Anda di halaman 1dari 52

TRANSPORTASI MASSAL

MUTIARA FIRDAUSI, ST.,MT

PRASARANA TRANSIT BUS


TERMINAL

Terminal Bis adalah tempat berkumpulnya bis untuk mengakhiri dan mengawali
lintasan operasionalnya.
Ditinjau dari sistem jaringan rute secara keseluruhan, maka terminal bis
merupakan simpul utama dalam jaringan, yang dalam jaringan ini sekumpulan
lintasan rute bertemu.
Terminal bis merupakan komponen utama dari jaringan yang mempunyai peran
yang cukup signifikan. Karena kelancaran yang ada pada terminal akan
mempengaruhi efisiensi dan efektifitas sistem angkutan umum secara
keseluruhan.
JENIS TERMINAL

Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan berdasarkan jenis angkutan,


menjadi:
Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan
dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi
serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar
dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.
TERMINAL PENUMPANG

Indikator terminal penumpang


a. Keamanan Kriteria ini akan menilai sistem keamanan dari fasilitas transportasi di
suatu terminal penumpang dan meningkatkan pelayanan transportasi penumpang
b. Pemeliharaan (Preservation) Kriteria akan menilai pemeliharaan pihak terkait dalam
mempertahankan infrastruktur dan pelayanan di terminal penumpang.
c. Manajemen Kriteria ini akan menilai bagaimana manajemen operasional terminal
penumpang dapat mendorong manajemen yang lebih baik, sehingga sistem
operasional terminal penumpang dapat lebih baik.
d. Aksesibilitas Kriteria ini menilai bagaimana suatu terminal penumpang dapat
meningkatkan akses pelayanan bagi penumpang.
e. Sistem Keterhubungan (Connectivity) Kriteria ini akan menilai bagaimana terminal
penumpang memiliki keterhubungan terminal penumpang lainnya.
f. Reliability Kriteria ini menilai bagaimana pemaduan transportasi terminal penumpang
dapat meningkatkan waktu tiap moda dan atau mengurangi waktu tempuh perjalanan.
KETENTUAN MENGENAI TERMINAL
ANGKUTAN PENUMPANG
Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:
1. Terminal penumpang tipe A Merupakan terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi atau
angkutan lalu lintas batas negara, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2. Terminal penumpang tipe B Merupakan terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan.
3. Terminal penumpang tipe C Merupakan terminal penumpang yang berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan
PERSYARATAN LOKASI TERMINAL TIPE A

Terletak di Ibukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalam jaringan trayek


antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara.
Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA.
Jarak antara dua terminal penumpang Tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau
Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya. Luas lahan yang
tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera,
dan 3 ha di pulau lainnya.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-
kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.
PERSYARATAN LOKASI TERMINAL TIPE B

Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan kota
dalam propinsi.
Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas
IIIB.
Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.
Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan
Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-
kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
PERSYARATAN LOKASI TERMINAL TIPE C

Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek
angkutan pedesaan..
Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IIIA. Tersedia
lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
ALTERNATIF STANDAR TERMINAL

Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan


jumlah arus minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam
Terminal tipe B 25 50 kendaraan /jam
Terminal tipe C 25 kendaraan/jam
POLA LOKASI TERMINAL

Sesuai dengan kebutuhan rencana kota atau wilayah tersebut terdapat dua pola lokasi
terminal yaitu :
1. Pola lokasi terminal terpusat, terjadi bila sistem pelayanan terpusat pada satu tempat,
artinya untuk mencapai lokasi kegiatan pada kota yang mempunyai satu pusat kegiatan
biasanya mempunyai satu pusat terminal angkutan umum dan beberapa terminal local
yang berada didalam kota. Pada pola ini terminal angkutan umum antar kota terletak di
pusat atau menjadi satu dengan terminal induk.
2. Pola lokasi teminal tersebar, terjadi bila sistem pelayanan tidak terpusat pada satu
tempat, artinya kota yang mempunyai beberapa kegiatan akan membentuk satu pusat
terminal angkuatan umum kota di tiap wilayah. Setiap terminal wilayah dihubungkan
oleh jaringan jalan melingkar. Pada pola ini terminal angkutan antar kota yang akan
disebarkan dan ditempatkan di tiap pintu masuk kota juga berfungsi sebagai suatu
terminal angkutan dalam kota bagi wilayahnya.
ANALISIS DAN WAKTU PROSES DI
TERMINAL
Bagan Alir Proses Terminal Transportasi

KENDARAAN KENDARAAN

TERMINAL

PENUMPANG / BARANG PENUMPANG / BARANG


PENYELENGGARAAN TERMINAL
PENUMPANG
Penyelenggaraan terminal penumpang meliputi kegiatan pengelolaan,
pemeliharaan, dan penertiban terminal. Kewenangan pengelolaan terminal
berada pada Pemerintah Daerah Tingkat II dengan Dinas LLAJ sebagai
penyelenggaraannya, sedang Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai
pembinanya.
TEMPAT PEMBERHENTIAN KENDARAAN
PENUMPANG UMUM
Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996) Jenis Tempat
Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum (TPKPU) terdiri dari :
1. Tempat henti dengan perlindungan (halte)
2. Tempat henti tanpa perlindungan (bus stop)
Dalam menjalankan fungsinya, halte mempunyai dua peranan yaitu :
shelter for bus waiting
shelter for bus stop
shelter for bus waiting lebih ditekankan pada fungsinya sebagai tempat
menunggu bus. Dalam hal ini penumpang mendatangi halte untuk
menunggu bus.
shelter for bus stop lebih ditekankan pada fungsinya sebagai tempat
berhenti bus, artinya bus hanya berhenti di halte untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang. Dalam hal ini, penumpang-penumpang
mendatangi bus.
TRANSPORTASI MASSAL
Desain Operasional Bus
MUTIARA FIRDAUSI, ST, MT
PERTEMUAN 5
Karakteristik kebutuhan angkutan umum

Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor internal yaitu kemudahan pencapaian, keandalan, keteraturan, dan
ketepatan waktu, waktu perjalanan total, tarif dan sistem informasi
Faktor eksternal yaitu kepadatan penduduk dan konsentrasi aktifitas, jarak
perjalanan, tingkat pendapatan, kebijaksanaan transportasi, lingkungan,
parkir, pajak
Angkutan Umum Penumpang

Tingkat pelayanan angkutan umum biasanya dinyatakan dengan parameter


antara lain adalah frekuensi, waktu perjalanan, headway, dan load factor.
Parameter - parameter diatas mengisyaratkan pentingnya dua faktor utama
yaitu waktu tempuh dan ketepatan waktu serta jenis kendaraan yang
digunakan dan pelayanan.
Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila
tercipta keseimbangan antara penyediaan dan permintaan.
Peranan Angkutan Umum

Dalam pola pengembangan kota, pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi


dapat mengurangi penggunaan angkutan umum bagi mobilitas suatu kota,
namun bus dan kereta rel masih memainkan peran yang amat penting dalam
kehidupan kota maupun hubungan antar kota.
Ciri Khas Perjalanan

Hubungan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum penumpang


meliputi volume lalu lintas yang dilayani, frekuensi dan penjadwalan
pelayanan, lamanya perjalanan yang diharapkan, serta biaya angkutan yang
dibebankan.
Di samping itu harus pula dipenuhi ciri pelayanan yang harus memenuhi
tuntutan konsumen, yaitu terpercaya, aman, nyaman, murah, cepat, mudah
diperoleh, menyenangkan dan frekuensinya tinggi
Lintas Angkutan Umum Penumpang

Lintas angkutan umum penumpang adalah lintasan yang ditetapkan


berdasarkan ijin pengusahaan angkutan umum penumpang, kecuali taksi yang
menganut sistem bebas karena bersifat pelayanan pribadi.
Faktor yang berperan dalam menentukan rute yang layak adalah jalan dan
lingkungannya, kendaraan dan orang termasuk yang berhubungan dengan yang
bepergian, pelaku perjalanan memilih penilaian atas rute perjalanan seperti
jarak, waktu, biaya maupun kenyamanan perjalanan, karena setiap pelaku
perjalanan akan memilih jarak minimum dan biaya minimum atau gabungan
ketiganya
PERATURAN PERUNDANGAN YANG
MENGATUR ANGKUTAN UMUM
Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 Pasal 37 ayat (2)
Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan
teratur dilaksanakan dalam jaringan trayek.
Tujuannya yaitu agar dapat dicapai keseimbangan antara kebutuhan jasa angkutan
dengan penyedia jasa angkutan, antara kapasitas jaringan jalan dengan kendaraan
umum yang beroprasi, serta untuk menjamin kualitas pelayanan angkutan
penumpang
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Pasal 28 ayat (2)
Mengatur penambahan kendaraan untuk trayek yang sudah terbuka dengan
menggunakan faktor muatan diatas 70%. Untuk trayek reguler dalam kota, faktor
yang dimaksud adalah menggunakan pendekatan dinamis yaitu dengan
mempertimbangkan load factor pada seluruh ruas jalan, agar tidak terjadi
kelebihan penawaran.
KUALITAS OPERASI ANGKUTAN UMUM

Pengaturan angkutan umum merupakan usaha untuk menciptakan pergerakan


angkutan umum yang teratur, cepat dan tepat yang akan memberikan
manfaat bagi semua pihak. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
operasi antara lain :
Nilai okupansi dari bus
Realibilitas
Jam operasi
Jumlah transfer
Keamanan pengoperasian
Nilai Okupansi

Nilai okupansi adalah perbandingan antara jumlah penumpang dengan


kapasitas (seat) bus. Nilai ini diperlukan untuk memberikan gambaran dari
angkutan umum. Pada saat jam-jam sibuk, nilai okupansi biasanya melebihi
batasbatas yang diinginkan, maka frekuensi pelayanan harus ditingkatkan.
Realibilitas

Realibilitas (keandalan) angkutan umum adalah suatu ukuran ketepatan pada


jadwal operasional yang telah ditentukan, antara lain ketaatan pada jadwal
operasi, kelayakan kondisi fisik bus dan kualitas awak bus dalam melayani
pengguna angkutan umum. Reabilitas suatu angkutan umum sangat
berhubungan dengan nilai rata-rata waktu tunggu penumpang.
Jam Operasi

Jam operasi tidak hanya mempengaruhi biaya operasi angkutan umum tetapi
juga mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Jumlah Transfer

Jumlah transfer adalah frekuensi penggantian kendaraan untuk sampai ke


tempat tujuan. Biasanya penumpang akan memilih moda yang tidak
memerlukan transfer
Keamanan Pengoperasian

Beberapa aspek yang dapat diukur dari tanggapan masyarakat pengguna


angkutan umum antara lain adalah mengenai kebiasaan awak angkutan
umum, keamanan, kenyamanan, waktu dan pelayanan informasi. Sehubungan
dengan beberapa aspek kualitas, presentase pengaturan jadwal, ketepatan
waktu untuk datang dan berangkat, rata-rata kecelakaan.
PEMILIHAN MODA

Proporsi permintaan perjalanan yang dilayani oleh kendaraan umum dan


kendaraan pribadi akan bergantung pada penampilan setiap moda dalam
persaingan dengan moda lain.
Kelompok choice
Kelompok captive
Kelompok Choice

Merupakan orang - orang yang mempunyai pilihan dalam pemenuhan


kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang - orang yang dapat
menggunakan kendaraan pribadi karena secara finansial, legal, dan fisik hal
itu dimungkinkan.
Dikota-kota yang ada dinegara maju dan kaya, jumlah kelompok ini biasanya
sangat signifikan, dan bahkan dapat dikatakan sebagai mayoritas. Berbeda
dengan yang ada dinegara berkembang dan negara miskin, jumlah kelompok
ini relatif tidak begitu banyak, bahkan jumlahnya marginal.
Kelompok Captive

Merupakan kelompok konsumen yang tergantung pada angkutan umum untuk


pemenuhan kebutuhan mobilitasnya. Mereka terdiri dari orang - orang yang
tidak dapat menggunakan kendaraan pribadi karena tidak memenuhi salah
satu diantara tiga syaratnya (finansial, legal, fisik).
Memilih moda angkutan di daerah perkotaan dipengaruhi oleh faktor
kecepatan, jarak perjalanan, kenyamanan, kesenangan, biaya, keandalan,
ketersediaan moda, ukuran kota, serta usia, dan status sosial - ekonomi para
pelaku perjalanan
Faktor Faktor Dalam Pemilihan Moda

Ciri perjalanan
Ciri pelaku perjalanan
Ciri faktor perangkutan
Ciri Perjalanan

Ada dua faktor pokok yang termasuk dalam faktor ini :


a. Jarak perjalanan Lama waktu tempuh dari tempat asal sebenarnya ke tempat
asal tujuan akhir merupakan ukuran waktu yang berkaitan dengan perjalanan
tersebut. Semakin dekat jarak yang ditempuh, orang akan cenderung memilih
moda yang paling praktis bahkan mungkin memilih untuk melakukan jalan kaki.
b. Tujuan perjalanan menunjukkan adanya keterkaitan antara jumlah pemakai
angkutan umum dan tujuan perjalanan. Untuk tujuan tertentu, sebagian orang
memilih untuk menggunakan kereta api meskipun mereka memiliki kendaraan
sendiri. Di sisi lain, sebagian orang dengan faktor yang berbeda memilih untuk
menggunakan bus.
Ciri Pelaku Perjalanan

Faktor penting yang termasuk dalam kategori ini adalah yang berkaitan
dengan faktor-faktor ekonomi keluarga pelaku perjalanan, termasuk di
dalamnya adalah penghasilan, kepemilikan kendaraan, struktur dan besarnya
keluarga, kerapatan pemukiman, jenis pekerjaan, serta lokasi pekerjaan.
Ciri Faktor Perangkutan

Tingkat pelayanan angkutan umum dapat ditinjau dari faktor-faktor sebagai


berikut :
Load factor
Kapasitas kendaraan
Waktu Sirkulasi
Kecepatan
Waktu antara ( Headway )
Jumlah armada per waktu sirkulasi
Waktu Tunggu di Terminal
Availability
Standar Pelayanan ( Service Standart )
Load Factor

Load factor atau faktor muat yang merupakan perbandingan antara kapasitas
terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan
dalam persen. Standar yang ditetapkan adalah jika nilai load factor lebih dari
100% maka penumpang akan merasakan kurang nyaman dalam menggunakan
angkutan umum. Sedangkan jika nilai load factor kurang dari 70%
menggambarkan bahwa angkutan umum kurang optimal dalam melayani
pergerakan penumpang. Pencarian data load factor dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
Load Factor statis
Load factor dinamis
Load Factor statis Survai dan pengambilan data yang dilakukan dengan cara
mencatat dan mengamati naik turunnya penumpang pada suatu titik atau
zona yang telah di tentukan
Load factor dinamis Survai dan pengambilan data yang dilakukan dengan cara
mengikuti perjalanan bus dan kemudian melakukan penghitungan pada
penumpang yang naik turun pada zona yang telah di tentukan.
Kapasitas Kendaraan

Kapasitas kendaraan ialah daya muat penumpang pada setiap kendaraan


angkutan umum baik yang duduk maupun yang berdiri. Daya muat setiap jenis
angkutan umum dapat dilihat pada tabel berikut :
Catatan :
1. Angka - angka kapasitas kendaraan bervariasi, tergantung pada susunan
tempat duduk kendaraan.
2. Ruang untuk berdiri per penumpang dengan luas 0,17 m per penumpang.
3. Waktu pelayanan angkutan kota dilakukan selama 12-14 jam operasi per
hari.
Penentuan kapasitas kendaraan yang menyatakan kemungkinan penumpang
berdiri adalah kendaraan dengan tinggi lebih dari 1,7 m dari lantai bis bagian
dalam dan ruang berdiri seluas 0,17 m per penumpang.
Waktu Sirkulasi

Merupakan waktu perjalanan angkutan dari satu titik ke titik yang lain yang
terdiri dari waktu perjalanan, deviasi waktu perjalanan, dan waktu berhenti
di perhentian.

Keterangan :

Deviasi Waktu adalah sebesar 5% dari waktu perjalan


Kecepatan

Kecepatan menggambarkan waktu yang diperlukan oleh pemakai jasa untuk


mencapai tujuan perjalanan. Waktu tempuh untuk masing - masing trayek
dapat dihitung dari hasil survai lapangan.
Kecepatan angkutan umum diperoleh dengan membagi jarak tempuh dengan
waktu tempuh.
Kecepatan (km/jam) = Jarak tempuh / Waktu tempuh
Waktu Antara ( Headway )

Waktu antara kendaraan dihitung dengan rumus dibawah ini:


Jumlah armada per waktu sirkulasi

Jumlah armada per waktu sirkulasi yang diperlukan dapat dihitung dengan
rumus :
Waktu Tunggu Di Terminal

Waktu tunggu di terminal dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:


Availability

Availability yaitu jumlah angkutan umum yang beroperasi dibanding dengan


total jumlah angkutan umum.
Nilai ini menggambarkan tingkat efisiensi dan produktivitas masing-masing
angkutan umum, semakin rendah angka ini menggambarkan ketidakefisienan
dalam pengelolaan kendaraan, begitu pula sebaliknya.
Availability dapat diperoleh dengan rumus :
Standar Pelayanan ( Service Standart )

Untuk mengetahui kinerja angkutan umum, ada beberapa elemen yang dapat
dijadikan acuan dan menggambarkan karakteristik angkutan yang diharapkan
seperti yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen
Perhubungan baik dari segi kuantitas maupun kualitas angkutan, seperti pada
tabel berikut:
Total nilai bobot untuk standar kinerja pelayanan angkutan umum adalah
sebagai berikut ini:
TUGAS 2

REVIEW JURNAL TENTANG DESAIN OPERASIONAL BUS / ANGKUTAN UMUM


2 JURNAL
DIKUMPULKAN MINGGU DEPAN
JURNAL + HASIL REVIEW DIKUMPULKAN
REVIEW DITULIS TANGAN

Anda mungkin juga menyukai