Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

BAB II
ISI LAPORAN

A. Penggambaran kondisi / permasalahan lalu lintas pada Simpang tiga terminal Oepura

1. Penggambaran kondisi

Simpang tiga Oepura merupakan salah satu simpang di kota kupang. Simpang ini terletak
di daerah Oepura dan merupakan pertemuan antara tiga jalur utama yaitu tofa, Oepura, dan
sikumana yang merupakan daerah daerah yang arus lalu lintasnya cukup padat. Simpang
ini mempunyai potensi yang dapat menimbulkan kemacetan, karena banyaknya hambatan
samping yang terjadi di simpang tersebut, karakteristik lalu lintas pada simpang tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Kondisi geometrik
Tipe jalan pendekat Oepura : 4/2 D (devided) dipisah dengan median
Tipe jalan pendekat tofa : 4/2 D (devided) dipisah dengan median
Tipe jalan pendekat sikumana : 2/2 UD

b. Kondisi median
Kondisi median pada jalan jalan pendekat pada simpang tiga Oepura berupa garis
median dan pembatas jalan dari semen tetapi dari arah pendekat sikumana tidak
terdapat median

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 2


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

c. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan di simpang Oepura ini terdapat pertokoan dan rumah
penduduk

d. Kondisi persinyalan
Tidak terdapat lampu lalu lintas yang mengatur arus lalu lintas pada simpang
tersebut, tetapi pada jam sibuk ada polisi lalu lintas yang mengatur arus lalu lintas
pada simpang tersebut.

e. Kondisi lalu lintas


Arus lalu lintas yang melewati simpang ini yaitu kendaraan bermotor : kendaraan
ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan sepeda motor (MC).

2. Permasalahan yang terjadi

Simpang terminal Oepura ini setelah dilakukan pengamatan ternyata simpang tersebut
memiliki tingkat kemacetan cukup tinggi apalagi pada saat jam jam sibuk yaitu dari jam
06:00 sampai 07:00, pada jam 12:00 sampai jam 13:00 dan pada jam 18:00 sampai 19:00.
Banyaknya hambatan samping, kapasitas simpang yang tidak memadai, konflik lalu
lintas yang terjadi juga meningkatkan penumpukan pada simpang tersebut sehingga
mengakibatkan kemacetan pada simpang Oepura yang dapat dilihat dari panjangnya
antrian kendaraan yang ada.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 3


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

Ditinjau dari Pd. T-08-2004-B terdapat beberapa penyebab kemacetan yang terjadi , yaitu
:
1. Hambatan samping
a. Parkir di badan jalan (SMS.3)

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 4


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

b. Pejalan kaki menyeberang jalan tidak pada tempatnya (SMS.4)

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 5


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

c. Pejalanan kaki berada di badan jalan (SMS.5)

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 6


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

d. Naik turun penumpang angkutan umum (angkot) (SMS.6)

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 7


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

e. Keluar masuk kendaraan di akses jalan (SMS.7)

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 8


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

f. Kendaraan balik arah, belok kanan (SMS.9)

2. Konflik lalu lintas


a. Marka jalan tidak jelas
b. Lintasan kendaraan menyerobot jalur lawan
c. Tidak adanya system prioritas

3. Kapasitas simpang
Kapasitas simpang juga mempengaruhi keadaan jalan di persimpangan, dimana jika
dilihat dari penumpukan kedaraan yang terjadi pada simpang tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kapasitas simpang yang ada tidak lagi memadai untuk volume
kendaraan yang ada. Masalah kapasitas simpang ini hanya dilihat secara kasat mata
tanpa melakukan perhitungan terhadap perhitungan volume kendaraan yang ada.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 9


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

B. Konsep Metode Manajemen Lalu Lintas / Penanganan Kemacetan yang dipilih


Berdasarkan Permasalahan yang ditemui.
Persimpangan adalah simpul dimana beberapa jalan bertemu dan tempat berpotongannya
kendaraan. Disamping itu persimpangan menjadi tepat yang rawan kecelakaan karena
terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan maupun kendaraan dengan pejalan kaki.
Untuk itu masalah pengendalian lalu lintas ada persimpangan menjadi sangat vital. Maka
dari itu harus dicari solusiyang tepat untuk menangani permasalahan pada simpang yang
ditinjau yaitu simpang Oepura yang telah dipapar terlebih dahulu pada bagian A.
1. Penangan masalah pada simpang menurut Pd. T-08-2004-B:
a. Hambatan samping
 Pemagaran antara jalur lalu lintas dan jalur pejalan kaki (trotoar / bahu jalan)
Dibuat pagar pemisah antara jalur lau lintas dan jalur pejalan kaki dimana
berfungsi sebagai pengaman dan pembatas agar pejalan kaki tidak masuk
kebadan jalan daan tidak mengganggu lalu lintas yang ada.
 Pembuatan penyeberangan tak sebidang (under-pass atau over-pass)
Dengan adanya penyeberangan tak sebidang seperti jambatan
penyeberangan maka pejalan kaki yang mau menyeberang tidak menggangu
arus lalu lintas.
 Tempat pemberhentian untuk naik turun penumpang (shelter)
Pengadaan shelter sebagai tempat pemberhentian untuk naik turun
penumpang sebaiknya ditempatkan sedikit menjauh dari persimpangan agar
pemberhentian angkutan umum tidak menimbulkan hambatan bagi arus lalu
lintas yang mendekat kepersimpangan dan terhindar dari penumpukan
kendaraan yang akan mengakibatkan penundaan yang berujung pada
kemacetan.
 Tempat parkir diluar jalan
Tempat parkir diluar jalan menjadi solusi untuk memaksimalkan kapasitas
jalan yang sebelumnya terganggu akibat parkiran yang memakai badan jalan
sebagai lahan parkir.
.

b. Mengurangi Konflik
 Perbaikan kondisi marka jalan
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas. Maka keberadaan marka jalan menjadi hal yang
sangat penting.
 Pemasangan rambu larangan sesuai kebutuhan
Pemasangan rambu larangan harus dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya konflik lalu lintas didekat persimpangan. Contohnya
rambu larangan parkir, rambu larangan berhenti, maupun batas kecepatan.
 Larangan balik arah
LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 10
PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

Rambu ini dibuat agar masyarakat tidak memutar arah di posisi yang
berbahaya, serta mengurangi efek kemacetan akibat antrian memutar
balik. Karena itulah, alangkah baiknya jika pengguna kendaraan memutar
balik kendaraan di putaran balik yang disediakan.

2. Simpang Bersinyal
Simpang bersinyal adalah persimpangan jalan yang pergerakan atau arus lalu lintas dari
setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk melewati persimpangan secara
bergilir. Kapasitas simpang bersinyal didefenisikan secara terpisah pada tiap kakinya,
karena prinsip mengurai konflik dengan alokasi waktu. Prinsip operasi sebuah simpang
bersinyal adalah peniadaan konflik menyilang antara gerakan-gerakan yang saling
tegak lurus, namun masih memungkinkan konflik antara gerak lurus dan gerak belok
kanan dari arah lawan.
3. Penerapan Larangan Belok Kanan
C. Integrasi dan Teknis Pelaksanaan dari Metode-metode tersebut
a. Penangan masalah pada simpang menurut Pd. T-08-2004-B:
i. Hambatan Samping
 Pemagaran antara jalur lalu lintas dan jalur pejalan kaki (trotoar / bahu jalan)
o Pemagaran bisa dilakukan pada sisi luar trotoar, sejauh 20 s/d 50 Cm
o Pagar terbuat dari besi
o Tinggi tidak kurang dari 150 Cm
o Bentuk pagar jangan dipasang arah horizontal, sebaiknya arah vertikal.
 Pembuatan penyeberangan tak sebidang (under-pass atau over-pass)
o Lokasi fasilitas penyeberang tepat sasaran (penyeberang pada dasarnya
ingin lintasan terpendek)
o Lebar efektif jalur penyeberang jalan minimal 150 Cm
o Kemiringan tangga jangan terlalu curam (lihat spesifikasi jembatan
penyeberang)
o Untuk menambah epektif dari fasilitas penyeberang, sebaiknya pada
median atau separator dipasang pagar
 Tempat pemberhentian untuk naik turun penumpang (shelter)
o Lokasi shelter tepat sasaran
o Jarak antara shelter berkisar 500 Meter
o Shelter dilengkapi teluk
 Tempat parkir diluar jalan
o Pusat kegiatan / komersial harus dilengkapi tempat parkir tersendiri
o Bentuk parkir di badan jalan (sudut) disesuaikan volume lalu lintas yang
terjadi
o Lebar epektif jalan menghasilkan volume dibagi dengan kapasitasnya
tidak lebih dari 0.85
 Relokasi pedagang kaki lima
o Memberi penyuluhan akan fungsi dari prasarana transportasi
o Menempatkan PKL pada tempat yang sudah disediakan
o Program jangka pendek sebelum dipindahlan, dengan menata tertib dan
bersih
ii. Mengurangi Konflik

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 11


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

 Perbaikan kondisi marka jalan


o Rambu dan marka sehubungan waktu sering mengalami keausan,
sehingga pesan yang dibawanya menjadi tidak jelas lagi, perlunya
peremajaan/pemeliharaan.
o Rambu bisa terhalang oleh benda lain seperti pohon atau papan iklan
o Evaluasi epektifitas perambuan dan marka jalan tersebut secara berkala.
 Pemasangan rambu larangan sesuai kebutuhan
o Invetarisasi faktor-faktor yang menyebabkan hambatan lalu lintas
seperti, kendaraan berhenti di sisi jalan, adanya konflik akibat
pergerakan lalu lintas yang belok kanan, adanya yang melakukan
putaran balik arah, dll
o Kedudukan rambu diletakan sebelum memasuki daerah yang sering
terjadi masalah (kecuali rambu larangan parkir atau berhenti)
o Mempunyai jarak dan waktu untuk memahami isi/perintah rambu
tersebut

b. Larangan Belok Kanan


 Dilakukan pelarangan belokanan, namun diijikan untuk kendaraan darurat
seperti Ambulance maupun Pemadam Kebakaran.

c. Penggunaan Simpang Bersinyal


 Apabila larangan belok kanan tidak dapat diberlakukan lagi maka hal yang
dapat dilakukan adalah Digunakan sinyal tiga lampu (hijau, kuning, merah)
atau yang biasa disebut traffic light.

D. Kelebihan dan Kelemahan dari Metode yang dipilih dan dari teknis pelaksanaan.
1. Kelebihan

a. Larangan Belok Kanan


i. Menghidari kemacetan akibat kendaraan yang saling berpotongan tegak lurus.
ii. Mengurangi kecelakaan
iii. Meminimalkan antrian kendaraan yang terjadi akibat arus kendaraan yang
berpotongan sehingga berkurangnya waktu tundaan yang mencegah terjadinya
kemacetan.

b. Simpang Bersinyal
i. Dapat menghindari kemacetan akibat adanya konflik utama maupun konflik
kedua arus lalu lintas (kapasitas dapat dipertahankan)
Konflik utama adalah antara gerakan lalu lintas dari pendekat yang saling
berpotongan (termasuk pejalan kaki). Konflik kedua adalah antara gerakan lalu
lintas membelok dari lalu lintas lurus melawan (termasuk pejalan kaki)
ii. Mengurangi tabrakan antar kendaraan atau pejalan kaki yang berlawanan arah
iii. Membuat arus kendaraan berjalan dalam gelombang atau kelompok sehingga
memungkinan pejalan kaki menyeberangi jalan bila tidak disediakan
penyeberangan tak sebidang.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 12


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

2. Kelemahan
a. Larangan Belok Kanan
i. Kendaraan yang semula memiliki jalur belok kanan akan memutar lebih jauh
pada titik yang telah disediakan yang akan meningkatkan tundaan dibeberapa
titik yang disediakan.

b. Simpang Bersinyal
i. Akan meningkatkan antrian kendaraan
ii. Karna merupakan barang elektronik maka ketergantungan terhadap listrik
sangat besar akibatnya apabila terjadinya pemadaman listrik maka lalu lintas
akan mengalami kekacauan.
iii. Dengan adanya traffic light maka waktu lampu merah dan lampu hijau akan
diatur sedemikian rupa sehingga jalan pendekat dengan arus yang lebih banyak
akan mendapatkan waktu lampu merah yang lebih pendek dan waktu lampu
hijau yang lebih panjang.

E. Kesimpulan Kelompok

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 13


PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

Dari hasil pengamatan dan laporan diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
Persimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan bertemu dan
lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan
menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya.
Olehnya itu persimpangan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas
dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah - daerah perkotaan.
Pengaturan dan manajemen daerah simpang yang baik dapat meningkatkan lalu lintas yang
melewati simpang tersebut.
Banyak hal yang dapat mengakibatkan kemacetan pada persimpangan antara lain hambatan
samping, kapasitas simpang dan konflik lalu lintas yang terjad.
Pada simpang Oepura hambatan samping merupakan factor utama penyebab terjadinya
kemacetan, hal ini dikarenakan kurang baiknya system dan manjemen transportasi pada
simpang tersebut seperti tidak adanya marka jalan, tidak tersedianya trotoar untuk pejalan kaki
pada ruas jalan tertentu, manajemen kendaraan umum yang kurang baik, tidak adanya rambu
rambu lalu lintas dan juga kurangnya kesadaran masyarakat yang melewati simpang tersebut.
Dalam hal ini peran pemerintah dan juga masyarakat sangat diperlukan. Pemerintah harus
memperhatikan kekurangan yang terdapat padat simpang tersebtut dan memperbaikinya
dengan segera agar masyarakat dapat menggunakan sarana dan prasarana transportasi dengan
rasa aman dan nyaman, tidak hanya itu kesadaran masyarakat pun sangat diperlukan, apabila
pemerintah telah membuat rambu rambu dan aturan aturan agar terciptanya transportasi yang
aman dan nyaman maka kerja sama yang baik dari masyarakat diperlukan agar hal itu dapat
terwujud.

F. Daftar Pustaka
LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 14
PERENCANAAN TRANSPORTASI KOTA

 Anonim , tahun 2004; penanganan praktis kemacetan lalu lintas di daerah perkotaan.
jakarata : Departemen permukiman dan prasrana wilayah
 Cruz Ivo. 2011. Analisis Lalu Lintas Simpang Tiga Tak Bersinyal ( Studi kasus pada
pertigaan jalan Ahmad Yani, Kupang-Nusa Tenggara Timur). Yogyakarta: universitas
Atma Jaya Yogyakarta
 Sugiharti Pristiwa dan Widodo Wahyu. 2013. Analisis kinnerja simpang tak bersinayal
(studi kasus: simpang 3 tak bersinyal Jl. Raya Seturan – Jl.Raya Babasari- Jl. Kledokan
Depok, Sleman, Yogyakarta). Yogyakarta : universitas Muhammadiyah Yogyakarta
 Nugroho, Prasetyo. (2008). Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal dengan Menggunakan
Metode MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga tak Bersinyal Jalan Seturan dengan Jalan
Babarsari), Tugas akhir program studiS1 teknik sipil Universitas Islam
Indonesia.Yogyakarta
 Latupono, Sumbahorop. 2012. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal Simpang 4 dan
Simpang 3 di Jalan Lingkar Timur, Bantul, Tugas akhir program studi S1 teknik sipil
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

LAPORAN HASIL PENGAMATAN SIMPANG TIGA TERMINAL OEPURA 15

Anda mungkin juga menyukai