Anda di halaman 1dari 14

Pedoman Perencanaan Lajur Khusus Pendakian

1 Ruang lingkup

Pedoman lajur khusus yang dimaksud adalah lajur khusus tanjakan dan keselamatan untuk
kendaraan terutama kendaraan berat.

2 Acuan normatif

Undang – Undang RI No. 14 tahun 1992


UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan
PP 26 tahun 1985 tentang jalan
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalulintas Jalan
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 61 tehun 1993 tentang Rambu-rambu Lalu lintas

3 Istilah dan definisi

3.1
lalu lintas
gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan
[Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992]

3.2
jalur
bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 tahun 1993]

3.3
jalur khusus
bagian jalan yang disediakan untuk satu atau lebih jenis moda tertentu yang terpisah dari
jalur lalulintas umum

3.4
lajur
bagian dari jalur lalulintas yang memanjang, dengan, atau tanpa marka jalan, yang memiliki
lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993]

1 dari 14
3.5
lajur khusus truk
lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai kelandaian, panjang dan jenis
perkerasan tertentu yang disediakan untuk menampung kendaraan dengan kecepatan
rendah terutama kendaraan berat
[Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997]

3.6
arteri
jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien
[UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan]

3.7
daerah manfaat jalan
suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi
jalan, dan ambang pengamannya, dengan lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu
PP 26 tahun 1985 tentang jalan

3.8
volume lalulintas harian rencana
taksiran atau prakiraan volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian
jalan tertentu.

3.9
perlengkapan jalan
fasilitas seperti rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, guardrail, pohon dan lain-lain yang
ditempatkan di permukaan jalan demi keamanan, kenyamanan pemakai jalan.

3.10
kecepatan rencana
kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan – kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang
cerah, lalulintas yang lengang dan pengaruh samping jalan yang berarti.

3.11
panjang kritis pada tanjakan
panjang maksimum yang ditentukan pada suatu tanjakan dimana truk dengan muatan penuh
dapat beroperasi pada batas pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan yang
diizinkan ditentukan berdasarkan kecepatan rencana dari jalan yang bersangkutan

2 dari 14
3.12
lajur penyelamat
lajur khusus dalam bentuk ramp keluar yang dirancang untuk memperlambat dan
memberhentikan kendaraan yang kecepatannya lepas kontrol sehingga aman bagi arus
lalulintas utama

3.13
ruang bebas jalan
ruang pada permukaan jalan yang hanya disediakan untuk kendaraan atau pejalan kaki,
dimana pada daerah tersebut tidak boleh ada struktur, fasilitas jalan, pohon atau benda yang
tidak bergerak lainnya.

3.14
rambu
salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau
perpaduan di antaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai
jalan.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3.15
rambu peringatan
rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada
jalan di depan pemakai jalan.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3.16
rambu larangan
rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai
jalan.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3.17
rambu perintah
rambu yang menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3.18
rambu petunjuk
rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota,
tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3 dari 14
3.19
papan tambahan
papan yang di pasang di bawah daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari
suatu rambu.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993]

3.20
marka jalan
tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan
atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
[Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993]

4 Kerangka Umum

Didalam penyusunan pedoman lajur khusus harus memperhatikan aspek-aspek sebagai


berikut :
a) Persyaratan Keselamatan Lalulintas
b) Persyaratan jalan regional jarak jauh
c) Persyaratan geometrik jalan
d) Persyaratan beban Lalulintas
e) Desain Ramah Lingkungan

5 Kerangka Teknis

Lajur khusus yang dimaksud dalam pedoman ini adalah lajur khusus pendakian
Ketentuan teknis ini mencakup :
a) Penentuan lajur khusus pendakian
b) Perencanaan lajur khusus pendakian
c) Pengaturan lajur khusus pendakian
d) Perencanaan lajur penyelamat

5.1 Penentuan Lajur Khusus Pendakian


5.1.1 Penempatan Lajur Pendakian
Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai
kelandaian yang besar, menerus, dan volume lalu lintasnya relatif padat.
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor

4 dari 14
b) Apabila panjang kritis telah terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15.000
smp/hari, dan persentase truk > 15 % dari total volume kendaraan.
5.1.2 Kecepatan Kendaraan
Standar Pelayanan Minimal Kecepatan pada jalan regional jarak jauh yang
telah ditentukan adalah 25 km/jam serta kecepatan rencana jalan arteri primer
60 Km/jam, apabila kecepatan tersebut tidak dapat dipertahankan hendaknya
memerlukan lajur khusus.

5.2 Perencanaan Lajur Khusus Pendakian


5.2.1 Landai Maksimum

a) Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak


terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
b) Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
c) Kelandaian maksimum untuk berbagai kecepatan rencana ditetapkan dapat dilihat
dalam Tabel 1
Tabel 1 Kelandaian maksimum yang diizinkan
Kecepatan Rencana Kelandaian Maksimum (%)
(Km/jam) Antar Kota Dalam Kota
120 3 3
110 3 3
100 4 3
80 5 4
60 8 5
50 9 6
40 10 7
30 10 8
20 10 9

d) Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan rencana. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit. Panjang kritis ditetapkan dalam Tabel 2a dan
2b.

Tabel 2a Panjang Kritis (m) (Antar Kota)


Kecepatan Pada Awal Tanjakan Kelandaian (%)
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80

5 dari 14
Tabel 2b Panjang Kritis (m) (Dalam Kota)
Kecepatan Pada Awal Tanjakan Kelandaian (%)
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
100 700 500 400 - - - -
80 - 600 500 400 - - -
60 - - 500 400 300 - -
50 - - - 500 400 300 -
40 - - - - 400 300 200

5.2.2. Dimensi Lajur Pendakian


Lebar lajur pendakian pada umumnya sebesar 3,0 meter. Lajur pendakian dimulai 30
meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter dan
berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter,
Gambar 1. Sedangkan Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km
Gambar 2.
AKHIR TANJAKAN
AWAL TANJAKAN

AWAL LAJUR
PENDAKIAN

TANJAKAN

POTONGAN MEMANJANG

30 m 45 m > 200 m 50 m 45 m

LAJUR PENDAKIAN

Gambar 1 Dimensi Lajur Pendakian

TAMPAK ATAS

6 dari 14
JARAK ANTAR 2 LAJUR PENDAKIAN MINIMUM 1,5 KM

TANJAKAN 1 TANJAKAN 2

POTONGAN MEMANJANG

SERONG MINIMUM 1,6 KM SERONG

AKHIR 45 M
PENDAKIAN AWAL
PENDAKIAN

LAJUR PENDAKIAN 1 LAJUR PENDAKIAN 2

TAMPAK ATAS

Gambar 2 Jarak antara dua lajur Pendakian

5.2.3. Tipe Perkerasan


Tipe perkerasan lajur pendakian dibuat berbeda dari jalur lalulintas umum. Jenis
perkerasannya mengacu pada standar dan peraturan yang sudah ada.

5.2.4 Alat Pengendali Lalu Lintas


5.2.4.1 Rambu
Rambu peringatan untuk lajur khusus pendakian truk harus dibuat dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga memberikan petunjuk yang jelas bagi pengemudi truk
sehingga mereka bisa berkendaraan dengan aman. Pada Gambar 3, dapat kita lihat
rambu – rambu yang dipasang di lajur pendakian truk.

Gambar 3 Rambu Peringatan Lajur Khusus Pendakian

7 dari 14
5.2.4.2 Tata Letak Rambu

a) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalulintas, di luar jarak tertentu
dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalulintas kendaraan dan tidak
merintangi lalulintas kendaraan atau pejalan kaki. Penempatan rambu harus
dapat dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan.
b) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalulintas,
rambu dapat ditempatkan di sebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan.
c) Rambu ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian jalan yang
berbahaya dengan jarak :
- minimum 180 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 100 km
per jam
- minimum 100 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 80 km
per jam
- minimum 80 meter, untuk jalan dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam
sampai dengan 80 km per jam
- minimum 50 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 60 km
per jam atau kurang
d) Apabila diperlukan penegasan atau pengulangan, rambu peringatan dilengkapi
dengan papan tambahan

5.3 Perencanaan Lajur Penyelamat


Pedoman perencanaan lajur penyelamat dapat digunakan apabila :
1. Geometrik jalan sudah memenuhi persayaratan standar geometrik yang berlaku
2. Beban kendaraan sudah memenuhi persyaratan beban lalulintas yang diijinkan

5.3.1 Penempatan Lajur Penyelamat


Penempatan lajur penyelamat bervariasi tergantung pada daerah, panjang landai dan
geometrik jalan. Biasanya dibuat untuk mengatasi kecepatan truk yang berada di luar
kontrol pengemudinya. Lajur penyelamat dibuat di sekitar titik akhir dari turunan. Jarak
dan jumlah lajur penyelamat dari titk akhir ditentukan oleh besarnya panjang lajur
penurunan.

8 dari 14
Tabel 3 Penempatan Lajur Penyelamat
Panjang Lajur Pendakian (a)
< 600 m 600 – 1000 m >1000m
Lajur Penyelamat
Jarak dari akhir penurunan (b) (m) 150 200 250
Jarak antar lajur penyelamat (c) (m) - 100 150
Jumlah lajur penyelamat 1 2 Sesuai
kebutuha
n

(a)

(b) (c)

Gambar 4 Penempatan Lajur Penyelamat

5.3.2 Dimensi Lajur Penyelamat


Panjang lajur penyelamat ini bervariasi tergantung pada kecepatan, kemiringan dan
tipe yang digunakan. Panjang minimumnya 60 m. Jarak henti dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

Dimana : L : Jarak henti (m)


V : Kecepatan Awal (km/jam)
R : Gaya gesek
G : Kelandaian lajur penyelamat (%)

Besarnya tahanan gesek sangat bervariasi tergantung pada material jalan.

9 dari 14
Tabel 4 Besar Tahanan Gesek untuk Berbagai Material Jalan
Material R
Jalan Aspal 1
Agregat halus (Loose crushed aggregate) 5
Kerikil halus (Loose noncrushed gravel) 10
Pasir (pasir) 15
Kerikil kasar (pea gravel) 25

Lebar lajur penyelamat bervariasi tergantung kebutuhan. Lebar ramp yang disediakan
sebaiknya cukup lebar sehingga bisa menampung lebih dari 1 kendaraan. Lebar lajur
penyelamat yang dibutuhkan untuk menampung dua kendaraan truk adalah 12 m dan
minimum 8 m.

Min 60 m

Min 8 m

Gambar 5 Dimensi Lajur Penyelamat

Pelayanan Jalan

Tempat Peristirahatan

Panjang

Kemiringan Lajur Penyelamat

Kemiringan Jalan Utama


Gambar 6 Tipikal Lajur Penyelamat

10 dari 14
5.3.3. Tipe Perkerasan
Tipe perkerasan lajur penyelamat dibuat berbeda dari jalur lalulintas umum. Jenis
perkerasannya mengacu pada standar dan peraturan yang sudah ada.

5.3.4 Alat Pengendali Lalu Lintas Lajur Penurunan


5.3.4.1 Jenis Rambu
Rambu untuk lajur penurunan harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga memberikan petunjuk yang jelas bagi pengemudi sehingga mereka
bisa berkendaraan dengan aman. Pada Gambar 7, dapat kita lihat rambu –
rambu yang dipasang di lajur penurunan.

Gambar 7 Contoh Rambu Standar Lajur Turunan Truk

5.3.4.2 Tata Letak Rambu


a) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalulintas, di luar jarak
tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalulintas kendaraan dan
tidak merintangi lalulintas kendaraan atau pejalan kaki. Penempatan
rambu harus dapat dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan.
b) Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi
lalulintas, rambu dapat ditempatkan di sebelah kanan atau di atas daerah
manfaat jalan.
c) Rambu ditempatkan pada sisi jalan sebelum tempat atau bagian jalan
yang berbahaya dengan jarak :
- minimum 180 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari
100 km per jam
- minimum 100 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari
80 km per jam
- minimum 80 meter, untuk jalan dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam
sampai dengan 80 km per jam

11 dari 14
- minimum 50 meter, untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari
60 km per jam atau kurang
d) Apabila diperlukan penegasan atau pengulangan, rambu peringatan
dilengkapi dengan papan tambahan

5.4 Aspek Lingkungan Dalam Perencanaan

Dalam penyelenggaraan pembangunan prasarana lajur khusus pendakian serta Lajur


penyelamat hendaklah mengacu pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang
diperlukan, sesuai dengan visi Ditjen Prasarana Wilayah yaitu “Mewujudkan prasarana
wilayah yang efektif, efisien, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan melalui peningkatan
peranserta masyarakat dan swasta dalam mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan
hidup, pertumbuhan, pemerataan ekonomi dan berkeadilan sosial”.

Dalam penerapan pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan bidang jalan ini, perlu
diperhatikan keberadaan masyarakat terasing/adat (indigenous people), benda cagar
budaya (cultural heritage) dan kondisi lingkungan yang sensitif, serta harus dilakukan secara
sinergis dengan berbagai pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan tersebut di
atas, yang dalam pencapaian sasarannya sangat ditentukan oleh baiknya mekanisme dan
koordinasi pelaksanaan, kesiapan pembiayaan yang memadai, serta dokumentasi dan
pelaporan yang baik, tertib dan teratur, serta kapasitas dan kapabilitas sumberdaya manusia
yang memadai dan mempunyai kesadaran terhadap pelestarian lingkungan hidup.

5.4.1 Aspek Lansekap

Lansekap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada
lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk
topografi jalan, baik yang terbetuk dari elemen lansekap alamiah maupun yang
terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi
lahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan
dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyaman
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan lingkungan jalan yang
indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

5.4.2 Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan Menurut Bentuk


Tanaman

12 dari 14
Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat, dan areal dimana
tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan
dan fungsi tanaman.
Menurut bentuknya, tanaman dapat merupakan tanaman pohon, tanaman
semak/perdu dan tanaman penutup permukaan tanah.

Persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lansekap
jalan antara lain adalah:
- perakaran tidak merusak konstruksi jalan
- mudah dalam perawatan
- batang/percabangan tidak mudah patah
- daun tidak mudah rontok/gugur

13 dari 14
Bibliografi

Manual Kapasitas Jalan Indonesia Dept. PU Dit Jen Bina Marga 1997
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, 1992
Spesifikasi Tanaman Lansekap Jalan No. 09/5/BKNT/1991, Ditjen Bina Marga

14 dari 14

Anda mungkin juga menyukai