TUGAS AKHIR
Oleh :
MANDRA. WINDIARTO
NIM : 41107110017
2009
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA
KOMPREHENSIF LOKAL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Q
No. Dokumen 01142343700 Distribusi
Tgl. Efektif 7 MARET 2005
Tugas Akhir ini untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Disusun Oleh :
Telah diajukan dan dinyatakan LULUS pada Sidang Sarjana 11 Desember 2009.
Pembimbing,
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat
Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat
Akhir ini masih banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
1. Ayah Ibuku tercinta dan adik-adikku serta seluruh keluarga yang telah
Nusawidya Consult.
vi
Consult.
7. Ir. Putut Wiku Djatmika, selaku Staff Ahli PT. Pacific Consulindo
International
10. Ir. Firmansyah Ibnu, selaku General Superintendent PT. Istaka Karya
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang dengan tulus memberikan
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat,
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
CBR 4 %..........................................................................56
CBR 6 %..........................................................................68
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.12: Fakor Ekivalen Jalan untuk Beban Tunggal IPt= 2,5
Tabel 2.13: Fakor Ekivalen Jalan untuk Beban Ganda IPt= 2,5
Tabel 4.1: Komposisi dan Jumlah Lalu Lintas Pada Awal dan Akhir Tahun Rencana
Tabel 4.2: Indeks Tebal Perkerasan Pada Tiap Jenis Lapisan Perkerasan
Tabel 4.3: Indeks Tebal Perkerasan Pada Tiap Jenis Lapisan Perkerasan
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3: Susunan Tebal Lapisan Perkerasan dengan Metode Bina Marga
dengan CBR 4%
CBR 4 %
dengan CBR 4%
Gambar 4.8: Susunan Tebal Lapisan Perkerasan dengan Metode Bina Marga
dengan CBR 6%
CBR 6 %
xvi
dengan CBR 6%
Gambar 4.11: Grafik Hubungan Antara DDT dengan CBR 5,2% Overlay
DAFTAR NOTASI
Officials
Fo : Tinggi Ekivalen
Mr : Modulus Resillien
IP : Indeks Permukaan
j : Jenis Kendaraan
n : Umur rencana
UR : Umur Rencana
FR : Faktor Regional
SN : Structure Number
m : Koefisien Drainase
BAB I
PENDAHULUAN
1
Jalan Cut Meutia Bekasi merupakan jalan propinsi yang termasuk tipe
jalan kelas I yang melayani lalu lintas cepat antar kota dan regional yang
keadaan tanah dasarnya tidak stabil dan sering terjadi penurunan
(Settlement) akibat beberapa faktor yaitu tingginya jumlah kendaraan yang
melintas yang mengakibatkan beban yang dipikul perkerasan menjadi besar
dan juga disebabkan kurang lancarnya sistim drainage disisi kiri dan kanan
badan jalan, maka untuk itu perlu dilakukan analisa tebal perkerasan ditinjau
dari aspek perncanaan teknis dan analisa biaya yang dibutuhkan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk merencanakan lapisan
perkerasan yang hemat bahan sehingga biaya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan dapat ditekan seminimal mungkin. Sedangkan dari
segi mutu jalan tersebut kuat dan tahan lama dalam melayani lalu lintas
2
kendaraan yang melintasinya sesuai dengan umur rencana dan
pembahasannya meliputi:
- Mengidentifikasikan kondisi tanah dasar untuk pelebaran jalan
(Widening)
- Mengidentifikasikan beban lalu lintas yang melintasi di atas perkerasan
berdasarkan hasil survey
- Menentukan tebal perkerasan lentur metode Bina Marga dengan CBR 4%
dan 6%
- Menentukan tebal perkerasan lentur metode AASHTO CBR 4% dan 6%
- Menganalisa perbandingan kedua metode dari segi perencanaan
- Menganalisa seberapa besar pengaruh nilai CBR terhadap perencanaan
tebal lapisan.
3
BAB II : Studi Pustaka
Membahas tentang perencanaan tebal lapis perkerasan (metode Bina Marga
dan metode AASHTO) berdasarkan dari refrensi-refrensi buku yang ada.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
5
Perkerasan ini umumnya terdiri dari tiga lapis atau lebih. Struktur
perkerasan lentur tipikal. Terdiri dari lapisan permukaan, lapisan
pondasi, lapisan pondasi bawah, dan lapisan tanah dasar.
Apabila beban roda yang terjadi pada permukaan jalan
berupa P ton, maka beban ini akan diteruskan kelapisan bawahnya
dengan sistem penyebaran tekanan, sehinggan semakin kebawah,
tekanan yang diterima semakin kecil.
P
ton
Lapis Permukaan
Tebal Perkerasan
Lapis Pondasi
6
terdapat sambungan beton atau joint. Pada perkerasan ini slab beton
akan ikut memikul beban roda, sehingga kualitas beton sangat
menentukan kualitas perkerasan kaku ini.
Joint Joint
Tebal Slab Beton
Lapis Pondasi
Subgrade
Perkerasan Lentur
Perkerasan Kaku
7
Bahan untuk subgrade diambil dari tanah setempat, kecuali kondisi
tanahnya jelek ( CBR < 2% ), maka perlu perbaikan tanah. Beban
kendaraan yang dilimpahkan kelapisan-lapisan dibawahnya dan
akhirnya diterima oleh tanah dasar. Dengan demikian tingkat
kerusakan konstruksi perkerasan selama masa pelayanan tidak saja
ditentukan oleh kekuatan dari lapisan perkerasan tetapi juga oleh
tanah dasar. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah,
tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dll. Tanah dengan
tingkat kepadatan tinggi mengalami perubahan volume yang kecil
jika terjadi perubahan kadar air, dan mempunyai daya dukung yang
lebih besar jika dibandingkan dengan tanah sejenis yang tingkat
kepadatannya lebih rendah.
Daya dukung tanah dasar / Subgrade pada perencanaan
perkerasan lentur dinyatakan dengan nilan CBR (California Bearing
Ratio). CBR adalah perbandingan antara beban yang dibutuhkan
untuk penetrasi dengan beban yang ditahan oleh batu pecah standar.
Harga CBR dinyatakan dalam persen. Jadi harga CBR adalah nilai
yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan
sandar berupa batu pecah yang mempunyai nilan CBR Sebesar 100%
dalam memikul bahan lalu lintas.
2.3.2 Lapisan Pondasi Bawah ( Subbase Course )
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan
tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah. Lapis pondasi bawah ini
berfungsi sebagai :
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban
roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai
CBR 20%.
b. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif
lebih murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
d. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
8
e. Lapis pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini
sehubungan dengan keadaan dilapangan yang memaksa harus
segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya
daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.
f. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik kelapis pondasi atas.
2.3.3 Lapisan Pondasi Atas ( Base Course )
Lapisan ini terletak diantara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan. Material yang digunakan untuk lapisan pondasi atas
merupakan bahan pengunci dari lapisan kontruksi pondasi bawah.
Bahan-bahan seperti batu pecah, kerikil pecah, dapat dipergunakan
sebagi lapis pondasi atas.
Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara lain :
a. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
c. Bagian perkerasan yang menahan roda, dan menyebarkan beban
kelapisan dibawahnya.
2.3.4 Lapisan Permukaan Jalan ( Surface Course )
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan,
dan berfungsi sebagai :
1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan ini mempunyai
stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak
meresap kelapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan
tersebut.
3. Lapis aus (Wearing Course) lapisan yang langsung menderita
gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban dilapisan bawah, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang
lebih jelek.
9
Untuk memenuhi fungsi tersebut diatas, pada umumnya lapisan
permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal
sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang
tinggi dan daya tahan yang lama.
Jenis lapis permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia :
1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan
kedap air, antara lain:
a. Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis
aggregat bergradasi seragam, dengan tebal maksimum 2 cm.
b. Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi aggregat yang
dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal pada t
maksimum 3.5 cm.
c. Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam bergradasi
menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
d. Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup terdiri dari
lapisan aspal ditaburkan pasir dengan ukuran butir
maksimum 3/8 inchi.
e. Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis
penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan
pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara
dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
f. Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot
roll sheet (HRS), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi
(filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang
dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. tebal padat
antara 2,5 - 3 cm.
10
Jenis lapisan permukaan tersebut diatas walupun bersifat
nonstruktural, namun menambah daya tahan perkerasan terhadap
penurunan mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa
pelayanan dari konsruksi perkerasan. Jenis perkerasan ini
terutama digunakan untuk memelihara jalan.
2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang
menahan dan menyebarkan beban roda.
a. Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci
bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis
demi lapis. Diatas lapen ini biasanya diberi laburan aspal
dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat
bervariasi dari 4 - 10 cm.
b. Lasbutag, merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran antara agregat asbuton dan bahan
pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
Tebal pada tiap lapisannya antara 3-5 cm.
c. Laston (Lapis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada
kontrusksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dari
campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu
tertentu.
Dari standar perencanaan geometrik jalan ketentuan mengenai
bahan lapis permukaan sebagai berikut :
11
Tabel 2.2 : Standar Perencanaan
Kelas jalan Lapisan permukaan jalan
I Aspal beton
II A Aspal beton
II B Penetrasi berganda
II C Penetrasi tunggal
III Pelaburan dengan aspal
Sumber : Rekayasa Jalan Raya, 1999
12
dengan agregat. Lebih jauh lagi, aspal sangat tahan terhadap asam, basa,
dan garam. Ini berarti jika aspal dipergunakan sebagai pengikat dengan
mutu yang baik dapat memberikan lapisan kedap air dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain. Sifat aspal akan berubah
akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh. Pada
akhirnya daya adhesinya/kemampuan aspal untuk mengikat agregat akan
berkurang. Sedangkan kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi peningkatan
4. Beton semen
Beton semen adalah agregat yang dicampur dengan PC secara basah.
Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah
pada perkerasan lentur dan kaku dan sebagai lapisan pondasi atas pada
perkerasan kaku.
- Beton pondasi bawah
Untuk pondasi bawah pada perkerasan lentur beton mempunyai
kelebihan kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu
saja pada area dengan kondisi tanah dasar jelek (poor subgrade) tanpa
digilas. Untuk maksud perencanaan struktur, karakteristik penting
yang harus diketahui dan dievaluasi adalah modulus, angka poisson
dan penampilan pada saat pembebanan ulang.
Beton yang digunakan untuk dipakai keperluan pondasi bawah
mempunyai kuat tekan 28 hari minimum 5 Mpa jika menggunakan
campuran abu batu (flyash) dan 7 Mpa jika tanpa abu batu.
- Pondasi atas
Perkerasan kaku dapat didefinisikan sebagai perkerasan yang
mempunyai alas / dasar atau landasan beton semen.
Prinsip parameter perencanaan untuk perencanaan beton didasarkan
pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton 90 hari dianggap
estimasi paling baik digunakan untuk menentukan tebal perkerasan.
13
2.5 Lalu lintas rencana
Kondisi lalu lintas yang akan menentukan perkerasan jalan adalah
jumlah sumbuh yang lewat, beban sumbu, konfigurasi sumbu. Untuk semua
jenis perkerasan, penampilan perkerasan dipengaruhi terutama oleh
kendaraan berat.
1. Konfigurasi sumbu dan faktor ekivalensi
Jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam, bervariasi
baik ukuran, berat total, konfigurasi, dan beban sumbu, daya dan lain-
lain.
Pengaruh dari masing-masing jenis kendaraan tersebut baik terhadap
kualitas layanan lalu lintas maupun terhadap struktur pekerasan tentunya
akan berbeda-beda. Besarnya pengaruh tersebut dinyatakan dalam faktor
SMP (Satuan Mobil Penumpang). Oleh karenanya untuk analisa lajur,
jalur, volume lalu lintas dihitung dalam SMP bukan dalam satuan
kendaraan. Sedangkan pengaruh berbagai jenis kendaraan terhadap
intergritas struktur perkerasan lentur lebih ditentukan oleh beban sumbu
kendaraan dan lama pembebanan. Kendaraan yang berat dan sedang
berhenti akan lebih merusak struktur perkerasan dibandingkan dengan
kendaraan yang ringan dan sedang berjalan. Besarnya beban sumbu
terhadap kerusakan perkerasan jalan dinyatakan dalam Faktor Ekivalen
(FE).
2. Umur rencana
Umur rencana adalah jangka waktu dalam tahun sampai perkerasan
harus diperbaiki atau ditingkatkan. Perbaikan terdiri dari pelapisan
ulang, penambahan, atau peningkatan.
Beberapa tipikal umur rencana :
- Lapisan perkerasan aspal baru, 20 25 tahun
- Lapisan perkerasan kaku baru, 20 40 tahun
- Lapisan tambahan (aspal, 10 15), (batu pasir, 10 20) tahun
14
Kondisi lalu-lintas yang akan menentukan pelayanan adalah :
- Jumlah sumbu yang lewat
- Beban sumbu
- Konfigurasi sumbu
Untuk semua jenis perkerasan, penampilan dipengaruhi terutama oleh
kendaraan berat.
Sumbu kendaraan dan Ekivalensi :
- Jarak sumbu
- Jumlah roda / sumbu
- Beban sumbu
Untuk kebutuhan perencanaan kendaraan yang diperhitungkan adalah
empat jenis, sebagai berikut :
- Sumbu tunggal roda tunggal
- Sumbu tunggal roda ganda
- Sumbu tandem roda ganda
- Sumbu triple roda ganda
3. Lajur rencana
Pembangunan lapisan perkerasan yang baru atau pelapisan tambahan
akan dilaksanakan pada 2 lajur atau lebih yang kemungkinan bisa
berbeda kebutuhannya terhadap ketebalan lapisan, tetapi untuk
praktisnya akan dibuat sama. Untuk itu dibuat lajur rencana yang
menerima beban terbesar.
4. Angka Pertumbuhan Lalu-lintas
Jumlah lalu lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana
atau pada sebagian masa tersebut. Angka petumbuhan lalu lintas dapat
ditentukan dari hasil survey untuk setiap proyek.
5. Metoda Perhitungan Lalu lintas Rencana
Metoda yang akan digunakan tergantung dari data lalu lintas yang ada
dan prosedur perencanaan yang akan digunakan. Secara ideal data lalu
lintas harus mencakup jumlah dan berat setiap jenis sumbu.
15
2.5.1 Konfigurasi Sumbu dan Faktor Ekivalensi
Jenis kendaraan yang memakai jalan beraneka ragam, bervariasi
baik ukuran, berat total, konfigurasi dan beban sumbu, daya dan lain-
lain. Pengaruh dai masing-masing jenis kendaraan tersebut baik
terhadap kwalitas pelayanan lalu-lintas maupun terhadap kerusakan
struktur perkerasan tentunya akan berbeda-beda. Besarnya pengaruh
tersebut dinyatakan dalam faktor SMP (Satuan Mobil Penumpang).
Oleh karenanya untuk analisis lajur jalur, volume lalu lintas dihitung
dalam SMP bukan dalam satuan kendaraan. Sedangkan pengaruh
berbagai jenis kendaraan terhadap integritas struktur perkerasan lentur
lebih ditentukan oleh beban sumbu kendaraan dan lama pembebanan.
Kendaraan yang berat dan sedang berhenti akan lebih merusak
struktur perkerasan dibandingkan dengan kendaraan yang ringan dan
sedang berjalan. Besarnya pengaruh beban sumbu terhadap kerusakan
perkerasan dinyatakan dengan Faktor Ekivalen (FE).
2.5.2 Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat
jalan tersebut dbuka untuk lalu-lintas kendaran sampai diperlukan
suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai diperlukan overlay
lapisan perkerasan). Selama umur rencana tersebut pemeliharaan
perkerasan jalan tetap harus dilakukan seperti pelapisan nonstruktural
yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk pekerjaan
lentur jalan baru, umumnya diambil 20 tahun, dan untuk peningkatan
jalan 10 tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun, tidak
lagi ekonomis karena perkembangan laul-lintas yang terlalu besar dan
sukar mendapat ketelitian yang memadai (tambahan tebal lapisan
perkerasan menyebabkan biaya awal yang cukup tinggi).
2.5.3 Angka Pertumbuhan Lalu Lintas ( i % )
Jumlah kendaraan yang memakai jalan bertambah dari tahun ke
tahun. Faktor yang mepengaruhi pertumbuhan lalu-lintas adalah
perkembangan daerah, bertambahnya kesejahteraan masyarakat,
16
naiknya kemampuan membeli kendaraan dan lain-lain. Faktor
pertumbuhan lalu-lintas dinyatakan dalam persen per tahun.
17
2.6.3 Pertimbangan Perencanaan
Berbagai pertimbangan yang diperlukan dalam perencanaan
tebal perkerasan antara lain meliuputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pertimbangan Konstruksi dan Pemeliharaan
Konstruksi dan pemeliharaannya kelak setelah digunakan,
harus dijadikan pertimbangan dalam merencanakan tebal
perkerasan. Faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
- Perluasan dan jenis drainase (saluran).
- Penggunaan konstruksi berkotak kotak (segmental).
- Ketersediaan peralatan khususnya peralatan : pencampur
material, penghamparan dan pemadatan (alat berat).
- Penggunaan konstruksi bertahap.
- Penggunaan stabilisasi.
- Kebutuhan dari segi lingkungan dan keamanan pemakai.
- Pertimbangan sosial dan strategi pemeliharaan.
- Resiko resiko yang mungkin terjadi.
2. Pertimbangan Lingkungan
- Kelembaban
Kelembaban secara umum berpengaruh terhadap penampilan
perkerasan, sedangkan kekakuan/kekuatan material yang lepas
dan tanah dasar tergantung dari kadar air materialnya.
- Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan pengaruhnya cukup besar pada penampilan
permukaan perkerasan lentur, karena karakteristik dan sifat aspal
yang kaku dan regas pada temperatur rendah dan sebaliknya
akan lunak dan viskoelastis pada suhu tinggi
- Cuaca/Iklim
Cuaca sangat berpengaruh terhadap umur rencana perkerasan
terutama pada perkerasan lentur.
18
2.6.4 Faktor pertimbangan untuk estimasi daya dukung.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengestimasi
nilai kekuatan dan kekakuan lapisan tanah dasar :
- Urutan pekerjaan tanah dari penghamparan dan pemadatan yang
dilakukan layer per layer 15 20 cm.
- Penggunaan air pada saat pemadatan (compact) dan kepadatan
lapangan (d) yang dicapai.
- Perubahan kadar air selama usia pelayanan.
- Variabilitas tanah dasar
- Ketebalan lapisan perkerasan.
Pengukuran daya dukung subgrade
Pengukuran daya dukung subgrade yang digunakan,
dilakukan dengan :
- California Bearing Ratio (CBR)
- Parameter elastis
- Modulus reaksi tanah dasar (k)
19
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
lewat pada jalur rencana ditentukan menurut daftar dibawah ini :
Tabel 2.4 : Koefisien Distribusi Kendaraan
Sumber : SNI-1732-1989-F
Kendaraan Ringan < 5 ton, misal mobil penumpang, pick up, mobil
hantaran.
Kendaraan Berat 5 ton, misal bus, truk, traktor, semi trailer, trailer.
20
Tabel 2.5 : Angka Ekivalen ( E ) sumbu kendaraan
Beban Satu Sumbu Angka ekivalen
Kg Lbs Sumbu tunggal Sumbu ganda
21
2.7.3 Daya Dukung Tanah Dasar.
Daya dukung tanah dasar perlu diperhatikan karena fungsinya sebagai
penerima beban lapis terakhir. Sifat sifat tanah dasar yang akan
berpengaruh terhadap lapis perkerasan diantaranya :
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen).
2. Sifat mengembang dan menyusut.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan susah ditentukan.
4. Landutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu
lintas.
5. Tambahan Pemadatan akibat pembebanan lalu lintas.
Karena sifat sifat di atas maka perlu dukungan pondasi
yang berfungsi :
1. Melindungi tanah dasar terhadap air hujan.
2. Mendapatkan Permukaan lantai kerja yang cukup rata, kuat dan
uniform.
3. Memberikan sumbangan kenaikan daya dukung tanah dasar.
Dalam BinaMarga, DDT ditetapkan berdasarkan grafik
korelasi CBR DDT. Nilai CBR yang dipakai ditentukan dari nilai
CBR rata-rata untuk suatu lajur tertentu.
22
Gambar 2.4 : Grafik Hubungan Antara DDT dan CBR
Sumber : Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan
23
2.7.4 Faktor Regional ( FR )
Faktor Regional ( FR ) adalah Faktor koreksi sehubungan
dengan adanya perbedaan kondisi setempat dengan kondisi percobaan
AASHTO Road Test dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
FR ini dipengaruhi oleh bentuk alinyemen, persentase kendaraan berat
yang berhenti, serta iklim. Hal-hal yang mempengaruhi faktor regional
antara lain :
1. Keadaan medan
2. Persentase kendaraan berat.
3. Pertimbangan teknis dari perencanaan, misalnya : persimpangan,
pemberhentian, tikungan, dan daerah rawa-rawa.
Tabel 2.6 : Faktor Regional
Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III
(<6%) ( 6 - 10% ) ( >10% )
% Kendaraan Berat
30% > 30 % 30% > 30 % 30 % > 30 %
Iklim I
0,5 1,0 1,5 1 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5
< 900 mm/th
Iklim II
1,5 2,0 2,5 2 2,5 - 3,0 2,5 3,0 3,5
900 mm/th
Sumber : SNI-1732-1989-F
Catatan : Pada bagian jalan tertentu seperti persimpangan,
pemberhentian, atau tikungan tajam (jari-jari 30m) FR ditambah
dengan 0,5. pada daerah rawa FR ditambah 1,0.
24
2.7.5 Indeks Permukaan
Dalam menentukan indeks permukaan (IP) pada akhir umur
rencana, perlu dipertimbangkan faktor faktor klasifikasi fungsional jalan
dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER) seperti berikut :
IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak
berat sehingga sangat menganggu lalu lintas kendaraan.
IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin
(jalan tidak terputus).
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih
cukup stabil dan baik.
IP =2,5 : adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan
baik.
1. Indeks Permukaan Awal ( IPo )
Adalah nilai kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan jalan pada
awal usia rencana. Nilai IPo dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.7 : Indeks Permukaan pada awal usia rencana ( IPo )
Jenis Lapisan Perkerasan IPo Roughness *)mm
4 1000
LASTON
3,9 3,0 > 1000
3,9 3,5 2000
HRA
3,4 3,0 > 2000
BURDA 3,9 3,5 < 2000
BURTU 3,4 3,0 < 2000
3,4 3,0 3000
LAPEN
2,9 2,5 > 3000
LATASBUM 2,9 2,5 -
BURAS 2,9 2,5 -
Lapis Pelindung 2,9 2,5 -
Jalan Tanah 2,4 -
Jalan Kerikil 2,4 -
Sumber : SNI-1732-1989-F
25
2.7.6 Indeks permukaan Akhir ( IPt )
Adalah nilai kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan jalan
pada akhir usia rencana. Nilai IPt dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.8 : Indeks Permukaan pada akhir usia rencana ( IPt ).
LER = Lintas Klasifikasi Jalan
Ekivalen
Lokal Kolektor Arteri Tol
Rencana
26
2.7.7 Lapisan Permukaan
Tabel 2.9 : Minimum tebal lapisan permukaan
Tebal Minimum
ITP Bahan
(cm)
< 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)
3,00 6,70 5 Lapen/Aspal macadam/HRA, Lasbutag
Laston.
6,71 7,49 7,5 Lapen/Aspal macadam/HRA, Lasbutag
Laston.
7,50 9,99 7,75 Lasbutag, Laston.
10,00 10 Laston.
Sumber : SNI 1732 1989 F
27
dan LASTON atas.
Batu pecah, stabilitas tanah dengan
12.25 25 semen, stabilitas tanah dengan
kapur, pondasi Macadam, LAPEN
dan LASTON atas.
Sumber : SNI-1732-1989-F
*) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar
i=n
Rumus : LEP = Aj x Ej x Cj x ( 1 + i )n
J=1
Dimana :
Aj = Jumlah kendaraan untuk 1 jenis kendaraan
28
I = Faktor pertumbuhan lalu-lintas tahunan
29
9 9,85 10,79 11,3 11,84 12,99 14,26
10 11,05 12,25 12,9 13,60 15,05 16,73
15 17,45 20,25 22,15 29,90 28,30 33,36
20 24,55 30,40 33,9 37,95 47,70 60,20
Sumber : AASHTO, 1974
30
Tabel 2.13 : Fakor Ekivalen Jalan untuk Beban Ganda IPt= 2,5
Axle Load Structural Number ( SN )
Kips KN 1 2 3 4 5 6
10 44.5 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
12 53.4 0.01 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01
14 62.3 0.03 0.04 0.04 0.03 0.03 0.02
16 71.2 0.04 0.07 0.07 0.06 0.05 0.04
18 80.1 0.07 0.10 0.11 0.09 0.08 0.07
20 89.1 0.11 0.14 0.16 0.14 0.12 0.11
22 97.9 0.16 0.20 0.23 0.21 0.18 0.17
24 106.8 0.23 0.27 0.31 0.29 0.26 0.24
26 115.7 0.33 0.37 0.42 0.40 0.36 0.34
28 124.6 0..45 0.49 0.55 0.53 0.50 0.47
30 133.4 0.61 0.65 0.70 0.70 0.66 0.63
32 142.3 0.81 0.84 0.89 0.89 0.86 0.83
34 151.2 1.06 1.08 1.11 1.11 1.09 1.08
36 160.1 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38
38 169.0 1.76 1.73 1.69 1.68 1.70 1.73
40 177.9 2.21 2.16 2.06 2.03 2.08 2.14
42 186.8 2.76 2.67 2.49 2.43 2.51 2.61
44 195.7 3.41 3.27 2.99 2.88 3.00 3.16
46 204.6 4.18 3.98 3.58 3.40 3.55 3.79
48 213.5 5.08 4.80 4.25 3.98 4.17 4.49
Sumber : AASHTO, 1974
31
nilai daya dukung tanah yang diambil dari macam variasi density
dan kelembaban yang dapat diharapkan pada konstruksi normal.
Variasi ini akan berpengaruh dengan kualitas kontrol pengunaan,
agar prosedur perencanaan mengenai berbagai macam tanah badan
jalan, perlu pengumpamaan tingkat daya dukung tanah untuk dapat
mewakili variasi tanah dilokasi yang berbeda.
AASHTO road test, daya dukung tanah dinyatakan dalam Soil
Support Value ( S ), karenanya diperlukan grafik yang menyatakan
hubungan antara Soil Support Value dengan bersaran lain yang
menyatakan daya dukung tanah, misalnya CBR, Ressistance Value (
R ), Group Index, dan lain-lain.
2.8.5 Reliability ( R )
Konsep reliability untuk perencanaan perkerasan didasarkan
pada beberapa ketidaktentuan dalam proses perencanaan untuk
meyakinkan alternatif-alternatif berbagai perencanaan. Tingkatan
reliability ini digunakan tergantung pada volume lalu-lintas,
klasifikasi jalan yang akan direncanakan maupun ekspetasi dari
pengguna jalan.
Relibility didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa tingkat
pelayanan dapat tercapai pada tingkatan tertentu dari sisi pandangan
para pengguna jalan sepanjang umur yang direncanakan. Hal ini
memberikan implikasi bahwa repetisi beban yang direncanakan
dapat tercapai hingga mencapai tingkatan pelayanan tertentu.
Pengaplikasian dari konsen reliability ini diberikan juga dalam
parameter standar deviasi yang mempresentasikan kondisi-kondisi
lokal dari ruas jalan yang direncanakan serta type perkerasan antara
lain perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku. Secara garis besar
pengaplikasian konsep reliability adalah sebagai berikut :
a. Menentukan klasifikasi ruas jalan yang direncanakan.
Klasifikasi ini mencakup apakah jalan tersebut adalah jalan
dalam kota (Urban) atau jalan antar kota (Rural).
32
b. Menentukan tingkat reliability yang dibutuhkan dengan
menggunakan tabel yang ada pada metode AASHTO. Semakin
tingggi tingkay reliability yang dipilih maka akan semakin tebal
lapisan perkersan yang dibutuhkan.
c. Memilih standar deviasi (So). Nilai ini mewakili dari kondisi-
kondisi lokal yang ada. Berdasarkan data dari jalan percobaan
AASHTO ditentukan nilai So sebesar 0,25 untuk rigid pavement
dan 0,35 untuk flexible pavement. Hal ini berhubungan dengan
total standar deviasi sebesar 0,35 dan 0,45 untuk lalu lintas
untuk jenis perkerasan rigid dan flexible.
33
Nilai Serviceability ini diberikan dalam beberapa tingkatan
antara lain :
a. Untuk perkerasan yang baru dibuka (Open traffic) nilai
Serviceability ini diberikan sebesar 4,0 - 4,2. Nilai ini dalam
terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai Initial
Serviceability (Po).
b. Untuk perkerasan yang harus dilakukan perbaikan pelayanannya,
nilai serviceability ini diberikan sebesar 2,0. Nilai ini dalam
terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai terminal
serviceability (Pt).
c. Untuk perkerasan yang sudah rusak dan tidak bisa dilewati, maka
nilai serviceability ini akan diberikan sebesar 1,5. Nilai ini dalam
terminologi perkerasan diberikan sebagai nilai Failure
Serviceability (Pf).
2.8.7 Definisi Kualitas Drainase
Tabel 2.15 : Definisi Kualitas Drainase
Kualitas Drainase Pergerakan Air
Sempurna 2 Jam
Baik 1 Hari
Sedang 1 Minggu
Kurang Baik 1 Bulan
Tidak Baik Air Tidak Bergerak
Sumber : AASHTO, 1993
34
2.8.8 Structure Number ( SN )
Merupakan harga yang berhubungan dengan penentuan tebal
perkerasan, yang besarnya tergantung kepada analisa lalu-lintas yang
diekivalenkan terhadap beban gandar tunggal 18 kips dan kondisi
jalan.
Hubungan ini dinyatakan dalam rumus :
SN = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 m 2 + a 3 .D 3 m 3
Dimana :
a1, a2, a3 = merupakan Koefisien kekuatan relatif bahan untuk
masing-masing lapisan.
D 1 , D 2 , D 3 = merupakan tebal untuk masing-masing lapisan.
m2, m3 = Koefisien Drainase masing-masing lapisan
2.8.9 Koefisien lapisan Perkerasan ( a )
Material untuk lapisan perkerasan mempunyai kekuatan yang
berbeda sesuai dengan fungsi dari masing-masing lapisan. Karena
pada lingkungan yang bermacam-macam lalu-lintas dan pelaksanaan
konstruksi, disarankan didalam perencanaan menggunakan koefisien
lapisan berdasarkan percobaan sendiri.
35
2.8.10 Ketebalan Lapisan Minimum
Untuk menghindari perencanaan yang terlalu ekonomis dan
tidak bermanfaat maka ketebalan didalam perencanaan lapisan
perkerasan perlu diperhatikan. Setiap lapisan perkerasan mempunyai
batas ketebalan minimum yaitu :
a. Lapisan Permukaan = 5 cm
b. Lapis Pondasi Base = 10 cm
c. Lapis Pondasi Subbase = 10 cm
36
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
START
PERKERASAN LENTUR
DATA-DATA :
JALAN LAMA (OVER LAY) JALAN BARU (WIDENING)
SEKUNDER
- Jalur Rencana
DATA-DATA : DATA-DATA :
- Traffic Ekivalen Faktor (TEF)
SEKUNDER SEKUNDER
- Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
- Jalur Rencana - Jalur Rencana
- Ekivalen Axle Load (EAL)
- Angka Ekivalen - Angka Ekivalen
- Soil Support (S)
- Perhitungan lalu Lintas - Perhitungan lalu Lintas
- Reliability (R)
- CBR - CBR
- Present Servicebility Indeks (PSI)
- Faktor Regional (FR) - Faktor Regional (FR)
- Struktur Number (SN)
- Indeks Permukaan - Indeks Permukaan
- Indeks Permukaan
- Indeks Tebal perkerasan - Indeks Tebal perkerasan
- Koefesien lapis Perkerasan (a)
ANALISA PERBANDINGAN
ANALISA BIAYA
FINISH
37
38
KONSULTAN SUPERVISI: 38
PT. Ciriatama Nusawidya Consult.
Proyek perkerasan jalan ini berlokasi di jalan Cut Meutia Bekasi Timur
dengan keadaan daya dukung tanah dasar dibagi secara segmental :
STATION CBR KETERANGAN
0+000 1+200 6% -
1+200 1+300 - JEMB. FLYOVER
1+300 1+500 6% -
1+500 1+550 - JEMB. KALI MALANG
1+550 2+300 4% -
2+300 2+350 - JEMB. PLN
2+350 3+148 4% -
39
nomogram tersebut masih dapat dipergunakan dengan menggunakan
Faktor Penyesuaian (FP).
UR
FP =
10
Besaran-besaran yang diperlukan untuk penggunaan nomogram
tersebut adalah :
a. Daya Dukung Tanah (DDT)
b. Lintas Harian Rata-rata (LHR)
c. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
d. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
1. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)
Adalah jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun
permulaan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16
ton (18.000 lbs = 18 kips) atau 18 KSAL ( 18 Kips Single
Axle Load ).
n
LEP = LHRj x Cj x Ej
J=1
j = Jenis Kendaraan
C = Koefisien kendaraan
E = Angka Ekivalen
2. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA)
Adalah jumlah lintasan kendaraan rata- rata pada tahun akhir
dari masa pelayanan pada jalur rencana dengan satuan as
tunggal 8,16 ton.
40
n
UR = Usia Rencana
j = Jenis Kendaraan
C = Koefisien kendaraan
E = Angka Ekivalen
3. Lintas Ekivalen Tengah (LET)
Adalah jumlah lintasan kendaraan rata-rata slama masa
pelayanan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16
ton.
L E +PL E
LET =
2
4. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
UR
LER 10 = LET +
10
Indeks Permukaan ( IP )
Adalah nilai kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan
yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas
yang lewat.
Indeks Permukaan Awal ( IPo )
Adalah nilai kerataan / kehalusan serta kekokohan permukaan
jalan pada awal usia rencana.
41
5. Indeks Tebal Perkerasan ( ITP )
Adalah besaran yang menyatakan nilali kontrusksi perkerasan
yang besarnya tergantung pada tebal masing-masing lapisan
serta kekuaan relatif dari lapisan-lapisan tersebut.
ITP = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 + a 3 .D 3
a = Koefisien lapisan
D = Tebal lapisan ( cm)
42
3.1.2 Jalan Lama (Overlay)
1. Lapis permukaan :
Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi
Pada jalur roda .90 100 %
Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur
Roda namun masih tetap stabil 70 90 %
Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,
Pada dasarnya masih menunjukan kestabilan...50 70 %
2. Lapis pondasi :
a. Pondasi aspal beton atau penetrasi Macadam.
Umumnya tidak retak.. 90 100 %
Terlihat retak halus, namun masih tetap stabil 70 90 %
Retak sedang, pada dasarnya masih menunjukan
Kestabilan 50 70 %
Retak banyak, menunjukan gejala ketidakstabilan30 50 %
b. Stabilisasi tanah dengan semen atau kapur :
Indek plastisitas (plasticity index = PI) 1070 100 %
c. Pondasi Macadam atau batu pecah :
Indek plastisitas (plasticity index = PI) 6..80 100 %
3. Lapis pondasi bawah :
Indek plastisitas (plasticity index = PI) 6..90 100 %
Indek plastisitas (plasticity index = PI) > 6..70 90 %
Dari kondisi tersebut ditentukan nilai ITP sisa. Tahap selanjutanya adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan ITP awal sesuai dengan kebutuhan lalu lintas.
2. Penentuan Parameter lainnya :
DDT awal
Lintas Harian Rata rata
Ipo, Ipt, LER 10, FR.
3. Penentuan Tebal overlay
ITPawal ITPsisa
Do =
ao
43
3.2 Metode AASHTO
Tahapan pengerjaan Metode AASHTO :
1. Jalur Rencana
Rumus : LHR n = ( 1 + i )n . LHR
Rumus : LEP = Aj x Ej x Cj x ( 1 + i )n
J=1
7. Reliabillity (R)
9. Indeks Permukaan
SN = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 m 2 + a 3 .D 3 m 3 + a 4 .D 4 m 4
44
Desain Chart Perkerasan Lentur Metode AASHTO
45
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
MANDRA WINDIARTO
NIM : 41107110017
Disetujui
Dosen Pembimbing
46
BAB IV
Narogong (STA. 0 + 000) sampai dengan terminal Bekasi (STA. 3+148) atau
6. Kemiringan jalan : 2%
7. Kemiringan Bahu : 4%
Data lalu-lintas yang dipakai dalam kajian ini diperoleh dari pengumpulan data
sekunder, yang berasal dari survey konsultan PT. Pacific Consulindo International
Indonesia (PCI).
46
Tabel 4.1 : Komposisi dan Jumlah Lalu Lintas Pada Awal dan Akhir Tahun Rencana
sebagai berikut:
ringan
berat
47
Lapis Pondasi Agregat (LPB) kelas A
5. Nilai CBR Subgrade adalah 4 % (Sta. 1+550 3+148) dan 6 % (Sta. 0+000-
1+500).
6. Kelandaian 7 %
Dimana :
n = Tahun ke n
i = 6,24 %
48
1. Car = 9288 (1+0,0624) = 15007 kendaraan
1. Car 2 ton .
0,0004
2. Bus 8 ton.
0,1593
3. Truk 13 ton
1,0648
n
Rumus : LEP = LHRj x Cj X Ej
J=I
Dimana :
j = Jenis Kendaraan
49
C = Koefisien kendaraan
E = Angka Ekivalen
LEP = 328,941
n
Rumus : LEA = LHRj (1+ i)UR x Cj x Ej
J=1
UR = Usia Rencana
LEA 10 = 602,554
LEP + LEA 10
Rumus : LET 10 =
2
328,941 + 602,554
LET 10 =
2
LET 10 = 465,7475
50
4.1.5 Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) Tahun ke 10
Rumus :
LER 10 = LET x UR
10
LER 10 = 465,7475 x 10
10
hubungan DDT dan CBR ( gambar 2.4 ), maka akan didapatkan nilai
DDT. Untuk nilai CBR 4 %, maka didapat nilai DDT sebesar 4,25.
Jalan Arteri
51
Gambar 4.1 : Grafik Hubungan Antara DDT dan CBR
Didapat
nilai DDT
4,25
52
Dengan menggunakan Nomogram Indeks Tebal Perkerasan IPt = 2,5
dan IPo 4, didapat nilai ITP = 8,98
Dari tabel 3.1 ; 2.8 dan 2.9 untuk memaksimalkan lapis permukaan
didapat :
53
Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) a 1 = 0,30 D 1 = x cm
ITP = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 + a 3 .D 3 + a 4 .D 4
D1 = 9,26 9,5 cm
Koefisien Tebal
No Jenis Lapis Perkerasan Kekuatan Lapisan
Relatif ( Cm )
1. AC Wearing Course 0,30 9,5
54
Susunan Lapisan Perkerasan Lentur Umur Rencana 10 tahun (2008 2017)
AC-WC
AC Base
15
44,5
Agregat Base Kelas A
10
55
4.2 Perhitungan Tebal Perkerasan Metode AASHTO CBR 4 %
Dimana :
n = Tahun ke n
i = 6,24 %
56
4.2.2 Menentukan Traffic Equivalent Factor ( TEF )
IPt = 2,5
Ditaksir SN = 4
i=n
Rumus : LEP = Aj x Ej x Cj x ( 1 + i )n
J=1
Dimana :
LEP = 228,195
57
4.2.4 Total Ekivalen 18 Kip Single Axle Load ( EAL )
Dimana :
a. Reliabilitas ( R ) = 0,90
= 0,35
d. Mr = 1500 x CBR
58
Gambar 4.4 Design Chart for Flexible Pavement
SN=3,5
inchi
inchi
inchi
59
Lapisan Pondasi Agregat (LPA) kelas B a 4 = 0,11 D4 = x
inchi
SN = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 m 2 + a 3 .D 3 m 3 + a 4 .D 4 m 4
+ (0,11 x D 4 x 1,0)
a1 = 2 inchi = 5 cm
a2 = 3 inchi = 8 cm
a3 = 5 inchi = 13 cm
a4 = 5,5 inchi = 14 cm
(2008 2017)
60
Gambar 4.5 Susunan Tebal Lapisan Perkerasan dengan Metode AASHTO
Dimana :
n = Tahun ke n
i = 6,24 %
61
Mencari angka Ekivalen (E) masing-masing kendaraan
1. Car 2 ton .
0,0004
2. Bus 8 ton.
0,1593
3. Truk 13 ton
1,0648
n
Rumus : LEP = LHRj x Cj X Ej
J=I
Dimana :
j = Jenis Kendaraan
62
C = Koefisien kendaraan
E = Angka Ekivalen
LEP = 328,941
n
Rumus : LEA = LHRj (1+ i)UR x Cj x Ej
J=1
UR = Usia Rencana
LEA 10 = 602,554
LEP + LEA 10
Rumus : LET 10 =
2
328,941 + 602,554
LET 10 =
2
LET 10 = 465,7475
63
4.3.5 Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) Tahun ke 10
Rumus :
LER 10 = LET x UR
10
LER 10 = 465,7475 x 10
10
hubungan DDT dan CBR ( gambar 2.4 ), maka akan didapatkan nilai
DDT. Untuk nilai CBR 4 %, maka didapat nilai DDT sebesar 4,25.
Jalan Arteri
64
Gambar 4.6 : Grafik Hubungan Antara DDT dan CBR
Didapat
nilai DDT
4,9
IPo 4
IPt = 2,5
65
DDT = 4,9
FR = 1 ( tabel 2.6 )
66
4.3.9 Menentukan Tebal Lapisan Perkerasan
Dari tabel 3.1 ; 2.7 dan 2.8 untuk memaksimalkan lapis permukaan
didapat :
ITP = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 + a 3 .D 3 + a 4 .D 4
D1 = 7,26 cm 7,5 cm
Tabel 4.3 Indeks Tebal Perkerasan Pada Tiap Jenis Lapisan Perkerasan
Koefisien Tebal
No Jenis Lapis Perkerasan Kekuatan Lapisan
Relatif ( Cm )
67
Susunan Lapisan Perkerasan Lentur Umur Rencana 10 tahun (2008 2017)
Gambar 4.8 Susunan Tebal Lapisan Perkerasan dengan Metode Bina Marga
Dimana :
n = Tahun ke n
68
LHR pada tahun ke-10 (2017)
i = 6,24 %
IPt = 2,5
Ditaksir SN = 4
i=n
Rumus : LEP = Aj x Ej x Cj x ( 1 + i )n
J=1
Dimana :
69
n = Jumlah tahun dari saat diadakan pengamatan sampai
LEP = 228,195
Dimana :
a. Reliabilitas ( R ) = 0,90
0,35
70
c. Total Equivalent 18 Kips Axle Load ( KSAL ) = 1,133 x 106
d. Mr = 1500 x CBR
SN=3
SN=3
71
4.4.6 Menentukan Koefisien Lapisan Perkerasan
SN = a 1 .D 1 + a 2 .D 2 m 2 + a 3 .D 3 m 3 + a 4 .D 4 m 4
+ (0,11 x D 4 x 1,0)
D4 = 5 inchi = 12,7 cm 13 cm
a1 = 1,73 inchi = 5 cm
a2 = 2 inchi = 5 cm
a3 = 5 inchi = 12,7 cm 13 cm
a4 = 5 inchi = 12,7 cm 13 cm
72
Susunan Lapisan Perkerasan Lentur Umur Rencana 10 tahun (2008 2017)
AC-WC
5 5
ATB
36
Agregat Base Kelas B
13
Dari hasil perhitungan untuk setiap CBR yang di analisis adalah sebagai
berikut :
BINAMARGA
DATA PROYEK AASHTO
MEMAKSIMALKAN LAPISAN
ATAS
4 9,5 5
8 15 8
20 10 13
25 10 14
57 44,5 40
73
Perbandingan Metode Binamarga dan AASHTO dengan CBR 6 %
Sta. 0 + 000 1 + 550
BINAMARGA
DATA PROYEK MEMAKSIMALKAN LAPISAN AASHTO
ATAS
4 7,5 5
6 15 5
20 10 13
25 10 13
55 42,5 36
yaitu semakin besar nilai CBR semakin kecil nilai ITP (Bina Marga) dan
nilai SN (AASHTO), perbandingan hasil kedua metode ini berbeda, hal ini
masing-masing metode.
74
4.7 Perbandingan Konseptual
Flexible Pavement.
75
6. Asumsi kekuatan relatif (a) 6. Asumsi kekuatan relatif (a)
Data-data :
CBR = 5,2 %
4.8.1 LHR pada tahun ke-10 (akhir umur rencana) rumus : (1+i)n
76
Setelah dihitung angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan
sebagai berikut:
LEP = 328,94
LEA 10 = 602,554
LEP + LEA 10
Rumus : LET 10 =
2
328,941 + 602,5
LET 10 =
2
LET 10 = 465,7475
77
4.8.5 Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) Tahun ke 10
LER 10 = 465,7475 x 10
10
DDT dan CBR maka akan didapatkan nilai DDT. Untuk nilai CBR
78
Gambar 4.11 Hubungan DDT dan CBR
79
Mencari Harga Indeks Tebal Perkerasan ( ITP ) ke 10 (2017)
Ipo 4
IPt = 2,5
DDT = 4,7
FR = 1 ( tabel 2.7 )
80
4.8.7 Menetapkan Lapis tambahan
AC WC = 4 cm 60 % x 4 x 0,4 = 0,96
ITP = 6,81
perencanaannya, dan juga tidak terlepas dari nilai CBR yang ada.
Pada proyek ini terdapat 2 jenis perencanaan yaitu jalan baru dan
Overlay, pada saat pekerjaan jalan baru telah mencapai lapis pondasi atas
(ATB), finishing grade harus sama atau lebih tinggi dari perkerasan jalan
lama (Existing) karena lapis pondasi atas berfungsi juga sebagai leveling
81
pada saat pekerjaan lapis permukaan atas pada jalan baru dan overlay
Widening
Tack coat 1500 3x2 0.4 lt/m2 5.355 /liter Rp. 19.278.000
Prime coat 1400 3x2 0.9 lt/m2 5.355 /liter Rp. 40.483.800
82
STA. 1 + 550 -3 + 148 (memaksimalkan lapis permukaan) CBR 4%
83
STA. 1 + 550 - 3 + 148 CBR 4 %
84
STA. 1 + 550 - 3 + 148 (Data Proyek) CBR 6 %
Overlay
85
4.12 Analisis Hasil Perhitungan Biaya
BINA MARGA
DATA PROYEK (memaksimalkan lapisan AASHTO
atas)
Rp. 4.712.971.260 Rp. 5.884.588.064 Rp. 3.442.198.760
Marga (memaksimalkan lapisan atas) dan data proyek yang ada, hal ini
disebabkan karena :
86
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil test CBR lapangan yaitu DCP (Dynamic Cone Penetration) di
dapat daya dukung tanah untuk Sta. 0 + 000 1 + 500 adalah 6 % dan
Dari hasil data survey beban lalu lintas yang melintasi di atas perlintasan
ke-10 (Bina Marga) dan EAL (Total Ekivalen 18 Kip Single Axle Loan)
metode.
Untuk metode Bina Marga dengan CBR 4 % didapat ITP (Indeks Tebal
87
Base B = 21 dan untuk CBR 6 % didapat SN = 3.0 dengan ketebalan AC
88
5.2. Saran
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan lingkungan. Hal ini bertujuan agar
diperoleh hasil perhitungan yang efektif dan efisien sehingga biaya yang
89
DAFTAR PUSTAKA
/ Bina Marga, Kuliah Keempat Jalan Raya II, Badan Penerbit PU,
Jakarta, 1977
1993
2003
Bandung, 1999