Anda di halaman 1dari 67

KELOMPOK 1 :

1. M. ANDRY KURNIAWAN (218190072)


2. AHMAD (218190044)
BAB 1 :
SIFAT SIFAT UMUM TANAH
BAB 1 : SIFAT SIFAT UMUM TANAH
1.1 PENDAHULUAN
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH ENDAPAN DAN TANAH RESIDU
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN” PADA TANAH ENDAPAN
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG (CLAY MINERALS)
1.5 PERBEDAAN UTAMA ANTARA TANAH RESIDU DAN TANAH
ENDAPAN
1.6 DEFENISI SERTA HUBUNGAN HUBUNGAN ANTARA JUMAH
BUTIR, AIR, DAN UDARA DALAM TANAH
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK MENENTUKAN BERAT
SATUAN, KADAR AIR, DAN BERAT JENIS
1.8 BESARNYA BUTIRAN TANAH DAN CARA MENGUKURNYA
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI (DIBENTUK ULANG), STRUKTUR
TANAH, DAN SIFAT KEPEKAAN
1.10 TANAH JENUH AIR DAN TANAH TIDAK JENUH AIR
1.1 PENDAHULUAN
• Istilah tanah dalam bidang Mekanika Tanah mencakup semua bahan dari
tanah lempung (clay) sampai dengan batuan (gravel) .Secara umum tanah
terdiri dari tiga bahan yaitu tanahnya sendiri, air dan udara yang terdapat
dalam ruangan (disebut pori/void ) antara butir-butir tersebut. Apabila
tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali
dalam porinya.
• Sebaliknya sering ditemukan keadaan dimana pori tanah tidak
mengandung udara sama sekali, jadi pori tersebut menjadi penuh terisi
air. Dalam hal ini tanah dikatakan jenuh air (fully saturated)
• Menurut sifatnya, tanah dapat digolongkan sebagai beriku :
1. Batu Kerikil dan Pasir.
• Golongan Batu Kerikil dan Pasir dikenal sebagai kelas bahan-bahan yang berbutir
kasar atau bahan-bahan tidak cohesive. Golongan ini terdiri dari pecaha-pecahan
batu dengan berbagai ukuran dan bentuk. Butir-butir Batu Kerikil biasanya terdiri
dari pecahan-pecahan batu, tetapi mungkin pula terdiri dari satu macam zat
mineral tertentu, misalnya kwartz atau flint. Butir-butir pasir hampir selalu terdiri
dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.
• Dalam beberapa hal mungkin hanya terdapat butir-butir dari satu ukuran saja,
dalam hal ini bahan tersebut dikatakan “gradasi seragam”
• Apabila menunjukkan ukuran-ukuran butir yang mencakup seluruh daerah
ukuran, dari ukuran batu besar sampai ke ukuran pasir halus, dalam hal ini bahan
tersebut dikatakan ber “gradasi baik”
2. Lempung
• Lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil dan
menunjukkan sifat-sifat plastisitas dan Cohesi.
• Cohesi menunjukkan keadaan dimana bagian-bagian
butir itu melekat satu sama lainnya, sedangkan
plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk
bahan itu dapat dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau
tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi
retakan-retakan atau terpecah-pecah.
3. Lanau.
• Lanau adalah suatu deposit yang relatif uniform, merupakan peralihan
antara lempung dan pasir halus. Bahan ini kurang plastis dan lebih mudah
ditembus air dari pada lempung serta memperlihatkan sifat dilatansi yang
tidak terdapat pada lempung.
• Dilatansi ini menunjukkan gejala perubahan isi apabila lanau itu dirubah
bentuknya. Demikian pula lanau akan menunjukkan gejala untuk menjadi
“quick” (hidup) apabila diguncang atau digetarkan.Tanah ini mempunyai
permeabilitas vertikal yang tinggi tetapi permeabilitas horisontalnya
rendah dan menjadi sangat kompresibel apabila jenuh. Karena itu untuk
suatu pembangunan diatas tanah lanau agar tidak terjadi penurunan yang
besar setelah bangunan selesai, maka terlebih dahulu tanah ini dibasahi
sebelum pembangunan dimulai.
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Istilah “tanah” dalam bidang mekanika tanah dimaksudkan untuk


mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai kerakal; jadi
semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali
batuan. Batuan mejadi ilmu tersendiri yaitu mekanika batuan.
• Tanah dibentuk oleh pelapukan fisika dan kimiawi pada batuan.
Pelapukan fisika terdiri atas dua jenis yaitu jenis pertama adalah
penghancuran disebabkan terutama oleh pembasahan dan
pengeringan terus-menerus ataupun pengaruh salju dan es. Jenis
kedua adalah pengikisan, akibat air, angin, ataupun sungai es
(glacier).
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai yang besar,


namun komposisinya masih tetap sama dengan batuan asalnya.
Butir lanau dan pasir biasanya terdiri atas satu jenis mineral
saja. Butir lebih kasar terdiri atas beberapa jenis mineral, seperti
halnya pada batuan asalnya. Perlu dimengerti bahwa pelapukan
fisika tidak pernah menghasilkan tanah bersifat lempung
sekalipun ukurannya sama kecilnya dengan butir lempung.
Untuk menghasilkan lempung, harus ada juga pelapukan
kimiawi.
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Pelapukan kimiawi adalah proses yang lebih rumit daripada pelapukan


fisika. Pelapukan kimiawi memerlukan air serta oksigen dan
karbondioksida. Proses kimiawi ini mengubah mineral yang terkandung
dalam batuan menjadi jenis mineral lain yang sangat berbeda sifatnya.
Mineral baru ini disebut mineral lempung (clay minerals). Jenis mineral
ini yang terkenal adalah kaolinite, illite, dan montmorillonite. Mineral
ini masih termasuk bahan yang disebut kristalin, dan besarnya
umumnya lebih kecil dari 0,002 mm. Mineral lempung inilah yang
menghasilkan sifat lempung yang khusus yaitu kohesi serta plastisitas.
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Jenis mineral lempung yang dhasilkan pada suatu keadaan


tertentu bergantung pada batuan asal dan lingkungan
pelapukan. Faktor-faktor penting adalah iklim, topografi, dan
nilai ph dari air yang merembes dalam tanah. Misalnya kaolinite
dibentuk dari mineral feldspar akibat air dan karbondioksida.
Kwarsa adalah mineral yang paling tahan terhadap pelapukan,
sehingga tanah yang berasal dari granit biasanya mengandung
banyak butir kasar yang terdiri atas kwarsa (tercampur dengan
butir lain yang lebih halus).
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Pelapukan kimiawi paling keras pada iklim panas dan


basah. Pada iklim semacam ini pelapukan dapat
berlangsung sampai sangat dalam. Di Indonesia
pelapukan masih berlangsung sampai sedalam
puluhan meter. Cara pelapukan sebetulnya kurang
penting diketahui dengan teliti; yang penting adalah
sifat tanah yang dihasilkan oleh proses pelapukan.
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Selain pelapukan fisika dan kimiawi, ada faktor lain yang terlibat dalam cara
pembentukan tanah. Faktor terpenting adalah pengangkutan butir tanah dan
kemudian pengendapannya di lain tempat seperti laut atau danau. Proses ini
diperlihatkan pada Gambar 1.1. Tanah ynag terbentuk langsung akibat
pelapukan kimiawi disebut tanah residu (residual soil). Tanah ini tetap pada
tempat pembentukannya di atas batuan asalnya. Hujan menyebabkan erosi
dan tanah diangkut melalui sungai sampai mencapai laut atau danau. Disini
terjadi pengendapan lapisan demi lapisan pada dasar laut atau danau. Proses
ini dapat berlangsung selama ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut
tanah endapan (sedimentary soil) atau tanah yang terangkut (transported
soil).
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

• Setelah terjadi pengendapan, tanah ini masih mengalami


perubahan selanjutnya akibat dua faktor berikut:
1. Tekanan dari bahan tanah di atasnya, ini menyebabkan
pemampatan sehingga tanah menjadi lebih pekat dan lebih kuat.
2. Perubahan kimia yang berlangsung perlahan-lahan pada jangka
waktu lama. Akibat perubahan ini, tanah menjadi lebih kuat.
Pengaruh ini disebut pengerasan (hardening) atau penuaan
(aging).
1.2 PEMBENTUKAN TANAH, TANAH
ENDAPAN DAN TANAH RESIDU

•Air yang merembes di dalam tanah juga memengaruhi proses ini.


Seandainya air ini mengandung jenis bahan kimia (larutan) tertentu,
bahan ini mungkin menjadi bahan pelekat antara butir tanah. Lama-
kelamaan faktor ini dapat menyebabkan tanah menjadi batu. Batu
pasir atau “shale” terbentuk dengan proses ini.
•Tanah endapan ini dapat mengalami kenaikan akibat gaya tektonik
sehingga tanah ini terdapat di darat, jauh dari tempat asalnya di dalam
laut atau danau. Setelah dinaikkan dengan cara ini, proses erosi
diulangi lagi dan ketebalan tanah pun menurun.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Setelah pengendapan, tanah endapan dapat mengalami


perubahan lagi. Khususnya, tanah ini mengalami pemampatan
atau konsolidasi (consolidation) akibat tekanan dari lapisan-
lapisan yang kemudian mengendap diatasnya sehingga
menjadi lebh keras. Pada keadaan tertentu terjadi uplift yaitu
kenaikan akibat gaya tektonik. Setelah kenaikan ini, proses
erosi mulai berjalan lagi yang mengurangi tekanan pada
tanah. Apabila ini terjadi, tanah akan mengembang sedikit.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Tanah endapan yang belum pernah mengalami pengurangan


tekanan diatasnya disebut terkonsolidasi normal (normally
consolidated), sedangkan tanah yang pernah mengalami
konsolidasi akibat tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan
yang berlaku pada masa sekarang disebut terkonsolidasi lebih
(overconsolidated). Urutan tegangan yang berlaku pada tanah
sejak pembentukan disebut riwayat tegangan (stress history).
Gambar 1.4 memperlihatkan proses-proses pembentukan yang
berlaku pada kedua golongan.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Riwayat tegangan sudah lama dianggap sebagai faktor


dasar yang memengaruhi kelakuan tanah endapan.
Walaupun demikian, pengalaman dan penelitian pada
zaman sekarang menunjukan bahwa faktor lain, seperti
pengerasan (hardening) dan penuaan (aging), memiliki
pengaruh yang sama penting dengan riwayat tegangan.
Faktor ini berarti struktur terdapat juga pada tanah
endapan dan pengaruhnya perlu diperhatikan.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Cara pembentukan kedua jenis tanah ini agak rumit.


Walaupun demikian, ada dua faktor penting yang menjadikan
tanah endapan lebih teratur dan seragam daripada tanah
residu. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Proses erosi, pengangkutan, dan pengendapan membuat
tanah menjadi golongan-golongan tertentu. Butir yang kasar
diendapkan pada satu tempat dan butir yang halus di lain
tempat. Ini menghasilkan lapisan-lapisan yang seragam.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

2. Riwayat tegangan menjadi faktor penting yang


menentukan kelakuan tanah endapan. Atas dasar riwayat
tegangan, tanah endapan dibagi dalam dua golongan
seperti telah diterangkan, yaitu tanah yang terkonsolidasi
normal dan tanah yang terkonsolidasi kelebihan
• Kedua faktor ini tidak terdapat pada tanah residu. Ini
berarti tanah ini tidak dapat dibagi dalam beberapa
golongan.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Ada baiknya dimengerti bahwa pengaruh dari proses pembentukan


pada sifat kedua golongan ini saling bertentangan, seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.5. Pelapukan pada batu mengurangi
kepadatan batu sehingga kekuatan turun. Pada batuan tetap tidak
ada pori sama sekali, sedangkan pada tanah volume pori sering
cukup besar dibandingkan volume butir. Ada jenis tanah dengan
volume butir kurang dari 20% volume total. Istilah angka pori
dipakai untuk menyatakan volume pori. Definisi angka pori adalah
perbandingan volume pori terhadap volume butir.
1.3 PENGARUH “RIWAYAT TEGANGAN”
PADA TANAH ENDAPAN

• Tanah endapan mengalami pemampatan akibat berat


tanah sendiri, sehingga volume pori menurun dan
tanah menjadi lebih keras. Pengaruh tekanan pada
volume pori diperlihatkan pada Gambar 1.5(a). Angka
pori terus menurun akibat kenaikan tekanan, tetapi
bisa naik lagi seandainya tekanan menurun.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Mineral lempung merupakan suatu golongan butir tertentu yang


menghasilkan sifat khusus pada tanah yang mengandung mineral
lempung. Jenis mineral lempung yang paling terkenal adalah kaolinite,
illite, dan montmorillonite. Struktur mineral ini disebut kristalin, yaitu
molekulnya tersusun sehingga merupakan “kesatuan” dengan bentuk
tertentu (seperti lapisan). Ada dua kesatuan khusus yaitu “silica
tetrahedron” dan “ alumina octahedron”. Kesatuan ini tersusun
sehingga merupakan butir sangat kecil dengan bentuk seperti piring
(“plate-like”). Bentuknya diperlihatkan secara skematis pada Gambar
1.2. 
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Struktur butir kaolinite terdiri atas satu lapisan silika


tetrahedran dan satu lapisan alumina oktahedran. Antara
lapisan-lapisan ini terdapat ikatan agak kuat disebabkan oleh
hidrogen. Butir illite terdiri atas satu lapisan alumina antara dua
lapisan silika. Kesatuan baru ini diikat satu sama lain dengan
ikatan potassium. Ikatan semacam ini kurang kuat. Struktur
montmorillonite tidak jauh berbeda dengan struktur illite,
tetapi ikatan antara lapisan berbeda, yaitu terdiri atas air serta
“exchangeable cations”.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Struktur khusus ini berarti butir lempung sangat berbeda dengan


butir pasir atau kerikil. Butir pasir dan kerikil terdiri atas bahan yang
tetap keras dan “mati”, yaitu selalu kaku dengan sifat yang tidsk
pernah berubah (inert). Lain halnya pada butir lempung; istilah
“aktif” (active) dipakai untuk menggambarkan sifatnya. Butir ini
dapat mengembang atau menyusut akibat air masuk atau keluar.
Umumnys, makin besar sifat aktivitas makin buruk sifat tekniknya.
Montmorillonite memiliki sifat aktivitas tinggi; illite memiliki sifat
aktivitas sedang; kaolinite memiliki sifat aktivitas rendah.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Lempung yang mengandung montmorillonite memiliki sifat teknik yang


buruk, khususnya sering menyebabkan kerusakan pada fondasi gedung
akibat pengembangan dan penyusutan. Sebaliknya lempung yang
mengandung kaolinite jarang menyebabkan kesulitan karena
aktivitasnya sangat rendah.
• Walaupun “aktivitas” tinggi berarti sifat teknik yang buruk, masih ada
keadaan yang memerlukan tanah dengan “aktivitas” tinggi. Misalnya,
bangunan untuk menahan air seperti bendungan tanah, memerlukan
tanah dengan permeabilitas yang rendah. Apalagi, seandainya terdapat
pada daerah yang terkena gempabumi, diperlukan tanah yang plastis
agar dapat menahan deformasi akibat gerakan tanah.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Selain ketiga jenis mineral lempung yang biasa ini, ada dua jenis
lagi yang sering terdapat pada lempung yang berasal dari bahan
vulkanis. Nama mineral ini adalah halloysite dan
allophane/immogolite. Walaupun merupakan jenis tersendiri,
allophane dan immogolite biasanya terdapat berdampingan.
Mineral ini terbentuk akibat pelapukan pada abu vulkanis, yaitu
bahan yang dikeluarkan oleh peletusan gunung api, khususnya
letusan “andesitic”. Abu ini terdiri atas butir sebesar lanau dan
pasir halus.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

•  Berlainan dengan batuan biasa, ataupun bahan vulkanis biasa, butir


abu vulkanis agak luar biasa, yaitu strukturnya tidak kristal. Jadi
strukturnya seperti “ volcanic glass”, contohnya batu yang
dinamakan “obsidian”. Karena tidak ada struktur kristal pada batuan
asalnya, pelapukan menghasilkan mineral ini dengan sifat yang luar
biasa, yaitu halloysite dan allphane/immogolite. Bentuk mineral ini
diperlihatkan pada Gambar 1.2. Ukuran butirnya sangat kecil
dibandingkan dengan ketiga mineral terkenal yang diuraikan di atas.
Lagi pula strukturnya kurang teratur, artinya masih ada susunan
kristalin tetapi agak kurang kuat.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Gambar skematis pada Gambar 1.3 berdasarkan pada electron micrograph menurut
Wada (1989). Sifat geoteknik pada lempung yang mengandung allophane terdapat
pada tulisan Wesley (2002). 
• Halloysite berbentuk silinder atau gulungan seperti pada gambar. Allophane
berbentuk bola sedangkan immogolite berbentuk benang yang menyelip-selip antara
bola allophans. Ukuran butir allophane dan immogolite sangat kecil dibandingkan
dengan mineral lempung biasa. Ukuran butir kaolinite, illite, dan montmorillonite
umumnya kurang dari 0,002 mm (2 microns), sedangkan bola allophane seribu kali
lebih kecil. Baik halloysite maupun allophane/immogolite menunjukan aktivitas yang
tinggi. Sifat lempung yang terdiri atas allophane/immogolite sangat luar biasa; kadar
air asli dan batas Atterberg sangat tinggi (seperti diterangkan pada bab 3). Walaupun
demikian, sifat geoteknik masih baik.
1.4 MINERAL MINERAL LEMPUNG
(CLAY MINERALS)

• Pelapukan abu vulkanis di negara tropis dianggap mengikuti urutan berikut:


ash allophane/immogolite halloysite kaolinite sesqui-oxides
laterite
• pada iklim dingin, proses pelapukan mungkin tidak berlangsung sampai
menghasilkan laterite. Pada pelapukan dari kaolinite sampai sesqui-oxides,
kadar silika berkurang akibat pelarutan dalam airtanah. Tetapi, kadar
senyawa aluminium dan besi dinaikkan. Pada jangka waktu lama, senyawa
ini menjadi bahan pelekat antarbutir sehingga menghasilkan bahan yang
dinamakan laterite. Laterite bersifat seperti kerikil atau kerikil berpasir.
1.5 PERBEDAAN UTAMA ANTARA
TANAH RESIDU DAN TANAH ENDAPAN

1. Tanah residu umumnya kurang seragam dibandingkan


dengan tanah endapan. Walaupun demikian masih ada
tanah residu yang hampir seragam. Tanah merah adalah
contoh tanah yang mendekati seragam.
2. Ada jenis tanah residu yang mengandung mineral
lempung yang luar biasa, yang banyak memengaruhi
sifatnya. Mineral ini tidak terdapat pada tanah endapan.
1.5 PERBEDAAN UTAMA ANTARA
TANAH RESIDU DAN TANAH ENDAPAN

3. Ada jenis tanah endapan yang tidak particulate, artinya tidak


terdiri atas butir tersendiri. Walaupun kelihatan seolah-olah
terdiri atas butir, apabila terganggu atau dibentuk ulang, butir ini
hancur dan menjadi kumpulan butir yang jauh lebih kecil.
4. Riwayat tegangan tidak memengaruhi kelakuan tanah residu.
5. Pengertian mengenai kelakuan yang berasal dari penelitian pada
tanah endapan tidak berlaku pada tanah residu. Misalnya,
penggunaan grafik pemampatan yang memakai skala logaritmis
dapat menimbulkan salah mengerti.
1.5 PERBEDAAN UTAMA ANTARA
TANAH RESIDU DAN TANAH ENDAPAN

6. Korelasi empiris berdasarkan pada sifat tanah


endapan mungkin tidak berlaku pada tanah residu.
7. Keadaan tegangan air pori di atas muka airtanah
(bab 4) menjadi faktor penting untuk memahami
kelakuan tanah residu. Keadaan dan kelakuan tanah
yang paling penting dalam perencanaan projek
paling sering terdapat di atas muka airtanah.
1.6 DEFENISI SERTA HUBUNGAN
HUBUNGAN ANTARA JUMAH BUTIR, AIR,
DAN UDARA DALAM TANAH

Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian yaitu
a) Dalam tanah yang kering, hanya akan terdiri dari dua
bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara.
b) Dalam tanah yang jenuh, juga terdapat dua bagian, yaitu
bagian padat atau butiran dan air pori.
c) Dalam tanah yang tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori-pori udara, dan
air pori.
1.6 DEFENISI SERTA HUBUNGAN
HUBUNGAN ANTARA JUMAH BUTIR, AIR,
DAN UDARA DALAM TANAH

Dari gambar tersebut dapat dibentuk persamaan :


W = Ws + Ww
dan V = Vs + Vw + Va
Vv = Vw + Va
 
Dengan : Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
Vs = volume butiran padat
Vw = volume air
Va = volume udara
Vv = volume pori
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

UJI BERAT JENIS


I. PENDAHULUAN
a) Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka perbandingan antara berat
isi butir tanah dengan berat isi air suling pada volume yang sama dan suhu
tertentu.
b) Berat jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya digunakan
dalam perhitungan - perhitungan mekanika tanah. 
II. TUJUAN
a) Mengetahui berat jenis tanah disturbed yang lolos saringan no.40 dan tanah
undisturbed dengan menggunakan piknometer.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

III. PERALATAN
1. 6 buah piknometer kapasitas 50 ml.
2. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi hingga 115° C.
3. Neraca dengan ketelitian 0.01 gr.
4. Thermometer ukuran 0 - 100° C dengan ketelitian 1° C.
5. Saringan no.40
6. Botol berisi aquades.
7. Kompor.
8. Bak perendam.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

IV. BENDA UJI


Benda uji diambil dari lapangan sepak bola Teknik Sipil USU.
Benda uji pada percobaan ini dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a) Benda uji tanah tidak terganggu (undisturbed soil) hasil
pengeboran.
b) Benda uji tanah terganggu (disturbed soil).
Kedua benda uji tersebut merupakan hasil pengambilan
sampel tanah 9soil sampling).
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

V. PROSEDUR
1. Sampel tanah disturbed dan undisturbed disiapkan
2. gumpalan – gumpalan tanah disturbed ditumbuk agar butiran
tanah terlepas sehingga dapat disaring pada saringan no.40
3. sampel tanah dikeringkan dalam oven suhu 110° C selama 24
jam lalu dianginkan.
4. Cuci piknometer dan keringkan.
5. Timbang peknometer dan tutupnya lalu timbang sebagai W1.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

6. Masukkan benda uji ke dalam piknometer hingga mencapai 1/3


volume,lalu timbang dan catat sebagai W2.
7. Tambahkan air ke dalam piknometer sebanyak 1/3 volume
sehingga isi piknometer menjadi 2/3 bagian.
8. Didihkan piknometer di kompor untuk mengeluarkan udara yang
terjebak di dalamnya, kemudian angkat.
9. Rendam piknometer dalam wadah/bak rendaman selama 24 jam.
10. Ukur suhu rendaman air dengan termometer.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

11. Akibat perendaman, air dalam piknometer akan


berkurang, tambahkan air kembali hingga posisi 2/3
volume piknometer.
12. Keringkan bagian luar piknometer dan timbang kemudian
catat sebagai W3.
13. Keluarkan isi piknometer, lalu bersihkan.
14. Isi piknometer dengan aquades hingga 2/3 volume
piknometer kemudian catat sebagai W4.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

VI. PERHITUNGAN
Berat jenis tanah (GS) dapat dihitung dengan rumus :
GS = ( W2 – W1 )/ ( W4-W1 ) – ( W3-W2 )
Dimana :
W1 = berat piknometer (gr)
W2 = berat piknometer + tanah (gr)
W3 = berat piknometer + tanah + air (gr)
W4 = berat piknometer + air pada temperatur (T° C) (gr)
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

• UJI KADAR AIR


METODOLOGI PERCOBAAN
3.1    Tempat dan Waktu
Praktikum kadar air tanah dilaksanakan di depan Green House dan Laboratorium
Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar.  Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu 9 November 2011, berlangsung dari
pukul 13.00 WITA sampai dengan selesai.
3.2    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah Alfisol dan air.     
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, plastik, ember, cawan
petridish, timbangan dan oven.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

3.3    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
3.3.1 Volumetrik
- Menimbang sample tanah utuh beserta ring sampelnya.
- Meringkannya di dalam oven suhu 105o C selama 2 x 24 jam.
- Mengeluarkan sample tanah utuh beserta ring sample, mendinginkannya terlebih
dahulu, kemudian timbang sample tanah tanah beserta ring sampelnya yang
telah kering oven.
- Mengeluarkan tanah dari dalam ring sample, kemudian menimbang ring sample.
- Menghitung dengan rumus :
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

Kandungan air tanah :    berat basah – berat kering


                                                                Volume tanah
3.3.2 Kapasitas Lapang
- Menentukan tempat/lokasi yang datar dan dekat dengan sumber air.
- Membersihkan tempat tersebut dari rerumputan.
- Membuat bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter.
- Setelah bedengan dibuat cukup tinggi, padatkan bedengan tersebut untuk
mencegah air merembes.
- Menyiapkan air  +  200 liter dan menumpahkan pada bedengan secara
bersamaan sampai tanah tersebut jenuh air.
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

- Menutup bedengan dengan menggunakan plastik. Memastikan


bahwa seluruh  bedengan tertutup rapat, kemudian menyiamkan
selama 1 x 24 jam.
- Setelah didiamkan selama 1 x  24 jam, membuka plastik yang
menutupi pot kemudian menyungkil tanahnya.
- Menimbang tanah yang telah dicungkil (nilai tersebut sebagai berat
basah) kemudian mengovenkan selama 1 x 24 jam.
- Setelah di ovenkan, menimbang tanahnya  (nilai tersebut sebagai
berat kering).
1.7 PENGUJIAN LABORATORIUM UNTUK
MENENTUKAN BERAT SATUAN,
KADAR AIR, DAN BERAT JENIS

- Menghitung kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan rumus :


Kadar air kapasitas lapang:berat tanah basah – berat tanah kering oven
                                                        berat tanah kering oven
- Melakukan analisis partikel untuk mengetahui persen liat pada tanah lalu
menghitung kadar air pada titik layu permanen dengan menggunakan rumus :
Kadar air TLP =
        ‘(0,649 + 0,3538 x % liat)
                         100
- Menghitung air tersedia dengan menggunakan rumus :
            Air Tersedia = Kadar air kapasitas lapang – kadar air TLP
1.8 BESARNYA BUTIRAN TANAH
DAN CARA MENGUKURNYA
•Sifat-sifat dari suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada
ukuran butirannya. Karena itu pengukuran besarnya butir tanah merupakan
suatu percobaan yang sering dilakukan dalam bidang Mekanika Tanah.
Besarnya butir juga merupakan dasar untuk menyatakan klasifikasi tanah
atau pemberian nama kepada macam-macam tanah tertentu. Dengan
demikian, analisis tentang butiran merupakan pengujian yang sangat sering
dilakukan.
•Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan persentase berat butiran
yang tertinggal pada satu unit seringan, dengan ukuran diameter lubang
tertentu.
1.8 BESARNYA BUTIRAN TANAH
DAN CARA MENGUKURNYA
1. Tanah Berbutir Kasar
• Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan
dengan cara menyaring. (lihat ukuran dan nomor saringan tabel 1.3)
• Caranya, tanah benda uji disaring lewat satu unit saringan standar. Berat
tanah yang tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang, lalu
persentase terhadap berat kumulatif tanah dihitung.
• Adapun besarnya butir tanah biasanya digambarkan pada suatu grafik,
yaitu grafik lengkung gradasi atau grafik lengkungan pembagian butir
(particle size distribution curve), sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2.
Juga pada gambar ini dapat dilihat besarnya butir yang merupakan batas
antara kerikil dan pasir, pasir dan lanau, dan sebagainya.
1.8 BESARNYA BUTIRAN TANAH
DAN CARA MENGUKURNYA

2. Tanah Berbutir Halus


• Distribusi ukuran butir tanah berbutir halus atau sebagian bebutir
halus dari tanah berbutir kasar, dapat ditentukan dengan cara
sedimentasi atau pengendapan. Disebut juga analisa basah atau
percobaan hidrometer.
• Caranya, tanah dicampur dengan air (biasanya sebanyak 1000 cc)
dan diaduk dalam suatu tabung hidrometer dan dibiarkan tabung
berdiri supaya butir-butir tanah mengendap, kemudian dilakukan
analisa saat pengendapan berlangsung.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

1. PENGERTIAN TANAH ASLI


Menurut Das (1985), tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral
dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dengan
mudah dipisahkan satu sama lain dengan campuran air yang dikocok. Material ini
berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifatsifat teknis
tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga
dipengaruhi oleh kandungan-kandungan bagian luar yang menjadi penyebab
terjadinya pelapukan batuan tersebut. Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan
lempung digunakan dalam Teknik Sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada
kondisi alam, tanah terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan
kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik. Material campurannya
kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang material unsur utamanya.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang


mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung
dan sebagainya. Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air,
dan bahan padat. Ruang di antara butiran-butiran, sebagian
atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga
tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi
jenuh. Bila rongga terisi udara dan air, tanah pada kondisi jenuh
sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang
tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

2. PENGERTIAN TANAH TIDAK ASLI


TANAH YANG TIDAK ASLI: TANAH YANG DIBENTUK ULANG
Selain kedua golongan utama tanah asli ini, ada golongan ketiga
yaitu tanah yang tidak asli atau yang disebut tanah dibentuk ulang
(remoulded soil). Perilaku tanah jenis ini tidak lagi sama seperti
pada keadaan aslinya dan umumnya kurang penting dibandingkan
dengan tanah asli. Golongan ini termasuk tanah yang dibentuk di
laboratorium dengan memakai proses pengendapan dan tanah
yang dipadatkan.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Pada masa ini, ada istilah lain yang sering dipakai juga pada
golongan ini, yaitu destructured, artinya struktur tanah
dihapuskan akibat pembentukan ulang. Arti destructured
hampir sama dengan remoulded, tetapi maksudnya adalah
struktur dihapuskan tetapi butir sendiri masih utuh. Istilah
remoulded berarti segala sifat yang berhubungan dengan
keadaan aslinya dihapuskan sama sekali. Pada tanah residu,
pembentukan ulang dapat merusak struktur namun mungkin
pula menghancurkan butirnya.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Sifat tanah yang dibentuk ulang (baik itu tanah endapan atau
tanah residu) tidak lagi bergantung pada struktur. Jadi, berbeda
dari tanah aslinya. Tanah yang dipadatkan merupakan
pengecualian dari hal ini karena proses pemadatan dapat
menghasilkan struktur, walaupun pengaruhnya tidak besar.
Permeabilitas tanah yang dipadatkan bisa lebih tinggi pada arah
horizontal daripada arah vertikal, akibat cara pemadatan
dengan roda besi. Mungkin pula bahwa tanah ini lebih kaku
pada arah vertikal daripada arah horizontal.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

3. STRUKTUR TANAH
• Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari
hasil proses pedogenesis.
• Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif
disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan
debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan
kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air
dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam.
Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan
tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

• Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman


terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi
persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah
yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang
tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan
akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat.
Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur
ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman
pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap
pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal


pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat.
Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah
yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit
mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat
rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan
untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah
merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan


besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan
tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur
gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang
menjadi air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada
tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan
kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi
dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

4. KEPEKAAN TANAH
Tingkat Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. Pengertian Kepekaan tanah
terhadap erosi, atau disebut erodibilitas tanah didefinisikan oleh
Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara
lebih spesifik Young et al. dalam Veiche (2002) mendefinisikan 28
erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk
dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh
kekuatan aliran permukaan. Negara-negara tropis seperti Indonesia,
kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan aliran permukaan
menggerus permukaan tanah adalah penghancur utama agrerat tanah.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Agregat tanah yang sudah hancur kemudian diangkut


oleh aliran permukaan, mengikuti gaya gravitasi sampai
suatu tempat di mana pengendapan terjadi.
Keseluruhan proses ini, yaitu penghancuran agrerat,
pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan
partikel tanah disebut sebagai erosi tanah. Proses erosi
oleh air hujan dapat dikelompokkan menjadi 5 bentuk,
yaitu:
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

1. Erosi percikan (splash erosion), adalah proses terkelupasnya


partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air
hujan bebas atau sebagai air lolos. Dapat diartikan juga
sebagai erosi hasil dari percikan atau benturan air hujan
secara langsung partikel tanah dalam keadaan basah.
2. Erosi lembaran (sheet erosion), adalah erosi yang terjadi
ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng
terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (run off).
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

3.Erosi alur (riil erosion), adalah pengelupasan yang diikuti dengan


pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang
terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
4.Erosi parit (gully erosion), adalah kelanjutan dari erosi alur, yaitu terjadi
bila alur-alur menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit
dengan kedalaman yang dapat mencapai 1 sampai 2,5 meter atau lebih.
5.Erosi sungai atau saluran (stream/channel erosion), adalah erosi yang
terjadi akibat terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan
sedimen di sepanjang dasar saluran sungai.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas Tanah


Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat
fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogy dan biologi,
termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat
dari lapisan tanah (Veiche, 2002). Poesen (1983) menyatakan bahwa
erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun
ditentukan pula oleh faktorfaktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi,
vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Hudson (1978) juga menyatakan
bahwa selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan atau perlakuan terhadap
tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah.
1.9 TANAH ASLI, TANAH TIDAK ASLI
(DIBENTUK ULANG), STRUKTUR TANAH,
DAN SIFAT KEPEKAAN

Pada prinsipnya sifat-sifat yang mempengaruhi erodibilitas tanah


adalah :
1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas
dan kapasitas tanah menahan air, dan
2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah
terhadap dispersi, dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan
aliran permukaan. Sifat-sifat tanah tersebut mencakup tekstur,
struktur, 30 bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah
dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 2000).
1.10 TANAH JENUH AIR DAN
TANAH TIDAK JENUH AIR
PENGRTIAN TANAH JENUH AIR
Merupakan media aliran lolos air pada zona tekanan
air pori positif di bawah phreatic surface. Aliran jenuh
(saturated flow) pada umumnya dihasilkan akibat
adanya pengaruh perbedaan gaya berat gradient
hidraulik antara waduk dan tempat keluarnya
rembesan dihilir/drain.
1.10 TANAH JENUH AIR DAN
TANAH TIDAK JENUH AIR
PENGRTIAN TANAH TIDAK JENUH AIR
Aliran tak jenuh (unsaturated flow) merupakan media aliran lolos air pada zona tekanan air pori negative di atas phreatic
surface. Aliran tak jenuh (unsaturated flow) pada umumnya terjadi karena adanya perbedaan antara tegangan permukaan
kapiler (yang diakibatkan oleh gradient hidraulik di antara zona jenuh air) dengan tempat keluarnya rembesan.

 
 

 
 
 
 
 

Anda mungkin juga menyukai