Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Defenisi Bundaran
Bundaran (roundabout) merupakan salah satu jenis pengendalian persimpangan yang
umumnya dipergunakan pada daerah perkotaan dan luar kota sebagai titik pertemuan antara
beberapa ruas jalan dengan tingkat arus lalu-lintas relatif lebih rendah dibandingkan jenis
persimpangan bersinyal maupun persimpangan tidak bersinyal.
Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di daerah
perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan, dengan arus lalu-lintas sedang. Pada
arus lalu-lintas yang tinggi dan kemacetan pada daerah keluar simpang, bundaran tersebut
mudah terhalang, yang mungkin menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.
Bundaran paling efektif jika digunakan untuk persimpangan antara jalan dengan ukuran dan
tingkat arus yang sama. Karena itu bundaran sangat sesuai untuk persimpangan antara jalan
dua lajur atau empat lajur. Untuk persimpangan antara jalan yang lebih besar, penutupan
daerah jalinan mudah terjadi dan keselamatan bundaran menurun. Meskipun dampak lalu-
lintas bundaran berupa tundaan selalu lebih baik dari tipe simpang yang lain misalnya simpang
bersinyal, pemasangan sinyal masih lebih disukai untuk menjamin kapasitas tertentu dapat
dipertahankan, bahkan dalam keadaan arus jam puncak.
Perencanaan simpang berbentuk bundaran merupakan bagian dari perencanaan jalan raya
yang amat penting. Pada bundaran terjadi konflik antara kendaraan yang berbeda kepentingan,
asal maupun tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut perencanaan bundaran harus direncanakan
dengan cermat, sehingga tidak menimbulkan akses yang lebih buruk, misalnya kemacetan lalu-
lintas. Kemacetan lalu-lintas menimbulkan kerugian yang lebih besar yaitu biaya yang makin
tinggi akibat pemborosan bahan bakar, polusi udara, kebisingan dan keterlambatan arus barang
dan jasa.
Berbagai macam pola pergerakan tersebut akan saling berpotongan sehingga menimbulkan
titik-titik konflik pada suatu persimpangan. Sebagai contoh, pada persimpangan dengan empat
lengan pendekat mempunyai 32 titik konflik, yaitu 16 titik crossing, 8 titik merging, 8 titik
diverging.

Gambar 1. Titik Konflik Pada Persimpangan Empat Lengan Pendekat Dan Bundaran

1.2 Lokasi Perencanaan Bundaran


Perencanaan persimpangan sebidang bundaran dilakukan di persimpangan ruas jalan Provinsi
dekat kantor Bina Marga Kabupaten Tanah Bumbu. Persimpangan ini merupakan persimpangan
dengan 4 lengan pendekat yakni 2 lengan pendekat dari ruas jalan Provinsi, 1 lengan pendekat
dari ruas jalan arah Mesjid dan 1 lengan pendekat dari ruas jalan arah kawasan perkebunan
kelapa sawit. Ruas jalan provinsi mempunyai lebar 2x7m dengan median 4,5 m (4/2D), ruas
jalan arah mesjid mempunyai lebar 2x7 meter dengan median 1 m (4/2D) dan ruas jalan arah
perkebunan kelapa sawit mempunyai lebar 2x3,5 dengan median 2 m (2/2D). Namun ruas jalan
arah perkebunan kelapa sawit kemungkinan akan dilebarkan menjadi 2x7 m karena badan jalan
sudah tersedia. Volume lalu lintas di persimpangan ini masih rendah (<20.000 kendaraan/hari)
dengan jenis kendaraan paling besar yang melewati persimpangan ini adalah truk sumbu
tunggal untuk mengangkut kelapa sawit.
Ketersediaan lahan di persimpangan ini masih cukup luas karena jarak bangunan ke badan jalan
masih sangat jauh. Sedangkan di sisi jalan provinsi ke arah mesjid masih tersedia lahan yang
nantinya akan menjadi jalur hijau.

1.3 Perencanaan Bundaran


Parameter perencanaan
1) Volume lalu lintas rencana yang digunakan dalam perencanaan bundaran adalah volume
lalu lintas seluruh lengan yang diperkirakan akan memasuki bundaran.
Volume lalu lintas di persimpangan ini masih rendah (<20.000 kendaraan/hari).
2) Kendaraan rencana yang digunakan adalah kendaraan dengan radius putar yang paling
besar.
Kendaraan paling besar yang melewati persimpangan ini adalah truk sumbu tunggal
untuk mengangkut kelapa sawit
3) Kecepatan rencana yang digunakan dalam perancangan.
Kecepatan rencana yang digunakan untuk perencanaan bundaran ini adalah 40 km/jam
sesuai dengan fungsi jalan sebagai kolektor primer.

A. Perencanaan Tipe Bundaran


Berdasarkan volume lalu lintas yaitu sebesar <20.000 kendaraan/hari maka jumlah lajur
lingkar bundaran adalah 1 lajur. Sedangkan diameter lingkaran berdasarkan jenis kendaraan
rencana adalah 25-30 m dengan jenis bundaran adalah jenis bundaran sederhana.
Penentuan jumlah lajur lingkar bundaran harus disesuaikan dengan jumlah lajur masuk dan
lajur keluar bundaran. Jumlah lajur lingkaran bundaran tidak boleh lebih kecil dari jumlah lajur
masuk dan lajur keluar bundaran. Untuk itu maka jumlah lajur pada bundaran rencana harus
minimal 2 lajur dengan jenis bundaran lajur ganda dengan diameter 45-60 m. Dalam hal ini
diambil diameter bundaran sebesar 45 m karena jenis kendaraan rencana adalah truk sumbu
tunggal.

B. Perencanaan Jalur Lingkar Bundaran


Bundaran lajur ganda merupakan bundaran yang memiliki 2 lajur lingkar pada jalur lingkar,
lajur masuk dan lajur keluar. Lebar jalur lingkar pada jenis bundaran lajur ganda adalah sebesar
9,8 m dengan superelevasi jalur putaran bundaran sebesar 2%. Dengan lebar jalur lingkar
sebesar 9,8 m maka diameter pulau pusat bundaran adalah 25,4 m yakni diameter bundaran
diameter bundaran dikurangi dua kali lebar jalur lingkar.
Pulau pusat bundaran harus memberikan pandangan yang cukup bagi pengendara untuk dapat
mengantisipasi kendaraan dari arah lengan bundaran lain. Penempatan obyek di dalam pulau
bundaran harus memperhatikan jarak pandang jalur lingkar dan jarak pandang henti jalur
lingkar. Pulau pusat dapat dilengkapi dengan apron truk, untuk desain bundaran yang
mengakomodasi kendaraan rencana truk dan trailer. Lebar apron truk berkisar 1 m dengan
superelevasi dari apron truk antara 3%.
Area Pusat Bundaran Perkerasan Normal
Slope -2% dari luar Kerb
Kerb tambahan optimal akhir/luar
Perkerasan beton untuk landasan truk
kelandaian -3 % to -4 % dari luar

Kerb Awal

Gambar 1 Potongan Melintang Perkerasan Jalan Jalur Kendaraan Ringan dan Perkerasan
Jalan dengan Lindasan Truk

Truck apron
Landscaped
Central Island

Optional Patterned
concrete

Central Island

Truck apron

Barner curb

0,0762 m
Mountable curb

4 in

3 in

10 in

0,0762 m Mountable curb

Gambar 2 Tipikal Pulau Pusat

C. Perencanaan Radius Masuk dan Radius Keluar Bundaran


Kesinambungan radius masuk dengan jalur lingkar secara signifikan akan memberikan dampak
kepada aspek keselamatan. Radius masuk/keluar, pulau bundaran dan jalur lingkar
memberikan kontribusi kepada manuver kendaraan yang akan masuk atau keluar jalur lingkar.
Radius masuk bundaran adalah lengkungan lajur yang mengarahkan kendaraan kedalam jalur
lingkar bundaran sedangkan radius keluar bundaran adalah lengkungan yang mengarahkan
kendaraan keluar dari bundaran menuju lengan pendekat. Radius masuk ini dibuat dari marka
penyeberangan sampai garis prioritas bundaran. Sehingga pada sepanjang radius masuk,
kendaraan dapat mengamati terlebih dahulu kendaraan yang hendak akan masuk ke area
bundaran di sebelah kanan dan mengamati kendaraan yang sedang mengelilingi bundaran.
Dengan kecepatan rencana sebesar 40 km/jam maka radius minimum masuk dan keluar
bundaran adalah 51 m.

D. Perencanaan Pulau Pemisah Bundaran


Untuk pulau pemisah bundaran dibuat diantara lajur masuk bundaran dan lajur keluar
bundaran. Pulau pemisah ini merupakan marka garis yang dibuat melintang memanjang pada
lengan pendekat yang memisahkan kedua lajur. Didalam pulau pemisah terdapat hidung pulau
pemisah bundaran yang sudah berupa bangunan fisik sehingga sudah tidak bisa dilewati
kendaraan. Jarak antara pulau pemisah dan hidung pulau pemisah yaitu 0,3 m – 1 m dan radius
pada sudut hidung pulau pemisah berkisar 0,3 m – 0,6 m.
Panjang pulau pemisah dari awal garis prioritas sampai ujung pulau pemisah adalah 15 meter.
Selain berfungsi memisahkan lajur pulau pemisah ini digunakan sebagai penghalang bagi
kendaraan yang akan memutar balik sebelum bundaran. Karena jika kendaraan memutar balik
pada daerah sebelum lengan pendekat bundaran dan mengurangi orang-orang yang
menyebrang jalan sembarangan. Karena jika hal tersebut terjadi maka akan timbul kemacetan
karena kendaraan yang akan akan masuk dan keluar bundaran akan terhalang pada daerah
lengan pendekat.

Tipikal pulau pemisah


Untuk dimensi hidung pulau pemisah dibuat didalam pulau pemisah. Bentuk sudut dari hidung
pemisah dibuat bundar. Pada bagian depan hidung pulau pemisah pada sudut sebelah kanan
direncanakan dengan radius 0,6 m dan offset 1 meter. Hal ini untuk mengantisipasi benturan
terhadap kendaraan karena faktor tertentu, karena dengan radius yang lebih besar bentuk dari
sudut tidak terlalu tumpul dan tidak terlalu berbahaya bagi kendaraan dan pengendara.
Offset 0,5 m
Offset 1,0 m

R = 1,0 m R = 0,3 m

R=0,3 m R=0,3 m

Offset 1,0 m hingga 0,3 m

R = 0,6 m

Gambar Dimensi Hidung Pulau Pemisah

E. Perencanaan Kebebasan Pandang


Sebuah bundaran harus memiliki kebebasan pandang yang luas disekitar bundaran. Agar
sebuah kendaraan dapat mengantisipasi kendaraan lain yang akan masuk dan kendaraan yang
sedang bergerak mengelilingi pulau pusat bundaran. Kebebasan lengan pendekat bundaran
yaitu kebebasan pandang yang dimulai dari kendaraan yang berjarak 15 meter dari garis
prioritas dan mengamati kendaraan lain yang akan masuk di lengan pendekat sebelah
kanannya.
Desain bundaran harus memberikan kebebasan pandang kepada pengemudi untuk dapat
mengantisipasi pergerakan kendaraan di jalur lingkar maupun kendaraan yang memasuki
daerah persimpangan bundaran. Karena itu, seluruh wilayah yang termasuk dalam daerah
kebebasan pandang pengemudi harus terbebas dari obyek yang dapat mengganggu kebebasan
pandang. Kebebasan lengan pendekat bundaran yaitu kebebasan pandang yang dimulai dari
kendaraan yang berjarak 15 meter dari garis prioritas. Dari jarak tersebut, pengemudi harus
dapat mengantisipasi kendaraan yang bergerak pada jalur lingkar (d2) maupun kendaraan pada
lengan pendekat yang akan memasuki jalur lingkar dari arah kanan (d1).
Dengan kecepatan rencana 40 km/jam maka diperoleh jarak pandang untuk mengantisipasi
kendaraan di lengan pendekat sebelah kanan yang akan masuk maupun untuk mengantisipasi
kendaraan yang sedang berputar adalah 51 meter.

Gambar Jarak Pandang Lengan Bundaran (b)


Selain jarak pandang di bundaran dalam perencanaan bundaran perlu didesain jarak pandang
henti. Jarak pandang henti adalah jarak terpendek kendaraan dalam mengantisipasi kendaraan
lain untuk berhenti. Pada jarak pandang henti ada 3 situasi untuk mengantisipasi kendaraan
lain diantaranya pada jarak pandang henti pendekat, jalur lingkar, dan penyeberang.
Dengan kecepatan rencana 40 km/jam maka didapat bahwa jarak pandang henti minimum
adalah 46 meter.

Gambar Jarak Pandang Henti Pendekat

Gambar 3.5 Jarak Pandang Henti Jalur Lingkar

Gambar 3.6 Jarak Pandang Henti Penyeberang

F. Perencanaan Marka dan Rambu


Spesifikasi pemarkaan dan perambuan mengacu kepada tata cara pemarkaan dan perambuan
Nomor : Pd. T-12-2004-B, Pedoman Marka Jalan. Persyaratan minimum penempatan rambu dan
pemarkaan pada bundaran rencana dapat dilihat pada gambar berikut :

G. Fasilitas Lainnya
G.1. Drainase
Inlet sistem drainase jalan ditempatkan di sisi luar dari diameter bundaran. Untuk bundaran
dengan kemiringan jalur relatif datar (mendekati 0,5%), selain ditempatkan di sisi luar
diameter jalur lingkar bundaran, inlet juga dapat ditempatkan di garis kereb pulau pusat atau
apron truk.
G.2 Jalur Pejalan Kaki
Dimensi dari jalur pejalan kaki (trotoar) mengacu kepada pedoman Teknis
Pt.011/T/BNKT/s/1999 tentang tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki. Tabel berikut ini
menampilkan hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan perencanaan bundaran
dengan mempertimbangkan aspek pejalan kaki , penyandang cacat dan sepeda.
Tabel 8. Dimensi Jalur Pejalan Kaki
Pengguna Dimensi (meter) Dampak kepada desain bundaran

Panjang 1.8 Lebar pulau pemisah


Sepeda
Lebar minimum operasi 1.5 Lebar lajur sepeda
Lebar trotoar, lebar lintasan
Pejalan Kaki Lebar 0.5
penyebrangan
Lebar minimum 0.75 Lebar trotoar, lebar lintasan
Kursi roda
Lebar operasi 0.9 penyebrangan

Untuk menghindari pejalan kaki melintasi jalur bundaran, sebaiknya antara jalur pejalan kaki
dengan perkerasan jalan dibuat jalur hijau atau pagar, terlebih jika pulau pusat dilengkapi oleh
apron truk. Perlakuan ini akan memaksa pejalan untuk menyeberang jalang di lokasi-lokasi
yang sudah ditentukan.
Gambar berikut menampilkan penanganan yang dimaksud :

Pedestrian yang lebih luas


untuk mengakomodasi sepeda
dan pejalan kaki (lebar 3 m)

ADA-Compliant
ramps

Gambar Jalur Pejalan Kaki

G.3. Lahan Parkir dan Halte


1) Jalur lingkar bundaran harus terbebas dari parkir kendaraan.
2) Parkir di lengan bundaran sebaiknya ditempatkan sejauh mungkin dari jalur lingkar
bundaran. Direkomendasikan lokasi parkir sekurang-kurangnya 50 meter dari jalur
penyeberangan (zebra cross), menjauhi titik pusat bundaran.
3) Halte bus ditempatkan sekurang-kurangnya 50 meter dari jalur penyeberangan,
menjauhi titik pusat bundaran.
G.4. Akses Lahan
1) Akses lahan dapat ditempatkan sekurang-kurangnya sejauh 7 meter dari jalur
penyeberangan pada lengan pendekat, menjauhi pusat bundaran dan difasilitasi dengan
jalur lambat.
2) Jalur lingkar harus terbebas dari akses lahan maupun pergerakan pejalan kaki.

Anda mungkin juga menyukai