BAB V
PENGOLAHAN DATA SURVEY
B T
S
Gambar 5.1. Geometri Perempatan Kawi Ijen
Pergerakan kendaraan pada perempatan kawi ijen ini terdapat 4 fase, dari keempat
fase yang ada tersebut dapat disimpulkan perempatan kawi ijen itu termasuk pada tipe
pendekat terlindung (P). Pergerakan kendaraan tiap-tiap fase dapat dilihat pada gambar-
gambar berikut :
44
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
B T
S
FASE 1
B T
S
FASE 2
45
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
B T
S
FASE 3
46
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
Jam puncak terjadi pada hari Sabtu pukul 07.00 – 08.00 WIB dengan arus
kendaraan 2887,3 smp/jam. Sehingga untuk perhitungan selanjutya arus kendaraan yang
digunakan adalah arus kendaraan pada jam puncak.
a. Formulir SIG-I
Contoh pengisian untuk pendekat Barat, pengisian selanjutnya dapat dilihat
pada Formulir SIG-I.
1. Kode Pendekat
Kode pendekat ditunjukkan berdasarkan arah mata angin.
2. Tipe Lingkungan Jalan
Tipe lingkungan jalan untuk tiap-tiap pendekat pada daerah perempatan kawi
ijen adalah daerah komersial (COM).
3. Hambatan Samping
Hambatan samping untuk tiap-tiap pendekat pada daerah perempatan kawi
ijen termasuk tipe dengan hambatan sedang.
4. Median
Terdapat median jalan pada pendekat barat.
5. Kelandaian
Kelandaian pada pendekat barat 0%.
6. Pendekat barat diijinkan belok kiri jalan langsung sebagaimana ditunjukkan
pada gambar fase.
7. Jarak ke Kendaraan Parkir
8. Lebar Pendekat
Lebar tiap-tiap pendekat dapat dilihat pada gambar denah.
b. Formulir SIG-II
Contoh pengisian untuk pendekat Barat, pengisian selanjutnya dapat dilihat
pada Formulir SIG-II.
1. Pengisian data arus lalu lintas untuk masing-masing jenis kendaraan bermotor
(kendaraan/jam) pada kolom 3, 6 dan 9. Pengisian arus lalu lintas juga
berdasarkan jenis pergerakan yaitu belok kiri atau belok kiri langsung
(LT/LTOR), lurus (ST) dan belok kanan (RT). Data arus lalu lintas yang
47
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
diisikan adalah data arus lalu lintas pada jam puncak pengamatan yaitu pada
Sabtu, 28 April 2012 pukul 07.00 – 08.00 WIB.
2. Pengisian data arus lalu lintas untuk kendaraan tak bermotor pada kolom 17.
Langkah pengisian sama dengan langkah 1.
emp
Tipe Kendaraan Pendekat Pendekat
terlindung terlawan
LV 1,0 0,1
HC 1,3 1,3
MC 0,2 0,4
4. Menghitung rasio kendaraan belok kiri PLT dan masukkan hasilnya pada
kolom 15. Nilai yang diambil adalah kendaraan bermotor total untuk pendekat
terlindung (kolom 13).
¿( smp/ jam) 58,6
P¿ = = =0,085
Total ( smp/ jam) 687,7
5. Menghitung rasio kendaraan belok kanan PRT dan masukkan hasilnya pada
kolom 16. Nilai yang diambil adalah kendaraan bermotor total untuk pendekat
terlindung (kolom 13).
RT (smp / jam) 24,4
P RT = = =0,035
Total( smp/ jam) 687,7
6. Menghitung rasio kendaraan tak bermotor dan masukkan hasilnya pada kolom
18.
Q UM (kend / smp) 10
PUM = = =0,006
Q MV (kend / smp) 1699
48
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
c. Formulir SIG-III
Contoh pengisian untuk pendekat Barat, pengisian selanjutnya dapat dilihat
pada Formulir SIG-III.
1. Menentukan jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan yang berangkat dan yang datang (LEV dan LAV). Penentuan ini
dilakukan dengan menggambar kejadian dengan titik konflik. Gambar dapat
dilihat pada gambar.
2. Nilai-nilai untuk VEV, VAV dan IEV pada perempatan ini diambil :
Kecepatan kendaraan yang datang VAV : 10 m/det (kend. bermotor)
Kecepatan kendaraan yang berangkat VEV : 10 m/det (kend. bermotor)
Panjang kendaraan yang berangkat IEV : 5 m (LV atau HV)
LEV = 20,61 m
LAV = 17,33 m
Maka waktu merah semua didapat :
( LEV + I EV ) L AV ( 20,61+5 ) 17,33
Merah Semua=
[ V EV
−
][
V AV
=
10
−
10 ] =0,828
4. Waktu kuning total didapat dari 3 detik dikalikan 4 fase maka diperoleh 12
detik.
d. Formulir SIG-IV
Contoh pengisian untuk pendekat Barat, pengisian selanjutnya dapat dilihat
pada Formulir SIG-IV.
1. Masukkan data untuk masing-masing pendekat pada kolom 1, 2 dan 3.
49
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
2. Masukkan ratio kendaraan berbelok (PLTOR atau PLT, PRT) untuk tiap pendekat
yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya (Formulir SIG-II) pada kolom 4-
6.
3. Masukkan arus kendaraan belok kanan dalam smp/jam dalam arahnya sendiri
(QRT) pada kolom 7. Masukkan juga arus kendaraan belok kanan dalam
smp/jam dalam arah berlawanan (QRTO) pada kolom 8. Nilai arus kendaraan
yang dimasukkan didapat dari Formulir SIG-II.
W = Min = W -W
e A LTOR
W
MASUK
5. Menghitung arus jenuh dasar dengan rumus (untuk pendekat tipe P terlindung)
diisikan pada kolom 10.
50
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
So = 600 x We
= 600 x 3
= 1800 smp/jam
51
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
0,75
7. Nilai arus jenuh disesuaikan diisikan pada kolom 17 dengan rumus sebagai
berikut :
S = So x FCS x FSF x FG x FP
= 1800 x 1,00 x 0,94 x 1,00 x 0,75
= 1269 smp/jam hijau
52
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
10. Menghitung rasio arus simpang (IFR) diisikan pada baris terbawah kolom 19.
IFR = Σ (FRcrit)
= 2,170
12. Waktu siklus sebelum menyesuaian (Cua) dalam analisa kondisi eksisting
persimpangan diabaikan.
13. Waktu hijau (g) yang diisikan pada kolom 21, untuk analisa kondisi eksisting
diisikan waktu hijau yang ada. Untuk pendekat barat waktu hijau (g) = 20
detik.
14. Menghitung waktu siklus yang disesuaikan (c) diisikan pada baris terbawah
kolom 11.
c = Σg + LTI
= (20+20+15+15) + 18
= 88 detik
15. Menghitung kapasitas masing-masing pendekat dan diisikan pada kolom 22.
C =Sxg/c
53
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
= 1269 x 20 / 88
= 288,41 smp/jam
16. Menghitung derajat kejenuhan masing-masing pendekat dan diisikan pada
kolom 23.
DS = Q / C
= 687,7 / 288,41
= 2,384
17. Kesimpulan : Karena nilai DS = 2,384 > 1,00 maka arus pada persimpangan
sangat padat. Sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang (redesign) pada
perempatan ijen-kawi.
e. Formulir SIG-V
Contoh pengisian untuk pendekat Barat, pengisian selanjutnya dapat dilihat
pada Formulir SIG-V.
1. Masukkan nilai Q, C dan DS yang telah dihitung sebelumnya (Formulir SIG-
IV) pada kolom 2-4.
3. Masukkan nilai arus total dari seluruh gerakan LTOR dalam smp/jam dan arus
total dalam kend/jam dan smp/jam. Nilai-nilai tersebut diisikan pada baris
terbawah kolom 2.
- [ √
NQ 1=0,25 ×C × ( DS−1 ) + ( DS−1)2 +
8 ×( DS−0,5)
C ]
Untuk DS < 0,5: NQ1 = 0
dimana :
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
54
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
DS = derajat kejenuhan
GR = rasio hijau
C = arus jenuh dikalikan rasio hijau (S×GR)
[ √
NQ 1=0,25 ×288,41 × ( 2,384−1 ) + (2.384−1)2+
8 ×(2,384−0,5)
288,41 ]
=200,997
1−GR Q
- NQ 2=c × ×
1−GR × DS 3600
dimana :
NQ2 = jumlah smp yang datang selama fase merah
DS = derajat kejenuhan
GR = rasio hijau
C = waktu siklus (det)
Qmasuk = arus lalu-lintas pada tempat masuk diluar LTOR (smp/jam)
1−0,227 687,7
NQ 2=88 × × =11,893
1−0,227 × 2,384 3600
- NQ = NQ1 + NQ2
= 200,997 + 11,893
= 212,890
55
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
56
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
dimana :
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan (detik)
0,5 ×(1−GR)2
A =
(1−GR × DS)
GR = Rasio hijau
DS = Derajat kejenuhan
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
- Tundaan rata-rata
D = DT + DG
= 2566,259 + 40,275
= 2606,534 det/smp
57
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
D 1=
∑ (Q × D) =
12601685,882
=4364,523
QTOT ( smp/ jam) 2887,3
58
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
59
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
- Waktu perjalanan
No Waktu tempuh Waktu tempuh
Sampel perjalanan (detik)
1-2 11"18' 678
2-1 12" 720
1-2 13"13' 793
2-1 13"42' 822
1-2 15"18' 918
2-1 16"48' 1008
1-2 12"17' 737
2-1 13"17' 797
60
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
61
PRAKTIKUM REKAYASA LALU LINTAS
62