Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MARSUDI NUGROHO

NIM : 18.51.020063

PRODI : TEKNIK SIPIL

“KEGAGALAN IMPLEMENTASI PANCASILA”

1. Ketuhanan yang maha esa

Pada sila ini diharapkan warga indonesia agar percaya pada kekuatan yang mengatur
segalnya yaitu tuhan, namun karena keberagaman agama yang ada di negeri kita maka
disebutlah tuhan yang maha esa, bukan Allah SWT yang merupakan tuhan umat islam
(founding fathers adalah orang islam) dan pada piagam jakarta pun disebutkan menjalankan
sesuai syariat islam. Hal ini pun didukung oleh Undang-undang dasar 1945 sebagai konstitusi
negara yaitu “setiap warga negara berhak memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.”
Namun apalah yang terjadi pada saat ini,jangankan bertuhan, warga indonesia beradab pun
tidak. Bila ditinjau dari segi agama maka kesalahannya adalah masih banyak rakyatkita yang
percaya akan tahayul, dukun, ilmu gaib, kekuatan gaib dan lain sebagainya. Padahal jelaslah
bahwa kekuatan terkuat adalah Allah SWT.
Bila ditinjau dari segi hukum, maka warga indonesia tidak mengindahkan apa yang telah
diriwatkan pada konstitusi negara, dan ideologi bangsa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pada sila ini para pendiri negara menginginkan bahwa dikemudian hari rakyat indonesia
menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia, padahal seperti kita tahu,tak ada manusia
yang sempurna, pasti tak ada manusia yang luput dari keasalahan. Hal ini menunujukan cita-
cita muluk bangsa indonesia.

Bila kita bicara adil, maka adil kah kehidupan di negeri kita ? ya jawabannya tentu saja tidak.
Perbedaan dan ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya serta perbedaan antara rakyat
biasadan pejabat, bahkan rakyat negeri kita ini masih membedakan antara orang cacat dan
normal,Nauzubilahimin dzalik. Apakah keadilan ada di negeri kita ? orang yang jelas-jelas
salah divonis bebas oleh pengadilan, justru orang yang hanya melakukan kesalahan kecil
yang masih dapat ditoleransi diberi hukuman. Bahkan kita lihat perbedaan pelayana di
penjara para koruptor dengan Narapidana kasus-kasus non korupsi, jelas jauh berbeda.
Beradab ? Para koruptor telah memakan mentah–menath kata beradab,meraka telah
mengingkari janji mereka pada negara, bangsa, dan keluarga mereka, terkutuklah wahai
kalian para koruptor.
3. Persatuan Indonesia

Pada sila ini tentu saja para pendiri negara menginginkan seluruh wilayah yang berhasil
mereka merdekakan tahun 1945 dan diproklmirkan sebagai wilayah NKRI tetap bersatu.
Mulai dari sabang samapi merauke, dan dari miangas sampai pulau rote tetap milik NKRI.
Namun apakah kita bersatu ? tentu saja jawabannya tidak, bila kita melihat fakta. Di berbagai
daerah masih terjadi usaha-usaha untuk memerdekakan diri dari NKRI, sebut saja Provinsi
Nangro Aceh Darussalam yang ingin merdeka dengan GAM-nya, Provinsi Maluku dengan
RMS-nya, atau Provinsi Papua dengan OPM-nya. Bahkan Timor Leste berhasil lepas tahun
2000. yah beginilah negeri kita yang terus terpecah belah. Apakah penyebabnya ?
Penyebab utama adalah ketidakpuasaan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, karena
pemerintah pusat selalu memprioritaskan pembangunan di pulau Jawa dibandingkan daerah
lain.

Dengan merdeka mereka berpikir mungkin akan lebih mudah mengatur tatanan pemerintahan
dan pembangunan tanpa hru menunggu instruksi pusat.Penyebab lain adalah mereka para
pemimpin daerah yang semakin pintartak mau lagi daerahnya diperalat oleh pusat.Contoh
adalah papua dan kalimantan, sumber daya alam papua dan kalimantan sangatlah berlimpah,
namun mana yang lebih makmur orang kalimantan atau jawa ? nah itulah penyebabnya,
daerah tak mau lagi digunakan sebagai pemasok keuntungan ke pusat padahal daerahnya
sendiri tidak mendapat keuntungan tersebut, mekipun dapat pasti hanya sekitar 35%, dan
sisanya diambil oleh pusat.

Penyebab lainnya adalah rasa fanatisme terhadap daerah masing-masing sangatlah


tinggi.Cobalah lihat pertandingan sepakbola, kala persija menjamu persib atau sebaliknya,
maka peluang terjadinya keributan adalah 95%.Sungguh ironis, padahal kita satu bangsa,
namun ternyata kulit daerah masih menyeubungi kita.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

Nah, sila ini boleh dibilang sebagai sila yang paling “sukses” bahkan pada saat baru lima
tahun baru merdeka sila ini telah terwujud (1950). Sila jelas bisa terwujud karena adanya
sistem pmungutan suara atau PEMILU untuik memilih wakil-wakil rakya di parlemen,
sekaligus pemimpin negara. Namun, seolah tak mau ketinggalan dari sila lain, sila ini pun
punya sisi gagalnya. apakah itu ?.

Meskipun prosesnya sukses, namun mari kita toleh pada outputnya, hampir setiap hari
mungkin kita dengar berita tentang mereka di media masa.Yang terhangat adalah pengajuan
dana aspirasi total 8.4 triliyun rupiah, jumlah yang waw, fantastis. Atau kasus penggelapan
dana pajak, aksi saling pukul antar angota dewan, adu mulut, atau lainnya.Ya tak salah lagi
kegagalannya adalah moral para wakil rakyat yang mewakili 3 sila sebelumnya plus korupsi,
skandal seks, dan kejahatan terselubung.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Sila ini adalah yang paling gagal, mungkin haya sekedar mengulang dari sila kedua
“Perbedaan dan ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya serta perbedaan antara rakyat
biasadan pejabat, bahkan rakyat negeri kita ini masih membedakan antara orang cacat dan
normal,Nauzubilahimin dzalik. Apakah keadilan ada di negeri kita ? orang yang jelas-jelas
salah divonis bebas oleh pengadilan, justru orang yang hanya melakukan kesalahan kecil
yang masih dapat ditoleransi diberi hukuman. Bahkan kita lihat perbedaan pelayana di
penjara para koruptor dengan Narapidana kasus-kasus non korupsi, jelas jauh berbeda.”

Dalam kesimpulan dari apa yang telah terbahas adalah bahwa negara kita bukannya tidak
memiliki norma dalam penerapan pancasila.Akan tetapi Negara kita kurang dalam hal
pelaksanaan fungsi dari pancasila itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai