Anda di halaman 1dari 38

Pondasi bangunan

Pondasi adalah suatu jenis konstruksi yang menjadi dasar dan berfungsi sebagai
penopang bangunan yang ada diatasnya dan ini bertujuan untuk diteruskan secara bertahap
dan merata kelapisan tanah. Secara garis besar pondasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam
 Pondasi dangkal
Pondasi jenis ini biasanya dilaksanakan pada tanah dengan kedalaman tidak lebih
dari 3 m atau sepertiga dari dari lebar alas pondasi. Dan hanya bisa diterapkan pada
jenis tanah yang keras / stabil yang mendukung bangunan tidak terlalu berat dan
tinggi yang tidak disarankan pada tanah kurang stabil seperti tanah gambut.
Contohnya : pondasi menerus dan pondasi setempat

 Pondasi dalam
Pondasi yang didrikan permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dimana daya
dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisipermukaan
tanah dan dapat digunakan untuk mentransfer beban kelapisan tanah yang lebih
dalam untuk mencapai kedalaman tertentussampai dapat jenis tanah yang
didukunguntuk mendukung daya beban struktur bangunan. Contohnya : pondasi
sumuran ,pondasi bored pile ,pondasi tiang pancang

Portal
Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagin bagain struktur yang saling
berhubungan dan berfungsi untuk menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang
berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleg diafragma diafragma atau sistem lantai.

Penimbunan / pekerjaan tanah


Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan tanah yang akan digunakan sebelum
diadakan kontruksi. Biasanya kegiatan tanah ini muncul hal yang tak dikehendaki seperti
ancaman ancaman dari alam .

Geofabric
Adalah Sebuah bahan geo synthetic yang berfungsi tidak tembus air dan perkuatan.
 Geofabric untuk penguatan tanah
Paku tanah
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan batang besi yang dimasukkan kedalam
lubang yang telah dibor di tembok dan spesimen.

Dinding turap (sheet pile)


Turap Adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan
untuk masuknya air kedalam lubang galian.
Karena pemasangan dan biaya pelaksanaan yang relatif murah , turap banyak digunakan pada
pekerjaan seperti :
 Dinding penahan tanah , misalnya pada tebing jalan raya atautebing
sungai
 Penahan tebing galian , misalnya pada pembuatan pondasi langsung
atau pondasi menerus dan pembuatan basement
 Banguna bangunan di pelabuhan misalnya dindig dermaga dan dok
kapal
 Bendungan lak

Turap tidak cocok untuk menhan tanah yang sangat tinggi karena akan memerlukan
luas tambang bahan turap yang besar dan tidak cocok pada tanah yang mengandung banyak
batuan karena akan menyulitkan pemancangan.
Cofferdam atau anak bendungan
Cofferdam adalah bangunan penghalang atau pagar sementara seeperti dinding yang
kedap air. Bangunan ini dibuat didalam tanah atau di air sehingga menghasilkan suatu daerah
kering yang aman terhadap keruntuhan tanah atau aliran air. Didalamnya dapat dibuat
bendungan , dok kering, jembatan , dermaga ,dan struktur struktur lain semacam.

Peningkatan tanah atau ground improvement


Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk pemadatan berbagai jenis tanah yang
akan digunakan sebagai konstruksi . contohnya

 Impact roller

Pemadatan tanah
 Sheepsfoot roller

Pemadatan tanah liat

 Smooth-wheeled Roller

Penghalusan jalan atau pemerataan jalan atau area


 Ground improvement

Beban dijatuhkan dari ketinggian 25 m dan dijatuhkan pada titik yang


sudah ditentukan .

Uji tanah (soil testing)


Uji tanah diperlukan untuk mendapatkan data tanah di lapangan yang akan digunakan
sebgai parameter dalam perhitungan perencanaan struktur bawah bangunan. Tujuannya untuk
mendapatkan desain pondasi yang optimal sesuai dengan beban dan sifat sifat yang
menempati area tersebut.
Contoh :
 Tes perembesan dengan menggunakan truck
 Vane Shear Test
 Standard Penetration Test
 Triaxial Test and Soil Specimen
 Variety of Field Testing Devices

Tipe faktor keselamatan

Type of Design Safety Factor Probability of Failure

Earthworks 1.3-1.5 1/500

Retaining structures 1.5-2.0 1/1500

Foundations 2.0-3.0 1/5000


Asal Usul Tanah
Kata tanah pada umumnya digunakan oleh para ahli geologi untuk mendekripsikan
gumpalan atau komposisi butiran-butiran mineral-mineral dan materi organik yang relatif
lemah ikatan antar butirnya (di mana diantara butiran terdapat ruang-ruang kosong yang terisi
oleh zat cair dan udara). Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat
bervariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk
dan komposisi kimia dari butiran. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah,
merupakan hasil pelapukan dari batuan. Berdasarkan asal-usulnya, batuan dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) tipe dasar, yaitu :
 Batuan beku (Igneous rocks).
 Batuan sedimen (Sedimentary rock).
 Batuan metamorf (Metamorphic rocks).

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan dan dikelompokkan dalam 2 grup


besar, yaitu:
a. Tanah yang terjadi oleh penumpukan produk pelapukan batuan ditempat asalnya:
tanah residu (residual soils)

b. Tanah yang terjadi oleh produk pelapukan yang kemudian terbawa ke tempat
lain: tanah sedimen (transported soils)
Jenis Tanah
A. Residu tanah (residual soil): Tanah yang terbentuk oleh penumpukan produk pelapukan
batuan ditempat asalnya.

B. Tanah sedimen/transported soil


1. Tanah glacial : Terbentuk karena produk pelapukan terangkut dan terdeposisi oleh es atau
oleh gletser (sungai es).

2. Tanah aeolian : Terbentuk karena produk pelapukan terangkut dan terdeposisi oleh angin
3. Tanah aluvia : Terbentuk karena produk pelapukan terangkut oleh air dan terdeposisi
sepanjang sungai

Partikel Tanah
A. Tanah dapat disebut sebagai: Kerikil (gravel) → G
Pasir (sand) → S
Lanau (silt) → M
Lempung (clay) → C
Tergantung pada ukuran partikel yang dominan.

B. Pengelompokan Tanah
 Tanah berbutir Kasar: Kerikil dan Pasir
 Tanah berbutir Halus: Lanau dan Lempung

Tegangan dalam Tanah


Tegangan yang bekerja pada tanah dapat dibagi menjadi:
 Tegangan Total → σ [kN/m²]
 Tegangan Efektif → σ’ [kN/m²]
 Tegangan Netral / Tekanan Air → u [kN/m²]

Dan hubungan ketiga tegangan ini dalam persamaan adalah:

σ’=σ-u

dengan: σ = γ.h dan u = γw.h


dimana:
γ = Berat Jenis tanah [kN/m³]
γw = Berat Jenis air [kN/m³]
h = tebal lapisan [m]
sehingga:  
σ’=σ-u σ’= (γ.h) – (γw.h) σ’= (γr-γw).h
dimana γr adalah Berat Jenis Tanah Jenuh

Mineral Lempung
 Merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang dari 1 mikron)
 Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan-lempengan kecil yang terdiri dari
lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang berulang.
 Lembaran-lembaran kristal tersebut :
> Tetrahedron / Silica sheet
> Octahedron / Alumina sheet

 Jenis: • Kaolinite
• Illite
• Monmorillonite / Bentonite
• Dan lain-lain.
 Perilaku:
1. Permukaan butiran lempung bermuatan negatif.
2. Pada tanah lempung kering muatan negatif tersebut diimbangi cation
bermuatan positif : Ca++, Mg++, Na+, K+ dengan gaya tarik elektrostatik.
3. Apabila air ditambahkan : cation dengan sedikit anion → mengapung
sekeliling Lempung butiran lempung → Lapisan cation tersebut dinamakan
“diffuse double layer”
4. Partikel air yang melekat pada permukaan partikel lempung disebut “double
layer water”
5. Bagian yang paling dekat dengan permukaan partikel lempung disebut
“adsorbed water”

Hubungan Berat – Volume


 Angka Pori (Void Ratio) (e) adalah perbandingan antara volume pori dan volume butiran
padat. Biasanya dinyatakan dengan desimal

 Porositas (n) adalah perbandingan antara volume air dengan volume tanah total.
 Derajat kejenuhan (s) adalah perbandingan volume air dengan volume pori, dinyatakan
dalam persentase tetapi digunakan dalam bentuk desimal. Sebuah tanah dikatakan jenuh
jika memiliki S yang terhitung antara 95 dan 100 persen.

 Hubungan angka pori dan porositas dapat diturunkan sebagai berikut

 Kadar air (w) atau water content didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan
berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki

 Berat volume (y) adalah berat tanah per satuan volume. Umumnya satuan yang digunakan
adalah kN / m3 atau PCF, kef. Para ahli tanah kadang-kadang menyebut berat volume
(unit weight) sebagai berat volume basah (moist unit weight).

 Hubungan antara berat volume, berat volume kering, dan kadar air dapat dituliskan
sebagai berikut:

 Berat Volume

 Berat spesifik butiran padat (Gs) Berat unit air suling standar pada 4° C, tapi biasanya
suhu laboratorium di kisaran 15 sampai 25° C dan tidak mengakibatkan kesalahan serius.
Satuan berat air bisa dianggap sebagai 9,807 kN/m3, 62,4 pcf, atau lebih umum sebagai
1kg / cm3 agar faktor yw tetes keluar dari perhitungan (asalkan ys juga dalam satuan g /
cm3)
 Contoh Soal:
Klasifikasi Tanah
 Atterberg Limits
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut
dapat diremas-remas tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena
adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dan partikel lempung Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat Konsistensi Tanah berbutir halus
pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan
air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu atas dasar air yang
dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam empat keadaan, yaitu: padat, semi
padat, plastis dan cair, seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut:

 Batas Cair (Liquid Limit)


• Liquid Limit (LL) adalah kadar air pada batas antara kondisi cair dan plastis
• Pada kedudukan ini, butiran menyebar dan berkurangnya kadar air berakibat
berkurangnya volume tanah
• Menggunakan alat Cassagrande

 Batas Plastis (Plastic Limit)


• Plastic Limit (PL) adalah kadar air pada batas kedudukan antara plastis dan semi
padat
• Selisih antara LL dan PL disebut Indeks Plastisitas, PI (Plasticity Index) yang
dinyatakan dalam persamaan : PI = LL – PL
• Jika PI semakin besar, maka jumlah partikel lempung dalam tanah semakin banyak.
Jika PI rendah, contohnya pada tanah lanau, sedikit pengurangan kadar air akan
berakibat tanah menjadi kering
• PI juga digunakan untuk mengukur seberapa kuat partikel berinteraksi dengan air

 Indeks Cair (Liquidity Indeks)


• Kadar air tanah asli relative pada kedudukan plastis dan cair dapat didefinisikan oleh
indeks cair (liquidity indeks),LI, dan dinyatakan menurut persamaan:

Wn = Kadar air dilapangan


• Indeks cair berguna untuk mengevaluasi tanah jika tanah tersebut pada kondisi
terganggu
• Jadi untuk lapisan tanah asli yang didalam kedudukan plastis . nilai LL >Wn >
PL.Jika kadar air bertambah dari PL menuju LL,maka LI bertambah dari 0 sampai 1.
Lapisan tanah asli dengan wN > LI ,akan mempunyai LL > 1. Tapi jika wN kurang
dari PL,LI akan negative.

 Batas Susut (Shringkage Limit)


• batas kadar air yang didefinisikan pada derajad kejenuhan 100% dimana untuk nilai
nilai dibawahnya tidak akan terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan
• Harus diketahui bahwa, batas susut makin kecil maka tanah akan lebih mudah
mengalami perubahan volume dan semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk dapat
mengubah volume
• Apabila SL = 5%, maka jika tanah dilapangan melebihi nilai ini mengakibatkan
tanah akan mulai mengembang
Dengan :
m1 = Berat tanah basah dalam cawan percobaan (g)
m2 = Bert tanah kering dalam oven (g)
v1 = Volume tanah basah dalam cawan (cm³)
v2 = Volume tanah kering dalmam oven (cm³)

Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)


Dalam sistem ini, Cassagrande membagi tanah atas 3 (tiga) kelompok (Sukirman,
1992) yaitu :
1. Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan No. 200.
2. Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan No. 200.
3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau dan sisa-sisa tumbuh- tumbuhan yang
terkandung di dalamnya.

Sistem Klasifikasi Tanah USCS


Dimana :
W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),
L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),
H = High Plasticity (plastisitas tinggi, LL> 50).
Sistem AASHTO (American Association Of State Highway and Transporting Official)
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Hoentogler dan Terzaghi, yang akhirnya
diambil oleh Bureau Of Public Roads. Pengklasifikasian sistem ini berdasarkan kriteria
ukuran butir dan plastisitas. Maka dalam mengklasifikasikan tanah membutuhkan pengujian
analisis ukuran butiran, pengujian batas cair dan batas palstis.
Sistem ini membedakan tanah dalam 8 ( delapan ) kelompok yang diberi nama dari A-
1 sampai A-8. A-8 adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil sebagai bahan
lapisan struktur jalan raya, maka pada revisi terakhir oleh AASHTO diabaikan (Sukirman,
1992).
Klasfikasi tanah untuk tanah dasar jalan raya, AASHTO

Klasifikasi Tanah

Sieve Analysis (Analisis Saringan)


 Penyaringan merupakan metode yang biasanya secara langsung untuk menentukan
ukuran partikel dengan didasarkan pada batas-batas bawah ukuran lubang saringan
yang digunakan. Batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel
pasir. Tiap pan, masing-masing mempunyai nomor. Nomor-nomor tersebut
menandakan ukuran lubang saringan. Diperoleh komposisi tanah berdasarkan ukuran
butirnya

 Untuk mengklasifikasikan tanah yang benar, kita harus tahu distribusi ukurannya.
Ukuran partikel tanah:

 Untuk tanah halus, distribusi ukuran butir dapat diperoleh dengan menggunakan
analisis hidrometer. D10, D30 dan D60 digunakan untuk menghitung dua parameter
yang berdimensi
 Cara menghitung:

 Cu dan Cc mencirikan posisi dan bentuk kurva distribusi ukuran butir


 Koefisien Keseragaman (uniformitas) Tanah bergradasi sgt baik bila Cu > 15
𝑫𝟔𝟎
𝑪𝒖 =
𝑫𝟏𝟎
Cu = Koefisien keseragaman
D60 = Diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan
D10 = Diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan
 Koefisien Gradasi (coarse)
𝑫𝟑𝟎𝟐
𝑪𝒄 =
𝑫𝟔𝟎 𝑿 𝑫𝟏𝟎
Cc = Koefisien gradasi
D60 = diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan
D30 = diameter yang bersesuaian dengan 30% lolos ayakan
D10 = diameter yang bersesuaian dengan 10% lolos ayakan

 Tanah yang memiliki gradasi yang baik mempunyai nilai Cu > 4 (untuk tanah kerikil),
Cu > 6 (untuk pasir), dan Cc antara 1 – 3 (untuk kerikil dan pasir).
Tegangan Efektif Tanah
Tanah yang mengalami tekanan mengakibatkan angka pori berkurang dan merubah
sifat-sifat mekanik tanah yang lain, seperti menambah tahanan geser. Tanah yang berada
dalam air akan dipengaruhi oleh gaya hidrostatis. Berat tanah yang terendam disebut berat
tanah efektif, dan tegangan yang terjadi disebut tegangan efektif. Tegangan efektif
merupakan tegangan yang mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume atau penurunan
tanah. Penurunan muka air tanah akan menyebabkan kenaikan tegangan efektif pada tanah,
dan apabila besarnya tegangan efektif melampaui tegangan yang diterima tanah sebelumnya
maka tanah akan mengalami konsolidasi dan kompaksi yang mengakibatkan amblesan tanah
pada daerah konsolidasi normal.
 Tegangan geser hanya dapat ditahan oleh butiran-butiran tanah, yaitu oleh gaya-gaya
yang berkembang pada bidang singgung antar butiran.
 Tegangan normal yang bekerja, ditahan oleh tanah melalui penambahan gaya antar
butirannya.
 Jika tanah dalam keadaan jenuh sempurna, air yang mengisi ruang pori dapat juga
menahan tegangan normal, dengan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan air pori.
 Pada tanah granuler, seperti tanah pasir dan kerikil, secara fisik tegangan efektif
kadang-kadang disebut tegangan intergranuler. Luas bidang kontak antar butiran
sangat kecil, dimana untuk butiran bulat kontak antar butirnya berupa sebuah titik.

Prinsip tegangan efektif menurut Terzaghi hanya berlaku pada tanah yang jenuh
sempurna, yaitu :
1. Tegangan normal total (σ) pada suatu bidang di dalam massa tanah, yaitu tegangan
akibat berat tanah total termasuk air dalam ruang pori, per satuan luas yang arahnya
tegak lurus.
2. Tekanan pori (u), disebut juga dengan tekanan netral yang bekerja kesegala arah sama
besar, yaitu tekanan air yang mengisi rongga di dalam butiran padat.
3. Tegangan normal efektif (σ’) pada suatu bidang di dalam massa tanah ,yaitu tegangan
yang dihasilkan dari beban berat butiran tanah per satuan luas bidangnya.

Tegangan yang bekerja pada tanah dapat dibagi menjadi:


1. Tegangan Total (de: Totale Spannung) → σ [kN/m²]
2. Tegangan Efektif (de: effektive- / wirksame Spannung) → σ’ [kN/m²]
3. Tegangan Netral / Tekanan Air (de: Neutrale Spannung / Wasserdruck, eng: water
pressure) → u [kN/m²]

Hubungan dari ketiganya adalah


σ = σ’+ u
dimana
σ = tegangan normal total pada suatu bidang di dalam massa tanah (tegangan akibat berat
tanah total termasuk ruang pori, persatuan luas yang arahnya tegak lurus)
u = tekanan pori (u), dikenal dengan tekanan netral yang bekerja ke segala arah sama besar
σ’ = tegangan normal efektif (σ’), yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban butiran tanah
efektif per satuan bidang luas
Tegangan Efektif Tegangan Normal

σ= γ.h dan 𝑢 = 𝛾𝑤 . ℎ

dimana:
γ = Berat Jenis tanah [kN/m³]
𝛾𝑊 = Berat Jenis air [kN/m³]
h = tebal lapisan [m]

Tegangan Normal Total

    t .z Z = Kedalaman

Sehingga tekanan efektif yang terjadi :

γ’ merupakan berat volume apung atau berat volume tanah efektif saat tanah terendam air.
Tekanan pori air bekerja ke segala arah sama besar dan akan bekerja pada seluruh bidang
permukaan butiran, tapi dianggap tidak mengubah volume butiran. Kesalahan anggapan
bidang kontak atau bidang singing antar butiran, sangat kecil, sehingga dapat diabaikan
Contoh Soal
1.

2.

Tegangan Total:
σ = 𝛾𝑑,1 . ℎ1 + 𝛾𝑡,1 . ℎ2 + 𝛾𝑡,2 . ℎ3
= 13.1 . 2 + 18 . 2.5 + 19.8 . 4.5
= 160.3 kN/m²
Tekanan Air Pori
u = 𝛾𝑤 . (ℎ2 + ℎ3 )
= 10 . 7= 70 kN/m²
Tegangan Efektif
σ’ = σ – u = 90.3 kN/m²
atau
Tegangan normal efektif atau tegangan vertikal efektif
Diartikan sebagai jumlah komponen P’ di dalam luasan A, dibagi luas A
∑ 𝑃′
σ’ =
𝐴
Jika titik singgung dianggap terletak diantara butiran, tekanan air pori akan bekerja
pada bidang di seluruh luasan A. Persamaan kesetimbangan dalam arah normal bidang AA,
adalah:

Distribusi Tegangan
Secara Umum
Hitungan tegangan-tegangan yang terjadi pada tanah berguna untuk analisis tegangan-
regangan (stress-strain) dan penurunan (settlement).
Dalam hitungan tegangan dalam tanah, tanah dianggap bersifat elastis, homogen,
isotropis, terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan, tegangan ini disebabkan;
• beban yang bekerja dipermukaan tanah, ini berkurang jika kedalam bertambah.
• berat sendiri tanah, ini bertambah jika kedalaman bertambah.

Regangan volume pada material yang bersifat elastis dinyatakan oleh persamaan ;

dengan ;
∆V = perubahan volume V = volume
µ = angka poisson E = modulus elastisitas
𝜎𝑥 , 𝜎𝑦 , 𝜎𝑧 = tegangan-tegangan dalam arah x, y, z.

Bila penurunan akibat beban terjadi pada kondisi tanpa drainase (undrained) atau
volume tetap, maka ∆V/V = 0, maka kondisi ini µ = 0,5 dan jika pembebanan menyebabkan
terjadi perubahan volume atau ∆V/V > 0, maka µ < 0,5

Teori Boussinesq
1. Beban titik
Anggapan-anggapan ;
• Tanah merupakan bahan bersifat elastis, homogen, isotropis, dan
semi tak berhingga.
• Tanah tidak mempunyai berat
• Hubungan tegangan dan regangan mengikuti hukum Hooke.
• Distribusi tegangan akibat beban tidak tergantung jenis tanah.
• Distribusi tegangan simetri terhadap sumbu vertikal (z)
• Perubahan volume tanah diabaikan
• Tanah tidak mengalami tegangan sebelum beban Q diterapkan.

Tambahan tegangan vertikal (∆𝜎𝑧 ) akibat beban titik dianalisis dengan


meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder. Tambahan tegangan vertikal (∆𝜎𝑧 )
pada titik A dalam tanah akibat bebab titik Q dipermukaan dinyatakan ;

Faktor pengaruh

Sehingga tambahan tegangan vertikal dalam tanah menjadi

Nilai 𝐼𝐵 disajikan juga dalam bentuk grafik, nilai faktor pengaruh beban titik
𝐼𝐵 untuk Boussinesq, dan faktor pengaruh beban titik 𝐼𝑊 untuk Wastergaard.
Tegangan geser yang terjadi akibat beban titik adalah;

Contoh Soal:

a. Hitung tambahan tegangan vertikal pada


titik 1 2 dan 3
b. Jika diketahui ∂b tanah 18 kN/m3,
hitung tegangan total pada titik 1 2 dan 3

Penyelesaian ;
a. tegangan yang terjadi pada masing-
masing titik akibat setiap beban adalah ;
Akibat beban kolom 1 (640 kN)

Akibat beban kolom 2 (160 kN)

Akibat beban kolom 3 (320 kN)

b. overburden adalah ; 𝜎𝑧 = 𝜕𝑏 z = 18 x 2,5 = 45 kN/m2


tegangan total yang terjadi pada;

Titik 1 = 45 + 14,336 + 3,584 + 0,205 = 63,125 kN/m²


Titik 2 = 45 + 2,048 + 12,288 + 1,024 = 60,392 kN/m²
Titik 3 = 45 + 0,410 + 3,584 + 7,168 = 56,162 kN/m²

2. Beban Garis
Tambahan tegangan akibat beban garis Q per satuan panjang pada sembarang titik
dalam tanah dinyatakan oleh:

2𝑄 𝑍³
∆𝜎𝑧 = (arah sumbu z)
𝜋 (𝑋 2 + 𝑍 2 )²

2𝑄 𝑥²𝑧
∆𝜎𝑥 = (arah sumbu x)
𝜋 (𝑥 2 + 𝑧 2 )²

2𝑄 𝑥𝑧²
𝜏𝑥𝑧 = (tegangan geser)
𝜋 (𝑥 2 + 𝑧 2 )²
Dimana,
x  z2  r2

3. Beban terbagi rata berbentuk lajur memanjang


Tambahan tegangan pada titik A dalam tanah akibat beban terbagi rata q yang
berbentuk lajur memanjang dipermukaan tanah dinyatakan oleh ;
𝑞
∆𝜎𝑧 = (𝛼 + 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠2𝛽) (arah sumbu z)
𝜋
𝑞
∆𝜎𝑥 = (𝛼 − 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑐𝑜𝑠2𝛽) (arah sumbu x)
𝜋
𝑞
𝜏𝑥𝑧 = (𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑠𝑖𝑛2𝛽) (Tegangan Geser)
𝜋
4. Beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang

sedangkan ∆𝜎𝑧 = qI
 z  qo 

1  2mn m2  n2  1 m2  n2  2

 
1  2mn m  n  1 
2 2 

x

4  m2  n2  1  m2n2 m2  n2  1


tan
 m 2  n 2  1  m 2 n 2 
 

Nilai faktor pengaruh I untuk tegangan dibawah sudut luasan empat persegi panjang
akibat beban terbagi rata q dapat dilihat pada

5. Beban terbagi rata berbentuk lingkaran

𝜎𝑧 = 𝑞𝑜 𝐼
Dengan,

  2 1, 5 
 r  
 z  qo 1  1     
   z   
Nilai faktor pengaruh I untuk tambahan tegangan vertikal dibawah beban terbagi rata
berbentuk lingkaran dapat menggunakan

Contoh Soal:
6. Beban merata segitiga memanjang
Tambahan tegangan vertikal pada titik A:
𝑞 𝑥
∆𝜎𝑧 = ( 𝛼 − 𝑠𝑖𝑛2𝛿)
2𝜋 𝑏
Tambahan tegangan horizontal:
𝑞 𝑥 𝑧 𝑅2
∆𝜎𝑥 = ( 𝛼 − 2,303 𝑏 𝑙𝑜𝑔 𝑅12 + sin 2𝛿)
2𝜋 𝑏 2
dengan ;
b = ½ lebar alas penampang segitiga
q = (tinggi timbunan) x (berat volume tanah timbunan)
α, δ = sudut yang ditunjukan dalam Gambar diatas

7. Beban terbagi rata berbentuk trapesium memanjang

𝑞 𝑎+𝑏 𝑏
∆𝜎𝑧 = ({ } (𝑎1 + 𝑎2 ) − 𝑎2 )
𝜋 𝑎 𝑎
Teori Newmark
Dari rumus tambahan beban vertikal dari beban terbagi rata berbentuk lingkaran dapat
juga ditulis sebagai berikut ;
1/ 2
r   z  
2 / 3
  2

1, 5

 r   1    1
 z  qo 1  1      z  qo 
   z     

Dimana nilai r/z dan ∆𝜎𝑧 /q merupakan besaran tak berdimensi. Berdasarkan rumus diatas
Newmark membuat diagram pengaruh untuk menentukan besarnya tambahan tegangan
vertikal dibawah luasan beban terbagi rata.
Jari-jari lingkaran adalah nilai r/z, yaitu untuk ∆𝜎𝑧 /q = 0, 0,1 , 0,2 , ......., 1.
Seluruhnya 9 lingkaran. Panjang AB = panjang satuan untuk menggambarkan lingkaran.
Lingkaran dibagi oleh garis-garis dengan titik pusat yang sama. Nilai pengaruh = 1/n, dengan
n adalah jumlah elemen yang terpotong oleh garis lewat pusat lingkaran dengan
lingkarannya. Terdapat 200 elemen, maka nilai faktor pengaruh adalah 1/200 atau 0,005.
Untuk menentukan besarnya tegangan vertikal pada kedalaman tertentu dibawah pondasi
dilakukan cara sebagai berikut ;
1. Tentukan kedalaman z yang akan dihitung tambahan tegangannya. Buat z = AB.
Jika z = 5 m, maka panjang AB dalam grafik adalah 5 m.
2. Gambarkan denah pondasi dengan skala panjang sesuai dengan panjang satuan
garis AB. Artinya jika panjang pondasi = L = 10 m dan lebar = B = 5m, maka
gambarkan L= 10/5 m = 2 m, dan lebar = 5/5 = 1m kali AB.
3. Denah pondasi diletakan sedemikian rupa sehingga proyeksi titik tegangan pada
denah pondasi yang akan ditentukan tegangannya, berimpit dengan pusat lingkarn
Newmark.
4. Hitung jumlah elemen yang tertutup oleh denah pondasi , misalnya n elemen.
5. Tambahkan tegangan pada kedalaman z, dihitung dengan menggunakan persamaan

∆𝜎𝑧 = n ql
dengan ;
q = beban terbagi rata pada pondasi
n = jumlah elemen yang tertutup denah pondasi
I = faktor pengaruh.

Cara newmark cocok untuk pondasi dengan bentuk dan ukuran sembarang, sejauh denah
pondasi masih dapat digambarkan pada diagram dengan skala yang sama.

Contoh soal:
Hitung besarnya tambahan tegangan vertikal dipusat berat (titik A) akibat beban fondasi ( 3 x
3 ) m2 yang mendukung beban terbagi rata 100 kN/m2 kedalaman 3 m, gambarkan garis
pengaruh lingkaran Newmark.
Penyelesaian ;
Untuk menggambarkan lingkaran Newmark, diambil panjang skala AB tertentu, misalnya AB
= 4 cm, Jari-jari tiap lingkaran diperoleh dengan mengalikan jari-jari relatif (r/z) dengan 4
cm,
Gambarkan lingkaran Newmark dengan ukuran jari-jari lingkaran pada tabel diatas. Hitungan
tambahan tegangan dibawah titik A pada kedalaman 3 m ( 300 cm ), dilakukan dengan
memasang titik A pada pusat lingkaran Newmark

Karena AB = 4 cm, kedalaman 3 m, maka ukuran fondasi pada lingkaran Newmark adalah ;
B = 3 m menjadi (AB/z)B = ( 4/300 ) 300 = 4 cm
L = 3 m menjadi (AB/z)L = ( 4/300 ) 300 = 4 cm
Dari gambar elemen yang tertutup fondasi n = 66,4 ; maka tambahan tegangan vertikal
dipusat fondasi sedalam 3 m adalah ;
∆𝜎𝑧 = nql = 66,4 x 100 x 0,005 = 33,2 kN/m²

Teori Westergaard
Teori westergaard lebih cocok untuk tanah berlapis, hasil tegangan yang dihitung
lebih kecil dari Boussinesq. Dalam praktek Boussinesq lebih banyak digunakan. Tambahan
tegangan sebuah titik dalam tanah akibat beban titik dipermukaan dinyatakan ;

Untuk angka µ = 0, maka


Persamaan dapat ditulis dalam bentuk

Dengan Iw adalah faktor pengaruh fungsi dari r/z. Nilai faktor pengaruh sesuai dengan
Pembebanan.
Isobar faktor pengaruh Boussinesq untuk fondasi empat persegi panjang juga dapat
digambarkan dengan teori Westergaard untuk angka Poisson µ = 0

Diagram pengaruh Newmark pada penyelesaian Westergard untuk µ = 0 ditunjukan

Metode Penyebaran Beban 2V:1H


Salah satu cara untuk menghitung penambahan tegangan akibat beban pondasi adalah
dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H. Cara ini beban pondasi Q didukung oleh
piramid yang mempunyai kemiringan sisi 2V : 1H.

Dengan pendekatan ini, nilai tambahan tegangan vertikal


dinyatakan dengan ;
a. Fondasi empat persegi panjang
q.B.L
z 
( B  z )( L  z )

b. Fondsi lajur memanjang.

𝑞𝐵
∆𝜎𝑧 =
𝐵+𝑧
Contoh ;
Timbunan setinggi 2 m dipadatkan pada area yang sangat luas, ∂b timbunan 21 kN/m3, diatas
timbunan ada fondasi telapak ( 300 x 300 ) cm yang mendukung beban 1000 kN, ∂b tanah
asli 16 kN/m3, muka air tanah sangat dalam ;
a. Hitung dan gambarkan hubungan antara tegangan efektif dan kedalaman sebelum ada
timbunan
b. Hitung&gambarkan hubungan antara tambahan tegangan akibat beban timbunan dan
fondasi
RESUME MEKANIKA TANAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah Mekanika Tanah


yang dibina oleh Bapak Eko Suwarno

Oleh:

- Dickey Andrian (S1 Teknik Sipil Off. D/160523602123)


- Mukhamad Khanafi (S1 Teknik Sipil Off. D/160523610869)
- Nabilah Fasya (S1 Teknik Sipil Off. D/160523610921)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL OFFERING D

Anda mungkin juga menyukai