1.1 PENDAHULUAN
Istilah tanah dalam bidang Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari
tanah lempung (clay) sampai dengan batuan (gravel) .Secara umum tanah
terdiri dari tiga bahan yaitu tanahnya sendiri, air dan udara yang terdapat
dalam ruangan (disebut pori/void ) antara butir-butir tersebut. Apabila tanah
sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam porinya.
Golongan Batu Kerikil dan Pasir dikenal sebagai kelas bahan-bahan yang
berbutir kasar atau bahan-bahan tidak cohesive. Golongan ini terdiri dari
pecaha-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butir-butir Batu
Kerikil biasanya terdiri dari pecahan-pecahan batu, tetapi mungkin pula
terdiri dari satu macam zat mineral tertentu, misalnya kwartz atau flint.
Butir-butir pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama
kwartz.
Dalam beberapa hal mungkin hanya terdapat butir-butir dari satu ukuran
saja, dalam hal ini bahan tersebut dikatakan “gradasi seragam”
2) Lempung
Lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil dan menunjukkan sifat-
sifat plastisitas dan Cohesi.
Cohesi menunjukkan keadaan dimana bagian-bagian butir itu melekat
satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan
bentuk bahan itu dapat dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa
kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi retakan-retakan atau
terpecah-pecah.
3) Lanau.
Dilatansi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu dirubah
bentuknya. Demikian pula lanau akan menunjukkan gejala untuk menjadi
“quick” (hidup) apabila diguncang atau digetarkan.Tanah ini mempunyai
permeabilitas vertikal yang tinggi tetapi permeabilitas horisontalnya rendah
dan menjadi sangat kompresibel apabila jenuh. Karena itu untuk suatu
pembangunan diatas tanah lanau agar tidak terjadi penurunan yang besar
setelah bangunan selesai, maka terlebih dahulu tanah ini dibasahi
sebelum pembangunan dimulai.
perlu diketahui :
Jenis pondasi seperti pondasi tapak, pondasi tiang, pondasi sumuran dan
lain-lain sangat tergantung pada jenis lapisan tanah, besarnya beban dan
kondisi air tanah.
Pengetahuan tentang penyusutan dan pemuaian tanah dibawah pondasi
juga merupakan hal yang sangat penting.
Jika permukaan lapisan tanah tidak horizontal maka berat tanah yang
berada dilapisan atas akan bergerak kebawah dan akan mengganggu
stabilitas lapisan tanah tersebut.
Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk mencakup semua
bahan dari tanah lempung sampai kerakal; jadi semua endapan alam yang
bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan. Batuan mejadi ilmu tersendiri
yaitu mekanika batuan.
Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan. Pelapukan fisika
terdiri atas dua jenis yaitu jenis pertama adalah penghancuran disebabkan
terutama oleh pembasahan dan pengeringan terus-menerus ataupun pengaruh
salju dan es. Jenis kedua adalah pengikisan, akibat air, angin, ataupun sungai es
(glacier). Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar, namun
komposisinya masih tetap sama dengan batuan asalnya. Butir lanau dan pasir
biasanya terdiri atas satu jenis mineral saja. Butir lebih kasar terdiri atas beberapa
jenis mineral, seperti halnya pada batuan asalnya. Perlu dimengerti bahwa
pelapukan fisika tidak pernah menghasilkan tanah bersifat lempung sekalipun
ukurannya sama kecilnya dengan butir lempung. Untuk menghasilkan lempung,
harus ada juga pelapukan kimiawi.
Pelapukan kimiawi adalah proses yang lebih rumit daripada pelapukan fisika.
Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan karbondioksida. Proses
kimiawi ini mengubah mineral yang terkandung dalam batuan menjadi jenis
mineral lain yang sangat berbeda sifatnya. Mineral baru ini disebut mineral
lempung (clay minerals). Jenis mineral ini yang terkenal adalah kaolinite, illite, dan
montmorillonite. Mineral ini masih termasuk bahan yang disebut kristalin, dan
besarnya umumnya lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral lempung inilah yang
menghasilkan sifat lempung yang khusus yaitu kohesi serta plastisitas.
Jenis mineral lempung yang dhasilkan pada suatu keadaan tertentu bergantung
pada batuan asal dan lingkungan pelapukan. Faktor-faktor penting adalah iklim,
topografi, dan nilai ph dari air yang merembes dalam tanah. Misalnya kaolinite
dibentuk dari mineral feldspar akibat air dan karbondioksida. Kwarsa adalah
mineral yang paling tahan terhadap pelapukan, sehingga tanah yang berasal dari
granit biasanya mengandung banyak butir kasar yang terdiri atas kwarsa
(tercampur dengan butir lain yang lebih halus). Pelapukan kimiawi paling keras
pada iklim panas dan basah. Pada iklim semacam ini pelapukan dapat
berlangsung sampai sangat dalam. Di Indonesia pelapukan masih berlangsung
sampai sedalam puluhan meter. Cara pelapukan sebetulnya kurang penting
diketahui dengan teliti; yang penting adalah sifat tanah yang dihasilkan oleh
proses pelapukan.
Selain pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam cara
pembentukan tanah. Faktor terpenting adalah pengangkutan butir tanah dan
kemudian pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Proses ini
diperlihatkan pada Gambar 1.1. Tanah ynag terbentuk langsung akibat pelapukan
kimiawi disebut tanah residu (residual soil). Tanah ini tetap pada tempat
pembentukannya di atas batuan asalnya. Hujan menyebabkan erosi dan tanah
diangkut melalui sungai sampai mencapai laut atau danau. Disini terjadi
pengendapan lapisan demi lapisan pada dasar laut atau danau. Proses ini dapat
berlangsung selama ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut tanah endapan
(sedimentary soil) atau tanah yang terangkut (transported soil).
Air yang merembes di dalam tanah juga memengaruhi proses ini. Seandainya air
ini mengandung jenis bahan kimia (larutan) tertentu, bahan ini mungkin menjadi
bahan pelekat antara butir tanah. Lama-kelamaan faktor ini dapat menyebabkan
tanah menjadi batu. Batu pasir atau “shale” terbentuk dengan proses ini.
Tanah endapan ini dapat mengalami kenaikan akibat gaya tektonik sehingga
tanah ini terdapat di darat, jauh dari tempat asalnya di dalam laut atau danau.
Setelah dinaikkan dengan cara ini, proses erosi diulangi lagi dan ketebalan tanah
pun menurun.
Cara pembentukan kedua jenis tanah ini agak rumit. Walaupun demikian, ada dua
faktor penting yang menjadikan tanah endapan lebih teratur dan seragam daripada
tanah residu. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Proses erosi, pengangkutan, dan pengendapan membuat tanah menjadi
golongan-golongan tertentu. Butir yang kasar diendapkan pada satu tempat dan
butir yang halus di lain tempat. Ini menghasilkan lapisan-lapisan yang seragam.
b) Riwayat tegangan menjadi faktor penting yang menentukan kelakuan tanah
endapan. Atas dasar riwayat tegangan, tanah endapan dibagi dalam dua
golongan seperti telah diterangkan, yaitu tanah yang terkonsolidasi normal dan
tanah yang terkonsolidasi kelebihan
Kedua faktor ini tidak terdapat pada tanah residu. Ini berarti tanah ini tidak dapat
dibagi dalam beberapa golongan.
Ada baiknya dimengerti bahwa pengaruh dari proses pembentukan pada sifat
kedua golongan ini saling bertentangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.5.
Pelapukan pada batu mengurangi kepadatan batu sehingga kekuatan turun. Pada
batuan tetap tidak ada pori sama sekali, sedangkan pada tanah volume pori sering
cukup besar dibandingkan volume butir. Ada jenis tanah dengan volume butir
kurang dari 20% volume total. Istilah angka pori dipakai untuk menyatakan volume
pori. Definisi angka pori adalah perbandingan volume pori terhadap volume butir.
Mineral lempung merupakan suatu golongan butir tertentu yang menghasilkan sifat
khusus pada tanah yang mengandung mineral lempung. Jenis mineral lempung
yang paling terkenal adalah kaolinite, illite, dan montmorillonite. Struktur mineral ini
disebut kristalin, yaitu molekulnya tersusun sehingga merupakan “kesatuan”
dengan bentuk tertentu (seperti lapisan). Ada dua kesatuan khusus yaitu “silica
tetrahedron” dan “ alumina octahedron”. Kesatuan ini tersusun sehingga
merupakan butir sangat kecil dengan bentuk seperti piring (“plate-like”). Bentuknya
diperlihatkan secara skematis pada Gambar 1.2.
Struktur butir kaolinite terdiri atas satu lapisan silika tetrahedran dan satu lapisan
alumina oktahedran. Antara lapisan-lapisan ini terdapat ikatan agak kuat
disebabkan oleh hidrogen. Butir illite terdiri atas satu lapisan alumina antara dua
lapisan silika. Kesatuan baru ini diikat satu sama lain dengan ikatan potassium.
Ikatan semacam ini kurang kuat. Struktur montmorillonite tidak jauh berbeda
dengan struktur illite, tetapi ikatan antara lapisan berbeda, yaitu terdiri atas air
serta “exchangeable cations”.
Struktur khusus ini berarti butir lempung sangat berbeda dengan butir pasir atau
kerikil. Butir pasir dan kerikil terdiri atas bahan yang tetap keras dan “mati”, yaitu
selalu kaku dengan sifat yang tidsk pernah berubah (inert). Lain halnya pada butir
lempung; istilah “aktif” (active) dipakai untuk menggambarkan sifatnya. Butir ini
dapat mengembang atau menyusut akibat air masuk atau keluar. Umumnys,
makin besar sifat aktivitas makin buruk sifat tekniknya. Montmorillonite memiliki
sifat aktivitas tinggi; illite memiliki sifat aktivitas sedang; kaolinite memiliki sifat
aktivitas rendah. Lempung yang mengandung montmorillonite memiliki sifat teknik
yang buruk, khususnya sering menyebabkan kerusakan pada fondasi gedung
akibat pengembangan dan penyusutan. Sebaliknya lempung yang mengandung
kaolinite jarang menyebabkan kesulitan karena aktivitasnya sangat rendah.
Walaupun “aktivitas” tinggi berarti sifat teknik yang buruk, masih ada keadaan
yang memerlukan tanah dengan “aktivitas” tinggi. Misalnya, bangunan untuk
menahan air seperti bendungan tanah, memerlukan tanah dengan permeabilitas
yang rendah. Apalagi, seandainya terdapat pada daerah yang terkena
gempabumi, diperlukan tanah yang plastis agar dapat menahan deformasi akibat
gerakan tanah.
Selain ketiga jenis mineral lempung yang biasa ini, ada dua jenis lagi yang sering
terdapat pada lempung yang berasal dari bahan vulkanis. Nama mineral ini adalah
halloysite dan allophane/immogolite. Walaupun merupakan jenis tersendiri,
allophane dan immogolite biasanya terdapat berdampingan. Mineral ini terbentuk
akibat pelapukan pada abu vulkanis, yaitu bahan yang dikeluarkan oleh peletusan
gunung api, khususnya letusan “andesitic”. Abu ini terdiri atas butir sebesar lanau
dan pasir halus.
Berlainan dengan batuan biasa, ataupun bahan vulkanis biasa, butir abu vulkanis
agak luar biasa, yaitu strukturnya tidak kristal. Jadi strukturnya seperti “ volcanic
glass”, contohnya batu yang dinamakan “obsidian”. Karena tidak ada struktur
kristal pada batuan asalnya, pelapukan menghasilkan mineral ini dengan sifat
yang luar biasa, yaitu halloysite dan allphane/immogolite. Bentuk mineral ini
diperlihatkan pada Gambar 1.2. Ukuran butirnya sangat kecil dibandingkan
dengan ketiga mineral terkenal yang diuraikan di atas. Lagi pula strukturnya
kurang teratur, artinya masih ada susunan kristalin tetapi agak kurang kuat.
Gambar skematis pada Gambar 1.3 berdasarkan pada electron micrograph
menurut Wada (1989). Sifat geoteknik pada lempung yang mengandung allophane
terdapat pada tulisan Wesley (2002).
Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian yaitu :
a. Dalam tanah yang kering, hanya akan terdiri dari dua bagian, yaitu butir-
butir tanah dan pori-pori udara.
b. Dalam tanah yang jenuh, juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat
atau butiran dan air pori.
c. Dalam tanah yang tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
padat (butiran), pori-pori udara, dan air pori.
W = W s + Ww
dan V = V s + Vw + Va
V v = V w + Va
WS
Perbandingan antara berat butir dengan
Berat Isi = VS
s
isi butir
Butir
WW
w = VW
Berat Isi Perbandingan antara berat air dengan isi
Air WS air
d = V
100
Perbandingan antara berat air dengan
Kadar Air
VV berat buitr tanah (dalam persen)
e = VS
Angka Perbandingan antara isi pori dengan isi
Pori VV butir tanah (dalam desimal)
n = V
Porositas
GS = s /w Perbandingan antara isi pori dengan isi
tanah seluruhnya (dalam persen atau
Berat
desimal)
Jenis
Adapun satuan dan nilainya yang biasa untuk berat isi, kadar air dan
sebagainya adalah sebagai berikut :
Berat Isi tanah ditentukan dalam gm/cm 3 ( sama dengan ton/m3 ). Nilai
paling biasa adalah dari 1,6 sampai 2,0 kg/cm 3 .
Angka pori tanah dinyatakan sebagai bilangan saja. Nilainya dapat berkisar
dari 0,3 sampai lebih dari 3,0.
Derajat kejenuhan (S), adalah perbandingan antara isi air (V W) dengan total
isi pori (Vv). Biasanya dinyatakan dalam persen.
VW
S(%) = VV x 100
Bila tanah dalam keadaan jenuh air, maka S = 1. Pada Tabel 1.1
menunjukkan berbagai macam derajat kejenuhan tanah untuk maksud
klasifikasi.
Berat jenis tanah (GS) tidak berdimensi. Berat jenis dari berbagai jenis tanah
berkisar antara 2,65 sampai 2,75. Nilai-nilai berat jenis dari berbagai jenis
tanah seperti dalam Tabel 1.2
Hitung : Kadar Air, Berat volume basah, Berat volume kering, Angka pori,
Porositas, dan Derajat kejenuhan (dianggap berat volume air 1
g/cm3)
Penyelesaian :
Ww W −W S 18−16
a. Kadar Air : w = WS = WS = 16 = 12,5 %
W
b. Berat volume basah b = V = 18/10 = 1,80 g/cm3
WS
c. Berat volume kering d = V = 16/10 = 1,60 g/cm3
VV
d. Angka pori e = VS
WS 16
VS = GSY W = 2,71x 1 = 5,90 cm3
e = 4,10/5,90 = 0,69
e 0,69
e. Porositas : n = 1+e = 1+0 ,69 = 0,41
VW
f. Derajat kejenuhan : S = V V
WW
Vw = YW = ( 18 – 16 )/1 = 2 cm3
V. PROSEDUR
1. Sampel tanah disturbed dan undisturbed disiapkan
2. gumpalan – gumpalan tanah disturbed ditumbuk agar butiran tanah terlepas
sehingga dapat disaring pada saringan no.40
3. sampel tanah dikeringkan dalam oven suhu 110° C selama 24 jam lalu
dianginkan.
4. Cuci piknometer dan keringkan.
5. Timbang peknometer dan tutupnya lalu timbang sebagai W1.
6. Masukkan benda uji ke dalam piknometer hingga mencapai 1/3 volume,lalu
timbang dan catat sebagai W2.
7. Tambahkan air ke dalam piknometer sebanyak 1/3 volume sehingga isi
piknometer menjadi 2/3 bagian.
8. Didihkan piknometer di kompor untuk mengeluarkan udara yang terjebak di
dalamnya, kemudian angkat.
9. Rendam piknometer dalam wadah/bak rendaman selama 24 jam.
10. Ukur suhu rendaman air dengan termometer.
11. Akibat perendaman, air dalam piknometer akan berkurang, tambahkan air
kembali hingga posisi 2/3 volume piknometer.
12. Keringkan bagian luar piknometer dan timbang kemudian catat sebagai W3.
13. Keluarkan isi piknometer, lalu bersihkan.
14. Isi piknometer dengan aquades hingga 2/3 volume piknometer kemudian catat
sebagai W4.
Jenis Tanah GS
Kerikil 2.65 - 2.68
Pasir 2.65 – 2.68
Lempung tak berorganik 2.62 – 2.65
Lanau 2.65 – 2.68
Lanau tak berorganik 2.68 – 2.72
Lempung berorganik 2.58 – 2.66
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum kadar air tanah dilaksanakan di depan Green House dan
Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu 9 November 2011,
berlangsung dari pukul 13.00 WITA sampai dengan selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah Alfisol dan
air. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, plastik, ember,
cawan petridish, timbangan dan oven.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
3.3.1 Volumetrik
- Menimbang sample tanah utuh beserta ring sampelnya.
- Meringkannya di dalam oven suhu 105o C selama 2 x 24 jam.
- Mengeluarkan sample tanah utuh beserta ring sample, mendinginkannya terlebih
dahulu, kemudian timbang sample tanah tanah beserta ring sampelnya yang telah
kering oven.
- Mengeluarkan tanah dari dalam ring sample, kemudian menimbang ring sample.
- Menghitung dengan rumus :
Sifat-sifat dari suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran
butirannya. Karena itu pengukuran besarnya butir tanah merupakan suatu
percobaan yang sering dilakukan dalam bidang Mekanika Tanah. Besarnya
butir juga merupakan dasar untuk menyatakan klasifikasi tanah atau
pemberian nama kepada macam-macam tanah tertentu. Dengan demikian,
analisis tentang butiran merupakan pengujian yang sangat sering dilakukan.
Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan persentase berat butiran yang
tertinggal pada satu unit seringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu.
Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dengan
cara menyaring. (lihat ukuran dan nomor saringan tabel 1.3)
Caranya, tanah benda uji disaring lewat satu unit saringan standar. Berat
tanah yang tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang, lalu
persentase terhadap berat kumulatif tanah dihitung.
3 6,35 40 0,42
4 4,75 50 0,30
6 3,35 60 0,25
8 2,36 70 0,21
10 2,00 100 0,15
16 1,18 140 0,106
20 0,85 200 0,075
30 0,60 270 0,053
2) Tanah Berbutir Halus
Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau sebagian bebutir halus
dari tanah berbutir kasar, dapat ditentukan dengan cara sedimentasi atau
pengendapan. Disebut juga analisa basah atau percobaan hidrometer.
Caranya, tanah dicampur dengan air (biasanya sebanyak 1000 cc) dan
diaduk dalam suatu tabung hidrometer dan dibiarkan tabung berdiri supaya
butir-butir tanah mengendap, kemudian dilakukan analisa saat
pengendapan berlangsung.
Menurut Das (1985), tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral
dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dengan mudah
dipisahkan satu sama lain dengan campuran air yang dikocok. Material ini berasal dari
pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifatsifat teknis tanah, kecuali oleh
sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh kandungan-
kandungan bagian luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam Teknik Sipil
untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah terdiri dari dua atau
lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan
organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang
material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung
yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.
Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Ruang di antara
butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga
tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi
udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering
adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
Pada masa ini, ada istilah lain yang sering dipakai juga pada golongan ini, yaitu
destructured, artinya struktur tanah dihapuskan akibat pembentukan ulang. Arti
destructured hampir sama dengan remoulded, tetapi maksudnya adalah struktur
dihapuskan tetapi butir sendiri masih utuh. Istilah remoulded berarti segala sifat
yang berhubungan dengan keadaan aslinya dihapuskan sama sekali. Pada tanah
residu, pembentukan ulang dapat merusak struktur namun mungkin pula
menghancurkan butirnya.
Sifat tanah yang dibentuk ulang (baik itu tanah endapan atau tanah residu) tidak
lagi bergantung pada struktur. Jadi, berbeda dari tanah aslinya. Tanah yang
dipadatkan merupakan pengecualian dari hal ini karena proses pemadatan dapat
menghasilkan struktur, walaupun pengaruhnya tidak besar. Permeabilitas tanah
yang dipadatkan bisa lebih tinggi pada arah horizontal daripada arah vertikal,
akibat cara pemadatan dengan roda besi. Mungkin pula bahwa tanah ini lebih
kaku pada arah vertikal daripada arah horizontal.
3. STRUKTUR TANAH
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk
agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat
relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir
dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus
dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk
sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang
lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk
kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan
laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak
dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah
berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur
ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah
kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang
memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan
untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah
yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang
bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya
karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman
akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga
perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme
tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya
air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum
dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air
hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan
permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan
penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan
sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
4. KEPEKAAN TANAH
Tingkat Kepekaan Tanah Terhadap Erosi.
Pengertian Kepekaan tanah terhadap erosi, atau disebut erodibilitas tanah
didefinisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi.
Secara lebih spesifik Young et al. dalam Veiche (2002) mendefinisikan 28 erodibilitas
tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya
butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan. Negara-negara tropis
seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan aliran permukaan
menggerus permukaan tanah adalah penghancur utama agrerat tanah. Agregat tanah
yang sudah hancur kemudian diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya
gravitasi sampai suatu tempat di mana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses ini,
yaitu penghancuran agrerat, pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan
partikel tanah disebut sebagai erosi tanah. Proses erosi oleh air hujan dapat
dikelompokkan menjadi 5 bentuk, yaitu:
1. Erosi percikan (splash erosion), adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah
bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Dapat diartikan
juga sebagai erosi hasil dari percikan atau benturan air hujan secara langsung partikel
tanah dalam keadaan basah.
2. Erosi lembaran (sheet erosion), adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian
(run off).
3. Erosi alur (riil erosion), adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-
saluran air.
4. Erosi parit (gully erosion), adalah kelanjutan dari erosi alur, yaitu terjadi bila alur-alur
menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit dengan kedalaman yang
dapat mencapai 1 sampai 2,5 meter atau lebih.
5. Erosi sungai atau saluran (stream/channel erosion), adalah erosi yang terjadi akibat
terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sedimen di sepanjang dasar
saluran sungai.
Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas Tanah
Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik, mekanik,
hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogy dan biologi, termasuk karakteristik profil
tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah (Veiche, 2002).
Poesen (1983) menyatakan bahwa erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat
tanah, namun ditentukan pula oleh faktorfaktor erosi lainnya, yakni erosivitas,
topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Hudson (1978) juga menyatakan
bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan atau perlakuan terhadap tanah
sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah. Pada prinsipnya sifat-
sifat yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah : (1) sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air, dan (2)
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, dan
pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah tersebut
mencakup tekstur, struktur, 30 bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah
dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 2000).
1.10 TANAH JENUH AIR DAN TANAH TIDAK JENUH AIR
PENGRTIAN TANAH JENUH AIR
merupakan media aliran lolos air pada zona tekanan air pori positif di
bawah phreatic surface. Aliran jenuh (saturated flow) pada umumnya dihasilkan akibat
adanya pengaruh perbedaan gaya berat gradient hidraulik antara waduk dan tempat
keluarnya rembesan dihilir/drain.
PENGRTIAN TANAH TIDAK JENUH AIR
Aliran tak jenuh (unsaturated flow) merupakan media aliran lolos air pada zona
tekanan air pori negative di atas phreatic surface. Aliran tak jenuh (unsaturated flow)
pada umumnya terjadi karena adanya perbedaan antara tegangan permukaan kapiler
(yang diakibatkan oleh gradient hidraulik di antara zona jenuh air) dengan tempat
keluarnya rembesan.
BAB II
PENILAIAN, KLASIFIKAS, DAN DESKRIPSI TANAH
2.1 PENDAHULUAN
Tanah dasar merupakan bagian penting dari konstruksi jalan karena tanah ini
mendukung seluruh konstruksi diatasnya. Tanah dasar menentukan mahal tidaknya
pembangunan bangunan tersebut karena kekuatan tanah tersebut. Tanah dasar
dalam keadaan asli merupakan suatu bahan yang kompleks dan sangat bervariasi
kandungan mineralnya. Pembangunan konstruksi diatas tanah tidak selalu berada
pada tanah dasar yang relative baik, ada kemungkinan dibuat diatas tanah
yangkurang baik. Akibatnya tanah tersebut dapat langsung dipakai sebagai lapisan
dasar (subgrade). Oleh karena itu tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik antara
lain dengan perbaikan tanah. Stabilitasi tanah adalah alternative yang dapat diambil
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilitasi tanah
merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar rapat dan saling
mengunci.
Banyak pekerjaan tanah seperti tanggul, dan bendungan urugan mempunyai
usia yang hampir sama tuanya seperti sejarah manusia, tetapi bangunan- bangunan
yang masih bertahan umumnya disebabkan oleh kombinasi dari pengendalian mutu
dan nasib baik.
Apabila suatu tanah yang terdapat dilapangan bersifat sangat lepas atau sangat
mudah tertekan atau apabila ia mempunyai indeks konsistensi yang tidak baik.
Permeabilitas yang terlalu tinggi atau sifat lain yang diinginkan sehingga tidak sesuai
untuk suatu konstruksi bangunan maka tanah tersebut harus distabilitaskan .
a. Batas Cair Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah kohesif tetap
dalam keadaan cair tetapi masih mempunyai kekuatan geser biarpun kecil yang
sanggup menahan tanah untuk mengalir (Braja M Das 1985). Batas cair berada
pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari
daerah plastis.
b. Batas Plastis Batas plastis adalah kadar air yang berhubungan dengan batas
sembarang antar keadaan plastis dan keadaan semi plastis. Pada umumnya
didefinisikan sebagai kadar air minimum untuk massa tanah yang digulung-
gulung dan mulai retak mendekati diameter 3 mm (Braja M Das 1985).
c. Indeks Plastisitas Selisih antara batas cair dan batas plastis tanah disebut
Indeks Plastisitas. Indeks plastisitas merupakan interval kadar air tanah yang
masih bersifat plastis.
d. Batas Susut ( Shrinkage Limit ) Batas susut adalah kadar air yang didefinisikan
pada derajat kejenuhan 100%, dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tidak akan
terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Harus diketahui
bahwa batas susut makin kecil maka tanah akan lebih mudah mengalami
perubahan volume.
Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah, dan kohesinya dapat dilihat
pada Tabel 5 : Tabel 5. Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah
Sifat tanah ditempat yang paling penting adalah kepadatan atau derajat
pemadatan. Istilah-istilah lepas, kepadatan sedang, padat dan sangat
padat, dipakai untuk menyatakan sifat-sifat ini. Sebagai tambahan,
beberapa pasir dan kerikil mempunyai lapisan yang nyata, atau
mengandung daerah-daerah lempung, atau potongan-potongan akar. Hal-
hal demikian harus dicatat
Unconfined Compressive
Deskripsi
Strength
Kg/cm²
Sangat lunak (very – 0.25
soft) 0.25 – 0.5
Lunak (Soft) 0.5 – 1.0
Teguh (Firm) 1.0 – 4.0
Kenyal (Stiff) ≥ 4.0
Keras (Hard)
PASIR ; rapat, abu-abu tua, hanya pasir halus dan ukuran sedang,
homogen, kadang-kadang disana-sini terdapat kulit kerang.
BAB IV
KEADAAN TEGANGAN DI DALAM TANAH DAN PRINSIP TEGANGAN EFEKTIF
4.1 PENDAHULUAN
Sejak dulu Pembangunan infrastruktur sudah banyak di bangun oleh
pemerintah maupun masyarakat yang dikerjakan oleh para ahlinya yang sudah
berpengalaman dan tukang bangunan, baik itu bangunan yang tinggi, bendungan,
perumahan,jembatan, dan bangunan yang lainnya. Dan sekarang ini masih ada
bangunan konu yang umurnya sudah berates tahun lamanya yang tetap berdiri,
tetapi bangunan tersebut mengalami penurunan, akibat tanah yang mengalami
tegangan yang cukup besar, sehingga bangunan tersebut miring, dan akan
menyebabkan keruntuhan pada bangunan.
Sebelum mendirikan bangunan, apalagi bangunan yang tinggi , sangat perlukita
memperhatikan keadaan tegangan dalam tanah dan perilaku tanah, sehingga
bangunan tersebut dapat bertahan lama dan aman bagi manusia. Pada
pembahasan kali ini kita akan mempelajari keadaan tegangan di dalam tanah dan
prinsip tegangan efektif.
Gambar 1.1 muka air tanah dan keadaan tegangan dalam tanah
Perbedaan antara kedua tegangan ini disebut tegangan efektif, yaitu :
σ ' =σ v −u=γD−γ ω ( D−H ω)
Dimana σ ' adalah tegangan efektif vertical.
Hubungan antara tegangan total, tekanan air pori, dan tegangan efektif berlaku
secara umum di dalam tanah, tidak hanya pada arah vertical, dan ditulis sebagai:
σ '=σ −u (1.1)
Kembali pada gambar 4.1 dan tegangan pada elemen tanah pada kedalaman D, kita
dapat menghitung tegangan horizontal seperti di bawah ini :
Tegangan vertical total :σ v =γD
Tekanan air pori :u=γ ω ( D−H ω )
Sehingga σ 'v =σ v −u=γD−γ ω ¿¿
Tegangan efektif horizontal σ h=K o σ 'v
Tegangan horizontal total σ h=σ 'h +u
Yaitu σ h=K o σ 'v +u (1.5)
Hitungan tegangan -tegangan yan g terjadi di dalam tanah berguna untuk analisis
tegangan-regangan (stress-strain) dan penurunan (settlenzent). Sifat-sifat tegangan
-regangan dan penurunan bergantung pada sifat tanah bila mengalanti pembebanan.
Dalam hitungan tegangan di dalam tanah, tanah dianggap bersifat elastis,
homogen.isotropis, dan terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan.
Tegangan yang terjadi di dalam massa tanah dapat di sebabkan oleh beban yang
bekerja di permukaan atau oleh beban akibat berat sendiri tanah. Tegangan yang
berasal dari beban di permukaan tanah berkurang bila kedalaman bertambah.
Sebaliknya, tegangan yang berasal dari berat sendiri tanah bertambah bila
kedalamannya bertambah.
∆ V 1−2 μ
= (σ x +σ y +σ z )
V E
Dengan :
∆ V =peruba h an volume
V =volume awal
E=modulus elastis
σ x ,σ y , σ z =tegangan−tegangan dalam ara h x , y , dan z
Dalam persamaan (6.1), bila pembeban yang mengakibatkan penurunan, terjadi pada
kondisi tanpa dranasi (undrained), atau penurunan terjadi pada volume konstan, maka
∆ /V =0. dalam kondisi ini, angka poisson µ = 0,5. Jika pembebanan menyebabkan
perubahan volume (seperti contohnya penurunan akibat proses konsilidasi)
sehingga ∆ /V >0, maka µ < 0,5.
TEORI BOUSSINESQ
Beban Titik
Analisa tegangan yang terjadi di dalam massa tanah akibat pengaruh beban titik di
permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan teori boussinesq (1885). Anggapan
anggapan yang dipakai pada teori boussineq adalah :
1. Tanah yang merupakan yang bersifat elastis, homogeny, isotropis, dan semi tak
terhingga (semi infinite).
2. Tanah tidak mempunyai berat.
3. Hubungan tegangan regangan mengikuti hokum Hook.
4. Distribusi tegangan akibat beban yang bekerja tidak bergantung pada jenis
tanah
5. Distribusi tegangan semitri terhadap sumbu vertical (z).
6. Perubahan tanah diabaikan.
7. Tanah tidak sedang mengalami tegangan sebelum beban Q diterapkan.
Telah diamati bahwa tegangan vertikal tidak bergantung pada modulus elastis (E)
dan angka Poisson (µ). Akan tetapi, tekananlateral bergantung pada angka Poisson
dan tidak bergantung pada modulus elastis.
( ( ))
2
∆ σz=
2 π z2 r 2
(1.2)
1+
z
Q
∆ σ r= ¿(1.3)
2π
−Q
∆ σ θ= ( 1−2 μ) ¿ (1.4)
2π
Tegangan geser :
3Q
τ rz = ¿ (1.5)
2π
Bila μ= 0,50, maka suku persamaan kedua dari Persamaan (1.3) sama
dengan nol. dan pada Persamaan (1.4), nilai σθ = 0. Jika faktor pengaruh untuk beban
titik untuk teori Boussinesq didefinisikan sebagai:
5
3 1
( ( ))
2
I B=
2π r 2
(1.6)
1+
z
Q
∆ σ zσ = IB (1.7)
z2
Nilai I B yang disajikan dalam bentuk grafik diperhatikan dalam gambar 1.2, dalam
gambar ini, nilai pengaruh beban titik ( I B ) untuk teori boussinesq digambarkan
bersama-sama dengan faktor pengaruh beban titik ( I w ) untuk teori westergaard yang
akan dipelajari dalam bab ini.
Gambar 1.2 Faktor pengaruh untuk beban titik didasarkan teori boussinesq ( I B )
dan teori westergaard ( I w ) (taylor, 1948).
Beban Garis
Tambahan tegangan akibat beban garis Q per satuan panjang (Gambar 1.3) pada
sembarang titik di dalam tanah dinyatakan oleh persamaan-persamaan berikut ini.
Gambar 1.3 Tambahan tegangan akibat beban garis.
Tambahan teganagan vertikal arah sumbu −z :
2 Q z3
∆ σz= (1.8)
π ¿¿¿
2 Q x2 z
∆ σx= (1.9)
π ¿¿ ¿
Tegangan geser :
2 Q x z2
τ xz = (1.10)
π ¿¿¿
q
∆ σz= ¿ (1.11)
π
q
∆ σ x= ¿ (1.12)
π
Tegangan geser :
q
τ xz = sin α sin 2 β (1.13)
π
Dengan α dan β dalam radian, yaitu sudut yang ditunjukkan dalam Gambar 1.4. Isobar
tegangan adalah kurva yang menunjukkan tempat kedudukan titik yang mempunyai
teganagan vertical yang sama (lihat Gambar 1.5).
Gambar 1.5 Isobar tegangan untuk beban terbagi rata berbentuk lajur
memanjang dan bujur sangkar didasarkan oleh teori Boussinesq.
Beban terbagi Rata Berbentuk Empat Persegi Panjang
Tambahan tegangan vertical akibat beban terbagi rata benrbentuk empat persegi
panjang fleksbel, dengan ukuran panjang Ldan lebar B (Gambar 1.6), dadat dihitung
dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari hasil pembelajaran teori
Boussinesq, sebagai berikut :
Gambar 1.6 Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk empat persegi panjang.
∆ σ z =ql (1.14)
1
I= ¿ (1.15)
4π
B L
m= ; n=
Z Z
Gambar 1.7 Faktor pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah sudut luasan empat
persegi panjang akibat beban terbagi rata (U.S.Navy<1971).
Nilai Faktor pengaruh I untuk tegangan vertical di bawah sudut luasan empat persegi
panjang akibat beban terbagi rata q dalam bentuk grafik. Diperhatikan dalam Gambar
1.7. Tambahan tegangan vertical pada sembarangan titik di bawah luasan empat
persegi panjang dapat ditentukan dengan cara membagi-bagi empat persegi panjang,
dan kemudian menjumlahkan tegangan yang terjadi akibat tekanan masing-masing
bagiannya. Misalnya akan ditentukan tambahan tegangan vertical di bawah titik X dan
titik Y (Gambar 1.8) untuk ini dapat dilakukan cara sebagai berikut :
∆ σ z ( x )=∆ σ z ( XEBF )+ ∆ σ z ( XFCH ) +∆ σ z ( XGDH )+ ∆ σ z ( XGAE)
Dengan dari persamaan beban titik, diperoleh besarnya tambahan tegangan di bawah
pusat fondasi lingkaran fleksibeldengan beban rata yang terbagi pada luasannya.
Tegangan akibat beban lingkaran sepeerti yang diperlihatkan dalam gambar 1.9
ditentukan dengn persamaan sebagai berikut :
3q 1
d σ z=
(
2 π z [ 1+ ( r / z )2 ]5/ 2
2
dA
)
1
∆ σ z =q 1−
( 3 /2
[ 1+ ( r / z )2 ] ) (1.17)
¿ ql (1.18)
Dengan :
1
(
I = 1−
[ 1+ ( r / z )2 ]
3 /2
)
Nilai faktor pengaruh I untuk tambahan tegangan vertikaldi beban terabagi rata
berbentuk lingkaran, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Gambar 1.10
(foster dan lhvin, 1954).
Pada Gambar 1.11 diperlihatkan suatu beban terbagi rata memanjang tak terhingga
fleksibel berbentuk segi tiga dengan lebar 2 b. Beban bertambah dari nol sampi q pada
potongan melintangnya. Untuk elemen selebar dz, beban per satuan panjang adalah
(q /2b) s ds.
Hitungan tambahan tegangan vertical yang telah terjadi pada titik A didasarkan pada
teori beban garis, yaitu dengan subsitusi nilai ( q /2b ) s . sd untuk q dan ( x−s) untuk x
dalam persamaan (1.8) sampai (1.10). Penyelasain dari persamaan (1.8) sampai
(1.10), untuk beban terbagi rata berbentuk segi tiga, kakan memberikan persamaan-
persamaan sebagai brikut :
q x z R
( )
2
Tegangan geser :
q z
τ xz =
2π (
1+ cos 2 δ α
b ) (1.21)
Dengan :
d=1/2lebar alas penampang segi tiga
q=¿tinggi timbunan x berat volume tanah timbunan
α , δ=¿sudut yang ditunjakkan pada Gambar 1.11 dalam radian.
Dalam menentukan tambahan tegangan vertikal yang terjadi akibat beban terbagi rata
berbentuk trapesium dengan panjang tak terhingga, ditinjau titik Adi dalam tanah yang
mengalami pembebanan akibat beban terbagi rata berbentuk trapesium (Gambar
1.12a). Tegangan pada titik A ekivalen dengan tegangan akibat beban yang
diperlihatkan pada (Gambar 1.12b) dikurangi dengan tegangan di A akibat beban pada
(Gambar 1.12c). Dari persamaan (1.19), tegangan pada titik A akibat beban pada
(Gambar 1.12b), adalah :
q+ ( b /a ) q
π
( α 1 +α 2 ) (1.22)
q a+b b
∆ σz=
π ({ }(a
α 1 +α 2) − α 2
a ) (1.24)
Atau
∆ σ z =ql (1.25)
dengan
1 a+b b
I=
π ({ }(
a
α 1 +α 2 )− α 2
a )
q a a
¿
π ({ }),
z z
(1.26)
Nilain faktor pengaruh untuk berbagai macam a /z dan b /z dapat diperoleh dalam
Gambar 1.13.
√((
−2
r ∆σz
z
= 1−
q ))3
−1
Cara Newmark untuk fondasi dengan bentuk dan ukuran sembarang, sejauh dengan
fondasi masih dapat digambarkan pada diagram dengan skala yang memenuhi.
TEORI WESTERGAARD
Dalam hitungan tegangan yang terjadi di dalam tanah menurut teori Westrergaard
(1938), massa tanah dianggap sebagai material yang mendapat perkuatan dalam arah
lateral oleh lapisan yang sangat tipis, tapi kuat dan massa tanah dianggap terletak
pada ruang tertutup sedemikian hingga regangan arah lateral nol. Contoh dari kondisi
lapisan tanah yang sedemikian adalah tumpukan lapisan lempung dan lapisan pasir
yang berseling –seling. Teori Westergaard memberikan nilai tegangan yang lebih kecil
dari cara Boussinesq. Dalam praktek cara Boussinesq lebih banyak digunakan.
Westergaard memberikan pemecahan cara hitungan tambahan tegangan di sebuah
titik di dalam tanah akibat beban titik di permukaan yang dinyatakan oleh persamaan-
persamaan:
1−2 μ
∆ σz=
Q √
2 π z 2 1−2 μ r
2−2 μ
2 3/ 2 (1.28)
[ +
2−2 μ z ( )]
Untuk angka poisson μ=0, maka persamaan (1.28) menjadi :
Q 1
∆ σz= (1.29)
2 π z [ 1+2 ( r / z )2 ]3 /2
2
Q
σ z= Iw (1.30)
z2
Dengan l w adalah faktor pengaruh yang merupakan fungsi dari nilai r/z, yang nilai-
nilainya dapat ditentukan dari Gambar 6.2. Besamya tegangan vertikal menurut teori
Westergaard, untuk beban-beban terbagi rata berbentuk luasan bujur sangkar dan
berbentuk memanjang tak terhingga, dalam bentuk isobar tegangan
vertikal.Ditunjukkan dalam Gambar 6.15. Isobar tegangan yang sama seperti faktor
pengaruh Boussinesq untuk fondasi empat persegi panjang. Juga dapat digambarkan
dengan menggunakan teori Westergaard untuk angka Poisson μ=0. diagramnya
ditunjukkan dalam Gambar 6.16.
1−2 μ
α= (1.31)
2−2 μ
Maka dengan mengintegrasikan dengan cara sama seperti cara untuk mempeeroleh
persamaan tegangan beban terbagi rata berbentuk lingkaran dalam teori Boussinesq,
diperoleh persamaan untuk pondasi lingkaran menurut cara Westergaard, sebagai
berikut :
1/ 2
a
(
∆ σ z =q 1−
( r / z )2+ a ) (1.32)
Gambar (1.15) Isobar tegangan vertical didasarkan teori Westergaard untuk beban
terbagi rata berbentuk bujur sangkar dan berbentuk lajur memanjang.
Persamaan (1.32), dapat ditulis dalam bentuk :
r a
z
=
√( 1−σ z /q )
2
−a (1.33)
Gambar 1.17 Diagram pengaruh Newmark untuk tegangan vertical didasarkan teori
Westergaard.
Seperti dapat dilihat pada grafik-grafik pengaruh tegangan vertical, tegangan vertical
kearah horizontal jauh melebihi batas tepi fondasi. Tegangan pada sembarangan titik
di dalam atnah kadang–kadang harus dihitung dengan memperhatikan pengaruh
beberapa beban fondasi berdekatan. Karna itu, dalam hitungan tegangan harus
diggunakan dengan cara superposisi. Tegangan yang terjadi akan sama dengan
jumlah aljabar dari tegangan tiap beban yang bekerja. Dengan cara ini, hitungan
tegangan pada sembarangan titikakibat beban fondasi yang terpisah dihitung, hasilnya
ditambahkan untuk memperoleh perubahan tegangan totalnya.
Tabel. 1.1 koreksi untuk mengubah tegangan pada pusat fondsi kaku menjadi
tegangan rata-rata (Shower,1962).
qLB
∆ σz=
( L+ z ) ( B+ z )
Dengan :
∆ σ z =tamba h antegangan vertical (kN/m 2)
Q=bebantotal pada dasar fondasi( kN ).
q=beban terbagi rata pada dasar fondasi (kN/m2)
l= panjang fondasi( m)
B=lebar fondasi(m)
Cara yang sama dapat juga untuk menghitung fondasi berbentuk lajur
memanjang. Dalarn hal ini, bentuk penyebaran beban yang berupa pyramid
penyebaran berubah menjadi bentuk trapesiodal. Tambahan tegangan vertikal
pada fondasi lajur memanjang dinyatakan oleh:
qB
∆ σz=
B+ z
Dalam menghitung besarnya tegangan total yang terjadi dalam tanah, setelah
tegangan vertikal yang diperoleh dari persamaanpersamaan Boussinesq, Westergaard
maupun dari teori penyebaran beban 2 V : lH diperoleh, hasiln ya mas ih harus
ditambahkan dengan tegangan akibat beban tanah di kedalaman yang ditinjau (yaitu
tekanan
overburden). Hal ini perlu dimengerti , karena pada cara elastis dianggap bahwa tanah
yang mengalami pembebanan tidak rnempunyai berat.
Distribusi tegangan yang telah dipelajari adalah untuk tanah-tanah yang homogen
akibat beban-beban dengan bentuk tertentu.
Di alam, tanah tentunya berlapis lapis
dengan modulus elastis yang berbeda-beda.
Hal khusus yang sering dijumpai adalah
lapisan keras yang berada di atas lapisan
lunak, seperti yang diperhatikan dalam
Gambar 1.19 bila dipermukaan bekerja
beban tertentu, pengaruh lapisan lebih keras
di atas adalah mereduksi konsentrasi
tegangan ppada tanah di bawahnya,
Burmister (1943) meneliti hal tersebut untuk dua atau tiga lapisan tanah fleksibel, yang
kemudian dikembangkan oleh Fox (1948), Burmister (1958), Jones (1962), dan Peattie
(1962).
Gambar 1.20 Tegangan vertical di bawah pusat lingkaran beban terbagi rata
berbentuk lingkaran pada dua lapisan tanah (Burmister, 1958)
TERDRAINASI
Keadaan yang paling umum dalam bidang geoteknik yang memberikan tegangan pada
tanah adalah pembuatan sebuah pondasi gedung atau urugan, seperti diperlihatkan
pada gambar 6.3. pembebanan semacam ini memberikan tegangan normal arah
vertical pada permukaan tanah. Di bawah pusat daerah pembebanan yang luas ini
akan menyebabkan terutama tegangan normal vetikal dan horizontal, sedangkan pada
bagian tepi, daerah pembeban akan mengeluarkan terutama tegangan geser. Penting
diketahui bahwa tegangan normal dapat di tahan oleh tanah atau air pori, ataupun
keduannya. Tegangan geser hanya dapat di tahan oleh tanah itu sendiri, bukan oleh
air pori.
Bagaimana tanah menahan pembebanan di atasnya bergantung pada jenis tanah dan
kecepatan penambahan beban. Jika rembesan tanah tersebut rendah dan beban
diberikan secara cepat, tegangan yang terjadi akan di tahan baik oleh tanah maupun
oleh air pori. Ini berarti pembeban menyebabkan perubahanan tegangan air pori di
dalam tanah. Keadaan ini adalah perilaku tidak terdrainasi (undrained behavior),
yang berarti selama pembeban tidak terjadi gerakan air di dalam, dan kadar air
tersebut tetap. Baik tegangan air pori maupun ketinggian muka air tanah berubah
selama pembebanan tidak terdrainasi sejalan dengan waktu, tegangan air pori yang
disebabkan oleh pembebanan akan mangalir keluar dan tegangan air pori dan muka
air akan kembali ke keadaan keseimbangan sebelum pembebanan. Tanah tersebut
akan mengalami penurunan volume. Proses ini dinamakan konsilidasi.
Di lain pihak, jika rembesan tanah tinggi, seperti pasir , tegangan pori yang timbul
akibat pembebanan akan mengalir lebih cepat seiring dengan pertambahan beban.
Keadaan ini adalah perilaku ini adalah perilakuterdrainasi (drained behavior) pada
keadaan, hampir tidak ada perubahan pada muka air atau tekanan air pori di dalam
tanah.
Istilah terdrainasi dan tidak terdrainasi digunakan secara umum dalam mekanika
tanah. istilah tersebut tidak mengarah pada ada atau tidak adanya drainasi, walaupun
drainasi dapat memengaruhi apakah perilaku terdrainasi atau tidak terdrainasi. Istilah
tersebut hanya untuk menunjukkan ada atau tidak pergerakannya air dalam tanah.
BAB V
REMBESAN AIR DALAM TANAH
5.1 PENDAHULUAN
Tanah merupakan kumpulan butir-butiran mineral alam yang melekat tetapi tidak erat,
sehingga masih mudah dipisah-pisahkan. Tanah yang lokasinya pindah dari tempat
terjadinya akibat aliran air, angin, dan es disebut transported soil. Tanah yang tidak
pindah lokasinya dari tempat terjadinya disebut residual soil. Misalnya tanah yang
berbutir halus mempunyai rembesan yang kecil dan daya rembes yang besar.
Sedangkan tanah yang berbutir kasar memiliki rembesan yang besar dan daya
rembes yang kecil. Tanah yang bersifat rembesan kecil dan daya rembes besar
disebabkan ukuran pori-pori dan butiran-butiran tanah yang kecil, sedangkan tanah
yang bersifat rembesan besar dan daya rembes kecil disebabkan ukuran pori-pori dan
butiran tanah yang besar (Bowles, 1989) B
Tanah adalah merupakan sususnan butiran padat dan pori-pori yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang
mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah.
Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam mekanika hal
ini sangat berguna didalam menganalisa kestabilan dari suatu bendungan tanah dan
konstruksi dinding penahan tanah yang terkena gaya rembesan.
Rembesan air dimaksudkan untuk mengukur kemampuan tanah dilewati oleh air
melalui pori-porinya.
Rembesan ait tanah hampir selalu berjalan “linear” yaitu jalan atau garis yang
ditempuh air merupakan garis dengan bentuk teratur (smooth cruve). Dalam hal ini
kecepatan merembes adalah menurut suatu hukum yang disebut hukum Darcy
(Darcy’s Law).
Air yang terdapat didalam tanah dapat dibedakan atas air absorbsi yakni air yang
diabsorbsi oleh permukaan butir-butir tanah, air kapiler yakni air yang tertahan dalam
pori oleh tegangan permukaan, dan air gravitasi yakni air yang bergerak sepanjang
gravitasi. Air yang berada dalam tanah adalah bebas dalam zone jauh (saturation
zone) yang selanjutnya dapat dibedakan atas air tanpa tekanan dengan pemukaan
yang bebas dan air tanah dengan tekanan tanpa tekanan bebas.
Air yang merembes melalui bendungan urugan atau tanggul adalah juga air
gravitasi. Air gravitasi yang mengalir dalam tanah disebabkan oleh energi sebagai
berikut :
1. Energi potensial yang disebabkan oleh posisi atau perbedaan tinggi
2. Energi tekanan yang disebabkan oleh tekanan air atau tekanan lain
3. Energi kinetis yang disebabkan oleh kecepatan aliran
Air yang merembes dalam tanah, biasa mengalir mengikuti keadaan aliran air
lamiler. Kecepatan aliran air rembesan dinyatakan oleh hukum darcy sebagai berikut :
v = k . i
Dimana :
i = gradien hidrolis = ∆h/1
k = koefisien permeabilitas….(cm/dt)
Koefisien permeabilitas tergantung dari jenis serta kerapatan tanah. Pada
umumnya koefisien permeabilitas itu mempunyai harga yamg berbeda-beda seperti
yang tercantum dalam table dibawah ini.
PERALATAN
a. Tabung silinder diameter 10 cm dan tinggi 13 cm.
b. Gelas ukur.
c. Thermometer.
d. Tabung reservoir, sekaligus sebagai bak perendaman.
e. Alat ukur falling head.
f. Stop-watch.
g. Mistar.
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Sampel tanah yang akan diudji diambil langsung dengan menekan tabung
silinder ke dalam tanah sampai penuh.
b. Tabung dan tanah dimasukkan ke dalam kotaknya dan direndam dalam
reservoar sampai penuh.
c. Reservoir atau kotak tabung dihubungkan dengan alat pengukur head, setelah
itu air dialirkan jatuh bebas dari ketinggian tertentu yang mana nantinya akan
merembes melalui tanah.
d. Ketinggian air mula-mula dicatat (h 0), sampai pada suatu ketinggian dimana air
akan turun (h1), juga dicatat interval waktu.
DATA
ANALISA DATA
CONTOH PERHITUNGAN :
· H0 = 100 cm
Untuk menentukan koefisien rembesan dari suatu tanah (k) di Laboratorium dapat
dilakukan dengan alat permeameter. Sampai saat ini telah diperkenalkan dua macam
alat permeameter, yaitu constant head permeameter dan falling head permeameter.
1.ConstantHeadPermeameter
Constant head permeameter adalah suatu permeameterndengan tinggi tekanan yang
konstan. Alat ini digunakan untuk jenis tanah yang relatif sangat poreous. Untuk
menentukan nilai koefisien permeabilitas (k), dapat langsung mengukur banyak air
yang masuk dan keluar dari sample tanah dalam jangka waktu tertentu.
Cara melakukan percobaan ini diperlihatkan pada gambar percobaan constant head di
bawah ini. Agar percobaan dapat berhasil dengan baik, maka tanah percobaan dibuat
kenyang/jenuh air terlebih dahulu, sehingga udara dalam pori-pori tanah tersebut
keluar. Bila dalam pori-pori tanah masih ada udara yang tertinggal, maka dapat
menghalang-halangi aliran air. Bila contoh tanah sepanjang L dengan luas penampang
(A) dipasang pada tempat yang berbentuk silinder, karena ada selisih tinggi muka air
sebesar Δh, maka air akan mengalir melalui pori-pori tanah. Menurut hukum Darcy
kecepatan aliran dalam tanah adalah:
V=kxi
dimana :
k = koefisien rembesan
i = hidraulic gradien = Δh/L
Dalam waktu t detik, maka volume air yang melalui contoh tanah yang dapat
ditampung dalam gelas ukur adalah V (volume) dengan :
V=Qxt
V = A x k x (h/L) x t
k = (V x l)/ (A x h x t)
Misalnya dalam waktu δt air berkurang setinggi -δh, maka volume pengurangannya
adalah :
Untuk mencapai penurunan air dari h1, -h2 diperlukan waktu sebesar t detik. Dari hasil
percobaan integrasi didapat hasil sebagai berikut:
Garis aliran adalah suatu garis sepanjang mana butir-butir akan bergerak dari bagian
hulu ke bagian hilir sungai melalui media tanah yang tembus air (permeable). Garis
ekipotensial adalah suatu garis sepanjang mana tinggi potensial di semua titik pada
garis tersebut adalah sama. Jadi apabila alat-alat piezometer diletakkan di beberapa
titik yang berbeda-beda di sepanjang suatu garis ek ipotensial, air di dalam piezometer
tersebut akan naik pada ketinggian yang sama. Gambar 3 a menunjukkan definisi
garis aliran dan garis ekipotensial untuk aliran di dalam lapisan tanah yang tembus air
(permeable layer) di sekeliling jajaran turap yang ditunjukkan pada gambar tersebut
(untuk kx = kz = k)
Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis ekipotensial dinamakan jaringan aliran
(flow net). Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa jaringan aliran dibuat untuk
menghitung aliran air tanah.
PENGGAMBARANJARINGANALIRAN
Persamaan Kontinuitas
Persamaan kontinuitas yang saya maksud disini adalah hukum kekekalan massa.
Pada posting mengenai hukum kekekalan massa saya telah membahas dan
menurunkan persamaan kekekalan massa ini.
Persamaan tersebut juga telah saya bahas lebih jauh di posting mengenai fluida yang
kompresibel dan inkompresibel. Pada kasus fluida yang inkompresibel, rumus diatas
dapat disederhanakan menjadi
Persamaan terakhir ini mengatakan bahwa bila fluida bersifat inkompresibel, maka
kekekalan massa akan tercapai bila setiap volume elementer tanah memenuhi
persyaratan persamaan diatas.
Kita juga dapat menuliskan persamaan tersebut sbb:
Dengan:
Dengan definisi kecepatan aliran rembesan dari hukum Darcy diatas, maka
persamaan kontinuitas dari bagian sebelumnya dapat kita tuliskan menjadi:
Karena gradien hidrolik didefinisikan sebagai beda tekanan hidrolik disepanjang arah
aliran rembesan, maka:
Sehingga
Air yang merembes di dinding akan terus mencari celah keluar. Karena itu, mencegah
dinding rembes tidak bisa dilakukan hanya dengan sekadar melapisi dinding dengan
semprot waterproof.
Saat bagian dinding yang merembes “dibendung” dengan cat, air rembesan terus
mengalir di dalam dinding menuju tempat lain. Bukan tidak mungkin langkah ini justru
akan memperlebar rembesan.
Langkah-langkah
Cari sumber rembesan pada dinding. Rembesan dapat berasal dari dinding luar atau
berhubungan dengan air. Jika rembesan berasal dari retakan dinding maka retakan
harus ditutup menggunakan semen instan dan bahan aditif lain.
Jika retakan terdapat pada dag beton di atap, Anda bisa menambal dengan acian atau
semen groating pada titik retaknya.
Setelah retakan ditambal, barulah Anda bisa melapisi dinding dengan waterproof. Saat
ini sudah banyak tersedia jasa waterproofing dengan berbagai merk atau produk.
Buat dinding dengan komposisi campuran semen yang sesuai. Agar kedap air
gunakan campuran 1:2 dengan kadar air yang tidak berlebihan atau kekurangan.
Gunakan lapisan waterproof atau damproof (lembap) pada bagian dinding yang
berpotensi “memasukan” air, misalnya perbatasan dinding dengan atap, celah finishing
batu alam, dan sebagainya.
BAB VI
KONSOLIDASI DAN PENURUNAN
6.1 PENDAHULUAN
Bilamana suatu lapisan tanah mengalami tambahan beban di atasnya, maka air
pori akan mengalir dari lapisan tersebut dan isinya (volume) akan menjadi lebih kecil,
yaitu akan terjadi konsolidasi. Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam
satu jurusan saja, yaitu jurusan vertikal, karena lapisan yang kena tambahan beban itu
tidak dapat bergerak dalam jurusan horizontal (ditahan oleh tanah di sekelilingnya).
Keadaan-keadaan demikian dapat dilihat pada Gambar K. 1.
Dalam keadaan seperti ini pengaliran air juga akan berjalan terutama dalam
jurusan vertikal saja. Ini disebut "one dimensional consolidation" (konsolidasi satu
jurusan) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori "one
dimensional consolidation" itu.
Pada waktu konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan di atas lapisan
tersebut akan menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu
diketahui mengenai penurunan itu, yaitu :
(a) Besarnya penurunan yang akan terjadi.
(b) Kecepatan penurunan ini.
Bilamana tanah terdiri dari lempung maka penurunan akan agak besar
sedangkan kalau tanah terdiri dari pasir, penurunan akan kecil.
Karena itu lempung dikatakan mempunyai "highcompressibility" dan pasir
mempunyai "low compressibility". Penurunan pada lempung biasanya makan waktu
yang lama, karena daya rembesan air sangat rendah. Sebaliknya penurunan pada
pasir berjalan dengan cepat sehingga pada waktu pembangunan di atas pasir sudah
selesai maka penurunan juga dapat dianggap sudah selesai. Oleh karena hal-hal ini
maka biasanya hanya penurunan pada lapisan lempung yang diperhitungkan, dan
teori konsolidasi yang diterangkan disini hanya dimaksudkan untuk tanah lempung.
Contoh tanah untuk percobaan ini dimasukkan dalam suatu cincin dengan batu berpori
(porous stones) yang dipasang di bawah dan di atasnya.
Kemudian cincin dengan batu berpori ini ditaruh dalam sel konsolidasi
(consolidation cell) yang berisi air supaya tanah tidak menjadi kering.
Setelah dipasang dalam alat, contoh diberi beban vertikal yang tertentu dan
penurunan diukur dengan arloji penunjuk (dialgauge). Tekanan tersebut dibiarkan
berlaku sampai penurunan selesai. Sesudah itu contoh diberi tambahan beban, yang
mana juga dibiarkan berlaku sampai penurunan berhenti dan seterusnya. Biasanya
beban ditambah setiap 24 jam dengan memakai harga tegangan yang berikut.
0,25; 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 8,0 kg/cm 2
Setelah mencapai 8 kg/cm 2 beban dikurangi lagi sampai 0,25 kg/cm 2 untuk mendapat
"rebound curve". Pada setiap pembebanan pembacaan penurunan dilakukan pada
jangka-jangka waktu tertentu. Dengan demikian baik besarnya penurunan maupun
kecepatannya dapat diketahui.
a) Untuk grafik yang dibuat dengan mempergunakan penurunan sebagai ordinant
Δ h / h = (1/C) log e (P/P0)
di mana Δ h = penurunan akibat tambahan tegangan dari P 0 menjadi P.
h = tebalnya contoh.
C= konstanta.
Dengan grafik seperti ini kita dapat menghitung besarnya penurunan yang akan terjadi
di lapangan. Misalnya, kalau tegangan setempat naik dari P 0 menjadi P besarnya
penurunan (atau perubahan angka pori) dapat dibaca langsung dari grafik. Yaitu
perurunan persatuan tebal akan sebesar
Δ h / h atau (e0 - e) / (1+e0)
di mana Δh = penurunan akibat tambahan tegangan dari P o menjadi P.
h = tebalnya contoh di laboratorium.
e0 = angka pori pada tegangan P0, yaitu angka pori asli.
e = angka pori pada tegangan P.
Dengan demikian penurunan (s) pada lapisan setebal H adalah sebesar
Karena penurunan dalam hal ini ialah garis konsolidasi asli maka kedua rumus ini
dapat dirubah menjadi
Kedua rumus ini dapat dipakai hanya untuk lapisan tanah yang normally consolidated.
c) Pada contoh yang Over Consolidated.
Dalam hal ini hasil percobaan konsolidasi akan seperti pada Garnbar K. 5.
Tegangan P0 adalah tegangan effektif yang berlaku sekarang di atas contoh ini di
lapangan. Pada suatu ketika pada masa lampau tanah ini pernah mengalami tekan-
an sebesar P0. Tekanan P0 ini disebut "overconsolidation” atau "preconsolidation"
pressure. Tempat lengkungan maksimum dari grafik ini terdapat kira-kira pada tekanan
P0. Jika tegangan di lapangan naik dari P 0 menjadi P maka penurunan akan terjadi
menurut garis ABC. Besarnya penurunan pada lapisan setebal H akan sebesar
Teranglah dari gambar K.4 dan K. 5 bahwa penurunan pada lapisan "Over
Consolidation" akan lebih kecil dari pada penurunan pada lapisan yang "Normally Con-
solidated"
d) Pada "Residual Soil".
Istilah "Normally Consolidated" tidak dapat dipakai secara tepat untuk "Residual
Soil" karena pembentukannya tidak seperti cara pembentukan lapisan endapan
(Sedimentary Soils).
"Residual Soil" adalahtanah yang berasal danlapisan di bawahnya,
yaitupembentukkannya berlangsung di tempatasalnyadantanahtersebut tidak
mengalami pemindahan atau pengendapan. Dapat dikatakan bahwa residual
soilsadalah normally consolidateddengan arti belum pernah mengalami tekanan di
atasnya lebih tinggi dari pada yang berlaku pada waktu ini. Tetapi cara
pembentukannya (yaitu chemical weathering) mengakibatkan residual soilsmempunyai
sifat seolah-olah over consolidated. Grafik penurunan untuk tanah semacam ini sering
menunjukkan bahwa lengkungan maksimum terdapat pada tegangan yang lebih tinggi
dari pada tegangan di atas tanah setempat.
Karena itu untuk menghitung penurunan pada residual soilssebaiknya dipakai rumus-
rumus :
Bilamana lapisan ini diberi tambahan tegangan sebesar P maka tegangan ini pada
saat diberikan akan dipikul seluruhnya oleh air pori, yaitu tegangan air pori akan naik
menjadi P. Pengaliran air akan lekas mulai berjalan sehingga tegangan air pori akan
menurun. Besarnya tegangan air pori pada waktu t1, t2. t3 akan terlihat seperti dalam
Gambar K. 8. Akhirnya tegangan air pori akan menjadi sama seperti sebelum
tambahan tegangan diberikan Rumus yang berlaku selama konsolidasi berlangsung
adalah rumus Terzaghi yang terkenal itu.
Rumus Terzaghi itu berdasarkan pada beberapa anggapan (assumptions) sebagai
berikut :
1. Derajat kejenuhan tanah 100%.
2. Tidak terjadi perobahan isi pada air atau butir tanah.
3. Konsolidasi, yaitu pengaliran air serta perobahan isi berlangsung pada satu
jurusan saja, yaitu jurusan vertikal.
4. Rumus Darcy berlaku.
5. Tegangan total dan tegangan air pori dibagi rata pada setiap bidang horizontal.
Umpamakanlah suatu elemen yang sedang mengalami konsolidasi, pada jarak Z
dari batas lapisan tersebut, seperti terlihat pada Gambar K. 8. Elemen ini mempunyai
satuan luas dan tebal dz.
Dengan demikian isi elemen = dz.
Air sedang mengalir melalui elemen ini seperti terlihat pada gambar. Karena sedang
berlangsung konsolidasi (yaitu perobahan isi) maka kecepatan air yang keluar dari
elemen tidak sama dengan kecepatan air yang masuk.
Kecepatan air yang masuk = V
Banyaknya air yang hilangdarielemenadalahsamadengan perubahanisielemen,
dankecepatan kehilangan air adalahsamadengan kecepatan perobahanisi.
Inilah rumus Terzaghi yang sudah lama merupakan dasar untuk perhitungan
kecepatan penurunan.
Cv disebut "Coeficient Of Consolidation”, biasanya dalam cm2/sec. Selama konsolidasi
berlangsung maka harga m v dan K menjadi lebih kecil dengan akibat bahwa besarnya
Cv tidak banyak mengalami perubahan.
Dari hasil persamaan Terzaghi ini kita dapat mengetahui besarnya u pada setiap
titik pada setiap waktu dalam lapisan tersebut. Pada umumnya bukan besarnya u
(tegangan air pori) yang perlu diketahui untuk perhitungan penurunan. Yang ingin kita
ketahui adalah besarnya penurunan pada jangka waktu tertentu, atau yang disebut
derajat konsolidasi (Degree Of Consolidation).
Derajat Konsolidasi
Harga U juga dapat diperoleh dari rumus Terzaghi, yaitu U = t (z, t), f (z, t) ini adalah
suatu deretan (series) tetapi dapat diperkira-kirakan dengan persamaan yang berikut :
U (%) 20 40 60 80 90
Jadi kalau kita ingin menghitung waktu yang diperlukan sampai penurunan 90 %
selesai maka kita ambil harga T untuk U = 90 %.
Yaitu t90 = 0,848 = (Cv t90)/ H2
Di mana t90 = waktu sampai penurunan 90 % selesai H = jalan air terpanjang. (Kalau
terdapat lapisan pasir di atas dan di bawah lapisan lempung tersebut, maka H adalah
separuhnya tebal lapisan).
Jadi, t90 = 0,848H2 / Cv
Ternyata dari rumus ini bahwa waktu penurunan adalah sebanding dengan pangkat
dua tebal lapisan dan berbanding terbalik dengan "Coeficient Of Consolidation".
6.5 PERBANDINGAN PENURUNAN YANG DI HITUNG DENGAN PENURUNAN
SEBENARNYA
Dari percobaan konsolidasi di laboratorium kita mendapat :
a.Grafik penurunan terhadap tegangan, yang mana pakai untuk menghitung besarnya
penurunan.
b.Harga Cv yang mana dipakai untuk menghitung kecepatan penurunan.
Sudah seringkali diadakan pengukuran penurunan di lapangan, diberbagai negara,
untuk mendapat perbandingan antara penurunan yang terjadi dengan yang dihi tung
terlebih dahulu.
Hasil-hasil pengukuran ini menunjukkan bahwa pada umumnya besarnya
penurunan di lapangan kira-kira sesuai, atau lebih kecil daripada angka yang dihitung.
Ketidak sesuaiannya penurunan dapat disebabkan hal-hal yang berikut :
1. Contoh tanah tidak benar-benar asli.
2. Alat konsolidasi kurang sempurna.
3. Tegangan yang dihitung menurut teori elastis kurang tepat.
Kecepatan penurunan di lapangan ternyata agak lebih cepat daripada yang dihitung Ini
disebabkan karena :
1. Harga Cv yang diukur di laboratorium lebih kecil daripada yang berlaku di
lapangan. Ini mungkin karena tanah setempat tidak seragam dan mengandung
retakan-retakan atau lapisan-lapisan pasir.
2. Pengaliran air di lapangan tidak berjalan pada jurusan vertikal saja. Terutama
kalau lapisan lempung mengandung lapisan-lapisan pasir yang tipis, atau
permeabilitydalam jurusan horizontal lebih besar daripada permeabilitydalam
jurusan vertikal.
d. Nilai ini ditambah pada P 0 adalah merupakan nilai P 1 , yaitu tegangan setengah
bangunan didirikan.
e. Dengan memakai nilai P0 dan P1 , kita menentukan penurunan Δ h pada
masing-masing lapisan.
Misalnya pada lapisan 1 :
Δ h = 0,755 — 0,170 mm.
= 0,585 mm.
f. Penurunan pada masing-masing lapisan sekarang dapat kita hitung dengan
rumus : s = (Δ h /h) H
Pada lapisan 1 misalnya :
s = (0,585 / 20) 500 = 14,6 cm
g. Dengan menjumlah penurunan pada masing-masing lapisan kita mendapatkan
jumlah penurunan yang kita cari, dalam hal perhitungan di atas sebesar 34 cm.
h. Waktu yang diperlukan untuk penurunan ini kita hitung dengan rumus : t =
TH2 / Cv
Untuk menentukan jangka waktu sampai penurunan 90 % selesai, kita gunakan
rumus :
t90 = 0,848H2 / Cv
Dalam hal ini H adalah sebesar separuh tebal lapisan, karena air dapat mengalir ke
atas dan ke bawah. yaitu H = 8,5 m = 850 cm. Nilai C vkita ambil sebesar 6 x 10-3
cm2/detik, sehingga:
t90 = (0,848 x 850 x 850) / (6 x 0,001) detik = 3,2 tahun
Ada beberapa hal yang perlu kita ingat mengenai perhitungan tadi, yaitu sebagai
berikut :
(1)Hasil perhitungan dapat dijadikan lebih tepat dengan memakai lebih dari tiga
lapisan. Makin tipis lapisan yang diambil berarti makin teliti perhitungan ini. Untuk
perhitungan sehari-hari, dengan mengambil tiga atau empat lapisan akan
memberi hasil yang cukup tepat.
(2)Penurunan yang kita hitung tadi ialah penurunan pada pertengahan fondasi.
Dengan cara yang serupa kita dapat menghitung penurunan pada sudut atau
pada tepi fondasi.
Penurunan yang sebenarnya terjadi akan tergantung pada kekakuan (rigidity)
bangunan yang bersangkutan. Apabila bangunan benar-benar kaku, maka
penurunan pada setiap bagian fondasi akan sama, dan akan sebesar nilai rata-
rata dari penurunan yang dihitung pada pertengahan, dan pada tepi.
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi yang terpenting dalam studi mekanika adalah perkiraan
mengenai besarya tegangan akibat suatu pembebanan yang akan
menghasilkan deformasi yang berlebihan setiap beban akan menghasilkan
tegangan dan regangan yang dapat berintegrasi pada zona tegangan yang
ditinjau untuk meninjau deformasi. Deformasi ini biasanya disebut penurunan
dan telah banyak dilakukan usaha untuk meramalkan penurunan. Suatu beban
yang dikerjakan pada suatu massa tanah akan selalu menghasilkan tegangan-
tegangan dengan intensitas yang berbeda-beda di dalam zona berbentuk bola
lampu (bulb) di bawah beban tersebut.
Tegangan-tegangan ini dipakai bersama dengan “teori konsolidasi” yang
digunakan untuk memperkirakan penurunan jangka panjang atau penurunan
konsolidasi. Meninjau penurunan “segera” bersama dengan gaya dukung
(pembebanan terhadap tanah yang diizinkan), tetapi pertama-tama
perlu ditinjau kekuatan tanah.
Kuat geser tanah yaitu : kemamapuan tanah melawan tegangan geser yang
timbuldalam tanah. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai bahan konstruksi
digunakan misalnya :
Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut
persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser
dalam tanah yang dimaksud (Braja M.Das,1985). Dalam buku yang lain
disebutkan bahwa kekuatan geser tanah adalah kekuatan tanah untuk memikul
beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran,keruntuhan,
gelincir dan pergeseran tanah.
1) Faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah disebabkan oleh pengaruh :
a. Keadaan tanah : angka pori, ukuran dan bentuk butiran
b. Jenis tanah : pasir, berpasir, lempung dan atau jumlah reatif dari bahan-
bahan yang ada
c. Kadar air (terutama lempung) sering berkisar dari sangat lunak sampai
kaku, tergantung pada nilai sesaat w)
d. Jenis beban dan tingkatnya. Dari teori konsolidasi dapat diketahui
bahwa beban yang cepat akan menghasilkan tekanan pori yang berlebih.
e. Kondisi Anisotropis. Kekuatan yang tegak lurus terhadap bidang dasar
(bedding plane) akan berbeda jika dibandingkan dengan kekuatan yang
sejajar dengan bidang tersebut.
2) Faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah pada saat pengujian di
laboraturium, yaitu:
a) Metode pengujian. Terbentuknya tekanan pori yang berlebih
b) Gangguan terhadap contoh tanah. Mengurangi kekuatan Kadar air
Tingkat regangan. Biasanya menambah kekuatanKeruntuhan geser
(Shear failure) tanah terjadi bukan disebabkan karena hancurnya butir-
butir tanah tersebut tetapi karena andanya gerak relative antara butir-
butir tanah tersebut.
Mohr (1910) menyuguhkan sebuah teori tentang keruntuhan pada material
yang menyatakan bahwa keruntuhan terjadi pada suatu material akibat
kombinasi kritis tegangan normal dan geser, dan bukan hanya akibat
tegangan normal maksimum atau tegangan geser maksimum saja.f = f
()Garis keruntuhan (failure envenlope) yang dinyatakan oleh persamaan di
atas sebenarnya adalah sebuah garis lengkung pada sebuah grafik yang
menyatakan hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser,namun
untuk sebagian besar masalah-masalah mekanika tanah, garis tersebut
cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan
linier antara tegangan normal.
Tegangan geser (Couloumb,1776), secara matematis dinyatakan dengan
persamaan : = c + n.tan dimana,s/ : Kekuatan geser tanah c : Kohesi : Sudut
geser internal Hubungan di atas disebut juga sebagai kriteria keruntuhan.
menurutMohr Couloumb. Kemiringan bidang keruntuhan akibat geser
Keruntuhan geser (keruntuhan akibat geser) terjadi pada suatu bidang telah
mencapai syarat batas sebagai mana yang telah dirumuskan oleh
Couloumb..
1. Percobaan Kekuatan Geser Tanah Untuk mendapatkan nilai C dan dapat
dilakukan dengan 3 (tiga ) cara percobaan, yaitu:
a. Percobaan tertutup (Undrained Test) Pada percobaan ini air tidak ijinkan
mengalir keluar dari contoh tanah sama sekali, baik pada tingkat pertama
maupun kedua. Disini biasanya tegangan air pori tidak diukur. Biasanya
digunakan untuk tanah lempung.
b. Percobaan tertutup dan di konsolidasikan (Consolidated Undrained Test)
Pada percobaan ini contoh tanah diberikan tegangan normal dengan air
diperbolehkan mengalir dari contoh. Tegangan normal bekerja sampai
konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak ada lagi perubahan isi contoh.
Kemudian contoh tanah di tutup dan diberi tegangan geser secara
tertutup (Undrained).
c. Percobaan terbuka (Drained Test)Contoh tanah diberikan tegangan
normal dan air di perbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai.
Kemudian diberikan tegangan geser dengan kondisi semula.Percobaan
triaxial merupakan metode yang paling umum dipakai di dalam
laboratorium-laboratorium mekanika tanah dibandingkan dengan dua
percobaan tersebut.
2. Lingkaran Mohr Lingkaran Mohr adalah cara untuk mendapatkan harga dan
secara grafis tegangan normal di plotkan ke sumbu X (positif, kekanan) dan
tegangan geser di plotkan ke sumbu Y.OT = + = Jari-jari lingkaran ; = Garis
TP miring dengan sudut 2 terhadap sumbu X (pengukuran sudut berlawanan
dengan arah jarum jam).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuat Geser Jelas terbukti dari uraian-uraian
diatas bahwa kuat geser bukanlah merupakan nilai yang unik, tetapi tergantung
pada keadaan dan metodenya. Beberapa factor ini antara lain adalah:
F = T = Nf = N tg ϕ (1)
Dimana :
f = koefisien gesek antar lantai dengan benda
ϕ = sudut geser antara lantai dengan benda
jika ditinjau persatuan bidang geser
T N
= tgϕ (2) N
A A
τ = σ tgϕ
τ = σ tan ϕ T
τ = tegangan geser
σ = tegangan normal F
Gambar 22. Koefisien gesek antar lantai dengan benda
Tegangan geser dipengaruhi secara linear oleh tegangan normal dan koefisien
gesekan benda halus terletak dilantai licin yang
diberi perekat basah . jika benda ditarik
dengan gaya geser T akan dilawan dengan
gaya lekatan yang besarnya :
Gambar 23. Koefisien gesek antar lantai dengan benda
F=AC (3)
Dimana :
A = luas bidang geser (m 2)
C = daya lekat perekat / mutu perekat (KN/ M 2)
3. HUKUM COULOMB
Rumus coulomb
τ = c + σ tan ϕ (4)
dengan :
τ = kuat geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah
φ = sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern (derajat)
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)
Hubungan antara τ , c, σ , danϕ
Dapat digambarkan sebagai grafik
τ
KN/ M 2
ϕ
σ KN/ M 2
Gambar 24. Hubungan antara τ , c, σ , danϕ
Jika terjadi pergeseran didalam tanah misalnya longsoran lereng berarti terjadi
pergeseran antara tanah. Yang melawan adalah kuat geser tanah, yang terdiri atas :
a) Gesekan intern : Gesekan antara tanah dengan tanah, sudut geseknya adalah
sudut gesek intern = ϕ. Terjadi pada tanah butir kasar
b) Kohesi c Letakan antara tanah dengan tanah terjadi pada tanah butir halus.
Untuk tanah campuran antara tanah butir kasar dan butir halus, kuat geser
tanah berupa kombinasi kohesi dan gesekan dan berlaku hukum coulomb.
τ = c + σ tan ϕ τ = c + σ tan ϕ (5)
Tanah butir kasar sering disebut tanah non kohesif. Tanah butir halus sering disebut
tanah kohesif (khususnya lempung) F dan c disebut parameter kuat geser tanah.
Momentum nilai F dan c dilaboratorium, antara lain :
1) Cara geser langsung (Direct Shear Test)
Benda uji berupa contoh tanah bertampang lingkaran/bujur sangkar, ( sebanyak
3 buah atau lebih). Satu persatu benda uji ditaruh dalam 2 buah cincin
(tersusun atas dan bawah), kemudian diatas diberi beban normal N yang tetap
besarnya. Digeser dengan gaya T yang besarnya berangsur dinaikka. Sehingga
pada suatu saat tanah pecah tergeser, dan dicacat besarnya T yang
memecahkannya.
N1
Tegangan normal : = σ 1 N/cm2 τ = c + σ tan ϕ (6)
A
T1
Tegangan geser : = τ1 N/cm2 τ = c + σ tan ϕ (7)
A
Dulangi lagi benda uji ke 2,3 dan seterusnya setiap kali menggunakan gaya N 2,
N 3, dan seterusnya yang tidak sama, dihitung τ 2 , σ 2 , τ 3 , σ 3 dst. Nilai f dan c dicari
secara grafis (dari data hasil penguian) berdasarkan hukum coulomb.
τ = c + stan ϕ (8)
Catatan :
a) Yang dicari dua variable c dan ϕ
b) Sebenarnya cukup dengan 2 benda uji untuk mendapatkan 2 persamaan
τ 1 = c + σ 1 tan ϕ dan τ 2 = c + σ 2 tan ϕ
c) Tetapi tanah selalu tidak homogen maka diperlukan lebih banyak sampel
Contoh :
Sampel diuji dengan 3 tegangan yang berbeda masing-masing digeser sampai pecah,
dicacat tegangan geser sebagai berikut :
Tabel 5. Percobaan tegangan geser
Kekerasan lempung kenyang air dapat dinyatakan atau di ukir dari nilai qu
Kekeresan qu
Sangat lunak 0.00 - 25.00
Lunak /soft 25.00 – 50.00
Sedang /medium 50.00 – 100.00
Kenyal / stif / kaku 100.00 – 200.00
Sangat kenyal 200.00 – 400.00
Keras / hard > 400.000
Catatan :
a. Jika tanah sangat lunak sehingga dalam pengujian tidak pecah, tapi hanya
mengembung, maka qu adalah yang menyebabkan pemendekan 20 %
b. Tanah non kohesi bersih tidak punya kohesi c (c = 0) tanah ini hanya
mempunyai ϕ, misalnya pasir ϕ pasir = 28.5° - 46°
(min) (max)
Sangat tidak padat padat
Poorly graded wellgraded
Butir bulat butir tajam
Φantara 30° - 36° adalah umum
seringkali disebut f = sudut lereng alam. Jika pasir bbersih, kering dituang akan
membentuk kerucut dengan sudut ϕ
Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :
1. Pengujian geser langsung (Direct shear test)
Suatu percobaan untuk memperoleh kuat geser tanah dengan percobaan geser
langsung. Dimana tahanan geser diukur pada suatu cicin uji (proving ring), dan
harga maksimum adalah kekuatan geser tanah pada bidang keruntuhan. Kuat
geser tanah ini diperoleh dengan contoh tanah yang dibebani bermacam-
macam beban tekan dan digambar suatu grafik dari tegangan geser terhadap
tegangan tekan, biasanya memberikan suatu grafik garis lurus.
2. Pengujian tiaksial (Triaksial test)
Tujuan pengujian ini untuk mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam
tanah (φ). Mendapatkan nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam tanah (φ) pada
pengujian triaksial ini bisa dengan penggambaran sampul mohr dan rumus kuat
geser tanah.
Keterangan :
σ1 = tekanan sel (kN/m2)
σ3 = tekanan vertikal total (kN/m2)
τ = (σ1 – σ3)/2
σ = (σ1 + σ3)/2
3. Pemadatan
Bowles, 1989. Teori pemadatan pertama kali dikembangkan oleh R.R. Proctor.
Empat variabel pemadatan tanah yang didefinisikan oleh Proctor, yaitu usaha
pemadatan atau energi pemadatan, jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak
kohesif, ukuran partikel dan sebagainya), kadar air dan berat isi tanah. Oleh
karena itu, prosedur dinamika laboratorium yang standar biasanya disebut
dengan uji Proctor.
Untuk berat volume tanah kering dapat dituliskan dengan rumus :
keterangan :
γb
𝜸d = (9)
1+ w
𝜸d = berat volume kering
𝜸b = berat volume tanah basah
w = kadar air
Namun dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser
tanah adalah pengujian geser langsung dan pengujian triaksial (Triaksial test).
Pengujian kuat geser ini dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser
yaitu kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ).
Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendifinisikan suatu bagian
konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan
meneruskan beban bangunan atas (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup
kuat daya dukungnya. Untuk itu pondasi bangunan harus diperhitungkan untuk
menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna,
gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi dan lainnya serta tidak boleh
terjadi penurunan yang melebihi batas yang diijinkan. Pondasi bangunan
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu pondasi dangkal (shallow foundation)
dan pondasi dalam (deep foundation), Terzaghi (1940) meyebutkan bahwa
pondasi dangkal apabila kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi
(D
≤ B).
Berikut beberapa bentuk pondasi dangkal yang sering digunakan seperti pada
Gambar 1. dan 2.
(a) (b)
(a) (b)
Keruntuhan ini dapat terjadi pada satu sisi sehingga pondasi miring dan tanah
diatas pondasi mengembang akibat desakan tanah dibawah pondasi,
biasanya terjadi pada tanah yang padat dan kaku (kompresibilitas rendah).
Gambar 3. Pola keruntuhan geser umum (General Shear Failure).
b. Keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure), Gambar 4 :
Zona I :
Bagian ADF dan CDE disebut daerah geser radial (radial shear zones) dengan
kurva DE dan DF yang bekerja pada busur spiral logaritma dengan pusat ujung
pondasi.
Zona III :
Bagian AFH dan CEG dinamakan zona pasif Rankine (Rankine passive zones)
dimana bidang tegangannya merupakan bidang longsor yang mengakibatkan
bidang geser di atas bidang horisontal, yang digantikan dengan beban sebesar :
q = . Df ( = berat isi/volume tanah).
keterangan :
qu = kapasitas dukung
maksimum q = P0 = tekanan
overburden = .Df
c = kohesi tanah
= berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
B = lebar pondasi (R = jari-jari untuk pondasi
lingkaran)
L = panjang pondasi (L ≥ B)
Nc , Nq , N adalah faktor daya dukung yang besarnya dapat ditentukan
dengan memakai Tabel 1. atau dengan memakai rumus-rumus berikut :
e2(3/4/2)tan
Nc cot (5)
π
2cos2
4 2
2(3/4/2)tan
e
Nq 2
2cos2 45
( 6 )
1
Nγ 1.ta (7)
Kpy
n
2 cos2
Nc Nq N Nc Nq N
0 5,70 1,00 0,00 26 27,09 14,21 9,84
1 6,00 1,10 0,01 27 29,24 15,90 11,60
2 6,30 1,22 0,04 28 31,61 17,81 13,70
3 6,62 1,35 0,06 29 34,24 19,98 16,18
4 6,97 1,49 0,10 30 37,16 22,46 19,13
5 7,34 1,64 0,14 31 40,41 25,28 22,65
6 7,73 1,81 0,20 32 44,04 28,52 26,87
7 8,15 2,00 0,27 33 48,09 32,23 31,94
8 8,60 2,21 0,35 34 52,64 36,50 38,04
9 9,09 2,44 0,44 35 57,75 41,44 45,41
10 9,61 2,69 0,56 36 63,53 47,16 54,36
11 10,16 2,98 0,69 37 70,01 53,80 65,27
12 10,76 3,29 0,85 38 77,50 61,55 78,61
13 11,41 3,63 1,04 39 85,97 70,61 95,03
14 12,11 4,02 1,26 40 95,66 81,27 115,31
15 12,86 4,45 1,52 41 106,81 93,85 140,51
16 13,68 4,92 1,82 42 119,67 108,75 171,99
17 14,60 5,45 2,18 43 134,58 126,50 211,56
18 15,12 6,04 2,59 44 151,95 147,74 261,60
19 16,56 6,70 3,07 45 172,28 173,28 325,34
20 17,69 7,44 3,64 46 196,22 204,19 407,11
21 18,92 8,26 4,31 47 224,55 241,80 512,84
22 20,27 9,19 5,09 48 258,28 287,85 650,67
23 21,75 10,23 6,00 49 298,71 344,63 831,99
24 23,36 11,40 7,08 50 347,50 415,14 1072,80
25 25,13 12,72 8,34
* Kumbhojkar (1933)
* Kumbhojkar (1933)
Terdapat tiga keadaan pengaruh muka air tanah (Ground water table) terhadap
kapasitas dukung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Perubahan kapasitas dukung adanya beda tinggi muka air tanah
q = D1. + D2(sat - w) dan nilai dibawah pondasi menjadi : ´= sat – w
(13)
Bila asumsi memakai kapasitas dukung pondasi menerus dengan lebar B (pers.
1), maka kapasitas dukung pondasi akibat pengaruh letak muka air tanah dari
rumus qu = c.Nc +
.Df.Nq + ½..B.N, menjadi :
B
(17) dimana:
´ = sat – w
1. Suatu bangunan gedung berlantai dua akan dibangun disuatu lahan dengan
data sebagai berikut:
Berat volume tanah (t) = 15 kN/m3dan berat volume tanaj jenuh (tsat) =
16.5 kN/m3. Kohesi tanah (C) = 4 kN/m2.
Sudut geser dalam () = 25o.
Pertanyaan:
b) Berapa daya dukung pondasi apabila kondisi muka air tanah: 0.5m diatas
dasar pondasi, didasar pondasi, 0.5m dibawah pondasi dan 3m dibawah
pondasi.
Penyelesaian:
q = 1.3.c.N + d
+ 0.4. γ (γ γ) .B.N .
.D .N
u c f B
q
- Muka air tanah terletak 2.5m di bawah dasar pondasi, 2.5 0.8.
Karena letak muka air tanah cukup jauh dari dasar pondasi maka
persamaan untuk pondasi bujur sangkar tetap, yaitu:
= 457.27 kN = 45.7 to
BAB X
TEKANAN TANAH DAN DINDING PENAHAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinding penahan tanah bisa memberikan kontribusi untuk mengurangi
bahaya longsor, karena di Indonesia sering terjadi longsor maka analisi tentang
kestabilan dinding penahan sangat diperlukan. Analisis stabilitas dinding
penahan tanah terhadap bahaya pergeseran, penggulingan dan juga keruntuhan
akan digunakan dari hasil pengolahan data CPT dengan metode probabilitas.
Perbedaan metode deterministik dengan metode probablitas adalah pada cara
deterministik hanya menggunakan satu nilai propertistanah tertentu yang
dianggap mewakili (Taruna,2011),sedangkan konsep probabilitas memakai
semua data propertistanah yang ada mengakomodasi setiap variasi yang terjadi.
Metode Probabilitas karena dianggap metode ini akan lebih mewakili semua
data-data yang digunakan dan akan mengahasilikan data yang lebih mewakili
juga. Salah satu propertis tanah yang menunjukkan tingginya variasi data
adalahhasil Cone Penetration Test (CPT) yang di Indonesia lebih dikenal dengan
nama Sondir. Variasi data yang begitu tinggi dapat dilihat pada nilai tahanan
konus (qc) maupun hambatan lekat (fs) dari hasil CPT. Pengolahan data
CPTyang akan digunakan dalam analisis model probabilitas yang selanjutnya
dipakai untukanalisis stabilitas dinding penahan.
1. TEKANAN HORIZONTAL PADA TANAH ASLI
Kadang - kadang pada bidang geoteknik kita perlu mengetahui besarnya tegangan
horizontal dalam tanah. Penggalian yang dalam atau penggalian terowongan
merupakan contoh keadaan ini. Nilai tegangan horizontal berada pada banyak
faktor dan tidak ada cara yang sederhana untuk mengetahui nilai tegangan
horizontal pada suatu keadaan tertentu. Tegangan ini dipengaruhi oleh jenis tanah,
proses pembentukannya, dan tegangannya.
Menurut Hardiyatmo, 2003 tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan
oleh akibat dorongan tanah dibelakang struktur penahan tanah. Besar tekanan
lateral sangat dipengaruhi oleh perubahan letak (displacement) dari dinding
penahan dan sifat-sifat tanah asli.
Pada Gambar tanah dibatasi oleh dinidng dengan permukaan licin (frictionless
wall) AB yang dipasang sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang
terletak pada kedalaman z akan mendapatkan tekanan ke arah vertikal σv dan
horisontal σh, dimana σv dan σh merupakan tekanan efektif dan takanan total
tanah. Tanah akan berada dalam keadaan keseimbangan elastis (elastic
equilibrum) apabila dinding dalam keadaan diam. Koefisien tekanan tanah dalam
keadaan diam (coefficient of earth pressure at rest) Ko yaitu tekanan arah
horisontal dan vertikal, seperti pada Gambar .
σh σh
Ko = =
γz σv
dengan:
σh = Tegangan horisontal efektif (kN/m3)
σv = Tegangan vertikal efektif ( kN/m3)
Ko = Koefisien tekanan tanah saat diam
z = Kedalaman dari muka air (m)
γ = Berat volume tanah (kN/m3)
2. CARA RANKINE
Teori rankine (1857, dalam hardiyatno, 2006), dalam analisis tekanan lateral
dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1) Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen
tanah dalam kondisi tepat akan runtuh.
2) Tanah urugan tidak berkohesi (c = 0)
3) Gesekan antara dinding dan urugan diabaikan atau permukaan dinding
dianggap licin sempurna ( = 0)
Tekanan tanah aktif total (Pa) untuk dinding penahan tanah setinggi H dinyatakan
oleh persamaan : Pa = 0,5 H 2γ Ka Dengan titik tangkap gaya pada H/3 dari dasar
dinding penahan.
Gambar . Diagram tekanan tanah aktif pada tanah tak kohesi (Sumber :
Hardiyatmo, 2006)
Tekanan Tanah Lateral Pada Tanah Kohesif
Bila tanah mempunyai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (∅), maka pada
kedudukan rankine, tekanan tanah aktif (Pa) dinyatakan oleh persaman :
Pa = γz tg2 (45 - ∅/2) – 2c tg (45 - ∅/2 )
Karena, Ka = tg2(45 - ∅/2), maka :
Pa = γz Ka – 2c √ K a
Dalam persaman terebut, terlihat bahwa terdapat kemungkinan Pa negatif, yang
berarti ada gaya tarik yang bekerja pada tanah. Pada bagian tanah yang menderita
gaya tarik tersebut, tanah menjadi retak-retak. Retakan bila terisi oleh air hujan
selain mengurangi kohesi juga mengkibatkan tambahan tekanan tanah lateral
akibat tekanan hidrostatis. Teknan tanah aktif total :
Pa = 0,5 γ H2 ka – 2cH√ K a
dengan :
Pa = tekanan tanah aktif total
H = tinggi dinding penahan tanah
γ = berat volume tanah urugan
c = kohesi tanah urugan
Diagram tekanan tanah aktif untuk tanah kohesif ditunjukan dalam Gambar .
Gambar. Diagram tekanan tanah aktif pada tanah kohesi (c > 0 dan ∅> 0) (Sumber
: Hardiyatno, 2006
3. CARA COULOMB
Pada hitungan tekanan tanah lateral teori Coulomb (1776), pengaruh gesekan
antara dinding dan tanah urug di belakangnya diperhitungkan. Sudut gesek
antara dinding dan tanah (δ) bergantung pada kekasaran dinding dan regangan
lateral pada waktu dinding bergerak.
Dalam menghitung tekanan tanah lateral teori Coulomb, terdapat beberapa
anggapan-anggapan sebagai berikut :
a) Tanah adalah bahan yang isotropis dan homogen yang mempunyai sudut
gesek dan kohesi.
b) Bidang longsor dan permukaan tanah urugan adalah rata.
c) Gaya gesek didistribusikan secara sama di sepanjang bidang longsor dan
koefisien
gesek f = tg ꝕ
d) Tanah yang longsor berbentuk baji, dan merupakan satu kesatuan.
e) Terdapat gesekan antara dinding penahan dan tanah urug. Tanah yang
longsor bergerak turun disepanjang dinding belakang mengembangkan gesekan.
f) Keruntuhan dinding penahan tanah dianggap masalah dua dimensi dengan
memperhatikan dinding penahan tanah yang panjangnya tak terhingga.
Ditinjau struktur dinding penahan tanah seperti yang ditunjukan pada .
Luas baji tanah yang longsor A = ½ x QR x PS
sin ( α + β )
PS = PQ
sin ( i−β )
QR = PQ Sin (α+ i)
PQ = H/Sin α
Gambar . (a) Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi tekanan Pasif (b) Poligon
gaya untuk hitungan tekanan pasif (Sumber : Hardiyatmo, 2006)
Gambar . Tekanan tanah lateral menurut Coulomb (Sumber : Hardiyatmo, 2006)
Pp = ½. γH1.H2.Kp
sin 2 ( α −ϕ )
KP =
sin2 α . sin¿ ¿ ¿
dengan :
α = Sudut kemiringan dinding penahan tanah
δ = Sudut gesek antara dinding dan tanah (derajat)
β = Sudut kemiringan permukaan tanah urugan (derajat)
ø = Sudut gesek dalam tanah (derajat)
Tekanan tanah:
Tekanan aktif pa = γz -2Su
Tekanan pasif pp= z γz + 2Su
Gaya total:
1 2
Gaya aktif Pa= γ H – 2 S uH
2
1 2
Gaya Pasif Pp = γ H + 2 S uH
2
W sin ( α −Ф' ) +U sin Ф' −Ccos Ф ' + Pcos [ ( α−Ф ' ) −δ ]=0
Nilai gaya P diperoleh sebagai berikut:
1
P= '
[ W sin ( α −Ф' ) +U sin Ф' −Ccos Ф' ]
cos [ α−(Ф +δ ) ]
Nilai W dan C adalah :
1 cosαcosβ
W = γ H2
2 sin (α −β)
Hcos β
C=c ' l=c '
sin ( α −β)
Nilai W adalah benar jika baji tanah berada pada bahan seragam, yaitu di dalam
kerikil. Dalam contoh ini sudut bidang geser harus lebih besar dari 65 O. Apabila baji di
dalam lempung, nilai W perlu dihitung dengan memakai berat satuan masing-masing
bahan.
Nilai U, gaya dari tekanan air pori tidak dapat dihitung langsung. Nilainya
sebesar U = 𝞢u Δl dimana u adalah tekanan air pori dan l adalah panjang bidang geser.
U dapat dihitung dari nilai u, dengan memperhitungkan kemiringan garis ekipotensial,
seperti diperlihatkan pada gambar. Seandainya muka freatik dan arah rembesan
hamper mendatar, garis ekipotensial boleh dianggap vertikal.
Pada baji dengan sudut kemiringan 45o yang diperlihatkan pada Gambar
,nilai W,C,dan U menjadi W=767,6 kN, C =123,2 kN, U= 135,8 kN, dengan hasil P =
211 kN. Analisis baji yang termasuk lengkap di dalam kerikil (α = 65 0 sampai 800),
perhitungannya lebih sederhana daripada yang di dalam lempung karena bahannya
seragam,jrtga tidak ada kohesi ataupun tekanan air pori. Hasil dari semua baji yang
diperiksa terdapat pada Gambar . Sebagaimana diperkirakan, ada "diskontinu"pada
grafik bila sudut α = 650, yaitu batas antara kerikil dan lempung. Pada sudut ini, kalau
bidang geser dianggap letaknya di dalam kerikil, maka nilai P lebih besar daripada
kalau bidang geser ada di dalam lempung. Walaupun demikian, pada sudut yang lebih
kecil, gaya menjadi lebih besar dan mencapai nilai maksimum pada sudut α = 42 0.
Gaya terbesar adalah 212 kN.
Langkah kedua adalah menentukan ukuran dinding supaya ada factor keamanan
yang sesuai terhadap keruntuhan. 3 mekanisme keruntuhan yang perlu diperhatikan,
yaitu:
(a) Pergeseran mendatar
(b) Penggulingan
(c) Daya dukung tanah dasar dilampaui. Biasanya bahaya terjadinya ini adalah pada
muka kakinya dimana rekanan pada tanah paling besar.
Ukuran dinding, terutama lebar pada dasarnya, harus dihitung supaya dinding
tetap aman terhadap ketiga kemungkinan keruntuhan ini. Cara rnenganalisis adalah
dengan mencoba-coba. Kita akan mengambil lebar atas sebesar 1 m dan menentukan
lebar dasarnya, B. Ukuran dinding serta gaya yang berlaku diperlihatkan pada Gambar.
Gaya W adalah berat dinding itu sendiri, dengan titik pusat berat sejauh dari permukaan
diding terhadap tanah. Gaya Padalah gaya dari tekanan tanah pada dinding, sebesar
212 kN, sebagaimana dihitung di atas. Titik tangkap gaya ini adalah sepertiga
ketinggian dinding, dengan kemiringanhorizontal 10 0. Berat satuan dinding diambil
sebesar 22 kN/m3. Gaya R adalah resultan gaya-gayapada dinding, dengan titik
tangkap gaya sejauh x dari sudut O, dengan kemiringan α terhadap vertikal.
Sebelum memulai analisis, perlu kiranya memberikan sedikit penjelasan tentang
dua mekanisme keruntuhan, yaitu keruntuhan guling dan keruntuhan daya dukung
tanah dasar. Kedua mekanisme ini biasanya dihitung tersendiri. Keruntuhan guling
dianalisis dengan menghitung keseimbangan momen terhadap kaki dinding, yaitu titlk M
pada Gambar. Penting disadari bahwa titik M hanya menjadi sumbu bila tanah dasar
adalah batu keras. Sumbu putaran terhadap titik Mberarti tegangan di sini sangat tinggi,
sehingga kalau dinding dibangun di atas lempung biasa, ada kemungkinan besar daya
dukung tanah dilampaui sehingga sumbu putaran tidak lagi pada titik M. Sumbu putaran
akan pindah pada titik yang sedikit jauh dari titlk M,yang berarti analisis penggulingan
tidak lagi benar.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dengan rnemastikan dinding memiliki
keamanan terhadap keruntuhan guling. Sebaiknya kita memakai faktor keamanan yang
agak besar terhadap keruntuhan daya dukung, dan juga menganggap faktor keamanan
terhadap keruntuhan penggulingan sebagai batas tinggi (upper limit) nllai yang benar,
terkecuali lapisan dasatadalah batu keras.