Anda di halaman 1dari 43

44

Laporan Kerja Praktek

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerja Praktek ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Asrama


dan Kelas Baru Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) yang di gunakan untuk
kegiatan Pelatihan Kesehatan dan bisa di gunakan untuk kegiatan lainnya.
Kegiatan pekerjaan yang penulis ikuti selama melaksanakan kerja praktek
adalah :
a. Pekerjaan Pondasi KSLL
b. Pekerjaan Plat Lantai 1
c. Pekerjaan Base Plate dan Kolom Baja
d. Pekerjaan K3

4.1 Organisasi Perusahaan


Organisasi yang terlibat langsung dalam proyek Pembangunan Gedung
Asrama dan Kelas Baru Balai Pelatihan Kesehatan ini adalah :
1. Pemilik proyek (owner);
2. Konsultan Perencana (consultant/designer);
3. Konsultan Pengawas (direksi/supervisor);
Pelaksana (contractor).

4.1.1. Pemilik Proyek


Pemilik proyek pada Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru Balai
Pelatihan Kesehatan ini adalah Dinas Kesehatan Aceh. Dalam pelaksanaan proyek
dilapangan pemilik proyek sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan
disebutkan Ervianto (2002) di dalam bukunya.

4.1.2. Konsultan Perencana

Pemilik proyek (owner) menetapkan CV. Dimensi Utama, sebagai


konsultan perencana pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru
Balai Pelatihan Kesehatan.

4.1.3. Konsultan Pengawas

Mariana Dewi/1604101010039
45
Laporan Kerja Praktek

Pemilik proyek (owner) menetapkan PT. Jaya Tata Bersama sebagai


konsultan pengawas pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru
Balai Pelatihan Kesehatan.

4.1.4. Pelaksana Proyek

Pada proyek ini yang bertindak sebagai pelaksana pembangunan adalah


PT. Karya Mukti Bersaudara yang selanjutnya melaksanakan pembangunan
proyek tersebut sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

4.2 Proses Pengadaan Jasa

Biaya pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas


Baru Balai Pelatihan Kesehatan adalah sebesar Rp. 22.727.498.692,00 - (Dua
Puluh Dua Milyar Tujuh Ratus Dua Puluh Tujuh Juta Empat Ratus Sembilan
Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Sembilan Puluh Dua Rupiah), yang berasal dari
dari anggaran APBA DAK Fisik Tahun 2019 (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Aceh – Dana Alokasi Khusus Fisik) tahun 2019. Proyek pembangunan bangunan
sipil merupakan milik pemerintah, maka untuk menetapkan pelaksana proyek
diadakan pelelangan. Sistem pelelangan yang dilakukan adalah sistem pelelangan
umum. Dalam pelaksanaan pelelangan tersebut, pengendali kegiatan membentuk
panitia pelelangan yang terdiri atas bagian yang berwenang mengenai hal-hal
yang bersifat teknis, dengan menyertakan unsur-unsur perencana, keuangan dan
hukum.

4.3 Proses Seleksi dan Penunjukan Kontraktor

Proses seleksi pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru
Balai Pelatihan Kesehatan dilakukan secara metode pascakualifikasi, di mana
proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan
terhadap perusahaan setelah pemasukan dokumen penawaran.

4.4 Dokumen Kontrak

Standar dan peraturan yang diterapkan pada pelaksanaan Pembangunan


Gedung Asrama dan Kelas Baru Balai Pelatihan Kesehatan sudah sesuai dengan
apa yang disampaikan dalam Bab II mengenai standar dan peraturan. Untuk

Mariana Dewi/1604101010039
46
Laporan Kerja Praktek

dokumen kontrak pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru
Balai Pelatihan Kesehatan ini tidak dapat dilampirkan karena bersifat rahasia dan
tidak dapat disebar luaskan.

4.5 Bahan yang digunakan

Bahan/material yang digunakan pada pekerjaan Pembangunan Gedung


Asrama dan Kelas Baru Bapelkes ini memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Bahan/material yang digunakan pada proyek ini adalah sebagai
berikut :

4.5.1 Campuran Beton

Proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru Bapelkes ini


menggunakan adonan pengecoran (Ready Mix) yang diproduksi oleh PT. Lhoknga
Beton dengan perencanaan campuran seperti yang telah direncanakan.
Penggunaan Ready Mix ini bertujuan agar pekerjaan cepat selesai, mudah, dan
efisien mengingat proyek tersebut harus diselesaikan dalam akhir tahun ini. Segala
hal teknis tentunya telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
Beton yang dipakai adalah sesuai dengan spesifikasinya seperti takaran, adukan,
serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di dalam
ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304. Mutu beton yang dipakai
gedung ini yaitu K-250 untuk Beton Rib, Beton pertebalan Rib dan kolom, dan K-
300 untuk Beton Plat dengan tengangan hancur karakteristik dari kubus berumur
28 hari.

4.5.2 Semen

Semen sebagai bahan pengikat utama yang memiliki peranan yang sangat
penting. Semen yang dipakai adalah jenis Portland Composite Cement (PCC) tipe
I yang diproduksi oleh PT. Semen Padang. Pengadaan semen sampai ke lokasi
pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat angkut truk. Di lokasi proyek,
semen diletakkan dalam gudang yang telah disediakan.
Menurut ketentuan SNI 03-2847-2002 pasal 5.7 ayat 1 dan 2, dimana
bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencengah
kerusakan.

Mariana Dewi/1604101010039
47
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.1 Tempat Penyimpanan Semen


4.5.3 Agregat

Sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS), Pasir beton dan kerikil
untuk bahan adukan beton harus disimpan dalam bak atau lantai papan yang
direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi agregat
tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan
menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-
bahan pencemar lainnya.
Dari hasil pengamatan di lapangan, kondisi pasir dan kerikil yang
digunakan sangat baik sebagai agregat pembentuk beton. Hal ini dapat dilihat
secara visual bahwa tidak ada lumpur atau bahan lain yang dapat menggangu
kualitas pasir dan kerikil tersebut. Hanya saja penempatan pasir dan kerikil
tersebut diletakkan langsung di atas permukaan tanah sehingga tidak sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan SNI 2847-2013 pasal 3.7.1, di mana
penyimpanan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan bahan yang mengganggu.
Pengadaan pasir dan agregat disesuaikan dengan kebutuhan lapangan
sehingga volume yang tersedia dalam suatu waktu telah disesuaikan dengan
pekerjaan atau pengecoran yang akan dilakukan. Sehingga penempatan tidak
dilakukan di ruangan tertutup karena akan langsung digunakan.

Mariana Dewi/1604101010039
48
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.2 Tempat Penyimpanan Agregat


4.5.4 Air

Air yang digunakan untuk semua pekerjaan di lapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam, alkali), tawar dan
bebas dari zat-zat organik atau anorganik yang larut atau mengambang dalam
suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau keawetan beton, dan tidak
mengandung minyak atau lemak serta harus memenuhi syarat-syarat SNI 06-
2412-1991 tentang metoda pengambilan contoh kualitas air. Air tesebut harus
diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh konsultan manajemen konstruksi.
Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan, maka
kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

Gambar 4.3 Tempat Penyimpanan Air


4.5.5 Besi Tulangan

Mariana Dewi/1604101010039
49
Laporan Kerja Praktek

Besi tulangan merupakan salah satu unsur terpenting konstruksi beton


pada pembuatan beton bertulang. Pengadaan berbagai macam ukuran besi
tulangan ke lokasi proyek menggunakan alat angkut dump truck. Ukuran besi
yang digunakan pada proyek ini berbeda-beda sesuai dengan pekerjaan yang ada.
Mutu baja yang digunakan pada proyek ini menggunakan baja U39 (fy= 390 Mpa)
untuk tulangan utama dan U24 (fy=240 Mpa) untuk tulangan sengkang.

Pengamatan lapangan mengenai penempatan material besi-besi tulangan


tersebut adalah besi-besi tersebut ditempatkan langsung di atas permukaan tanah
dengan atap terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan SNI 2847-2013 yang
mengharuskan batang-batang tulangan disimpan dengan tidak menyentuh tanah
secara langsung dan terlindung.

Gambar 4.4 Tempat Penyimpanan Besi Tulangan


4.5.6 Kayu

Kayu yang dimaksudkan di sini adalah kayu-kayu yang digunakan untuk


bekisting. Bahan bekisting menggunakan multipleks dengan tebal 12 mm dan
papan dengan tebal 10 mm. Bekisting kayu diperkuat dengan balok kayu penahan
dengan ukuran kayu 5/7 dan 5/10. Pengangkutan kayu sampai ke lokasi proyek
dilakukan dengan alat angkut dump truck.
Di lokasi, multipleks ditempatkan dibawah penutup atap sedangkan papan
dan kayu bekisting ditempatkan di atas permukaan tanah di lapangan terbuka.
Penempatan seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan karena kayu akan menjadi
lembab akibat tidak terlindung dari cuaca panas dan hujan.

Mariana Dewi/1604101010039
50
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Kayu


4.5.7 Oli

Oli digunakan untuk melapisi bagian dalam bekisting agar dapat dibuka
dengan mudah. Oli yang digunakan adalah oli bekas yang masih layak pakai.
Dalam pengamatan selama dilokasi, oli yang digunakan untuk pelapisan bekisting
tersebut diletakkan di dalam jerigen minyak, sehingga dapat dengan mudah
dituangkan apabila dibutuhkan.

Gambar 4.6 Tempat Penyimpanan Oli

4.6 Peralatan yang digunakan


Peralatan adalah alat bantu yang digunakan dalam pekerjaan fisik
bangunan agar pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah. Dalam pelaksanaan
pekerjaan digunakan peralatan manual dan juga peralatan dengan tenaga mesin.
Peralatan yang digunakan dalam proyek ini diantaranya adalah sebagai berikut:

Mariana Dewi/1604101010039
51
Laporan Kerja Praktek

4.6.1. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)


Proyek ini memakai Bar Cutter sebagai alat pemotong tulangan. Cara
kerja Bar Cutter adalah baja yang akan dipotong dimasukkan kedalam gigi bar
cutter, kemudian pedal pengendali dipijak dan dalam hitungan detik baja tulangan
akan terpotong.

Gambar 4.7 Alat Pemotong Tulangan (Bar Cutter)

4.6.2. Pembengkokan Tulangan


Pembengkokan tulangan pada proyek ini dilakukan setelah penyusunan
tulangan pada lokasi pemasangan. Pekerjaan ini dilakukan secara manual oleh
satu orang pekerja.

Gambar 4.8 Pembengkokan Tulangan dengan Manual


4.6.3. Pencampuran Beton (Concrete Mixer Truck)

Mariana Dewi/1604101010039
52
Laporan Kerja Praktek

Concrete mixer truck adalah alat yang digunakan untuk mengangkut


campuran beton. Alat ini memiliki kapasitas yang berbeda-beda sesuai dengan
ukurannya. Selain menggunakan concrete mixer kapasitas kecil (secara manual),
digunakan juga concrete mixer truck. Concrete mixer truck yang digunakan
berkapasitas 7 m3 disewa dari PT. Lhoknga Beton untuk semua pekerjaan
pengecoran.

Gambar 4.9 Concrete Mixer Truck


4.6.4. Excavator (Backhoe)
Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri
konstruksi, pertanian atau perhutanan. Mempunyai belalai yang terdiri dari dua
tungkai; yang terdekat dengan body disebut boom dan yang mempunyai bucket
(ember keruk) disebut dipper. Ruang pengemudi disebut House-terletak diatas
roda (trackshoe), dan bisa berputar arah 360 derajat. Penggunaan excavator ialah
untuk memudahkan pemindahan tanah setelah pekerjaan galian tanah.

Gambar 4.10 Backhoe


4.6.5. Stamper

Mariana Dewi/1604101010039
53
Laporan Kerja Praktek

Stamper adalah alat yang digunakan untuk memadatkan tanah terutama


memadatkan tanah timbunan. Stamper sendiri terdiri atas beberapa bagian yaitu
mesin, ningkai pelindung dan pegangan pengarah, kaki hentak dan plat tumbuk.
Cara kerjanya hidupkan dan panaskan 3-5 menit pada kecepatan rendah secara
perlahan. Kemudian atur keposisi kecepatan yang dibutuhkan dengan perlahan
arahkan mesin ke tempat yang akan dipadatkan.

Gambar 4.11 Stamper


4.6.6. Crane
Crane adalah suatu alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja
dengan prinsip kerja tali, crane digunakan untuk mengangkat muatan secara
vertikal dan digerakkan secara horizontal. Pada pekerjaan ini crane dimanfaatkan
untuk mengangkat material baja untuk pekerjaan baja.

Gambar 4.12 Crane


4.6.7. Pemadatan Beton (Concrete Vibrator)

Mariana Dewi/1604101010039
54
Laporan Kerja Praktek

Concrete vibrator digunakan untuk memadatkan adukan beton basah pada


saat dimasukkan ke dalam bekisting. Dengan alat ini, seluruh bagian yang sulit
dijangkau seperti antara tulangan, dapat terisi beton dengan baik dan rapat,
sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan beton keropos. Concrete
vibrator yang digunakan yaitu berdiameter 2”. Concrete vibrator tidak boleh
dibiarkan terlalu lama pada satu tempat dalam beton karena hal ini dapat
menyebabkan segregasi yaitu terlepasnya ikatan antar material pembentuk beton.
Concrete vibrator harus sering diangkat dan dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lainnya supaya diperoleh kepadatan yang sama diseluruh bagian beton.

Gambar 4.13 Pemadatan Beton (Concrete Vibrator)

4.6.8. Theodolit/Waterpass

Theodolit digunakan untuk memastikan elevasi dari tiap pekerjaan struktur


dan elevasi tiap lantai. Theodolit juga berfungsi untuk menggambarkan as
bangunan agar dapat digunakan sebagai acuan dalam mengerjakan pekerjaan
kolom, maupun balok dan plat lantai. Theodolit dalam penggunaannya di
lapangan juga membantu dan memastikan bahwa ketebalan plat lantai pada saat
pengecoran adalah tepat, sesuai dengan rencana. Theodolit umumnya dipakai dan
digunakan oleh surveyor.

Mariana Dewi/1604101010039
55
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.14 Theodolit/Waterpass


4.6.9. Magnetic Core Drill

Magnetic Core Drill ini merupakan alat yang berfungsi untuk membuat
acuan lubang baut angkur pada plat baja dan pada kolom baja.

Gambar 4.15 Magnetic Core Drill

4.6.10. Laser Cutting Machine

Laser Cutting Machine ini merupakan alat yang berfungsi untuk


memotong plat baja sesuai ukurannya dengan menggunakan laser.

Mariana Dewi/1604101010039
56
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.16 Laser Cutting Machine

4.6.11. Peralatan Bantu Lainnya


Untuk melancarkan pekerjaan-pekerjaan di lapangan dibutuhkan peralatan
sebagai penunjang. Adapun alat-alat yang digunakan pada pelaksanaan proyek ini
antara lain:

a. Compressor;
b. Gerobak Sorong;
c. Sekop;
d. Sendok Spesi;
e. Garukan Cor;
f. Cangkul;
g. Ember Cor;

4.7 Pekerjaan Pondasi KSLL

Sistem KSLL adalah sistem konstruksi bangunan bawah (Sub-Structure)


yang merupakan sistem kombinasi, yang memungkinkan adanya kerja sama
timbal balik saling menguntungkan antara sistem pondasi pelat beton pipih
menerus yang di bawahnya dilakukan oleh rib-rib tegak yang pipih dan tinggi
dengan sistem perbaikan tanah di bawah pelat / diantara rib rib tegak tersebut,
sehingga mampu memanfaatkan dan merangkum berbagai kelebihan dari
beberapa sistem pondasi / konstruksi bangunan bawah tipe konvesional menjadi
satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan lagi, dan juga melahirkan
berbagai keuntungan baru, yang tidak dimiliki oleh sistem-sistem pondasi

Mariana Dewi/1604101010039
57
Laporan Kerja Praktek

konvesional lainnya. Pekerjaan pondasi KSLL dapat dilakukan setelah pekerjaan


galian, selesai dikerjakan.

Untuk ketebalan dan ketinggian pada pondasi KSLL seperti yang tercantum
pada gambar rencana adalah sebagai berikut:

1. Rib Settlement 1 = 12/230


2. Rib Settlement 2 = 12/200
3. Rib Settlement 3 = 10/180
4. Rib Konstruksi 1 = 12/130
5. Rib Konstruksi 2 = 10/80
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan untuk pekerjaan pondasi KSLL
adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan galian Tanah


2. Pekerjaan lantai kerja untuk rib dan beton decking
3. Pekerjaan acuan untuk rib
4. Pemasangan bekisting pada rib
5. Pengecoran rib settlement dan rib konstruksi
6. Perawatan beton pada rib
7. Pembukaan bekisting pada rib

8. Pekerjaan urugan dan pemadatan

9. Pekerjaan uji test kepadatan dengan sand cone

4.7.1 Pekerjaan Galian Tanah

Pekerjaan galian tanah untuk lubang pondasi setelah papan bowplank


dengan penandaan sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan.

Galian tanah tahap I : Seluruh luasan untuk pondasi KSSL digali sampai
kedalaman dan lebar tertentu. Galian tanah tahap I merupakan galian pada rib
settlement yang ukuran rib settlement 1 (12/30), rib settlement 2 (12/200), rib
settlement 3 (10/180).

Mariana Dewi/1604101010039
58
Laporan Kerja Praktek

Galian tanah tahap II : Dikerjakan setelah galian tanah tahap I untuk


pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan), sepanjang jalur rib settlement digali
dengan lebar tertentu dari tepi ke tepi dan dari kedalaman tertentu sehingga
menjamin keleluasaan pemasangan pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan.
Galian tanah tahap II merupakan galian pada rib konstruksi yang ukuran rib
konstruksi 1 (12/30), rib konstruksi 3 (10/180). Kemudian dilakukan juga
penggalian tanah pada posisi kolom.

Sudut kemiringan dari suatu lereng (kelandaian) merupakan bagian


penting dari penggalian skala besar, terutama ditentukan oleh kelandaian alami
dari jenis-jenis tanah kering.

Gambar 4.17 Pekerjaan Galian Tanah

4.7.2 Pekerjaan Lantai Kerja untuk Rib dan Beton Decking

Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement dibuatkan lantai kerja,


dengan tujuan untuk mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda
yaitu sebagai lantai kerja dan sebagai penahan acuan rib. Lantai kerja dibuat
dengan ketebalan tertentu dengan campuran 1:5 setebal 4 cm. Beton decking
dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan lantai kerja. Beton
decking ini memiliki diameter 10 cm dengan tebal 3,5 cm.

Mariana Dewi/1604101010039
59
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.18 Pekerjaan Lantai Kerja

Gambar 4.19 Pekerjaan Beton Decking

4.7.3 Pekerjaan Acuan untuk Rib

Bahan untuk acuan yang digunakan berupa balok kayu 4/6, multipleks 9
mm, serta bahan lain seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan.
Konstruksi acuan dibuat setinggi ± 230 cm, 200 cm, 180 cm untuk rib
settlement dan ± 130 cm, 80 cm untuk rib konstruksi. Acuan dipasang sesuai
ketebalan rib 10 cm dan 12 cm dan ditopang serta diikat kuat sehingga baik
ukuran, bentuk maupun posisi rib-rib tidak berubah selama pengecoran
berlangsung. Acuan dibersihkan dari segala kotoran dan siap untuk dilakukan
pengecoran rib. Acuan bisa dibuka 8 jam setelah pengecoran beton.

Mariana Dewi/1604101010039
60
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.20 Pekerjaan Acuan Untuk Rib

4.7.4 Pekerjaan Pembesian untuk Rib

Memilih mutu besi beton untuk beugel rib dan tulangan pokok rib.
Beberapa besi dirakit diluar acuan kemudian dipasang dalam acuan yang telah
disiapkan, selanjutnya dipasang beugel rib. Besi beton diikat kuat dengan kawat
bendrat, sehingga besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan
diberi jarak dari papan acuan atau lantai kerja dengan pemasangan selimut beton
±3cm. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan- pertemuan dengan prinsip dan
sistem hubungan pembesian pada pertemuan tersebut antara rib dengan rib (baik
rib konstruksi maupun rib sattlement), rib dengan kolom, dan rib dengan plat

Mariana Dewi/1604101010039
61
Laporan Kerja Praktek

penutup. Volume pembesian pada rib settlement dan rib konstruksi adalah sebagai
berikut :

1. Rib Settlement 1 = 12/230 cm dengan Volume 25,66 m3


- Panjang : 99 m2
- Lebar : 12 cm
- Tinggi : 230 cm
a. Tulangan pokok atas : 2 D 16 dengan volume 312,4915
Kg
b. Tulangan pokok bawah : 2 D 16 dengan volume 312,4915
Kg
c. Tulangan stang dan kromo : ∅8 dengan volume 23,70911 Kg
d. Tulangan dinding rib horizontal 1 : ∅10-15 cm dengan volume 976,536
Kg
e. Tulangan tromol 3 ki rib dan 3 ka rib : ∅8 dengan volume 117,1843 Kg
f. Tulangan laba-laba : ∅10 dengan volume
g. Tulangan Plat ksll (2 arah) double : ∅10-15 cm dengan volume 1037,57
Kg

Gambar 4.21 Detail Penulangan Rib Settlement 1


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

Mariana Dewi/1604101010039
62
Laporan Kerja Praktek

2. Rib Settlement 2 = 12/200 cm dengan Volume 25,66 m3


- Panjang : 15 m2
- Lebar : 12 cm
- Tinggi : 200 cm
a. Tulangan pokok atas : 1 D 16 dengan volume 23,6736 Kg
b. Tulangan pokok bawah : 2 D 16 dengan volume 47,3472 Kg
c. Tulangan stang dan kromo : ∅8-15 dengan volume 3,8232 Kg
d. Tulangan dinding rib horizontal 1 : ∅10-15 cm dengan volume 129,465
Kg
e. Tulangan tromol 3 ki rib dan 3 ka rib : ∅8-15 dengan volume 17,7552 Kg
f. Tulangan laba-laba : ∅10-15 dengan volume
g. Tulangan Plat ksll (2 arah) double : ∅10-15 cm dengan volume 138,712
Kg.

Gambar 4.22 Detail Penulangan Rib Settlement 2


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

3. Rib Settlement 3 = 10/180 cm dengan Volume 10,05 m3

- Panjang : 46,51 m2
- Lebar : 10 cm
- Tinggi : 180 cm

Mariana Dewi/1604101010039
63
Laporan Kerja Praktek

a. Tulangan pokok atas : 1 D 16 dengan volume 73,4039 Kg


b. Tulangan pokok bawah : 2 D 16 dengan volume 146,8079
Kg
c. Tulangan stang dan kromo : ∅8-15 dengan volume 11,2828 Kg
d. Tulangan dinding rib horizontal 1 : ∅10-15 cm dengan volume 372,754
Kg
e. Tulangan tromol 3 ki rib dan 3 ka rib : ∅8-15 dengan volume 55,0529 Kg
f. Tulangan laba-laba : ∅10-15 dengan volume
g. Tulangan Plat ksll (2 arah) double : ∅10-15 cm dengan volume 372,754
Kg.

Gambar 4.23 Detail Penulangan Rib Settlement 3


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

4. Rib Konstruksi 1 = 12/130 cm dengan Volume 74,86 m3

- Panjang : 537,78 m2
- Lebar : 12 cm
- Tinggi : 130 cm
a. Tulangan pokok atas : 1 D 16 dengan volume 848,745 Kg

Mariana Dewi/1604101010039
64
Laporan Kerja Praktek

b. Tulangan pokok bawah : 2 D 16 dengan volume 1697,492


Kg
c. Tulangan stang dan kromo : ∅8-15 dengan volume 127,5841 Kg
d. Tulangan dinding rib horizontal 1 : ∅10-15 cm dengan volume 3206,01
Kg
e. Tulangan tromol 3 ki rib dan 3 ka rib : ∅8-15 dengan volume 1697,492 Kg
f. Tulangan laba-laba : ∅10-15 dengan volume
g. Tulangan Plat ksll (2 arah) double : ∅10-15 cm dengan volume 3315,41
Kg

Gambar 4.24 Detail Penulangan Rib Konstruksi 1


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

5. Rib Konstruksi 2 = 10/80 cm dengan Volume 7,50 m3


- Panjang : 113,65 m2
- Lebar : 10 cm
- Tinggi : 80 cm
a. Tulangan pokok atas : 1 D 16 dengan volume 179,367 Kg
b. Tulangan pokok bawah : 1 D 16 dengan volume 179,367 Kg

Mariana Dewi/1604101010039
65
Laporan Kerja Praktek

c. Tulangan stang dan kromo : ∅8-15 dengan volume 13,5886 Kg


d. Tulangan dinding rib horizontal 1 : ∅10-15 cm dengan volume 677,531
Kg
e. Tulangan tromol 3 ki rib dan 3 ka rib : ∅8-15 dengan volume 358,734 Kg
f. Tulangan laba-laba : ∅10-15 dengan volume
g. Tulangan Plat ksll (2 arah) double : ∅10-15 cm dengan volume 700,652
Kg.

Gambar 4.25 Detail Penulangan Rib Konstruksi 2


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

Mariana Dewi/1604101010039
66
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.26 Pekerjaan Pembesian untuk Rib

4.7.5 Pekerjaan Pengecoran untuk Rib

Mutu beton yang digunakan untuk rib adalah K-250. Pengecoran untuk rib
digunakan beton ready mix yang diproduksi oleh Lhoknga Beton. Beton ready
mix tersebut diantar ke lokasi proyek dengan menggunakan Concrete Mixer.
Sebelum dilakukan pengecoran, beton ready mix ini diuji slump terlebih dahulu,
didapatkan hasil uji slump yaitu 45 mm, sehingga beton dapat digunakan.
Selanjutnya beton ready mix tersebut dimasukkan kedalam benda uji sampel yang
berbentuk kubus untuk diuji dilaboratorium. Setelah dinyatakan beton ready mix
ini dapat digunakan, beton ready mix ini ditampung dalam gerobak artco dan
dibawa ke daerah pengecoran rib. Setelah itu dituang dalam tempat yang akan di
cor dan diratakan dengan skopang. Kemudian mesin vibrator dihidupkan dan
selangnya diarahkan pada beton. Lalu kepala mesin ini dimasukkan ke dalam
adonan dan digetarkan di sekitar area tersebut selama kurang lebih sepuluh detik.
Arena pergetaran antara 30-40 meter persegi. Jadi penggunaan alat ini dipindah-
pindahkan sesuai luasan yang dibutuhkan. Pada saat memindahkan, mesin
dimatikan terlebih dahulu. Selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi
selama minimal 1 minggu.

Proses pengecoran pada Rib Settlement (kedalaman 230 cm dan tebal 12


cm) dan Rib Konstruksi (kedalaman 130 cm dan tebal 12 cm) dengan mutu beton
K250.

Mariana Dewi/1604101010039
67
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.27 Pengujian Slump dan Pengambilan Sampel Pengecoran

Gambar 4.28 Pekerjaan Pengecoran untuk Rib

Mariana Dewi/1604101010039
68
Laporan Kerja Praktek

4.7.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Pembukaan bekisting dilakukan 1 hari setelah pengecoran karena bekisting
tersebut akan digunakan kembali untuk pengecoran selanjutnya. Pekerjaan ini
diawali dengan membuka balok penyokong dan kayu pengaku, yang dilanjutkan
dengan papan-papan bekisting. Pekerjaan ini dilakukan oleh 4 pekerja dengan
menggunakan alat berupa linggis. Bekisting dibuka pada satu sisi dahulu,
kemudian 3 sisi lainnya tinggal dipindahkan saja.

Pembongkaran dilakukan dengan baik, selain untuk menjaga lapisan


kolom, juga agar papan bekisting tetap bagus karena akan dipakai untuk bekisting
pada kolom selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, secara keseluruhan proses


pembukaan/pelepasan bekisting kolom yang dilakukan sudah sesuai dengan
ketentuan yang terdapat pada RKS.

Gambar 4.29 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

4.7.7 Perawatan Beton Pada Rib

Perawatan beton pada Rib bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak
terjadi kehilangan air campuran pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah
penguapan air dari beton pada umur beton awal. Hal ini bertujuan untuk
mencegah perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya
keretakan dan penurunan kualitas beton.

Mariana Dewi/1604101010039
69
Laporan Kerja Praktek

Berdasarkan pengamatan di lapangan, secara keseluruhan proses


perawatan beton sudah sesuai dengan SNI 03-2847-2002 pasal 7.11 ayat 1
halaman 32 yang menyatakan bahwa beton harus dirawat pada suhu di atas 10°C
dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah
pengecoran.

4.7.8 Pekerjaan Urugan dan Pemadatan

Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah


dikeluarkan dengan cara menggilas atau memukul. Pekerjaan pemadatan pada
KSLL ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. pekerjaan pemadatan urugan tanah dan


b. pekerjaan pemadatan urugan pasir.

Pemadatan ini dilakukan setelah pekerjaan rib selesai. Pada proyek ini
pemadatan menggunakan alat stamper.

Gambar 4.30 Detail Pengurugan Tanah


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pondasi KSLL

a. Pekerjaan Pemadatan Urugan Tanah

Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah dari


galian sebelumnya. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan stamper

Mariana Dewi/1604101010039
70
Laporan Kerja Praktek

dengan ketebalan 20 cm setiap lapisnya. Pemadatan ini dilakukan sampai tanah


tidak tampak turun lagi saat pemadatan.

Gambar 4.31 Pekerjaan Pemadatan Urugan Tanah

b. Pekerjaan Pemadatan Urugan Pasir


Setelah urugan tanah dan pemadatan selesai, selanjutnya dilakukan
pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan. Untuk pengurugan
pasir ini, pasir didatangkan dari tempat lain. Pemadatan dilakukan dengan
stamper dengan ketebalan 20 cm setiap lapisnya hingga mencapai lapisan atas
yang sejajar dengan rib.

Gambar 4.32 Pekerjaan Pemadatan Urugan Pasir

Mariana Dewi/1604101010039
71
Laporan Kerja Praktek

4.7.9 Pekerjaan Uji Test Kepadatan Dengan Sand Cone

Setelah selesai pemadatan, dilakukan uji sand cone. Uji sand cone pada
tanah dilakukan untuk menentukan kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan.

Langkah-langkah dalam pengambilan tanah untuk diuji adalah sebagai berikut:

 Ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji.


 Tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm
dengan lubang berdiameter 16,51 cm pada permukaan tanah.
 Kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak atau paku pada
keempat sisinya.
 Gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang plat corong.
 Pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada yang tertinggal
dalam lubang.
 Masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang digali dalam
wadah/kaleng tertutup yang sudah diketahui beratnya, lalu ditimbang.
 Kemudian dilakukan pengukuran dengan pasir uji yaitu dengan mengisi
botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya melebihi isi
lubang dan corong).
 Timbang botol dengan corong dan pasir.
 Tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat pada corong
menghadap ke bawah dan botol di atas.
 Buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan corong sampai
penuh.
 Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang kembali botol +
corong + sisa pasir.

Pengujian sand cone dilakukan selama tiga hari dengan (8) delapan sampel
pengujian lapangan, dan didapatkan hasil pengujian tersebut bahwa pemadatan
yang dilakukan memenuhi persyaratan spesifikasi teknis yaitu 97%. Seperti
yang dilampirkan pada lampiran.

Mariana Dewi/1604101010039
72
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.33 Pekerjaan Uji Test Kepadatan Dengan Sand Cone

4.8 Pekerjaan Plat Lantai

Pekerjaan plat lantai dapat dilakukan setelah penimbunan di lakukan dan


di lanjutkan dengan lantai kerja penutup. Pada pekerjaan plat lantai bahan dan
peralatan yang digunakan antara lain:

Mariana Dewi/1604101010039
73
Laporan Kerja Praktek

1. Pekerjaan lantai kerja untuk plat penutup


2. Pekerjaan pembesian untuk plat penutup
3. Pekerjaan pengecoran beton plat penutup

4.8.1 Pekerjaan Lantai Kerja untuk Plat Penutup

Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan


yang ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan,
seluruh luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1:5 setebal ± 3 cm.

Gambar 4.34 Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Plat Penutup

4.8.2 Pekerjaan Pembesian Untuk Plat Penutup

Besi tulangan yang digunakan berdiameter ± 10 m dengan mutu BJTP 30.


Pemasangan besi langsung dilakukan diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan
ditulangi. Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang
tulangan yang berbentuk Double. Sedangkan untuk penulangan pelat tepat
sepanjang jalur rib, terlebih dahulu dipasang tulangan stek yang menghubungkan
dan mengikat erat antara rib dengan pelat yang dipasang zig-zag.

Pemotongan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong besi


(bar cutter) dan dibengkokkan dengan alat pembengkok tulangan (bar bender)
sesuai ukuran rencana pada gambar. Proses perangkaian tulangan untuk plat lantai
disatukan dengan tulangan rib konstruksi yang telah disisakan sebelumnya, agar
membentuk satu kesenyawaan.

Mariana Dewi/1604101010039
74
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.35 Pekerjaan Pembesian Untuk Plat Penutup

4.8.3 Pekerjaan Pengecoran Beton Plat Penutup

Mutu beton yang digunakan untuk rib adalah K-300. Pengecoran untuk rib
digunakan beton ready mix yang diproduksi oleh Lhoknga Beton. Beton ready
mix tersebut diantar ke lokasi proyek dengan menggunakan Concrete Mixer.
Sebelum dilakukan pengecoran, beton ready mix ini diuji slump terlebih dahulu
sehingga beton dapat digunakan. Selanjutnya beton ready mix tersebut
dimasukkan kedalam benda uji sampel yang berbentuk kubus untuk diuji
dilaboratorium. Setelah dinyatakan beton ready mix ini dapat digunakan, beton
ready mix ini ditampung dalam gerobak sorong dan dibawa ke daerah pengecoran
plat lantai. Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan

Mariana Dewi/1604101010039
75
Laporan Kerja Praktek

perbaikan tanah pada bagian lain belum selesai. Pengecoran dilakukan


berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan adalah 14 cm.

Gambar 4.36 Pekerjaan Pengecoran Beton Plat Penutup

4.9 Pekerjaan Base Plate dan Kolom Baja

Pada proyek Pembangunan Gedung Asrama dan Kelas Baru Balai


Pelatihan Kesehatan ini, kolom yang digunakan merupakan kolom baja. Untuk
menghubungkan antara kolom baja dengan pondasi digunakan base plate.

4.9.1 Pekerjaan Base Plate

Base plate merupakan bagian dari struktur baja yang berfungsi untuk
menghubungkan struktur baja bagian atas dengan struktur pondasi pada bagian
bawah. Base plate ini berfungsi untuk menyalurkan gaya ke pondasi sedemikian

Mariana Dewi/1604101010039
76
Laporan Kerja Praktek

rupa sehingga besarnya tegangan yang terjadi pada beton tidak menimbulkan
kerusakan. Pada proyek ini terdapat 3 base plate yaitu Base Plate K1 (WF
588.300.12.20), Base Plate K2 (WF 588.300.52.20) dan Base Plate K3 (WF
400.200.8.13).

Gambar 4.37 Base Plate K1 (WF 588.300.12.20)


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pembangunan Gedung Bapelkes

Gambar 4.38 Base Plate K2 (WF 588.300.52.20)


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pembangunan Gedung Bapelkes

Mariana Dewi/1604101010039
77
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.39 Base Plate K3 (WF 400.200.8.13)


Sumber : Perencanaan Gambar DED Pembangunan Gedung Bapelkes

Langkah-langkah pembuatan base plate :

a. Pekerjaan Pemotongan Plate

Ukuran plate dan ketebalan serta titik lobang baut menyesuaikan dengan
gambar kerja. Ukuran plate dan titik lobang baut harus benar presisi dengan
menggunakan mal/penggaris supaya potongan plate lebih akurat.
Pemotongan plate baja digunakan Laser Cutting Machine. Ukuran-ukuran
yang diperlukan sesuai dengan kolom baja. Terdapat 3 ukuran yaitu untuk K1 dan
K2 berukuran 600 mm x 750 mm dan untuk K3 berukuran 300 mm x 550 mm.
Untuk plate K1 dibutuhkan sebanyak 45 plate, untuk K2 diperlukan sebanyak 8
plate, dan untuk K3 diperlukan 9 plate.

Gambar 4.40 Pekerjaan Pemotongan Plate

Mariana Dewi/1604101010039
78
Laporan Kerja Praktek

b. Pekerjaan Pelubangan untuk Baut Angkur

Setelah plate dipotong dan titik baut sudah ditandai, dilakukan


pelubangan untuk baut angkur pada plate dengan menggunakan alat Magnetic
Core Drill. Untuk K1 dan K2 dibuat untuk baut angkur D19 sebanyak 12 baut
mengelilingi plat, sedangkan untuk K3 dibuat untuk baut angkur D16 sebanyak 10
baut mengelilingi plate. Setelah pemotongan dan pembuatan lobang baut selesai
bersihkan plate dan haluskan dengan digrinda atau diamplas bagian sisa potongan
plate sehingga tidak tajam.

Gambar 4.41 Pekerjaan Pelubangan Untuk Baut Angkur


c. Pekerjaan Pemotongan Stiffener

Kemudian untuk sisi kanan dan kiri kolom dibuat plat stiffener yang
memiliki tebal 12 mm. Plat stiffener ini berfungsi untuk mencegah terjadinya
tekuk. Plat stiffener ini memiliki bentuk trapesium siku-siku, yang memiliki
panjang bagian atas 50 mm, panjang bagian bawah 100 mm, dan tinggi 200 mm.
Untuk K1 dan K2 diperlukan 6 plat stiffener (3 plat dibagian kiri kolom dan 3 plat
dibagian kanan kolom), sedangkan untuk K3 diperlukan 4 plat stiffener (2 plat
dibagian kiri kolom dan 2 plat dibagian kanan kolom).

d. Pekerjaan Pemasangan Pada Base Plate dan Pemasangan Angkur

Pemasangan base plate dan angkur dilakukan setelah pembesian pada


kolom. Pembesian pada kolom menggunakan tulangan D12-150. Jumlah angkur
dan base plate yang digunakan disesuaikan dengan tipe kolom.

Mariana Dewi/1604101010039
79
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.42 Pekerjaan Pada Base Plate dan Pemasangan Angkur


Setelah dilakukan pembesian, pemasangan base plate, dan pemasangan
angkur, dilanjutkan dengan pekerjaan bekisting dengan menggunakan balok kayu
4/6 yang kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran dengan mutuk K-
250 untuk kolom.

4.9.2 Pekerjaan Persiapan Kolom

Ukuran baja WF yang ada memiliki bentang atau tinggi kolom berberda
dari konstruksi baja yang akan dipasang nantinya. Sehingga baja harus dipotong
sesuai dengan ukuran dari gambar kerja. Bagian yang akan dipotong diukur
dengan menggunakan mal atau jangkar secara akurat dan presisi sehingga tidak
mengalami kesalahan setelah dipotong. Baja WF ini dipotong dengan
menggunakan Laser Cutting Machine.

Gambar 4.43 Pekerjaan Pada Base Plate dan Pemasangan Angkur

Mariana Dewi/1604101010039
80
Laporan Kerja Praktek

Pada kolom juga dilakukan pelubangan baut angkur untuk penyambungan


antara kolom baja dan balok baja. Pelubangan ini menggunakan alat Magnetic
Core Drill.

Gambar 4.44 Pekerjaan Pelubangan Baut Angkur

4.9.3 Settingan

Bagian batang baja dan plate yang sudah disiapkan dari proses
sebelumnya, selanjutnya disambungkan dan disetting bagian-bagian tersebut
sehingga hasilnya sesuai bentuk, jarak dan ukuran pada gambar kerja. Yang harus
diperhatikan saat pemasangan dan settingan adalah tidak boleh ada
kemiringan/sudut, panjang melebihi atau kurang dan dudukan plate, gordeng
maupun balok anak tidak miring.

4.9.4 Pekerjaan Pengelasan

Setelah dilakukan pemotongan plate, pelubangan, dan settingan pada plat


maupun kolom, dilakukan sambungan antara plat dengan kolom baja dengan
menggunakan las listrik.

Sebelum dilakukan pengelasan, baja maupun plat harus dibersihkan


terlebih dahulu dari kotoran atau debu, tebal las disesuaikan dengan beban
konstruksi, dan setelah pengelasan kolom harus dibersihkan dari sisa las dan
dihaluskan.

Mariana Dewi/1604101010039
81
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.45 Pekerjaan Pengelasan Pada Baja

4.9.5 Pekerjaan Pengecatan

Setelah pekerjaan pengelasan pada baja, dilakukan pengecatan baja dengan


menggunakan cat tipe Zinc Chromate. Pengecatan ini berfungsi untuk mencegah
karat pada baja.

Gambar 4.46 Pekerjaan Pengecatan Pada Baja

4.9.6 Pekerjaan Pengangkatan Kolom

Pengangkatan kolom baja merupakan proses pemindahan kolom yang


sudah disambung dan disetting untuk dilakukan proses pemasangan dibagian atas
konstruksi.

Mariana Dewi/1604101010039
82
Laporan Kerja Praktek

Untuk beban baja lebih dari 1 ton dan ketinggian lebih dari 10 meter maka
pengangkatan kontruksi Baja sebaiknya menggunakan alat angkat berat seperti
hoist, crane/mobile crane, karena lebih safety dan lebih mudah. Beban dibawah 1
ton dengan ketinggian kolom 6m, dapat menggunakan lifting equipment seperti
chain block, hoist yang memiliki daya angkat dari 5 ton. Pada proyek ini
pengangkatan baja menggunakan Mobile Crane.

Gambar 4.47 Pekerjaan Pengangkatan Kolom

4.9.7 Pekerjaan Penyambungan Kolom di Atas Rangka

Setelah rangka kolom diangkat keatas dengan menggunakan Mobile Crane


dan sampai diposisi nya pasang baut dan kencangkan sampai plate simpul rapat
dengan base plate. Setelah penyambungan selesai dilakukan proses pembersihan
dan pengecekan kembali baut untuk keamanan. Pekerjaan penyambungan kolom
ini membutuhkan 8 pekerja. Saat pemasangan diperlukan ketelitian agar kolom
tepat pada posisi yang direncanakan. Untuk itu saat pemasangan diperlukan
pengecekan dengan menggunakan waterpass magnet yang ditempelkan pada
bagian kolom baja.

Mariana Dewi/1604101010039
83
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.48 Pengecekan dengan Waterpass

Gambar 4.49 Penyambungan Kolom diatas Rangka

4.9.8 Pekerjaan Pengecekan Kembali

Setelah selesai pemasangan kolom baja, dilakukan pengecekan kembali


terhadap baut angkur yang dipasang, dan dilakukan kembali pengecatan pada
bagian-bagian tertentu.

4.10 Peninjauan K3 Proyek

Akibat tingginya resiko yang ada pada proyek konstruksi, pelaksana


konstruksi pun harus dapat meminimalisir resiko yang ada di proyek dengan
berbagai cara.

Sebelum memasuki proyek, semua pekerja bagian pondasi sudah


dijelaskan tentang Safety Induction untuk menghimbau dan mengingatkan pekerja

Mariana Dewi/1604101010039
84
Laporan Kerja Praktek

akan pentingnya K3. Pekerja juga diingatkan untuk menggunakan Alat pelindung
diri (APD). Safety Induction juga dilakukan kepada para pekerja baru yang akan
masuk kedalam wilayah proyek, serta siapapun termasuk mahasiswa yang sedang
melaksanakan kerja praktek agar mengerti betapa pentingnya keselamatan pada
lokasi proyek.

Gambar 4.50 Pekerja yang Menggunakan APD

Namun, pekerja bagian struktur baja tidak menggunakan Alat pelindung


diri (APD) berupa topi pelindung (Safety Helmet). Yang mana APD ini sangat
penting untuk keselamatan pada lokasi proyek saat berlansungnya pekerjaan.

Gambar 4.51 Pekerja yang tidak Menggunakan APD

Mariana Dewi/1604101010039
85
Laporan Kerja Praktek

Gambar 4.52 Rambu-rambu APD


Pada proyek juga dipasang rambu-rambu yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengingatkan pekerja akan pentingnya keselamatan.

Gambar 4.53 Papan Keselamatan

4.10.1 Tujuan Keselamatan dan Lingkungan Kerja

Dalam rangka melindungi hak setiap pekerja atas keselamatan dan kesehatan
serta melindungi aset perusahaan sehingga tercipta tempat kerja untuk proses
produksi yang aman, efisiensi dan produktif, maka melalui komitmen dan kebijakan

Mariana Dewi/1604101010039
86
Laporan Kerja Praktek

mutu, keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan oleh manajemen,
memiliki arti dan tujuan penerapan sistem manajemen keselamatan kerja sebagai
berikut :

1. Mencegah terjadinya cidera dalam pekerjaan.


2. Mencegah penyakit akibat kerja.
3. Menyediakan lingkungan pekerjaan yang sehat aman serta
meningkatkanpraktek-praktek kerja yang aman.
4. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang dibentuk dan dipelihara secara
aman dan baik.
5. Mematuhi semua pesyaratan dan perundang undangan Pemerintah
Indonesia.
6. Bekerjasama dengan pemerintah, masyarakat, perusahaan industri dan
pihak yang terlibat lainnya untuk meningkatkan praktek-praktek kerja yang
baik.
7. Mengendalikan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3).
8. Mempromosikan dan mengembangkan kepedulian keselamatan kerja
padasuatu tingkatan tinggi.
9. Menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memungkinkan para
karyawan bekerja secara aman dan baik.
10. Mengembangkan dan memelihara suatu sistem sebagai pengendalian dan
pengevaluasian aman dan baik.
11. Menyediakan suatu sistem guna mendapatkan program tanggap darurat
yangefisien bilamana terjadi keadaan darurat. Khususnya terhadap bahaya
kebakaran, bencana banjir, dan sebagainya.

Mariana Dewi/1604101010039

Anda mungkin juga menyukai