18.51.019587
Teknik Sipil
3. Persatuan Indonesia
Pada sila ini tentu saja para pendiri negara menginginkan seluruh wilayah yang berhasil mereka
merdekakan tahun 1945 dan diproklmirkan sebagai wilayah NKRI tetap bersatu. Mulai dari
sabang samapi merauke, dan dari miangas sampai pulau rote tetap milik NKRI.
Namun apakah kita bersatu ? tentu saja jawabannya tidak, bila kita melihat fakta. Di berbagai
daerah masih terjadi usaha-usaha untuk memerdekakan diri dari NKRI, sebut saja Provinsi
Nangro Aceh Darussalam yang ingin merdeka dengan GAM-nya, Provinsi Maluku dengan
RMS-nya, atau Provinsi Papua dengan OPM-nya. Bahkan Timor Leste berhasil lepas tahun
2000. yah beginilah negeri kita yang terus terpecah belah. Apakah penyebabnya ?
Penyebab utama adalah ketidakpuasaan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, karena
pemerintah pusat selalu memprioritaskan pembangunan di pulau Jawa dibandingkan daerah
lain.
Dengan merdeka mereka berpikir mungkin akan lebih mudah mengatur tatanan pemerintahan
dan pembangunan tanpa hru menunggu instruksi pusat.Penyebab lain adalah mereka para
pemimpin daerah yang semakin pintartak mau lagi daerahnya diperalat oleh pusat.Contoh
adalah papua dan kalimantan, sumber daya alam papua dan kalimantan sangatlah berlimpah,
namun mana yang lebih makmur orang kalimantan atau jawa ? nah itulah penyebabnya, daerah
tak mau lagi digunakan sebagai pemasok keuntungan ke pusat padahal daerahnya sendiri tidak
mendapat keuntungan tersebut, mekipun dapat pasti hanya sekitar 35%, dan sisanya diambil
oleh pusat.
Nah, sila ini boleh dibilang sebagai sila yang paling “sukses” bahkan pada saat baru lima tahun
baru merdeka sila ini telah terwujud (1950). Sila jelas bisa terwujud karena adanya sistem
pmungutan suara atau PEMILU untuik memilih wakil-wakil rakya di parlemen, sekaligus
pemimpin negara. Namun, seolah tak mau ketinggalan dari sila lain, sila ini pun punya sisi
gagalnya. apakah itu ?.
Meskipun prosesnya sukses, namun mari kita toleh pada outputnya, hampir setiap hari mungkin
kita dengar berita tentang mereka di media masa.Yang terhangat adalah pengajuan dana
aspirasi total 8.4 triliyun rupiah, jumlah yang waw, fantastis. Atau kasus penggelapan dana
pajak, aksi saling pukul antar angota dewan, adu mulut, atau lainnya.Ya tak salah lagi
kegagalannya adalah moral para wakil rakyat yang mewakili 3 sila sebelumnya plus korupsi,
skandal seks, dan kejahatan terselubung.
Sila ini adalah yang paling gagal, mungkin haya sekedar mengulang dari sila kedua “Perbedaan
dan ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya serta perbedaan antara rakyat biasadan
pejabat, bahkan rakyat negeri kita ini masih membedakan antara orang cacat dan
normal,Nauzubilahimin dzalik. Apakah keadilan ada di negeri kita ? orang yang jelas-jelas salah
divonis bebas oleh pengadilan, justru orang yang hanya melakukan kesalahan kecil yang masih
dapat ditoleransi diberi hukuman. Bahkan kita lihat perbedaan pelayana di penjara para koruptor
dengan Narapidana kasus-kasus non korupsi, jelas jauh berbeda.”
Sila ke-5, yang seharusnya sudah terimplementasikan dengan baik dalam kehidupan, justru
pada prakteknya, implementasi dari sila tersebut tidak sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia
saat ini, dimana masih ada praktek diskriminasi dari para penguasa. Menanggapai masalah
tersebut dalam tulisan ini ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti
penerapan keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, yang dirasa
mempunyai masalah kompleks terhadap implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.