Anda di halaman 1dari 138

BAHAN KULIAH

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: noor.mahmudah@umy.ac.id
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3

MATERI
I

II - III

POKOK BAHASAN

Sistem transportasi dan komponennya


Tata guna lahan, aksesibilitas, dan mobilitas
dalam sistem transportasi

IV - VII

Sub-sistem transportasi udara, laut, jalan


rel, dan jalan raya

VIII

Konsep Sistranas dan aspek transportasi


dalam peraturan negara indonesia

IX

Perencanaan transportasi multi moda untuk


perkotaan dan regional

Masalah transportasi dan alternatif solusi


penyelesaiannya

XI - XII

Pengenalan perencanaan transportasi empat


tahap

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


2

S1 - Teknik Sipil
(Transportasi ) UGM
S2 - Master of
Engineering in Transport
and Road Engineering,
IHE-TU Delft, Belanda
S3 - Teknik Sipil
Transportasi
Pascasarjana Fakultas
Teknik UGM
Ph.D Internship University of Twente,
Belanda

PROFIL PENGAJAR
website:http://www.researchgate.net/profile/Noor_Mahmudah

PUBLIKASI ILMIAH
4

1. Blunden, W.R., and Black, J.A., 1984, The LandUse/Transportation System, 2nd Edition, Pergamon Press
Pty, Ltd, NSW, Australia
2. Khisty, C, J dan Lall, B, K, 2005, Dasar-Dasar Rekayasa
Transportasi Jilid 1 & 2, diterjemahkan dari Transportation
Engineering: An Introduction, third edition, Penerbit
Erlangga, Jakarta
3. Morlok, K, 1995, Pengantar Teknik dan Perencanaan
Transportasi, diterjemahkan dari Intoduction to
Transportation Engineering and Planning, Penerbit
Erlangga, Jakarta
4. Munawar, A, 2011, Dasar-DasarTeknik Transportasi, Beta
Offset, Yogyakarta
5. Tamin, O, Z, 2000, Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung

REFERENSI

SISTEM TRANSPORTASI

SISTEM TRANSPORTASI
Tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman, yang terdiri dari :
transportasi jalan,
transportasi kereta api,
transportasi sungai, danau, dan penyeberangan
transportasi laut
transportasi udara, dan
transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari
sarana dan prasarana, yang saling berinteraksi
membentuk sistem pelayanan jasa transportasi yang
efektif dan efisien, terpadu dan harmonis, dan
berkembang secara dinamis.
7

Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)


Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyeberangan, transportasi laut,
transportasi udara, serta transportasi pipa, yang
masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa,
yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak
dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang
secara dinamis.

SISTEM
TRANSPORTASI
DARAT
(JALAN RAYA
DAN JALAN REL)

SISTEM TRANSPORTASI LAUT


10

SISTEM TRANSPORTASI UDARA


11

TRANSPORTASI UNTUK
MASA DEPAN?

Sumber: Parikesit, D, 2010

ATAU
TRANSPORTASI MASA DEPAN?
12

Sumber: Parikesit, D, 2010

TRANSPORTASI YANG
BERKELANJUTAN
13

DISKUSI KELAS
Apa saja yang termasuk dalam sistem
transportasi?
Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan
dalam menciptakan sistem transportasi yang
berkelanjutan (Green Transportation)?

14

BAHAN KULIAH II

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

15

SISTEM
TRANSPORTASI
1. TRANSPORTASI UDARA
(AIR TRANSPORTATION)

2. TRANSPORTASI AIR (LAUT)


(SEA TRANSPORTATION)

3. TRANSPORTASI DARAT
(LAND TRANSPORTATION)

16

Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)


Sistranas adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara
kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi sungai dan danau,
transportasi penyeberangan, transportasi laut,
transportasi udara, serta transportasi pipa, yang
masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa,
yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak
dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan
transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang
secara dinamis.

17

Tujuan Sistranas
Tujuan Sistranas adalah terwujudnya transportasi yang
efektif dan efisien dalam menunjang dan sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan
mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya
pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta
mendukung pengembangan wilayah, dan lebih memantapkan
perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara dan
peningkatan hubungan internasional.
Tujuan Sistranas:
1. Efektifitas dalam hal kemudahan, kapasitas, keselamatan, dan kualitas;
2. Efisiensi dalam hal keterjangkauan, beban publik, dan kemanfaatan.
3. Keterpaduan dalam pergantian antar moda transportasi.
18

Perencanaan transportasi mempertimbangkan :


ekonomi (economic )
sosial (social)
lingkungan (environment)
Pembangunan transportasi yang berkelanjutan
(sustainable development)
----> Green Transportation
----> Blue Transportation

TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
19

1. Tata guna lahan (land use)


2. Perbaikan moda kendaraan (engine, fuel)
3. Pembatasan penggunaan kendaraan
(vehicle use restraint)
4. Promosi angkutan umum
(promotion of public transport)
5. Promosi penggunaan kendaraan tidak
bermotor (promotion of non-motorized transport)
TRANSPORTASI BERKELANJUTAN
20

SISTEM TRANSPORTASI
DAN
GUNA LAHAN

21

22

BAHAN KULIAH III

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

23

Perjalanan

Tata guna
lahan

Kode
Kebutuhan
transportasi

Fasilitas
transportasi

Nilai lahan

Aksesibilitas
Sumber: Khisty dan Lall, 2005

Kegiatan guna lahan

Kegiatan ekstraksi

Kegiatan pemrosesan

Kegiatan komunikasi

Kegiatan perdagangan

Kegiatan pelayanan

Kegiatan pelayanan
komunikasi dan nonkomersial

Kegiatan pemukiman

Pusat bisnis dan perkantoran

Lahan kosong

Sumber: Chapin, 1976 dalam Blunden & Black,1984

24

SISTEM LALU
LINTAS

SISTEM
KEGIATAN

SISTEM
MOBILITAS

INTERAKSI DIANTARA SISTEM ADALAH DINAMIS,


TIDAK STABIL, DAN TIDAK TERSTRUKTUR
25

MASING-MASING SISTEM MEMPUNYAI JANGKA WAKTU DAN


DAMPAK YANG BERBEDA:
SISTEM LALU LINTAS
SISTEM MOBILITAS
SISTEM KEGIATAN

LANGSUNG, REAKTIF, SANGAT


SINGKAT, BERDAMPAK LOKALITAS
TIDAK LANGSUNG, REAKTIF/ANTISIPATIF.
JANGKA PANJANG, BERDAMPAK REGIONAL
TIDAK LANGSUNG, ANTISIPATIF, JANGKA
SANGAT PANJANG, BERDAMPAK
REGIONAL/MAKRO

26

27

28

29

Aksesibilitas adalah kemudahan individu dalam melakukan


kegiatan sosial dan ekonomi. Aksesibilitas merupakan ukuran
kenyamanan atau kemudahan suatu tata guna lahan untuk
berinteraksi satu sama lain serta mudah atau susahnya lokasi
tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Blunden
dan Black, 1984). Aksesibilitas dapat ditingkatkan dengan
memperbaiki sistem transportasi seperti penambahan
kapasitas jalan, pembuatan jalan baru, peningkatan layanan
angkutan umum, manajemen transportasi, dll.
Mobilitas adalah kemampuan untuk memindahkan orang dan
atau barang. Meningkatkan mobilitas dapat dilakukan dengan
menurunkan biaya transportasi, meningkatkan kenyamanan,
dan meningkatkan kapasitas angkut.

AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS


DALAM SISTEM TRANSPORTASI

30

UKURAN AKSESIBILITAS:
1. Waktu Perjalanan (Travel
Time)
2. Biaya Perjalanan (Travel
Cost)
3. Jarak Perjalanan (Travel
Distance)

UKURAN MOBILITAS:
1. Jumlah orang atau
kendaraan yang
melakukan perjalanan
(Orang/hari atau
kend/hari)
2. Jumlah barang yang
diangkut (ton/km)

AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS


DALAM SISTEM TRANSPORTASI
31

PERGERAKAN (MOBILITAS) DAPAT DIBEDAKAN


(Tamin, 2000):
1. Pergerakan Tidak Spasial (tidak terkait dengan
keruangan) yang dipengaruhi oleh:
Maksud/alasan pergerakan
(ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama)
Waktu pergerakan (maksud perjalanan)
Jenis moda yang digunakan (tergantung maksud,
jarak, biaya, kenyamanan perjalanan)

MOBILITAS PADA SISTEM


TRANSPORTASI KOTA

32

2. Pergerakan Spasial (terkait dengan


keruangan)
Perjalanan terjadi karena manusia melakukan
aktivitas di tempat yang berbeda dengan
tempat tinggalnya, yang dipengaruhi oleh pola
sebaran spasial:

Permukiman (semakin padat di luar kota)


Perkantoran (semakin padat di pusat kota)
Industri (jauh dari pemukiman)

MOBILITAS PADA SISTEM


TRANSPORTASI KOTA

33

34

35

36

BAHAN KULIAH IV

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

37

BANDAR UDARA (AIRPORT)


Bandar udara (bandara) adalah lapangan terbang yang berfungsi untuk
mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang,,dan
atau bongkar-muat barang (kargo) serta dilengkapi dengan fasilitas
keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai tempat
perpindahan antar moda transportasi (Munawar, A, 2011).

38

Rute dan jaringan penerbangan dalam dan luar negeri diatur dalam PP RI No. 40
tahun 1995 tentang Angkutan Udara dan Kepmenhub No. 81 tahun 2004 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara,
Berdasarkan hirarkinya, bandar udara (bandara) dapat dibagi menjadi 2:
1) Bandara pusat penyebaran (hub)
2) Bandara bukan pusat penyebaran
Berdasarkan rutenya bandara dikelompokan menjadi:
1) Rute Utama (menghubungkan antar bandara pusat penyebaran)
2) Rute Pengumpan (menghubungkan bandara pusat penyebaran dan yang bukan)
3) Rute Perintis (menghubungkan daerah terpencil dan pedalaman)

39

Secara teknis, bangunan bandar udara


(bandara) dapat dibagi menjadi:
1. sisi udara (air side), dan
2. sisi darat (land side)
Sisi udara (air side) meliputi:
1. Landas pacu (runway)
2. Landas hubung (taxiway)
3. Landas parkir (apron)
Sisi darat (land side) meliputi:
1. Terminal penumpang
2. Terminal kargo
3. Bangunan operasi dan administrasi
4. Bangunan penunjang operasional
5. Terminal VIP
(sumber Munawar A, 2011)

SISTEM TRANSPORTASI UDARA


40

A.1. Landas Pacu (runway)


Bagian dari bandara yang berbentuk persegi panjang dan digunakan untuk lepas
landas (take off) dan mendarat (landing) pesawat. Konfigurasi runway dapat berupa
single runway, two and four parallel runways, intersection, dan open V runways.
A.2. Landas Hubung (taxiway)
Merupakan jalan pesawat terbang di daratan yang menghubungkan satu bagian
bandara dengan bagian bandara lainnya, pada saat pesawat melakukan taxiing.
A.3. Landas Parkir (apron)
Merupakan tempat pesawat melakukan manuver dan parkir. Apron dapat
dikelompokkan : 1) Apron terminal; 2) Cargo terminal; 3) Parking apron; 4) Services
and hangar apron; and 5) General aviation apron.
Tata letak terminal apron dipengaruhi oleh penggunaan peralatan untuk penumpang
yang akan masuk pesawat (garbarata, tangga, bus, tangga built-in pesawat).
(sumber Munawar A, 2011)

41

B.1. Terminal Penumpang


Merupakan tempat peralihan aktivitas dari sisi darat ke sisi udara atau sebaliknya.
Fasilitas bangunan terminal penumpang dapat dikelompokkan menjadi:
1) Kelompok umum;
2) Kelompok keberangkatan;
3) Kelompok kedatangan; dan
4) Kelompok penunjang

42

B.2. Terminal Kargo


Terminal kargo direncanakan bersama-sama dengan terminal
penumpang dengan memperhatikan karakteristik operasional dan
kebutuhan.
Fasilitas bangunan terminal kargo dapat dikelompokkan menjadi:
1) Fasilitas fungsional dan operasional;
2) Fasilitas penyimpanan; dan
3) Fasilitas kantor dan pendukung

43

B.3. Bangunan Operasional dan Administrasi


Bangunan pada bandara yang berfungsi sebagai tempat kegiatan
penunjang operasional dan keselamatan penerbangan.
Fasilitas bangunan Operasional dan Administrasi dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Bangunan operasi (ATC, ruang peralatan, ruang elektrikal, ruang
mekanikal, dll.);
2) Bangunan administrasi (hall, ruang kepala bandara, ruang staf, ruang
rapat, dll.)

44

B.4. Bangunan Penunjang Operasional


Bangunan dalam kawasan bandara yang berfungsi membantu kegiatan
operasional bandara secara total.
B.5. Terminal VIP
Terminal penumpang untuk pelayanan khusus seperti pejabat negara,
tamu negara, dll. Fasilitas pada terminal VIP antara lain hall, ruang
tunggu keberangkatan/kedatangan, ruang rapat, pantry, toilet, dll.

45

Bandara pusat penyebaran dapat dibagi menjadi:


a. Primer (Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, Hasanuddin)
b. Sekunder (Polonia, Badaruddin, Sepinggan, Sam Ratulangi, dll.)
c. Tersier (Adi Sucipto, Syamsuddin Noor, Selaparang, Sentani, dll.)
Berikan contoh penerbangan untuk:
1. Rute Utama
2. Rute Pengumpan
3. Rute Perintis
Masing-masing 5 penerbangan (flights).

46

BAHAN KULIAH V

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/
47

TRANSPORTASI LAUT

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah pantai


mencapai 80.000 km sehingga memerlukan transportasi air untuk
mengangkut dan mendistribusikan manusia dan barang
(Munawar, A, 2011).
Transportasi (angkutan) air dapat dibagi menjadi 2:
1. Angkutan Laut
2. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP);
Jaringan prasarana laut nasional berupa alur pelayaran transportasi
laut dibagi menjadi 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI):
1. ALKI I: Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda
2. ALKI II: Selat Makasar sampai Lombok
3. ALKI III: Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda
48

49

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)


50

Pelabuhan laut dapat dikelompokkan


berdasarkan:
1. Penyelenggaraan
2. Penggunaan
3. Fungsi
4. Letak geografis
Berdasarkan penyelenggaraan meliputi:
1. Pelabuhan Umum (General Port)
Untuk kepentingan masyarakat umum,
diselenggarakan oleh pemerintah dan
dilaksanakan oleh BUMN
2.

Pelabuhan Khusus (Special Port)


Untuk kepentingan sendiri dan khusus,
dibangun dan dilaksanakan oleh
perusahaan (pemerintah/swasta)
(sumber Munawar A, 2011)
51

Pelabuhan berdasarkan penggunaan

1. Pelabuhan Penumpang
Untuk kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang dengan memenuhi
persyaratan tertentu seperti tersedianya terminal penumpang, kantor imigrasi,
kantor perusahaan pelayaran, dll.
2. Pelabuhan Barang
Untuk kegiatan bongkar muat barang dengan persyaratan tertentu, seperti
tersedianya dermaga yang dapat menampung min 80% badan kapal, gudang
penyimpanan, halaman dermaga yang luas, dan fasilitas reparasi.
3. Pelabuhan Campuran
Untuk kegiatan orang (penumpang) dan barang
4. Pelabuhan Minyak : Untuk pengusahaan perminyakan.
5. Pelabuhan Ikan : Untuk kegiatan menangkap ikan.
6. Pelabuhan Militer: Untuk kegiatan militer.
(sumber Munawar A, 2011)

52

Berdasarkan Fungsi Pelabuhan


1. Pelabuhan Laut: bebas disinggahi kapal-kapal asing
2. Pelabuhan Pantai: tidak bebas disingggahi kapal-kapal
asing
Berdasarkan Letak Geografis
1. Pelabuhan Alam
Pelabuhan yang secara alami terbentuk dan terlindung
oleh alam.
Contoh Pelabuhan Cilacap
2. Pelabuhan Buatan
Pelabuhan yang pelindungnya (breakwater) dibuat oleh
manusia
3. Pelabuhan Semi Alam
Pelabuhan campuran antara alam dan buatan
53

54

Jenis Kapal
1. Kapal Penumpang
Untuk mengangkut penumpang
2. Kapal Barang
Untuk mengangkut barang
A. Kapal Lo-Lo (Lift on / Lift off)
menggunakan crane kapal, dermaga, atau mobil
B. Kapal Ro-Ro (Roll on / Roll off)
menggunakan truk-truk pengangkut

55

Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP)


Angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak, yang
menghubungkan jaringan jalan atau jalan kereta api yang terputus
karena adanya perairan.

56

57

DISKUSI:
1. Sebutkan pelabuhan penumpang
2. Sebutkan pelabuhan barang
3. Sebutkan pelabuhan militer
4. Sebutkan pelabuhan minyak
5. Sebutkan pelabuhan ikan
Yang anda ketahui (minimal 3 untuk masing-masing pelabuhan)!

58

BAHAN KULIAH VII

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

59

JALAN REL (JALAN KERETA API)


A. SEJARAH KERETA API

1864: NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij) membangun jalan


kereta api di Kemijen Tanggung sepanjang 26 km dan dibuka tahun 1867
1913 : SS (Staat Spoorwegen), SCS, dan SJM
1923: OJS (Oost Java Stoomtram Maatschappij ) membangun jalan tram di
Surabaya
1924: NITM (Nederlands Indische Tramweg Maatschappij )membangun jalan
kereta api di Jakarta
1945: Pemerintah RI dibawah DKARI, DKA (1950), PNKA (1963),
PJKA (1971), PERUMKA (1990), dan PT Kereta Api (1998)

60

B. KEUNGGULAN KERETA API

Angkutan massal
Tidak polutif
Hemat energi
Aman dan lancar dengan jalur sendiri
Efisien untuk angkutan perkotaan

BUAT PERBANDINGAN DENGAN JALAN RAYA!

61

STASIUN KERETA API

62

C. KLASIFIKASI JALAN REL


1. Lebar sepur
2. Kecepatan maksimum
3. Kelas jalan rel
4. Kelompok lintas jalan rel
1.
a.
b.
c.

LEBAR SEPUR
Sepur standar : 1435 mm
Sepur lebar : > 1435 mm
Sepur sempit: < 1435 mm

63

2. KECEPATAN MAKSIMUM
Kelas
Jalan Rel

Kecepatan
Maksimum
(km/jam)

Beban Gandar
Maksimum
(ton)

120

18

II

110

18

III

100

18

IV

90

18

80

18

64

HIGH SPEED TRAIN

65

3. KELAS JALAN REL


Kelas
Jalan Rel

Kapasitas Angkut
(x 10 juta
ton/tahun)

Kecepatan
Maksimum
(km/jam)

Beban Gandar
Maksimum
(ton)

> 20

120

18

II

10 -20

110

18

III

5 10

100

18

IV

2,5 - 5

90

18

< 2,5

80

18

66

4. KELOMPOK LINTAS JALAN REL


Kelompok Lintas Jalan Rel

Kelandaian (0/00)

Lintas Datar

0 - 10

Lintas Pegunungan

10 - 40

Lintas dengan Rel Gigi

40 - 80

67

C. STRUKTUR JALAN REL DAN JENIS BANTALAN

Jenis Bantalan

Tipe Rel
R.42

R.50

R.54

R.60

Kayu

325 m

375 m

400 m

450 m

Beton

200 m

225 m

250 m

275 m

68

D. STANDAR JALAN REL DI INDONESIA


Kelas
Jalan Rel

Kapasitas
Angkut
(x 10 juta
ton/tahun)

Kecepatan
Maksimum
(km/jam)

Tipe Rel

Jenis Bantalan
/ Jarak (mm)

Jenis
Penambat Rel

> 20

120

R.60/ R.54

Beton / 600

EG

II

10 -20

110

R.54 /
R.50

Beton/Kayu/
600

EG

III

5 10

100

R. 54/
R. 50 /
R. 42

Beton/Kayu/B
aja/ 600

EG

IV

2,5 - 5

90

R. 54/
R. 50 /
R. 42

Beton/Kayu/B
aja/ 600

EG/ET

< 2,5

80

R. 42

Kayu/Baja/
600

ET

69

70

E. PERBANDINGAN BANTALAN JALAN REL

71

F. RUANG BEBAS PADA BAGIAN LURUS

72

G. RUANG BEBAS PADA TIKUNGAN

73

BAHAN KULIAH VIII

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

74

JALAN RAYA
A. SEJARAH JALAN RAYA

Sejak adanya peradaban manusia (jalan kakihewanmesin)


3500 SM (Mesopotamia): Jalan dengan perkerasan di Mesopotamia
Jaman Romawi: Struktur jalan dengan beberapa lapis perkerasan
1716 1796 (Perancis) : Sistem lapisan batu pecah dengan lapisan fondasi
batu serta dilengkapi kemiringan melintang dan sistem drainase (Pierre Marie
Jerome Tresaquet)
1756 1836 (Skotlandia) : Struktur perkerasan Macadam (Louden Mac Adam)
1757 1834 (Skotlandia): Struktur perkerasan Telford (John Telford)
Akhir abad ke-18 (Indonesia): Jalan pos Anyer Panarukan
(Daendels, Kolonial Hindia Belanda)
1978 (Indonesia): Jalan tol pertama Jagorawi (36 km)

75

B. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN JALAN


1. Mudah dalam pelaksanaan konstruksinya
2. Pembangunan infrastruktur relatif murah
3. Mudah diakses
4. Polusi relatif tinggi
5. Tingkat kecelakaan sangat tinggi
6. Tidak efisien untuk angkutan perkotaan yang padat penduduk
C. KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA DIDASARKAN PADA:
1. Status (nasional, provinsi, kabupaten)
2. Fungsi (arteri, kolektor, lokal)
3. Peran pelayanan (primer dan sekunder)
4. Jenis perkerasan (jalan tanah, jalan dengan perkerasan lentur,
dan jalan dengan perkerasan kaku)
76

KLASIFIKASI JALAN
DI INDONESIA

77

JALAN RAYA
(HIGHWAYS)

78

JALAN RAYA DI DAERAH


PERKOTAAN

79

D. PROFIL DAN STRUKTUR JALAN

80

81

LAPISAN STRUKTUR JALAN:


1. TANAH DASAR (SUBGRADE)
2. LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE COURSE)
3. LAPIS PONDASI ATAS (BASE COURSE)
4. LAPIS PERMUKAAN (SURFACE COURSE)

E. LAPISAN STRUKTUR JALAN

82

Perkerasan Lentur (Flexible Pav)

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

F. POTONGAN STRUKTUR JALAN


83

BAHAN KULIAH IX DAN X

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

84

KONSEP SISTRANAS

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2005


tentang Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)

85

KOMPONEN SISTRANAS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

(Munawar, 2011)

INPUT (MASUKAN)
PROSES
OUTPUT (KELUARAN)
INSTRUMENTAL INPUT
ENVIRONMENTAL INPUT
PIHAK LAIN YANG TERKAIT

A. INPUT (MASUKAN)
1.

2.
3.
4.

INPUT TRANSPORTASI (IPTEK, SDM, ENERGI, DANA,


MANAJEMEN, ADM NEGARA)
MODA TRANSPORTASI (DARAT, LAUT, UDARA)
JARINGAN (PRASARANA DAN PELAYANAN)
PENYELENGGARA/OPERATOR (UPT PEMERINTAH,
BUMN, BUMD, KOPERASI)

86

B. OUTPUT (KELUARAN)

1. VISI DAN MISI DARI REGULATOR/PEMERINTAH


(KEBIJAKAN, STRATEGI, UPAYA)
2. PELAYANAN TRANSPORTASI YANG EFEKTIF DAN
EFISIEN
3. PENGGUNA JASA (USER)

C. INSTRUMENTAL INPUT
1.
2.
3.
4.
5.
6.

PANCASILA
UUD 1945
WAWASAN NUSANTARA
TANNAS
GBHN
UU TERKAIT

87

88

PERGERAKAN (MOBILITAS) DAPAT DIBEDAKAN


(Tamin, 2000):
1. Pergerakan Tidak Spasial (tidak terkait dengan
keruangan) yang dipengaruhi oleh:
Maksud/alasan pergerakan
(ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama)
Waktu pergerakan (maksud perjalanan)
Jenis moda yang digunakan (tergantung maksud,
jarak, biaya, kenyamanan perjalanan)

MOBILITAS PADA SISTEM


TRANSPORTASI KOTA

89

2. Pergerakan Spasial (terkait dengan


keruangan)
Perjalanan terjadi karena manusia melakukan
aktivitas di tempat yang berbeda dengan
tempat tinggalnya, yang dipengaruhi oleh pola
sebaran spasial:

Permukiman (semakin padat di luar kota)


Perkantoran (semakin padat di pusat kota)
Industri (jauh dari pemukiman)

MOBILITAS PADA SISTEM


TRANSPORTASI KOTA

90

Jam sibuk pada pagi hari menuju


pusat kota dan sore hari menuju
permukiman

CIRI PERGERAKAN SPASIAL


DAERAH PERKOTAAN

91

80 % perjalanan barang yang dilakukan di kota menuju daerah


permukiman yang merupakan daerah konsumsi yang dominan
80% jumlah total kilometer perjalanan barang menuju dan dari
daerah industri.

CIRI PERGERAKAN SPASIAL


TRANSPORTASI BARANG DI KOTA
92

Jalan

Pabrik CPO

Pabrik CPO

Jalan

Sungai

Pelabuhan
Sungai

Pelabuhan
Umum

Stasiun

Jalan
Pabrik CPO

Pelabuhan
Umum

Rel

Jalan
Pabrik CPO

Pelabuhan
Umum

Stasiun

Rel

Pelabuhan
Sungai

Jaringan/Jalur

Sungai

Titik

Pelabuhan
Umum

93

ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS


(ANDALL)

94

Tiga kelompok utama urban


No.

Uraian

Keterangan

Orang yang mampu membeli tanah di kota dan


bekerja di kota

Masalah yang
ditimbulkan kurang
berarti

Orang yang bekerja di kota tetapi tinggal di


pinggiran kota dan mampu membayar biaya
transportasi

Sangat potensial
menciptakan
masalah
transportasi

Orang yang tidak mampu membeli tanah di dalam


kota dan tidak mampu membayar biaya
transportasi

Menciptakan
wilayah kumuh di
kota (informal
settlement)

PERMASALAHAN TRANSPORTASI
PERKOTAAN

95

CONTOH IDENTIFIKASI MASALAH


Penyebab

Akibat

Masalah yang ditimbulkan

Urbanisasi

Jumlah penduduk kota


semakin besar

Permukiman ilegal dan


informal di kota semakin
banyak
Penduduk > 2 juta jiwa
menimbulkan masalah
transportasi: sarana
angkutan umum yang
tidak memadai;
subsidi yang besar

Industrialisasi

Pekerja terkonsentrasi di
kota

Masalah kemacetan pada


ruas jalan menuju
pabrik/gudang dan akses
menuju pelabuhan

DISKUSIKAN PERMASALAHAN
TRANSPORTASI PADA SLIDE
BERIKUT

96

Penyebab

Masalah yang ditimbulkan

Alternatif solusi

Kepemilikan kendaraan
pribadi yang meningkat
Orang yang bekerja di kota
tetapi tinggal di pinggiran kota
Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) yang tidak
sinkron ada suatu Provinsi
Kegiatan transportasi barang
akibat industrialisasi
Fasilitas antar moda yang
kurang mendukung mobilitas

97

Lingkup Area

Penyebab masalah

Masalah yang ditimbulkan

Perkotaan (Urban)

Urbanisasi
Industrialisasi
Kepemilikan kendaraan
pribadi

Informal settlement
Kerusakan infrastruktur
jalan
Kemacetan
Waktu tempuh
perjalanan lama
Biaya transportasi mahal

Regional

RTRW yang tidak sinkron


Fasilitas intermoda yang
kurang mendukung

Sistem transportasi yang


tidak efektif dan efisien
Mempengaruhi waktu
dan biaya perjalanan

Perdesaan (Rural)

Prasarana transportasi yang


terbatas dengan kualitas
rendah
Sarana (moda, terminal) yang
tidak mendukung

Aksesibilitas rendah
Mobilitas rendah
Waktu tempuh lama
Biaya transportasi mahal

PERMASALAHAN TRANSPORTASI

98

BAHAN KULIAH XI DAN XII

SISTEM TRANSPORTASI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

DR. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.ENG.


email: mahmudah@hotmail.com
website: http://id.linkedin.com/pub/noormahmudah/25/165/3/

99

10
0

Land Use Model


Xip = f ( Cip )

Trip Generation Model


Ti p = f ( Cip )

Trip Distribution Model


Tijp = f ( Cijp )

Modal Split Model

Tijpm = f ( Cijpm )

Network Assignment Model

Tijpmr = f ( Cijpmr )

10
1

Siapa?
Kemana?
Menggunakan moda transportasi apa?
Melalui rute yang mana?

Sumber: Parikesit, D, 2010

Sumber: Parikesit, D, 2010

102

Definisi bangkitan perjalanan


Klasifikasi perjalanan (maksud, waktu, tipe orang))
Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan (trip
production) dan tarikan perjalanan (trip attraction)
Pemodelan faktor pertumbuhan

Home-based trip
Non-home-based trip
Trip production
Trip attraction

Bangkitan perjalanan adalah banyaknya jumlah


pergerakan/perjalanan yang dibangkitkan oleh suatu zona dalam
satuan waktu. Fungsinya untuk mengestimasi jumlah perjalanan
yang meninggalkan dan menuju suatu zona dalam satuan waktu
103

BANGKITAN PERJALANAN
(TRIP GENERATION)
PERJALANAN BERBASIS RUMAH
Bangkitan

Tarikan

Rumah

Kantor
Bangkitan

Tarikan

PERJALANAN BERBASIS BUKAN RUMAH


Bangkitan

Tarikan

Kantor

Pasar
Tarikan

Bangkitan

Ti = ti .Fi

d
i
c
i

d
i
c
i

f Pi , I , C
Fi =
c
f ( Pi , I , C )

Ti = Pergerakan pada masa mendatang di zona i


ti = Pergerakan pada saat ini di zona i
Fi = Faktor Pertumbuhan (Growth factor)
Pi = Populasi
Ii = Pendapatan (Income)
Ci = Kepemilikan kendaraan (Car ownership)

105

Jumlah perjalanan

yang berasal dari suatu zona asal


dan menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya.

10
106

SITUASI NASIONAL SAAT INI

MATRIKS ASAL-TUJUAN
PERJALANANPENUMPANG DAN BARANG
ANTAR PULAU DI INDONESIA

107

KLASIFIKASI PERJALANAN
- Maksud: bekerja, sekolah, belanja, dll
- Waktu: jam sibuk dan jam tidak sibuk
- Berdasarkan orang: penghasilan, kepemilikan kendaraan,
jumlah anggota RT
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
- Bangkitan perjalanan orang (aksesibiltas, penghasilan,
kepemilikan kendaraan, jumlah anggota RT )
- Tarikan perjalanan (ruang industri, komersial, dan jasa)
- Bangkitan dan tarikan angkutan barang (jumlah pekerja,
luas area industri, dll)
108

Suatu set pasangan O - D untuk merepresentasikan/


menggambarkan titik (node) Asal-Tujuan (OD).
Ketersediaan jaringan transportasi, yang berupa jaringan (link) dan
titik (node), merupakan representasi dari waktu, jarak, atau biaya
perjalanan
MODEL FAKTOR PERTUMBUHAN
FACTOR MODEL)
UNIFORM
ZONAL GROWTH FACTOR MODEL

(GROWTH

SINGLY CONSTRAINED
AVERAGE
BI-PROPORTIONAL/FURNESS
DOUBLY CONSTRAINED

MODEL SINTETIS (SYNTHETIC MODEL)


GRAVITY MODEL
OPPORTUNITY (INTERVENING, COMPETING)
GRAVITY OPPORTUNITY MODEL
MODEL KEBUTUHAN LANGSUNG (DIRECT
DEMAND MODEL)

109

METODE KONVENSIONAL

METODE LANGSUNG
1. INTERVIEW
2. FOTO UDARA
METODE TIDAK LANGSUNG:
1. METODE FAKTOR
PERTUMBUHAN/ANALOG
(SERAGAM, RATA-RATA, FRATAR,
DETROIT, FURNESS)
2. METODE SINTETIS/ANALITIS
(OPPORTUNITY, GRAVITY, GRAVITYOPPORTUNITY)

METODE TIDAK
KONVENSIONAL

ESTIMASI MATRIKS ENTROPI


MAKSIMUM

ESTIMASI KEBUTUHAN
LANGSUNG

110

1
1

125

TOTAL
100

3
TOTAL

175

200
0

150

150

450

111

TOTAL
Oi

70

30

100

80

120

200

45

105

150

TOTAL
Dj

125

175

150

450
112

MODEL SERAGAM (UNIFORM MODEL)


_

T = T Exp
t
ij

t
ij

t ,t

TOTAL

25

75

100

100

50

25

125

TOTAL

125

150

TOTAL

250

150

150

150

175

125

400

TOTAL

200

275

100

575

113

SINGLY CONSTRAINED AND AVERAGE FACTOR


_

t
i
t
i

O
T =T
O
_

t
ij

t
ij

_
_

T =T
t
ij

t
ij

D
D

t
j
t
j

t
t
_
D
Oi
j
t
t

Tij = Tij t + t 0,5


Oi D j

PENGEMBANGAN MODEL GRAVITY

Tij = tij .Fi

Origin constraint

Tij = tij .F
Tij = tij .F j
Fij = gM i M j f (Cij )

Destination constraint

Fij = g

M i M j f (Cij )
j M j f (Cij )

BI-PROPORTIONAL MODEL:
FURNESS (1955)

Tij = Ai B j Oi D j
A D = T = B O
i

A
A

280
0

D
225

TOTAL
120

TOTAL

315

335

240
0

360

125

1000

117

From Bi-Proportional Approach

Tij = Ai B j Oi D j
A D = T = B O
i

To Tri-Proportional Approach (more advance modelling)

Tij = Ai Oi B j D j . exp( cij )

= Oi

= Dj

ij

Tij = Ai Oi B j D j . Fij ij

ij

t c

ij ij

ij

=C

PEMILIHAN MODA/MODE CHOICE


APA MODA YANG DIGUNAKAN?
BERAPA BIAYANYA?
BERAPA LAMAWAKTU YANG
DIBUTUHKAN?
BAGAIMANA TINGKAT KENYAMANANNYA?

pm
Tij

= f

pm
( Cij

p
m
i
j
t
c

: purpose
: mode
: origin zone
: destination zone
: trip
: generalized cost

119

PARADOX IN MODE CHOICE


RED BUS BLUE BUS CASE

12
0

UTILITAS (UTILITY) APAKAH ITU?


PENGENDARA/PENGGUNA
TRANSPORTASI (traveler) memberikan
prioritas utilitas berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki tentang
utilitas seperti bentuk GC
PERBEDAAN PENGENDARA/PENGGUNA
TRANSPORTASI :
Laki-laki dan perempuan
Tua, muda, anak-anak
Moda transportasi yang superior

12
1

KARAKTERISTIK PEMILIHAN MODA


DI PERKOTAAN (Parikesit, 2011)

Pengguna transportasi
jarak pendek
mempunyai kebutuhan
yang tidak elastik
(inelastic demand)
Semakin panjang jarak
yang ditempuh
pengguna transportasi
maka akan semakin
sensitif terhadap biaya
perjalanan

% Tariff from the current level

Penumpang angkutan
umum mempunyai
persepsi yang berbeda

300

Short distance
Medium distance

250

Long distance

200
150
100
50
0
0

0,25

0,5

0,75

1,25

Probability of Using Public Transport

1,5

1,75

90

Travel Time (min)

80
70

m/cycle

60

car

transjogja
TransJogja

rickshaw

50

taxi
bus

40
30

Private Car

20
Motorcycle

10
0
0

10
Travel Distance (km)

15

20

KONSEP PEMILIHAN MODA

p =
k
j

k
j

exp(U )

exp(U

k
i

: Probabilitas konsumen k memilih moda j

: utilitas memilih moda j

Kalibrasi model logit:

Tij = Ai . Oi . Bj . Dj . exp-Cij
Tij = k . exp-Cij

KALIBRASI LOGIT MODEL


p kj =

exp(U kj )

k
exp(
U

i )
i

Tij = Ai . Oi . Bj . Dj . exp-Cij
Tij = k . exp-Cij
Tij1 = k. exp - [a.TC1+b.TT1.VoT1+d]
Tij2 = k. exp - [a.TC2+b.TT2.VoT2+d]
Tij1 + Tij2 = Tij
P1 = Tij1 /[Tij1 +Tij2]
125

MODEL PEMILIHAN RUTE


(ROUTE ASSIGNMENT)
A

1
5
8
4
B

3
C

CHOICE OF SOLUTION
(QTOT=1000)
Wardrop 1st Principle

USER OPTIMUM

Wardrop 2nd Principle

C1 = C 2
SYSTEM OPTIMUM
Q1.C1 + Q2.C2 = QC
TOTAL COST MINIMUM

USER OPTIMUM

C2

C1

C1 = C2
q1

q2

C1 = a1 + b1Q1
C2 = a2 + b2Q2
Q = Q1 + Q2

a1 a2 + b1
Q2 =
(b + b )

ALTERNATIVE SOLUTION
Single all-or-nothing
All-or-nothing with capacity restraint
Fast change
Slow change

Simple iterative procedure (=0,5)


Optimized Iterative Procedure
(preferred )
Incremental loading

TUGAS : KASUS II
TOTAL

25

75

100

100

50

150

oi

1
3
TOTAL

dj

25

125

150

125

150
1

125

TOTAL

Oi
250

400
2

3
TOTAL

Dj

200

275

150
0

175

100

575

131

CONTOH PENYELESAIAN KASUS II


Matriks Asal- Tujuan (MAT) pada saat ini dan mendatang

Zona

oi

Oi

25

75

100

250

100

50

150

150

25

125

150

175

125

150

125

400

200

275

100

1,60

1,83

0,80

dj
Dj
Ej

Ei
2,50
1,00
1,17

575
1,44
132

1. Metode dengan Satu Batasan Zona Asal


(Origin constraint = Oi)
Zona

oi

Oi

63

187

250

250

100

50

150

150

29

146

175

175

129

208

238

575

200

275

100

1,55

1,32 0,42

dj
Dj
Ej

Ei
1,00
1,00
1,00

575
1,00
133

2. Metode dengan Satu Batasan Zona Tujuan


(Destination constraint)
Zona

oi

Oi

46

60

106

250

160

40

200

150

40

229

269

175

200

275

100

575

200

275

100

1,00

1,00

1,00

dj
Dj
Ej

Ei
2,36
0,75
0,65

575
1,00
134

3. Metode Rata-rata Zona Asal dan Tujuan


(Average atau Doubly constraint)
Zona

oi

Oi

Ei

Ei-n

54

124

178

250

1,41 1,00

130

45

175

150

0,86 1,00

35

188

222

175

0,79 1,00

dj

165

242

169

575

Dj

200

275

100

Ej

1,22

1,14 0,59

Ej-n

1,00

1,00 1,00

575
1,00
1,00
135

4. Metode Seragam (Uniform)


Zona

oi

Oi

Ei

36

108

144

250

1,74

144

72

216

150

0,69

36

180

216

175

0,81

dj

180

216

180

576

Dj

200

275

100

Ej

1,11

1,27 0,56

575
1,00
136

5. Metode Detroit
Zona

oi

Oi

Ei

Ei-n

79

104

183

250

1,37 1,00

111

28

139

150

1,08 1,00

33

186

219

175

0,80 1,00

dj

144

265

132

541

Dj

200

275

100

Ej

1,39

1,04 0,76

Ej-n

1,00

1,00 1,00

575
1,06
1,00
137

6. Metode Furness
Zona

oi

Oi

Ei

63

187

250

250

100

50

150

150

1,00

29

146

175

175

1,00

dj

129

209

237

575

Dj

200

275

100

Ej

1,55

1,32

0,42

1,00

575
1,00
138

Iterasi Pertama
Zona

oi

Oi

83

79

162

250

155

21

176

150

45

193

238

175

200

276

100

576

200

275

100

1,00

1,00

1,00

dj
Dj
Ej

Ei
1,54
0,85
0,74

575
1,00
139

Anda mungkin juga menyukai