bukittinggi Tahun 2010 s/d 2015
Jumlah Curah Hujan (mm)
No. Bulan
Thn.2010 Thn.2011 Thn.2012 Thn.2013 Thn.2014 Thn.2015
1 Jan 280.9 157 93 99 133 241
2 Feb 277 154.2 375 242 103 114
3 Mar 356.4 209.2 182 445 140 273
4 Apr 373.6 370.4 259 317 267 350
5 Mei 109 275.2 134 109 303 317
6 Jun 218.6 80.2 80 83 244 115
7 Jul 140.5 74.8 190 178 52 91
8 Ags 206.4 298.2 268 215 333 257
9 Sep 281.6 299.8 83 191 171 X
10 Okt 145.4 273.8 554 263 299 X
11 Nop 309.6 491.4 284 413 469 X
12 Des 109.4 X 212 269 249 X
Sumber : BMKG Stasiun Pengamatan Sicincin Tahun 2015
Gambar 2.6. Grafik Curah Hujan Bulanan Kota Bukittinggi Dari Tahun 2005 s/d 2015
Beberapa tangki septik yang dibangun oleh masyarakat juga masih banyak yang tidak
memenuhi kriteria dan spesifikasi teknis, sehingga fungsinya menjadi cubluk, yang
apabila jaraknya terhadap air tanah/ sumur terlalu dekat, rembesan dari limbah tersebut
dapat mencemari air tanah/ sumur yang berbahaya bagi kesehatan penduduk. Disamping
sistem individu, Pemerintah Kota Bukittinggi juga telah menyediakan sarana dan
prasarana dengan sistem komunal berupa WC/toilet umum yang ditempatkan di lokasi
fasilitas umum seperti pasar, terminal, tempat hiburan dan lain-lain. Kondisi eksisting
pengelolaan air limbah ditampilkan pada -tabel berikut.
Berdasarkan tabel 2.4 diatas terlihat bahwa saat sekarang ini Kota Bukittinggi tidak ada
truk tinja, dan pembangunan IPAL saat ini sedang berlangsung di Kelurahan belakang
Balok. IPAL dengan jumlah Sambungan Rumah (SR) direncanakan sebanyak 300 SR.
2.2.2. Persampahan
Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehari-
hari guna memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara
2,75 - 3,25 lt/org/hari. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) tahun
2013, total timbulan sampah Kota Bukittinggi sebanyak 693 m3/hari atau 20.790
m3/bulan. Kemudian mengacu pada data UPTD TPA Sampah Regional Provinsi
Sumatera Barat, timbulan sampah Kota Bukittinggi yang masuk ke TPA Regional
Payakumbuh tahun 2014 adalah 108 ton/hari, seperti yang dapat dilihat pada tabel II-6
berikut
Tabel II. 6
Rata-rata Berat Timbulan Sampah Kota Bukittinggi
di TPA Regional Payakumbuh Januari s/d November 2014
Rata-Rata
No. Bulan
(Ton/Hari)
1 Januari 114
2 Februari 94
3 Maret 109
4 April 124
5 Mei 114
6 Juni 101
7 Juli 116
8 Agustus 109
9 September 90
10 Oktober 94
11 November 118
12 Mei 114
Rata-Rata 108
Sumber sampah di Kota Bukittinggi terdiri atas pemukiman/ domestik maupun non
pemukiman/ non domestik. Sumber sampah di Kota Bukittinggi rata-rata masih belum
melakukan pemilahan. Pewadahan yang disediakan oleh pemerintah berupa TPS
(Tempat Penampungan Sampah) berbahan plastik, kayu, batu dan kontainer. Hanya TPS
berbahan plastik yang menerapkan pemilahan sampah, yakni sampah organik/ sampah
basah maupun sampah anorganik/ sampah kering. Meskipun sudah dipisahkan
wadahnya, namun hasil pengamatan di lapangan melalui uji petik, sampah masih dalam
kondisi tercampur. Pewadahan serta volume wadah yang digunakan dalam pengelolaan
sampah Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel II-7 berikut.
Tabel II-7
Jumlah dan Kapasitas Wadah Sampah Kota Bukittinggi
No Jenis TPS Volume (m3) Jumlah (unit)
1 TPS Kembar Plastik 0,06 80
2 TPS Kayu 1 78
3 TPS Batu/ Beton 3 37
4 TPS Kontainer 6 13
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi, 2014
2.2.3. Drainase
Pengelolaan Drainase di Kota Bukittinggi ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU)
Sub Dinas Prasarana Jalan dan Pengairan pada Seksi Pengairan dan Irigasi. Secara
umum, saluran drainase di Kota Bukittinggi telah menjangkau hampir seluruh wilayah
Kota.
Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Daerah yang
dilayani drainase terdiri dari 3 sub system yaitu Sub System Batang Agam, Batang
Tambuo dan Daujung (Buku Putih Sanitasi).
Dengan kondisi topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas
permukaan laut yang cukup tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi
pengaliran air pada sistem drainase sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke
dataran yang lebih rendah yaitu Batang Sianok dan Batang Tambuo.
Sistem drainase di Kota Bukittinggi secara umum dibagi dalam tiga sistem :
Sistem Drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk
menampung dan mengendalikan air hujan.
Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun
terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya
sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).
Sistem drainase saluran tanah. Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat
bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat
menampung beban curah hujan yang cukup tinggi (contoh saluran di daerah Batang
Agam).
Tabel II-8
Nama dan Panjang Drainase di Kota Bukittinggi
Panjang
Jenis
No. Nama Ruas Saluran
Saluran
(m)
1. Drainse Birugo Bungo ke Tugu Adipura 2.765 Sekunder
2. Drainase Belakang Ambun Suri ke Tugu Adipura 1.298 Sekunder
3. DrainaseTengah Jua Ke Batang Tambuo 5.445 Sekunder
4. Drainase Depan SD Belakang Balok ke SMP I 1.106 Sekunder
5. Drainase Bt.Kota Taluak Jl.Havid Jalil ke Jembatan Besi 1.500 Sekunder
6. Drainase Bt.Kapalo Koto ke Jembatan Parit Antang 1.500 Sekunder
7. Drainase birugo Puhun ke Ladang Kubu 500 Sekunder
8. Drainase Depan PGSD Jl.Bt.Masang ke Jl.Ombilin 600 Sekunder
9. Sungai Batang Tambuo 5.100 Primer
10. Banda Kubu/Banda Daujung 1.500 Sekunder
11. Riol Belakang Pos Siskamling Jl.Perawat Blik E Belakang 35 Sekunder
12. Balok 326 Sekunder
13. Riol Depan Masjid Jamik Togo Baleh 600 Sekunder
14. Siol Kapalo Koto ke Belakang Masjid Jamik Togo Baleh 2.892 Sekunder
15. Drainase Birugo Puhun ke Bendung Rumah Potong 961 Sekunder
16. Drainase Depan PLN ke Bendung Rumah Potong 2.900 Primer
17. Drainase Samping DPR ke Samsat dan Simpang Jirek 894 Sekunder
18. Drainase Simpang Banto Laweh (Jl.Biruang) ke Ngarai 400 Primer
19. Drainase Pincuran Gaung 300 Sekunder
20. Drainase Bukit Apit ke Kabun Pulasan 1.400 Sekunder
21. Drainase Jl.Parak Kubang-Jl.By pass ke Bandar Surian 162 Sekunder
22. Drainase Jl.Diponegoro - Sekunder
23. Drainase Jl.Panganak 7.900 Sekunder
24. Drainase Batang Sianok 90,6 Sekunder
25. Riol Jenjang 40 ke Pasar Banto 635 Sekunder
26. Riol Samping Bank BPD ke Simpang Tembok 400 Sekunder
27. Riol Komplek Pasar Banto 600 Sekunder
28. Riol Komplek Pasar Bawah 500 Sekunder
29. Riol Komplek Pasar Atas 350 Sekunder
30. Riol Simpang Jl.Angku Basa ke Bukit Pauh 520 Sekunder
31. Riol Simpang Aur Kuning ke Simpang Tarok 350 Sekunder
32. Riol Simpang Aur Kuning ke Jl.Parak Kubang 500 Sekunder
33. Riol Sawah Paduan ke Pustaka Indonesia 450 Sekunder
34. Riol Komplek Pasar Aur Kuning 300 Sekunder
35. Riol Pasar Atas ke Pasar Lereng 100 Sekunder
36. Riol Kampung Jawa Lama dan Benteng ke Jl.Teuku Umar 150 Sekunder
37. Riol Air Limbah Perumahan Belakang TMSBK ke Jl.A.Yani 131,5 Sekunder
38. Riol Jl.Barumbuang III ke Jl.Mandailing 400 Sekunder
39. Riol Jl.Nawawi ke Depan Stasiun 1.000 Sekunder
40. Drain. Simpang Inkorba Jl.Abd.Manan ke Jl.By Pass dan 509,6 Sekunder
41. Btg. Agam 500 Sekunder
42. Drainase Samping Pengadilan ke Batang Agam 600 Sekunder
43. Drainase Depan Masjid Garegeh ke Batang Tambuo 200 Sekunder
44. Drainase Simpang Guguk Bulek ke Guguk Randah 850 Sekunder
45 Drainase Jl.A.K.Gani 590 Sekunder
46 Drainase simpang Inkorba ke Batang Agam
47. Riol Pasar Banto ke Simpang Mandiangin
Sumber : Dinas PU Kota Bukittinggi, 2015
Pada tahun 2013 jumlah sekolah di wilayah Kota Bukittinggi terdiri dari Taman kanak-
kanak sebanyak 38 unit, SD sebanyak 56 unit, SMP 11 unit, SMA sebanyak 11 unit,
kemudian Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 2 unit dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak
3 unit. Berdasarkan tabel II-9 dapat dilihat sebaran sarana pendidikan di Kota Bukittinggi
mulai dari tingkat TK sampai dengan SMA sudah merata ke seluruh wilayah kecamatan
yang ada, sebagian besar sarana pendidikan berada di Kecamatan Guguk Panjang.
Jumlah dan penyebaran sarana pendidikan di Kota Bukittinggi selengkapnya di tampilkan
pada tabel II-9.
Tabel II-9
Jumlah dan Sebaran Sarana Pendidikan Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Kota Bukittinggi telah memiliki berbagai sarana kesehatan seperti Rumah Sakit (RS)
jumlahnya sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 19 uniit, Apotek sebanyak 49 unit,
Puskesmas sebanyak 14 unit, Pustu sebanyak 14 unit, Poskeskel sebanyak 24 unit, RS
Bersalin 5 unit, dan tempat praktek Dokter. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana kesehatan
di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-10.
Tabel II-10
Jumlah Sarana Kesehatan Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Tabel II-11
Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan
Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Gereja Gereja
No. Kecamatan Mesjid Mushola
Protestan Katolik
1 Guguk Panjang 17 24 1 1
2 Mandiangin Koto Selayan 18 15 - -
3 Aur Birugo Tigo Baleh 9 11 - -
Jumlah 2013 44 50 1 1
2012 44 52 - 1
2011 44 52 - 1
2010 42 52 - 1
2009 43 90 1 1
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014
A. Jaringan Jalan
Secara umum, jaringan jalan di Kota Bukittinggi terdiri atas jaringan jalan arteri
primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, dan jalan lokal. Jalan arteri primer di Kota
Bukittinggi merupakan akses keluar-masuk Kota Bukittinggi dari utara, timur dan
selatan. Jalan arteri sekunder menjadi penghubung jalan arteri primer ke pusat-pusat
kegiatan di Kota Bukittinggi.
Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di Kota Bukittinggi terdiri dari jalan
beraspal, jalan kerikil dan jalan tanah, menurut kondisinya terdiri dari jalan kondisi
baik, buruk, sedang dan rusak serta rusak berat. Untuk lebih jelas, kondisi jaringan
jalan di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-12 berikut.
Tabel II-12
Sistem Jaringan Jalan Di Kota Bukittinggi
Fungsi
Deskripsi Nama Jalan
Jalan
Jalan arteri primer di Kota Bukittinggi Jl. Soekarno-Hatta
merupakan akses langsung Kota Bukittinggi Jl. By Pass
dengan lingkup regionalnyasehingga
memiliki keterkaitan dengan sistem jaringan
Jalan Arteri jalan lintas Sumatera. Dalam konteks sistem
Primer jaringan jalan Pulau Sumatera, jalan arteri
primer di Kota Bukittinggi merupakan
penghubung Kota Bukittinggi dengan kota
yang berada pada orde di atasnya maupun
di bawahnya.
Jl. Veteran
Jl. Sudirman
Jalan arteri sekunder di Kota Bukittinggi Jl. Panorama
Jalan Arteri
menghubungkan jalan arteri primer dengan Jl. Dr. A. Rivai
Sekunder
pusat-pusat kegiatan di Kota Bukittinggi Jl. Pemuda
Jl. Perintis Kemerdekaan
Jl. Diponegoro
Jalan kolektor sekunder di Kota Bukittinggi Jl. Sutan Syahrir
menghubungkan jalan arteri dengan pusat Jl. Panorama Baru
kegiatan sekunder, atau menghubungkan Jl. Panganak Ateh
antarpusat sekunder maupun antara pusat Jl. Pintu Kabun
sekunder dengan pusat lingkungan. Jl. H. Miskin
Jalan
Kolektor Jl. Abdul Manan
Jalan kolektor sekunder juga berfungsi Jl. Mr. Asaat
Sekunder
sebagai penghubung pusat kegiatan Jl. Panganak
sekunder kota dengan lingkup regional. Jl. Kabun Pulasan
Jalan kolektor yang menghubungkan Jl. Jl. Marapi
kawasan dengan lingkup regional Jl Tigo Baleh
diantaranya Jl. Diponegoro dan Jl. Mr Asaat. Jl Nawawi
Jalan lokal di Kota Bukittinggi merupakan Keseluruhan jaringan jalan di
penghubung antara blok kawasan dengan Kota Bukittinggi yang tidak
Jalan Lokal blok kawasan lainnya. Pada umumnya termasuk pada jaringan jalan
menghubungkan jalan kolektor dengan arteri dan koletor.
pusat kegiatan tersier kawasan.
Sumber: Kota Bukittinggi dalam Angka, 2014
Tabel II-13
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
Di Kota Bukittinggi Tahun 2013
Kondisi Jalan (Km)
No. Tahun
Beraspal Kerikil Tanah
1 2013 197,51 0,26 0,16
2 2012 197,39 0,26 0,15
3 2011 197,39 0,26 0,15
4 2010 186,86 2,15 -
5 2009 186,17 1,85 6,21
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014
Pergerakan regional dilayani oleh terminal regional di Kota Bukittinggi, yaitu Terminal
Aur Kuning. Keberadaan Terminal Aur Kuning di Jalan Arteri Primer
berfungsisebagaipergantian moda dari transportasi regional ke transportasi lokal
(kota), sehingga para pelaku pergerakan regional melalui Terminal Aur Kuning dapat
berganti moda ke transportasi lokal (angkutan umum kota) untuk melakukan
pergerakan internal. Selain Terminal Aur Kuning terdapat pula terminal-terminal
bayangan (terminal angkutan umum kota) seperti Terminal Pasar Bawah, Pasar
Banto, Depan Jogja dan Surau Gonjong.
Moda angkutan yang digunakan di Kota Bukittinggi terdiri atas angkutan pribadi dan
angkutan umum. Angkutan umum untuk pelayanan kota berupa MPU dan mini bus.
Moda angkutan pariwisata umumnya berupa bus wisata yang memiliki pergerakan
regional dan mendapatkan izin khusus untuk kepentingan pergerakan di dalam kota.
Kondisi saat ini, angkutan umum di Kota Bukittinggi sudah dapat melayani
keseluruhan wilayah Kota Bukittinggi, bahkan melayani wilayah hinterland.
Tabel II-14
Trayek Angkutan Umum di Kota Bukittinggi
No Nama Trayek Kode Jarak Jumlah
Trayek (Km) (unit)
1. Pasar Bawah – Terminal Simpang Aur A001 7 77
2. Pasar Bawah – Tigo Baleh A002 8 138
3. Pasar Bawah – Aur Atas A003 7 15
4. Pasar Bawah – Koto Selayan via Garegeh A004 6 13
5. Pasar Bawah – Kubu Tanjung A005 8 14
6. Pasar Bawah – Garegeh A008 7 13
7. Pasar Bawah – Simpang Kapau B001 6 32
8. Pasar Bawah – Koto Selayan via Simpang Ganting B002 6 7
9. Pasar Bawah – Gulai Bancah / Balaikota B003 4 13
10. Pasar Bawah – Panorama Baru C001 8 12
11. Pasar Bawah – Bukiit Apit / Simpang Ranjau C002 6 31
12. Simpang Taluak – Bukit Ambacang C006 6 20
13. Pasar Bawah – Tabek Gadang 13 7 11
14. Pasar Bawah – Jambu Air 14 7 63
15. Pasar Bawah – Belakang Balok 15 6 24
16. Pasar Bawah – Bukit Ambacang 16 6 9
17. Pasar Bawah – INKORBA / STAIN 17 6.5 17
18. Pasar Bawah – Parit Antang via SMKN 1 18 6.5 6
19. Pasar Bawah – Simpang Aur via Tanah Jua 19 7 16
20. Gulai Bancah – Belakang Pasar Aur D001 5 15
21. Pasar Bawah – Talao / Pasar Ternak D002 7
22. Pasar Bawah – Simpang Jambu Air via A. Yani D003 7 12
23. Pasar Bawah – Panganak / Pintu Kabun D004 6 7
24. Pasar Bawah – Bukit Apit / Simpang Ranjau D005 6 5
Jumlah 24 Trayek 570
Kondisi sistem pelayanan energi listrik di Kota Bukittinggi saat ini dilayani oleh unit PLN
sektor Bukittinggi. Sumber pembangkit tenaga listrik berasal dari PLTA Maninjau dan
PLTA Agam, Daya terpasang saat ini sebesar 253,5 Kwh dan produktivitas sumber listrik
sebesar 1093.861.227 Kwh. Kebutuhan energi lisrik sebagian besar digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, fasilitas sosial, ekonomi, dan industri. Untuk lebih jelasnya
jumlah pelanggan PLN di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel II-15.
Tabel II-15
Jumlah Kwh Terjual Listrik PLN Sektor Bukittinggi Tahun 2013
Jumlah Kwh
No. Tahun Rumah Penerangan
Toko,Hotel,Kantor Badan/Lembaga
Tangga Jalan
1 2013 57.127.241 34.051.320 5.277.439 3.125.357
2 2012 54.288.879 34.848.302 4.941.621 3.250.266
3 2011 39.213.201 25.019.022 5.278.741 2.116.992
4 2010 37.111.093 23.351.985 3.492.823 3.370.804
5 2009 39.252.810 22.053.982 3.169.208 2.085.685
Sumber : Kota Bukittinggi Dalam Angka, 2014
Sarana telekomunikasi di Kota Bukittinggi khususnya jaringan telepon pada saat ini sudah
hampir seluruh kelurahan terjangkau jaringan telepon. Jaringan telepon yang ada di Kota
Bukittinggi pada saat ini dilayani oleh PT Telkom menggunakan jaringan PSTN ( Telepon
Kabel), pelayanan lainnya dlayani oleh provider telepon seluler melalui saluran GSM dan
CDMA. Jumlah Pelanggan telepon dan sistem jaringan telepon kabel di Kota Bukittinggi
dapat dilihat pada tabel II-16 dan gambar 2.8.
Tabel II-16
Jumlah Pelanggan Telepon Kota Bukittinggi Tahun 2013
Jumlah Pelanggan
No. Tahun Non Bisnis Jumlah
Bisnis
dan Sosial
1 2013 10400 2801
2 2012 10211 2793 13004
3 2011 9147 2300 11447
4 2010 9030 2190 11220
5 2009 9132 2213 11345
Kondisi eksisting prasarana air minum di Kota Bukittinggi saat ini dilayani oleh PDAM
Tirta Jam Gadang. Sumber Air baku PDAM berasal dari Mata Air Sungai Tanang, Mata
Air Cingkaring, Sumur Bor Tabek Gadang, Sumur Bor Birugo, Sumur Bor Palolok, Sumur
Dangkal Kubang Putih.
Secara umum, distribusi air minum di Kota Bukittinggi menggunakan sistem gravitasi,
namun setiap sumber air memiliki cara pendistribusian masing-masing hingga sampai ke
daerah pelayanan. Hingga saat ini wilayah pelayanan air minum hampir memenuhi
keseluruhan wilayah perencanaan walaupun terdapat beberapa kelurahan yang berlum
terlayani oleh pelayanan air minum oleh PDAM. Guna mendukung pendistribusian air,
saat ini telah dibangun beberapa reservoar dengan total kapasitas sebesar 3.180 m3.
Namun karena keterbatasan produksi maka tidak semua reservoar tersebut berfungsi.
Berdasarkan data laporan kinerja PDAM tahun 2014 (non audit), jumlah pelanggan
PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi sebanyak 9.154 unit sambungan (yang terdiri
dari sambungan domestik maupun sambungan non domestik). Cakupan pelayanan baru
dapat melayani sekitar 52.525 jiwa atau sekitar 42,56 % dari total jumlah penduduk Kota
Bukittinggi sebanyak 123.410 jiwa (data tahun 2014) dengan asumsi setiap rumah tangga
dihuni oleh 5 jiwa dan setiap kran umum dipakai oleh 50 jiwa. Untuk lebih jelasnya tingkat
pelayanan air minum di Kota Bukuttinggi dapat dilihat pada tabel II-17.
Tabel II-17
Tingkat Pelayanan Air Minum
PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah
Jumlah
No. Jenis Palayanan Orang
Pelanggan (Jiwa)
Terlayani
1 Rumah Tangga 7.175 5 35.875
2 Niaga Besar 77 10 770
3 Industri Besar 2 10 20
4 Niaga kecil 1.050 6 6.300
5 Industri Kecil 30 7 210
6 Hotel 71 50 3.550
7 Kantor 91 5 455
8 Sekolah 76 5 380
9 Rumah Sakit 15 10 150
10 Sosial 75 5 375
11 KU, MCK, WC, HU 44 50 2.200
12 Pemda 18 5 90
13 ABRI Dinas 14 5 70
14 ABRI Umum 416 5 2.080
Jumlah 9.154 52.525
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 (non audit)
2.3.1 PDRB
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perkembangan nilai nominal
PDRB yang merupakan perkembangan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan perkembangan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang terdiri dari dua kategori, yakni atas dasar
harga berlaku (adhb) dan atas dasar harga konstan tahun 2000 (adhk). Nilai PDRB Kota
Bukittinggi dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2011 tercatat nilai PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 2,44 triliun rupiah, kemudian 2012 naik menjadi 2,71 triliun
rupiah dan 2013 juga mengalami kenaikan sebesar 14,39 persen, yaitu menjadi 3,10
triliun. Nilai PDRB 2013 atas dasar harga konstan tercatat sebesar 1,24 trilyun rupiah, jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terdapat kenaikan yang cukup berarti.
Pada 2012 nilai PDRB ADHK adalah sebesar 1,16 trilyun rupiah. Pada tahun 2013 terjadi
kenaikan menjadi sebesar 1,23 trilyun.
Sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota
Bukittinggi adalah Sektor Jasa-jasa, yakni sebesar 800.167,80 Milyar, kemudian Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, yaitu sebesar 756.067,86 milyar serta sektor
Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 639.037,36 milyar. Sementara Sektor yang
paling kecil kontribusinya adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 76,82
milyar.
Pertumbuhan perekonomian Kota Bukittinggi secara umum dapat dilihat pada tabel II-18
dan tabel II-19, yaitu PDRB Kota Bukittinggi ADHB dan ADHK, di tahun 2010-2013.
Tabel II-18
PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2010-2013
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013
Tabel II-19
Perkembangan PDRB Kota Bukittinggi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) 2010-2013
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013
Kota Bukittinggi merupakan bagian dari bekas Kerajaan Minangkabau yang terkenal
dengan sebutan RanahMinang. Masyarakatnya terkenal dengan tata kehidupan yang
mencerminkan sistem Matrilineal dengan adat istiadatnya yang unik. Dalam sistem ini
harta pusaka, gelar, dan nama suku, diturunkan menurut silsilah garis keturunan ibu.
Mayoritas penduduk Kota Bukittinggi adalah pemeluk agama Islam yang taat dan
pemegang adat yang kuat. Karakter masyarakatnya yang mandiri, dinamis, kritis dan
unggul dalam mengembangkan kewirausahaan. Kaidah-kaidah agama danadat terpadu
secara serasi di dalam tata kehidupan.
Walaupun sampai saat ini Kota Bukittinggi telah menjadi kawasan urban, namun secara
budaya masyarakat Bukittinggi masih memegang teguh adat-istiadat yang dilaksanakan
dari kehidupan sehari-hari dimana prinsip utama masayarakat Minangkabau ”Adaik
basandi syarak, Syarak basandi kitabullah” sangat menonjot. Kaitan agama dan budaya
dapat juga dilihat dari ungkapan "syarak mangato adaik mamakai".
Saat ini dengan adanya gerakan kembali ke Nagari, hal ini akan berimbas pada
kehidupan sosial budaya masyarakat yang berlandaskan agama akan semakin menguat.
Karakteristik tatanan kehidupan masyarakat Kurai Limo Jorong yang menjadi dasar
filosofis budaya Kota Bukittinggi dapat digambarkan dengan adanva :
- Nilai-nilai adat istiadat yang terintegrasi dengan nilai agama yang disebut dengan
ungkapan Sarak Mangato Adaik Mamakai.
- Pola kepemimpinan informal yang disebut dengan Tali Tigo Sapilin dan Tungku Tigo
Sajarangan yaitu ninik mamak, alim ulama, dan cerdik pandai.
- Adanya sistem pemerintahan adat (struktur keruangan dan kelembagaan nagari yang
masih hidup) yang secara hirarkis terlihat dari adanya Penghulu Pucuak yang dikenal
dengan Panghulu Pucuak Nan Duo Puluh Anam, Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari
serta Ninik Mamak Saratuih.
- Alim ulama sebagai unsur pimpinan masyarakat yang mempunyai perana dalam
mengendalikan dan meningkatkan pemahaman dan pengamalan niiai-nilai agama.
Lembaga keagamaan yang utama di Kota Bukittinggi yaitu terdapat 8 sidang Mesjid
sebagai bentuk pilar lembaga keagamaan, dalam hal ini Agama Islam.
- Sistem matriarchat yang menempatkan keberadaan Bundo Kanduang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat sebagai tumpuan sistem keturunan dan pewarisan.
- Semangat dan jiwa kewirausahaan yang telah tumbuh dan berkembang sampai saat
ini.
- Nilai dan semangat kebersamaan serta kegotongroyongan yang diliputi oleh suasana
keakraban yang tinggi dan pembauran antara masyarskat asli dan masyarakat
pendatang
Disamping hal di atas, aspek sosial budaya lainnya yang berpengaruh terhadap
pengembangan Kota Bukittinggi ke depan adalah keberadaan tanah-tanah ulayat/adat
dimana dalam hal pengembangan pada tanah ulayat ini perlu dilakukan musyawarah
warga. Hal ini sebagai bagian dari kearifan lokal dalam menunjang pengembangan
kawasan. Hasil diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat disampaikan bahwa agar
keberadaan tanah ulayat tidak hilang, maka pengembangan tanah ulayat dapat dilakukan
dengan sistem sewa untuk dalam jangka waktu dan pola kerjasama yang saling
menguntungkan anara masyarakat selaku pemilik tanah dan investor sebagai pihak yang
mengembangkan diatasnya.
Struktur ruang Kota Bukittinggi eksisting sebagian besar terbentuk dari kegiatan-
kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan yang
merupakan lahan-lahan pertanian serta kegiatan kepariwisataan dan jaringan jalan kota.
Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa
fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas perkantoran/
pemerintahan, sedangkan kegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi memiliki
tingkat pelayanan internasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas
Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti
sekarang berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar Atas
dan Pasar Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti pola
jaringan jalan utama yaitu poros jalan Medan – Bukittinggi – Padang dan poros jalan
Bukittinggi – Pekanbaru. Struktur Kota Bukittinggi yang bersifat konsentrik cenderung
mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang jelas batas-
batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan,
perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan dan kesehatan dengan
konsentrasi tinggi pada pusat kota.
Dari pengamatan fisik dapat diindikasikan struktur ruang kota Bukittinggi dalam kategori
komponen kegiatan fungsional kota, yaitu :
b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari
Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.
c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah
pusat kota. Bagian timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan
permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung, Ladang
Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.
d. Kawasan Pertanian yang berkembang pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang
besaran lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan
permukiman.
Kota Bukittinggi saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan
yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan
pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai
jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas
kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran
dan/atau pemerintahan. Sedangkankegiatan-kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi
memiliki tingkat pelayanan intemasional, nasional maupun regional antara lain berupa
fasilitas akomodasi (hotel berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa
kepariwisataan yang mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam kota
ataupun yang terletak di luar kota dan daerah lain di provinsi Sumatera Barat.
Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Bukittinggi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
b. Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok, dari
Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.
c. Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah
pusat kota. Bagian Timur dan tenggara kota merupakan daerah perkembangan
permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning, Kubu Tanjung, Ladang
Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.
d. Kawasan Pertanian pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan permukiman.
Tabel II-20
Luas Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi
Luas Persen Luas
No. Jenis Penggunaan Lahan
(Ha) (%)
1 Hutan Primer 104,694 3,89%
2 Hutan Sekunder 1,887 0,07%
3 Hutan 222,937 8,28%
4 Kebun Campuran 247,569 9,19%
5 Kolam 2,792 0,10%
hubungan kuat dengan pusat kota. Saat ini Kawasan Belakang Balok telah
berkembang sebagai pusat pemerintahan kota, pusat pendidikan, kesehatan, serta
terdapat permukiman berikut fasilitas pendukungnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Kawasan Belakang Balok telah menjadi pusat aktifitas penduduk kota dan telah
menunjukkan karakter sebagai pusat pelayanan. Dengan kondisi yang ada maka
Kawasan Belakang Balok di masa mendatang memiliki peluang pengembangan
sebagai pusat pelayanan sekunder sekaligus dapat berperan mengurangi beban
pelayanan pusat kota sebagai kawasan yang menghasilkan tarikan yang cukup
besar.
b) Kawasan Garegeh
Kawasan Garegeh merupakan kawasanyang beradadi Jalan Sukarno Hatta serta
terletakpada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur laut Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Penetapan sub
pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat
pelayanan lingkungan yang berada di bawahnya yang tersebar pada kawasan-
kawasan permukiman yang ada serta sebagai pusat pelayanan bagi hinterland Kota
Bukittinggi pada bagian timur lautnya.
Kawasan ini memiliki letak yang strategis bagi permukiman di sekitarnya sehingga
diarahkan sebagai sub pusat pelayanan Kota Bukittinggi dan dapat menjadi orientasi
bagi pusat-pusat lingkungan yang berada di bawahnya. Fungsi yang diarahkan pada
kawasan ini adalah:
Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.
Penjelasan lebih lanjut tentang Kawasan Strategis Kota Bukittinggi, sebagai berikut:
Kawasan ini menjadi khusus dan strategis karena rawan bencana longsor dan
gempa bumi. Kawasan Ngarai Sianok merupakan kawasan yang memiliki kekhasan
tersendiri dan perlu dijaga kelestariannya. Sedangkan Kawasan Sempadan Ngarai
Sianok merupakan kawasan dengan kerawanan tertinggi terhadap bahaya longsor
dan gempa bumi. Kondisi ini sudah ditunjukkan oleh kejadian gempa beberapa waktu
terakhir dimana longsornya Ngarai sangat membahayakan bagi kegiatan budidaya
yang ada di sempadannya. Penetapan kawasan ini sebagai kawasan strategis agar
pengelolaan dan kebijakan yang diambil untuk kawasan ini dapat menjadi prioritas
untuk menghindari terjadinya korban yang tidak diharapkan akibat bencana yang
mungkin terjadi.
Pada tahun 2014, penduduk Kota Bukittinggi berjumlah 121.814 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk adalah 2,92%. Laju pertumbuhan penduduk ini sedikit menurun
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 3,25%. Perkembangan dan dinamika kondisi
demografis Kota Bukittinggi ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Disamping penduduk tetap yang berdomisili dan ber KTP Bukittinggi sebagaimana
diuraikan di atas, ada situasi yang menarik dari demografis Kota Bukittinggi. Tingkat
mobilitas penduduk cukup tinggi antara Kota Bukittinggi sebagai pusat kegiatan lokal dan
regional yang mempunyai daya tarik (magnitude) terhadap daerah commutter dan
hinterlandnya, maka proyeksi penduduk Kota Bukittinggi pada siang hari di perkirakan
mencapai 350.000 jiwa. Migrasi penduduk sementara ke dalam Kota Bukittinggi pada
tahun 2007 mengindikasikan kecenderungan meningkat antara lain disebabkan
banyaknya bermunculan pedagang kaki lima musiman, meningkatnya pelayanan
kesehatan, pendidikan serta kunjungan lain seperti : studi banding, seminar/ konferensi,
serta kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Tabel II-21
Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
Jumlah Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun
Penduduk Jiwa Persen
1 2005 101.276 0 0
2 2006 102.228 952 0.93
3 2007 104.278 2,050 1.97
4 2008 106.045 1,767 1.67
5 2009 107.805 1,760 1.63
6 2010 111.312 3,507 3.15
7 2011 113.569 2,257 1.99
8 2012 114.415 846 0.74
9 2013 118.260 3,845 3.25
10 2014 121.814 3,554 2.92
Jumlah 20,538 18.24
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka 2014
Tabel di atas memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Bukittinggi dalam
kurun waktu 2005 – 2014 rata-rata 2,03% pertahun. Pertumbuhan jumlah penduduk juga
diikuti dengan meningkatnya kepadatan penduduk di Kota Bukittinggi, sebagaimana
terlihat pada tabel berikut :
Tabel II-22
Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi
JUMLAH KEPADATAN
LUAS WILAYAH
No. TAHUN PENDUDUK PENDUDUK
(km2)
(jiwa) (jiwa)
Gambar 2.16
Grafik Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Tabel II-23
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2013
Luas Rumah Jumlah Kepadatan
No. Kecamatan/Kelurahan wilayah Tangga Penduduk Penduduk
(km2) (KK) (Jiwa) (jiwa/km2)
1 Guguk Panjang 6.831 10.712 43.457 6,362
1. Bukit Camang K. Ramang 0.470 624 2.407 5,121
2. Tarok Dipo 1.480 4.331 17.450 11,791
3. Pakan Kurai 0.870 1.496 6.369 7,321
4. Aur Tajungkang T. Sawah 0.690 1.821 7.480 10,841
5. Benteng Pasar Atas 0.560 359 1.271 2,270
6. Kayu Kubu 0.910 899 3.606 3,963
7. Bukit Apit Puhun 1.851 1.182 4.874 2,633
Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kota Bukittinggi tidak terlepas dari kebijakan
yang ditempuh, baik dari sisi efektifitas pengelolaan penerimaan pendapatan yang
dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan
efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja langsung maupun tidak langsung. Ada tiga
sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah di Kota
Bukittinggi, diantaranya adalah :
Penerimaan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kota Bukittinggi diperoleh dari berbagai sumber diantaranya dari Pendapatan Asli
Daerah, berupa sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pajak dan retribusi daerah,
bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, dana perimbangan berupa Dna Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan penerimaan lain-lain yang sah. Dari semua
penerimaan tersebut yang memberikan kontribusi yang cukup besar berasal dari instansi
yang lebih tinggi atau bantuan dari Pemerintah Pusat, sedangkan suber penerimaan
daerah yang berasal dari Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) masih terlalu kecil
dibandingkan dengan bantuan pusat.
Berikut ini adalah perkembangan pendapatan daerah Kota Bukittinggi Tahun 2010-2014,
Tabel II.24.
Tabel II-24
Realisasi Keuangan Daerah Kota Bukittinggi Tahun Anggaran 2010-2014
No. TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. PENDAPATAN DAERAH 325,409,425,033.00 338,421,473,678.21 104.00 406,051,172,188.00 401,417,194,463.00 98.86 465,266,259,329.00 461,396,488,849.00 99.17
1.1 Pendapatan Asli Daerah 42,193,150,511.00 33,847,174,752.21 80.22 45,023,938,692.00 42,223,418,002.00 93.78 49,310,208,409.00 45,076,555,841.00 91.41
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 13,518,500,000.00 11,728,705,362.00 86.76 17,168,500,000.00 17,461,926,058.00 101.71 20,502,492,642.00 19,848,460,300.00 96.81
1.1.2 Hasil Retrebusi Daerah 12,933,515,675.00 12,609,831,129.00 97.50 16,806,931,722.00 14,019,848,821.00 83.42 17,279,641,811.00 14,748,993,711.00 85.35
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,773,664,928.00 1,829,523,928.00 103.15 3,038,188,054.00 3,038,188,054.00 100.00 3,248,073,956.00 2,892,369,763.00 89.05
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 13,967,469,908.00 7,679,114,333.21 54.98 8,010,318,916.00 7,703,455,069.00 96.17 8,280,000,000.00 7,586,732,067.00 91.63
1.2 Dana Perimbangan 279,495,071,950.00 279,481,878,176.00 100.00 307,380,094,536.00 305,965,314,648.00 99.54 365,081,903,351.00 365,938,810,846.00 100.23
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,001,331,950.00 18,988,138,176.00 99.93 11,205,676,536.00 15,621,671,648.00 139.41 18,280,327,351.00 24,281,551,846.00 132.83
1.2.2 Dana Alokasi Umum 242,306,440,000.00 242,306,440,000.00 100.00 272,853,718,000.00 272,853,718,000.00 100.00 326,224,306,000.00 326,224,306,000.00 100.00
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 18,187,300,000.00 18,187,300,000.00 100.00 23,320,700,000.00 17,489,925,000.00 75.00 20,577,270,000.00 15,432,953,000.00 75.00
JUMLAH PENDAPATAN 325,409,425,033.00 338,421,473,678.21 104.00 406,051,172,188.00 401,417,194,463.00 98.86 465,266,259,329.00 461,396,488,849.00 99.17
Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 12 13 14 15 16 17 15 16 17
1.1 Pendapatan Asli Daerah 54,646,355,950.00 55,203,591,605.00 101.02 60,578,297,922.00 61,613,681,043.00 101.71 63,089,666,112.00 - -
1.1.1 Hasil Pajak Daerah 24,182,218,901.00 22,560,666,814.00 93.29 26,982,218,901.00 27,314,135,978.00 101.23 27,855,512,078.00 -
1.1.2 Hasil Retrebusi Daerah 19,020,690,049.00 16,593,461,861.00 87.24 20,500,506,821.00 18,043,436,304.00 88.01 20,372,528,431.00 -
1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 3,234,547,000.00 3,691,819,262.00 114.14 3,452,740,700.00 3,452,740,700.00 100.00 4,172,921,853.00 -
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 8,208,900,000.00 12,357,643,668.00 150.54 9,642,831,500.00 12,803,368,061.00 132.78 10,688,703,750.00 -
1.2 Dana Perimbangan 418,375,949,090.00 408,814,962,363.00 97.71 453,440,696,539.00 452,713,545,419.00 99.84 462,733,357,991.00 - -
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,250,694,090.00 18,143,222,363.00 89.59 16,006,279,539.00 15,279,128,419.00 95.46 18,247,026,991.00 -
1.2.2 Dana Alokasi Umum 368,311,195,000.00 368,311,195,000.00 100.00 404,285,567,000.00 404,285,567,000.00 100.00 408,640,651,000.00 -
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 29,814,060,000.00 22,360,545,000.00 75.00 33,148,850,000.00 33,148,850,000.00 100.00 35,845,680,000.00 -
Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I % PAGU ANGGARAN REALIS AS I %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2. BELANJA DAERAH 433,240,982,933.00 363,236,193,806.00 83.84 469,253,354,207.00 405,420,576,374.00 86.40 522,203,826,129.00 447,442,753,557.54 85.68
2.1 BELANJA TIDAK LANGS UNG 250,941,832,476.00 232,783,921,527.00 92.76 269,745,449,708.00 260,866,438,337.00 96.71 310,499,295,539.00 289,830,843,899.00 93.34
2.1.1 Belanja Pegawai 216,582,568,767.00 209,549,305,264.00 96.75 242,758,810,024.00 243,442,955,461.00 100.28 288,545,271,889.00 270,874,433,012.00 93.88
2.1.4 Belanja Hibah 13,284,778,000.00 8,897,878,673.00 66.98 12,539,044,400.00 5,978,878,028.00 47.68 16,054,683,000.00 15,749,150,310.00 98.10
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 16,334,485,709.00 13,328,869,690.00 81.60 13,249,196,140.00 10,916,510,148.00 82.39 3,046,140,000.00 1,968,440,000.00 64.62
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
2.1.7 Provinsi/ Kabupaten/ Kota Dan 1,200,000,000.00 - - - - 551,521,298.00 551,521,298.00 100.00
Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 3,480,000,000.00 1,007,867,900.00 28.96 1,138,399,144.00 528,094,700.00 46.39 2,301,679,352.00 687,299,279.00 29.86
2.2 BELANJA LANGS UNG 182,299,150,457.00 130,452,272,279.00 71.56 199,507,904,499.00 144,554,138,037.00 72.46 211,704,530,590.00 157,611,909,658.54 74.45
2.2.1. Belanja Pegawai 37,350,294,793.00 29,824,976,178.00 79.85 42,280,654,478.00 33,546,024,904.00 79.34 45,537,278,200.00 37,427,444,376.00 82.19
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 73,268,757,277.00 52,709,480,286.00 71.94 82,569,449,035.00 60,550,867,273.00 73.33 91,984,011,370.00 69,449,826,690.54 75.50
2.2.3 Belanja Modal 71,680,098,387.00 47,917,815,815.00 66.85 74,657,800,986.00 50,457,245,860.00 67.58 74,183,241,020.00 50,734,638,592.00 68.39
JUMLAH BELANJA 433,240,982,933.00 363,236,193,806.00 83.84 469,253,354,207.00 405,420,576,374.00 86.40 522,203,826,129.00 447,442,753,557.54 85.68
Tabel Lanjutan
No. TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015
URAIAN
Urut PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI % PAGU ANGGARAN REALISASI %
1 2 12 13 14 15 16 17 15 16 17
2. BELANJA DAERAH 590,656,144,731.91 504,110,258,149.60 85.35 641,272,623,131.51 526,273,212,645.83 82.07 683,314,294,234.48 307,742,269,352.00 45.04
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 319,043,551,748.00 292,653,417,491.00 91.73 361,045,093,852.83 307,742,269,352.00 85.24 387,666,757,085.48 307,742,269,352.00 79.38
2.1.1 Belanja Pegawai 306,652,090,450.00 284,139,179,620.00 92.66 336,743,703,072.00 301,399,665,287.00 89.50 366,699,510,167.48 -
2.1.4 Belanja Hibah 5,028,300,000.00 4,406,252,136.00 87.63 19,614,840,000.00 18,619,220,084.00 94.92 18,106,524,820.00 -
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5,051,640,000.00 3,594,680,177.00 71.16 3,249,036,000.00 3,249,026,000.00 100.00 1,442,903,430.00 -
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
2.1.7 Provinsi/ Kabupaten/ Kota Dan 501,521,298.00 501,521,298.00 100.00 549,978,535.50 443,827,273.00 80.70 617,818,668.00 -
Pemerintahan Desa
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1,810,000,000.00 11,784,260.00 0.65 887,536,245.33 - - 800,000,000.00 -
2.2 BELANJA LANGSUNG 271,612,592,983.91 211,456,840,658.60 77.85 280,227,529,278.68 218,530,943,293.83 77.98 295,647,537,149.00 - -
2.2.1. Belanja Pegawai 53,323,399,095.00 45,311,233,704.00 84.97 47,027,483,450.00 40,703,304,450.00 86.55 52,517,660,250.00 -
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 118,900,843,652.91 89,852,281,671.60 75.57 132,516,098,371.68 101,276,088,207.83 76.43 158,365,278,389.00 -
2.2.3 Belanja Modal 99,388,350,236.00 76,293,325,283.00 76.76 100,683,947,457.00 76,551,550,636.00 76.03 84,764,598,510.00 -
JUMLAH BELANJA 590,656,144,731.91 504,110,258,149.60 85.35 641,272,623,131.51 526,273,212,645.83 82.07 683,314,294,234.48 307,742,269,352.00 45.04
Tabel Lanjutan
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 92,959,676,600.00 90,458,297,347.24 97.31 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
3.1.1 90,459,676,600.00 90,458,297,347.24 100.00 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
Tahun Sebelumnya
Hasil Penjualan Kakayaan Daerah yang
3.1.3 - - - - - - - - -
Dipisahkan
3.1.6 Penerimaan piutang daerah 2,500,000,000.00 - - - - - - - -
JUMLAH PENERIMAAN
92,959,676,600.00 90,458,297,347.24 97.31 65,623,577,219.00 65,622,525,392.45 100.00 59,307,566,800.00 59,307,566,800.45 100.00
PEMBIAYAAN
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 2,141,684,500.00 20,000,000.00 0.93 4,534,395,200.00 2,311,546,513.00 50.98 4,740,000,000.00 2,370,000,000.00 50.00
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 141,684,500.00 20,000,000.00 14.12 308,395,200.00 198,664,615.00 64.42 - - -
JUMLAH PENGELUARAN
2,141,684,500.00 20,000,000.00 0.93 4,534,395,200.00 2,311,546,513.00 50.98 4,740,000,000.00 2,370,000,000.00 50.00
PEMBIAYAAN
Tabel Lanjutan
3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 - -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah
3.1.1 70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 -
Tahun Sebelumnya
Hasil Penjualan Kakayaan Daerah yang
3.1.3 - - - - - - - -
Dipisahkan
3.1.6 Penerimaan piutang daerah - - - - - - - -
JUMLAH PENERIMAAN
70,891,302,091.91 70,892,029,222.91 100.00 75,324,833,481.31 75,324,136,518.31 100.00 99,115,705,131.48 - -
PEMBIAYAAN
3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 22,864,000,000.00 18,932,000,000.00 82.80 34,166,000,000.00 29,583,000,000.00 86.59 32,766,000,000.00 - -
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 100.00 25,000,000,000.00 25,000,000,000.00 100.00 15,000,000,000.00 -
Penyertaan Modal (investasi)
3.2.2 3,932,000,000.00 3,932,000,000.00 100.00 4,583,000,000.00 4,583,000,000.00 100.00 8,883,000,000.00 -
Pemerintah Daerah
Inv estasi Saham pada Bank Nagari Sumatera 6,383,000,000.00
3,932,000,000.00 4,583,000,000.00
Barat
Inv estasi pada Perusahaan Air Minum Daerah 2,500,000,000.00
Bab III
KONDISI SPAM EKSISTING
distribusi 18,33 l/dt. Dengan demikian total kapasitas produksi mencapai 171,33 l/dt dan
kapasitas distribusi 156,17 l/dt.
Tabel III-1
Kapasitas Terpasang dan Kapasitas Operasi
Sumber Air PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014
Kapasitas (l/dt) Rata-rata
No. Sumber Air Jam Keterangan
Produksi Distribusi
Operasi
1 Mata Air Sungai Tanang 132,00 122,00 24 Gravitasi
2 Mata Air Cingkariang 9,67 6,58 24 Gravitasi
3 Sumur Dangkal Kubang Putih 4,50 2,42 14 Pompanisasi
4 Sumur Bor Birugo 1,83 1,83 24 Pelay. Tangki
5 WTP Tabek Gadang Kap,10 l/dt 5,00 5,00 14 Pompanisasi
6 WTP Tabek Gadang Kap.20 L/dt 18,33 18,33 16
Jumlah 171,33 156,17 -
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014 (non audit)
Unit air baku adalah merupakan sarana pengambilan dan/atau penyedia air baku terdiri
dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa
serta perlengkapannya.
Sumber air baku PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukttinggi saat ini bersumber dari 3 (tiga)
jenis yaitu dari mata air, air permukaan, dan air tanah. Sumber air baku yang di ambil
dari mata air yaitu mata air Sungai Tanang dan mata air Cingkaring. Dari air permukaan
yaitu diambil dari sungai Batang Tambuo. Dari air tanah yaitu dari sumur bor Birugo dan
sumur dangkal Kubang Putiah.
Tabel III-3
Kapasitas dibangun, Produksi dan Kapasitas Distribusi Sumber Air Baku
Kapasitas
No Sumber Air Baku
Dibangun Produksi Distibusi
l/dt (M3) l/dt (M3) l/dt (M3)
1 Mata Air Sungai Tanang 160 4.976.640 132 4.158.777 122 3.843.417
5 WTP Tabek Gadang Kap.10 l/dt 10 168.480 5,00 97.452 5,00 95.670
6 WTP Tabek Gadang Kap.20 l/dt 20 622.080 18.33 395.615 18,33 387.703
Sumber : Laporan Kinerja PDAM Kota Bukittinggi tahun 2014 (non audit)
Mata air Sungai Tanang terletak di sebelah selatan Kota Bukittinggi tepatnya di kaki
Gunung Singgalang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Agam, berada
pada ketinggian 998 meter dari permukaan laut (mdpl).
Dari segi kualitas, mata air sungai tanang memenuhi standar kualitas air bersih dan
dari segi kuantitas masih mempunyai overflow yang cukup besar, masyarakat di
sekitar mata air sungai tanang memanfaatkan kapasitas yang overflow tersebut.
Dari mata air ini dialirkan secara grafitasi melalui pipa transmisi selama 24 jam aliran
dengan menggunakan 4 (empat) pipa transmisi. 3 (tiga) pipa masuk ke
brondcaptering dan 1 (satu) pipa di cabang diluar broncapetring.
Bangunan penangkap mata air (broncaptering) yang ada merupakan bangunan beton
yang dibangun sejak jaman Pemerintahan Belanda. Untuk kedepannya diperlukan
upaya pelestarian daerah tangkapan airnya (catchment area) dikarenakan beberapa
tahun ini kuantitas airnya cenderung mengalami penurunan.
Tabel III-4
Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Sungai Tanang
Jenis & Menghubungkan Panjang
No Tahun
Diameter Pipa Dari Ke (m)
Sumber : Data pipa transmisi PDAM Kota Bukittinggi, kondisi September 2014
Kapasitas terpasang pada lokasi mata air ini yaitu 10 l/dt dengan kapasitas produksi
9,67 l/dt dan kapasitas distribusi 6,58 l/dt, dialirkan secara gravitasi dengan jam aliran
selama 24 jam.
Dari segi kualitas, mata air ini memenuhi standar kualitas air bersih, dan dari segi
kuantitas mata air ini juga saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lokasi mata
air.
Tabel III-5
Kondisi Jaringan Pipa Transmisi Mata Air Cingkariang
c. Air Permukaan
distribusi 5 l/dt (pompa intake sudah tidak maksimal) dan untuk WTP Tabek Gadang
II kapasitas terpasang 20 l/dt, kapasitas produksinya 18,33 l/dt dan kapasitas
distribusi 18,33 l/dt.
Kedua WTP tersebut dibangun oleh WKE masing-masing tahun 2009 dan tahun
2012. Instrumen yang ada antara lain pembubuhan kimia, mechanikal/elektrikal yang
ditunjang oleh bangunan lengkap seperti rumah jaga, rumah pompa, ruang
pembubuhan kimia. Sedangkan untuk water meter induk tidak ada, untuk sementara
kapasitas berdasarkan kapasitas pompa yang digunakan. Untuk WTP Tabek Gadang
kapasitas 20 l/dt pada tahun 2014 beroperasi selama 16 jam/hari, dipompakan ke
Reservoar Palolok pada malam hari untuk didistribusikan ke daerah layanan,
sedangkan pada siang hari didistribusikan untuk membantu ke beberapa lokasi
pelanggan di beberapa daerah pelayanan.
d. Air Tanah
PDAM Kota Bukittinggi memiliki 1 (satu) Instalasi Pengolahan Air (IPA) lengkap yaitu IPA
Tabek Gadang. Unit produksi IPA Tabek Gadang merupakan IPA lengkap terbuat dari
baja dengan kapasitas terpasang 10 lt/dt dan 20 l/dt. Sedangkan untuk unit produksi
lainnya hanya melalui proses desinfeksi dengan sumber dari sumur dangkal, sumur bor
dan mata air.
Tabel III-6
Data Teknis Unit Produksi PDAM Kota Bukittinggi
Sistem Sumber Tahun
No Unit Produksi Kondisi Umum
Pengolahan Air Baku Pemanfaatan
1 Mata Air Sungai Tanang Disinfeksi Mata Air 1977 Broncaptering Bocor
Atap Broncaptering
2 Mata Air Cingkariang Disinfeksi Mata Air 1977
Rusak
Sumur Dangkal
3 Disinfeksi Mata Air 1988 Bronjong Baik
Kubang Putiah
Air Tanah
4 Sumur Bor Birugo Disinfeksi 1997 Baik
Dalam
5 WTP Tabek Gadang IPA Lengkap Air Permukaan 2009 Baik
6 WTP Tabek Gadang IPA Lengkap Air Permukaan 2012 Baik
Sumber : PDAM Bukittinggi 2015
Unit produksi Mata Air Sungai Tanang dimanfaatkan oleh PDAM pada tahun 1977
dengan jenis unit pengolahan berupa Broncaptering. Sumber air baku bersumber dari
Mata Air Sungai Tanang kapasitas terbangun sebesar 160 lt/dtk, kapasitas produksi
132,00 lt/dt dan kapasitas distribusi 122,00 l/dt. Sistem pengolahan yang digunakanan
adalah sistim pengolahan disinfeksi.
Unit produksi Mata Air Cingkariang dimanfaatkan oleh PDAM pada tahun 1977
dengan Jenis unit pengolahan berupa Broncaptering. kapasitas terbangun sebesar 10
l/dt, kapasitas produksi 9,67 l/dt dan kapasitas distribusi 6,58 l/dt. Sistim pengolahan
Distribusi air bersih dari reservoar distribusi maupun dari reservoar produksi dialirkan
selama 24 jam, namun yang diterima konsumen hanya sebagian yang kontinu
sedangkan sebagian lagi menerima air secara bergiliran (tidak kontinu). Hal ini
disebabkan terbatasnya ketersediaan air.
Air didistribusikan secara gravitasi kecuali dari sumur Kubang Putih dan sumur bor
Palolok didistribusikan dengan cara pemompaan ke konsumen. Untuk
menyimpan/menampung air hasil olahan maupun kelebihan pemakaian pada
pemakaian minimum terdapat 11 unit reservoar dengan total kapasitas 3.191 m3, dari
11 unit tersebut terdapat 2 reservoar yang belum digunakan yaitu reservoar
panorama baru I dan II karena masih kekurangan kapasitas. Untuk lebih jelasnya
jumlah dan kapasitas reservoar dapat dilihat pada tabel 3-7
Tabel III-7
Data Unit Distribusi PDAM Kota Bukittinggi
PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi memiliki 11 (sebelas) unit reservoar, yang
aktif 9 (sembilan) unit reservoar dari 11 (sebelas) yang dimiliki, yaitu reservoar
Mandiangin kapasitas 750 m³, reservoar Bengkawas kapasitas 750 m³, reservoar
Benteng kapasitas 350 m³, resrvoar Birugo
sebanyak 2 unit dengan total kapasitas 500
m³, reservoar Palolok sebanyak 2 unit
dengan total kapasitas 436 m³. reservoar
tabek gadang sebanyak 2 unit total
kapasitas 105 m³, reservoar panorama
baru I dan II total kapasitas 300 m³, Untuk
lebih jelasnya berikut dibawah ini dijelaskan
uraian tentang kondisi reservoar yang
dimiliki PDAM Kota Bukittinggi. Dokumentasi Reservoar Tabek Gadang
1. Reservoar Mandiangin
Reservoi Mandiangin disuplai dengan menggunakan pipa diameter 250 mm (ACP)
yang merupakan cabang pipa induk transmisi dengan diameter 300 mm dari mata
air Sungai Tanang ke reservoar Benteng. Aliran rata-rata selama 24 jam adalah
18,8 l/dt pada saat water meter induk di reservoar tersebut berfungsi dengan baik.
2. Reservor Bengkawas
Reservoar Bengkawas saat ini disuplai dari pipa diameter 250 mm/ACP langsung
dari mata air Sungai Tanang. Aliran air rata-rata selama 24 jam pada meter induk
adalah 69,4 l/dt dengan fluktuasi aliran sekitar 1,5 l/dt. Reservoar ini mempunyai
elevasi 975 mdpl. Dimensi bangunan reservoar panjang 15 m, lebar 7m dan tinggi
7 m.
3. Reservoar Benteng
Reservoar Benteng disuplai dengan pipa transmisi diameter 300 mm (ACP),
sumber air dari mata air Sungai Tanang. Kondisi normal pada malam hari
reservoar ini penuh dan air langsung masuk pipa distribusi sedangkan pada siang
hari reservoar langsung kosong. Aliran rata-rata selama 24 jam adalah 15,7 l/dt
pada saat water meter induk. Reservoar tersebut masih berfungsi dengan baik.
4. Reservoar Birugo
Reservoar Birugo terdiri dari 2 unit, reservoar ini disuplai dengan menggunakan
pipa transmisi dengan diameter 150 mm (PVC) dari sumber mata air Cingkariang
dan pipa diameter 250 (GI) dari Sungai Tanang. Dimensi bangunan reservoar ini
adalah panjang 9,72 m, lebar 9,72 m, tinggi 7 m. Kondisi saat ini reservoar
Birugo masih digunakan untuk mendistribusikan air bersih namun kondisi pipa 250
(GI) dari sungai tanang banyak yang bocor sehingga debit air yang masuk tidak
konstan.
5. Reservoar Palolok
Reservoar Palolok di suplai dengan menggunakan pipa transmisi diameter 200
mm HDPE dari sumber air WTP Tabek Gadang. Dibangun pada tahun 2011, total
kapasitas ± 426 m³. Reservoar ini digunakan untuk daerah pelayanan Palolok,
Pintu Kabun, Panganak Ateh, Medan Lamo dan Pakoan Indah Gulai Bancah.
Pelayanan air minum PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi mencakup 3
kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi. Berdasarkan data jumlah pelanggan PDAM
pada tahun 2014 dari 24 kelurahan yang ada, terdapat 1 kelurahan tidak ada
pelanggannya yaitu Kelurahan Kubu Tanjung. Kondisi ini disebabkan pendistribusian
air ke daerah tersebut mengalami penurunan tekanan air sehingga air tidak sampai
ke pelanggan. Pada akhirnya masyarakat menggunakan sumur bor pribadi sebagai
sumber airnya. Jumlah pelanggan air minum di Kota Bukittinggi lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel III-8.
Tabel III-8
Jumlah Pelanggan Aktif PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2014
Jumlah Jumlah Tingkat
Jumlah Ket.
No. Kecamatan dan Kelurahan Penduduk Pelanggan Jiwa Pelayanan
Terlayani
(Jiwa) (Unit) (%)
I Kec. Guguk Panjang 43.457 4.389 21.945 50
1. Bukit Cangang K.Ramang 2.407 339 1.695 70
2. Tarok Dipo 1.745 1.056 5.280 303
3. Pakan Kurai 6.369 421 2.105 33
4. Aur Tajungkang T.Sawah 748 870 4.350 582
5. Benteng pasar Atas 1.271 798 3.990 314
6. Kayu Kubu 3.606 451 2.255 63
7. Bukit Apit Puhun 4.874 454 2.270 47
II Kec. Mandi Angin Koto Selayan 48.461 2.512 12.560 26
1. Pulau Anak Air 5.018 495 2.475 49
2. Koto Selayan 132 14 70 53
3. Garegeh 2.453 15 75 3
4. Manggis Ganting 4.848 21 105 2 Tidak Aktif
5. Campago Ipuh 9.747 426 2.130 22
6. Puhun Tembok 6.506 832 4.160 64
7. Puhun Pintu Kabun 6.425 539 2.695 42
8. Kubu Gulai Bancah 5.477 190 950 17
9. Campago Guguk Bulek 6.667 30 150 2
III Kec. Aur Birugo Tigo Baleh 26.342 2.077 10.385 39
1. Belakang Balok 2.937 501 2.505 85
2. Sapiran 3.227 111 555 17
3. Birugo 6.102 650 3.250 53
4. Aur Kuning 6.832 390 1.950 29
5. Pakan Labuah 2.832 425 2.125 75
Tdk ada
6. Kubu Tanjung 1.338 - - -
Pelanggan
7. Ladang Cakiah 1.786 7 35 2
8. Parit Antang 1.288 35 175 14
Jumlah 118.260 9.154 45.770 39
Sumber : PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2015
Pada tahun 2014 produksi air PDAM Kota Bukittinggi mencapai 5.097.688 M³,
kemudian air yang di distribusikan sebanyak 4.635.983 M³, dan air yang terjual
mencapai 3.052.844 M³. Berdasarkan data tersebut diketahui tingkat kehilangan air
mencapai 31,06 % atau 1.583.139 M³ (yaitu selisih antara jumlah produksi dengan
jumlah air terjual). Tingkat kehilangan air PDAM Kota Bukittinggi tersebut disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- Adanya kebocoran pada pipa transmisi yang disebabkan oleh kondisi jaringan
pipa yang sudah usang umurnya melebihi usia produktif sehingga mengalami
korosi.
- Masih banyaknya water meter pelanggan yang berusia diatas 5 tahun.
- Masih banyaknya katup-katup yang tertimbun sehingga sulit untuk mendeteksi
apabila terjadi kebocoran pada katup-katup tersebut.
- Akurasi water meter yang masih rendah.
Utuk lebih jelasnya pada tabel III-9 berikut disajikan data tingkat kehilangan air PDAM
Kota bukittinggi tahun 2009 sampai dengan 2014.
Tabel III-9
Produksi, Distribusi dan Tingkat Kebocoran Air Tahun 2009-2014
Tahun
No. Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 2014
(6) Data Pipa Transmisi, Pipa Distribusi dan Pipa Tertier Dinas
Kondisi jaringan pipa PDAM berdasarkan data tahun 2014 terdiri dari pipa transmisi total
panjang 25.032 meter, umur pipa sampai saat ini telah mencapai 28 tahun. Pipa distribusi
utama total panjang 56.498 meter yang terdiri dari pipa distribusi DN 300 mm total
panjang 910 meter, pipa DN 200 mm total panjang 5.180 meter, pipa DN 150 mm total
panjang 5.540 meter, pipa DN 125 mm total panjang 9500 meter. Pipa DN 100 total
panjang 35.368 meter. Unttuk lebih jelasnya data jaringan pipa PDAM Kota Bukittinggi
dapat dilihat apada tabel III-10.
Tabel III-10
Data Kondisi Jaringan Pipa Transmisi, Distribusi dan Tertier Dinas S/D September 2014
I PIPA TRANSMISI
1 DN 300 ( ACP ) Brouncaptering Sei Tanang - Reservoar Benteng 6812 1978 36 Sudah diganti PVC
1710 Tahun 2009
2 DN 250 ( ACP ) Brouncaptering Sei Tanang - Reservoar Bengkawas 2100 1988 26
Sudah diganti HDPE 1269 M
3 DN 250 ( ACP ) Simpang Kangkung - Reservoar Mandiangin 2160 1988
Thn 2010
101 DN 50 ( PVC ) Sudirman, Birugo Puhun, Tarok Dalam, Sanjai, 7322 Sebelum Thn 1990
Raflesia,B.Apik,Blk Aur,Adinegoro,H.Jalil Sebelum Thn 1990
102 DN 50 ( GIP ) Aur Kuning 450 Sebelum Thn 1990
103 DN 50 ( GIP ) Komplek Pertanian 450 Sebelum Thn 1990
104 DN 50 ( GIP ) Gantiang Permai - Mahkota Mas 500 Sebelum Thn 1990
105 DN 50 ( PVC ) Jl Pintu Kabun 350 1996 18
106 DN 50 ( PVC ) Jl Tangah Jua 350 Sebelum Thn 1990
107 DN 50 ( GIP ) Perumahan Kubang Putih 36 Sebelum Thn 1990
108 DN 50 ( GIP ) Gang Swadaya 108 1997 17
109 DN 50 ( GIP ) Asrama Polres 12 Sebelum Thn 1990
110 DN 50 ( GIP ) Belakang Balok 204 1997
111 DN 50 ( GIP ) Jl Kubu Ateh 300 1997
112 DN 50 ( GIP ) Jl Sumarapak 48 1997
113 DN 50 ( PVC ) Jl Tangah Jua 150 1999 15
114 DN 50 ( GIP ) Jl Khusuma Bhakti 372 2001 13
115 DN 50 ( GIP ) By Pass Gulai Bancah 270 2001
116 DN 50 ( GIP ) Jl Kehakiman 300 2001
117 DN 50 ( GIP ) Pasar Konveksi Aur Kuning 240 2004 10
118 DN 50 ( GIP ) Jl Mr Assaat 378 2005 9
119 DN 50 ( GIP ) Belakang RSAM 432 2006 8
120 DN 50 ( GIP ) Jl Diponegoro 618 2007 7
121 DN 50 ( PVC ) Jl Kabun Pulasan 654 2008 6
122 DN 50 ( PVC ) Jl Parak Kopi 714 2008
123 DN 50 ( PVC ) Tabek Gadang 288 2008
124 DN 50 ( PVC ) Jl Ujung Bukit - STM Negeri 348 2009 5
125 DN 50 ( PVC ) Jl Puding Mas - Kantor Camat ABTB 204 2009
126 DN 50 ( GIP ) Jl Stasiun 90 2009
Sistem penyediaan air minum bukan jaringan perpipaan yang selanjutnya disebut SPAM
BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan
sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang unit
distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak termasuk
dalam SPAM. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 01/PRT/M/2009).
SPAM BJP sebagaimana dimaksud pada permen PU tersebut terdiri dari: 1). hidran
umum; 2). terminal air; 3). mobil tangki air; 4). penampungan air hujan; 5). perlindungan
mata air; 6). sumur dalam; 7). sumur pompa tangan; 8). sumur gali; 9). Modul instalasi
pengolahan air minum sederhana; 10). saringan rumah tangga; 11). destilator surya atap
kaca; dan 12). instalasi pengolahan air minum dengan reverse osmosis.
Data kondisi Eksisting SPAM bukan jaringan perpipaan (BJP) di Kota Bukittinggi
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi tahun 2014 terdiri dari sumur gali
terlindungi, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindungi, dan
penampungan air hujan. Pendataan dilakukan berdasarkan data tiap puskesmas di tiap
kecamatan. Pada tabel III-11 ditampilkan data SPAM BJP Kota Bukittinggi tahun 2014.
Tingkat pelayanan untuk SPAM non perpipaan komunal adalah sebesar 11,59 % dari
total penduduk Kota Bukittinggi. Pada dasarnya sistem non perpipaan yang bersifat
komunal ini dikelola bersama dimanfaatkan bersama. Secara konkrit pengelola belum
ada.
SPAM sistem non perpipaan individu ini berupa sumur gali, sungai dan mata air yang
tidak terlindungi, dimana pengelolaannya langsung oleh individu. Tingkat kebutuhan yang
tercapai untuk SPAM non Perpipaan individu adalah sebesar 45,85% dari total penduduk
Kota Bukittinggi.
SPAM perpipaan non PDAM ini difasilitasi oleh pemerintah daerah dengan melibatkan
masyarakat dalam pengelolaannya. Jumlah sambungan rumah yang dilayani dengan
sistem perpipaan non PDAM ini yaitu sebanyak 572 unit SR terdiri dari 245 unit SR di
Panorama Baru, 77 unit SR di Kayu Kubu, 150 unit SR di Labuah Batu dan 100 unit SR di
Bukit Apit. Tingkat pelayanan SPAM sistem perpipaan non PDAM adalah 2,4% dari total
jumlah penduduk Kota Bukittinggi.
Tabel III-11
Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) Kota Bukittinggi
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT
SARANA
SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
(Jiwa)
SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 6,148 6,148 1599 1599 0 0 0 0
Perkotaan Rasimah
17,874 312 312 80 80 0 0 0 0
Ahmad
2 Aur Birugo Tigo Baleh Tigo Baleh 26,954 11,282 11,282 4698 4698 0 0 0 0
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT
SARANA
SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
(Jiwa)
SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH
1 2 3 4 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 7194 7194 760 760 0 0 0 0
Perkotaan Rasimah
17,874 85 85 85 85 0 0 0 0
Ahmad
2 Aur Birugo Tigo Baleh Tigo Baleh 26,954 472 472 430 430 0 0 0 0
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK SYARAT SYARAT
SARANA
SARANA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
(Jiwa)
SARANA
SARANA
JUMLAH
JUMLAH
1 2 3 4 21 22 23 24 25 26 27 28
1 Guguk Panjang Guguk Panjang 26,901 467 467 16 16 105 105 16 16
Perkotaan Rasimah
17,874 12 12 12 12 685 685 307 307
Ahmad
Tata kerja PDAM, Dewan Pengawas (BP) diangkat dan bertanggung jawab kepada
Walikota sesuai Surat Keputusan Walikota Bukittinggi. Direktur PDAM diangkat oleh
Walikota Bukittinggi, dalam melaksanakan tugasnya Direktur bertanggung jawab
kepada Walikota melalui Dewan Pengawas, dan Kabag. Administrasi dan Keuangan
serta Kabag. Teknik bertanggung jawab kepada Direktur. Pejabat setingkat Kepala
Bagian, Kepala Sub Bagian, Kaur dan staf diangkat oleh Direktur Utama. Dalam
melaksanakan tugasnya Kepala Sub Bagian, Kaur dan staf bertanggung jawab
kepada Kepala Bagian sebagai atasan langsung, dan Kepala Kaur bertanggung
jawab kepada Kepala Sub Bagian serta staf betanggung jawab kepada Kepala Kaur
sebagai atasannya langsung.
Gambar 3.5
Struktur Organisasi PDAM Kota Bukittinggi
Walikota
Dewan Pengawas
Direktur
STAF
Tabel III-12
Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi
Berdasarkan Status Kepegawaian
1 Direktur 1 1,78
2 Pegawai Tetap 51 89,28
3 Pegawai Honor 1 1,78
4 Pegawai Kontrak 2 3,57
5 Cleaning Service 2 3,57
Total 57 100
Sumber : Bagian Umum PDAM Kota Bukittinggi, kondisi bulan Juli 2015
Berdasarkan tingkat penddikan mayoritas pegawai tetap PDAM Kota Bukittinggi yaitu
sekitar 62,96 % atau sebanyak 34 orang berpendidikan SMA, Pendidikan SMP
sebanyak 4 orang atau 7,41 %, Sarjana Muda D3/ sebanyak 2 orang atau 3,70 %
dan yang berpendidikan S1/s2 sebanyak 10 orang atau sekitar 18,52 %, dan terakhir
pegawai dengan pendidikan SD ada 4 orang atau sekitar 7,41 %. Lebih jelasnya
jumlah pegawai PDAM Kota Bukittinggi berdasarkan Pendidikan dapat dilihat pada
tabel III-11 dibawah ini.
Tabel III-13
Jumlah Pegawai PDAM Kota Bukittinggi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SD 4 7,41
2 SMP 4 7,41
3 SMA 35 62,96
4 Sarjana Muda/D3 2 3,70
5 Sarjana (S1/S2) 10 18,52
Total 55 100
Sumber PDAM Kota Bukittinggi, Juli 2015
Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bukittinggi No,24 tahun 2014 tentang Perusahaan
Daerah Air Minum Kota Bukittinggi, berisikan ketentuan-ketentuan umum dalam
pengelolaan PDAM Kota Bukittinggi. Terkait dengan pengelolaan SPAM Kota Bukittinggi
di dalam PERDA tersebut terdapat pasal yang mengatur masalah tarif air minun seperti
tertuang dalam Bab VI pasal 8 berbunyi;
(1) Tarif ditetapkan oleh Walikota berdasarkan usulan Direktur setelah mendapatkan
persetujuan Dewan Pengawas.
(2) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(3) Tarif dasar air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau ulang 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
1. Kinerja/Tingkat Kesehatan
Berdasarkan laporan kinerja PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi tahun 2013
penilaian kinerja PDAM Kota Bukittinggi sesuai hasil audit BPKP tahun 2014
berdasarkan kepmendagri No.47 tahun 1999 dengan aspek nilai “Cukup” dan
menurut penilaian indikator yang di tetapkan BPPSPAM dengan kondisi “Sehat”.
Berikut dibawah ini disajikan tabel penilaian kinerja PDAM Kota Bukittinggi sampai
dengan kondisi tahun 2014.
Tabel III-14
Penilaian Kinerja PDAM Kota Bukittinggi Dari Tahun 2008 s/d Tahun 2013
Tahun
No. Uraian
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kepmendagri No.47
tahun 1999
1
- Nilai 55,52 57,43 55,49 60,41 53,21 58,87 55,45
- Klasifikasi Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup
Kurang
2 BPPSPAM Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Sehat
Opini Audit
3 WTP : Wajar Tanpa WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Pengecualian
4 Efektifitas 92,79 81,84 73,60 77,20 80
2. Neraca
Laporan neraca komparatif PDAM Kota Bukittinggi dari tahun 2008 s/d tahun 2014
dapat dilihat pada tabel III-13.
Tabel III-15
Laporan Neraca PDAM Kota Bukittinggi Tahun 2008 s/d Tahun 2013
TAHUN
NO. KETERANGAN
2008 2009 2010 2011 2012 2013
I. AKTIVA LANCAR 3.009.460.198,50 3.165.350.721,50 3.864.862.441,04 5.000.533.202,05 3.986.063.864,60 4.190.661.560,89
Nilai Buku Aktiva Tetap 3.159.076.084,69 3.578.768.354,86 3.414.345.625,70 3.122.345.315,32 2.961.926.287,31 2.905.262.299,92
VIII. MODAL DAN CADANGAN 3.633.839.979,58 3.827.947.520,92 2.286.005.645,98 6.432.975.291,48 6.671.103.831,91 4.873.318.274,30
III LABA/RUGI KOTOR USAHA 2.711.325.932,34 3.179.319.154,31 3.754.997.111,68 3.673.333.631,32 3.766.835.144,39 4.276.234.707,02
IV. BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI 2.492.931.032,88 2.990.851.442,44 3.279.688.336,07 3.271.073.254,58 3.288.693.913,14 3.713.959.479,46
V. LABA/RUGI USAHA 218.394.899,46 188.467.711,87 475.308.775,61 402.260.376,74 478.141.231,25 562.275.227,56
VI. PENDAPATAN DAN BIAYA LAIN-LAIN
Pendapatan lain-lain 169.598.021,66 229.750.833,40 182.829.664,54 234.716.114,03 184.529.185,18 190.218.018,09
Biaya Lain-Lain 16.810.000,00 21.475.000,00 25.088.500,00 17.244.959,49 18.806.000,00 14.571.000,00
Jumlah Pendapatan dan Biaya lain-lain 152.788.021,66 208.275.833,40 157.741.164,54 217.471.154,54 165.723.185,18 175.647.018,09
VII. LABA/RUGI SEBELUM POS LUAR BIASA 371.182.921,12 396.743.545,27 633.049.940,15 619.731.531,28 643.864.416,43 737.922.245,65
VIII. KEUNTUNGAN/KERUGIAN LUAR BIASA
Jumlah Keuntungan/Kerugian Luar Biasa
IX. LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 371.182.921,12 396.743.545,27 633.049.940,15 619.731.531,28 643.864.416,43 737.922.245,65
X. PAJAK PENGHASILAN BADAN 127.693.592,00 113.362.061,91 162.419.000,00 107.456.000,00 125.089.000,00 193.111.000,00
XI. LABA (RUGI) SETELAH PAJAK 243.489.329,12 283.381.483,36 470.630.940,15 512.275.531,28 518.775.416,43 544.811.245,65
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa permasalahan yang dihadapi pada
sistem perpipaan PDAM Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :
1. Tingkat Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Bukittinggi untuk saat ini
masih rendah, yaitu baru 42,56%. Sementara menurut Standar Pelayanan Bidang Air
Minum Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2004 untuk Kota
Bukittinggi (kategori Kota Sedang) tingkat pelayanannya adalah 80%. Walaupun
tingkat pelayanan yang digunakan adalah 80%, namun tingkat pelayanan dapat
disesuaikan dengan rumusan MDG pada Tahun 2019 yaitu penambahan sebesar
37,44% dari sisa yang belum mendapat akses pelayanan.
2. Cakupan pelayanan PDAM Kota Bukittinggi masih ada sebagian daerah di beberapa
kelurahan yang belum terlayani.
4. Tingkat kehilangan air air PDAM Kota Bukittinggi masih tinggi, yaitu rata-rata 34,15
%. Kehilangan ini bersifat teknis yaitu terdapat kebocoran pada jaringan pipa
transmisi dan katup-katup jaringan pipa serta adanya kerusakan pada pipa dinas
pelanggan.
5. Tekanan air pada pipa PDAM sering tidak mencukupi untuk beberapa daerah tertentu
terutama yang terletak pada ketinggian, sehingga menyebabkan penduduk tidak
mendapat suplai air minum.
6. Jumlah pegawai PDAM Kota Bukittinggi pada kondisi saat ini dapat dikatakan masih
kurang jumlahnya, rasionya masih jauh dibawah jumlah standar pegawai yang
ditetapkan menurut Kepmendagri No.47 tahun 1999 dimana setiap 10 (sepuluh)
pegawai sekurang-kurangnya dapat melayani 1000 pelanggan.
7. Tarif air minum PDAM Kota Bukittingi relatif, Berdasarkan hasil survey kepuasan
pelanggan.
Bab IV
STANDAR/KRITERIA
PERENCANAAN SPAM
Dalam merencanakan unit air baku mengacu kepada kaidah teknis berikut :
a. Proyeksi penduduk, harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan untuk perhitungan kebutuhan domestic
b. Identifikasi jenis penggunaan nondomestik sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang
Tata Cara Perencanaan Plambing
c. Pemakaian air untuk setiap jenis penggunaan sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2
tentang Tata Cara Perencanaan Plambing
d. Perhitungan kebutuhan air domestil dan nondomestik berdasarkan perhitungan butir
a, b dan c
e. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 15% dengan komponen utama penyebab
kehilangan atau kebocoran air sebagai berikut:
- Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk
- Kebocoran dan luapan pada tangki reservoir
- Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan
Kebutuhan air baku rata-rata dihitung berdasarkan jumlah perhitungan kebutuhan air
domestik, non domestik dan air tak berekening. Rencana alokasi air baku dihitung 130%
dari kebutuhan air baku rata-rata.
Unit Air Baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan /
penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pengadaan, dan/atau
sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan
dan/atau penyedia air baku
Ketentuan Teknis
1) Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan
Q = 1,417. H 3/2
dimana:
Q = debit aliran (m³/detik)
H = tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)
b. Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t) air
mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:
Volume penampungan
Debit air (Q) ( L / det ik )
t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan
yang mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat
dihitung :
H xA
Debit (Q) ( L / det ik )
t
2. Potensi Air Tanah
a) perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei
terhadap 10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal
di desa tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
Q A .V
V C . R. S
dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope
157,6
C koefisien Chezy
m
1
R
m = koefisien Bazin
Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air
maksimum.
2. Sumur dalam
b. Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak (pipa
hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa benam
(submersible pump) meliputi pipa buta, pipa jambang, saringan, pipa
observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup sumur, batu kerikil.
Persyaratan kualitas air digunakan untuk menjamin bahwa air bersih yang dihasilkan dari
suatu sistem penyediaan air bersih adalah nyaman, hygenis dan baik serta dapat
dimanfaatkan sesuai keperluan tanpa kemungkinan dapat menginfeksi pemakai air
tersebut. Perencanaan sistem penyediaan air bersih harus bebas dari kemungkinan
pengotoran dan kontaminasi bakteri patogen dan material berbahaya. Di Indonesia air
yang diproduksi untuk didistribusikan ke konsumen harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh pemerintah. Standar kualitas air minum yang berlaku sekarang ini adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/2002 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk kualitas air baku yang
dapat digunakan sebagai sumber air baku untuk di olah sebagai kebutuhan air minum
mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001.
Tabel. IV-1
Kriteria Mutu Air Kelas I (satu)
Kadar
No. Parameter Satuan Keterangan
Izin
A. Fisika
oC Deviasi temperatur dari keadaan
1. Temperatur Deviasi 3
sebenarnya
2. Residu terlarut mg/l 1000
Bagi pengolahan air minum secara
3 Residu tersuspensi mg/l 50 konvensional, residu tersuspensi 5000
mg/l
B. Kimia Anorganik
Apabila secara alamiah di luar rentang
1. pH 6–9 tersebut, maka ditentukan berdasarkan
kondisi alamiah
2. BOD mg/l 2
3. COD mg/l 10
4. DO mg/l 6 Angka batas minimum
5. Total fosfat sbg P mg/l 0,2
6. NO3 sebagai N mg/l 10
7. NH3 sebagai N mg/l 0,5
8. Arsen mg/l 0,05
9. Kobalt mg/l 0,2
10. Barium mg/l 1
11. Boron mg/l 1
12. Selenium mg/l 0,01
13. Kadmium mg/l 0,01
14. Khrom (VI) mg/l 0,05
15. Tembaga mg/l 0,02 Bagi pengolahan air minum secara
Kadar
No. Parameter Satuan Keterangan
Izin
konvensional, Cu 1 mg/l
Bagi pengolahan air minum secara
16. Timbal mg/l 0,03
konvensional, Pb 0,1 mg/l
17. Besi mg/l 0,3
18. Mangan mg/l 0,1
19. Air raksa mg/l 0,001
Bagi pengolahan air minum secara
20. Seng mg/l 0,05
konvensional, Zn 5 mg/l
21. Khlorida mg/l 600
22. Sianida mg/l 0,02
23. Fluorida mg/l 0,5
Bagi pengolahan air minum secara
24. Nitrit sebagai N mg/l 0,06
konvensional, NO2_N 1 mg/l
25. Sulfat mg/l 400
26. Khlorin bebas mg/l 0,03 Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Belerang sebagai Bagi pengolahan air minum secara
28. mg/l 0,002
H2S konvensional, S sebagai H2S < 0,1 mg/l
C. Mikrobiologi
Bagi pengolahan air minum secara
jml/100
1. Fecal coliform 100 konvensional, fecal coliform 2000
ml
jml/100 ml
Bagi pengolahan air minum secara
jml/100
2. Total coliform 1000 konvensional, total coliform 10000
ml
jml/100 ml
D. Radioaktivitas
1. Gross – A Bq/l 0,1
2. Gross – B Bq/l 1
E. Kimia Organik
1. Minyak dan lemak g/l 1000
Detergen sebagai
2.
MBAS g/l 200
3. Senyawa fenol g/l 1
4. BHC g/l 210
5. Aldrin/ Dieldrin g/l 17
6. Chlordane g/l 3
7. DDT g/l 2
9. Lindane g/l 56
10. Methoxyclor g/l 35
11. Endrin g/l 1
12. Toxaphan g/l 5
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
Perencanaan teknis unit transmisi mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoir).
─ Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level
garis hidrolis untuk menjamin aliran sesuai harapan.
─ Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada
bagian belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah
horizontal untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam
pipa dan energi kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan
pipa maupun kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
Sistem pipa transmisi air baku yang panjang dan berukuran diameter relatif besar dari
diameter nominal ND-600 mm sampai dengan ND-1000 mm perlu dilengkapi dengan
aksesoris dan perlengkapan pipa yang memadai.
Perlengkapan Penting Dan Pokok Dalam Sistem Transmisi Air Baku Air Minum
1. Katup pelepas udara, yang berfungsi melepaskan udara yang terakumulasi dalam
pipa transmisi, yang dipasang pada titik-titik tertentu dimana akumulasi udara dalam
pipa akan terjadi.
2. Katup pelepas tekanan, yang berfungsi melepas atau mereduksi tekanan berlebih
yang mungkin terjadi pada pipa transmisi.
3. Katup penguras (Wash-out Valve), berfungsi untuk menguras akumulasi lumpur atau
pasir dalam pipa transmisi, yang umumnya dipasang pada titik-titik terendah dalam
setiap segmen pipa transmisi.
4. Katup ventilasi udara (Air Valve) perlu disediakan pada titik-titik tertentu guna
menghindari terjadinya kerusakan pada pipa ketika berlangsung tekanan negatif atau
kondisi vakum udara.
Tabel IV-2
Kriteria Pipa Transmisi
No Uraian Notasi Kriteria
1 Debit Perencanaan Q max Kebutuhan air hari maksimum
Q max = F max x Q rata-rata
2 Faktor hari maksimum F.max 1,10 – 1,50
3 Jenis saluran - Pipa atau saluran terbuka*
4 Kecepatan aliran air dalam pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3-0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
- Pipa PVC V.max 3,0-4,5 m/det
- Pipa DCIP V.max 6,0 m/det
5 Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum H min 1 atm
b) Tekanan maksimum
- Pipa PVC H maks 6-8 atm
- Pipa DCIP 10 atm
- Pipa PE 100 12.4 MPa
- Pipa PE 80 9.0 MPa
6 Kecepatan saluran terbuka
a) Kecepatan minimum V.min 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum V.maks 1,5 m/det
7 Kemiringan saluran terbuka S (0,5 – 1 ) 0/00
8 Tinggi bebas saluran terbuka Hw 15 cm( minimum)
9 Kemiringan tebing terhadap - 45 ( untuk bentuk trapesium)
dasar saluran
* Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku
Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari
maksimum. Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu
untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses
netralisasi dan proses desinfeksi.
Unit koagulasi
Unit flokulasi
Unit sedimentasi
Unit filtrasi
Unit netralisasi
Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan
Air.
Tabel IV-5
Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi
SURVEI DAN PENGKAJIAN PERHITUNGAN GAMBAR
1. penyelidikan tanah Perhitungan mengacu 1. gambar jaringan pipa
pada tata cara transmisi
2. survei dan pengkajian lokasi
perancangan teknis unit
IPA 2. gambar lokasi/tata letak IPA
produksi
3. survei dan pengkajian 3. gambar lokasi reservoir
topografi
4. gambar detail konstruksi
4. survei dan pengkajian
• pipa transmisi
ketersediaan bahan
konstruksi • reservoir
5. survei dan pengkajian • IPA
ketersediaan peralatan
elektro
6. survei dan pengkajian
sumber daya energi
Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan pada kajian kualitas air yang
akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan
dalam penetapan proses pengolahan air dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air
minum (output).
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu
untuk memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses
netralisasi dan proses desinfeksi.
Unit koagulasi
Unit flokulasi
Unit sedimentasi
Unit filtrasi
Unit netralisasi
Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan
Air.
Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar
115%-300% dari kebutuhan rata-rata. Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung
dalam reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai
penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun baik dengan
konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.
Jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup
(loop), sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau
kombinasi dari kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi
ditentukan oleh kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah
pelanggan dan jaringan jalan dimana pipa akan dipasang.
Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan
dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi
kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.
Q = VxA
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
b. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.
c. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel IV-6
Kriteria Pipa Distribusi
Pipa Distribusi
b. Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out)
pipa berbentuk cabang
(a) Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan
dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi
(b) Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa
distribusi yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM.
(c) Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.
(d) Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.
(e) Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi
pembagi dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa
pelayanan dilakukan melalui Clamp Sadle.
(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona
distribusi dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang
membentuk suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa
Sel Dasar dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila
jumlah sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
3. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili
tersebut harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang
Metode Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang
berlaku.
maksimum 300 m. Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah
penduduk wilayah terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel
dibawah ini :
Tabel IV-7 Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi
Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.
2. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams :
Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L
Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)
a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang pada:
lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
setiap percabangan;
pipa outlet pompa;
pipa penguras atau wash out
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup Gerbang
(Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).
d. Hidran Kebakaran
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum tidak
boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil
f. Jembatan Pipa
Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang
sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.
Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja
atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik
masuk jembatan pipa.
g. Syphon
Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyeberang di
bawah dasar sungai/saluran.
Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).
Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa transmisi
atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi blok beton penahan
sebagai pondasi.
Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran harus
diberi pelindung.
h. Manhole
Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap perlengkapan-
perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.
Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan katup, dan
sebagainya.
i. Thrust Block
Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee,
Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.
Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu pada:
Belokan pipa.
Persimpangan/percabangan pipa.
Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.
Perletakan valve/katup.
Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air
1) Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya,
dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari
sambungan rumah adalah:
2) Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran
air berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan
pipa pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil
yang sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak
pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya,
pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”
3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
Badan hidran
Kepala hidran
Katup hidran
Standar Kualitas Air yang dapat didistribusikan ke pelangga bersarkan pada adalah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MenKes/SK/VII/200.
Tabel. IV-9
Standar kebutuhan air minum berdasarkan Permenkes Nomor
907/MenKes/SK/VII/20
No Parameter Satuan Kadar Max izin Ket
1 2 3 4 5
A BAKTERIOLOGIS
1 Air minum
a. E coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
2 Air yang masuk sistem disrtibusi
a. E. coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
b. Total bakteri coliform Jlh/100 ml sampel 0
3 Air pada sistem distribusi
a. E coli atau fecal coli Jlh/100 ml sampel 0
b. Total bakteri coliform Jlh/100 ml sampel
B KIMIAWI
B.1 Bahan kimia yang memiliki langsung pengaruh langsung terhadap kesehatan
1 Bahan Anorganik
Antimon Mg/l 0,005
Air raksa Mg/l 0,001
Arsen Mg/l 0,01
Barium Mg/l 0,7
Boron Mg/l 0,3
Kadmium Mg/l 0,003
Kromium ( valensi 6 ) Mg/l 0,05
Tembaga Mg/l 2
Sianida Mg/l 0,07
Flourida Mg/l 1,5
Timbal Mg/l 0,01
Molybdenum Mg/l 0,07
Nikel Mg/l 0,02
Nitrat (sebagai NO3 ) Mg/l 50
Nitrit ( sebagai NO2) Mg/l 3
Selenium Mg/l 0,01
2 Bahan Organik
Chlorinated alkanes
a. Carbon tetrachloride g/l 2
b. Dichloromethane g/l 20
c. 1.2-dichloroethane g/l 30
d. 1,1,1- trichloroethane g/l 2000
Chlorinated ethenes
C RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1
D FISIK
Warna TCU 15
Tidak berbau
Rasa dan bau - - dan tidak
berasa
Suhu udara ±
Temperatur oC 3oC
Kekeruhan NTU 5
Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan
Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat.
Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestic ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi ipemakaian air domestic dapat dilihat dari
Tabel 4.8.
Tabel IV-10
Tingkat konsumsi/pemakaian air rumah tangga sesuai kategori kota
Tingkat Pemakaian
No. Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem
Air
1. Kota Metropolitan >1.000.000 Non Standar 190
2. Kota Besar 500.000 – 1.000.000 Non Standar 170
3. Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150
4. Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130
5. Kota kecamatan <20.000 Standar IKK 100
6. Kota Pusat Pertumbuhan <3.000 Standar DPP 60
Sumber: SK-SNI Air minum 2001
Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk
tahun perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan
sambungan rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah
domestic ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Dimana:
Kegiatan non domestic adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil
berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit
dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestic didasarkan pada faktor
jumlah penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan
tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan kebutuhan
air nnon domestic di Kabupaten Tanjung Jabung Timur diasumsikan sebesar 15-20%.
Untuk periode perencanaan dalam penyusunan RISPAM di ikuti pedoman yang di atur
dalam Permen PU no. 18 Tahun 2007 , yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel IV-11
Periode Perencanaan
Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis
kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan ketersediaan sumber air. Wilayah
pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil
kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang
Bab V
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030,
arah perkembangan Kota Bukittinggi direncanakan sebagai berikut :
Dengan kondisi dan peluang pengembangan yang ada maka hal tersebut akan
mendukung pengembangan kawasan sebagai sub pusat pelayanan kota di masa
mendatang. Fungsi yang diarahkan pada Kawasan Campago Ipuh adalah sebaagi
berikut:
- Pusat Pelayanan Umum dan Sosial, meliputi pendidikan menengah, rekreasi
skala sub wilayah kota.
- Perdagangan dan Jasa Koridor skala sub wilayah kota.
- Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota.
- Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.
- Ruang Terbuka Hijau rekreasi.
b. Kawasan Garegeh
Kawasan Garegeh merupakan kawasan yang berada di Jalan Sukarno Hatta serta
terletak pada perbatasan kota dengan Kabupaten Agam di bagian timur laut Kota
Bukittinggi yang merupakan pusat kegiatan permukiman perkotaan. Penetapan
sub pusat pelayanan kota pada kawasan ini ditujukan sebagai orientasi bagi pusat
Kawasan ini memiliki letak yang strategis bagi permukiman di sekitarnya sehingga
diarahkan sebagai sub pusat pelayanan Kota Bukittinggi dan dapat menjadi
orientasi bagi pusat-pusat lingkungan yang berada di bawahnya. Fungsi yang
diarahkan pada kawasan ini adalah:
- Perdagangan dan jasa skala sub wilayah kota.
- RTH rekreasi skala sub wilayah kota.
- Kawasan Olahraga skala sub wilayah Kota
- Pendidikan tingkat menengah dan kesehatan skala puskesmas pembantu.
- Perumahan berkepadatan sedang dan fasilitas pendukungnya.
Fungsi yang diarahkan pada pusat pelayanan unit lingkungan adalah fasilitas-
fasilitaslingkungan untuk melayani kawasan perumahan antara lain:
- Pendidikan tingkat dasar;
- Kesehatan: balai pengobatan;
- Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk Taman lingkungan / olahraga lingkungan;
- Fasilitas peribadatan skala lingkungan;
- Fasilitas perdagangan skala lingkungan.
Rencana pusat-pusat pelayanan di Kota Bukittinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 5.1 berikut :
Pegembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Bukittinggi yang diarahkan dari
studi ini ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk serta
mendukung aktifitas pelayanan sesuai arah perkembangan kota. Direncanakan untuk
meningkatlan cakupan pelayanan air bersih dari PDAM saat ini sehingga akan lebih
banyak lagi masyarakat yang akan terlayani air bersih PDAM. Selain itu juga diupayakan
agar sistem pelayanan dapat mensuplai kebutuhan air bersih selama 24 jam sehari serta
dengan kualitas air bersih yang didistribusikan memenuhi syarat.
Di dalam memenuhi kebutuhan air bersih, Kota Bukittinggi telah melakukan berbagai
upaya pelayanan dengan cara sebagai berikut :
Berdasarkan RTRW Kota Bukittinggi, kebutuhan air bersih di Kota Bukittinggi dilayani
melalui:
Sumber air diarahkan pada pemanfaatan air tanah dengan intake di mata air terdekat
yang potensial.
Untuk kawasan permukiman perkotaan diarahkan penyediaan air bersih melalui
jaringan perpipaan dengan memanfaatkan air baku dari mata air/air tanah.
Diprioritaskan pengembangan ini berpusat pada kawasan perkotaan.
Untuk kawasan permukiman perdesaan dapat dikembangkan sistem air bersih
perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada seperti mata air, sumur
bor, air tanah dan air sungai (sistem jaringan air perpipaan perdesaan).
Sistem jaringan prasarana air bersih yang dikembangkan di Kota Bukittinggi adalah
sebagai berikut:
Sistem jaringan primer, yang dikembangkan dalam rangka membangun sistem dan
distribusi air bersih di Kota Bukittinggi;
LAPORAN AKHIR HALAMAN V-8
RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM)
KOTA BUKITTINGGI
Sistem jaringan sekunder dikembangkan sebagai media transmisi dari jaringan primer
terhadap jaringan tersier/lokal;
Sistem jaringan tersier dikembangkan dalam rangka melayani pusat-pusat kegiatan
utama, dengan prioritas pengembangan pelayanan di kawasan perkotaan, komersial
dan fasilitas pemerintahan. Pelayanan penyediaan air bersih di Kota Bukittinggi
dilakukan melalui pengembangan jaringan perpipaan dengan memanfaatkan air baku
dari mata air /air tanah, prioritas pengembangan jaringan ini di arahkan pada
kecamatan yang mempunyai perkembangan yang cukup pesat ke arah kegiatan
perkotaan.
Dalam menentukan daerah pelayanan Sistem penyediaan Air Minum di Kota Bukittinggi,
perlu juga memperhatikan tingkat kerawanan sumber air. Secara umum pemanfaatan air
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat cenderung menggunakan sumber air
dari sungai, mata air, sumur gali, sumur bor pompa listrik.
Berikut ini ada beberapa metode statistik yang dapat digunakan untuk memprediksi laju
pertumbuhan penduduk:
1. Metode Aritmatik
Metode aritmatik atau metode rata-rata hilang biasanya digunakan apabila laju
pertumbuhan populasi penduduk relatif konstan setiap tahun. Kondisi ini dapat terjadi
pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah,
dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Secara matematis, metode ini dapat
dituliskan sebagai berikut :
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain, yaitu:
4. Metode Eksponensial
5. Metode Logaritmik
Dari kelima metode yang tersedia untuk memproyeksikan jumlah penduduk, harus dipilih
satu metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di Kota Bukittinggi. Untuk
menentukan metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di Kota
Bukittinggi, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi, dankeadaan
perkembangan kota di masa yang akan datang.
Perhitungan faktor korelasi dan standar deviasi dapat dilakukan dengan menganalisa dan
membandingkan data kependudukan yang tersedia dengan data penduduk dari
perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Persamaan faktor korelasi dapat
dirumuskan melalui persamaan matematis berikut :
dimana :
r² = Faktor korelasi
r< 0, Kedua data memiliki korelasi yang kuat tetapi bernilai negatif dan memiliki
hubungan berbanding terbalik satu sama lain.
r> 0, Kedua data memiliki korelasi kuat dan memiliki hubungan positif yang
berbanding lurus satu sama lain.
Metode proyeksi penduduk yang dipilih adalah metode yang memiliki nilai faktor korelasi
paling besar (paling mendekati 1) dan nilai standar deviasi paling kecil.
Pola perkembangan kota Bukittinggi sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga
bisa dijadikan salah satu pertimbangan untuk memilih metode proyeksi penduduk yang
akan digunakan. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan
pertambahan penduduk dimasa mendatang.
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air minum bagi penduduk yang akan dilayani, maka
perlu dihitung terlebih dahulu proyeksi jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan.
Dalam Perencanaan SPAM Kota Bukittinggi ini direncanakan untuk memenuhi Program
pemerintah yaitu “Milenium Development Gold” di mana target yang harus dicapai pada
sistem penyediaan air minum pada tahun 2015 adalah 80% penduduk harus dapat
terlayani oleh sistim penyediaan air minum. Dalam perhitungan proyeksi jumlah
penduduk, diperlukan data – data jumlah penduduk pada tahun – tahun sebelumnya.
Tabel V-1
Data Penduduk Kota Bukittinggi Tahun 2008-2014
Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun Jumlah Penduduk
Jiwa (%)
1 2008 106.045 1.767 1,67
2 2009 107.805 1.760 1,63
3 2010 111.312 3.507 3,15
4 2011 113.569 2.257 1,99
5 2012 114.415 846 0,74
6 2013 118.260 3.845 3,25
7 2014 121.814 3.554 2,92
Jumlah 17.536 15,35
Rata-rata 2,2
Bertolak dari data penduduk Kota Bukittinggi tahun 2014 dapat dihitung kembali jumlah
penduduk pertahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dengan menggunakan
metode artimetik, geometrik dan last square.
Tabel V-2
Perhitungan Statistik Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
PERHITUNGAN STATISTIK JUMLAH PENDUDUK
TAHUN KE PENDUDUK
TAHUN
(X) JIWA (Y) XY X^2
2008 1 106,045 106,045 1
2009 2 107,805 215,610 4
2010 3 111,312 333,936 9
2011 4 113,569 454,276 16
2012 5 114,415 572,075 25
2013 6 118,260 709,560 36
2014 7 121,814 852,698 49
JUMLAH 28 793,220 3,244,200 140
Sumber : Hasil perhitungan
Dengan menggunakan rumus 3 (tiga) metode seperti yang dibahan pada sub bab 5.3.1
maka besarnya nila a dan b adalah sebagai berikut :
a = 103.129
b =2.547
Hasil perhitungan mundur jumlah penduduk Kota Bukittinggi selengkapnya adalah
sebagai berikut :
Tabel V-3
Hasil Perhitungan Mundur Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi
JUMLAH
TAHUN HASIL PERHITUNGAN MUNDUR
PENDUDUK
(X) (Y) ARITHMATIK GEOMETRIK LEAST SQUARE
2008 106,045 107,156 103,602 103,129
2009 107,805 109,599 106,436 105,676
2010 111,312 112,042 109,348 108,223
2011 113,569 114,485 112,339 110,770
2012 114,415 116,928 115,413 113,317
2013 118,260 119,371 118,570 115,864
2014 121,814 121,814 121,814 118,411
JUMLAH 793.220
Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang pali mendekati kebenaran maka
terlebih dahulu dilakukan perhitungan standar deviasi dari hasil perhitungan ketiga
metode yang dihitung pada tabel diatas. Hasil perhitungan nilai standar deviasi dari ketiga
metode perhitungan tersebut ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel V-4
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Arithmatik
Y MEAN 113,317
Tabel V-5
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Geometrik
Tabel V-6
Hasil Perhitungan Standar Deviasi Dengan Metode Least Square
Hasil perhitungan standar deviasi memperlihatkan angka yang berbeda dari ke tiga
metode proyeksi, angka standar deviasi terkecil adalah perhitungan dengan
menggunakan metode proyeksi airthmatik.
Hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Bukittinggi dirinci per kercamatan dan
perdesa/kelurahan sampai akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2035 dengan
menggunakan metode arithmatik sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka hasilnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tahun (Proyeksi)
Nama Desa
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Belakang
1 3,096 3,175 3,254 3,333 3,413 3,492 3,571 3,651 3,730 3,809 3,889 3,968 4,047 4,126 4,206 4,285 4,364 4,444 4,523 4,602 4,682
Balok
2 Sapiran 3,401 3,488 3,576 3,663 3,750 3,837 3,924 4,011 4,098 4,185 4,273 4,360 4,447 4,534 4,621 4,708 4,795 4,882 4,970 5,057 5,144
3 Birugo 6,432 6,596 6,761 6,926 7,091 7,255 7,420 7,585 7,750 7,914 8,079 8,244 8,409 8,573 8,738 8,903 9,068 9,232 9,397 9,562 9,727
4 Aur Kuning 7,201 7,385 7,570 7,754 7,939 8,123 8,308 8,492 8,677 8,861 9,046 9,230 9,414 9,599 9,783 9,968 10,152 10,337 10,521 10,706 10,890
5 Pakan Labuah 2,985 3,061 3,138 3,214 3,291 3,367 3,444 3,520 3,597 3,673 3,750 3,826 3,902 3,979 4,055 4,132 4,208 4,285 4,361 4,438 4,514
6 Kubu Tanjung 1,473 1,511 1,549 1,587 1,624 1,662 1,700 1,738 1,775 1,813 1,851 1,889 1,926 1,964 2,002 2,040 2,077 2,115 2,153 2,191 2,228
7 Ladang Cakiah 1,882 1,931 1,979 2,027 2,075 2,124 2,172 2,220 2,268 2,316 2,365 2,413 2,461 2,509 2,558 2,606 2,654 2,702 2,750 2,799 2,847
8 Parit Antang 1,358 1,392 1,427 1,462 1,497 1,531 1,566 1,601 1,636 1,671 1,705 1,740 1,775 1,810 1,844 1,879 1,914 1,949 1,984 2,018 2,053
Jumlah 27,828 28,541 29,253 29,966 30,679 31,392 32,105 32,818 33,531 34,243 34,956 35,669 36,382 37,095 37,808 38,521 39,233 39,946 40,659 41,372 42,085
Tahun (Proyeksi)
Nama Desa
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Pulau Anak
1 5,289 5,424 5,560 5,695 5,831 5,966 6,102 6,237 6,373 6,508 6,644 6,779 6,915 7,050 7,186 7,321 7,457 7,592 7,728 7,863 7,999
Air
Koto
2 1,391 1,427 1,463 1,498 1,534 1,569 1,605 1,641 1,676 1,712 1,748 1,783 1,819 1,855 1,890 1,926 1,962 1,997 2,033 2,068 2,104
Selayan
3 Garegeh 2,585 2,652 2,718 2,784 2,850 2,917 2,983 3,049 3,115 3,182 3,248 3,314 3,380 3,446 3,513 3,579 3,645 3,711 3,778 3,844 3,910
Manggis
4 5,110 5,241 5,372 5,502 5,633 5,764 5,895 6,026 6,157 6,288 6,419 6,550 6,681 6,811 6,942 7,073 7,204 7,335 7,466 7,597 7,728
Ganting
Campago
5 10,273 10,537 10,800 11,063 11,326 11,589 11,852 12,116 12,379 12,642 12,905 13,168 13,431 13,695 13,958 14,221 14,484 14,747 15,010 15,274 15,537
Ipuh
Puhun
6 6,857 7,033 7,209 7,384 7,560 7,736 7,911 8,087 8,263 8,438 8,614 8,790 8,965 9,141 9,317 9,492 9,668 9,844 10,019 10,195 10,371
Tembok
Puhun Pintu
7 6,772 6,945 7,119 7,292 7,466 7,639 7,813 7,986 8,160 8,333 8,507 8,680 8,854 9,027 9,201 9,374 9,548 9,721 9,895 10,068 10,241
Kabun
Kubu Gulai
8 5,773 5,921 6,069 6,216 6,364 6,512 6,660 6,808 6,956 7,104 7,252 7,399 7,547 7,695 7,843 7,991 8,139 8,287 8,435 8,582 8,730
Bancah
Campago
9 Guguk 7,027 7,207 7,387 7,567 7,747 7,927 8,107 8,287 8,467 8,647 8,827 9,007 9,187 9,367 9,547 9,727 9,907 10,087 10,267 10,447 10,627
Bulek
Jumlah 51,078 52,386 53,695 55,003 56,312 57,620 58,620 60,237 61,545 62,854 64,162 65,471 66,779 68,088 69,396 70,705 72,013 73,321 74,630 75,938 77,247
Tabel. V-9
Proyesi Penduduk Kecamatan Guguk Panjang Tahun 2015-2035
Tahun (Proyeksi)
Nama Desa
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Bukit Cangang
1
K.Ramang 2,537 2,602 2,667 2,732 2,797 2,862 2,927 2,992 3,057 3,122 3,187 3,252 3,317 3,382 3,447 3,512 3,577 3,642 3,707 3,772 3,837
2 Tarok Dipo
18,392 18,863 19,335 19,806 20,277 20,748 21,219 21,690 22,162 22,633 23,104 23,575 24,046 24,517 24,988 25,460 25,931 26,402 26,873 27,344 27,815
3 Pakan Kurai
6,713 6,885 7,057 7,229 7,401 7,573 7,745 7,917 8,089 8,261 8,433 8,605 8,776 8,948 9,120 9,292 9,464 9,636 9,808 9,980 10,152
4 Aur Tanjungkang
7,884 8,086 8,288 8,490 8,692 8,894 9,096 9,298 9,500 9,702 9,904 10,105 10,307 10,509 10,711 10,913 11,115 11,317 11,519 11,721 11,923
Benteng Pasar
5
Atas 1,340 1,374 1,408 1,443 1,477 1,511 1,546 1,580 1,614 1,648 1,683 1,717 1,751 1,786 1,820 1,854 1,889 1,923 1,957 1,992 2,026
6 Kayu Kubu
3,801 3,898 3,995 4,093 4,190 4,288 4,385 4,482 4,580 4,677 4,774 4,872 4,969 5,066 5,164 5,261 5,359 5,456 5,553 5,651 5,748
Jumlah 45,804 46,977 48,150 49,324 50,497 51,670 52,844 54,017 55,190 56,364 57,537 58,710 59,884 61,057 62,230 63,404 64,577 65,750 66,924 68,097 69,270
Untuk memproyeksikan kebutuhan air minum Kota Bukittinggi, diperlukan hasil proyeksi
penduduk. Berikut ini akan dibahas proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan jenis
pemakaian air minum yaitu : pemakain untuk kebutuhan domestik/rumah tangga. Pemakain
untuk kebutuhan non domestik dan tingkat kehilangan/kebocoran air.
Tabel V-10
Standar kebutuhan Air Minum
Kategori Kota berdasarkan Jumlah
Penduduk
No Uraian Satuan
Kota Sedang Kota Kecil Pedesaan
100000-500000 20000-100000 3000-20000
1 Konsumsi Unit Samb. Rumah liter/org/h 100-150 100-130 90-100
2 Konsumsi Unit Hidran Umum liter/org/h 30 30 30
Konsumsi Unit Non Domestik
3 % 25-30 20-25 10-20
terhadap Konsumsi Domestik
4 Kehilangan Air % 15 – 20 15 – 20 15 – 20
5 Faktor hari maksimum 1,1 - 1,25 1,1 - 1,25 1,1 – 1,25
6 Faktor jam puncak 1,5 - 2,0 1,5 - 2,0 1,5 – 2,0
7 Jumlah jiwa per SR Jiwa 6 6 6
8 Jumlah jiwa per HU Jiwa 100 – 200 100 – 200 100 – 200
9 Jam operasi Jam 24 24 24
10 SR/KU % 80 – 20 70 – 30 70 – 30
Sumber : Kimpraswil, 2003
Berdasarkan Tingkat konsumsi air di Kota Bukittinggi cukup tinggi hal ini dapat dilihat dari air
PDAM yang terjual sebesar 3.052.844 m3 dari hasil air produksi 5.097.688 m3 (berdasarkan
laporan kinerja PDAM non audit tahun 2014) dengan jumlah sambungan 9.154 sambungan
rumah dan jumlah jiwa yang terlayani 52.525 jiwa (data laporan kinerja PDAM tahun 2015).
Maka tingkat konsumsi air = 3.052.844 m3/9154 SR/12 bulan = 27 ,79 m3/SR/bln = 185
liter/org/hari.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka ditentukan konsumsi air harian untuk Kota
Bukittinggi sebesar 185 lt/org/hari .
Perhitungan proyeksi kebutuhan air minum untuk Kota Bukittinggi tahun 2015 – 2035
selengkapnya dapat dilihat pada tabel V-11
Tabel V-11
Tabel V-12
Guguk Panjang
Tabel V-14
Dari hasil perhitungan kebutuhan air Kota Bukittinggi sebagaimana di tampilkan pada tabel
V-11 di atas, maka dapat disimpulkan pada akhir tahun perencanaan 2035 diproyeksikan
kebutuhan air sebesar 942 lt/det.
Gambar : V-2
Grafik Perbandingan Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Air Maksimum
Kota Bukittinggi
1000
900
800
700
600
lt/det
500
400
300
200
100
0
Existing
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2035
Kapasitas Produksi 171.33 215 260 315 365 470 945
Kebutuhan Air Maksimum 176 212 260 311 364 466 942
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Existing
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2035
Kapasitas Air Baku (lpd) 171.33 215 260 315 365 470 945
Kapasitas Produksi (lpd) 1
Bab VI
POTENSI AIR BAKU
Potensi air permukaan diperoleh dari Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan areal
tangkapan air hujan dan pengaliran air permukaan berlangsung. Karakteristik DAS sangat
berpengaruh terhadap aliran permukaan. Laju dan Volume air permukaan akan makin
bertambah dengan bertambahnya luas DAS. Apabila aliran permukaan tidak dinyatakan
sebagai jumlah total dari DAS, melainkan sebagai laju dan volume persatuan luas
besarnya akan berkurang dengan bertambahnya luas DAS. Semua ini berkaitan dengan
waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke titik kontrol atau
sering disebut dengan waktu konsentrasi, dan juga penyebaran dan intensitas hujannya.
Selain luas DAS, bentuk DAS juga berpengaruh terhadap aliran permukaan. Bentuk DAS
memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran yang lebih kecil dibandingkan
dengan DAS berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi
untuk DAS memanjang lebih lama dari pada DAS melebar. Dengan kata lain akibat hujan
di hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol, ketika aliran di hilir sudah habis
atau mengecil. Sehingga laju aliran secara keseluruhan mengecil. Untuk Kota Bukittinggi
yang termasuk bentuk DAS memanjang, adalah Sub DAS Batang Agam dan Sub DAS
Batang Sianok, yang termasuk ke dalam dua Wilayah Aliran Sungai (WAS), yaitu WAS
Masanghulu yang berada di bagian Barat dan mengalir ke arah Samudera Indonesia, dan
WAS Batang Agam yang mengalir ke arah bagian Timur.
Dalam suatu DAS terdapat jaringan sungai yang memiliki potensi sebagai sumber air
baku. Sungai di Wilayah Kota Bukittnggi dan sekitarnya yang memiliki potensi sebagai
sumber air permukaan adalah:
1. Batang Agam dengan panjang aliran 7.900 m . Debit maksimum pada musim hujan
adalah 41,351 m3/s dan debit minimum pada musim kemarau adalah 3,867 m3/s.
2. Batang Sianok dengan panjang aliran 4.771 m. Debit maksimum pada musim hujan
adalah 2,033 m3/s dan debit minimum pada musim kemarau adalah 0,584 m3/s.
Karakteristik air tanah wilayah Bukittinggi mengacu kepada peta Hidrogeologi Lembar
Padang Propinsi Sumatera Barat yang dipublikasikan oleh Direktorat Tata Lingkungan
dan Geologi, termasuk wilayah air tanah perbukitan ini dibangun oleh endapan-endapan
gunung api antara lain berupa endapan lahar, tufa andesit, tufa kristal, lava, agglomerat ,
breksi vulkanik dan endapan-endapan koluvium hasil rombakan batuan andesit dan
sedikit batuan malihan berupa fillt, batu lanau meta, batupasir meta dan batu gamping
meta dan sangat baik sebagai batuan penyusun aquifer produktif tinggi.
Berdasarkan Gambar 6.1 Kondisi Hirdogeologi Kota Bukitinggi terlihat, aquifer produktif
tinggi tersebar pada bahagian tengah ota (warna biru), untuk aquifer produktif sedang
(warna kuning) tersebar pada bagian Barat dan Timur kota.
Potensi air tanah pada aquifer produktif tinggi. Tingkat serahan air tanah dapat mencapai
5 – 10 L/detik. Kedalaman air tanah dangkal lebih kurang 3 meter, sedangkan air tanah
dalam/ artesis mencapai kedalaman 100 meter. Daerah yang mempunyai aquifer
produktif tinggi terdapat pada Kelurahan: Gulai Bancah, Campago Guguak Bulek,
Campago Ipuh, Manggis Ganting, Garegeh, Pulai Anak Air, Pulai Anak Air, Pakan Kurai,
Tarok Dipo, Sapiran, Birugo dan Aur Kuning.
Pemunculan air tanah (mata air) yang berasal dari satuan tufa batu apung banyak
terdapat di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi, yaitu di daerah dataran Selatan
dan Tenggara Kota Bukittinggi, diantaranya mata air Sungai Tanang (150 L/s) dan mata
air Bulan Gadang (150 L/s).
Daerah perbukitan ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi sistem hidrogeologi,
dimana daerah perbukitan ini berperan sebagai daerah tangkapan air (catchment area)
dan daerah imbuh (recharge area) terhadap cekungan air tanah di bagian Utara dan
Timurlaut kota Bukittinggi. Kelestarian hutan di daerah perbukitan ini perlu dipelihara
secara berkesinambungan dimana hutan yang lebat sangat berpotensi untuk menahan air
di dalam tanah.
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Tabel VI-1
Debit Harian Maksimum
Berdasarkan metode Basic Year diperoleh debit andalan untuk Batang Agam sebagai
berikut:
Tabel VI-3
Debit Andalan Batang Agam
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Debit
9,1 7,09 5,88 12,03 4,53 6,95 6,85 7,97 7,49 7,41 3,2 9,28
(m3/s)
Selain menggunakan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air baku PDAM Kota
Bukittinggi, perlu dipertimbangkan juga keberadaan sumber air baku lainnya yang ada di
sekitar/luar Kota Bukittinggi. Berdasarkan hasil survey dan analisa pada kajian
sebelumnya, diperoleh alternatif sumber air baku, yaitu :
Sumber air Sungai Balingka secara geografis terletak pada koordinat 0°20'24.07"LS,
100°18'40.80"BT serta terletak pada elevasi +1.135 m, secara administratif termasuk
Nagari Balingka, Kecamatan Koto IV, Kabupaten Agam. Secara hidrologi termasuk Sub
Das Masang bagian hulu (WS Masang Pasaman), Luas Daerah Tangkapan Air di lokasi
rencana intake 24,9 km2. Kemiringan lereng 5 - 70 %. Penggunaan lahan sebagian besar
merupakan hutan lindung. Curah hujan pada daerah tangkapan air > 4500 mm/tahun
tanpa bulan kering (daerah dengan iklim Tipe A).
Berdasarkan hasil survai pada bulan Juli 2014 (Musim kemarau) , debit Sungai Balingka
tersebut sekitar 600 l/dtk. Menurut keterangan penduduk setempat, debit yang terukur
pada bulan tersebut merupakan debit rata rata serta sungai tersebut selalu mengalir
sepanjang musim, meskipun pada kemarau panjang debit sungai menurun hingga sekitar
300 l/detik. Kualitas air berwarna jenih, tak berasa dan berbau. Namun saat musim
penghujan air agak keruh akibat adanya erosi dibagian hulu sungai.
Sumber air Sungai Sutijo secara geografis terletak pada koordinat 0°18'39.50” LS;
100°20'31.82" BT, elevasi + 836 m. Secara administrasi termasuk Kecamatan Matur –
Kabupaten Agam. Sedangkan secara hidrologi termasuk Sub Das Masang bagian hulu
(WS Masang Pasaman). Luas Daerah Tangkapan Air di lokasi rencana intake 24,9 km2.
Sumber mata air Pancuran Gadang secara geografis terletak pada koordinat
0°23'59.58"LS, BT serta terletak pada elevasi +1.138 m, secara administratif termasuk
Kabupaten Tanah Datar. Secara hidrologi terletak pada perbatas WS Akuman dan WS
Masang Pasaman. Berdasarkan hasil survai pada bulan Juli 2014 (Musim kemarau) ,
debit mata air tersebut sebesar 60 l/detik.
Sumber mata air Sarik secara geografis terletak pada koordinat 0°65'63.02" LS -
99°59'85.30" BT, berada di Nagari Sarik secara administratif masuk Kabupaten Agam.
Debit mata air Sarik sebesar 80 l/detik.
Sumber mata air Bulakan Gadang secara geografis terletak pada koordinat
0°65'54.69"LS, 99°61'07.70" BT, berada di Nagari Galuang secara administratif termasuk
Kabupaten Agam. Debit mata air Bulakan Gadang sebesar 20 l/detik.
Sumber mata air Tambuo secara geografis terletak pada koordinat 0°65'60.26"LS,
99°60'88.80" BT, berada di Nagari Galuan secara administratif termasuk Kabupaten
Agam. Debit mata air tersebut sebesar 20 l/detik.
6.5 Perizinan
6.5.1 Perizinan Pengambilan Air Tanah
Izin Pengambilan Air Tanah adalah izin untuk mengambil air tanah untuk keperluan
industri, pertambangan, usaha di bidang perkebunan, perikanan, peternakan, air minum,
penelitian ilmiah dan usaha jasa lainnya. Hingga saat Pemerintah Kota Bukittinggi belum
mempunyai Perda Perijinan Pengambilan Air Permukaan Dan Air Tanah Di Wilayah Kota
Bukittinggi. Yang ada saat ini adalah Perda N0. 2 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah.
Oleh karena itu dimasa mendatang perlu disusun perda tentang perijian pengambilan air
tanah dan air permukaan. Undang undang dan peraturan yang dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan perda perijinan sumber daya air, secara ringkas adalah sebagai
berikut:
- Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah.
Pasal 95 (Perizinan)
untuk kegiatan :
Yang dimaksud dengan “konstruksi pada sumber air” adalah konstruksi yang
berada pada sumber air termasuk pada sempadan sumber air, misalnya,
konstruksi jembatan, jaringan perpipaan, dan jaringan kabel listrik/telepon.
c. modifikasi cuaca
c. menteri untuk wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara,
atau wilayah sungai strategis nasional.
c) keperluan irigasi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada;
dan/atau
2. Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
sumber daya air permukaan wajib mendapat izin dari
gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; atau
menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional.
Perizinan air tanah ditetapkan untuk 2 kegiatan, yaitu pemakaian air tanah dan
pengusahaan air tanah. Sekilas mengenai izin dapat di lihat pada gambar 6.3 berikut.
Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah diberikan untuk setiap
titik sumur produksi. Untuk memperoleh izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan
air tanah, pemohon wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati/walikota
dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur.
Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat diterbitkan
oleh bupati/walikota dengan ketentuan (PP No.43/2008, Pasal 68, Ayat (1):
1. Pada setiap CAT lintas provinsi dan lintas negara setelah memperoleh rekomendasi
teknis dari Menteri.
2. Pada setiap CAT lintas kabupaten/kota setelah memperoleh rekomendasi teknis dari
gubernur.
3. Pada setiap CAT dalam wilayah kabupaten/kota berdasarkan zona konservasi air
tanah dan/atau zona pemanfaatan air tanah.
Rekomendasi teknis untuk penerbitan izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah berisi:
1. lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian air tanah,
2. jenis dan kedalaman akuifer yang disadap,
3. debit pengambilan air tanah,
Pemegang izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya dapat
melakukan pengeboran atau penggalian di lokasi yang telah ditetapkan, dan hanya dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah, perorangan atau badan usaha yang memenuhi
kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah.
Kualifikasi dan klasifikasi untuk melakukan pengeboran atau penggalian air tanah dapat
diperoleh melalui:
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan dan rekomendasi teknis serta kualifikasi
dan klasifikasi pengeboran atau penggalian air tanah diatur dalam peraturan Menteri.
Izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah hanya berlaku selama 3
tahun, namun izin tersebut dapat diperpanjang. Perpanjangan izin hanya dapat diberikan
oleh bupati/walikota, setelah memperoleh rekomendasi teknis, dan selama air tanah
masih tersedia dan dapat diambil tanpa menyebabkan kerusakan kondisi dan
lingkungan air tanah.
Masa berlakunya izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air
tanah selama 3 tahun, setelah habis masa berlakunya dapat dilakukan perpanjangan.
Namun sebelum masa berlakunya habis, izin tersebut juga bisa dicabut apabila tidak
mematuhi ketentuan yang ditetapkan di dalam izin dan tidak memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan serta tidak mampu memperbaiki kinerjanya sesuai
batas waktu yang diberikan setelah ada peringatan tertulis dari pemberi izin. Berakhirnya
izin pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah tidak membebaskan kewajiban
pemegang izin untuk memenuhi kewajiban yang belum terpenuhi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah juga dapat dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan untuk
mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada CAT. Ketentuan mengenai evaluasi
izin diatur oleh bupati/walikota. Setelah kegiatan pengeboran atau penggalian air
tanah selesai dilakukan, bupati/walikota wajib melakukan evaluasi terhadap debit dan
kualitas air tanah yang dihasilkan guna menetapkan kembali sumur produksi mana yang
akan dipakai atau diusahakan lagi, sebagaimana yang tercantum dalam izin.
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perubahan ketersediaan air tanah pada
CAT. Evaluasi debit dan kualitas air tanah dilakukan berdasarkan laporan pelaksanaan
pengeboran atau penggalian air tanah.
Laporan pelaksanaan pengeboran atau penggalian air tanah paling sedikit
memuat (PP No.43/2008, Pasal 75 Ayat (3)):
1. Gambar penampang litologi dan penampangan sumur;
Penampangan sumur menunjukkan jenis, sifat fisik setiap lapisan batuan, dan
kedalaman batuan yang mengandung air tanah sehingga dapat ditentukan jenis dan
posisi saringan.
2. Hasil analisis fisika dan kimia air tanah;
Hasil analisis fisika dan kimia akan menunjukkan kualitas atau mutu air tanah.
Bab VII
RENCANA PENGEMBANGAN SPAM
- Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi
Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.
- Analisis daya dukung pengembangan wilayah, terutama daya dukung lahan untuk
berbagai kegiatan budidaya dan sumberdaya air.
- Penetapan status hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan
- Penggunaan lahan eksisting serta kecenderungan perkembangannya.
- Konsep struktur tata ruang yang akan diterapkan.
- Pengalokasian peruntukan lahan sesuai kebutuhan luas dan kesesuaiannya.
Didasarkan pada pertimbangan di atas, rencana pola pemanfaatan ruang Kota Bukittinggi
meliputi alokasi pemanfaatan ruang:
b. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya binaan,
dan sumberdaya manusia.
Penetapan kawasan ini sebagai kawasan lindung didasarkan pada kondisi fisik dasarnya
yang unik dan rentan/rawan bencana alam longsor dan gempa, serta kekhasan alamnya
yang memiliki nilai yang sangat tinggi baik keindahannya maupun keunikannya. Selain
hal tersebut, kawasan ini juga menjadi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya
karena karakteristik kawasan ini memiliki kelerengan melebihi 40% serta dengan daya
resapnya yang tinggi dengan vegetasi alami yang dimilikinya. Kondisi inilah yang akan
dijaga kelestariannya dengan penetapan kawasan lindung ini.
Peruntukan penggunaan lahan pada kawasan ini adalah dengan mempertahankan fungsi
hijau kawasan berupa kawasan hutan dan fungsi hijau lainnya yang mendukung fungsi
lindung. Adapun dalam hal adanya kawasan budidaya didalamnya didorong untuk dapat
menunjang fungsi lindung seperti perkebunan diarahkan untuk tanaman keras yang
berfungsi lindung. Untuk persawahan diupayakan untuk tidak menambah luasan yang
ada saat ini. Sedangkan untuk kawasan pemukiman diupayakan dipindahkan dengan
pendekatan insentif disinsentif.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan
oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Proporsi ruang
terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas Kota
Bukittinggi, yang meliputi: 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10
(sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat.
Berdasarkan kondisi penggunaan lahan Kota Bukittinggi eksisting tahun 2010, yang dapat
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau hanya sebesar 7% dari luas kota Bukittinggi. Untuk
mampu mewujudkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas Kota Bukittinggi, maka
arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan antara lain adalah:
A. RTH Taman
RTH Taman adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau
bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan
minimal RTH 80% - 90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum.
- Pemanfaatan RTH pada lingkungan permukiman yang berdasarkan jenis dan
fungsinya adalah RTH Taman RT, RTH Taman RW, RTH Taman Kelurahan, RTH
Taman per kecamatan di Ktoa Bukittinggi.
- Selain RTH taman yang dapat dimiliki oleh public atau private, juga dikembangkan
Taman Kota.
Taman kota yang dikembangkan sebagai RTH berada di utara Kota Bukittinggi.
Penetapan ini dilakukan karena pada kawasan tersebut memiliki kondisi kerentanan
sedang terhadap pergerakan tanah yang berada di Kelurahan Pohon Pintu Kabun dan
Kelurahan Bukik Apik Puhun. Selain taman kota ini dapat dilengkapi dengan fasilitas
rekreasi dan olah raga, dan kompleks olahraga.
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara
20–30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya.
a. RTH jalur hijau jalan Kota Bukittinggi diarahkan pada ruas jaringan jalan arteri
primer, arteri sekunder, dan kolektor sekunder.
- Kawasan pariwisata yang terletak pada kawasan Jam Gadang dan sekitarnya;
- Simpul transportasi, meliputi: Terminal Tipe A Aur Kuning, Stasiun KA
Bukittinggi
- Kawasan perumahan yang memiliki akses dengan simpul transportasi
Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota yang memiliki warisan budaya berupa
arsitektur bangunan yang khas yang tidak ditemukan di kota lain. Sebagai tindak lanjut
Undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya, Pemerintah menetapkan
Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, situs dan bangunan tinggalan sejarah yang
ditetapkan bangunan cagar budaya, situs atau kawasan cagar budaya di Kota Bukittinggi,
antara lain :
A. Kawasan Perumahan
Arahan peruntukan kawasan perumahan di Kota Bukittinggi terdiri dari 3 (tiga)
kategori , yaitu :
C. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran di kota Bukittinggi terdiri atas perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta. Arahan pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan
adalah sebagai berikut:
- Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan lama pada kawasan yang telah
berkembang saat ini yaitu di kawasan Belakang Balok dengan meningkatkan
pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan tersebut;
- Pengembangan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka hijau non kota pada
kawasan pemerintah baru di Kawasan Gulai Bancah sebagai bentuk percontohan
pengembangan ruang terbuka,
- Pengembangan kawasan perkantoran baru di Kelurahan Manggis Ganting
dengan pengembangan yang mengoptimalisasikan pengembangan ruang
terbuka hijau dan non hijau pada kawasan perkantoran tersebut.
D. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kota Bukittinggi pada dasarnya akan terbagi
dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu pengembangan kawasan wisata yang telah ada
dan pengembangan kawasan wisata baru.
seperti yang telah diuraikan pada bagian gambaran umum pariwisata Kota
Bukittinggi di bagian 1. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka menjaga
keberlanjutan dari kawasan yang telah ada agar dapat tetap menjadi salah satu ciri
khas Kota Bukittinggi.
(a) Janjang Seribu, berlokasi di Kelurahan Bukit Apit Puhun Lintasan jalan kaki
menuruni dan menaiki tebing Ngarai Sianok. Daya tariknya adalah
pemandangan ke Gunung Merapi dan Singgalang dari tempat
peristirahatan.
(b) Kolam Renang Bantola, berlokasi di Jl. Dr. Rivai Kelurahan Kayu Kubu
Kecamatan Guguk Panjang, daya tariknya adalah kolam renang untuk
rekreasi
(c) Kawasan Wisata Agro. Arahan lokasinya adalah di kawasan Bukik Apik
Puhun sampai panorama baru dengan luas peruntukannya adalah 291,41
hektar
ataupun non permukiman. Besaran dari RTNH pekarangan ini sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur pada Permen PU No. 12/PRT/M/2009 dengan
rumusan umum:
Ket: RTNH : Ruang Terbuka Non Hijau; KDH : Koefisien Dasar Hijau; Luas
RT (Ruang Terbuka) : ruang yang terbentuk dari selisih luas lahan dengan
luas bangunan
(2) RTNH Wilayah Kota. Penyediaan RTNH untuk wilayah kota dapat dilakukan
melalui penyediaan alun-alun kawasan pemerintahan, plasa bangunan ibadah,
dan plasa monumen. Termasuk dalam RTNH tipe adalah plasa Jam Gadang
dan ruang-ruang plasa di tempat ibadah (masjid, gereja, vihara) yang berada di
Kota Bukittinggi.
Kota Bukittinggi yang memiliki morfologi permukaan yang berbukit serta berada pada
jalur patahan sesar Semangko mengakibatkan Kota ini memiliki kerentanan terhadap
bencana alam gempa bumi dan longsor. Adapun arahan lokasi ruang evakuasi
bencana di Kota Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel VII-1
Arahan Lokasi Ruang Evakuasi Bencana Kota Bukittinggi
Luas
Nama Lokasi
(Ha)
1. Lap. Pacuan Kuda Bukit Ambacang Kel. Gulai Bancah 4,25
Gambar 7.1
3) Zona Pelayanan Benteng; Jl. Yos Sudarso, Jl. Teku Umar, Jl.Setia Budi, Kampuang
Baru, Jl. Tengku Rao, Jl.Tengku Kurai, Jl.Agus Salim, Jl. Istana, Jl.Ahmad Karim,
Jl.Ahmad Yani, Jl. Minang Kabau, Pasar Atas, Pasar Lereng, Blk Pasar, Bawah Pasar,
Jjg.Pasanggrahan, Jjg.Gudang, Jl.Bukik Apik, Jl. Pemuda, Jl.Panorama, Jl.perintis
Kemerdekaan.
4) Zona Pelayanan Mandiangin; Jl. Kampuang Pulasan, Jl. Tabek Tahua, Jl. Bukik
Sangkuik, Jl.Bukik Apik, Jl.Soekarno Hatta. Jl.Mr.Asaat, Guguak Randah, Komplek
Kehakiman, Jl.Abdul Manan, Jl.Kusuma Bhakti, Komplek Gulai Bancah, Jl.Luluak
Anyia, Jl.Veteran, Jl.Kinantan.
5) Zona Pelayanan Palolok; Jl.Kusuma Bhakti, Komplek PEMDA Gulai Bancah, JL.Luluak
Anyia, Jl.Veteran. Jl.Kinantan, Jl.Guru Tuo, Jl.Bukik Umpang-Umpang, Jl.Panganak
Ateh, Jl.Panorama Baru.
6) Zona Pelayanan Tabek Gadang; Jl.Tigo Balrh, Jl.Kurai, Jl. Bermawi, Pulai, Jl. Parik
Antang, Jl.Ladang Cakiah, Jl.Kubu Tanjuang, Jl.Paninjauan, Komplek Mahkota Mas,
Jl.Parak Kubang, Jl. Dt Mangkuto Ameh, Tangah Jua (dibantu) Aua Kuning.
1) Kondisi SPAM Kota Bukittingi , baik berupa sistem perpipaan PDAM, sistem perpipaan
non-PDAM, serta sistem non-perpipaan (sumur gali, sumur bor, mata air langsung, dll).
2) Kondisi pelayanan air minum dari PDAM saat ini dimana sebanyak 42,56% penduduk
Kota Bukittinggi telah terlayani air minum dari PDAM.
Dengan dasar pertimbangan seperti tersebut di atas, skenario pengembangan air minum
Kota Bukittinggi direncanakan seperti berikut:
1) Memanfaatkan Mata Air Sungai Tanang (Kabupaten Agam), Mata Air Cingkaring,
Sumur Dangkal Kubang Putiah , Sumur Bor Birugo, WTP Tabek Gadang , dan
Batang Sianok sebagai sumber air baku baru, juga dari Sungai Balingka (Kabupaten
Agam ) sebagai sumber air alternatif.
2) Pelayanan sistem perpipaan PDAM diharapkan masih akan berlangsung sampai akhir
periode Rencana Induk SPAM (s/d 2035), dengan cakupan pelayanan yang
sekurang-kurangnya sama dengan kondisi saat ini (cakupan pelayanan rerata
sebesar 42,56 % penduduk).
3) Wilayah pelayanan di masing-masing Zona seperti saat ini, yaitu Zona Pelayanan
Bangkawas, Zona Pelayanan Birugo, Zona Pelayanan Benteng, Zona Pelayanan
Mandiangin, Zona Pelayanan Palolok dan Zona Pelayanan Tabek Gadang.
4) Pentahapan pelaksanaan program yang tertuang dalam Rencana Induk SPAM Kota
Bukittinggi ini dipisahkan menjadi beberapa tahap, yaitu:
SPAM Kota Bukittinggi saat ini melayani di 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Guguk
Panjang, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dan Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
juga terdapat pelayanan di luar wilayah administratif Kota Bukitinggi. Rencana
pengembangan SPAM disusun dengan basis Zona Pelayanan Reservoar yaitu Zona
Pelayanan Reservoar Bangkawas, Zona Pelayanan Reservoar Birugo , Zona Pelayanan
Reservoar Benteng, Zona Pelayanan Reservoar Mandiangin, Zona Pelayanan Reservoar
Palolok dan Zona Pelayanan Reservoar Tabek Gadang, dengan beberapa strategi
utama berupa meningkatkan kinerja SPAM yang telah ada, baik di tingkat penyediaan air
baku, sistim pengolah dan reservoar, sistem jaringan distribusi, sistim sambungan, serta
sistim operasional (kontinyuitas, kuantitatas, dan kualitas). Apabila usaha meningkatkan
kinerja sistem yang ada kurang optimal, berhubung keterbatasan sumberdaya (fisik,
lahan, sumberdaya manusia, dll), maka perlu dipikirkan adanya pembukaan SPAM baru.
Peningkatan kinerja SPAM juga termasuk memperbaiki posisi aspek legal organisasi
pengelola SPAM, baik SPAM PDAM, maupun SPAM Non PDAM.
Untuk mempermudah dalam pengembangan sistem pada studi ini dibuat menjadi 4
(empat) skenario pentahapan, Skenario- skenario pentahapan tersebut antara lain :
a. Tahap I Mendesak 1 – 2 tahun dari tahun 2016 -2017
b. Tahap II Jangka Pendek 5 tahun ,Tahun 2018 – 2022
c. Tahap II jangka Menengah 5 tahun , Tahun 2023 – 2027
d. Tahap IV Jangka Panjang 10 tahun , Tahun 2027 – 2035
Potensi pengembangan sistem penyediaan air minum pada kajian ini ditujukan untuk
melayani kebutuhan air bersih di wilayah Kota Bukittinggi sampai tahun 2035.
Sesuai dengan skenario pentahapan pengembangan sistem yang dibagi 4 tahap, maka
kapasitas sistem masing –masing tahapan sebagai berikut :
a. Tahap I Mendesak tahun 2016-2017 penambahan kapasitas sumber air baku dari
Batang Sianok, pengembangan dibagi 2 tahap yaitu tahap 1 sebesar 50 lt/det, tahap 2
sebesar 500 lt/det.
b. Tahap II Jangka pendek tahun 2018-2022 penambahan kapasitas sumber air baku
dari Sungai Balingka sebesar 300 lt/det dan Sungai Sutijo sebesar 400 lt/det.
Untuk lebih jelasnya skenario pentahapan pengembangan SPAM Kota Bukittinggi dapat
dilihat pada gambar skema berikut ini :
Gambar 7.9
Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittingi
Kapasitas 550 lt/det Sumber Air Dari Batang Sianok
Gambar 7.10
Rencana Pengembangan SPAM Kota Bukittingi
(Kapasitas 700 lt/det) Sumber Air Dari Balingka dan Sutijo
Tabel VII-2
Rencana Anggaran Biaya Penyediaan Air Minum Kota Bukittinggi
(Kapasitas 50 dan 500 lt/det) Sumber Air Dari Batang Sianok
Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume
(Rp) (Rp)
I Pekerjaan Bendung dan Intake
1 Pekerjaan Intake Unit 1 384,729,803 384,729,803
2 Pekerjaan Bendung Unit 1 3,273,025,720 3,273,025,720
3 Bangunan Rumah Pompa m² 16 5,000,000 80,000,000
4 Bangunan Rumah Turbin Unit 16 5,000,000 80,000,000
5 Bangunan Rumah Jaga Unit 1 270,000,000 270,000,000
Jumlah 4,087,755,523
II Pekerjaan Pemasangan Pompa
1 Pengadaan Pompa Sentrifugal 91,50 kW Unit 1 168,400,000 168,400,000
2 Pengadaan Pipa 4 inchi meter 800 151,000 120,800,000
3 Pengadaan Pipa DN 1000 mm GI meter 280 11,550,000 3,234,000,000
4 Pengadaan Pipa DN 800 mm GI meter 420 7,700,000 3,234,000,000
5 Pengadaan Pipa DN 600 mm GI meter 700 4,400,000 3,080,000,000
6 Pengadaan Pipa DN 250 mm GI meter 1400 1,405,360 1,967,504,000
7 Pengadaan Pipa DN 200 mm GI meter 260 719,583 187,091,580
8 Pemasangan Pompa dan Pipa paket 1 125,000,000 125,000,000
Jumlah 12,116,795,580
III Pekerjaan PemasanganTurbin dan WTP
1 Pengadaan Turbin dan Kelengkapan Unit 1 1,650,000,000 1,650,000,000
2 Pengadaan WTP kapasitaa 0,040 m³/dtk Unit 1 3,750,000,000 3,750,000,000
Jumlah 5,400,000,000
Total Biaya 21,604,551,103
PPN 10 % 2,160,455,110
RAB Pembangunan Unit Air Baku Ngarai
23,765,006,213
Sianok
Sumber : Hasil Perhitungan
A. Kehilangan Air
Pada awalnya, istilah yang digunakan adalah Unaccounted for Water (UFW). Istilah
Unaccounted for Water (UFW) pada masa lalu telah dipakai secara luas. Secara
sederhana UFW juga diartikan sebagai Kehilangan Air. Tidak ada yang mendefinisikan
UFW secara detil sehingga pemahaman pelaku air minum mengenai UFW menjadi
sangat luas dan beragam. Istilah UFW kemudian digantikan oleh NRW yaitu Non-
Revenue Water atau dapat di Bahasa Indonesiakan sebagai Kehilangan Air.
Pengindonesiaan ini dipilih karena definisi dari Kehilangan Air (Water Losses) adalah
selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan jumlah air yang
dikonsumsi.
Kehilangan air = Jumlah Air Yang Dipasok – Jumlah Air Yang Dikonsumsi
Tingkat Kehilangan Air adalah persentase perbandingan antara kehilangan air dan jumlah
air yang dipasok ke dalam jaringan perpipaan air.
Kehilangan Air
Tingkat Kehilangan air = ________________________ X 100 %
Jumlah Air yang Dipasok
Dengan demikian, dapat dikatakan NRW mencakup pemahaman kehilangan air dan
tingkat kehilangan air. Pergantian peristilahan dari UFW ke NRW terjadi mulai tahun
2000, ketika istilah NRW direkomendasikan oleh International Water Association (IWA)
pada Tahun 2000 melalui Manual of Best Practice: Performance Indicators for Water
Supply Services yang diterbitkan oleh IWA Publishing Tahun 2000.
B. Kebocoran Air
Kehilangan air atau NRW berbeda dengan Kebocoran Air (Water Leakage). Pengertian
kebocoran air dapat dikatakan lebih sempit dari kehilangan air. Dari referensi (text book )
penulis sering menjumpai istilah water leakage, yang diartikan kebocoran air dan
biasanya istilah water leakage sering diilustrasikan dengan gambar pipa bocor. Oleh
sebab itu water leakage atau kebocoran air lebih tepat digunakan untuk kehilangan air
secara fisik/teknis saja. Mengikuti pemahaman internasional, maka terdapat dua jenis
kehilangan air, yaitu:
1) Kehilangan air pada sistim distribusi, termasuk di dalamnya kebocoran pipa, joint,
fitting, kebocoran pada tangki dan reservoir, air yang melipah keluar dari reservoir,
dan open-drain atau sistem blow-offs yang tidak memadai. Kehilangan ini disebut
sebagai real losses (Thornton, dkk, 2008,5) atau disebut sebagai kehilangan teknis.
Kehilangan teknis difahami sebagai kehilangan air secara fisik dari sistem yang
bertekanan, sampai dengan titik meter air pelanggan. Volume kehilangan tahunan
berdasarkan semua tipe kebocoran, pipa pecah dan limpasan tergantung pada
frekuensi, debit, dan rata-rata lamanya kebocoran individu. Dengan catatan, meskipun
kehilangan air secara fisik yang terjadi setelah meter air pelanggan adalah tidak
termasuk dalam perhitungan Kehilangan Air Teknis, namun tetap berarti, sehingga
perlu diperhatikan dalam pengelolaan kebutuhan air.
Dengan demikian kehilangan air dapat didefinisikan sebagai selisih antara volume yang
masuk ke dalam sistem dan konsumsi resmi dengan volume air yang ditagihkan kepada
pelanggan. Kehilangan air harus benar-benar dipertimbangkan sebagai bagian dari
volume total untuk semua sistem, atau untuk sebagian sistem seperti pipa induk air baku,
transmisi dan distribusi. Pada setiap kasus, komponen perhitungan akan disesuaikan
dengan kebutuhan. Mengacu pada dua jenis kehilangan air tersebut di atas, real losses
disebut sebagai kehilangan teknis atau technical losses atau NRW teknis, sementara
apparent losses disebut sebagai kehilangan komersial atau commercial losses atau NRW
komersial. NRW merupakan leveraging factor tertinggi di dalam penyelenggaraan
pelayanan air, karena memberikan kontribu si secara komprehensif. Mulai dari kontribusi
kepada pelanggan, kepada pendapatan usaha, kepada konservasi lingkungan, hingga
penerimaan publik, dan akhirnya m emberikan sebuah kinerja dari pelayanan penyediaan
air yang aman dan terjamin. Tantangan kedepan adalah kesediaan meletakkan NRW
sebagai isu utama dalam kinerja pelayanan air PAM di Indonesia. Sebuah model analisis
kualitas kesehatan pelayanan PDAM dengan melihat dari tingkat kehilangan airnya,
sebagai berikut:
Tabel VII-3
Analisis Kualitas Kesehatan Pelayanan PAM dari Indikator NRW
Model Firdaus Ali (2009)
Tingkat Kehilangan Air
Kondisi Kesehatan Tindakan “Medis” Diperlukan
(NWR)
0 % - 10% Sehat Hidup Seperti Bias
10 % – 15% Kurang Sehat Hati-hati. Pola Makan harus Diatur
15 % - 20 % Tidak Sehat Berobat ke dokter
20 % - 25 % Sakit Rawat Inap
Di atas 25% Stroke ICCU
Model di atas sebenarnya dapat digunakan untuk menilai sejauh mana kualitas
kesehatan pelayanan dari PDAM. Mengapa demikian? Alasan pertama, untuk bisnis
private goods, maka toleransi yang tertinggi akan business loss adalah 10% dari total
produksi. Sama seperti hitungan untuk biaya tidak terduga. Untuk bisnis yang public
goods, khususnya pelayanan air PDAM, maka toleransi tertinggi adalah 20%, dan
toleransi ekstrem adalah 25%. Untuk 25% pun masih dapat didetilkan, di mana 15%
adalah kebocoran teknis dan 10% adalah kebocoran komersial. Lebih dari toleransi itu,
maka publik dibebani oleh biaya inefisiensi bisnis yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan, baik secara moral maupun secara proses bisnis yang wajar dan bertanggung
jawab.
Berdasarkan asumsi teori economic stock con trol (Fan tozzi dan Lam bert, 2005), maka
frekuensi tindakan pengendalian kebocoran yang ekonomis dicapai bila biaya tindakan
secara penuh (termasuk perbaikan sama besar dengan harga air yang hilang sebelum
tindakan. Untuk itu perlu dikaji sejauh mana level kebocoran yang ingin dicapai masih
cukup layak secara ekonomi. Target kebocoran dapat ditetapkan berdasarkan economic
level of leakage, yang merupakan nilai terendah dari total biaya kehilangan air (biaya
produksi air yang hilang) dan biaya pengendalian kebocoran secara aktif (ALC). Tingkat
kebocoran yang ekonomis.
Dari deskripsi singkat di atas, pembangunan sistem zona dan sub zona (District Meter
Area DMA) dan improvement kondisi yang di bangun, merupakan satu diantara upaya
penting dalam menurunkan kehilangan air di PDAM Kota Bukittinggi. Secara menyeluruh,
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara berurut disajikan dibawah ini.
Gambar 7.12
Tingkat Kebocoran Yang Ekonomis
Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air
secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal,
dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang
b. Menjaga meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik
c. Peralatan deteksi kebocoran serta peralatan untuk melakukan perbaikan
d. Zona-zona distribusi/pelyanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan
kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan
e. SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan
perpipaan
f. SOP untuk O&M perpipaan
Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
Program rehabilitasi dan program perluasan jaringan dalam zona pelayanan yang masih
kosong merupakan dua program yang saling berkaitan erat, karena air yang dihemat dari
program rehabilitasi dapat segera disalurkan ke konsumen baru di sekitarnya tanpa
membangun jaringan distribusi lagi. Di PDAM Kota Bukittinggi, program penurunan angka
kebocoran perlu ditekan sampai dengan nilai di 24 %. Diakhir perencanaan tahun 2035.
Program pengendalian kehilangan air dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan
hingga akhir perencanaan jangka panjang tahun 2035, dengan kegiatan antara lain :
1) Pemantapan data jaringan distribusi primer, skunder dan tersier.
2) Pemantapan data sambungan pelanggan.
1) Survey jaringan
Dalam kegiatan survey jaringan, kegiatan yang dikerjakan antara lain :
a. Menginventarisasi seluruh dokumen jaringan pipa yang ada di PDAM (termasuk
didalamnya jaringan pipa transmisi)
b. Membuat penomoran yang sistematis untuk semua junction dan node yang ada
dalam jaringan pipa
Dalam pembentukan zona pelayanan seringkali harus dipasang jalur pipa baru untuk
pemerataan tekanan dan normalisasi junction. Normalisasi junction dilakukan setelah
ada temuan dalam jaringan dan hasil survey jaringan.
zona pelayanan untuk memantau jumlah air yang mengalir dan dimanfaatkan di
masing-masing zona pelayanan.
7) Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan berdasarkan daftar yang disusun pada saat deteksi kehilangan
air dan program perbaikan kebocoran pipa dilaksanakan. Pelaksanaan perbaikan
kebocoran harus menggunakan fitting yang tepat. Rehabilitasi dilakukan untuk jalur-
jalur pipa yang nilai dan titik kebocorannya cukup besar dan dominan, serta tingkat
kerusakan pipa yang lebih parah.
Selain itu program yang dapat dilakukan dalam pengendalian kehlangan air adalah
membuat pilot project dengan membentuk satgas penanggulangan kebocoran dengan
kegiatan :
a. Melaksanakan program produksi kehilangan air baik didalam maupun diluar pilot
project, yang meliputi seluruh wilayah pelayanan PDAM
f. Mendeteksi lokasi kebocoran pada suatu jalur perpipaan dengan alat deteksi
kebocoran
Pelanggan adalah bagian penting dari PDAM, karena itu PDAM harus meningkatkan
komunikasi yang baik dengan pelanggan sehingga PDAM mengetahui opini pelanggan
dan pelanggan juga mengetahui gambaran yang jelas mengenai dukungan yang perlu
mereka berikan kepada PDAM, misalnya:
1) Kepuasan pelanggan atas pelayanan, baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitas
2) Keterjangkauan harga air bagi pelanggan dan alasan penetapan tarif
3) Pelayanan administrasi yang mudah baik dalam pembayaran rekening maupun dalam
proses penyambungan baru
4) Respon yang cepat dalam menangani keluhan yang disampaikan oleh pelanggan baik
yang bersifat teknis maupun admintrasi.
PDAM dapat melengkapi dan menyempurnakan buku pedoman atau buku panduan agar
penanganan masalah-masalah operasional baik yang rutin maupun yang tidak rutin dapat
tertangani dengan baik, seragam dan konsisten tanpa menutup berkembanganya
kreativitas positif. Buku pedoman yang perlu disusun antara lain :
1) Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Bab VIII
RENCANA PENDANAAN/INVESTASI
Kebutuhan investasi dalam upaya pengembangan air minum terkadang sulit untuk
didapat namun mutlak dan wajib dipenuhi. Sebagai perencana pengembangan
khususnya pengembangan air minum, perencanaan investasi juga perlu diupayakan lebih
awal tepatnya dalam studi Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (RIPSPAM), sesuai dengan pedoman dan arahan yang tertuang
dalam Permen PU No 18 Tahun 2007, agar suatu perencanaan pengembangan dapat
berjalan sempurna. Kebutuhan air minum adalah kebutuhan dasar setiap manusia yang
selayaknya harus dipenuhi. Kebutuhan investasi pengembangan air minum yang besar
tapi sulit untuk mendapatkan pendanaannya namun di lain pihak harus dipenuhi
mendorong seorang perencana RISPAM untuk mencari alternatif sumber pendanaannya
dengan tidak mengabaikan kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi apabila
sumber dana didapatkan dan dipakai dalam investasi air minum. Atas dasar pemikiran
tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber pendanaan diperlukan berbagai
kajian tentang sumber – sumber dana investasi dan alternatif – alternatif atau opsi –opsi
sumber pendanaan dengan mempertimbangkan aturan dan tata tertib yang ada, alternatif
sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah:
1. Internal Cash
Alternatif ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan didanai dengan
keuangan dari hasil operasional.
Pada intinya semua alternatif perlu dipertimbangkan, mengingat kondisi kinerja PDAM
sebagai operator dan daerah sebagai pemilik SPAM. Diperlukan juga pertimbangan
peraturan terkait, yaitu skema pendanaan sistem penyediaan air minum, dimana pola
investasi untuk pengembangan pada unit air baku sampai unit produksi didanai oleh
pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai oleh APBN pusat melalui Direktoran
Jenderal Sumber Daya Air, dan unit produksi melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Sedangkan unit distribusi didanai ioleh daerah, dimana dari distribusi utama/primer
sampai distribusi sekunder oleh APBD Provinsi dan dari distribusi sekunder sampai
tersier atau pelanggan oleh APBD Kabupaten/Kota dan atau swadaya. Secara skematik
dapat dilihat pada gambar berikut:
Tabel VIII-1
Rencana Anggaran Biaya Pengembangan SPAM Kota Bukittinggi
Tahun Anggaran
Harga Satuan Jumlah Harga Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume 2016- 2021- 2026- 2031-
(Rp.) (Rp. ) Pendanaan
2020 2025 2030 2035
I OPTIMALISASI DAN REHABILITASI
A UNIT AIR BAKU
1 Pembangunan intake dan pengadaan pompa di Batang Paket
Ngarai Sianok 1 12,288,674,500 12,288,674,500 √ APBN
B UNIT PRODUKSI
1 Program optimalisasi unit produksi: rehabilitasi dan Paket 1
pemindahan IPA Belakang Balok kap.40 l/dt dan pembuatan
2,500,000,000 2,500,000,000 √ APBN
intake baru di tabek gadang
C UNIT DISTRIBUSI
1 Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm GIP-150 mm Meter 7,394 703,954 5,205,035,000 √ APBN
HDPE dari Broncaptering sungai tanang-simpang atas
Ngarai
2 Meter 2,615 665,050 1,739,105,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP-200 mm
HDPE dari reservoar Bengkawas-simpang Kantor CPM
3 Meter 700 513,700 359,590,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 200 mm ACP- 200
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
4 Meter 10,400 353,700 3,678,480,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 150 mm PVC-150 mm
HDPE dalam Kota Bukittinggi
5 Meter 4,550 230,600 1,049,230,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 100 mm PVC/GIP-DN
100 mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
6 Meter 36,828 330,000 12,153,240,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi utama DN 75 mm GIP-DN 75
mm HDPE dalam Kota Bukittinggi
7 Meter 6,000 232,000 1,392,000,000 √ APBN
Penggantian pipa distribusi DN 53 mm GIP- DN 53mm
HDPE dalam Kota Bukittinggi
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Distribusi 25,576,680,000
D UNIT PELAYANAN
Unit 3,000 400,000 1,200,000,000 √ √ APBD
Penggantian water meter pelanggan yang rusak lokasi di
1
Kec.Guguk Panjang, Aur Birugo Tigo Baleh, Mandiangin)
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Pelayanan 1,200,000,000
Salah satu kegunaan proyeksi keuangan adalah untuk memprediksi kondisi kinerja
keuangan suatu perusahaan/lembaga/swadaya masyarakat sebagai penerima dana
selama beberapa tahun ke depan, dengan memperhatikan aspek lain yang berkaitan
seperti aspek teknik ataupun aspek manajemen.
Proyeksi keuangan yang digunakan adalah proyeksi keuangan yang telah ditetapkan
untuk dapat digunakan suatu perusahaan/BUMD/PDAM dalam meningkatkan optimalisasi
dan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Namun proyeksi keuangan juga
digunakan untuk melihat seberapa besar harga air didapat jika pendanaan dikeluarkan
pada suatu kelembagaan tersebut. Dengan kata lain, untuk melihat dampak penentuan
suatu harga yang akan ditetapkan terhadap kinerja keuangan pengelola yang
diberlakukan.
Proyeksi keuangan juga digunakan untuk melihat suatu nilai investasi dari proyek yang
bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan
terhadap investasi yang dikeluarkan, dengan melihat indikasi biaya dan pola investasi
yang dihitung dalam bentuk nilai sekaran (present value) dan harus dikonversikan
menjadi nilai masa datan (future value), berdasarkan metode analisis financial, serta
sudah menghitung kebutuhan biaya untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Dalam perhitungan proyeksi keuangan diperlukan asumsi-asumsi yang akan
berpengaruh langsung maupun tidak terhadap hasil perhitungan/analisis. Kelayakan
suatu proyek/investasi yang juga diperlukan sebagai gambaran dari dampak pengguna
sejumlah investasi. Dimana dengan melihat nilai IRR (Internal Rate Return) dan NPV (Net
Present Value) yang dibandingkan dengan Discount Factor (DF) atau tingkat bunga
acuan antar bank.
Program-program yang telah ditetapkan perlu dievaluasi kelayakannya dari sisi keuangan
agar bisa diperhitungkan bahwa secara finansial program -program tersebut akan mampu
dilaksanakan oleh perusahaan. Kelayakan pelaksanaan program diperhitungkan dengan
memasukkan anggaran masing-masing program dalam simulasi proyeksi keuangan.
Perhitungan secara detil dalam bentuk simulasi kronologis pembiayaan per tahun
disajikan pada bagian lampiran laporan ini.
8.3.1. Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-2
Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Cash In Cash Out
Tahun Tahun ke- Kas Bersih OPEX
Total Pendapatan HPP Kas Bersih
Kumulatif Investment APBD Pajak Total
2016 1 9.007.163.304 3.641.426.880 5.365.736.424 5.365.736.424 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2017 2 11.087.110.465 4.478.843.460 6.608.267.005 11.974.003.428 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2018 3 15.911.904.859 5.887.909.170 10.023.995.689 21.997.999.117 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2019 4 18.630.812.708 6.889.113.660 11.741.699.048 33.739.698.165 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2020 5 28.614.668.773 9.692.624.027 18.922.044.746 52.661.742.911 39.206.698.480 2.005.000.000 4.121.169.848 41.211.698.480
2021 6 29.283.492.291 9.912.820.117 19.370.672.174 72.032.415.085 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2022 7 35.942.276.725 11.146.166.254 24.796.110.471 96.828.525.556 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2023 8 36.744.362.701 11.388.230.379 25.356.132.322 122.184.657.878 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2024 9 45.056.039.760 12.793.407.321 32.262.632.439 154.447.290.317 35.382.665.000 1.200.000.000 3.658.266.500 36.582.665.000
2025 10 51.808.985.147 13.059.677.858 38.749.307.289 193.196.597.606 35.382.665.000 - 3.538.266.500 35.382.665.000
2026 11 63.471.131.579 14.658.634.938 48.812.496.641 242.009.094.247 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2027 12 64.771.480.981 14.951.624.232 49.819.856.749 291.828.950.996 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2028 13 79.286.196.460 16.769.074.878 62.517.121.581 354.346.072.577 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2029 14 80.846.127.348 17.091.262.229 63.754.865.119 418.100.937.696 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2030 15 98.888.442.030 19.155.016.457 79.733.425.572 497.834.363.268 9.249.700.000 - 924.970.000 9.249.700.000
2031 16 100.759.773.023 19.509.311.583 81.250.461.440 579.084.824.708 - - -
2032 17 123.158.028.106 21.850.089.436 101.307.938.671 680.392.763.379 - - -
2033 18 125.405.735.161 22.240.180.242 103.165.554.919 783.558.318.298 - - -
2034 19 153.077.976.510 24.893.029.630 128.184.946.880 911.743.265.178 - - -
2035 20 155.760.445.608 25.321.995.255 130.438.450.353 1.042.181.715.531 - - -
8.3.2. Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-3
Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
8.3.3. Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-4
Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Cash In Cash Out
Tahun Discount Factor OPEX Discount Factor
Total Pendapatan NPV Investment Pajak Total NPV
6,50% APBD HPP 6,50%
2016 9.007.163.304 0,938967136 8.457.430.332 39.206.698.480 2.005.000.000 3.641.426.880 4.121.169.848 40.731.955.512 0,938967136 38.245.967.617
2017 11.087.110.465 0,881659283 9.775.053.860 39.206.698.480 2.005.000.000 4.478.843.460 4.121.169.848 41.569.372.092 0,881659283 36.650.022.784
2018 15.911.904.859 0,827849092 13.172.655.986 39.206.698.480 2.005.000.000 5.887.909.170 4.121.169.848 42.978.437.802 0,827849092 35.579.660.701
2019 18.630.812.708 0,777323091 14.482.160.920 39.206.698.480 2.005.000.000 6.889.113.660 4.121.169.848 43.979.642.292 0,777323091 34.186.391.483
2020 28.614.668.773 0,729880837 20.885.298.381 39.206.698.480 2.005.000.000 9.692.624.027 4.121.169.848 46.783.152.659 0,729880837 34.146.126.598
2021 29.283.492.291 0,685334119 20.068.976.384 35.382.665.000 1.200.000.000 9.912.820.117 3.658.266.500 42.837.218.617 0,685334119 29.357.807.473
2022 35.942.276.725 0,643506215 23.129.078.448 35.382.665.000 1.200.000.000 11.146.166.254 3.658.266.500 44.070.564.754 0,643506215 28.359.682.311
2023 36.744.362.701 0,604231188 22.202.089.914 35.382.665.000 1.200.000.000 11.388.230.379 3.658.266.500 44.312.628.879 0,604231188 26.775.072.375
2024 45.056.039.760 0,567353228 25.562.689.591 35.382.665.000 1.200.000.000 12.793.407.321 3.658.266.500 45.717.805.821 0,567353228 25.938.144.702
2025 51.808.985.147 0,532726036 27.599.995.262 35.382.665.000 - 13.059.677.858 3.538.266.500 44.904.076.358 0,532726036 23.921.570.577
2026 63.471.131.579 0,50021224 31.749.036.898 9.249.700.000 - 14.658.634.938 924.970.000 22.983.364.938 0,50021224 11.496.560.457
2027 64.771.480.981 0,469682854 30.422.054.070 9.249.700.000 - 14.951.624.232 924.970.000 23.276.354.232 0,469682854 10.932.504.495
2028 79.286.196.460 0,441016765 34.966.541.847 9.249.700.000 - 16.769.074.878 924.970.000 25.093.804.878 0,441016765 11.066.788.641
2029 80.846.127.348 0,414100249 33.478.401.428 9.249.700.000 - 17.091.262.229 924.970.000 25.415.992.229 0,414100249 10.524.768.699
2030 98.888.442.030 0,388826524 38.450.449.222 9.249.700.000 - 19.155.016.457 924.970.000 27.479.746.457 0,388826524 10.684.854.308
2031 100.759.773.023 0,365095328 36.786.922.392 - - 19.509.311.583 19.509.311.583 0,365095328 7.122.758.514
2032 123.158.028.106 0,342812515 42.220.113.316 - - 21.850.089.436 21.850.089.436 0,342812515 7.490.484.105
2033 125.405.735.161 0,321889685 40.366.812.604 - - 22.240.180.242 22.240.180.242 0,321889685 7.158.884.615
2034 153.077.976.510 0,302243836 46.266.874.797 - - 24.893.029.630 24.893.029.630 0,302243836 7.523.764.760
2035 155.760.445.608 0,283797029 44.204.351.687 - - 25.321.995.255 25.321.995.255 0,283797029 7.186.307.020
8.3.4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tabel VIII-5
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Tahun
Tahun Investasi HPP Total Cost Benefit DF 6,5% PV Cost PV Benefit
ke-
2016 1 41.211.698.480 3.641.426.880 44.853.125.360 5.365.736.424 0,938967136 42.115.610.667 5.038.250.163
2017 2 41.211.698.480 4.478.843.460 45.690.541.940 6.608.267.005 0,881659283 40.283.490.436 5.826.239.948
2018 3 41.211.698.480 5.887.909.170 47.099.607.650 10.023.995.689 0,827849092 38.991.367.417 8.298.355.727
2019 4 41.211.698.480 6.889.113.660 48.100.812.140 11.741.699.048 0,777323091 37.389.871.967 9.127.093.797
2020 5 41.211.698.480 9.692.624.027 50.904.322.507 18.922.044.746 0,729880837 37.154.089.494 13.810.837.848
2021 6 36.582.665.000 9.912.820.117 46.495.485.117 19.370.672.174 0,685334119 31.864.942.321 13.275.382.545
2022 7 36.582.665.000 11.146.166.254 47.728.831.254 24.796.110.471 0,643506215 30.713.799.539 15.956.451.192
2023 8 36.582.665.000 11.388.230.379 47.970.895.379 25.356.132.322 0,604231188 28.985.511.087 15.320.965.947
2024 9 36.582.665.000 12.793.407.321 49.376.072.321 32.262.632.439 0,567353228 28.013.674.009 18.304.308.653
2025 10 35.382.665.000 13.059.677.858 48.442.342.858 38.749.307.289 0,532726036 25.806.497.262 20.642.764.851
2026 11 9.249.700.000 14.658.634.938 23.908.334.938 48.812.496.641 0,50021224 11.959.241.772 24.416.608.281
2027 12 9.249.700.000 14.951.624.232 24.201.324.232 49.819.856.749 0,469682854 11.366.947.045 23.399.532.523
2028 13 9.249.700.000 16.769.074.878 26.018.774.878 62.517.121.581 0,441016765 11.474.715.918 27.571.098.697
2029 14 9.249.700.000 17.091.262.229 26.340.962.229 63.754.865.119 0,414100249 10.907.799.006 26.400.905.491
2030 15 9.249.700.000 19.155.016.457 28.404.716.457 79.733.425.572 0,388826524 11.044.507.178 31.002.470.747
2031 16 - 19.509.311.583 19.509.311.583 81.250.461.440 0,365095328 7.122.758.514 29.664.163.879
2032 17 - 21.850.089.436 21.850.089.436 101.307.938.671 0,342812515 7.490.484.105 34.729.629.211
2033 18 - 22.240.180.242 22.240.180.242 103.165.554.919 0,321889685 7.158.884.615 33.207.927.989
2034 19 - 24.893.029.630 24.893.029.630 128.184.946.880 0,302243836 7.523.764.760 38.743.110.037
2035 20 - 25.321.995.255 25.321.995.255 130.438.450.353 0,283797029 7.186.307.020 37.018.044.667
8.3.5. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Gambar 8.1.
Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN dan APBD
Gambar 8.1. merupakan grafik biaya produksi air, pendapatan, dan investasi tahun 2016
– 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN dan APBD. Pada Gambar tersebut
dapat diketahui bahwa sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2030 merupakan periode
investasi dengan diawali investasi senilai Rp41.211.698.480 secara berturut-turut nilainya
mengecil pada tahun 2030 senilai Rp9.249.700.000. Pada tahun 2031-2035 tidak
terdapat investasi lagi dan diperkirakan proyek dapat berjalan normal sebagaimana yang
diharapkan. Pada tahun-tahun investasi tersebut nilai pendapatan semakin membaik,
bahkan meningkat secara signifikan setelah tahun 2023. Peningkatan ini dimungkinkan
karena seluruh instalasi proyek telah berjalan dengan baik setelah dilakukan berbagai
perbaikan jaringan, berupa perbaikan teknis (optimalisasi, rehabilitasi, dan ekspansi),
serta perbaikan unit produksi. Perbaikan teknis dan unit produksi tersebut juga
berdampak pada efisiensi biaya produksi yang cenderung stabil dari tahun ke tahun mulai
tahun 2016 sampai dengan 2035. Kenaikan biaya produksi yang terjadi sepanjang tahun
2016 sampai dengan 2035 diperkirakan terjadi sekitar 10% saja, yang merupakan nilai
yang wajar untuk mengantisipasi biaya kemahalan yang terjadi dari tahun ke tahun
sebagai dampak inflasi. Gambar 8.1. menunjukkan pergerakan biaya produksi air,
pendapatan, dan investasi sepanjang tahun 2016 sampai 2035 yang menunjukkan
program pendanaan yang layak.
Pada bagian berikutnya akan dibahas tentang skenario pembiayaan kedua, dalam hal ini
investasi tahun 2016 – 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN dan APBD,
serta penyertaan modal dari PDAM. Pada skenario kedua ini tidak sepenuhnya
pendapatan dinikmati, namun sebagian disisihkan sebagai penyertaan modal sebesar
Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035. Berdasarkan skenario
kedua ini dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Pay Back Periode (PB) menunjukkan
investasi akan dapat kembali nilai ekonomisnya dalam jangka waktu 14 tahun 5 bulan.
Hasil ini menunjukkan periode pengumpulan nilai ekonomis yang dua bulan lebih panjang
ketimbang skenario pertama. Dalam hal ini investasi tersebut akan dapat dinikmati
manfaatnya secara finansial pada pertengahan tahun 2020. Berdasarkan hasil
perhitungan internal rate of returns (IRR) diperoleh kesimpulan bahwa nilai investasi
tersebut adalah 8%, berarti nilai proyek tersebut masih di atas nilai bunga Bank Indonesia
(BI Rate) senilai 7,5% pada bulan November 2015. Berdasarkan hasil perhitungan Net
Present Value (NPV) diperoleh nilai yang positif, yang menyatakan bahwa investasi
tersebut layak untuk diimplementasikan. Hasil perhitungan BCR diperoleh hasil yang
marginal dengan kualitas hasil yang sedikit lebih rendah, dalam hal ini BCR=0,95. Berikut
ini adalah tabel-tabel yang menggambarkan skenario kedua tentang pendanaan:
8.3.6. Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Tabel VIII-6
Pay Back Perode pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Cash In Cash Out
Tahun Tahun ke- Penyertaan Penyertaan
Total Pendapatan HPP Kas Bersih Kas Bersih Kumulatif Investment APBD Pajak Total
Modal Modal
2016 1 9.007.163.304 2.500.000.000 3.641.426.880 2.865.736.424 2.865.736.424 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2017 2 11.087.110.465 2.500.000.000 4.478.843.460 4.108.267.005 6.974.003.428 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2018 3 15.911.904.859 2.500.000.000 5.887.909.170 7.523.995.689 14.497.999.117 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2019 4 18.630.812.708 2.500.000.000 6.889.113.660 9.241.699.048 23.739.698.165 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2020 5 28.614.668.773 2.500.000.000 9.692.624.027 16.422.044.746 40.161.742.911 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.371.169.848 43.711.698.480
2021 6 29.283.492.291 2.500.000.000 9.912.820.117 16.870.672.174 57.032.415.085 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2022 7 35.942.276.725 2.500.000.000 11.146.166.254 22.296.110.471 79.328.525.556 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2023 8 36.744.362.701 2.500.000.000 11.388.230.379 22.856.132.322 102.184.657.878 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2024 9 45.056.039.760 2.500.000.000 12.793.407.321 29.762.632.439 131.947.290.317 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 3.908.266.500 39.082.665.000
2025 10 51.808.985.147 2.500.000.000 13.059.677.858 36.249.307.289 168.196.597.606 35.382.665.000 2.500.000.000 - 3.788.266.500 37.882.665.000
2026 11 63.471.131.579 2.500.000.000 14.658.634.938 46.312.496.641 214.509.094.247 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2027 12 64.771.480.981 2.500.000.000 14.951.624.232 47.319.856.749 261.828.950.996 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2028 13 79.286.196.460 2.500.000.000 16.769.074.878 60.017.121.581 321.846.072.577 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2029 14 80.846.127.348 2.500.000.000 17.091.262.229 61.254.865.119 383.100.937.696 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2030 15 98.888.442.030 2.500.000.000 19.155.016.457 77.233.425.572 460.334.363.268 9.249.700.000 2.500.000.000 - 1.174.970.000 11.749.700.000
2031 16 100.759.773.023 2.500.000.000 19.509.311.583 78.750.461.440 539.084.824.708 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2032 17 123.158.028.106 2.500.000.000 21.850.089.436 98.807.938.671 637.892.763.379 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2033 18 125.405.735.161 2.500.000.000 22.240.180.242 100.665.554.919 738.558.318.298 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2034 19 153.077.976.510 2.500.000.000 24.893.029.630 125.684.946.880 864.243.265.178 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
2035 20 155.760.445.608 2.500.000.000 25.321.995.255 127.938.450.353 992.181.715.531 - 2.500.000.000 - 250.000.000 2.500.000.000
8.3.7. Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Tabel VIII-6
Internal Rate of Returns pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
8.3.8. Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Tabel VIII-6
Net Present Value pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal
Cash In Cash Out
OPEX
Tahun Penyertaan Pendapatan Discount Factor Discount Factor
Total Pendapatan NPV Investment Penyertaan Pajak Total NPV
Modal Bersih 6,5% 6,5%
Modal APBD HPP
2016 9.007.163.304 - 9.007.163.304 0,938967136 8.457.430.332 39.206.698.480 - 2.005.000.000 3.641.426.880 4.121.169.848 40.731.955.512 0,938967 38.245.967.617
2017 11.087.110.465 2.500.000.000 8.587.110.465 0,881659283 7.570.905.653 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 4.478.843.460 4.371.169.848 43.819.372.092 0,881659 38.633.756.170
2018 15.911.904.859 2.500.000.000 13.411.904.859 0,827849092 11.103.033.257 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 5.887.909.170 4.371.169.848 45.228.437.802 0,827849 37.442.321.158
2019 18.630.812.708 2.500.000.000 16.130.812.708 0,777323091 12.538.853.193 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 6.889.113.660 4.371.169.848 46.229.642.292 0,777323 35.935.368.437
2020 28.614.668.773 2.500.000.000 26.114.668.773 0,729880837 19.060.596.289 39.206.698.480 2.500.000.000 2.005.000.000 9.692.624.027 4.371.169.848 49.033.152.659 0,729881 35.788.358.480
2021 29.283.492.291 2.500.000.000 26.783.492.291 0,685334119 18.355.641.087 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 9.912.820.117 3.908.266.500 45.087.218.617 0,685334 30.899.809.240
2022 35.942.276.725 2.500.000.000 33.442.276.725 0,643506215 21.520.312.911 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 11.146.166.254 3.908.266.500 46.320.564.754 0,643506 29.807.571.294
2023 36.744.362.701 2.500.000.000 34.244.362.701 0,604231188 20.691.511.945 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 11.388.230.379 3.908.266.500 46.562.628.879 0,604231 28.134.592.547
2024 45.056.039.760 2.500.000.000 42.556.039.760 0,567353228 24.144.306.521 35.382.665.000 2.500.000.000 1.200.000.000 12.793.407.321 3.908.266.500 47.967.805.821 0,567353 27.214.689.464
2025 51.808.985.147 2.500.000.000 49.308.985.147 0,532726036 26.268.180.173 35.382.665.000 2.500.000.000 - 13.059.677.858 3.788.266.500 47.154.076.358 0,532726 25.120.204.157
2026 63.471.131.579 2.500.000.000 60.971.131.579 0,50021224 30.498.506.298 9.249.700.000 2.500.000.000 - 14.658.634.938 1.174.970.000 25.233.364.938 0,500212 12.622.037.997
2027 64.771.480.981 2.500.000.000 62.271.480.981 0,469682854 29.247.846.934 9.249.700.000 2.500.000.000 - 14.951.624.232 1.174.970.000 25.526.354.232 0,469683 11.989.290.918
2028 79.286.196.460 2.500.000.000 76.786.196.460 0,441016765 33.863.999.935 9.249.700.000 2.500.000.000 - 16.769.074.878 1.174.970.000 27.343.804.878 0,441017 12.059.076.362
2029 80.846.127.348 2.500.000.000 78.346.127.348 0,414100249 32.443.150.806 9.249.700.000 2.500.000.000 - 17.091.262.229 1.174.970.000 27.665.992.229 0,414100 11.456.494.258
2030 98.888.442.030 2.500.000.000 96.388.442.030 0,388826524 37.478.382.911 9.249.700.000 2.500.000.000 - 19.155.016.457 1.174.970.000 29.729.746.457 0,388827 11.559.713.988
2031 100.759.773.023 2.500.000.000 98.259.773.023 0,365095328 35.874.184.072 - 2.500.000.000 - 19.509.311.583 250.000.000 21.759.311.583 0,365095 7.944.223.002
2032 123.158.028.106 2.500.000.000 120.658.028.106 0,342812515 41.363.082.029 - 2.500.000.000 - 21.850.089.436 250.000.000 24.100.089.436 0,342813 8.261.812.263
2033 125.405.735.161 2.500.000.000 122.905.735.161 0,321889685 39.562.088.391 - 2.500.000.000 - 22.240.180.242 250.000.000 24.490.180.242 0,321890 7.883.136.407
2034 153.077.976.510 2.500.000.000 150.577.976.510 0,302243836 45.511.265.208 - 2.500.000.000 - 24.893.029.630 250.000.000 27.143.029.630 0,302244 8.203.813.391
2035 155.760.445.608 2.500.000.000 153.260.445.608 0,283797029 43.494.859.115 - 2.500.000.000 - 25.321.995.255 250.000.000 27.571.995.255 0,283797 7.824.850.335
8.3.9. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal
Tabel VIII-7
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sensitivity analysis pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal
Tahun Penyertaan
Tahun Investasi HPP Total Cost Benefit DF 6,5% PV Cost PV Benefit
ke- Modal
2016 1 38.711.698.480 2.500.000.000 3.641.426.880 44.853.125.360 2.865.736.424 0,93897 42.115.610.667 2.690.832.323
2017 2 38.711.698.480 2.500.000.000 4.478.843.460 45.690.541.940 4.108.267.005 0,88166 40.283.490.436 3.622.091.741
2018 3 38.711.698.480 2.500.000.000 5.887.909.170 47.099.607.650 7.523.995.689 0,82785 38.991.367.417 6.228.732.998
2019 4 38.711.698.480 2.500.000.000 6.889.113.660 48.100.812.140 9.241.699.048 0,77732 37.389.871.967 7.183.786.069
2020 5 38.711.698.480 2.500.000.000 9.692.624.027 50.904.322.507 16.422.044.746 0,72988 37.154.089.494 11.986.135.757
2021 6 34.082.665.000 2.500.000.000 9.912.820.117 46.495.485.117 16.870.672.174 0,68533 31.864.942.321 11.562.047.248
2022 7 34.082.665.000 2.500.000.000 11.146.166.254 47.728.831.254 22.296.110.471 0,64351 30.713.799.539 14.347.685.655
2023 8 34.082.665.000 2.500.000.000 11.388.230.379 47.970.895.379 22.856.132.322 0,60423 28.985.511.087 13.810.387.978
2024 9 34.082.665.000 2.500.000.000 12.793.407.321 49.376.072.321 29.762.632.439 0,56735 28.013.674.009 16.885.925.583
2025 10 32.882.665.000 2.500.000.000 13.059.677.858 48.442.342.858 36.249.307.289 0,53273 25.806.497.262 19.310.949.762
2026 11 6.749.700.000 2.500.000.000 14.658.634.938 23.908.334.938 46.312.496.641 0,50021 11.959.241.772 23.166.077.681
2027 12 6.749.700.000 2.500.000.000 14.951.624.232 24.201.324.232 47.319.856.749 0,46968 11.366.947.045 22.225.325.387
2028 13 6.749.700.000 2.500.000.000 16.769.074.878 26.018.774.878 60.017.121.581 0,44102 11.474.715.918 26.468.556.786
2029 14 6.749.700.000 2.500.000.000 17.091.262.229 26.340.962.229 61.254.865.119 0,41410 10.907.799.006 25.365.654.870
2030 15 6.749.700.000 2.500.000.000 19.155.016.457 28.404.716.457 77.233.425.572 0,38883 11.044.507.178 30.030.404.436
2031 16 - 2.500.000.000 19.509.311.583 22.009.311.583 78.750.461.440 0,36510 8.035.496.834 28.751.425.558
2032 17 - 2.500.000.000 21.850.089.436 24.350.089.436 98.807.938.671 0,34281 8.347.515.392 33.872.597.924
2033 18 - 2.500.000.000 22.240.180.242 24.740.180.242 100.665.554.919 0,32189 7.963.608.828 32.403.203.776
2034 19 - 2.500.000.000 24.893.029.630 27.393.029.630 125.684.946.880 0,30224 8.279.374.349 37.987.500.448
2035 20 - 2.500.000.000 25.321.995.255 27.821.995.255 127.938.450.353 0,28380 7.895.799.592 36.308.552.095
8.3.5. Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD
dan Penyertaan Modal
Gambar 8.2.
Grafik Biaya Produksi Air, Pendapatan, dan Investasi Tahun 2016 – 2035 pada Skenario Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD,
dan Penyertaan Modal
Gambar 8.2. merupakan grafik biaya produksi air, pendapatan, dan investasi tahun 2016
– 2035 pada skenario pembiayaan dibiayai oleh APBN, APBD, dan Penyertaan Modal.
Pada Gambar tersebut dapat diketahui bahwa sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2030 merupakan periode investasi dengan diawali investasi senilai Rp38.711.698.480
secara berturut-turut nilainya mengecil sehingga pada tahun 2030 menjadi senilai
Rp6.749.700.000. Pada tahun 2031-2035 tidak terdapat investasi lagi. PDAM melakukan
penyertaan modal sebesar Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2035. Dalam grafik nampak nilai penyertaan modal yang konstan sepanjang tahun 2016
sampai dengan 2035.
Pada tahun 2031-2035 diperkirakan proyek dapat berjalan normal sebagaimana yang
diharapkan. Hasil ini tidak berbeda secara signifikan dari hasil perhitungan pada skenario
pertama. Pada tahun-tahun investasi tersebut nilai pendapatan semakin membaik, dan
tetap meningkat secara signifikan setelah tahun 2023. Sebagaimana hasil perhitungan
pada skenario pertama, peningkatan ini dimungkinkan karena seluruh instalasi proyek
telah berjalan dengan baik setelah dilakukan berbagai perbaikan jaringan, berupa
perbaikan teknis (optimalisasi, rehabilitasi, dan ekspansi), serta perbaikan unit produksi.
Perbaikan teknis dan unit produksi tersebut juga berdampak pada efisiensi biaya produksi
yang cenderung stabil dari tahun ke tahun mulai tahun 2016 sampai dengan 2035.
Kenaikan biaya produksi yang terjadi sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035
diperkirakan terjadi sekitar 10% saja, yang merupakan nilai yang wajar untuk
mengantisipasi biaya kemahalan yang terjadi dari tahun ke tahun sebagai dampak inflasi.
Gambar 8.2. menunjukkan pergerakan biaya produksi air, pendapatan, dan investasi
sepanjang tahun 2016 sampai 2035 yang menunjukkan program pendanaan yang layak.
Dalam hal ini pendanaan dibiayai melalui investasi dari sumber dana APBN, APBD, dan
Penyertaan Modal. Hasil berdasarkan skenario pertama dan kedua tidak berbeda secara
ekonomis, namun pada skenario kedua, PDAM melakukan penyertaan modal dengan
cara menyisihkan sebagian pendapatannya untuk diikutsertakan dalam pembiayaan
proyek senilai Rp2.500.000.000 sepanjang tahun 2016 sampai dengan 2035.
Keikutsertaan PDAM dalam penyertaan modal sepanjang tahun 2016 sampai dengan
2035 lebih kepada memberikan kontribusi terhadap aset internal PDAM dan komitmen
terhadap pembangunan daerah dan masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel VIII-2 Pay Back Perode Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN
Dan APBD ...................................................................................... VIII-9
Tabel VIII-3 Internal Rate of Returns Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN dan APBD ............................................................................ VIII-10
Tabel VIII-4 Net Present Value Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN dan APBD ............................................................................ VIII-11
Tabel VIII-5 Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Sensitivity Analysis Pada Skenario
Pembiayaan Dibiayai Oleh APBN dan APBD .................................. VIII-12
Tabel VIII-6 Pay Back Perode Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-15
Tabel VIII-7 Internal rate of Returns Paa Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-16
Tabel VIII-8 Net Present Value Pada Skenario Pembiayaan Dibiayai Oleh
APBN, APBD dan Penyertaan Modal .............................................. VIII-17
Tabel VIII-9 Benefit Ratio (B/C Ratio) Sensitivity Analysis Paa Skenario
Pembiayaan Dibiayai oleh APBN, APBD dan Penyertaan Modal .... VIII-18
Tabel IX-1 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi
Kondisi Bula Juli 2015 ..................................................................... IX-13
Tabel IX-2 Jumlah Pegawai PDAM Tirta Jam Gadang Kota Bukittinggi
Menurut Tingkat Pendidikan, Kondisi Bulan Juli 2015 ..................... IX-13
Tabel IX-3 Kebutuhan Karyawan Berdasarkan Pendidikam Unun .................... IX-14
Tabel IX-4 Usulan Kegiatan Pelatihan SDM ..................................................... IX-26
KATA PENGANTAR
Laporan ini memuat keseluruhan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dan
telah dibahas dalam beberapa kali pertemuan dengan Tim Teknis dan pihak terkait
lainnya. Diharapkan laporan ini menjadi salah-satu langkah untuk mewujudkan
penanggulangan kemiskinan daerah kota menjadi lebih baik.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Tim Teknis dan semua pihak yang telah
membantu proses pelaksanaan kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum Kota Bukittinggi ini.
Tim Penyusun,
PELAYANAN PENDUDUK
1. Jumlah Penduduk Jiwa 51,078 52,386 53,695 55,003 56,312 57,620 58,929 60,237 61,545 62,854 64,162 65,471 66,779 68,088 69,396 70,705 72,013 73,321 74,630 75,938 77,247
2. Penduduk Dilayani Jiwa 22,137 31,432 32,217 33,002 45,049 46,096 47,143 48,190 49,236 50,283 57,746 58,924 60,101 61,279 62,457 67,169 68,412 69,655 70,898 72,141 73,384
% 43.34 60 60 60 80 80 80 80 80 80 90 90 90 90 90 95 95 95 95 95 95
A PELAYANAN DOMESTIK
SAMBUNGAN RUMAH TANGGGA
1 Penduduk Terlayani Jiwa 12,561 26,717 27,384 28,052 38,292 39,182 40,071 40,961 41,851 42,741 49,084 50,085 51,086 52,087 53,088 60,452 61,571 62,690 63,809 64,927 66,046
% 0.57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Jumlah Sambungan Rumah Unit 2,512 5,343 5,477 5,610 7,658 7,836 8,014 8,192 8,370 8,548 9,817 10,017 10,217 10,417 10,618 12,090 12,314 12,538 12,762 12,985 13,209
3 Pemakaian Air Jiwa/Sambungan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
lt/org/hr 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 101 102 103 104 105 100 100 100
4 Kebutuhan Air lt/dt 15 31 32 32 44 45 46 47 48 49 57 58 59 61 63 72 74 76 74 75 76
m3/hr 1,256 2,672 2,738 2,805 3,829 3,918 4,007 4,096 4,185 4,274 4,908 5,009 5,109 5,261 5,415 6,227 6,403 6,582 6,381 6,493 6,605
B HIDRAN UMUM/KRAN UMUM
1 Penduduk Terlayani Jiwa 7,748 9,430 8,054 6,600 6,757 4,610 2,357 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Jumlah Sambungan HU/KU Unit 77 94 81 66 68 46 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Pemakaian Air Jiwa/Sambungan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
lt/org/hr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
lt/dt 3 3 3 2 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kebutuhan Air m3/hr 232 283 242 198 203 138 71 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Kebutuhan Domestik lt/dt 17 34 34 35 47 47 47 47 48 49 57 58 59 61 63 72 74 76 74 75 76
Kebutuhan Non Domestik (20%) Domestik) lt/dt 3 7 7 7 9 9 9 9 10 10 11 12 12 12 13 14 15 15 15 15 15
KAPASITAS RESERVOAR m3 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191 3,191
Sumber : Hasil Analisis 2015
Tabel VIII.1
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENGEMBANGAN SPAM KOTA BUKITTINGGI
Tahun Anggaran
Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp. ) Penanggung Jawab Keterangan
Pendanaan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
I. ASPEK TEKNIS (Optimalisasi, Rehabilitasi, ekspansi)
A UNIT AIR BAKU
1 Penambahan Kapasitas SumberAir Baku dari Batang Sianok
a Pembangunan intake, bendung, pengadaan pompa, dan Paket 1 5,906,155,523 5,906,155,523 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
turbin, Batang Ngarai Sianok
b Pembangunan IPA Ngarai Sianok Kapasitas 50 l/dt Paket 1 3,750,000,000 3,750,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
c Pembangunan IPA Kapasitas 2 x 250 l/dt Paket 1 12,925,000,000 12,925,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
d Pengadaan dan pemasangan pipa DN 100 mm GIP dari Meter 1,762 972,262 1,713,125,644 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
WTP Ngarai Sianok-Reservoar Panorama
2 Penambahan Kapasitas SumberAir Baku dari Sungai
Balingka (*)
a Pembangunan intake Balingka 100 l/dt Tahap I (*) Paket 1 2,250,125,000 2,250,125,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
b Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 50 l/dt (*) Paket 1 4,250,000,000 4,250,000,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
c Pengadaan dan pemasangan pipa DN 250 mm HDPE dari Meter 976 1,050,205 10,250,000,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
WTP Ballingka-reservoar Bengkawas (*)
d Pembagunan intake Balingka 300 l/dt Tahap II (*) Paket 1 3,125,450,000 3,125,450,000 √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
e Pembangunan WTP Kapasitas 2 x 150 l/dt (*) Paket 1 5,124,250,000 5,124,250,000 √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
3 Penggantian pipa transmisi
a Penggantiap pipa transmisi DN 300 mm ACP dengan DN Meter 2,253 1,446,160 3,258,198,480 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
300 mm HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-
Simpang Bengkawas
b Penggantian pipa transmisi Utama DN 300 mm ACP-300 Meter 2,622 1,279,450 3,354,717,900 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
mm HDPE dari Simpang Kapela-reservoar Bengkawas
c Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HPE-250 mm Meter 736 911.4 670,790,400 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-jembatan pipa
Sungai Tanang
d Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter 2,103 950.4 1,998,691,200 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Broncaptering Sungai Tanang-reservoar
Bengkawas
e Penggantian pipa transmisi DN 250 mm HDPE-250 mm Meter 1,390 1,124,000 1,562,360,000 √ √ √ √ √ APBN DPU dan PDAM Tentatif
HDPE dari Simpang tembok-reservoar Mandiangin
2 Pengembangan SPAM BJP (Pamsimas, lainnya) paket 20 250,000,000 250,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU Tentatif
Jumlah Kebutuhan Biaya Unit Pelayanan 1,450,000,000
TOTAL KEBUTUHAN BIAYA OPTIMALISASI DAN REHABILITASI 109,637,518,147
II. ASPEK NON TEKNIS
1 Legislasi dan sosialisasi
a Legislasi dan sosialisasi Perwako Bukittinggi tentang Paket 2 100,000,000 200,000,000 √ √ APBD Bagian Hukum dan DPU
RISPAM
2 Perencanaan -
a Studi Kelayakan, DED, perencanaan -
- Pengembangan SPAM Ngarai Sianok (FS, DED) Paket 1 750,000,000 750,000,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pemetaan potensi air tanah (geolistrik) (FS, DED) Paket 1 500,000,000 500,000,000 √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pemetaan JP PDAM dalam rangka revitalisasi Paket 1 750,000,000 750,000,000 √ √ √ √ √ APBD DPU dan PDAM
- Pengembangan SPAM BJP (Pamsimas/program Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ √ APBD DPU dan PDAM
lainnya)
b Penyususunan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL) Paket 4 250,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD BLH dan DPU Tentatif
Ngarai Sianok, dan lainnya
c Penyusunan Kebijakan Strategis Daerah (tindak lanjut Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ √ APBD DPU
RISPAM)
d Perizinan Paket 1 500,000,000 500,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU dan Badan Perizinan Tentatif
e Kerjasama antar daerah (KSAD)/kemitraan Paket 3 250,000,000 750,000,000 √ √ √ √ √ APBD Bagian Hukum dan DPU
f Penyusunan pengembangan kelembagaan dan SDM Paket 1 250,000,000 250,000,000 √ √ APBD Bagian Organisasi, DPU dan
SPAM PDAM
3 Pembinaan, Fasilitasi, Diklat -
a Pembinaan/fasilitasi penyelenggaraan SPAM Paket 20 50,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD DPU Tentatif
b Pelatihan dan pendampingan dalam pengendalian Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
kualitas air
c Pelatihan petugas penertiban rekening Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
d Penertiban sambungan liar Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
e Pelatihan petugas penera meter air Paket 1 100,000,000 100,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
f Pelatihan Busines Plan Paket 1 80,000,000 80,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
g Pelatihan manajemen pengelolaan asset Paket 1 65,000,000 65,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
h Pelatihan pemeliharaan mekanikal dan elektrikal Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
i Pelatihan operasional dan perawatan unit produksi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
j Pelatihan penanganan dan penurunan kebocoran Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
k Pelatihan komputerisasi dan IT untuk teknk dan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
keuangan
l Pelatihan manajem kualitas air Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
m Pelatihan penyusunan laporan keuangan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
n Pelatihan pengawasan pipa Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
o pelatihan operator genset Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
p Pelatihan teknik dan perencanaan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
q Pelatihan manajemen personalia dan SDM Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
r Pelatihan operasi instalasi pengolahan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
Tahun Anggaran
Sumber
No. Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan (Rp.) Jumlah Harga (Rp. ) Penanggung Jawab Keterangan
Pendanaan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
s Pelatihan unit distribusi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
t Pelatihan unit produksi Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
u Pelatihan pegawai administrasi dan keuangan Paket 1 50,000,000 50,000,000 √ APBD DPU dan PDAM
4 Monitoring dan Evaluasi
a Monitoring dan evaluasi RISPAM Paket 4 250,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ APBD Dinas PU dan PDAM
b Monitoring dan evaluasi SPAM Paket 20 50,000,000 1,000,000,000 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ APBD Dinas PU dan PDAM
Jumlah Biaya Aspek Non Teknis 9,395,000,000
TOTAL KEBUTUHAN BIAYA I + II 119,032,518,147
Keterangan :
(*) = Usulan Program SPAM Regional